Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

Tanggal Praktikum
I.

Judul Praktikum

II.

darah (SAD)
Tujuan Praktikum

III.

: Kamis, 26 Mei 2016

: Membuat dan mewarnai sediaan apus


: Untuk membuat sediaan apus darah
Untuk mewarnai sediaan apus darah

dengan metode
Giemsa
Prinsip Praktikum
Bila setetes darah diletakan pada objek glass, kemudian
dihamparkan dengan kaca penggeser, maka hasil gambaran akan
berbentuk menyerupai lidah, maka sel-sel darah tersebut akan

IV.

terpisah merata.
Dasar Teori
Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen
pembentuk) tertahan dan dibawa dalam matriks cairan (plasma).
Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih kental. Cairan ini
memiliki rasa dan bau yang khas, serta pH 7,4 (7,35-7,45). Warna
darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan,
bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah
(Sloane, 2003).
Volume darah total sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa
berukuran rata-rata dan kurang sedikit pada perempuan dewasa.
Volume ini bervariasi sesuai ukuran tubuh dan berbanding terbalik
dengan jumlah jaringan adiposa dalam tubuh. Volume ini juga
bervariasi

sesuai

perubahan

cairan

darah

dan

konsentrasi

elektrolitnya (Sloane, 2003).


Lebih dari separuh bagian dari darah merupakan cairan
(plasma), yang sebagian besar mengandung garam-garam terlarut
dan protein. Protein utama dalam plasma adalah albumin. Protein
lainnya adalah antibodi (imunoglobulin) dan protein pembekuan.
Plasma juga mengandung hormon-hormon, elektrolit, lemak, gula,
mineral dan vitamin. Selain menyalurkan sel-sel darah, plasma juga:
a.

merupakan cadangan air untuk tubuh

b.

mencegah mengkerutnya dan tersumbatnya pembuluh

darah
c.

membantu mempertahankan tekanan darah dan sirkulasi


ke seluruh tubuh.

Bahkan yang lebih penting, antibodi dalam plasma melindungi


tubuh melawan bahan-bahan asing (misalnya virus, bakteri, jamur
dan sel-sel kanker), ketika protein pembekuan mengendalikan
perdarahan. Selain menyalurkan hormon dan mengatur efeknya,
plasma juga mendinginkan dan menghangatkan tubuh sesuai
dengan kebutuhan (Sherwood,2002).
Pada dasarnya darah memiliki tiga fungsi utama yaitu
membantu pengangkutan zat-zat

makanan, perlindungan atau

proteksi dari benda asing, dan mengatur regulasi kandungan air


jaringan, pengaturan suhu tubuh, dan pengaturan pH. Terdapat tiga
macam unsur seluler darah, yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit.
1.

Sel darah merah (eritrosit).


Menurut Sloane (2003), eritrosit merupakan diskus bikonkaf,
bentuknya bulat dengan lekukan pada sentralnya dan berdiameter
7,65

m.

Eritrosit

terbungkus

dalam

membran

sel

dengan

permeabilitas tinggi. Membran ini elastis dan fleksibel, sehingga


memungkinkan

eritrosit

menembus

kapiler

(pembuluh

darah

terkecil). Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul


hemoglobin, sejenis pigmen pernapasan yang mengikat oksigen.
Volume hemoglobin mencapai sepertiga volume sel.
Eritrosit merupakan sel yang paling banyak dibandingkan
dengan 2 sel lainnya, dalam keadaan normal mencapai hampir
separuh dari volume

darah. Sel darah merah mengandung

hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa


oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan
tubuh. Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel,
dengan bahan limbah berupa karbon dioksida, yang akan diangkut

oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru.


2.

Sel darah putih (leukosit)


Jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel
darah putih untuk setiap 660 sel darah merah. Terdapat 5 jenis
utama dari sel darah putih yang bekerja sama untuk membangun
mekanisme

utama

tubuh

dalam

melawan

infeksi,

termasuk

menghasilkan antibodi. Dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk


nukleus, dan ada tidaknya granula sitoplasma. Sel yang memiliki
granula sitoplasma disebut granulosit sedangkan sel tanpa granula
disebut agranulosit.
a.

Granulosit

1)

Neutrofil
Juga disebut granulosit karena berisi enzim yang mengandung

granul-granul, jumlahnya paling banyak. Neutrofil membantu


melindungi

tubuh melawan infeksi bakteri dan jamur dan

mencerna benda asing sisa-sisa peradangan. Ada 2 jenis neutrofil,


yaitu neutrofil berbentuk pita (imatur, belum matang) dan
neutrofil bersegmen (matur, matang).
neutrofil memiliki granula kecil berwarna merah muda dalam
sitoplasmanya. Nukleusnya memiliki tiga sampai lima lobus yang
terhubungkan

dengan

benang

kromatin

tipis.

Diameternya

mencapai 9 m samapai 12 m.
2)

Eosinofil
Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar,

dengan pewarnaan oranye kemerahan. Sel ini memiliki nukleus


berlobus dua, dan berdiameter 12 m sampai 15 m. Berfungsi
sebagai fagositik lemah. Jumlahnya akan meningkat saat terjadi
alergi atau penyakit parasit, tetapi akan berkurang selama stress
berkepanjangan. Selain itu eosinofil juga membunuh parasit,
merusak sel-sel kanker dan berperan dalam respon alergi.
3)

Basofil
Basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang

bentuknya tidak beraturan dan akan berwarna keunguan sampai

hitam serta memperlihatkan nukleus berbentuk S. diameternya


sekitar 12 m sampai 15 m. Basofil juga berperan dalam respon
alergi. Sel ini mengandung histamin.
b.

Agranulosit
1)

Limfosit

Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening yang


berbentuk sferis, berukuran yang relatif lebih kecil daripada
makrofag dan neutrofil. Selain itu, limfosit bergaris tengah 6-8
m, 20-30% dari leukosit darah, memiliki inti yang relatif besar,
bulat sedikit cekung pada satu sisi. Sitoplasmanya sedikit dan
kandungan basofilik dan azurofiliknya sedikit. Limfosit-limfosit
dapat digolongkan berdasarkan asal, struktur halus, surface
markers yang berkaitan dengan sifat imunologisnya, siklus hidup
dan fungsi (Efendi, 2003).
Limfosit dibagi ke dalam 2 kelompok utama (Farieh, 2008):
1. Limfosit B berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan
tumbuh menjadi
sel plasma, yang menghasilkan antibodi
2. Limfosit T terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah
ke kelenjar thymus, dimana mereka mengalami pembelahan
dan pematangan.
Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan mana
benda asing dan mana bukan benda asing. Limfosit T dewasa
meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh
getah

bening

dan

berfungsi

sebagai

bagian

dari

sistem

pengawasan kekebalan.
2)

Monosit
Monosit merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah

leukosit normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering


diameter mencapai 20 m atau lebih. Inti biasanya eksentris,
adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda. Sitoplasma
relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim abu-abu pada
sajian kering. Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih

banyak tapi lebih kecil. Ditemui retikulim endoplasma sedikit. Juga


ribosom, pliribosom sedikit, banyak mitokondria. Apa ratus Golgi
berkembang

dengan

baik,

ditemukan

mikrofilamen

dan

mikrotubulus pada daerah identasi inti. Monosit terdapat dalam


darah, jaringan ikat dan rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik
mononuclear (system retikuloendotel) dan mempunyai tempattempat

reseptor

pada

permukaan

membrannya.

Untuk

imunoglobulin dan komplemen (Efendi, 2003).


3.

Platelet (trombosit).
Merupakan paritikel yang menyerupai sel, dengan ukuran
lebih kecil daripada sel darah merah atau sel darah putih. Sebagai
bagian dari mekanisme perlindungan darah untuk menghentikan
perdarahan, trombosit berkumpul dapa daerah yang mengalami
perdarahan dan mengalami pengaktivan. Setelah mengalami
pengaktivan,

trombosit

menggumpal untuk

akan

melekat

satu

sama

lain

dan

membentuk sumbatan yang membantu

menutup pembuluh darah dan menghentikan perdarahan. Pada


saat yang sama, trombosit melepaskan bahan yang membantu
mempermudah pembekuan (Junquiera,1997)).
Sediaan apus darah adalah suatu sarana yang digunakan
untuk menilai berbagai unsure sel darah tepi, seperti eritrosit,
leukosit, dan trombosit. Selain itu dapat pula digunakan untuk
mengidentifikasi adanya parasit seperti malaria, mikrofilaria, dan
lain-lain. Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik
merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil pemeriksaan
yang terbaik merupaka syarat mutlak untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan yang baik.
Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah segar yang
berasal dari kapiler atau vena dengan atau tanpa EDTA. Sediaan
yang disimpan tanpa difiksasi terlebih dulu tidak dapat dipulas
sebaik sediaan segar. Kebanyakan cara memulas sediaan darah
menggunakan prinsip Romanowski, seperti Wright, Giemsa, MayGrunwald-Biemsa atau Wright-Giemsa (Murtiati dkk, 2010).

IV.

Alat dan Bahan


Alat

1. Objek glass
2. Tabung reaksi
3. Mikropipet
4. Pipet tetes
Bahan

1. Sampel darah+EDTA
2. Metanol
3. Pewarnaan Giemsa
V.

Cara Kerja
a. Membuat sediaan apus darah
1. Letakan satu tetes darah pada salah satu ujung kaca objek
(kurang lebih 3mm dari ujung kaca). Letakan kaca penghapus
dengan sudut 30-45 terhadap kaca objek didepan tetes darah.
2. Tarik kaca penghapus kebelakang sehingga menyentuh tetes
darah, biarkan darah menyebar sampai kedua sudut.
3. Dengan gerakan yang mantap dorong kaca penghapus sehingga
terbentuk hapusan darah sepanjang kurang lebih 4cm pada kaca
objek dan hapusan harus terbentuk lidah api.
4. Biarkan hapusan darah mongering diudara, beri table pada bagian
tebal apusan dengan menggunakan pensil.
b. Pewarnaan sediaan apus darah (Giemsa)
1. Letakan sediaan yang akan diwarnai diatas rak pewarnaan
dengan lapisan darah menghadap keatas dan teteskan methanol
ke atas sediaan apus sampai menutupi seluruh lapisan darah.
Biarkan hingga 5 menit (fiksasi)
2. Dibuang kelebihan metanol dari sediaan
3. Teteskan larutan Giemsa yang sudah diencerkan keatas sediaan
apus sehingga menutupi seluruh bagian. Biarkan selama 20
menit.
4. Bilas dengan aquadest
5. Letakan sediaan dalam sikap vertikal (tegak) agar mongering
diudara dengan alas tissue kering

6. Diamati jenis leukosit dengan mikroskop dengan pembesaraan


lensa objektif 100.
VI.

Interpretasi Hasil
Basofil 0,1%

Eosinofil 1-6%

Neutrofil batang 3-5%

Neutrofil segmen 35-70%

Limfosit 20-45%

Monosit 2-10%

VII. Hasil Pengamatan

Jenis

Leukosit
Basofil
N.

Tota

l
0%
4%

Batang
N.

Segmen
Eosinofi

l
Limfosit

Monosit

Jumlah

52%
3%

35%
7%

VIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, mengenai sediaan apus darah kali
ini bertujuan untuk mengamati dan menilai berbagai unsur sel
darah pada manusia seperti sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Sediaan apus darah
juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya parasit seperti
malaria, microfilaria, dan lain lain. Namun pada praktikum kali ini
hanya dilakukan pengamatan untuk mengetahui deskripsi bentuk
dari berbagai sel darah dan menilai persentase sel darah yang
teramati.
Sediaan apus darah dilakukan dengan menggunakan bahan
darah segar yang berasal dari vena. Pertama ambil darah dari
bagian vena pasien kemudian mencampurkannya dengan EDTA
supaya tidak cepat membeku. Setelah itu simpan pada kaca objek.
kemudian menyentuhkan kaca penutup ketetesan darah hingga
darah melebar. Selanjutnya membentuk sudut 30 40 0 dengan kaca
penutup, lalu digerakkan kekiri membentuk apusan darah yang
tidak terlalu tipis ataupun terlalu tebal karena jika terlalu tebal maka
saat pengamatan dibawah mikroskop akan terlihat tidak jelas
karena sel darah bertumpuk.
Setelah mendapatkan sediaan yang bagus (tidak tebal dan
tipis), maka membiarkannya hingga kering, setelah itu meneteskan
meneteskan metanol keatas sediaan hingga bagian yang terlapisi
darah tertutup semuanya dan membiarkannya selama 5 menit.

Fungsi metanol adalah untuk memfiksasi darah sehingga darahtidak


hilang saat diamati. Selanjutnya sediaan diteteskan dengan giemsa
yang telah diencerkan dengan air dan membiarkannya selama 20
menit dan membilasnya dengan air dan mengeringkannya. Fungsi
giemsa adalah untuk mewarnai darah sehingga mudah dibedakan
dan dapat terlihat jelas saat diamati. Waktu pewarnaan ini
sebaiknya jangan terlalu lama karena darah bisa tidak terlihat
akibat pewarnaan yang terlalu pekat.
Selanjutnya sediaan apus darah

telah

selesai,

maka

dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop untuk


memriksa sediaan apus darah. Sebelum pengamatan sediaan apus
darah diteteskan oil imersi terlebih dahulu, tujuan pemberian oil
imersi ini yaitu untuk mencegah kerusakan pada mikroskop.
Sumber kesalahan saat praktikum yaitu :
Kesalahan
pada
persiapan
penderita,
pengambilan,

penyimpanan bahan pemeriksaan


Sediaan apus terlalu biru mungkin disebabkan oleh apusan
yang

terlampau

tebal,

pewarnaan

terlalu

lama,

kurang

pencucian, zat warna atau larutan dapat yang alkalis.


Bercak bercak zat warna pada apusan dapat disebabkan oleh
zat warna tidak disaring atau sebelum dipakai pewarnaan
terlalu lama sehingga zat warna mengering pada sediaan.
Sediaan apus yang tidak rata disebabkan kaca pengapus yang
tidak bersih atau pinggirannya tidak rata atau oleh kaca objek
yang berdebu, berlemak, atau bersidik jari.
Fiksasi yang tidak baik menyebabkan perubahan morfologi
dan warna sediaan, ini mungkin terjadi apabila fiksasi
dilakukan menggunakan metanol yang tidak absolut karena
telah menyerap uap air akibat penyimpanan yang tidak baik.
Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap
infeksi bakteri serta proses peradangan kecil lainnya, serta
biasanya juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap
infeksi bakteri, aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang
banyak

menyebabkan

berhubungan

dengan

adanya

nanah.

Eosinofil

terutama

infeksi

parasit,

dengan

demikian

meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya parasit. Basofil


terutama bertanggug jawab untuk memberi reaksi alergi dan
antigen

dengan

jalan

mengeluarkan

histamin

kimia

yang

menyebabkan peradangan. Limfosit lebih umum dalam sistem


limfa. Monosit membagi fungsi pembersih vakum (fagositosis)
dari neutrofil, tetapi lebih jauh dia hidup dengan tugas tambahan
yaitu memberikan potongan patogen kepada sel T sehingga
patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh, atau dapat membuat
tanggapan antibodi untuk menjaga. Monosit dikenal juga sebagai
makrofag setelah dia meninggalkan aliran darah serta masuk ke
dalam jaringan.

IX. Kesimpulan
Berdasarkan pada praktikum hitung jenis leukosit kali ini
didapat hasil sebagai berikut : Basofil 0%, Eosinofil 3%, Neutrofil
Batang 4%, Neutrofil Segmen 52%, Limfosit 35%, Monosit 7%, atas
nama pasien Mega Oktaviani, umur 19 tahun.
Daftar pustaka :
Murtiati, Tri dkk 2010. Penuntun praktikum anatomi fisiologi
manusia. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negri Jakarta (diakses
pada tanggal 06 juni 2016)
Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan fisiologi untuk para medis.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama (diakses pada tanggal 06 juni
2016)

LAPORAN PRAKTIKUM
HEMATOLOGI
Membuat dan mewarnai sediaan apus darah (SAD)

Oleh :
WULANSARI

1411E1001

MAULIDA ROBIUTSANI
DEWI ARDIYANI PUTRI
MEGA OCKTAVIANY PUTR

1411E1002
:

1411E1003

: 1411E1004

Kelas : A
Prodi : D3 AnalisKesehatan

SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH


Jl. PadasukaAtas No. 233 Bandung

Anda mungkin juga menyukai