Tanggal Praktikum
I.
Judul Praktikum
II.
darah (SAD)
Tujuan Praktikum
III.
dengan metode
Giemsa
Prinsip Praktikum
Bila setetes darah diletakan pada objek glass, kemudian
dihamparkan dengan kaca penggeser, maka hasil gambaran akan
berbentuk menyerupai lidah, maka sel-sel darah tersebut akan
IV.
terpisah merata.
Dasar Teori
Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen
pembentuk) tertahan dan dibawa dalam matriks cairan (plasma).
Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih kental. Cairan ini
memiliki rasa dan bau yang khas, serta pH 7,4 (7,35-7,45). Warna
darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan,
bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah
(Sloane, 2003).
Volume darah total sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa
berukuran rata-rata dan kurang sedikit pada perempuan dewasa.
Volume ini bervariasi sesuai ukuran tubuh dan berbanding terbalik
dengan jumlah jaringan adiposa dalam tubuh. Volume ini juga
bervariasi
sesuai
perubahan
cairan
darah
dan
konsentrasi
b.
darah
c.
m.
Eritrosit
terbungkus
dalam
membran
sel
dengan
eritrosit
menembus
kapiler
(pembuluh
darah
utama
tubuh
dalam
melawan
infeksi,
termasuk
Granulosit
1)
Neutrofil
Juga disebut granulosit karena berisi enzim yang mengandung
dengan
benang
kromatin
tipis.
Diameternya
mencapai 9 m samapai 12 m.
2)
Eosinofil
Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar,
Basofil
Basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang
Agranulosit
1)
Limfosit
bening
dan
berfungsi
sebagai
bagian
dari
sistem
pengawasan kekebalan.
2)
Monosit
Monosit merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah
dengan
baik,
ditemukan
mikrofilamen
dan
reseptor
pada
permukaan
membrannya.
Untuk
Platelet (trombosit).
Merupakan paritikel yang menyerupai sel, dengan ukuran
lebih kecil daripada sel darah merah atau sel darah putih. Sebagai
bagian dari mekanisme perlindungan darah untuk menghentikan
perdarahan, trombosit berkumpul dapa daerah yang mengalami
perdarahan dan mengalami pengaktivan. Setelah mengalami
pengaktivan,
trombosit
menggumpal untuk
akan
melekat
satu
sama
lain
dan
IV.
1. Objek glass
2. Tabung reaksi
3. Mikropipet
4. Pipet tetes
Bahan
1. Sampel darah+EDTA
2. Metanol
3. Pewarnaan Giemsa
V.
Cara Kerja
a. Membuat sediaan apus darah
1. Letakan satu tetes darah pada salah satu ujung kaca objek
(kurang lebih 3mm dari ujung kaca). Letakan kaca penghapus
dengan sudut 30-45 terhadap kaca objek didepan tetes darah.
2. Tarik kaca penghapus kebelakang sehingga menyentuh tetes
darah, biarkan darah menyebar sampai kedua sudut.
3. Dengan gerakan yang mantap dorong kaca penghapus sehingga
terbentuk hapusan darah sepanjang kurang lebih 4cm pada kaca
objek dan hapusan harus terbentuk lidah api.
4. Biarkan hapusan darah mongering diudara, beri table pada bagian
tebal apusan dengan menggunakan pensil.
b. Pewarnaan sediaan apus darah (Giemsa)
1. Letakan sediaan yang akan diwarnai diatas rak pewarnaan
dengan lapisan darah menghadap keatas dan teteskan methanol
ke atas sediaan apus sampai menutupi seluruh lapisan darah.
Biarkan hingga 5 menit (fiksasi)
2. Dibuang kelebihan metanol dari sediaan
3. Teteskan larutan Giemsa yang sudah diencerkan keatas sediaan
apus sehingga menutupi seluruh bagian. Biarkan selama 20
menit.
4. Bilas dengan aquadest
5. Letakan sediaan dalam sikap vertikal (tegak) agar mongering
diudara dengan alas tissue kering
Interpretasi Hasil
Basofil 0,1%
Eosinofil 1-6%
Limfosit 20-45%
Monosit 2-10%
Jenis
Leukosit
Basofil
N.
Tota
l
0%
4%
Batang
N.
Segmen
Eosinofi
l
Limfosit
Monosit
Jumlah
52%
3%
35%
7%
VIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, mengenai sediaan apus darah kali
ini bertujuan untuk mengamati dan menilai berbagai unsur sel
darah pada manusia seperti sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Sediaan apus darah
juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya parasit seperti
malaria, microfilaria, dan lain lain. Namun pada praktikum kali ini
hanya dilakukan pengamatan untuk mengetahui deskripsi bentuk
dari berbagai sel darah dan menilai persentase sel darah yang
teramati.
Sediaan apus darah dilakukan dengan menggunakan bahan
darah segar yang berasal dari vena. Pertama ambil darah dari
bagian vena pasien kemudian mencampurkannya dengan EDTA
supaya tidak cepat membeku. Setelah itu simpan pada kaca objek.
kemudian menyentuhkan kaca penutup ketetesan darah hingga
darah melebar. Selanjutnya membentuk sudut 30 40 0 dengan kaca
penutup, lalu digerakkan kekiri membentuk apusan darah yang
tidak terlalu tipis ataupun terlalu tebal karena jika terlalu tebal maka
saat pengamatan dibawah mikroskop akan terlihat tidak jelas
karena sel darah bertumpuk.
Setelah mendapatkan sediaan yang bagus (tidak tebal dan
tipis), maka membiarkannya hingga kering, setelah itu meneteskan
meneteskan metanol keatas sediaan hingga bagian yang terlapisi
darah tertutup semuanya dan membiarkannya selama 5 menit.
telah
selesai,
maka
terlampau
tebal,
pewarnaan
terlalu
lama,
kurang
menyebabkan
berhubungan
dengan
adanya
nanah.
Eosinofil
terutama
infeksi
parasit,
dengan
demikian
dengan
jalan
mengeluarkan
histamin
kimia
yang
IX. Kesimpulan
Berdasarkan pada praktikum hitung jenis leukosit kali ini
didapat hasil sebagai berikut : Basofil 0%, Eosinofil 3%, Neutrofil
Batang 4%, Neutrofil Segmen 52%, Limfosit 35%, Monosit 7%, atas
nama pasien Mega Oktaviani, umur 19 tahun.
Daftar pustaka :
Murtiati, Tri dkk 2010. Penuntun praktikum anatomi fisiologi
manusia. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negri Jakarta (diakses
pada tanggal 06 juni 2016)
Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan fisiologi untuk para medis.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama (diakses pada tanggal 06 juni
2016)
LAPORAN PRAKTIKUM
HEMATOLOGI
Membuat dan mewarnai sediaan apus darah (SAD)
Oleh :
WULANSARI
1411E1001
MAULIDA ROBIUTSANI
DEWI ARDIYANI PUTRI
MEGA OCKTAVIANY PUTR
1411E1002
:
1411E1003
: 1411E1004
Kelas : A
Prodi : D3 AnalisKesehatan