BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
imun melindungi tubuh terhadap agens lingkungan yang asing bagi tubuh (Sloane,
2003).
1.3 Tujuan
Agar mengetahui tentang darah, sistem imun, dan homeostasis dalam tubuh.
1.4 Hipotesa
Darah berperan dalam sistem imun.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Darah
Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk)
tertahan dan dibawa dalam matriks cairan (plasma). Darah lebih berat dan lebih
kental dibandingkan air. Cairan ini memiliki rasa dan bau yang khas, serta PH 7,4
(7,35-7,45). Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan,
bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah (Pearce,2000).
Fungsi darah antara lain :
1. Transpor
Makanan, gas, hormon, mineral, enzim, dan zat-zat vital lainnya dibawa
darah ke seluruh sel tubuh. Zat-zat sisa dibawa darah menuju paru-paru,
ginjal, atau kulit untuk dikeluarkan dari tubuh.
2. Mempertahankan Suhu Tubuh
Pembuluh darah berkontriksi untuk mempertahankan panas tubuh dan
berdilatasi untuk melepaskan panas pada permukaan kulit.
3. Perlindungan
Sistem darah dan limfatik melindungi tubuh terhadap cedera dan invasi
benda asing melalui sistem imun. Mekanisme pembekuan darah mencegah
kehilangan darah.
4. Pendaparan (buffering)
Protein darah memberikan sistem buffer asam-basa untuk
mempertahankan PH optimum darah.
(Sloane, 2003)
3
4
sejak usia mudigah 14 hari sampai minggu kesepuluh, berlangsung di yolk sac
(saccus vitelinus). Sedangkan fase hepatik berlangsung mulai minggu keenam
sampai kelahiran, berlangsung di mesenkim hepar, dan mulai terjadi differensiasi
sel. Fase mieloid berlangsung dalam sumsum tulang pada usia mudigah 12-17
minggu, ini menandakan sudah berfungsinya sumsum tulang untuk menghasilkan
sel darah.
Organ yang berperan dalam proses hematopoiesis adalah sumsum tulang
dan organ retikuloendotelial (hati dan spleen). Jika terdapat kelainan pada
sumsum tulang, hematopoiesis terjadi di hati dan spleen. Ini disebut
hematopoiesis ekstra medular. Sumsum tulang yang berperan dalam pembentukan
sel darah adalah sumsum tulang merah, sedangkan sumsum kuning hanya terisi
lemak. Pada anak kurang dari 3 tahun, semua sumsum tulang dari sumsum tulang
berperan sebagai pembentuk sel darah. Sedangkan saat dewasa, sumsum merah
hanya mencakup tulang vertebra, iga, sternum, tengkorak, sakrum, pelvis, ujung
proksimal femur dan ujung proksimal humerus.
Semua sel darah diturunkan dari hemositoblas (sel batang yang primitif)
yang terbagi menjadi 5 jenis :
1. Proeritroblas: mengalir melalui sejumlah tahapan (eritoblas basofilik,
kromatofilik, normoblas, retikulosit). Setelah matang menjadi eritrosit.
(b)Selama masa perkembangan, eritrosit mensintesis hemoglobin. Suatu
pigmen pembawa oksigen, dan melepas organelnya.nukleus mengecil dan
akhirnya keluar dari sel.
(c)Setelah nukleus hilang, eritrosit tetap berada dalam susum tulang selama
beberapa hari sampai matang dan kemudian dilepas kedalam sirkulasi.
2. Mieloblas merupakan asal promeilosit, yang mengalami penyimpangan dalam
perkembangannya dan menjadi tiga jenis sel darah yang disebut granulosit:
neutrrofil, eusinofil, basofil.
3. Limfoblas merupakan asal limfosit.
4. Monoblas merupakan asal dari monosit. Limfosit dan monosit ddisebut
agranulosit.
5. Megakarioblas membentuk megakariosit,yang merupakan asal dari trombosit.
5
Sel darah yang dalam proses pematangan memiliki karakteristik umum yang
sama, yaitu:
1. Semakin matang, ukurannya semakin kecil
2. Semakin matang, rasionya semakin menurun. Hal ini menandakan bahwa
inti sel semakin mengecil saat sel darah semakin matang.
(Sloane, 2003).
limfosit:
Sel B: Sel B membuat antibodi
yang mengikat patogen lalu
menghancurkannya. (Sel B tidak
hanya membuat antibodi yang dapat
mengikat patogen, tapi setelah
adanya serangan, beberapa sel B akan
mempertahankan kemampuannya
dalam menghasilkan antibodi sebagai
layanan sistem 'memori'.)
Sel T: Membantu Sel T
mengkoordinir tanggapan ketahanan
serta penting untuk menahan bakteri
intraseluler. Sel T juga dapat
membunuh sel yang terinfeksi virus.
Sel natural killer: Sel ini dapat
membunuh sel tubuh yang tidak
menunjukkan sinyal bahwa dia tidak
boleh dibunuh karena telah terinfeksi
virus atau telah menjadi kanker.
Monosit 3-8% Monosit sangat fagositik dan sangat
aktif. Sel ini juga mampu memberikan
potongan patogen kepada sel T sehingga
patogen tersebut dapat dihafal dan
dibunuh, atau dapat membuat tanggapan
antibodi untuk menjaga.
Makrofag Monosit dikenal juga sebagai makrofag
setelah dia meninggalkan aliran darah
serta masuk ke dalam jaringan.
9
polos dinding pembuluh darah berkontriksi. Hal ini pada awalnya akan
mengurangi darah yang hilang
b. Plug Trombosit, trombosit membengkak, menjadi lengket, dan menempel
pada serabut kolagen pembuluh darah yang rusak, membentuk plug
trombosit. Trombosit melepas ADP untuk mengaktivasi trombosit lain,
sehingga mengakibatkan agregasi trombosit untuk memperkuat plug
trombosit. Jika kerusakan pembuluh darah sedikit, maka plug trombosit
mampu menghentikan pendarahan. Jika kerusakan besar, maka plug
trombosit dapat mengurangi pendarahan, sampai proses bekuan darah
terbentuk (Sloane,2003).
2. Pembentukan Bekuan Darah
Tromboplastin yang dilepas oleh sel-sel jaringan yang rusak
mengaktivasi protrombin dengan bantuan ion Kalsium untuk membentuk
trombin. Trombin mengubah fibrinogen yang dapat larut menjadi fibrin yang
tidak dapat larut. Benang-benang fibrin membentuk jaring-jaring fibrin, yang
menangkap sel darah merah dan rombosit serta menutup aliran darah yang
melalui pembuluh yang rusak (Sloane,2003).
3. Fibrinolisis
Fibrinolisis adalah proses penghancuran deposit fibrin, sehingga aliran
darah akan terbuka kembali. Sistem fibrinolisis mulai bekerja sesaat setelah
terbentuknya bekuan fibrin. Deposisi fibrin akan merangsang aktivasi plasmin,
plasmin yang terbentuk akan memecah fibrinogen dan fibrin. Dengan proses
ini fibrin yang tidak diperlukan dilarutkan sehingga hambatan terhadap aliran
darah dapat dicegah. Untuk menghindari terjadinya aktivitas fibrinolisis yang
berlebihan, tubuh mempunyai mekanisme kontrol berupa inhibitor aktivator
plasminogen yang akan menetralkan aktivitas plasmin yang masuk ke sirkulasi
(Sloane,2003)..
2.1.4 Penggolongan Darah
Berdasarkan ada atau tidaknya zat antigen pada permukaan membran
eritrosit, penggolongan darah diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Sistem Penggolongan Darah ABO
11
Bersin, reaksi tubuh karena ada benda asing (bakteri, virus, benda, dan
lain-lain yang masuk hidung) reaksi tubuh untuk mengeluarkan
dengan bersin.
Bilasan air mata, saat ada benda asing produksi air mata berlebih
untuk mengeluarkan benda tersebut.
Bilasan saliva, kalau ada zat berbahaya produksi saliva berlebih untuk
menetralkan.
Urine dan feses, jika berlebih maka respon tubuh untuk segera
mengeluarkannya.
(Sloane, 2003).
b. Fagositosis adalah garis pertahan kedua tubuh terhadap agens infeksi proses
ini terdiri dari penelanan dan pencernaan mikroorganisme serta toksin yang
berhasil masuk kedalam tubuh.
1. Fagosit utama tubuh adalah neutrofil darah dan makrofag jaringan
2. Neutrofil dan makrofag bergerak ke seluruh jaringan melaului
kematoksis yaitu gerakan sel leukosit yang dipengaruhi zat kimia.
Makrofag berperan penting dalam memfasilitasi imun (Sloane, 2003).
c. Inflamsi adalah respon jaringan terhadap cedera akibat infeksi
1. Tanda-tanda lokal respons inflamasi meliputi Rubor (kemerahan), Kalor
(panas), Tumor (pembengkakan), Dolor (nyeri), Fungsiolaesa
( perubahan fungsi).
2. Efek sistematik inflamasi meliputi demam dan leukositos.
a. Demam atau suhu bandan tinggi yang abnormal dapat terjadi dalam
kaitanya dengan inflamasi.
Pirogen eksogen (pencetus demam) yang dilepas bakteri dan
pirogen endogen yang dilepas berbagai leukosit, bekerja pada
hipotalamus untuk mengatur kembali kendali suhu normal ke suhu
yang lebih tinggi.
Penyesian tubuh terhdapa peningkatan suhu meliputi
vasokontruksi untuk mengurangi panas, menggigil dan gemetar
16
Komponen dari respon imun yaitu antigen dan antibodi. Antigen adalah
suatu zat yang menyebabkan respon imun spesifik. Sedangkan antibodi adalah
17
suatu protein dapat larut yang dihasilkan sistem imun sebgai respon terhadap
keberadaan antigen dan akan bereaksi khususnya dengan antigen tersebut
(Sloane, 2003).
Ada lima kelas antibodi (imunoglobin) (Ig), antara lain :
1. Molekul IgA ditemukan dalam keringat, saliva, air mata. Fungsi
utamanya adalah untuk melawan mikroorganisme pada setiap titik masuk ke
dalam tubuh.
2. Molekul IgD ditemukan dalam limfe dan limfosit B. Fungsinya memicu
respon imun.
3. Molekul IgE ditemukan dalam darah, kadarnya meningkat selama reaksi
alergi. Molekul ini terikat pada reseptor sel mast dan basofil serta
menyebabkan pelepasan histamin.
4. Molekul IgG merupakan satu-satunya imunitas yang dapat menembus
plasenta dan memberikan imunitas pada bayi baru lahir. Fungsinya sebagai
pelindung terhadap mikroorganisme yang bersirkulasi, mengaktivasi sistem
komplemen, dan meningkatkan keefektifan sel fagosit.
5. Molekul IgM merupakan antibodi pertama yang tiba di sisi infeksi pada
pajanan awal terhadap antigen. Antibodi IgM mengaktivasi komplemen dan
memperbanyak fagositosis.
(Sloane, 2003).
b. Imunitas aktif buatan merupakan hasil vaksinasi. Vaksin dibuat dari patogen
yang mati atau dilemahkan atau toksin yang telah diubah, vaksin ini dapat
merangsang respons imun tetapi tidak menyebabkan penyakit.
7. imunitas pasif terjadi jika antibodi dipindah dari satu individu ke individu lain
a. Imunitas pasif alami terjadi pada janin saat antibodi ibu masuk menembus
plasenta janin dan memberi perlindungan sementara.
b. Imunitas pasif buatan adalah imunitas yang diberikan melalui injeksi
antibodi yang diproduksi oleh orang atau hewan yang kebal karena pernah
terpapar suatu antigen (Sloane, 2003).
1. Faktor metabolik
Hormon tertentu dapat berpengaruh terhadap respons imun tubuh. Hal ini dapat
di amati misalnya pada keadaan hipodrenalisme akan menyebabkan menurunya
daya tahan tahan terhadap infeksi. Demikian pula pada orang-orang yang
mendapatkan pengobatan sediaan steroid sangat mudah mendapatkan infeksi
bakteri maupun virus. Steroid tersebut berkhasiat dalam menghambat
fagositosis, produksi antibodi dan menghambat proses peradangan.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan yang kotor akan meningkatkan bibit-bibit penyakit, lingkungan
yang kotor juga dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang.
3. Faktor gizi
Kekurangan gizi pada seseorang sangat berpengaruh terhadap respon imunnya.
Gizi yang cukup dan seimbang sangat penting untuk berfungsinya sistem imun
secara normal. Dengan demikian kekurangan gizi dapat merupakan penyebab
utama timbulnya difisiensi imun (immuno deficiency).
4. Faktor sawar anatomik
19
2.4 Infus
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian
sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena
(pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan
ari tubuh (Brouwer, 1995).
Ketika terjadi gangguan homeostasis (keseimbangan cairan tubuh)
maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan
keseimbangan air dan elektrolit (Lukas, 2011).
20
Transfusi darah adalah pemindahan darah dari orang yang sehat kepada orang
yang sakit yang memerlukan (Syamsul, 1989).
Tranfusi dikerjakan pertama kali kurang lebih 100 tahun yang lalu dimana
pengetahuan dalam bidang fisiologi dan pengetahuan tentang srikulasi masih
sempit sekali oleh karena itu banyak kegagalan yang dialami. Dengan
berkembanganya ilmu pengetahuan berkembang pula pengetahuan, tentang
tranfusi. Berkat ditemukannya penggolongan darah ABO, asam sitrat sebagai
antikoagulan, berkuranglah ancaman kematian akibat transfusi (Syamsul,1989).
pertama, dan tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya, setelah darah di infuskan,
bersihkan slang dengan NaCl 0,9%, catat type, jumlah dan komponen darah yang
di berikan, cuci tangan setelah prosedur dilakukan (Hidayat, 2004 ).
24
BAB 3
CONCEPTUAL MAPPING
DARAH
SEL-SEL PLASMA
DARAH DARAH
PROTEIN
SISTEM IMUN
24
25
BAB 4
PEMBAHASAN
25
26
aglutinin alfa dan aglutinin beta. Sedangkan di dalam eritrosit terdapat pula zat
lain yang disebut aglutinogen A dan aglutinogen B. Berdasarkan faktor tersebut
maka Landsteiner membagi darah ke dalam empat golongan, yaitu golongan darah
A, B, AB, dan O (Syaifuddin, 2006).
Transfusi darah merupakan tindakan yang dilakukan pada seseorang yang
membutuhkan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan
menggunakan set transfusi. Pemberian transfusi darah digunakan untuk memenuhi
volume sirkulasi darah, memperbaiki kadar hemoglobin dan protein serum.
Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang kehilangan darah, seperti pada
operasi besar, perdarahan postpartum, kecelakaan, dan penyakit kekurangan kadar
Hb atau kelainan darah (Hidayat dan Musrifatul U., 2004).
Respon imun dapat dibawa sejak lahir (alamiah, nonadaptif atau
nonspesifik) atau adaptif (didapat atau spesifik). Imunitas alamiah merupakan
imunitas yang diperoleh tanpa didahului oleh kontak dengan antigen. Imunitas ini
bersifat nonspesifik yang meliputi pertahanan terhadap berbagai macam agen
infeksius, contohnya kulit dan membran mukosa, sel natural killer (NK),
fagositosis, inflamasi dan berbagai macam faktor nonspesifik lainnya. Sedangkan
imunitas adaptif didapat setelah terjadi paparan terhadap antigen (misalnya agen
infeksius) bersifat spesifik dan diperantarai baik oleh antibodi maupun sel limfoid.
Imunitas ini dapat bersifat pasif atau aktif (Brooks, Geo F., dkk).
27
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
`Darah dan sistem imun mempunyai peranan penting dalam tubuh. Darah
komponennya terdiri dari plasma dan elemen pembentuk darah (eritrosit, leukosit,
dan trombosit). Eritrosit bertugas menghantarkan oksigen ke jaringan, leukosit
menyediakan banyak bahan pelindung, dan plasma yang berfungsi untuk
menyegarkan cairan jaringan dan merupakan kendaraan untuk mengangkut bahan
buangan ke berbagai organ ekskretorik untuk dibuang. Sedangkan sistem imun
berfungsi untuk mempertahankan kekebalan tubuh, melawan dan menghancurkan
mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh.
5.2 Saran
27
28
DAFTAR PUSTAKA
Akib, Arwin AP, dkk. Buku Ajar Alergi Imunologi Anak. 2008. Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia
Arif. 2009. Penyakit Pada Darah. Jakarta: Salemba Medika
Ganong, W. F. 2008. Buku Ajar FisiologiKedokteran. Jakarta: EGC
Hidayat, A. Aziz AlimuldanMusrifatulUliyah. 2004. KebutuhanDasarManusia.
Jakarta: EGC
Lukas, Stefanus. 2011. Formulasi Steril. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET
Pack, Phillip E. 2007. Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Pakar Raya
Pearce, Evelyn C. 2000. AnatomidanFisiologiuntukParamedis. Jakarta: PT
Gramedia
Santoso. 1989. Indikasi Tranfusi. Jakarta: EGC
Sloane, Ethel. 2003. AnatomidanFisiologiuntukPemula. Jakarta: EGC
Surtiretna, Nina. 2006. MengenalSistemPeredaranDarah. Bandung: PT
KiblatBukuUtama
28