Anda di halaman 1dari 12

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep diri


Konsep diri merupakan faktor penting dalam berinteraksi. Hal ini
disebabkan oleh setiap individu dalam bertingkah laku sedapat mungkin
disesuaikan dengan konsep diri. Kemampuan manusia bila dibandingkan dengan
makhluk lain adalah lebih mampu menyadari siapa dirinya, mengobservasi diri
dalam setiap tindakan serta mengevaluasi setiap tindakan sehingga mengerti dan
memahami tingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan. Definisi Konsep
Diri adalah those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that
we have derived from experiences and our interaction with others. Jadi, konsep
diri adalah pandangan dan perasaan diri kita bisa bersifat psikologi, sosial dan
fisis (Brooks cit Rakhmat, 2005).

Konsep diri seseorang sangat bergantung pada penilaian dan respon orang
lain terhadap kita. Hurlock menyatakan bahwa konsep diri sebenarnya ialah
konsep seseorang tentang siapa dirinya. Konsep ini merupakan bayangan cermin,
yang ditentukan sebagian besar oleh peran dan hubungan dengan orang lain, dan
reaksi orang lain terhadapnya ( Masruroh, 2007).

Dengan mengamati diri sendiri, sampailah pada gambaran dan penilaian


tentang diri sendiri. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai “those
physical,social, and psychological perception of ourselves that we have derived
fromexperiences and our interaction with others”, yakni konsep diri adalah
pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya baik yang bersifat psikologis,
sosial, maupun fisis. Konsep diri bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, tetapi
juga penilaian kita tentang diri kita. Jadi konsep diri meliputi apa yang kita
pikirkan dan apa yang kita rasakan tentang diri kita sendiri (Rakhmat, 2005).

4
5

2.2 Proses pembentukkan konsep diri


Proses pembentukan konsep diri dimulai sejak masih kecil. Masa kritis
pembentukan konsep diri adalah saat anak masuk sekolah dasar. Lima tahun
pertama di SD akan menentukan “nasib” anak selanjutnya. Konsep diri terbentuk
melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seseorang manusia dari kecil
hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap
atau respon orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak
untuk menilai siapa dirinya. Oleh sebab itu, seringkali anak-anak yang tumbuh
dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negatif atau pun lingkungan yang
kurang mendukung, cenderung mempunyai konsep diri negatif. Jadi, anak
menilai dirinya berdasarkan apa yang dialami dan apa yang diperoleh dari
lingkungan. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak
akan merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif
(Glaser cit Murmanto, 2007).

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pada pembentukan konsep diri


Menurut Hurlock cit Rakhmat (2005) menyebutkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi pembentukkan konsep diri antara lain :

a. Keluarga
Konsep diri dibentuk dan dipengaruhi paling umum oleh keluarga.,
seperti orang tua melalui tindakan atau ucapan apakah perilaku kita baik atau
uruk, cerdas atau bodoh, cantik atau jelek dan sebagainya. Mereka ini diebut
signifikan other, yang membentuk konsep diri kita.

b. Orang lain
Jika seseorang diterima orang lain, dan disenangi karena keadaan dirinya,
maka orang tersebut akan cenderung bersikap menghormati dan menerima
dirinya. Sebaliknya bila orang lain selalu meremehkan, menyalahkan dan
menolak individu tersebut, maka dia akan cenderung tidak menyenangi dirinya
6

sendiri. Tidak semua orang mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita.
Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat dengan diri
kita. Orang lain yang sangat penting seperti keluarga, orang lain yang dengan
mereka kita mempunyai ikatan emosional. Dari merekalah, secara perlahan-
lahan kita membentuk konsep diri kita.

2.4 Pembagian konsep diri


Menurut Callhoun cit masruroh (2007) mengemukakan konsep diri dalam
dua tipe, yakni konsep diri positif dan konsep diri negatif. Berikut akan kami
jabarkan.

1. Konsep diri positif


Konsep diri positif yaitu konsep diri yang lebih berupa permainan diri,
bukan suatu kebanggaan yang besar tentang dirinya, sehingga dia dapat
memahami dan menerima dirinya sendiri secara apa adanya serta dapat
menerima orang lain. Ciri dari konsep diri positif adalah pengetahuan yang
luas dan bermacam-macam tentang dirinya dan penghargaan yang realistis
serta harga diri yang tinggi.

Menurut Sudarma (2008) menyatakan bahwa konsep diri positif dibagi menjadi
beberapa jenis, yaitu:

a. Menganut nilai tribalistik


Seseorang yang menganut nilai ini ditandai sifat yang taat kepada norma-
norma sosial atau norma-norma kelompok dan pimpinan formal. Dengan
kata lain, orang yang menganut nilai tribalistik adalah mereka yang
berpendapat bahwa ketergantungan pada orang lain dan ketaatan kepada
orang yang berkuasa dan kepada norma-norma hidup yang telah disepakati
bersama akan mengkibatkan hidup penuh keserasian dan keseimbangan.
Orang demikian akan mudah diajak bekerja sama dengan orang lain dan
7

akan mudah melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan,


sepanjang dapat mempengaruhi pemimpin formalnya.

b. Menganut nilai yang sosio-sentris


Orang yang menganut nilai ini sangat mementingkan keberedaan orang
lain. Memperoleh kemajuan tanpa kemajuan bersama dipandang negatif
oleh penganut nilai ini.

c. Menganut nilai eksistensial


Orang yang menganut nilai ini adalah mereka yang memiliki tingkat
toleransi yang tinggi terhadap pandangan orang lain yang berbeda dan
pandagan sendiri. Orang-orang seperti ini sangat tidak menyukai kekakuan
dalam hubungan interaksi dalam kehidupan organisasional, pengaturan
yang terlalu mengikat dan penggunaan kekuasaan secara tidak benar.

d. Menganut nilai konformitas


Orang yang menganut nilai ini pada dasarnya harus dapat menerima
adanya nilai-nilai pribadi yang dianut orang lain yang berbeda dengan
orang bersangkutan. Artinya konformitas harus berlangasung dua arah,
yaitu disatu pihak bersedia menerima nilai hidup yang berbeda dan di sisi
lain tidak memaksakan salah satu pihak bersedia menerima adanya nilai-
nilai hidup kepada orang lain.

Menurut Brook dan Emmert (1976) Ciri-ciri orang yang mempunyai


konsep diri positif antara lain:

1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini


mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin
untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan
percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
8

2. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak


sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai
orang lain.

3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu
tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima
pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang
lain.

4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan


keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh
masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan
menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh
masyarakat.

5. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek


kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu
untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi
orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar
diterima di lingkungannya.

Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini


lebih mengarah kekerendahan hati dan kekedermawanan dari pada
keangkuhan dan keegoisan. Orang yang mengenal dirinya dengan baik
merupakan orang yang mempunyai konsep diri yang positif.
9

2. Konsep diri negatif


Konsep diri negatif terdiri dari dua tipe, yaitu tipe I pandangan seseorang
tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur. Dia benar-benar tidak tahu
siapa dirinya, apa kelebihan dan kekuatannya, sedang tipe II konsep diri yang
terlalu stabil dan terlalu teratur dengan kata lain kaku. Ciri dari konsep diri
negatif ini adalah penilaian negatif terhadap diri apapun pribadi itu, dia tidak
pernah merasa cukup baik. Apa pun yang diperoleh tampaknya tidak berharga
dibandingkan dengan apa yang diperoleh orang lain.

Menurut Sudarma (2008) menyatakan bahwa ciri konsep diri negatif, yaitu:
a. Menganut nilai ego-sentris
Yang menonjol dalam diri penganut nilai ini adalah sifat yang
mementingkan diri sendiri dengan segala kebutuhan dan kepentingannya.
Mereka hanya taat kepada norma-norma sosial dan norma-norma kelompok
apabila ada pimpinan yang kuat, keras, dan mampu menuntut ketaatan
terhadap norma-norma yang telah ditetapkan. Pada umumnya orang-orang
yang menganut nilai demikian akan mau diajak bekerja sama dengan orang
lain dalam kelompok apabila yang bersangkutan yakin bahwa dengan kerja
sama kebutuhan dan kepentingan pribadinya dapat terpenuhi.

b. Menganut nilai manipulatif


Orang-orang yang menganut nilai manipulatif adalah mereka yang
berusaha mencapai tujuan pribadi sendiri dengan manipulasi orang lain
sedemikian rupa sehingga orang tersebut membenarkan tindakannya. Orang
yang menjadi penganut nilai manipulatif biasanya menunjukkan sikap
yang materialistik. Orang yang demikian itu biasanya sangat ambisius dan
cenderung berbuat segala sesuatu agar ia meraih keberhasilan dan pada
gilirannya tercermin pada berbagai hal seperti status yang lebih tinggi serta
penghargaan yang lebih besar.
10

Brook dan Emmert (1976) menyebutkan ciri-ciri orang yang memiliki


konsep diri negatif antara lain :

1. Peka terhadap kritik, . Orang ini sangat tidak tahan kritik yang
diterimanya dan mudah marah atau naik pitam, hal ini berarti dilihat
dari faktor yang mempengaruhi dari individu tersebut belum dapat
mengendalikan emosinya, sehingga kritikan dianggap sebagi hal yang
salah. Bagi orang seperti ini koreksi sering dipersepsi sebagai usaha
untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi orang yang
memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang
terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan
berbagai logika yang keliru

2. Responsif terhadap pujian, meskipun ia berpura-pura menghindarinya.


Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat
menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Buat
orang seperti ini, segala macam embel-embel yang menjunjung harga
dirinya menjadi pusat perhatian. Bersamaan dengan kesenangannya
terhadap pujian, merekapun hiperkritis terhadap orang lain

3. Hiperkritis terhadap orang lain. ia selalu mengeluh, mencela,


meremehkan siapapun, dan apapun. Mereka tidak pandai dan tidak
sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan
orang lain.

4. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidak


diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh,
sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban
persahabatan, berarti individu tersebut merasa rendah diri atau bahkan
berperilaku yang tidak disenangi, misalkan membenci, mencela atau
bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi (bermusuhan).
11

5. Bersikap pesimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam


keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam
membuat prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya melawan
persaingan yang merugikan dirinya.

2.5 Aspek konsep diri


Menurut Hurlock cit masruroh (2007), konsep diri mempunyai beberapa
aspek, yaitu:
a. Aspek fisik
Terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang penampilannya,
kemenarikan dan ketidakmenarikan, kesesuaian dengan seksnya, arti penting
tubuhnya dalam hubungan dengan perilakunya, dan gengsi yang diberikan
tubuhnya di mata orang lain. Sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara
sadar maupun tak sadar yang meliputi performance, potensi tubuh, fungsi
tubuh, serta persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh.
b. Aspek psikologis
Terdiri dari konsep individu tentang kemampuan dan ketidakmampuannya,
harga dirinya dan hubungannya dengan orang lain. Persepsi individu tentang
perilakunya yang disesuaikan dengan standar pribadi yang terkait dengan cita-
cita, harapan, dan keinginan, tipe orang yang diidamidamkan, dan nilai yang
ingin dicapai. Penilaian individu terhadap hasil yang ingin dicapai, dengan cara
menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai dengan ideal diri.
Individu merasa dicintai, dikasihi orang lain dan mendapat penghargaan dari
orang lain. Teori ini merupakan teori yang sudah mencakup dari aspek-aspek
yang ingin diteliti yang berkaitan dengan konsep diri, yakni pandangan
seseorang terhadap dirinya yang mencakup aspek fisik dan psikologis.
12

2.6 Komunikasi
Komunikasi sangat diperlukan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Komunikasi merupakan usaha untuk membuat suatu satuan sosial dari
individu dengan menggunakan bahasa atau tanda. Kurang lebih 70% dari
waktu bangun, kita gunakan untuk berkomunikasi. Keberhasilan seseorang
pun dapat dilihat dari keterampilannya dalam berkomunikasi. Kurangnya
komunikasi akan menghambat perkembangan kepribadian. Tujuan manusia
berkomunikasi adalah untuk menghasilkan suatu tindakan komunikasi
efektif. Dengan kata lain, menyampaikan apa yang ada di pikiran
komunikator, agar sama dengan apa yang dipikirkan oleh pihak komunikan
(Cangara, 2004).

2.7 Definisi Komunikasi


Menurut Evert M Rogers komunikasi adalah proses di mana suatu ide,
gagasan atau pesan dikirim dari sumber kepada satu penerima atau lebih,
dengan maksud untuk mengubah sikap, tingkah laku dan menayamakan
persepsi (Cangara, 2004).

2.8 Tujuan Komunikasi


Menurut Rakhmat (2005) Secara garis besar tujuan komunikasi adalah
menyamakan pemikiran serta menjalin hubungan untuk tindakan yang akan
dilakukan selanjutnnya. Dapat di simpulkan tutjuan komunikasi adalah:
1. Sebagai alat menciptakan persamaan pemikiran
2. Sebagai alat untuk menggerakkan perbuatan reaksi pesan (Komunikator).
13

2.9 Jenis-jenis komunikasi


2.9.1 Komunikasi sebagai suatu proses
Komunikasi sebagai suatu proses dapat dibedakan menjadi:
1. Komunikasi Primer
Komunikasi primer merupakan komunikasi tanpa menggunakan alat
perantara tekhnik yang mencetak ataupun berbentuk alat elektronika.
Dalam kegiatan komunikasi primer, dalam kata lain kita berbicara
secara langsung kepada seseorang dihadapan kita (Rakhmat, 2005).
2. Komunikasi sekunder
Komounikasi sekunder merupakan komunikasi secara tidak langsung,
dimana orang menggunakan alat dan mekanisme untuk
melipatgandakan jumlah penerima pesan dan sasaran. Contoh
pengguanaan tekhnologi yan digunakan adalah media telepon, radio,
tape, tv dl (Masing, 2005).

2.9.2 Menurut kegiatannya


Komunikasi menurut kegiatannya dapat dibedakan menjadi:
1. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang kita pelajari setelah
kita menggunakan komunikasi non verbal. Jadi komunikasi verbal
ini digunakan setelah pengetahuan dan kedewasaan kita sebagai
manusia tumbuh. Komunikasi verbal dinilai kurang universal
dibanding dengan komunikasi non verbal, sebab bila kita ke luar
negeri misalnya dan kita tidak mengerti bahasa yang digunakan
masyarakat setempat maka kita bisa menggunakan bahasa isyarat
non verbal. Komunikasi verbal merupakan aktivitas yang lebih
intelektual dibanding dengan bahasa non verbal. Melalui
komunikasi verbal kita mengkomunikasikan gagasan dan konsep-
konsep yang abstrak (Rakhmat, 2005).
2. Sementara komunikasi non verbal dapat didefenisikan sebagai
berikut: non berarti tidak, verbal bermakna kata-kata (words).
Sehingga komunikasi non verbal dimaknai sebagai komunikasi
14

tanpa kata-kata. Beberapa contoh komunikasi nonverbal adalah:


gerakan atau isyarat badaniah (gestural) seperti melambaikan
tangan, mengedipkan mata dan sebagainya, dan menggunakan
gambar untuk mengemukakan ide atau gagasannya (Rakhmat,
2005).

2.9.3 Menurut komunikasi personal


Terdiri dari komunikasi intrapersonal intrapersonal communication
dan komunikasi antarpersonal interpersonal communication.

a. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapribadi atau komunikasi intrapersonal  adalah
penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri
komunikator sendiri antara self dengan God. Komunikasi
intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari
individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang
individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan
umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang
berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu
bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi
melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran
(awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh
komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling
berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka
sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui
proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang
yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek
(Cangara, 2004).
15

b. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi yang
melibatkan dan berlangsung dengan orang lain atau kelompok orang
untuk berkomunikasi secara tatap muka (Cangara, 2004).

Anda mungkin juga menyukai