Anda di halaman 1dari 21

1.

Evidence Based Learning : Anggraini


2. Tutorial : Andri
3. Informasi Kesehatan : Novita
4. Evidence Based Dentistry: Rian
5. Berpikir Kritis

6. Tutorial Wikipedia – Pengantar

Informasi dasar Wikipedia

Selamat datang

Siapa penulis Wikipedia

Berkontribusi untuk Wikipedia

Menyunting sebuah halaman

Artikel pertama Anda

Aturan yang disederhanakan

Pancapilar!

Hubungi kami

Tutorial

Markah wiki

Pengantar

Tanya jawab

Bantuan:Isi

7. Selamat datang di Tutorial Wikipedia. Tutorial ini dimaksudkan untuk pengguna


yang telah membaca sekilas mengenai Wikipedia melaluiMengenal Wikipedia, dan
siap untuk memulainya. Setelah membaca rangkaian halaman ini, Anda akan
mendapatkan informasi dasar dan pengetahuan yang diperlukan untuk
menjadi Pengguna Wikipedia.

8. Setiap halaman akan membahas mengenai fitur (fasilitas) mengenai software wiki,
beberapa petunjuk mengenai style dan isi artikel, informasi mengenai komunitas
Wikipedia, atau kebijakan dan konvensi penting dalam Wikipedia.

9. Ingat bahwa ini adalah tutorial, bukanlah halaman kebijakan definitif atau manual
yang menyeluruh. Jika Anda menginginkan yang lebih detail, dalam tutorial ini
terdapat pranala (link) yang terhubung dengan halaman Wikipedia lainnya. Halaman
tersebut memiliki informasi yang lebih detail mengenai topik di sini. Jika Anda ingin
sambil membacanya, mungkin sebaiknya Anda membuka pranala tersebut dalam
jendela (window) baru yang.

10. Dalam tutorial ini juga terdapat pranala ke bak pasir, dimana Anda dapat
mempraktekkan apa yang Anda pelajari. Tidak akan ada yang marah jika Anda
menggunakan bak pasir sebagai wahana eksperimen Anda, jadi jangan khawatir,
lakukan saja dan lihat apa yang Anda kerjakan.

11. Catatan: Tutorial ini mengasumsikan Anda menggunakan layout (skin) halaman default. Jika
Anda melakukan masuk log (log in) dan telah merubah preferensi pengguna Anda, letak pranala
pada layar mungkin bisa berbeda.

http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Tutorial

Berpikir Kritis
Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan
keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Berikut adalah contoh-contoh
kemampuan berpikir kritis, misalnya (1) membanding dan membedakan, (2) membuat kategori, (2)
meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan, (3) menerangkan sebab, (4) membuat sekuen / urutan,
(5) menentukan sumber yang dipercayai, dan (6) membuat ramalan.
Menurut Perkin (1992), berpikir kritis itu memiliki 4 karakteristik, yakni (1) bertujuan untuk mencapai
penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan
alasan logis, (2) memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dan membuat keputusan,
(3) menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan
menerapkan standar, (4) mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai
sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian. Sedangkan Beyer (1985) mengatakan bahwa
kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan (1) menentukan kredibilitas suatu sumber, (2)
membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, (3) membedakan fakta dari penilaian, (4)
mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, (5) mengidentifikasi bias yang ada,
(6) mengidentifikasi sudut pandang, dan (7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung
pengakuan, Menurut Harris, Robert (1998) indikasi kemampuan berpikir kristis ada 13, yakni (1)
analytic, (2) convergent, (3) vertical, (4) probability, (5) judgment, (6) focused, (7) Objective, (8)
answer, (9) Left brain, (10) verbal, (11) linear, (12) reasoning, (13) yes but.
Berpikir kritis menurut Schafersman, S.D. (1991) adalah berpikir yang benar dalam rangka
mengetahui secara relevan dan reliable tentang dunia. Berpikir kritis, adalah berpikir beralasan,
mencerminkan, bertanggungjawab, kemampuan berpikir, yang difokuskan pada pengambilan
keputusan terhadap apa yang diyakini atau yang harus dilakukan. Berpikir kritis adalah berpik
mengajukan pertanyaan yang sesuai, mengumpulkan informasi yang relevan, mengurutkan informasi
secara efisien dan kreatif, menalar secara logis, hingga sampat pada kesimpulan yang reliable dan
terpercaya.
Berpikir kritis itu menurutnya ada 16 karakteristik, yakni (1) menggunakan bukti secara baik dan
seimbang, (2) mengorganisasikan pemikiran dan mengungkapkannya secara singkat dan koheren, (3)
membedakan antara kesimpulan yang secara logis sah dengan kesimpulan yang cacat, (4) menunda
kesimpulan terhadap bukti yang cukup untuk mendukung sebuah keputusan, (5) memahami
perbedaan antara berpikir dan menalar, (6) menghindari akibat yang mungkin timbul dari tindakan-
tindakan, (7) memahami tingkat kepercayaan, (8) melihat persamaan dan analogi secara mendalam,
(9) mampu belajar dan melakukan apa yang diinginkan secara mandiri, (10) menerapkan teknik
pemecahan masalah dalam berbagai bidang, (11) mampu menstrukturkan masalah dengan teknik
formal, seperti matematika, dan menggunakannya untuk memecahkan masalah, (12) dapat
mematahkan pendapat yang tidak relevan serta merumuskan intisari, (13) terbiasa menanyakan
sudut pandang orang lain untuk memahami asumsi serta implikasi dari sudut pandang tersebut, (14)
peka terhadap perbedaan antara validitas kepercayaan dan intensitasnya, (15) menghindari
kenyataan bahwa pengertian seseorang itu terbatas, bahkan terhadap orang yang tidak bertindak
inkuiri sekalipun, dan (16) mengenali kemungkinan kesalahan opini seseorang kemungkinan bias
opini, dan bahaya bila berpihak pada pendapat pribadi.
Metode ilmiah merupakan metode paling ampuh yang pernah ditemukan manusia dalam rangka
mengumpulkan pengetahuan. yang relevan dan reliabel tentang alam. Metode non ilmiah lebih
mengarah pada emosi dan harapan umat manusia dan lebih mudah dipelajari dan dipraktekkan
daripada metode ilmiah. Meningkatkan pengajaran metode ilmiah dan manifestasinya yang terkenal
yaitu berpikir kritis.
Berpikir kritis dapat diajarkan melalui:(1) perkuliahan, (2) laboratorium, (3) tugas rumah, (4)
Sejumlah latihan, (5) Makalah, dan (6) ujian. Dengan demikian berpikir kritis dapat dimasukkan
dalam kurikulum dengan mempertimbangkan: (1) siapa yang mengajarkan, (2) apa yang diajarkan,
(3) kapan mengajarkan, (4) bagaimana mengajarkan, (5) bagaimana mengevaluasi, dan (6)
menyimpulkan.
Sejumlah tujuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis diantaranya adalah (1)
memberikan guru umum tentang konsep dalam rangka mencapai tujuan melalui petunjuk yang
membantu, (2) merancang pembelajaran dengan menggunakan web dan isu yang bermanfaat, (3)
memadukan berbagai hasil guruan, (4) mendorong komunitas belajar di dalam kelas, (5)
menciptakan kesempatan berpikir kritis yang menyenangkan dan relevan bagi siswa.
Sedangkan strategi yang dapat digunakan guru dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis
siswa antara lain adalah (1) mengadakan alas penilaian untuk memberikan final siswa. Menciptakan
masalah merupakan 20% dari keseluruhan nilai, (2) mendeskripsikan syarat pelajaran secara
mendetail sesuai silabus dengan menambah area online (alamat website) yang dapat menyediakan
akses informasi secara mudah, (3) memberikan orientasi pelajaran, (4) instruktur memberi pendapat
untuk siswa dalam pemberian masalah lewat e-mail untuk memberi penguatan yang positif, dan
beberapa hasil pelajaran dipadukan setelah pembelajaran usai.
https://www.facebook.com/DinamikaGuruSD.kalimnuryatigoblok/posts/651170718259321
belajar mandiri LBM 4 blok 1
Belajar mandiri LBM 4

         EBD adalah : Kedokteran Gigi berbasis bukti adalah konsep menggunakan bukti saat ini untuk


memandu pengambilan keputusan pertama kali diperkenalkan oleh Gordon Guyatt dan
GrupKedokteran Berbasis Bukti Bekerja di McMaster University di Ontario, Kanada pada 1990-an.

         Evidence-based dentistry   adalah suatu pendekatan  pada pelayanan kesehatan oral, yang


memerlukan integrasi dari  penilaian sistematik bukti ilmiah (scientific evidence) klinis yang relevan,
berkaitan dengan keadaan dan riwayat oral dan medik pasien,  disertai dengan keahlian klinis drg dan
kebutuhan akan perawatan pasien

         Kedokteran berbasis bukti (EBM) adalah penggunaan hati nurani, eksplisit, dan bijaksana bukti


terbaik dalam membuat keputusan tentang perawatan pasien individu. Kedokteran berbasis buktiadalah
integrasi dari bukti penelitian yang terbaik dengan keahlian klinis dan nilai-nilai pasien (Sackett, 1996)

          Kedokteran Gigi Bukti Berbasis ditujukan untuk praktisi gigi umum untuk membantu


merekamengikuti bukti terbaik yang tersedia tentang perkembangan terbaru dalam berbagai
aspekkedokteran gigi klinis. Selain itu, alat yang sangat berharga bagi para praktisi spesialis perlu untuk
mempertahankan kesadaran pendekatan baru di luar cabang kedokteran gigi mereka

http://www.ovid.com/site/catalog/Journal/1322.jsp

Kedokteran gigi berbasis bukti (EBD) adalah sebuah pendekatan untuk perawatan kesehatan mulut yang terintegrasi,
memiliki penilaian sistematis akan bukti ilmiah klinis (uji klinis) yang relevan, yang berkaitan dengan kondisi oral pasien,
catatan dan kondisi medisnya, dengan keahlian klinis dokter gigi dan kebutuhan pasien dalam perawatan dan
preferensinya" menurut ada.

Tujuam utama EBD

 Menghasilkan bukti yang terbaik (hasil terbaik)


 Penggunaan cara penatalaksanaan (praktik) yang berkembang.

Tujuan lain EBD


 Dokter gigi tetap up to date (berkembang dalam hal diagnosa, pencegahan dan pengobatan penyakit mulut)
 Penemuan terbaru penyebab penyakit mulut.

Selama ini, bila ada pernyataan akan bukti dari penelitian, tidak ada organisasi yang mengesahkan semua buktinya.
Langkah Pada EBD

1. Mengajukan pertanyaan.

EBD dibangun di atas menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan:


 pengelolaan pasien tunggal
 beberapa informasi yang dibutuhkan oleh pasien
 tertarik pada suatu topik tertentu yang telah dibahas dengan rekan sejawat

2. Mencari informasi
 J EBD, PubMed, The Centre Of EBD, American Dental Association

Bukti dapat diperoleh dengan cara :

 Penelitian Lapangan

* Study Cross-Sectional Study (Potong Lintang)Pengamatan dari sebuah populasi tertentu pada satu titik waktu atau dalam
interval waktu tertentu. Exposure dan hasil yang ditentukan secara bersamaan.
* Cohort Study Sebuah studi klinis bahwa dengan perbandingan dua kelompok yang memiliki pengalaman yang sama.

* Case-Control Study Sebuah studi klinis yang melibatkan mengidentifikasi subyek dengan kondisi klinis (kasus) dan subyek
bebas dari kondisi (kontrol), dan menyelidiki jika dua kelompok yang memiliki eksposur yang sama atau berbeda dengan
indikator risiko atau faktor yang berhubungan dengan penyakit .

 Penelitian Uji Klinis

Pemberian atau pemakaian obat pada pasien (99%)


 Review

* Review sistematis
Sebuah review yang mengidentifikasi dan mengevaluasi semua bukti dengan menjawab pertanyaan yang difokuskan secara
sempit pada keadaan klinis tertentu.

* Review naratif

3. Interpretasi pembuktian

tiga aspek mendasar yang harus dipertimbangkan pada waktu membuat interpretasi pembuktian:

 besarnya efek dari perawatan


 hasil penelitian adalah efek sebenarnya atau hanya kebetulan
 hampir selalu dicoba kepada manusia.

4. Bertindak atas bukti yang ada.


Informasi yang telah diperoleh dengan pengukuran penelitian untuk dipertimbangkan dalam hubungan dengan pernyataan
dan praktiknya.

http://alettalight.blogspot.com/2010/10/evidence-based-denstistry.html

mengapa penting :

Bahwa informasi up-date mengenai diagnosis, prognosis, terapi dan pencegahan sangat dibutuhkan dalam praktek sehari-hari.
Sebagai contoh, teknologi diagnostik dan terapetik selalu disempurnakan dari waktu ke waktu, sehingga bisa saja obat atau
teknologi kesehatan yang sebelumnya diketahui terbaik di masanya dapat segera digantikan oleh obat atau teknologi
kesehatan yang lebih efikasius dan aman.
Bahwa informasi-informasi tradisional (misalnya yang terdapat dalam text-book) tentang hal-hal di atas sudah sangat tidak
adekuat pada saat ini; beberapa justru sering keliru dan menyesatkan (misalnya informasi dari pabrik obat yang disampaikan
oleh duta-duta farmasi/detailer), tidak efektif (misalnya continuing medical education yang bersifat didaktik), atau bisa saja
terlalu banyak sehingga justru sering membingungkan (misalnya cukup banyak jenis obat yang di negara asalnya sudah ditarik
tetapi masih tetap beredar di Indonesia tanpa diketahui oleh praktisi medik).
Dengan bertambahnya pengalaman klinik seseorang maka kemampuan/ketrampilan untuk mendiagnosis dan menetapkan
bentuk terapi (clinical judgement) juga meningkat. Namun pada saat yang bersamaan, kemampuan ilmiah (akibat terbatasnya
informasi yang dapat diakses) serta kinerja klinik (akibat hanya mengandalkan pengalaman, yang sering tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah) menurun secara signifikan.
Dengan meningkatnya jumlah pasien, waktu yang diperlukan untuk pelayanan semakin banyak. Akibatnya, waktu yang
dimanfaatkan untuk meng-up date ilmu (misalnya membaca journal-journal kedokteran atau menghadiri seminar-seminar
ilmiah) sangatlah kurang. Dalam situasi tersebut bisa saja praktisi medik tidak menyadari bahwa prasat medik yang dilakukan
sebenarnya sudah tidak lagi direkomendasikan pada saat ini. Jika tetap dilakukan, maka secara tidak sadar yang bersangkutan
telah melakukan medical error, atau memberikan jenis terapi yang sudah usang (obsolete) atau bahkan tidak lagi dianjurkan
(abandoned).

Langkah-langkah EBM
Evidence based medicine dapat dipraktekkan pada berbagai s’rtuasi, khususnya jika timbul keraguan
dalam hal diagnosis, terapi, dan penatalaksanaan pasien. Adapun langkah-langkah dalam EBM
adalah sbb:
Langkah I: Memformulasikan pertanyaan ilmiah
Setiap saat seorang dokter menghadapi pasien tentu akan muncul pertanyaan-pertanyaan ilmiah
yang menyangkut beberapa hal seperti diagnosis penyakit, jenis terapi yang paling tepat, faktor-faktor
risiko, prognosis hingga upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang dijumpai
pada pasien.
Langkah II: Penelusuran informasi limiah untuk mencari “evidence”
Setelah formulasi permasalahan disusun, langkah selanjutnya adalah mencari dan mencoba
menemukan bukti-bukti ilmiah yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Langkah III:
Penelaahan terhadap bukti ilmiah (evidence) yang ada
Dalam tahap ini seorang klinisi atau praktisi dituntut untuk dapat melakukan penilaian (apprisaf)
terhadap hasil-hasil studi yang ada. 
Langkah IV: Penerapan hasil penelaahan ke dalam praktek
Dengan mengidentifikasi bukti-bukti ilmiah yang ada tersebut, seorang klinisi atau praktisi dapat
langsung menerapkannya pada pasien secara langsung atau melalui diskusi-diskusi untuk menyusun
suatu pedoman terapi

Langkah – Langkah

Evidence Based Learning 

1. Identi fi kasi dan Formulasi Masalah2. Mencari atau Menulusuri Masalah3. Kajian kriti s
Bukti dari Makalah Ilmiah4. Menerapkan Hasil Kajian Kritis kepada Pasien kita dan
Evaluasi(Wiryo, 2002).

Manfaat  EBD: 

• menambah kemampuan kita dalam menganalisis suatu informasi 

• Menawarkan paling pasti dan paling objektif untuk menentukan dan mempertahankan kualitas tinggi scr konsisten dan standar

keselamatan dalam praktik medik

Tujuan : 

• Membantu proses pengambilan keputusan klinik yang didasari pada bukti bukti ilmiah terkini yang terpercaya dan dapat di

pertanggung jawabkan

• Menjadikan dokter memiliki informasi yang mutakhir dan valid dalam penatalaksanaan pasien
Dampak tidak diterapkan EBM : 

• terjadi kesalahan persepsi dalam berbagai aspek

• Tidak dapat dipertanggung jawabkan kaerna tidak adanya fakta fakta yang mendukung

Mengapa di bidang kedokteran perlu di lakukan EBM : 

• banjir informasi, : paling tidak 20000-40000 jurnal? Tahun yang memuat 2juta hasil penelitian dan semua peneltian itu belum tentu

dapat dipakai untuk penatalaksanaan pasien 

• kemustahilanan semua akses informasi, : penedidikan kedoktran tidak dimaksudkan untuk menghafalkan semua informasi dan

mahasiswa harus mengembangkan iptek selama menjalankan tugas profesi

• the slipperly slope{ mira} 

penjelasan : dengan bejalannya waktu dokter semakin bodoh bila tidak meng up date ilmunya dan hal itu akan merugikan pasien

• Bahwa informasi update mengenai diaknosis, proknosis terapi dan pencegahan [ mitha ]

Penjelasan : sebagai contoh, teknologi diagnostik dan terapetik selalu disempurnakan dari waktu ke waktu, sehingga bisa saja obat atau

teknologi kesehatan yang sebelumnya diketahui terbaik dimasanya dapat segera digantikan oleh obat atau teknologi kesehatan yang

lebih efikasius dan aman

• Dengan meningkatnya jumlah pasien [ hanna ]

Penjelasan : meninglatnya jumlah pasien waktu yang diperlukan untuk melayani pasien semakin bnyak akibatnya waktu yang

dimanfaatkan dokter untuk meng up date ilmu misalnya membaca jurnal2 kedokteran dan menghadiri seminar2 ilmiah semakin

berkurang

• Meningkatkan kemampuan atau keterampilan untuk mendiagnosis dan menetapkan bentuk terapi

http://drganjoz.blogspot.com/2010/10/lbm-4-blok-1-critical-appraisal.html

KELEBIHAN CRITICAL APPRAISAL

•          Merupakan metode yang sistematis utk menilai hasil, validitas, dan kegunaan dari publikasi artikel
ilmiah.

•          Jalan untuk mengurangi jurang antara riset dengan praktis.

•          Mendorong penilaian objektif tentang kegunaan sebuah informasi ilmiah.

•          Critical appraisal merupakan keterampilan yang tidak sulit dikuasai dan dikembangkan.

KEKURANGAN CRITICAL APPRAISAL

•          Membutuhkan banyak waktu, terutama pada awal.

•          Tidak selalu memberikan jawaban yang mudah.

•          Mengurangi semangat, terutama bila akses terhadap hasil penelitian yang baik pada bidang tertentu
sangat terbatas.

Kritik Jurnal Fery Mendrofa

Kaitan antara EBM dengan CA : CA merupakan bagian dari suatu langkah EBM

Langkah langkah EBM :

1. Identifikasi dan Memformulasikan masalah dalam pertanyaan ilmiah 

2. Penulusuran informasi ilmiah untuk mencari evidence atau bukti

3. Penelaahan terhadap bukti ilmiah yang ada

4. Penerapan hasil penelaahan kedalam praktik 

5. Evaluasi
TUJUAN DAN KEPENTINGAN UJI KLINIK

Uji klinik bertujuan untuk membuktikan atau menilai manfaat klinik suatu obat, pengobatan, atau strategi terapetik

tertentu secara objektif dan benar. Dengan kata lain, uji klinik dimaksudkan untuk menghindari pracondong/ bias

pemakai obat (prescriber), pasien, atau dari perjalanan alami penyakit itu sendiri. Di samping itu, uji klinik harus dapat

memberikan jawaban yang benar (valid) mengenai manfaat klinik intervensi terapi tertentu, jika memang bermanfaat

harus terbukti bermanfaat, dan jika tidak bermanfaat harus terbukti tidak bermanfaat.

Berdasarkan pembuktian melalui uji klinik ini, maka suatu obat,  pengobatan atau strategi terapetik tertentu baru dapat

diterapkan secara luas dalam praktek. Dalam pengembangan obat-obat baru, maka prinsip penilaian obat atau calon

obat didasarkan pada metode uji klinik secara ketat. Prinsip-prinsip metodologi uji klinik harus diterapkan pada fase III,

http://farklin.com/images/multirow3f1e1930753a3.pdf

Uji klinik fase I.

Pada uji klinik fase I ini untuk pertama kalinya obat yang diujikan diberikan pada manusia (sukarelawan sehat),

baik untuk melihat efek farmakologik maupun efek samping. Secara singkat tujuan uji klinik pada fase ini adalah:

-  melihat kemungkinan adanya efek samping dan toleransi subjek  terhadap obat yang diujikan,

-  menilai hubungan dosis dan efek obat, dan

-  melihat sifat kinetik obat yang meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme  dan eksresi.

Dengan melakukan uji klinik fase I ini kita akan memperoleh informasi mengenai dosis, frekuensi, cara dan berapa

lama suatu obat harus diberikan pada pasien agar diperoleh efek terapetik yang optimal dengan risiko efek

samping yang sekecil- kecilnya. Informasi yang diperoleh dari uji klinik fase I ini diperlukan sebagai dasar untuk

melakukan uji klinik berikutnya (fase II)

2. Uji klinik fase II

Bertujuan untuk melihat kemungkinan efek terapetik dari obat yang diujikan. Pada tahap ini uji klinik dilakukan

secara terbuka tanpa kontrol (uncontrolled trial). Mengingat subjek yang digunakan terbatas, hasil dan kesimpulan

yang diperoleh belum dapat digunakan sebagai bukti adanya kemanfaatan klinik obat.

3.  Uji klinik fase III


Dalam tahap ini obat diuji atas dasar prinsip-prinsip metodologi  ilmiah yang ketat. Mengingat hasil yang diperoleh

dari uji klinik fase III ini harus memberi kesimpulan definitif mengenai ada/tidaknya kemanfaatan klinik obat, maka

diperlukan metode pembandingan yang terkontrol ( controlled clinical trial). Di sini obat yang diuji dibandingkan

dengan obat standard yang sudah terbukti kemanfaatannya (kontrol positif) dan/atau plasebo (kontrol negatif).

4.  Uji klinik fase IV (post marketing surveillance).

Uji tahap ini dilakukan beberapa saat setelah obat dipasarkan/digunakan secara luas di masyarakat. Uji ini

bertujuan untuk mendeteksi adanya efek samping yang jarang dan serius ( rare and serious adverse effects) pada

populasi, serta efek samping lain yang tidak terdeteksi pada uji klinik fase I, II dan III.

obat tradisional juga memiliki berbagai kelemahan, yaitu :


- Efek farmakologisnya lemah
- Bahan baku belum standar
- Bersifat higroskopis serta volumines
- Belum dilakukan uji klinik
- Mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.

Walaupun demikian, efek samping obat tradisional tidak bisa disamakan dengan efek samping obat modern.
Pada tanaman obat terdapat suatu mekanisme yang disebut penangkal atau dapat menetralkan efek samping
tersebut yang dikenal dengan istilah SEES (Side Effect Eleminating Subtanted).

http://sehatherbal.blogspot.com/2007/03/kelebihan-dan-kelemahan-obat.html

Kelebihan Obat Tradisional

Dibandingkan  obat-obat modern, memang OT/TO memiliki beberapa kelebihan,

antara lain : efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen

berbeda memiliki efek saling mendukung, pada satu tanaman memiliki lebih dari satu

efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif.

Para dokter

dituntut untuk memberikan pelayanan klinis

berdasarkan bukti (evidence), yakni mengambil

keputusan dalam pelayanan terhadap pasien atas


dasar bukti yang terbaik, melalui pertimbangan

masak, eksplisit dan cermat. Dalam jaminan

kesehatan dengan sistem managed care, bukti

bahwa cara diagnosis maupun pengobatan lebih

memberikan manfaat dibandingkan mudarat menentukan apakah tindakan medis tersebut

ditanggung atau tidak oleh pihak asuransi.

http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/jurnal/02-mkhari%20kusnanto.pdf

Critical Appraisal 

1 . P e n g e r ti a n

Critical Appraisal Critical appraisal 

atau telaah kritis merupakan cara atau metode untuk mengkriti si secara ilmiah terhadap penulisan
ilmiah (Sastroasmara,2006).

2. Penerapan

Critical Appraisal 

 Dalam menerapkan

critical appraisal 

atau telaah kriti s kita harus bisamengetahui tentang metodologi dan biostatistik yang cukup baik
sertapengetahuan tentang tata cara kajian kriti s menurut

evidence based medicine  Setelah itu, menelaah deskripsi umum laporan peneliti an. S e l a n j u t n y a ,


m e l a k u k a n t e l a a h t e n t a n g v a l i d i t a s i n t e r n a p e n e l i ti a n , hubungan sebab-akibat, dan
diakhiri dengan telaah tentang validitas eksterna (Sastroasmara, 2006).

Evidence  based  medicine

merupakan  sebuah  pendekatan  yangm e m b a w a p a s i e n d a la m k e j e l a s a n , k e t e g a s a n ,


d a n k e b i j a k s a n a a n d a r i penyelidikan  klinis  yang  dikombinasi  dengan  pemahaman
tentangpatofi siologi, pengalaman klinis, dan membuat keputusan klinis tentang pengobatan
yang dipilih atau sesuai dengan pasien (Pronofost et all, 2001).

Evidence  based  medicine

merupakan  ketelitian,  kejelasan,  dankebijaksanaan dalam membuat sebuah keputusan


dalam menyembuhkandiri pasiennya (Xue, 2009).

Evidence  based  medicine


merupakan  ketelitian,  kejelasan,  dankebijaksanaan dalam membuat sebuah keputusan
dalam menyembuhkand i r i p a s i e n n y a d i m a n a k e p u t u s a n y a n g d i a m b i l i t u
b e r d a sa r k a n f a k t o r   tersedianya bukti eksternal yang terbaik, keahlian klinis dan hokum
yangberlaku, serta pilihan pasien sendiri (Karram, 2009).

http://crenatta.blogspot.com/2011_12_11_archive.html

Pengertian Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi


Keperawatan

Pengertian Sistem Informasi Kesehatan


Pengertian sistem informasi kesehatan adalah gabungan perangkat dan prosedur
yang digunakan untuk mengelola siklus informasi(mulai dari pengumpulan data sampai
pemberian umpan balik informasi) untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan.

Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi diseluruh seluruh


tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada
masyarakat.

Sistem Informasi Kesehatan (SIK)  adalah integrasi antara perangkat, prosedur  dan


kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara sistematis untuk mendukung
pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam kerangka pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.

Dalam literature lain menyebutkan bahwa SIK adalah suatu sistem pengelolaan data dan
informasi kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk
mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.

Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building


block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara. Keenam komponen
(building block) sistem kesehatan tersebut adalah:

1. Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)


2. Medical product, vaccine, and technologies (produk medis, vaksin, dan teknologi
kesehatan)
3. Health worksforce (tenaga medis)
4. Health system financing (system pembiayaan kesehatan)
5. Health information system (sistem informasi kesehatan)
6. Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah)
Sedangkan di dalam tatanan Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari
sub sistem ke 6 yaitu pada sub sistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi kesehatan merupakan sebuah sarana
sebagai penunjang pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Sistem informasi
kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di
semua jenjang, bahkan di puskesmas atau rumah sakit kecil sekalipun. Bukan hanya data,
namun juga informasi yang lengkap, tepat, akurat, dan cepat yang dapat disajikan dengan
adanya sistem informasi kesehatan yang tertata dan terlaksana dengan baik
Pengertian Sistem informasi keperawatan

Sistem informasi keperawatan merupakan kombinasi dari ilmu komputer, informasi dan


keperawatan yang disusun untuk mempermudah manajemen ,proses pengambilan keputusan,
dan pelaksanaan asuhan keperawatan.

Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi dan


ilmu keperawatan yang disusun untuk memudahkan manajemen dan proses pengambilan
informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan asuhan
keperawatan (Gravea & Cococran,1989).

Sedangkan menurut ANA (Vestal, Khaterine, 1995) sistem informasi


keperawatan berkaitan dengan legalitas untuk memperoleh dan menggunakan data, informasi
dan pengetahuantentang standar dokumentasi , komunikasi, mendukung proses pengambilan
keputusan, mengembangkan dan mendesiminasikan pengetahuan baru, meningkatkan kualitas,
efektifitas dan efisiensi asuhan keperawaratan dan memberdayakan pasien untuk memilih
asuhan kesehatan yang diiinginkan. Kehandalan suatu sistem informasi pada suatu organisasi
terletak pada keterkaitan antar komponen yang ada sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan
menjadi suatu informasi yang berguna, akurat, terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu
organisasi.

Sistem informasi keperawatan merupakan penggunaan catatan keperawatan


terkomputerisasi membutuhkan bahasa yang baku dalam menggambarkan masalah-masalah
pasien, diagnosa keperawatan melengkapi kebutuhan tersebut dan membantu menetapkan
lingkup praktik keperawatan secara mandiri.

Sistem informasi keperawatan merupakan sistem yang dalam


penggunaannya sehingga dapat dilakukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat,
selama didalamnya terdapat panduan hubungan antara penyakit dengan tanda dan
gejala,etiologi yang berhubungan dengan faktor-faktor dan populasi pasien serta hubungan
langsung dengan dokter juga dapat disediakan.

Diposkan 6th July 2012 oleh nur hotimah

http://nurhotimah18.blogspot.com/

Tutorial

Tutorial (tutoring) adalah bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat akademik oleh tutor kepada

mahasiswa (tutee) untuk membantu kelancaran proses belajar madiri mahasiswa secara perorangan atau

kelompok berkaitan dengan materi ajar. Tutorial dilaksanakan secara tatap muka atau jarak jauh

berdasarkan konsep belajar mandiri.

Konsep belajar mandiri dalam tutorial mengandung pengertian, bahwa tutorial merupakan bantuan belajar

dalam upaya memicu dan memacu kemandirian, disiplin, dan inisiatif diri mahasiswa dalam belajar dengan
minimalisasi intervensi dari pihak pembelajar/tutor. Prinsip pokok tutorial adalah “kemandirian mahasiswa”

(student’s independency). Tutorial tidak ada, jika kemandirian tidak ada. Jika mahasiswa tidak belajar di

rumah, dan datang ke tutorial dengan ‘kepala kosong’, maka yang terjadi adalah “perkuliahan” biasa,

bukan tutorial. Dengan demikian, secara konseptual tutorial perlu dibedakan secara tegas dengan “kuliah”

(lecturing) yang umum berlaku di perguruan tinggi tatap muka, di mana peran dosen sangat besar.

Peran utama tutor dalam tutorial adalah: (1) “pemicu” dan “pemacu” kemandirian belajar mahasiswa,

berpikir dan berdiskusi; dan (2) “pembimbing, fasilitator, dan mediator” mahasiswa dalam membangun

pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan akademik dan profesional secara mandiri, dan/atau dalam

menghadapi atau memecahkan masalah-masalah dalam belajar mandirinya; memberikan bimbingan dan

panduan agar mahasiswa secara mandiri memahami materi mata kuliah; memberikan umpan balik kepada

mahasiswa secara tatap muka atau melalui alat komunikasi; memberikan dukungan dan bimbingan,

termasuk memotivasi dan membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan belajarnya.

Agar tutorial tidak terjebak dalam situasi perkuliahan biasa, terbina hubungan bersetara, mampu

memainkan peran-peran di atas, dan tutorial berjalan efektif, tutor perlu menyiapkan pertanyaan-

pertanyaan yang berfungsi untuk: (1) membangkitkan minat mahasiswa terhadap materi yang sedang

dibahas, (2) menguji pemahaman mahasiswa terhadap materi pelajaran, (3) memancing mahasiswa agar

berpartisipasi aktif dalam kegiatan tutorial, (4) mendiagnosis kelemahan-kelemahan mahasiswa, dan (5)

menuntun mahasiswa untuk dapat menjawab masalah yang sedang dihadapi (Hyman, dalam Suroso,

1992). Tutor juga menstimulasi mahasiswa untk terlibat aktif dalam pembahasan: (1) masalah yang

ditemukan mahasiswa dalam mempelajari modul; (2) kompetensi atau konsep esensial matakuliah; (3)

persoalan yang terkait dengan unjuk kerja (praktik/praktikum) mahasiswa di dalam/di luar kelas tutorial;

dan (4) masalah yang berkaitan dengan profesi keguruan yang ditemukan ketika mahasiswa menjalankan

tugas sehari-hari sebagai guru.

Untuk mendukung pelaksanaan peran dan fungsi-fungsi di atas, tutor perlu menguasai secara trampil

sejumlah keterampilan dasar tutorial, yakni: (1) membuka dan menutup tutorial; (2) bertanya lanjut; (3)

memberi penguatan; (4) mengadakan variasi; (5) menjelaskan; (6) memimpin diskusi kelompok kecil; (7)

mengelola kelas; dan (8) mengajar kelompok kecil dan perorangan. Kedelapan jenis keterampilan dasar

tutorial ini pada dasarnya sama dengan keterampilan dasar mengajar, yang diadaptasi dari perangkat

“Sydney Micro Skills” yang dikembangkan oleh Sydney University tahun 1973.

B. Prinsip-prinsip Tutorial

Beberapa prinsip dasar tutorial yang sebaiknya dipahami oleh tutor agar penyelenggaraan tutorial yang

efektif, dan tidak terjebak pada situasi perkuliahan biasa, adalah:

1. interaksi tutor-tutee sebaiknya berlangsung pada tingkat metakognitif, yaitu tingkatan berpikir yang

menekankan pada pembentukan keterampilan “learning how to learn” atau “think how to think” (mengapa

demikian, bagaimana hal itu bisa terjadi, dsb).

2. tutor harus membimbing tutee dengan teliti dalam keseluruhan langkah proses belajar yang dijalani oleh
tutee.

3. tutor harus mampu mendorong tutee sampai pada taraf pengertian (understanding = C2) yang

mendalam sehingga mampu menghasilkan pengetahuan (create = C6) yang tahan lama.

4. tutor seyogianya menghindarkan diri dari pemberian informasi semata (transfer of

knowledge/information), dan menantang tutee untuk menggali informasi/pengetahuan sendiri dari

berbagai sumber belajar dan pengalaman lapangan.

5. tutor sebaiknya menghindarkan diri dari upaya memberikan pendapat terhadap kebenaran dan kualitas

komentar atau sumbang pikiran (brainstroming) tutee.

6. tutor harus mampu menumbuhkan diskusi, komentar dan kritik antartutee, sehingga dapat

meningkatkan kemampuan intelektual, psikomotorik, sikap demokrasi, kerjasama, dan interaksi antartutee.

7. segala kuputusan dalam tutorial sebaiknya diambil melalui proses dinamika kelompok di mana setiap

tutee dalam kelompok memberikan sumbang pikirannya.

8. tutor sebaiknya menghindari pola interaksi tutor-tutee, dan mengembangkan pola interaksi tutee-tutee.

9. tutor perlu melakukan pelacakan lebih jauh (probing) terhadap setiap kebenaran jawaban atau

pendapat tutee, untuk lebih meyakinkan tutee atas kebenaran jawaban atau pendapat yang dikemukakan

tutee. (Anda yakin demikian, mengapa, apa alasannya?).

10. tutor seyogianya mampu membuat variasi stimulasi/rangsangan untuk belajar, sehingga tutee tidak

merasa bosan, jenuh, dan/atau putus asa.

11. tutor selayaknya memantau kualitas kemajuan belajar tutee dengan mengarahkan kajian sampai pada

taraf pengertian yang mendalam (indepth understanding).

12. tutur perlu menyadari kemungkinan munculnya potensi masalah interpersonal dalam kelompok,

dengan segera melakukan intervensi skala kecil untuk memelihara efektivitas proses kerja dan dinamika

kelompok. tutor perlu senantiasa bekerjasama (power with) dengan tutee, dan selalu bertanggungjawab

atas proses belajar dalam kelompok. Akan tetapi, sewaktu-waktu tutor juga harus lepas tangan (power off)
bila proses belajar tutee telah berjalan dengan baik.

C. Model-model Tutorial

Model tutorial adalah suatu analog konseptual tentang tutorial yang digunakan untuk menyarankan

bagaimana sebuah proses tutorial selayaknya dilakukan. Model tutorial juga dapat diartikan sebagai

sebuah struktur konseptual tentang tutorial yang dapat membantu memberikan bimbingan atau arahan

kepada tutor di dalam mengelola dan mengembangkan aktivitas tutorial, agar dapat mencapai tujuan yang

diharapkan secara efektif. Sebuah model tutorial, dikembangkan atas dasar pertimbangan-pertimbangan

filosofis, psikologis, sosial, kultural tentang hakikat tutee, tutor, materi, dsb.

Pada dasarnya, terdapat ragam model tutorial yang dikenal dalam kepustakaan tutorial. Beberapa model

tutorial yang bisa digunakan oleh para tutor secara terampil untuk keperluan tutorial di Universitas Terbuka

di antaranya model-model tutorial tersebut sengaja dikembangkan dalam rangka Program Akreditasi Tutor

UT (PAT-UT), yakni: (1) PAT-UT I, (2) PAT-UT II, dan (3) PAT-UT III. Selain itu para tutor juga dapat

menggunakan model-model tutorial yang aktif-kreatif inovatif yang banyak berkembang dan digunakan
dalam pembelajaran di Indonesia seperti: Cooperative Learning, Jigsaw I dan II, Konstruktivisme,

Pemecahan Masalah/Studi Kasus, Model Kreatif & Produktif, Latihan Keterampilan, Simulasi & Bermain

Peran, atau Model Pembelajaran Orang Dewasa.

D. Modus Tutorial

Ada empat modus tutorial, yakni: tutorial tatap muka (TTM); tutorial tertulis (tutis) lewat surat-

menyurat/krespondensi; tutorial elektorik (tutel) lewat televisi, radio, media massa, dan internet; dan

tutorial online (tuton) lewat internet. Bagi mahasiswa PENDAS ada dua modus tutorial yang disediakan,

yaitu (1) Tutorial Tatap muka (TTM), meliputi Tutorial Tatap Muka Wajib (TTM) dan Tutorial Tatap Muka

Atas Dasar Permintaan Mahasiswa (TTM-ATPEM).dan (2) tutorial online (tuton) lewat internet.

Diskusi kelompok terbimbing dengan model tutur merupakan kelompok diskusi yang beranggotakan 5-6

siswa pada setiap kelas di bawah bimbingan guru mata pelajaran dengan menggunakan tutor sebaya.

Tutur sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang

memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi ajar. Dengan menggunakan

model tutor sebaya diharapkan setiap anggota lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah

yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar

dengan baik.

E Langkah-langkah

Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu untuk menjadi kelompok

yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat

besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang disajikan. Ketua

kelompok dipilih secara demokratis oleh seluruh siswa. Misalnya, jika di suatu kelas terdapat 46 siswa,

berarti ada 9 kelompok dengan catatan ada satu kelompok yang terdiri atas 6 siswa. Sebelum diskusi

kelompok terbentuk, siswa perlu mengajukan calon tutor. Seorang tutor hendaknya memiliki kriteria: (1)

memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas; (2) mampu menjalin kerja sama dengan

sesama siswa; (3) memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik; (4) memiliki sikap

toleransi dan tenggang rasa dengan sesama; (5) memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok

diskusinya sebagai yang terbaik; (6) bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab; dan (7)

suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan.

Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: (1) memberikan tutorial

kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari; (2) mengkoordinir proses diskusi agar

berlangsung kreatif dan dinamis; (3) menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada

materi ajar yang belum dikuasai; (4) menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok, baik pada saat

tatap muka di kelas maupun di luar kelas, secara rutin dan insidental untuk memecahkan masalah yang

dihadapi; (4) melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing pada setiap

materi yang dipelajari.


Peran guru dalam metode diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya hanyalah sebagai fasilitator dan

pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya melakukan intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh siswa.

http://zaifbio.wordpress.com/2009/06/20/metode-pembelajaran-kelompok-tutorial/

Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis


Menurut Iskandar (2009: 86-87) Kemampaun berpikir merupakan kegiatan penalaran yang reflektif,
kritis, dan kreatif, yang berorientasi pada suatu   proses   intelektual   yang   melibatkan  
pembentukan   konsep (conceptualizing), aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul
(sintesis) atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai landasan
kepada suatu keyakinan (kepercayaan) dan tindakan.   Berpikir   adalah   satu   keaktifan   pribadi  
manusia   yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Kita berpikir untuk
menemukan pemahaman yang kita kehendaki. Sumadi Suryabrata (2002: 55) proses atau jalannya
berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu:
1. Pembentukan pengertian yaitu menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis,
contohnya kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisis ciri-cirinya. Salah satu contohnya
adalah menganalisis manusia dari Eropa, Indonesia, dan Cina. Tahap selanjutnya yaitu
membandingkan ciri-ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana yang sama dan yang tidak sama.
Langkah berikutnya, mengabstraksikan yaitu menyisihkan, membuang ciri-ciri yang tidak hakiki dan
menangkap ciri-ciri yang hakiki.
2. Pembentukan pendapat yaitu meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih.
Pendapat yang dinyatakan dalan bentuk kalimat, yang terdiri dari subyek dan predikat. Misalnya
rumah itu baru, rumah adalah subyek, dan baru adalah predikat. Pendapat itu sendiri dibedakan tiga
macam yaitu pendapat positif, negatif, dan kebarangkalian.
3. Pembentukan keputusan atau penarikan kesimpulan yaitu hasil perbuatan akal untuk
membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam
keputusan, yaitu keputusan induktif, keputusan deduktif, dan keputusan analogis. Misalkan contoh
dari keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus, semua logam kalau
dipanaskan memuai, tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan), tembaga kalau dipanaskan memuai.
Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Para Ahli

Sekolah harus mengajarkan cara berpikir yang benar pada anak-anak. Berpikir dalam tingkatan yang
lebih tinggi membidik baik berpikir kritis maupun berpikir kreatif. Salah satu bentuk berpikir adalah
berpikir kritis (critical thinking). Dalam penelitian ini menekankan kemampuan dalam hal berpikir kritis.
Elaine Johnson (2002: 183) berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang
digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk,
menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.
 

Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis
merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat
orang lain. Selanjutnya berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang
lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan
mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna (Cece Wijaya, 1996: 72).
Cece Wijaya (1996: ) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah suatu kegiatan atau suatu proses
menganalisis, menjelaskan, mengembangkan atau menyeleksi ide, mencakup mengkategorisasikan,
membandingkan dan melawankan (contrasting), menguji argumentasi dan asumsi, menyelesaikan
dan mengevaluasi kesimpulan induksi dan deduksi, menentukan prioritas dan membuat pilihan. Dede
Rosyada (2004: 170), kemampuan berpikir kritis tiada lain adalah kemampuan siswa dalam
menghimpun berbagai informasi lalu membuat sebuah kesimpulan evaluatif dari berbagai informasi
tersebut. Selanjutnya Alec Fisher (2009: 10) mendefinisikan berpikir kritis adalah interpretasi dan
evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi.
Sapriya (2011: 87) mengemukakan bahwa tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu pendapat
atau ide, termasuk dalam proses ini adalah melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan
pada pendapat yang diajukan. Tujuan berpikir kritis untuk menilai suatu pemikiran, menafsir nilai
bahkan mengevaluasi pelaksanaan atau praktik suatu pemikiran dan nilai tersebut. Bahkan berpikir
kritis meliputi aktivitas mempertimbangkan berdasarkan pada pendapat yang diketahui. Menurut
Lipman dalam Elaine Johnson (2002: 144) menyatakan bahwa layaknya pertimbangan-pertimbangan
ini hendaknya didukung oleh kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan. Elaine Johnson (2002: 185)
juga menyatakan bahwa tujan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang
mendalam.
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, pengertian kemampuan berpikir
kritis mempunyai makna yaitu kekuatan berpikir yang harus dibangun pada siswa sehingga menjadi
suatu watak atau kepribadian yang terpatri dalam kehidupan siswa untuk memecahkan segala
persoalan hidupnya dengan cara mengidentifikasi setiap informasi yang diterimanya lalu mampu
untuk mengevaluasi dan kemudian menyimpulkannya secara sistematis lalu mampu mengemukakan
pendapat dengan cara yang terorganisasi.
Sekian pembahasan dari kajian teori mengenai Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis, semoga
bermanfaat.

Read more: Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis Menurut


Ahli http://www.kajianteori.com/2014/02/pengertian-kemampuan-berpikir-kritis.html
Berpikir kritis
Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan
keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.

Berpikir kritis menurut Schafersman, S.D. (1991) adalah berpikir yang benar dalam rangka
mengetahui secara relevan dan reliable tentang dunia. Berpikir kritis, adalah berpikir
beralasan, mencerminkan, bertanggungjawab, kemampuan berpikir, yang difokuskan pada
pengambilan keputusan terhadap apa yang diyakini atau yang harus dilakukan. Berpikir kritis
adalah berpik mengajukan pertanyaan yang sesuai, mengumpulkan informasi yang relevan,
mengurutkan informasi secara efisien dan kreatif, menalar secara logis, hingga sampat pada
kesimpulan yang reliable dan terpercaya.

Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan  atau strategi
kognitif dalam   menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan,
mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran merupakan bentuk berpikir yang
perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan,
mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua
keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga
merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil
manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis
juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju.

Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995:6), berpikir  kritis adalah mengaplikasikan


rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis,
mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.

Dari dua pendapat tersebut, tampak adanya persamaan dalam hal sistematika berpikir yang
ternyata berproses. Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan untuk sampai kepada
sebuah kesimpulan atau penilaian.
Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir kritis
yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat
pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi.
Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan,
dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan (Walker,
2001: 1).
Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo (1995: 6), bahwa berpikir kritis harus
memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis, pengenalan
masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.

Berpikir yang ditampilkan dalam berpikir kritis sangat tertib dan sistematis. Ketertiban
berpikir dalam berpikir kritis diungkapkan MCC General Education Iniatives. Menurutnya,
berpikir kritis ialah sebuah proses yang menekankan kepada sikap penentuan keputusan yang
sementara, memberdayakan logika yang berdasarkan inkuiri dan pemecahan masalah yang
menjadi dasar dalam menilai sebuah perbuatan atau pengambilan keputusan.

Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan
dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Menurut Ennis (1985: 54), berpikir kritis
adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk
menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan.

http://seulanga23.blogspot.com/2013/12/makalah-berpikir-kritis-dan-berpikir.html

1.1  Definisi Evidence Based Dentistry

 Evidence Based Dentistry adalah pendekatan dalam praktek klinik dokter gigi
untuk kepentingan dan kekuatan suatu bukti, serta pemanfaatan bukti mutakhir
penelitian yang sahih dalam pengobatan pasien.

 (menurut Supriatno, drg,M. Kes.,ph,D)

1.2  Tujuan Evidence Based Dentistr


 Mensintesis bukti terbaik dan memberikan dasar untuk pedoman praktek
klinis
 Membantu proses pengambilan keputusan klinik untuk kepentingan
pencegahandiagnosis terapeutik maupun rehabilitasi yang didasarkan pada bukti
ilmiah terkini yangterpercaya dan dapat dipertanggung jawabkan.

 Untuk menemukan diagnosis pasti

 Untuk menemukan apa terapi terbaru

 Untuk mensurvey suatu cakupan yang luas tentang jurnal medis yang
menerapkanukuran2 tegas untuk mutu dan kebenaran riset dalam mengembangkan
kemampuan berfikir kritis.

 Untuk merencanakan pemeriksakan

 Memungkinkan adanya penelitian yang berkualitas tinggi, lebih relefan dan


berorientasike klinis yang akan meningkatkan kualitas perawatan pada pasien dan
sebagai hasilnyadiperoleh peningkatan reputasi profesi.

 Untuk menentukan apakah suatu pengobatan sudah benar sesuai dengan


hukum

 Diharapkan akan didapatkan hasil yang optimal dlm pengobatan, kualitas dari
kehidupanserta perubahan dari kebiasaan dokter.

(http://www.scribd.com/doc/71495411/EBD2003)

1.3  Manfaat Evidence Based Dentistry

 Memperoleh study penelitian kritis


 .Memperbaiki derajat kesehatan dan perawatan

 Untuk memperoleh informasi yang sahih an mutahir dalam mengobati pasien

 .Membantu dalam memilih artikel yang relefan yang mana artikel tersebut
dipakai sebagai pedoman pemutusan diagnosa bagi pasien

 Terhindar dari kesalahan prespsi dalam berbagai aspek seperti diagnosis,


terapi atau prognosis.
 Meningkatkan kualitas pelayanan dan out come klinis

 .Dapat mengintegrasikan kemampuan klinisnya dengan kemampuan


pelacakan , buktieksternal yang terbaik dan tersedia dari riset yang sistematis

(http://www.scribd.com/doc/71495411/EBD2003)

1.4  Langkah-langkah Evidence Based Dentistry

 Identifikasi dan formulasi masalah

             a.Focus question : pertanyaan terarah

             b.Relevance question : pertanyaan sesuai dengan masalah pasien seperti


aspek       etiologi,diagnosis, terapi dan prognosis

       c. Searchable question : pertanyaan yg dapat ditelusuri

http://rifqimuhammad93.wordpress.com/category/uncategorized/

Anda mungkin juga menyukai