Selamat datang
Pancapilar!
Hubungi kami
Tutorial
Markah wiki
Pengantar
Tanya jawab
Bantuan:Isi
8. Setiap halaman akan membahas mengenai fitur (fasilitas) mengenai software wiki,
beberapa petunjuk mengenai style dan isi artikel, informasi mengenai komunitas
Wikipedia, atau kebijakan dan konvensi penting dalam Wikipedia.
9. Ingat bahwa ini adalah tutorial, bukanlah halaman kebijakan definitif atau manual
yang menyeluruh. Jika Anda menginginkan yang lebih detail, dalam tutorial ini
terdapat pranala (link) yang terhubung dengan halaman Wikipedia lainnya. Halaman
tersebut memiliki informasi yang lebih detail mengenai topik di sini. Jika Anda ingin
sambil membacanya, mungkin sebaiknya Anda membuka pranala tersebut dalam
jendela (window) baru yang.
10. Dalam tutorial ini juga terdapat pranala ke bak pasir, dimana Anda dapat
mempraktekkan apa yang Anda pelajari. Tidak akan ada yang marah jika Anda
menggunakan bak pasir sebagai wahana eksperimen Anda, jadi jangan khawatir,
lakukan saja dan lihat apa yang Anda kerjakan.
11. Catatan: Tutorial ini mengasumsikan Anda menggunakan layout (skin) halaman default. Jika
Anda melakukan masuk log (log in) dan telah merubah preferensi pengguna Anda, letak pranala
pada layar mungkin bisa berbeda.
http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Tutorial
Berpikir Kritis
Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan
keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Berikut adalah contoh-contoh
kemampuan berpikir kritis, misalnya (1) membanding dan membedakan, (2) membuat kategori, (2)
meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan, (3) menerangkan sebab, (4) membuat sekuen / urutan,
(5) menentukan sumber yang dipercayai, dan (6) membuat ramalan.
Menurut Perkin (1992), berpikir kritis itu memiliki 4 karakteristik, yakni (1) bertujuan untuk mencapai
penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan
alasan logis, (2) memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dan membuat keputusan,
(3) menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan
menerapkan standar, (4) mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai
sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian. Sedangkan Beyer (1985) mengatakan bahwa
kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan (1) menentukan kredibilitas suatu sumber, (2)
membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, (3) membedakan fakta dari penilaian, (4)
mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, (5) mengidentifikasi bias yang ada,
(6) mengidentifikasi sudut pandang, dan (7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung
pengakuan, Menurut Harris, Robert (1998) indikasi kemampuan berpikir kristis ada 13, yakni (1)
analytic, (2) convergent, (3) vertical, (4) probability, (5) judgment, (6) focused, (7) Objective, (8)
answer, (9) Left brain, (10) verbal, (11) linear, (12) reasoning, (13) yes but.
Berpikir kritis menurut Schafersman, S.D. (1991) adalah berpikir yang benar dalam rangka
mengetahui secara relevan dan reliable tentang dunia. Berpikir kritis, adalah berpikir beralasan,
mencerminkan, bertanggungjawab, kemampuan berpikir, yang difokuskan pada pengambilan
keputusan terhadap apa yang diyakini atau yang harus dilakukan. Berpikir kritis adalah berpik
mengajukan pertanyaan yang sesuai, mengumpulkan informasi yang relevan, mengurutkan informasi
secara efisien dan kreatif, menalar secara logis, hingga sampat pada kesimpulan yang reliable dan
terpercaya.
Berpikir kritis itu menurutnya ada 16 karakteristik, yakni (1) menggunakan bukti secara baik dan
seimbang, (2) mengorganisasikan pemikiran dan mengungkapkannya secara singkat dan koheren, (3)
membedakan antara kesimpulan yang secara logis sah dengan kesimpulan yang cacat, (4) menunda
kesimpulan terhadap bukti yang cukup untuk mendukung sebuah keputusan, (5) memahami
perbedaan antara berpikir dan menalar, (6) menghindari akibat yang mungkin timbul dari tindakan-
tindakan, (7) memahami tingkat kepercayaan, (8) melihat persamaan dan analogi secara mendalam,
(9) mampu belajar dan melakukan apa yang diinginkan secara mandiri, (10) menerapkan teknik
pemecahan masalah dalam berbagai bidang, (11) mampu menstrukturkan masalah dengan teknik
formal, seperti matematika, dan menggunakannya untuk memecahkan masalah, (12) dapat
mematahkan pendapat yang tidak relevan serta merumuskan intisari, (13) terbiasa menanyakan
sudut pandang orang lain untuk memahami asumsi serta implikasi dari sudut pandang tersebut, (14)
peka terhadap perbedaan antara validitas kepercayaan dan intensitasnya, (15) menghindari
kenyataan bahwa pengertian seseorang itu terbatas, bahkan terhadap orang yang tidak bertindak
inkuiri sekalipun, dan (16) mengenali kemungkinan kesalahan opini seseorang kemungkinan bias
opini, dan bahaya bila berpihak pada pendapat pribadi.
Metode ilmiah merupakan metode paling ampuh yang pernah ditemukan manusia dalam rangka
mengumpulkan pengetahuan. yang relevan dan reliabel tentang alam. Metode non ilmiah lebih
mengarah pada emosi dan harapan umat manusia dan lebih mudah dipelajari dan dipraktekkan
daripada metode ilmiah. Meningkatkan pengajaran metode ilmiah dan manifestasinya yang terkenal
yaitu berpikir kritis.
Berpikir kritis dapat diajarkan melalui:(1) perkuliahan, (2) laboratorium, (3) tugas rumah, (4)
Sejumlah latihan, (5) Makalah, dan (6) ujian. Dengan demikian berpikir kritis dapat dimasukkan
dalam kurikulum dengan mempertimbangkan: (1) siapa yang mengajarkan, (2) apa yang diajarkan,
(3) kapan mengajarkan, (4) bagaimana mengajarkan, (5) bagaimana mengevaluasi, dan (6)
menyimpulkan.
Sejumlah tujuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis diantaranya adalah (1)
memberikan guru umum tentang konsep dalam rangka mencapai tujuan melalui petunjuk yang
membantu, (2) merancang pembelajaran dengan menggunakan web dan isu yang bermanfaat, (3)
memadukan berbagai hasil guruan, (4) mendorong komunitas belajar di dalam kelas, (5)
menciptakan kesempatan berpikir kritis yang menyenangkan dan relevan bagi siswa.
Sedangkan strategi yang dapat digunakan guru dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis
siswa antara lain adalah (1) mengadakan alas penilaian untuk memberikan final siswa. Menciptakan
masalah merupakan 20% dari keseluruhan nilai, (2) mendeskripsikan syarat pelajaran secara
mendetail sesuai silabus dengan menambah area online (alamat website) yang dapat menyediakan
akses informasi secara mudah, (3) memberikan orientasi pelajaran, (4) instruktur memberi pendapat
untuk siswa dalam pemberian masalah lewat e-mail untuk memberi penguatan yang positif, dan
beberapa hasil pelajaran dipadukan setelah pembelajaran usai.
https://www.facebook.com/DinamikaGuruSD.kalimnuryatigoblok/posts/651170718259321
belajar mandiri LBM 4 blok 1
Belajar mandiri LBM 4
http://www.ovid.com/site/catalog/Journal/1322.jsp
Kedokteran gigi berbasis bukti (EBD) adalah sebuah pendekatan untuk perawatan kesehatan mulut yang terintegrasi,
memiliki penilaian sistematis akan bukti ilmiah klinis (uji klinis) yang relevan, yang berkaitan dengan kondisi oral pasien,
catatan dan kondisi medisnya, dengan keahlian klinis dokter gigi dan kebutuhan pasien dalam perawatan dan
preferensinya" menurut ada.
Selama ini, bila ada pernyataan akan bukti dari penelitian, tidak ada organisasi yang mengesahkan semua buktinya.
Langkah Pada EBD
1. Mengajukan pertanyaan.
2. Mencari informasi
J EBD, PubMed, The Centre Of EBD, American Dental Association
Penelitian Lapangan
* Study Cross-Sectional Study (Potong Lintang)Pengamatan dari sebuah populasi tertentu pada satu titik waktu atau dalam
interval waktu tertentu. Exposure dan hasil yang ditentukan secara bersamaan.
* Cohort Study Sebuah studi klinis bahwa dengan perbandingan dua kelompok yang memiliki pengalaman yang sama.
* Case-Control Study Sebuah studi klinis yang melibatkan mengidentifikasi subyek dengan kondisi klinis (kasus) dan subyek
bebas dari kondisi (kontrol), dan menyelidiki jika dua kelompok yang memiliki eksposur yang sama atau berbeda dengan
indikator risiko atau faktor yang berhubungan dengan penyakit .
* Review sistematis
Sebuah review yang mengidentifikasi dan mengevaluasi semua bukti dengan menjawab pertanyaan yang difokuskan secara
sempit pada keadaan klinis tertentu.
* Review naratif
3. Interpretasi pembuktian
tiga aspek mendasar yang harus dipertimbangkan pada waktu membuat interpretasi pembuktian:
http://alettalight.blogspot.com/2010/10/evidence-based-denstistry.html
mengapa penting :
Bahwa informasi up-date mengenai diagnosis, prognosis, terapi dan pencegahan sangat dibutuhkan dalam praktek sehari-hari.
Sebagai contoh, teknologi diagnostik dan terapetik selalu disempurnakan dari waktu ke waktu, sehingga bisa saja obat atau
teknologi kesehatan yang sebelumnya diketahui terbaik di masanya dapat segera digantikan oleh obat atau teknologi
kesehatan yang lebih efikasius dan aman.
Bahwa informasi-informasi tradisional (misalnya yang terdapat dalam text-book) tentang hal-hal di atas sudah sangat tidak
adekuat pada saat ini; beberapa justru sering keliru dan menyesatkan (misalnya informasi dari pabrik obat yang disampaikan
oleh duta-duta farmasi/detailer), tidak efektif (misalnya continuing medical education yang bersifat didaktik), atau bisa saja
terlalu banyak sehingga justru sering membingungkan (misalnya cukup banyak jenis obat yang di negara asalnya sudah ditarik
tetapi masih tetap beredar di Indonesia tanpa diketahui oleh praktisi medik).
Dengan bertambahnya pengalaman klinik seseorang maka kemampuan/ketrampilan untuk mendiagnosis dan menetapkan
bentuk terapi (clinical judgement) juga meningkat. Namun pada saat yang bersamaan, kemampuan ilmiah (akibat terbatasnya
informasi yang dapat diakses) serta kinerja klinik (akibat hanya mengandalkan pengalaman, yang sering tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah) menurun secara signifikan.
Dengan meningkatnya jumlah pasien, waktu yang diperlukan untuk pelayanan semakin banyak. Akibatnya, waktu yang
dimanfaatkan untuk meng-up date ilmu (misalnya membaca journal-journal kedokteran atau menghadiri seminar-seminar
ilmiah) sangatlah kurang. Dalam situasi tersebut bisa saja praktisi medik tidak menyadari bahwa prasat medik yang dilakukan
sebenarnya sudah tidak lagi direkomendasikan pada saat ini. Jika tetap dilakukan, maka secara tidak sadar yang bersangkutan
telah melakukan medical error, atau memberikan jenis terapi yang sudah usang (obsolete) atau bahkan tidak lagi dianjurkan
(abandoned).
Langkah-langkah EBM
Evidence based medicine dapat dipraktekkan pada berbagai s’rtuasi, khususnya jika timbul keraguan
dalam hal diagnosis, terapi, dan penatalaksanaan pasien. Adapun langkah-langkah dalam EBM
adalah sbb:
Langkah I: Memformulasikan pertanyaan ilmiah
Setiap saat seorang dokter menghadapi pasien tentu akan muncul pertanyaan-pertanyaan ilmiah
yang menyangkut beberapa hal seperti diagnosis penyakit, jenis terapi yang paling tepat, faktor-faktor
risiko, prognosis hingga upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang dijumpai
pada pasien.
Langkah II: Penelusuran informasi limiah untuk mencari “evidence”
Setelah formulasi permasalahan disusun, langkah selanjutnya adalah mencari dan mencoba
menemukan bukti-bukti ilmiah yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Langkah III:
Penelaahan terhadap bukti ilmiah (evidence) yang ada
Dalam tahap ini seorang klinisi atau praktisi dituntut untuk dapat melakukan penilaian (apprisaf)
terhadap hasil-hasil studi yang ada.
Langkah IV: Penerapan hasil penelaahan ke dalam praktek
Dengan mengidentifikasi bukti-bukti ilmiah yang ada tersebut, seorang klinisi atau praktisi dapat
langsung menerapkannya pada pasien secara langsung atau melalui diskusi-diskusi untuk menyusun
suatu pedoman terapi
Langkah – Langkah
1. Identi fi kasi dan Formulasi Masalah2. Mencari atau Menulusuri Masalah3. Kajian kriti s
Bukti dari Makalah Ilmiah4. Menerapkan Hasil Kajian Kritis kepada Pasien kita dan
Evaluasi(Wiryo, 2002).
Manfaat EBD:
• Menawarkan paling pasti dan paling objektif untuk menentukan dan mempertahankan kualitas tinggi scr konsisten dan standar
Tujuan :
• Membantu proses pengambilan keputusan klinik yang didasari pada bukti bukti ilmiah terkini yang terpercaya dan dapat di
pertanggung jawabkan
• Menjadikan dokter memiliki informasi yang mutakhir dan valid dalam penatalaksanaan pasien
Dampak tidak diterapkan EBM :
• Tidak dapat dipertanggung jawabkan kaerna tidak adanya fakta fakta yang mendukung
• banjir informasi, : paling tidak 20000-40000 jurnal? Tahun yang memuat 2juta hasil penelitian dan semua peneltian itu belum tentu
• kemustahilanan semua akses informasi, : penedidikan kedoktran tidak dimaksudkan untuk menghafalkan semua informasi dan
penjelasan : dengan bejalannya waktu dokter semakin bodoh bila tidak meng up date ilmunya dan hal itu akan merugikan pasien
• Bahwa informasi update mengenai diaknosis, proknosis terapi dan pencegahan [ mitha ]
Penjelasan : sebagai contoh, teknologi diagnostik dan terapetik selalu disempurnakan dari waktu ke waktu, sehingga bisa saja obat atau
teknologi kesehatan yang sebelumnya diketahui terbaik dimasanya dapat segera digantikan oleh obat atau teknologi kesehatan yang
Penjelasan : meninglatnya jumlah pasien waktu yang diperlukan untuk melayani pasien semakin bnyak akibatnya waktu yang
dimanfaatkan dokter untuk meng up date ilmu misalnya membaca jurnal2 kedokteran dan menghadiri seminar2 ilmiah semakin
berkurang
• Meningkatkan kemampuan atau keterampilan untuk mendiagnosis dan menetapkan bentuk terapi
http://drganjoz.blogspot.com/2010/10/lbm-4-blok-1-critical-appraisal.html
• Merupakan metode yang sistematis utk menilai hasil, validitas, dan kegunaan dari publikasi artikel
ilmiah.
• Critical appraisal merupakan keterampilan yang tidak sulit dikuasai dan dikembangkan.
• Mengurangi semangat, terutama bila akses terhadap hasil penelitian yang baik pada bidang tertentu
sangat terbatas.
Kaitan antara EBM dengan CA : CA merupakan bagian dari suatu langkah EBM
5. Evaluasi
TUJUAN DAN KEPENTINGAN UJI KLINIK
Uji klinik bertujuan untuk membuktikan atau menilai manfaat klinik suatu obat, pengobatan, atau strategi terapetik
tertentu secara objektif dan benar. Dengan kata lain, uji klinik dimaksudkan untuk menghindari pracondong/ bias
pemakai obat (prescriber), pasien, atau dari perjalanan alami penyakit itu sendiri. Di samping itu, uji klinik harus dapat
memberikan jawaban yang benar (valid) mengenai manfaat klinik intervensi terapi tertentu, jika memang bermanfaat
harus terbukti bermanfaat, dan jika tidak bermanfaat harus terbukti tidak bermanfaat.
Berdasarkan pembuktian melalui uji klinik ini, maka suatu obat, pengobatan atau strategi terapetik tertentu baru dapat
diterapkan secara luas dalam praktek. Dalam pengembangan obat-obat baru, maka prinsip penilaian obat atau calon
obat didasarkan pada metode uji klinik secara ketat. Prinsip-prinsip metodologi uji klinik harus diterapkan pada fase III,
http://farklin.com/images/multirow3f1e1930753a3.pdf
Pada uji klinik fase I ini untuk pertama kalinya obat yang diujikan diberikan pada manusia (sukarelawan sehat),
baik untuk melihat efek farmakologik maupun efek samping. Secara singkat tujuan uji klinik pada fase ini adalah:
- melihat kemungkinan adanya efek samping dan toleransi subjek terhadap obat yang diujikan,
- melihat sifat kinetik obat yang meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme dan eksresi.
Dengan melakukan uji klinik fase I ini kita akan memperoleh informasi mengenai dosis, frekuensi, cara dan berapa
lama suatu obat harus diberikan pada pasien agar diperoleh efek terapetik yang optimal dengan risiko efek
samping yang sekecil- kecilnya. Informasi yang diperoleh dari uji klinik fase I ini diperlukan sebagai dasar untuk
Bertujuan untuk melihat kemungkinan efek terapetik dari obat yang diujikan. Pada tahap ini uji klinik dilakukan
secara terbuka tanpa kontrol (uncontrolled trial). Mengingat subjek yang digunakan terbatas, hasil dan kesimpulan
yang diperoleh belum dapat digunakan sebagai bukti adanya kemanfaatan klinik obat.
dari uji klinik fase III ini harus memberi kesimpulan definitif mengenai ada/tidaknya kemanfaatan klinik obat, maka
diperlukan metode pembandingan yang terkontrol ( controlled clinical trial). Di sini obat yang diuji dibandingkan
dengan obat standard yang sudah terbukti kemanfaatannya (kontrol positif) dan/atau plasebo (kontrol negatif).
Uji tahap ini dilakukan beberapa saat setelah obat dipasarkan/digunakan secara luas di masyarakat. Uji ini
bertujuan untuk mendeteksi adanya efek samping yang jarang dan serius ( rare and serious adverse effects) pada
populasi, serta efek samping lain yang tidak terdeteksi pada uji klinik fase I, II dan III.
Walaupun demikian, efek samping obat tradisional tidak bisa disamakan dengan efek samping obat modern.
Pada tanaman obat terdapat suatu mekanisme yang disebut penangkal atau dapat menetralkan efek samping
tersebut yang dikenal dengan istilah SEES (Side Effect Eleminating Subtanted).
http://sehatherbal.blogspot.com/2007/03/kelebihan-dan-kelemahan-obat.html
antara lain : efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen
berbeda memiliki efek saling mendukung, pada satu tanaman memiliki lebih dari satu
efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif.
Para dokter
http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/jurnal/02-mkhari%20kusnanto.pdf
Critical Appraisal
1 . P e n g e r ti a n
atau telaah kritis merupakan cara atau metode untuk mengkriti si secara ilmiah terhadap penulisan
ilmiah (Sastroasmara,2006).
2. Penerapan
Critical Appraisal
Dalam menerapkan
critical appraisal
atau telaah kriti s kita harus bisamengetahui tentang metodologi dan biostatistik yang cukup baik
sertapengetahuan tentang tata cara kajian kriti s menurut
http://crenatta.blogspot.com/2011_12_11_archive.html
Dalam literature lain menyebutkan bahwa SIK adalah suatu sistem pengelolaan data dan
informasi kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk
mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
http://nurhotimah18.blogspot.com/
Tutorial
Tutorial (tutoring) adalah bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat akademik oleh tutor kepada
mahasiswa (tutee) untuk membantu kelancaran proses belajar madiri mahasiswa secara perorangan atau
kelompok berkaitan dengan materi ajar. Tutorial dilaksanakan secara tatap muka atau jarak jauh
Konsep belajar mandiri dalam tutorial mengandung pengertian, bahwa tutorial merupakan bantuan belajar
dalam upaya memicu dan memacu kemandirian, disiplin, dan inisiatif diri mahasiswa dalam belajar dengan
minimalisasi intervensi dari pihak pembelajar/tutor. Prinsip pokok tutorial adalah “kemandirian mahasiswa”
(student’s independency). Tutorial tidak ada, jika kemandirian tidak ada. Jika mahasiswa tidak belajar di
rumah, dan datang ke tutorial dengan ‘kepala kosong’, maka yang terjadi adalah “perkuliahan” biasa,
bukan tutorial. Dengan demikian, secara konseptual tutorial perlu dibedakan secara tegas dengan “kuliah”
(lecturing) yang umum berlaku di perguruan tinggi tatap muka, di mana peran dosen sangat besar.
Peran utama tutor dalam tutorial adalah: (1) “pemicu” dan “pemacu” kemandirian belajar mahasiswa,
berpikir dan berdiskusi; dan (2) “pembimbing, fasilitator, dan mediator” mahasiswa dalam membangun
pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan akademik dan profesional secara mandiri, dan/atau dalam
menghadapi atau memecahkan masalah-masalah dalam belajar mandirinya; memberikan bimbingan dan
panduan agar mahasiswa secara mandiri memahami materi mata kuliah; memberikan umpan balik kepada
mahasiswa secara tatap muka atau melalui alat komunikasi; memberikan dukungan dan bimbingan,
Agar tutorial tidak terjebak dalam situasi perkuliahan biasa, terbina hubungan bersetara, mampu
memainkan peran-peran di atas, dan tutorial berjalan efektif, tutor perlu menyiapkan pertanyaan-
pertanyaan yang berfungsi untuk: (1) membangkitkan minat mahasiswa terhadap materi yang sedang
dibahas, (2) menguji pemahaman mahasiswa terhadap materi pelajaran, (3) memancing mahasiswa agar
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tutorial, (4) mendiagnosis kelemahan-kelemahan mahasiswa, dan (5)
menuntun mahasiswa untuk dapat menjawab masalah yang sedang dihadapi (Hyman, dalam Suroso,
1992). Tutor juga menstimulasi mahasiswa untk terlibat aktif dalam pembahasan: (1) masalah yang
ditemukan mahasiswa dalam mempelajari modul; (2) kompetensi atau konsep esensial matakuliah; (3)
persoalan yang terkait dengan unjuk kerja (praktik/praktikum) mahasiswa di dalam/di luar kelas tutorial;
dan (4) masalah yang berkaitan dengan profesi keguruan yang ditemukan ketika mahasiswa menjalankan
Untuk mendukung pelaksanaan peran dan fungsi-fungsi di atas, tutor perlu menguasai secara trampil
sejumlah keterampilan dasar tutorial, yakni: (1) membuka dan menutup tutorial; (2) bertanya lanjut; (3)
memberi penguatan; (4) mengadakan variasi; (5) menjelaskan; (6) memimpin diskusi kelompok kecil; (7)
mengelola kelas; dan (8) mengajar kelompok kecil dan perorangan. Kedelapan jenis keterampilan dasar
tutorial ini pada dasarnya sama dengan keterampilan dasar mengajar, yang diadaptasi dari perangkat
“Sydney Micro Skills” yang dikembangkan oleh Sydney University tahun 1973.
B. Prinsip-prinsip Tutorial
Beberapa prinsip dasar tutorial yang sebaiknya dipahami oleh tutor agar penyelenggaraan tutorial yang
1. interaksi tutor-tutee sebaiknya berlangsung pada tingkat metakognitif, yaitu tingkatan berpikir yang
menekankan pada pembentukan keterampilan “learning how to learn” atau “think how to think” (mengapa
2. tutor harus membimbing tutee dengan teliti dalam keseluruhan langkah proses belajar yang dijalani oleh
tutee.
3. tutor harus mampu mendorong tutee sampai pada taraf pengertian (understanding = C2) yang
mendalam sehingga mampu menghasilkan pengetahuan (create = C6) yang tahan lama.
5. tutor sebaiknya menghindarkan diri dari upaya memberikan pendapat terhadap kebenaran dan kualitas
6. tutor harus mampu menumbuhkan diskusi, komentar dan kritik antartutee, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan intelektual, psikomotorik, sikap demokrasi, kerjasama, dan interaksi antartutee.
7. segala kuputusan dalam tutorial sebaiknya diambil melalui proses dinamika kelompok di mana setiap
8. tutor sebaiknya menghindari pola interaksi tutor-tutee, dan mengembangkan pola interaksi tutee-tutee.
9. tutor perlu melakukan pelacakan lebih jauh (probing) terhadap setiap kebenaran jawaban atau
pendapat tutee, untuk lebih meyakinkan tutee atas kebenaran jawaban atau pendapat yang dikemukakan
10. tutor seyogianya mampu membuat variasi stimulasi/rangsangan untuk belajar, sehingga tutee tidak
11. tutor selayaknya memantau kualitas kemajuan belajar tutee dengan mengarahkan kajian sampai pada
12. tutur perlu menyadari kemungkinan munculnya potensi masalah interpersonal dalam kelompok,
dengan segera melakukan intervensi skala kecil untuk memelihara efektivitas proses kerja dan dinamika
kelompok. tutor perlu senantiasa bekerjasama (power with) dengan tutee, dan selalu bertanggungjawab
atas proses belajar dalam kelompok. Akan tetapi, sewaktu-waktu tutor juga harus lepas tangan (power off)
bila proses belajar tutee telah berjalan dengan baik.
C. Model-model Tutorial
Model tutorial adalah suatu analog konseptual tentang tutorial yang digunakan untuk menyarankan
bagaimana sebuah proses tutorial selayaknya dilakukan. Model tutorial juga dapat diartikan sebagai
sebuah struktur konseptual tentang tutorial yang dapat membantu memberikan bimbingan atau arahan
kepada tutor di dalam mengelola dan mengembangkan aktivitas tutorial, agar dapat mencapai tujuan yang
diharapkan secara efektif. Sebuah model tutorial, dikembangkan atas dasar pertimbangan-pertimbangan
filosofis, psikologis, sosial, kultural tentang hakikat tutee, tutor, materi, dsb.
Pada dasarnya, terdapat ragam model tutorial yang dikenal dalam kepustakaan tutorial. Beberapa model
tutorial yang bisa digunakan oleh para tutor secara terampil untuk keperluan tutorial di Universitas Terbuka
di antaranya model-model tutorial tersebut sengaja dikembangkan dalam rangka Program Akreditasi Tutor
UT (PAT-UT), yakni: (1) PAT-UT I, (2) PAT-UT II, dan (3) PAT-UT III. Selain itu para tutor juga dapat
menggunakan model-model tutorial yang aktif-kreatif inovatif yang banyak berkembang dan digunakan
dalam pembelajaran di Indonesia seperti: Cooperative Learning, Jigsaw I dan II, Konstruktivisme,
Pemecahan Masalah/Studi Kasus, Model Kreatif & Produktif, Latihan Keterampilan, Simulasi & Bermain
D. Modus Tutorial
Ada empat modus tutorial, yakni: tutorial tatap muka (TTM); tutorial tertulis (tutis) lewat surat-
menyurat/krespondensi; tutorial elektorik (tutel) lewat televisi, radio, media massa, dan internet; dan
tutorial online (tuton) lewat internet. Bagi mahasiswa PENDAS ada dua modus tutorial yang disediakan,
yaitu (1) Tutorial Tatap muka (TTM), meliputi Tutorial Tatap Muka Wajib (TTM) dan Tutorial Tatap Muka
Atas Dasar Permintaan Mahasiswa (TTM-ATPEM).dan (2) tutorial online (tuton) lewat internet.
Diskusi kelompok terbimbing dengan model tutur merupakan kelompok diskusi yang beranggotakan 5-6
siswa pada setiap kelas di bawah bimbingan guru mata pelajaran dengan menggunakan tutor sebaya.
Tutur sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang
memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi ajar. Dengan menggunakan
model tutor sebaya diharapkan setiap anggota lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah
yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar
dengan baik.
E Langkah-langkah
Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu untuk menjadi kelompok
yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat
besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang disajikan. Ketua
kelompok dipilih secara demokratis oleh seluruh siswa. Misalnya, jika di suatu kelas terdapat 46 siswa,
berarti ada 9 kelompok dengan catatan ada satu kelompok yang terdiri atas 6 siswa. Sebelum diskusi
kelompok terbentuk, siswa perlu mengajukan calon tutor. Seorang tutor hendaknya memiliki kriteria: (1)
memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas; (2) mampu menjalin kerja sama dengan
sesama siswa; (3) memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik; (4) memiliki sikap
toleransi dan tenggang rasa dengan sesama; (5) memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok
diskusinya sebagai yang terbaik; (6) bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab; dan (7)
Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: (1) memberikan tutorial
kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari; (2) mengkoordinir proses diskusi agar
berlangsung kreatif dan dinamis; (3) menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada
materi ajar yang belum dikuasai; (4) menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok, baik pada saat
tatap muka di kelas maupun di luar kelas, secara rutin dan insidental untuk memecahkan masalah yang
dihadapi; (4) melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing pada setiap
pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya melakukan intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh siswa.
http://zaifbio.wordpress.com/2009/06/20/metode-pembelajaran-kelompok-tutorial/
Sekolah harus mengajarkan cara berpikir yang benar pada anak-anak. Berpikir dalam tingkatan yang
lebih tinggi membidik baik berpikir kritis maupun berpikir kreatif. Salah satu bentuk berpikir adalah
berpikir kritis (critical thinking). Dalam penelitian ini menekankan kemampuan dalam hal berpikir kritis.
Elaine Johnson (2002: 183) berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang
digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk,
menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis
merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat
orang lain. Selanjutnya berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang
lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan
mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna (Cece Wijaya, 1996: 72).
Cece Wijaya (1996: ) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah suatu kegiatan atau suatu proses
menganalisis, menjelaskan, mengembangkan atau menyeleksi ide, mencakup mengkategorisasikan,
membandingkan dan melawankan (contrasting), menguji argumentasi dan asumsi, menyelesaikan
dan mengevaluasi kesimpulan induksi dan deduksi, menentukan prioritas dan membuat pilihan. Dede
Rosyada (2004: 170), kemampuan berpikir kritis tiada lain adalah kemampuan siswa dalam
menghimpun berbagai informasi lalu membuat sebuah kesimpulan evaluatif dari berbagai informasi
tersebut. Selanjutnya Alec Fisher (2009: 10) mendefinisikan berpikir kritis adalah interpretasi dan
evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi.
Sapriya (2011: 87) mengemukakan bahwa tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu pendapat
atau ide, termasuk dalam proses ini adalah melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan
pada pendapat yang diajukan. Tujuan berpikir kritis untuk menilai suatu pemikiran, menafsir nilai
bahkan mengevaluasi pelaksanaan atau praktik suatu pemikiran dan nilai tersebut. Bahkan berpikir
kritis meliputi aktivitas mempertimbangkan berdasarkan pada pendapat yang diketahui. Menurut
Lipman dalam Elaine Johnson (2002: 144) menyatakan bahwa layaknya pertimbangan-pertimbangan
ini hendaknya didukung oleh kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan. Elaine Johnson (2002: 185)
juga menyatakan bahwa tujan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang
mendalam.
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, pengertian kemampuan berpikir
kritis mempunyai makna yaitu kekuatan berpikir yang harus dibangun pada siswa sehingga menjadi
suatu watak atau kepribadian yang terpatri dalam kehidupan siswa untuk memecahkan segala
persoalan hidupnya dengan cara mengidentifikasi setiap informasi yang diterimanya lalu mampu
untuk mengevaluasi dan kemudian menyimpulkannya secara sistematis lalu mampu mengemukakan
pendapat dengan cara yang terorganisasi.
Sekian pembahasan dari kajian teori mengenai Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis, semoga
bermanfaat.
Berpikir kritis menurut Schafersman, S.D. (1991) adalah berpikir yang benar dalam rangka
mengetahui secara relevan dan reliable tentang dunia. Berpikir kritis, adalah berpikir
beralasan, mencerminkan, bertanggungjawab, kemampuan berpikir, yang difokuskan pada
pengambilan keputusan terhadap apa yang diyakini atau yang harus dilakukan. Berpikir kritis
adalah berpik mengajukan pertanyaan yang sesuai, mengumpulkan informasi yang relevan,
mengurutkan informasi secara efisien dan kreatif, menalar secara logis, hingga sampat pada
kesimpulan yang reliable dan terpercaya.
Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi
kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan,
mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran merupakan bentuk berpikir yang
perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan,
mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua
keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga
merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil
manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis
juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju.
Dari dua pendapat tersebut, tampak adanya persamaan dalam hal sistematika berpikir yang
ternyata berproses. Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan untuk sampai kepada
sebuah kesimpulan atau penilaian.
Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir kritis
yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat
pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi.
Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan,
dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan (Walker,
2001: 1).
Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo (1995: 6), bahwa berpikir kritis harus
memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis, pengenalan
masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.
Berpikir yang ditampilkan dalam berpikir kritis sangat tertib dan sistematis. Ketertiban
berpikir dalam berpikir kritis diungkapkan MCC General Education Iniatives. Menurutnya,
berpikir kritis ialah sebuah proses yang menekankan kepada sikap penentuan keputusan yang
sementara, memberdayakan logika yang berdasarkan inkuiri dan pemecahan masalah yang
menjadi dasar dalam menilai sebuah perbuatan atau pengambilan keputusan.
Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan
dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Menurut Ennis (1985: 54), berpikir kritis
adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk
menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan.
http://seulanga23.blogspot.com/2013/12/makalah-berpikir-kritis-dan-berpikir.html
Evidence Based Dentistry adalah pendekatan dalam praktek klinik dokter gigi
untuk kepentingan dan kekuatan suatu bukti, serta pemanfaatan bukti mutakhir
penelitian yang sahih dalam pengobatan pasien.
Untuk mensurvey suatu cakupan yang luas tentang jurnal medis yang
menerapkanukuran2 tegas untuk mutu dan kebenaran riset dalam mengembangkan
kemampuan berfikir kritis.
Diharapkan akan didapatkan hasil yang optimal dlm pengobatan, kualitas dari
kehidupanserta perubahan dari kebiasaan dokter.
(http://www.scribd.com/doc/71495411/EBD2003)
.Membantu dalam memilih artikel yang relefan yang mana artikel tersebut
dipakai sebagai pedoman pemutusan diagnosa bagi pasien
(http://www.scribd.com/doc/71495411/EBD2003)
http://rifqimuhammad93.wordpress.com/category/uncategorized/