OLEH :
MUJIB KRISTANTO
2017.C.09a.0900
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat pembelajaran mata kuliah Metodologi
Penelitian dengan judul “Metodologi Penelitian Keperawatan” agar kita bisa
mengetahui bagaimana sistematika penulisannya.
Penyusunan makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan bimbingan
dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankan penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehubungan dengan hal tersebut kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca untuk penulisan makalah yang
lebih baik di masa mendatang.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan..................................................................................................... 2
1.4 Manfaat................................................................................................... 3
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 66
3.2 Saran ....................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar penelitian keperawatan.
2. Mengetahui hakekat ilmu pengetahuan dan penelitian.
3. Mengetahui pendekatan penelitian (induktif-deduktif).
4. Mengetahui pengertian metodelogi penelitian, berpikir dan bersikap ilmiah
serta urgensi metodelogi dalam pengembangan IPTek.
5. Mengetahui perkembangan metodelogi ilmu dan penelitian.
6. Mengetahui definisi penelitian, klasifikasi penelitian, karakteristik dan
kegunaan.
7. Mengetahui jenis penelitian.
8. Mengetahui langkah-langkah penelitian.
9. Mengetahui ruang lingkup penelitian.
10. Mengetahui tentang perumusan masalah dan tinjauan pustaka.
11. Mengetahui penyusunan latar belakang penelitian.
12. Mengetahui penyusunan tujuan dan manfaat penelitian.
13. Mengetahuikerangka teoritis dan penyusunan hipotesis.
14. Mengetahui metodologi penelitian meliputi:
1) Desain dan rancangan penelitian.
2) Kerangka kerja penelitian.
3) Populasi, sampel dan sampling penelitian.
4) Variabel penelitian dan definisi operasional.
5) Penyusunan instrument penelitian.
6) Pengumpulan data meliputi jenis data dan metode pengumpulan data.
7) Analisis data meliputi mengolah dan menganalisis data, tujuan analisis
data, tahapan analisis data, uji hipotesis dan menentukan uji statistik,
3
1.4 Manfaat
Bagi mahasiswa, diharapkan dengan penulisan makalah ini, mahasiswa lebih
memahami dan mengerti tentang penulisan karya tulis ilmiah dan penerapan
metodologi penelitian dalam bidang keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
bahasa Inggris research (re berarti kembali dan search berarti mencari). Dengan
demikian research berarti mencari kembali. Penelitian adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan dengan suatu sistematika. Penelitian adalah suatu kegiatan untuk
mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya.
Beberapa pakar lain memberikan definisi penelitian sebagai berikut:
1. David H Penny
Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah
yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.
2. Suprapto
Penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang
dijalankan fakta –fakta atau prinsip-prisip dengan sabar, hati-hati, serta
sistematis.
3. Sutrisno Hadi
Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk
menemukan, mengembaggkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.
4. Mohammad Ali
Penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui penyelidikan atau
usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, yang
dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh pemecahannya.
Metodologi penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang dilewati untuk
mencapai pemahaman dengan syarat ketelitian dalam arti kebenarannya harus dapat
dipercayai. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan
pengertian dan landasan-landasan di atas dapat disimpulkan bahwa Metodologi
penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang menbicarakan atau
mempersoalkan mengenai cara-cara melaksanakan penelitian berdasarkan fakta-
fakta atau gejala-gejala secara ilmiah yang teiji kebenarannya.
Dalam hal cara berfikir ilmiah, John Dewey (yang dikutip Prof. Sutrisno Hadi)
menggunakan taraf berfikir ilmiah sebagai berikut:
a) The felt need
Dalam taraf permulaan orang merasa adanya suatu masalah, untuk
menyesuaikan alat dengan tujuannya, atau untuk menerangkan kejadian yang tak
terduga-duga.
b) The problem
Setelah menyadari masalahnya, dalam langkah ini pemikir ilmiah berusaha
menegaskan persoalan itu dalam bentuk perumusan masalah.
c) The hypothesis
Dalam langkah ini pemikir ilmiah mulai mengajukan kemungkinan
pemecahannya atau mencoba menerangkan; berdasarkan atas teori-teori,
dugaan-dugaan, kesan-kesan umum yang belum merupakan kesimpulan akhir.
d) Collection of data as evidence
Dalam langkah ini informasi-informasi atau bukti-bukti dikumpulkan dan
melalui pengolahan-pengolahan yang logis mulai diuji.
e) Concluding belief
Dalam langkah ini pemikir menganbil kesimpulan berdasarkan analisa terhadap
bukti-bukti yang dihayati untuk menguji hipotesis.
f) General value of the conclusion (T.L. Kelley)
Pemikiran untuk menilai pemecahan-pemecahan baru dari kebutuhan masa
datang yang disebut dengan ferleksi.
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal,
empiris: Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung
jawabkan. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana
beerpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan
ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan
suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan.
Penguasaan sarana berpikir ilmiah tidak akan dapat melaksanakan kegiatan
berpikir ilmiah yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan
baik diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa: “[1] Bahasa Ilmiah, [2] Logika
metematika, [3] Logika statistika. Bahasa ilmiah merupakan alat komunikasi verbal
9
yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir
dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir
ilmiah kepada orang lain. Logika matematika mempunyai peran penting dalam
berpikir deduktif sehingga mudah diikuti dan dilacak kembali kebenarannya
Sedangkan logika statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif
mencari konsep- konsep yang berlaku umum”.
5. Bersikap obyektif
Yaitu menilai suatu masalah atau gejala sebagimana adanya. Hindarkan
pengaruh yang bersikap subyektif akibat adanya muatan tertentu.
6. Bersifat relative
Seorang peneliti harus mengusai ilmunya, tidak memihak pada suatu
kepentingan tertentu diluar konteks dan harus mempunyai keyakinan
berdasarkan atas fakta yang diperoleh.
Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-
34) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan
metode ilmiah, antara lain :
1. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
2. Jujur
3. Terbuka
4. Toleran
5. Optimis
6. Pemberani
c. Teori fungsional dimana terdapat interaksi antara data dan teori, dan saling
memberikan pengaruh diantara keduanya.
2.10.2.2 Kegunaan Teori
Secara umum teori mempunyai tiga fungsi yaitu untuk menjelaskan
(explanation), meramalkan (prediction) dan pengendalian (control). Secara lengkap
Cooper and Schindler (2003) dalam Wibowo (2014), menyatakan bahwa kegunaan
teori dalam penelitian adalah:
a. Untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup penelitian, termasuk
menjelaskan apa saja variabel yang akan diteliti.
b. Sebagai prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta dan sebagai dasar dalam
menentukan hipotesis penelitian serta untuk menyusun instrumen penelitian.
c. Digunakan dalam pembahasan antara lain sebagai penjelasan atau justifikasi
terhadap hasil penelitian dan juga digunakan untuk dibandingkan dengan hasil
penelitian. Hasil temuan penelitian tersebut selanjutnya dijadikan dasar untuk
memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah.
d. Merangkum fakta yang ditemukan pada sampel penelitian dalam rangka
generalisasi terhadap populasi
e. Untuk memprediksi fakta lebih lanjut dengan mempelajari kondisi-kondisi
menuju kepada kejadian itu.
2.10.2.3 Pendeskripsian Teori
Menurut Wibowo (2014) langkah-langkah untuk dapat melakukan
pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan variabel beserta jumlah variabel yang akan diteliti.
b. Mencari referensi sebanyak banyaknya baik melalui buku, jurnal penelitian
maupun laporan akhir penelitian seperti skripsi, tesis, disertasi yang relevan
dengan penelitian yang akan diteliti.
c. Melihat daftar isi dan mencari topik yang relevan dengan variabel yang akan
diteliti. Perhatikan bacaan dari mulai judul penelitian, permasalahan, teori yang
digunakan, tempat penelitian, sampel penelitian, teknik pengumpulan data,
analisis, kesimpulan dan saran.
d. Mencari referensi definisi dari setiap variabel yang akan diteliti, pilih definisi
yang paling sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
24
e. Membaca seluruh isi topik penelitian dari setiap sumber data yang dibaca dan
kemudian menuangkannya dalam sebuah tulisan dengan bahasa sendiri.
Sumber-sumber bacaan yang digunakan harus dicantumkan di daftar pustaka.
2.10.2.4 Tujuan telaah pustaka
Tujuan telaah pustaka menurut Wibowo(2014) antara lain:
a. memperoleh informasi yang ilmiah dan kredibel,
b. memperoleh data dan informasi yang berguna untuk menyusun latar belakang,
dimana data dan teori dalam latar belakang dapat menggambarkan besaran
masalah, keseriusan masalah dan kesensitifan masalah,
c. memperoleh teori terbaru dan terkini,
d. bagi peneliti pemula, dapat membantu dalam menemukan ide atau topik
penelitian,
e. membantu dalam menemukan variabel-variabel apa saja yang masuk dalam
penelitian dan metode penelitiannya yang sesuai,
f. berlajar cara menyusun atau menuangkan ide ke dalam sebuah tulisan dengan
mengamati tulisan atau karya peneliti lain, dan
g. memperoleh informasi tentang keterbatasan peneliti lain sehingga dapat
dijadikan masukan dan pelajaran agar tidak melakukan kesalahan yang sama.
2.10.2.5 Cara membuat telaah atau tinjauan pustaka
Tinjauan pustaka adalah kegiatan yang meliputi mencari, membaca dan
menelah jurnal-jurnal penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori-teori yang
relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Berikut langkah-langkahnya:
a. Diawali dengan menentukan topik-topik dari informasi yang akan dicari atau
dengan menggunakan kata kunci untuk lebih memudahkan pencarian kemudian
mencari sumber yang relevan baik dari buku ajar, jurnal cetak maupun jurnal
elektronik dan lain sebagainya. Biasakan segera untuk selalu menulis referensi
secara lengkap di daftar pustaka agar tidak terlewat atau kelupaan.
b. Merangkum dari setiap bacaan yang diperlukan dalam tulisan penelitian yang
akan dilakukan dengan menggunakan kalimat sendiri untuk menghidari
plagiarisme
c. Memperhatikan gaya bahasa penulisan apakah mudah dimengerti atau tidak
dengan cara berulang ulang membaca tulisan sendiri
25
d. Mengelompokkan hasil temuan pustaka dalam satu topik yang sama, kemudian
menganalisis content bacaan dan selanjutnya dibuat ringkasannya.
e. Menyusun semua ringkasan hasil telaahan dalam sebuah tulisan secara
sistematis, berkesinambungan dan menyeluruh sehingga terbentuk kerangka
berfikir ilmiah secara utuh dalam satu kesatuan. Sistematika penulisan tinjauan
pustaka dapat mengacu pada judul penelitian, karena judul penelitian
memberikan gambaran variabel yang akan diteliti. Dimana hasil rangkuman
yang telah dikumpulkan sebelumnya tersebut kemudian dituangkan disesuaikan
dengan pengelompokkan kajian atau berdasarkan variabel.
c. Kronologi
Berupa penyebab masalah dan dampak dari masalah. Kronologis ini berisi
tentang bagaimana kejadian suatu masalah sampai timbulnya sebab dan akibat
jika masalah tersebut tidak ditangani. Ini dapat diuraikan tentang teori masing –
masing variabel dan hubungannya serta akibat jika masalah tersebut tidak
diselesaikan.
d. Solusi
Berupa konsep pemecahan yang sudah dan akan digunakan. Berisi tentang
alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah dan dampak yang
ditimbulkannya.diupayakan tidak hanya satu solusi supaya beberapa pihak yang
terkait dengan penelitian dapat dijelaskan.
panelitian nanti. Secara spesifik, manfaat penelitian terdiri dari 2 aspek sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian di bidang rekam medis dan informasi kesehatan dapat
menambah wawasan dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang tersebut,
yang manfaatnya dapat dirasakan oleh akademisi baik mahasiswa, dosen,
instruktur, serta peneliti yang concern dalam bidang rekam medis dan informasi
kesehatan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian di bidang keperawatan dan informasi kesehatan dapat digunakan
sebagai masukan terhadap kebijakan di tingkat manajemen ataupun praktisi
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan yang pada akhirnya diharapkan
dapat meningkatkan citra pelayanan kesehatan.
a. Pengalaman praktik
Diagnosis keperawatan bisa menjadi suatu dasar pengembangan hipotesis.
Misal, hubungan teoretis yang diidentifikasi Orem tahun 1985 dalam Polit &
Back (2012), tentang teori perawatan diri dan kurangnya kebersihan dalam
melakukan perawatan luka sehubungan dengan adanya nyeri pada sendi dan
keterbatasan pergerakan/mobilitas. Pertama, kita dapat menguji tentang
efektivitas dari tindakan dalam mengurangi nyeri sendi dan meningkatkan
mobilitas dan dampak perawatan individual. Contoh penulisan hipotesis
meliputi: Klien artritis yang menggunakan pengobatan relaksasi akan
mengalami penurunan rasa nyeri dan membutuhkan waktu yang relatif lebih
sedikit dalam pengobatannya dibandingkan dengan klien yang tidak
mendapatkan terapi relaksasi.
b. Teori
Hubungan yang digunakan dalam suatu teori dapat menjadi dasar penyusunan
hipotesis. Jika seorang peneliti tertarik melakukan pengujian terhadap suatu
pernyataan dalam teori, akan membawa pengaruh yang besar terhadap
perkembangan praktik perawatan.
c. Kajian literatur
Pada kajian literatur, peneliti menganalisis dan mensintesis hasil dari berbagai
penelitian. Hubungan yang diidentifikasi dari sintesis dalam suatu penemuan
sangat berguna untuk penyusunan hipotesis. Nursalam tahun 2007, meneliti
pengaruh pendakatan Asuhan keperawatan terhadap respons pasien terinfeksi
HIV and AIDS, hipotesis yang digunakan berdasarkan konsep teori
Psikoneuroimunologi dan Adaptasi.
2.13.3.4 Tipe Hipotesis
Perbedaan tipe hubungan dan jumlah variabel diidentifikasi dalam
hipotesis. Penelitian mungkin mempunyai satu, tiga, atau lebih hipotesis,
bergantung pada kompleksnya suatu penelitian.
a. Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran statistik
dan interpretasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat sederhana atau kompleks
dan bersifat sebab atau akibat. Misal pengaruh teori adaptasi terhadap
perbaikan kinerja perawat anak. Maka dalam Ho; tidak adanya pengaruh
31
dan kondisi mental yang tidak stabil perlu dikeluarkan sebagai kriteria
populasi.
d. Pertimbangan rancangan penelitian. Pada penelitian dengan menggunakan
rancangan eksperimen, maka diperlukan populasi yang mempunyai kriteria
homogenitas dalam upaya untuk mengendalikan variabel random, perancu,
dan variabel lainnya yang akan mengganggu dalam penelitian.
Penggunaan kriteria tersebut dapat digunakan untuk mendefinisikan suatu
populasi dalam penelitian dan mempunyai dampak dalam menginterpretasi dan
melakukan generalisasi hasil.
2.14.3.2 Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling.
a. Syarat-syarat sampel
Pada dasarnya ada dua syarat yang harus dipenuhi saat menetapkan sampel, yaitu
representatif (mewakili) dan (2) sampel harus cukup banyak.
1) Representatif
Sampel yang representatif adalah sampel yang dapat mewakili populasi
yang ada. Untuk memperoleh hasil/kesimpulan penelitian yang
menggambarkan keadaan.
2) Sampel harus cukup banyak
Semakin banyak sampel, maka hasil penelitian mungkin akan lebih
representatif. Meskipun keseluruhan lapisan populasi telah terwakili, kalau
jumlahnya kurang memenuhi, maka kesimpulan hasil penelitian kurang atau
bahkan tidak bisa memberikan gambaran tentang populasi yang
sesungguhnya. Sebenarnya tidak ada pedoman umum yang digunakan untuk
menentukan besarnya sampel untuk suatu penelitian. Besar kecilnya jumlah
sampel sangat dipengaruhi oleh rancangan dan ketersediaan subjek dari
penelitian itu sendiri. Polit dan Hungler (1999) menyatakan bahwa semakin
besar sampel yang dipergunakan semakin baik dan representatif hasil yang
diperoleh. Dengan kata lain semakin besar sampel, semakin mengurangi
angka kesalahan. Prinsip umum yang berlaku adalah sebaiknya dalam
penelitian digunakan jumlah sampel sebanyak mungkin. Namun demikian,
39
Keterangan:
N = perkiraan besar sampel
N = perkiraan besar populasi
Z = nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)
p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%
q = 1–p (100% – p)
d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)
atau
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
popolusi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus
menjadi pedoman saat menentukan kriteria inklusi. Misalnya, kita akan
meneliti tentang pengaruh mobilisasi pada klien pascaoperasi terhadap
percepatan peristaltik usus, maka yang menjadi bahan pertimbangan dalam
kriteria inklusi adalah jenis anestesi yang digunakan dan umur klien, karena
kedua faktor tersebut sangat memengaruhi hasil dari intervensi yang
dilakukan.
2) Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena pelbagai sebab, antara lain:
- Terdapat keadaan atau penyakit yang mengganggu pengukuran
maupun interpretasi hasil. Misalnya, dalam studi komparatif (kasus
kontrol) yang mencari hubungan suatu faktor risiko dengan kejadian
penyembuhan luka pascaoperasi laparastomi, maka subjek dengan
kelainan imunologis tidak boleh diikutsertakan dalam kelompok kasus.
- Terdapat keadaan yang mengganggu kemampuan pelaksanaan, seperti
subjek yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap sehingga sulit
ditindaklanjuti.
- Hambatan etis
- Subjek menolak berpartisipasi
Penetapan kriteria sampel (inklusi dan eksklusi) diperlukan dalam upaya untuk
mengendalikan variabel penelitian yang tidak diteliti, tetapi ternyata
berpengaruh terhadap variabel dependen.
2.14.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai
dengan keseluruhan subjek penelitian (Sastroasmoro & Ismail, 1995 & Nursalam,
2008). Cara pengambilan sampel dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: probability
sampling dan nonprobability sampling.
41
a. Probability sampling
Prinsip utama probability sampling adalah bahwa setiap subjek dalam populasi
mempunyai kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel. Setiap
bagian populasi mungkin berbeda satu dengan lainnya tetapi menyediakan
populasi parameter, mempunyai kesempatan menjadi sampel yang representatif.
Dengan menggunakan sampling random, peneliti tidak bisa memutuskan bahwa
X lebih baik dari pada Y untuk penelitian. Demikian juga, peneliti tidak bisa
mengikutsertakan orang yang telah dipilih sebagai subjek karena mereka tidak
setuju atau tidak senang dengan subjek atau sulit untuk dilibatkan.
1) Simple random sampling
Pemilihan sampel dengan cara ini merupakan jenis probabilitas yang
palingsederhana. Untuk mencapai sampling ini, setiap elemen diseleksi
secara acak.
2) Stratified random sampling
Stratified artinya strata atau kedudukan subjek (seseorang) di masyarakat.
Jenis sampling ini digunakan peneliti untuk mengetahui beberapa variabel
pada populasi yang merupakan hal yang penting untuk mencapai sampel yang
representatif.
3) Cluster sampling
Cluster berarti pengelompokan sampel berdasarkan wilayah atau lokasi
populasi. Jenis sampling ini dapat dipergunakan dalam dua situasi. Pertama
jika simple random sampling tidak memungkinkan karena alasan jarak dan
biaya; kedua peneliti tidak mengetahui alamat dari populasi secara pasti dan
tidak memungkinkan menyusun sampling frame.
4) Systematic sampling
Pengambilan sampel secara sistematik dapat dilaksanakan jika tersedia daftar
subjek yang dibutuhkan.
b. Nonprobability sampling
1) Purposive sampling
Purposive sampling disebut juga judgement sampling. Adalah suatu teknik
penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian),
42
yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. Variabel mengandung
pengertian ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki seseorang atau sesuatu yang dapat
menjadi pembeda atau penciri antara yang satu dengan yang lainnya.
Variabel merupakan peubah artinya sesuatu yang dapat berubah. Variabel
harus dapat diukur atau diobservasi untuk mendapat data yang benar (valid) dan
akurat (presisi). Variabel mempunyai tiga ciri yaitu (1) merupakan karakteristik
subyek riset, (2) dapat diukur atau diobservasi, dan (3) ada variasi.
2. Jenis variabel
Jenis variabel diklasifikasikan menjadi bermacam-macam tipe untuk
menjelaskan penggunaannya dalam penelitian. Beberapa variabel dimanipulasi,
yang lainnya sebagai kontrol. Beberapa variabel diidentifikasi tetapi tidak diukur
dan yang lainnya diukur dengan pengukuran sebagian. Macam-macam tipe variabel
meliputi: (1) independen; (2) dependen; (3) moderator (intervening); (4) perancu
(confounding); (5) kendali/kontrol; dan (6) (Nursalam, 2008).
(1) Variabel independen (bebas)
Variabel yang memengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Suatu
kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak
pada variabel dependen. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan
diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain.
Dalam ilmu keperawatan, variabel bebas biasanya merupakan stimulus atau
intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien untuk memengaruhi
tingkah laku klien.
(2) Variabel dependen (terikat)
Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain.
Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel
lain. Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah aspek tingkah laku yang
diamati dari suatu organisme yang dikenai stimulus. Dengan kata lain, variabel
terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya
hubungan atau pengaruh dari variabel bebas.
(3) Variabel moderator (intervening)
Variabel yang dapat berperan sebagai variabel bebas dan terikat. Variabel
moderator (seringkali disebut sebagai variabel bebas kedua) adalah variabel
44
untuk mendapat data yang valid, juga dipakai untuk mendapat data yang
reliabel.
2. Reliabilitas (keandalan)
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta
atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang
berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang
peranan yang penting dalam waktu yang bersamaan. Perlu diperhatikan bahwa
reliabel belum tentu akurat. Dalam suatu penelitian nonsosial, reliabilitas suatu
pengukuran ataupun pengamatan lebih mudah dikendalikan daripada
penelitian keperawatan, terutama dalam aspek psikososial. Biasanya, dalam
penelitian nonsosial sudah ada standar internasional untuk pengukuran atau
pengamatan.
Ada beberapa cara pengukuran yang dapat dipakai untuk melihat
reliabilitas dalam pengumpulan data di bidang kedokteran, yaitu prinsip (1)
stabilitas: mempunyai kesamaan bila dilakukan berulang-ulang dalam waktu
yang berbeda; (2) ekuivalen: pengukuran memberikan hasil yang sama pada
kejadian yang sama; (3) homogenitas (kesamaan): instrumen yang
dipergunakan harus mempunyai isi yang sama.
Ketiga prinsip reliabilitas tersebut dapat dijelaskan seperti berikut ini:
(1) Dalam menanyakan suatu fakta/kenyataan hidup pada sasaran penelitian
harus memerhatikan relevansi pertanyaan bagi responsden, artinya
menanyakan sesuatu yang dikenal responsden.
(2) Pertanyaan yang diajukan harus cukup jelas berdasarkan kemampuan
responsden. Ini penting mengingat tingkat intelektualitas responsden dan
penanya belum tentu sama. Untuk itu pewawancara perlu dilatih dan
disamakan interprestasi pertanyaan antara peneliti dan petugas pengumpul
data, sehingga petugas dapat menjelaskan secara rinci maksud dan tujuan
pengukuran atau pengamatan pada sasaran penelitian.
(3) Perlu adanya suatu penekanan atau pengulangan. Kadang-kadang
peneliti/petugas dapat menanyakan satu pertanyaan dengan lebih dari satu
kali dalam waktu yang berbeda. Jawaban responsden harusnya sama walau
ditanyakan pada waktu yang berbeda. Perlu sekali peneliti mengukur
48
pengukuran observasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu terstruktur dan tidak
terstruktur.
1) Tidak terstruktur
Pada pengukuran observasi ini peneliti secara spontan mengobservasi dan
mencatat apa yang dilihat dengan sedikit perencanaan. Metode observasi
ini meliputi penjelasan informasi yang lebih banyak dipergunakan untuk
menganalisis data secara kualitatif daripada kuantitatif. Peneliti (observer)
menggunakan pedoman sesuai pertanyaan penelitian tetapi peneliti tidak
hanya mengobservasi pada hal-hal yang ada pada pedoman.
Pada penelitian keperawatan biasanya peneliti ikut terlibat sebagai peserta
dalam suatu kelompok yang diobservasi. Pada jenis penelitian partisipasi
observasi, peneliti ikut terlibat secara penuh dan berhubungan dengan
subjek khususnya terhadap kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
masalah penelitian. Contoh jenis pengukuran ini dapat dilihat pada Focus
Group Discussion (FGD).
2) Terstruktur
Pengukuran observasi secara terstruktur berbeda dari jenis observasi yang
tidak terstruktur yaitu peneliti secara cermat mendefinisikan apa yang akan
diobservasi melalui suatu perencanaan yang matang. Peneliti tidak hanya
mengobservasi fakta-fakta yang ada pada subjek, tetapi lebih didasarkan
pada perencanaan penelitian yang sudah disusun sesuai pengelompokan-
nya, pencatatan, dan pemberian kode terhadap hal-hal yang sudah
ditetapkan.
instrumen observasi pada posisi tubuh dan aktivitas motorik terdiri atas suatu
sistem kategori.
c. Wawancara
1) Tidak terstruktur
Jenis pengukuran ini dipergunakan pada penelitian deskriptif dan
kualitatif. Pertanyaan yang diajukan mencakup permasalahan secara luas
yang menyangkut kepribadian, perasaan, dan emosi seseorang. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menggali emosi dan pendapat dari subjek
terhadap suatu masalah penelitian.
Terdapat beberapa jenis pengukuran pada jenis wawancara ini:
(a) Wawancara secara langung tanpa adanya suatu topik khusus yang
dibicarakan.Tujuan dari wawancara adalah untuk menggali persepsi
subjek secara umum tanpa adanya intervensi jawaban dari peneliti.
(b) Focus interview. Jenis ini dipergunakan oleh peneliti kepada subjek
yang menggunakan pertanyaan secara luas. Jenis pertanyaan biasanya
berhubungan dengan suatu dorongan agar subjek bersedia berbicara
secara terbuka, tidak hanya pertanyaan ya dan tidak.
(c) Focus Group Discussion (FGD) adalah suatu teknik penelitian
kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan informasi (perasaan,
pikiran) berdasarkan pengamatan subjektif dari sekelompok sasaran
terhadap suatu situasi/produk tertentu. Sasaran diskusi biasanya
homogen dengan jumlah kelompok berkisar 6-12 orang, diskusi
berakhir 1-2 jam dipimpin oleh moderator. Moderator berusaha
menjalin hubungan yang akrab dengan responsden sehingga
responsden dapat mengemukakan secara jujur/terbuka terhadap hal-
hal yang menyangkut kepribadian, perasaan, dan emosi yang
sesungguhnya. Jenis pengukuran ini juga digunakan pada penelitian
di perusahaan/instansi. Jumlah subjek biasanya cenderung sedikit
(pimpinan atau orang yang dianggap dapat mewakili kelompoknya)
(Nursalam, 2008).
(d) Riwayat hidup. Jenis penelitian ini merupakan penjabaran tentang
pengalaman hidup seseorang.
51
4) Cafetaria questions
Misal: Setiap orang memiliki perbedaan dalam hal penggunaan terapi
estrogen-replacement pada menopause. Pernyataan di bawah ini manakah
yang mewakili pendapat Anda?
( ) Estrogen-Replacement (E-R) sangat berbahaya dan harus dilarang
( ) E-R mempunyai efek samping sehingga memerlukan pengawasan yang
ketat dalam pemakaiannya
( ) Saya tidak mempunyai pendapat tentang penggunaan E-R
5) Rank order question
Misal: Orang hidup mempunyai pandangan yang berbeda. Berikut ini
daftar tentang prinsip-prinsip hidup. Silahkan menuliskan angka sesuai
prioritas yang menurut Anda benar, 1 yang Saudara anggap sangat penting,
2 kurang penting, dan seterusnya.
( ) Karier dan sukses
( ) Berhasil dalam berkeluarga
( ) Baik hati dan sosial
( ) Sehat
( ) Uang/materi
( ) Agama
53
6) Forced-choiced question
Misal: Pernyataan manakah yang mewakili perasaan Anda sekarang?
( ) Apa yang sedang terjadi dengan saya saat ini?
( ) Kadang-kadang saya merasa tidak bisa mengendalikan diri dalam hidup
saya
e. Skala Pengukuran
Skala psikososial merupakan jenis instrumen self-report yang digunakan oleh
peneliti perawat yang dikombinasikan dengan jenis pengukuran wawancara
dan kuesioner. Skala merupakan bagian dari desain penilaian penomoran
terhadap pendapat subjek mengenai hal-hal yang dirasakan ataupun keadaan
fisiologis subjek. Jenis pengukuran ini sering dipergunakan kepada subjek
tentang kecemasan, konsep diri, koping, depresi, harapan, distres menstruasi,
nyeri, kepuasan, dukungan sosial, dan stres (contoh-contoh instrumen dapat
dilihat pada bagian pembahasan tentang instrumen).
(1) Visual Analog Scale (VAS) dan Pengukuran Nyeri Lainnya (Nursalam,
2011)
Jenis pengukuran ini dipergunakan untuk mengukur pengalaman subjektif,
misalnya nyeri, mual dan sesak. Jenis ini dapat diukur dengan
menggunakan suatu garis dimulai dari garis paling awal (paling ringan)
sampai garis paling akhir (paling berat). Pengunaan VAS pada nyeri
biasanya digambarkan seperti di bawah ini dengan nilai mulai dari 0
sampai 100:
54
data nominal, data ordinal memiliki sifat berbeda dalam hal urutan.
Terhadap data ordinal berlaku perbandingan dengan menggunakan
fungsi pembeda yaitu “>” dan “<”. Walaupun data ordinal dapat
disusun dalam suatu urutan, namun belum dapat dilakukan operasi
matematika ( +, – , x , : ). Contoh jenis data ordinal antara lain:
Tingkat pendidikan yang disusun dalam urutan sebagai berikut:
(1) Taman Kanak-kanak (TK)
(2) Sekolah Dasar (SD)
(3) Sekolah Menengah Pertama (SMP)
(4) Sekolah Menengah Atas (SMA)
(5) Diploma
(6) Sarjana
c. Data Interval adalah data hasil pengukuran yang dapat diurutkan atas
dasar kriteria tertentu serta menunjukan semua sifat yang dimiliki oleh
data ordinal. Kelebihan sifat data interval dibandingkan dengan data
ordinal adalah memiliki sifat kesamaan jarak (equality interval) atau
memiliki rentang yang sama antara data yang telah diurutkan. Karena
kesamaan jarak tersebut, terhadap data interval dapat dilakukan operasi
matematika penjumlahan dan pengurangan ( +, – ). Namun demikian
masih terdapat satu sifat yang belum dimiliki yaitu tidak adanya angka
Nol mutlak pada data interval. Dalam banyak kegiatan penelitian, data
skor yang diperoleh melalui kuesioner (misalnya skala sikap atau
intensitas perilaku) sering dinyatakan sebagai data interval setelah
alternatif jawabannya diberi skor yang ekuivalen (setara) dengan skala
interval, misalnya:
Skor (5) untuk jawaban “Sangat Setuju”
Skor (4) untuk jawaban “Setuju”
Skor (3) untuk jawaban “Tidak Punya Pendapat”
Skor (2) untuk jawaban “Tidak Setuju”
Skor (1) untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju”
Dalam pengolahannya, skor jawaban kuesioner diasumsikan memiliki
sifat-sifat yang sama dengan data interval.
58
d. Data rasio adalah data yang menghimpun semua sifat yang dimiliki
oleh data nominal, data ordinal, serta data interval. Data rasio adalah
data yang berbentuk angka dalam arti yang sesungguhnya karena
dilengkapi dengan titik Nol absolut (mutlak) sehingga dapat
diterapkannya semua bentuk operasi matematik ( + , – , x, : ).
2.14.6.2 Metode pengumpulan data
Karakteristik metode pengumpulan terdiri atas beberapa dimensi, yaitu
(Suprajitno. 2016):
a. Struktur. Pengumpulan data penelitian sering disusun berdasarkan struktur
tertentu, yaitu pengumpulan data yang benar-benar sesuai pada semua
subjek.
b. Kuantitatif. Data yang dikumpulkan pada penelitian kuantitatif harus
disusun berdasarkan penghitungan sehingga dapat dianalisis secara
statistik. Sebaliknya, data pada penelitian kualitatif dapat dianalisis secara
kualitatif dan dikumpulkan berdasarkan format narasi.
c. Obstrusiveness. Pengumpulan data harus didasarkan pada kemampuan
status subjek. Pengumpulan data yang diketahui oleh subjek biasanya
cenderung memperoleh feedback yang tidak normal. Tetapi jika
dilaksanakan tanpa pengetahuan subjek, maka akan berdampak terhadap
masalah etika.
d. Objektif. Pengumpulan data sebaiknya dilaksanakan secara objektif,
sejauh mungkin menghindari unsur subjektivitas. Tetapi pada penelitian
sosial, pengambilan keputusan secara subjektif jauh lebih bermakna.
2) Coding
Coding adalah kegiatan merubah data dalam bentuk huruf menjadi data
dalam bentuk angka/bilangan. Kode adalah simbol tertertu dalam bentuk
huruf atau angka untuk memberikan identitas data. Kode yang diberikan
dapat memiliki arti sebagai data kuantitatif (berbentuk skor).
3) Processing
Processing adalah proses setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar
serta telah dikode jawaban responden pada kuesioner ke dalam aplikasi
pengolahan data di komputer. Terdapat bermacam-macam aplikasi yang
dapat digunakan untuk pemrosesan data, antara lain: SPSS, STATA, EPI-
INPO, dan lain-lain. Salah satu program yang banyak dikenal dan relatif
mudah dalam penggunaannya adalah program SPSS (Statistical Package
for Social Sciences).
4) Cleaning Data
Cleaning data adalah pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah
sudah betul atau ada kesalahan pada saat memasukan data. Tahapan
cleaning data antara lain:
a. Mengetahui adanya missing data.
Cara untuk mengetahui ada tidaknya missing data adalah dengan
membuat list (distribusi frekuensi) dari variabel yang ada. Misalnya
data yang diperoleh dari 100 responden, dengan variabel kepatuhan
pengisian rekam medis.
b. Mengetahui variasi data
Variasi data yang diketahui memungkinkan kita mengetahui apakah
data yang sudah di entry benar atau salah. Caranya adalah dengan
membuat distribusi frekuensi masing-masing variabel.
c. Mengetahui konsistensi data.
Untuk melihat konsistensi data dapat dilakukan dengan cara
menghubungkan dua variabel.
2.14.7.4 Uji hipotesis
Dalam pengujian inferensial, uji yang digunakan harus sesuai dengan
rancangan penelitian. Pengujian statistik yang tidak sesuai akan menimbulkan
62
penafsiran yang salah dan hasil yang tidak dapat digeneralisasi (Windu Purnomo,
2002). Terdapat beberapa macam uji signifikansi yang dapat diaplikasikan
bergantung pada tujuan analisis dan jenis data yang ada, antara lain (1) uji korelasi:
pearson, spearmen, atau endali tau; (2) regresi: binomial logistik, linier, ordinal, dan
berganda; (3) uji chi kuadrat; (4) uji komparasi data kuantitatif: interval/rasio
dengan uji t dan untuk data peringkat dengan uji Mann-Whitney/Wilcoxon; dan (5)
uji-uji lain yang sesuai. Statistika dalam pengolahan data hasil penelitian hanya
merupakan alat, bukan tujuan dari analisis. Karena itu, statistika tidak boleh
dijadikan tujuan yang menentukan komponen-komponen penelitian yang lain,
karena yang mempunyai peran penting dalam penelitian adalah masalah dan tujuan
penelitian.
2.14.7.5 Menentukan uji statistik
Dasar-dasar pemilihan uji statistik adalah (Nursalam, 2008):
(a) Tujuan penelitian
(b) Skala pengukuran data
(c) Sampel, yang dituliskan meliputi distribusi populasi; jenis sampel: bebas atau
perpasangan; jumlah kelompok sampel; dan ukuran atau besar sampel
(d) Banyaknya Variabel yang dianalisis
Dari uji statistik akan diperoleh 2 kemungkinan hasil uji, yaitu:
(a) Signifikan/bermakna. Adanya hubungan, perbedaan atau pengaruh antara
sampel yang diteliti, pada taraf signifikansi tertentu. Misalnya 1% (0,01); 5%
(0,05).
(b) Tidak signifikan/tidak bermakna. Artinya tidak ada hubungan, perbedaan, atau
pengaruh sampel yang diteliti.
63
yang dilakukan pada tahap analisis deskriptif adalah pengamatan terhadap tabel
frekuensi. Tabel frekuensi terdiri atas kolom-kolom yang memuat frekuensi dan
persentase untuk setiap kategori. Beberapa ukuran frekuensi kejadian yang dapat
dianalis dengan deskriptif adalah:
1) Jumlah mutlak kejadian.
2) Proporsi. Disebut proporsi apabila pembilang merupakan bagian dari penyebut.
3) Rasio. Rasio adalah perbandingan dari dua bilangan.
4) Angka (rate). Rate dipakai untuk menyatakan banyaknya kejadian pada suatu
populasi dalam jangka waktu tertentu.
2.14.7.8 Asosiasi dan uji perbedaan
Analisis komparatif merupakan analisis data dengan tujuan untuk
membandingkan dua kelompok data atau lebih. Analisis komparatif atau uji
perbedaan digunakan untuk menguji hipotesis komparatif. Berdasarkan hasil
analisis komparatif tersebut dapat ditemukan faktor-faktor yang melatarbelakangi
munculnya suatu perbedaan.
Dalam analisis komparasi terdapat beberapa jenis, yaitu:
1. Kelompok berpasangan: dikatakan berpasangan jika data kelompok yang
dibandingkan datanya saling ketergantungan.
2. Kelompok tidak berpasangan: Dikatakan tidak berpasangan jika data kelompok
yang satu tidak bergantung dari kelompok yang lainnya.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penelitian merupakan hal penting dalam mendukung pengembangan ilmu
pengetahuan. Penelitian yang baik dapat mengembangkan khasanah keilmuan
dalam rangka memperoleh pengetahuan baru, fakta baru atau teori baru.
Perkembangan zaman yang begitu cepat disertai dengan teknologi yang semakin
tinggi menyebabkan terjadinya suatu ketimpangan atau ketidakseimbangan apabila
tidak disertai dengan kemampuan sumber daya manusia yang memadai. Dengan
sumber daya manusia yang handal, penuh dengan tanggung jawab, serta memiliki
kemauan dan keingintahuan yang tinggi dalam mengembangkan pengetahuannya
khususnya melalui sebuah penelitian, maka akan didapatkan suatu pengetahuan
yang berkualitas karena telah melalui rangkaian yang kebenarannya telah teruji.
Penelitian yang telah teruji mempunyai peranan penting dalam membantu
manusia untuk memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan baru. Tanpa
adanya penelitian maka pengetahuan akan terhenti, tidak valid, dan akhirnya
mengalami kemunduran. Dalam melakukan sebuah penelitian seorang peneliti
harus menggunakan metode yang dapat dimengerti serta dapat diikuti atau dapat
diulang oleh peneliti lainnya sehingga menghasilkan pengetahuan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kemampuan ilmiah yang harus dimiliki
oleh mahasiswa yaitu berfikir ilmiah sebagai upaya dalam memecahkan masalah.
Dalam berfikir ilmiah mahasiswa harus obyektif, rasional, terbuka dan selalu
berorientasi pada kebenaran. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung
oleh penguasaan sarana berfikir yang baik serta metode ilmiah yang benar.
3.2 Saran
Disarankan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan, agar dapat
melatih diri agar mahasiswa lebih memahami dan mengerti tentang penulisan karya
tulis ilmiah dan penerapan metodologi penelitian dalam bidang keperawatan.
66
DAFTAR PUSTAKA
Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence
for Nursing Practice. 9th Ed. Philadelphia: JB. Lippincott.