Anda di halaman 1dari 70

MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN KEPERAWATAN


Dosen Pengajar :
Meilitha Carolina, Ns., M. Kep
Putria Carolina, Ners., M. Kep
Agustina Nugrahini, S.Kep., Ners, M. Kep

OLEH :

MUJIB KRISTANTO
2017.C.09a.0900

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat pembelajaran mata kuliah Metodologi
Penelitian dengan judul “Metodologi Penelitian Keperawatan” agar kita bisa
mengetahui bagaimana sistematika penulisannya.
Penyusunan makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan bimbingan
dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankan penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehubungan dengan hal tersebut kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca untuk penulisan makalah yang
lebih baik di masa mendatang.

Palangka Raya, Maret 2020


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan..................................................................................................... 2
1.4 Manfaat................................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Penelitian Keperawatan................................................... 4
2.2 Hakekat Ilmu Pengetahuan dan Penelitian ............................................. 5
2.3 Pendekatan Penelitian (Induktif-Deduktif)............................................. 5
2.4 Pengertian Metodelogi Penelitian, Berpikir dan Bersikap Ilmiah Serta
Urgensi Metodelogi dalam Pengembangan IPTek ................................. 6
2.5 Perkembangan Metodologi Ilmu dan Penelitian..................................... 11
2.6 Definisi Penelitian, Klasifikasi Penelitian, Karakteristik dan Kegunaan 11
2.7 Jenis Penelitian ....................................................................................... 17
2.8 Langkah-Langkah Penelitian.................................................................. 18
2.9 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 18
2.10 Perumusan Masalah dan Tinjauan Pustaka ............................................ 18
2.11 Penyusunan Latar Belakang Penelitian .................................................. 25
2.12 Penyusunan Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................... 26
2.13 Penyusunan Kerangka Teoritis dan Hipotesis........................................ 27
2.14 Metodologi Penelitian............................................................................. 31

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 66
3.2 Saran ....................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian atau riset pada hakikatnya bertujuan untuk memperoleh
pengetahuan tentang sesuatu yang dianggap benar melalui proses bertanya dan
menjawab (Gulo, 2014). Penelitian merupakan fungsi penting yang tidak bisa
dipisahkan dari fungsi pengajaran dan pengabdian kepada masyarakat. Ilmu
pengetahuan tidak akan berkembang tanpa dukungan penelitian. Pengalaman
belajar yang diberikan kepada mahasiswa selama beberapa tahun di perguruan
tinggi tidak hanya mengkaji berbagai sumber tertulis yang berkaitan dengan ilmu
yang dipelajarinya, tetapi juga pengalaman dalam bidang penelitian yang
berhubungan dengan bidang kajiannya. Penelitian itu sendiri menjadi suatu
tantangan yang sulit untuk diatasi (Gulo, 2014).
Kajian ilmiah tentang ilmu keperawatan merupakan suatu keharusan bagi
para perawat Indonesia saat ini. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa belum
terdapat kejelasan tentang ilmu yang secara empiris dapat diterima secara ilmiah
oleh masyarakat nonkeperawatan (Nursalam, 2015). Sesudah melakukan
penelitian, para peneliti dihadapkan pada kewajiban penting, yaitu menyusun
laporan hasil penelitian untuk dipresentasikan di dalam pertemuan ilmiah atau yang
akan dikirim ke jurnal ilmiah. Kewajiban ini merupakan tata krama di kalangan
para peneliti untuk menyebarluaskan hasil penelitiannya sebagai sumbangan untuk
memperkaya khazanah ilmu pengetahuan terutama di bidang keperawatan. Laporan
hasil penelitian ini bersifat ilmiah yang biasanya disebarluaskan melalui pertemuan
ilmiah atau dipublikasikan untuk konsumsi masyarakat ilmiah (Muninjaya, 2013).
Peran sebagai peneliti yang dilakukan kalangan perawat masih sering
terlupakan dan terabaikan, meski telah menjadi hal yang takterpisahkan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari. Hal ini terjadi karena perawat masih belum
mempunyai kemampuan yang memadai dalam penelitian, khususnya pemahaman
tentang lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan dan penerapan metodologi
penelitian keperawatan yang sesuai. Oleh karena itu sebelum melakukan penelitian

1
2

perlu diketahui tentang metodelogi penelitian keperawatan yang akan dibahas


dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan maslaah dalam penulisan
makalah ini yaitu bagaimana metodelogi penelitian dalam keperawatan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar penelitian keperawatan.
2. Mengetahui hakekat ilmu pengetahuan dan penelitian.
3. Mengetahui pendekatan penelitian (induktif-deduktif).
4. Mengetahui pengertian metodelogi penelitian, berpikir dan bersikap ilmiah
serta urgensi metodelogi dalam pengembangan IPTek.
5. Mengetahui perkembangan metodelogi ilmu dan penelitian.
6. Mengetahui definisi penelitian, klasifikasi penelitian, karakteristik dan
kegunaan.
7. Mengetahui jenis penelitian.
8. Mengetahui langkah-langkah penelitian.
9. Mengetahui ruang lingkup penelitian.
10. Mengetahui tentang perumusan masalah dan tinjauan pustaka.
11. Mengetahui penyusunan latar belakang penelitian.
12. Mengetahui penyusunan tujuan dan manfaat penelitian.
13. Mengetahuikerangka teoritis dan penyusunan hipotesis.
14. Mengetahui metodologi penelitian meliputi:
1) Desain dan rancangan penelitian.
2) Kerangka kerja penelitian.
3) Populasi, sampel dan sampling penelitian.
4) Variabel penelitian dan definisi operasional.
5) Penyusunan instrument penelitian.
6) Pengumpulan data meliputi jenis data dan metode pengumpulan data.
7) Analisis data meliputi mengolah dan menganalisis data, tujuan analisis
data, tahapan analisis data, uji hipotesis dan menentukan uji statistik,
3

metode analisis deskriptif, klasifikasi deskriptif dengan pengukuran


numerik, asosiasi dan uji perbedaan.

1.4 Manfaat
Bagi mahasiswa, diharapkan dengan penulisan makalah ini, mahasiswa lebih
memahami dan mengerti tentang penulisan karya tulis ilmiah dan penerapan
metodologi penelitian dalam bidang keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penelitian Keperawatan


Kajian ilmiah tentang ilmu keperawatan merupakan suatu keharusan bagi
para perawat Indonesia saat ini. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa belum
terdapat kejelasan tentang ilmu yang secara empiris dapat diterima secara ilmiah
oleh masyarakat nonkeperawatan. Realitasnya, suatu ilmu dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu: proses, produk, dan paradigma etis. Proses merupakan suatu kegiatan
untuk memahami alam semesta dan isinya didasarkan pada tuntutan metode
keilmuan (rasionalitas dan objektif). Produk adalah segala proses keilmuan yang
harus menjadi milik umum dan selalu terbuka untuk dikaji oleh orang lain.
Paradigma etis artinya ilmu harus mengandung nilai-nilai moral dan etika yang
tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral yang ada di masyarakat.
Berpikir logis merupakan proses berpikir yang didasari oleh konsistensi
terhadap keyakinan-keyakinan yang didukung oleh argumen yang valid. Pengertian
lain dari berpikir logis adalah berpikir lurus, tepat, dan teratur sebagai objek formal
logika. Suatu pemikiran disebut lurus, tepat, dan teratur apabila pemikiran itu sesuai
dengan hukum, aturan, dan kaidah yang sudah ditetapkan dalam logika. Mematuhi
hukum, aturan, dan kaidah logika berguna untuk menghindari pelbagai kesalahan
dan penyimpangan (bias) dalam mencari kebenaran ilmiah. Pada hakikatnya,
pikiran manusia terdiri atas tiga unsur, yaitu:
a. Pengertian (informasi tentang fakta).
b. Keputusan (pernyataan benar-tidak benar).
c. Kesimpulan (pembuktian-silogisme).
Dalam logika ilmiah, tiga unsur pikiran manusia tersebut harus dinyatakan
dalam kata (kalimat tulisan). Tiga pokok kegiatan akal budi manusia, yaitu:
a. Menangkap sesuatu sebagaimana adanya, yang berarti menangkap sesuatu tanpa
mengakui atau memungkiri (pengertian atau pangkal pikir, disebut juga premis).
b. Memberikan keputusan, yang berarti menghubungkan pengertian yang satu
dengan pengertian yang lain atau memungkiri hubungan tersebut.

4
5

c. Merundingkan, yang berarti menghubungkan keputusan satu dengan keputusan


yang lain sehingga sampai pada satu kesimpulan (pernyataan baru yang
diturunkan berdasarkan premis).

2.2 Hakekat Ilmu Pengetahuan dan Penelitian


Ilmu pengetahuan adalah suatu pengetahuan yang sifatnya umum atau
menyeluruh, memiliki metode yang logis dan terurai secara sistematis. Sedangkan
penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan secara terencana,
penuh kehati-hatian dan teratur terhadap suatu objek atau subyek tertentu untuk
memperoleh bukti, jawaban atau pengetahuan. Pada dasarnya ilmu pengetahuan
tidak dapat dipisahkan dengan penelitian.
Penelitian yang baik didasari dengan ilmu pengetahuan, begitu pula
sebaliknya. Dengan penelitian maka ilmu pengetahuan dapat dikembangkan. Ilmu
pengetahuan akan selalu berkembang karena manusia memilikikemampuan untuk
berfikir dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Tetapi, keingintahuan yang
kompleks memerlukan suatu cara yang sistematis sehingga diperoleh suatu
pengetahuan. Kegiatan penyelidikan secara sistematis tersebut yang dinamakan
penelitian. Menurut Almack dalam Notoatmodjo (2010), hubungan ilmu
pengetahuan dan penelitian ini sebagai hasil dan proses dimana penelitian sebagai
prosesnya dan ilmu pengetahuan sebagai hasilnya.
Dalam melaksanakan suatu penelitian sebaiknya dilakukan dengan cara
ilmiah yaitu cara yang benar berdasarkan fakta serta empiris, objektif dan logis.
Kerlinger dalam Wibowo (2014) mengutarakan empat cara untuk memperoleh
pengetahuan:
1. Metode keteguhan (Method of tenacity), yaitu berpegang teguh pada pendapat
yang sudah diyakini kebenarannya sejak lama.
2. Metode otoritas (Method of authority), yaitu merujuk pada pernyataan para ahli
atau yang memiliki otoritas.
3. Metode Intuisi (Method of intuition), yaitu berdasarkan keyakinan yang
kebenarannya dianggap terbukti dengan sendirinya atau tidak perlu pembuktian
lagi.
6

4. Metode Ilmiah (Method of science), yaitu berdasarkan kaidah keilmuan,


sehingga walaupun dilakukan oleh orang yang berbeda-beda namun dapat
menghasilkan kesimpulan yang sama.

2.3 Pendekatan Penelitian (Induktif-Deduktif)


Pendapat mengenai pengelompokan ilmu sangat banyak, bergantung pada
kriteria penggolongannya. Secara umum, ilmu hampir selalu dikelompokkan
menjadi dua kategori, yaitu: (a) ilmu nomotetik dan (b) ilmu idiografik (Putra,
2010).
a. Ilmu Nomotetik (Deduktif)
Ilmu Nomotetik merupakan suatu ilmu yang didasarkan pada kajian-kajian
makro (kasus-kasus) yang luas dan banyak terjadi, kemudian dijabarkan pada
hal-hal yang khusus. Pendekatan penelitian dapat digolongkan pada metode
kuantitatif. Misalnya, semua klien yang masuk rumah sakit akan mengalami
stres hospitalisasi. Klien anak, klien remaja, dan klien dewasa yang masuk
rumah sakit akan mengalami stres.
b. Ilmu Idiografik (Induktif)
Ilmu Idiografik merupakan suatu kajian ilmu yang didasarkan pada hal-hal yang
mikro, unik, khusus, dan bersifat individual, kemudian ditarik suatu kesimpulan
secara umum. Pendekatan penelitian digolongkan pada metode kualitatif.
Contoh, penyanyi A berambut keriting, penyanyi B rambutnya keriting,
penyanyi C dan penyanyi lainnya juga berambut keriting, semuanya pandai
bernyanyi. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang memiliki rambut
keriting pandai bernyanyi.

2.4 Pengertian Metodelogi Penelitian, Berpikir dan Bersikap Ilmiah Serta


Urgensi Metodelogi dalam Pengembangan IPTek
2.4.1 Pengertian Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya cara yang tepat
untuk melakukan sesuatu; dan “logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi
metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara
saksama untuk mencapai suatu tujuan. Secara etimologi, penelitian berasal dari
7

bahasa Inggris research (re berarti kembali dan search berarti mencari). Dengan
demikian research berarti mencari kembali. Penelitian adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan dengan suatu sistematika. Penelitian adalah suatu kegiatan untuk
mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya.
Beberapa pakar lain memberikan definisi penelitian sebagai berikut:
1. David H Penny
Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah
yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.
2. Suprapto
Penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang
dijalankan fakta –fakta atau prinsip-prisip dengan sabar, hati-hati, serta
sistematis.
3. Sutrisno Hadi
Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk
menemukan, mengembaggkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.
4. Mohammad Ali
Penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui penyelidikan atau
usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, yang
dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh pemecahannya.
Metodologi penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang dilewati untuk
mencapai pemahaman dengan syarat ketelitian dalam arti kebenarannya harus dapat
dipercayai. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan
pengertian dan landasan-landasan di atas dapat disimpulkan bahwa Metodologi
penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang menbicarakan atau
mempersoalkan mengenai cara-cara melaksanakan penelitian berdasarkan fakta-
fakta atau gejala-gejala secara ilmiah yang teiji kebenarannya.

2.4.2 Pengertian Berfikir Ilmiah


Berfikir ilmiah adalah cara berfikir yang menggunakan aturan tertentu dari
penemuan masalah sampai di tariknya kesimpulan setelah masalah itu dipecahkan.
8

Dalam hal cara berfikir ilmiah, John Dewey (yang dikutip Prof. Sutrisno Hadi)
menggunakan taraf berfikir ilmiah sebagai berikut:
a) The felt need
Dalam taraf permulaan orang merasa adanya suatu masalah, untuk
menyesuaikan alat dengan tujuannya, atau untuk menerangkan kejadian yang tak
terduga-duga.
b) The problem
Setelah menyadari masalahnya, dalam langkah ini pemikir ilmiah berusaha
menegaskan persoalan itu dalam bentuk perumusan masalah.
c) The hypothesis
Dalam langkah ini pemikir ilmiah mulai mengajukan kemungkinan
pemecahannya atau mencoba menerangkan; berdasarkan atas teori-teori,
dugaan-dugaan, kesan-kesan umum yang belum merupakan kesimpulan akhir.
d) Collection of data as evidence
Dalam langkah ini informasi-informasi atau bukti-bukti dikumpulkan dan
melalui pengolahan-pengolahan yang logis mulai diuji.
e) Concluding belief
Dalam langkah ini pemikir menganbil kesimpulan berdasarkan analisa terhadap
bukti-bukti yang dihayati untuk menguji hipotesis.
f) General value of the conclusion (T.L. Kelley)
Pemikiran untuk menilai pemecahan-pemecahan baru dari kebutuhan masa
datang yang disebut dengan ferleksi.
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal,
empiris: Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung
jawabkan. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana
beerpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan
ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan
suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan.
Penguasaan sarana berpikir ilmiah tidak akan dapat melaksanakan kegiatan
berpikir ilmiah yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan
baik diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa: “[1] Bahasa Ilmiah, [2] Logika
metematika, [3] Logika statistika. Bahasa ilmiah merupakan alat komunikasi verbal
9

yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir
dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir
ilmiah kepada orang lain. Logika matematika mempunyai peran penting dalam
berpikir deduktif sehingga mudah diikuti dan dilacak kembali kebenarannya
Sedangkan logika statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif
mencari konsep- konsep yang berlaku umum”.

2.4.3 Pengertian Bersikap Ilmiah


Bersikap ilmiah adalah merupakan salah satu sikap tanggung jawab seorang
peneliti untuk berperan serta mengembangkan ilmunya. Sikap ilmiah menurut
Harsojo (1972) adalah sebagai berikut:
1. Berpikir sederhana
Dimaksudkan cara berpikir, cara menyatakan pendapat atau cara pengujian
dilkukan dengan cara sederhana. Apabila suatu gejala dapat dijelaskan secara
memadai oleh suatu penjelasan yang sederhana, tidak perlu dilakukan secara
berputar-putar dan dipandang rumit.
2. Sikap tidak memihak
Ilmu tidak dimaksudkan membuat penilaian baik atau buruk, tetapi semata-mata
mencari kebenaran. Seorang peneliti tidak boleh memutar balikkan fakta dan
berpihak pada preferensi politik, agama, maupun moral tertentu.
3. Sikap sabar
Seorang peneliti tidak boleh mudah menyerah dan kuat menerima tekanan dalam
usaha mempertahankan pendapatnya dan tetap berusaha mencari fakta yang lain
sebagai dukungan pernyataan dimaksud
4. Bersikap skeptic
Skeptis diartikan yaitu harus tetap bersikap tidak mudah percaya pada
pernyataan selama hal tersebut belum didukung oleh data yang cukup kuat.
Seorang peneliti harus berhati-hati dan teliti dalam memberikan penilain pada
pernyataan ilmiah. Sikap ini yang menyebabkan seorang peneliti selalu kritis
terhadap persoalan yang di hadapi.
10

5. Bersikap obyektif
Yaitu menilai suatu masalah atau gejala sebagimana adanya. Hindarkan
pengaruh yang bersikap subyektif akibat adanya muatan tertentu.
6. Bersifat relative
Seorang peneliti harus mengusai ilmunya, tidak memihak pada suatu
kepentingan tertentu diluar konteks dan harus mempunyai keyakinan
berdasarkan atas fakta yang diperoleh.
Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-
34) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan
metode ilmiah, antara lain :
1. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
2. Jujur
3. Terbuka
4. Toleran
5. Optimis
6. Pemberani

2.4.4 Urgensi Metodologi Penelitian Dalam Pengembangan IPTEK


Metodologi penelitian sangat erat hubungannya dengan perkembangan
IPTEK, dikarenakan dalam perkembangan IPTEK di butuhkan proses yang
membutuhkan data atau fakta yang mendukung. Kemajuan IPTEK tidak jauh dari
penelitian, dimana dalam penelitian membutuhkan komunikasi untuk suatu proses
mengalihkan suatu ide dari sumber ke satu penerima atau lebih dengan maksud
dapat merubah perilaku, persepsi tentang sesuatu. Komunikasi di tekankan sebagai
pemindahan ide, gagasan, lambang dan didalam prose situ melibatkan orang lain
dalam suatu penelitian. IPTEK dapat berperan sebagai media dalam penelitian yaitu
dengan perkembangan IPTEK seorang peneliti dapat mempulikasikan temuanya
kepada masyarakat banyak, serta begitu juga sebaliknya yaitu dengan penelitian
para peneliti atau ilmuan dapat membuat suatu teknologi sebagai sarana untuk
kemudahan masyarakat, sehingga dengan begitu IPTEK akan meningkat.
11

2.5 Perkembangan Metodologi Ilmu dan Penelitian


Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya penyelidikan secara
sistematis, logis dan ilmiah untuk memecahkan masalah. Manusia sepanjang
hidupnya tidak lepas dari berbagai permasalahan hidup. Masalah-masalah tersebut
dapat dikelompokkan dalam berbagai bidang kehidupan antara lain keagamaan,
politik, pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan lain-lain (Anggita & Masturoh, 2018).
Penelitian kesehatan dilakukan dalam rangka mengatasi dan memecahkan
masalah-masalah di bidang kesehatan dengan berbagai pengaruh dan dampak yang
ditimbulkannya. Penelitian kesehatan memiliki dua sasaran yaitu yang pertama
untuk memecahkan masalah kesehatan individu yang sedang mengalami masalah
kesehatan atau sedang sakit. Yang kedua berorientasi pada kesehatan kelompok
atau masyarakat yang sehat supaya dapat mempertahankan dan memelihara
kesehatannya agar tetap sehat. Secara umum, ruang lingkup penelitian di bidang
kesehatan tidak terlepas dari upaya pemecahan masalah dalam bidang preventif dan
promotif serta kuratif dan rehabilitatif.

2.6 Definisi Penelitian, Klasifikasi Penelitian, Karakteristik dan Kegunaan


2.6.1 Definisi Penelitian
Berikut ini terdapat beberapa pengertian penelitian menurut para ahli, antara
lain sebagai berikut:
1. Menurut Cooper dan Emory, 1995
Penelitian adalah proses atau kegiatan dalam penyelidikan sistematis yang
bertujuan untuk memberikan informasi untuk memecahkan masalah.
2. Menurut Suparmoko, 1991
Penelitian adalah bisnis yang sengaja diarahkan untuk mengetahui atau
mempelajari fakta-fakta baru serta distribusi keinginan manusia untuk tahu.
3. Menurut Soerjono Soekanto
Penelitian adalah kegiatan ilmiah yang didasarkan pada analisis dan konstruksi
yang dilakukan secara sistematis, metodologis dan konsisten dan bertujuan untuk
mengungkapkan kebenaran sebagai salah satu manifestasi dari keinginan manusia
untuk mengetahui apa yang di tangan.
12

4. Menurut Sanapiah Faisal


Berpendapat bahwa penelitian adalah kegiatan untuk memeriksa masalah dengan
menggunakan metode ilmiah dalam cara yang teratur dan sistematis untuk
menemukan pengetahuan baru bahwa kebenaran diandalkan tentang dunia alam dan
dunia sosial.
5. Menurut Sutrisno Hadi
Penelitian adalah usaha untuk menemukan apa pun untuk mengisi kesenjangan atau
gap, menggali lebih dalam apa yang sudah ada, untuk mengembangkan dan
memperluas, dan untuk menguji kebenaran dari apa yang sudah ada, tapi
sebenarnya masih diragukan.
6. Menurut Donald Ary
Penelitian ini adalah penerapan pendekatan ilmiah untuk penilaian masalah dalam
memperoleh informasi yang berguna dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
7. Menurut John
Menurut sebuah studi pencarian fakta adalah metode tujuan yang jelas dalam
menemukan hubungan antara fakta dan menghasilkan hukum tertentu.
8. Menurut Parson
Mengungkapkan bahwa penelitian ialah suatu pencarian atas segala sesuatu yang
dilakukan secara sistematis, dengan penekanan bahwa pencariannya dilakukan pada
masalah-masalah yang dapat dipecahkan dengan penelitian.
9. Menurut Woody
Mengungkapkan bahwa penelitian adalah metode menemukan berpikir kritis.
Penelitian ini meliputi penyediaan definisi dan redefinisi masalah, merumuskan
hipotesis atau melakukan uji coba sangat hati-hati untuk kesimpulan yang ditarik
dalam menentukan apakah kesimpulan seperti yang konsisten dengan hipotesis.
10. Menurut Hill Way
Disajikan dalam buku Pengantar untuk Penelitian yang mendefinisikan bahwa
penelitian adalah metode penelitian yang mendalam dan penuh kehati-hatian dari
segala bentuk fakta yang dapat dipercaya pada isu tertentu untuk membuat
pemecahan masalah.
13

11. Menurut Winarno Surachmad


Adalah kegiatan penelitian ilmiah mengumpulkan pengetahuan baru dari sumber
primer, dengan penekanan pada penemuan tujuan prinsip-prinsip umum, serta
memegang ramalan generalisasi di luar sampel yang diteliti.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian adalah suatu proses investigasi yang dilakukan secara sistematis, untuk
menghasilkan pengetahuan lebih dalam tentang suatu peristiwa, perilaku, teori, dan
hukum, serta peluang untuk aplikasi praktis dari pengetahuan itu.

2.6.2 Klasifikasi Penelitian


Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis penelitian, antara lain sebagai
berikut:
2.6.2.1 Klasifikasi Penelitian berdasarkan Bidang Ilmu
Ada bermacam-macam bidang ilmu dan jika penelitian dilakukan untuk
bidang ilmu tertentu maka ragam penelitian yang dilakukan disebut sesuai dengan
bidang ilmu tersebut. Dengan demikian ditinjau berdasarkan bidang-bidang ilmu
yang ada penelitian dapat dibedakan menjadi :
1. Penelitian pendidikan,
2. Penelitian kedokteran,
3. Penelitian keperawatan,
4. Penelitian kebidanan,
5. Penelitian ekonomi,
6. Penelitian pertanian,
7. Penelitian biologi,
8. Penelitian sejarah, dst.
2.6.2.2 Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Pendekatan yang Dipakai
Berdasarkan pendekatan yang dipakai, penelitian dapat dibedakan menjadi
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Masing-masing pendekatan tersebut
memiliki paradigma, asumsi, karakteristik sendiri- sendiri. Kedua pendekatan
penelitian tersebut dapat dilakukan dengan cara simultan dan saling mengisi sesuai
dengan kebutuhan, sehingga dapat diwujudkan proses penelitian yang
komprehensif.
14

2.6.2.3 Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Tempat Pelaksanaannya


Penelitian dapat dilakukan diberbagai tempat, yaitu diperpustakaan,
lapangan, laboratorium atau gabungan dari tempat- tempat tersebut. Atas dasar
tinjauan tersebut penelitian dibedakan menjadi :
1. Penelitian perpustakaan (library research),
2. Penelitian laborartorium (laboratory research),
3. Penelitian lapangan (field research)
2.6.2.4 Klasfikasi Penelitian Ditinjau berdasarkan Pemakaiannya
Hasil penelitian dapat dipakai untuk mengembangkan dan memverifikasi
terori serta memecahkan masalah. Atas dasar tinjauan ini penelitian dapat
dibedakan menjadi :
1. Penelitian penelitian murni (pure research atau basic research)
Penelitian murni atau penelitian dasar merupakan penelitian yang dilakukan
dengan maksud hasil penelitian tersebut dipakai untuk mengembangkan dan
memverifikasi teori-teori.
2. Penelitian terapan (applied research).
Penelitian terapan adalah ragam penelitian dimana hasilnya diterapkan
berkenaan dengan upaya pemecahan masalah .
2.6.2.5 Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Tujuan Umumnya
Berdasarkan tujuan umumnya, penelitian dibedakan menjadi : penelitian
eksploratif, penelitian pengembangan, dan penelitian verifikatif.
1. Penelitian eksploratif, adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengekplorasi fenomena yang menjadi sasaran penelitian.
2. Penelitian pengembangan (developmental research), adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengembangan suatu konsep atau prosedur
3. Penelitian verifikatif, merupakan penelitian yang dilakukan dengan tujuan
membuktikan kebenaran suatu teori pada waktu dan tempat
2.6.2.6 Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Tarafnya
Penelitian ditinjau berdasarkan tarafnya dibedakan menjadi dua, yaitu
penelitian deskriptif dan penelitian analitik. Penelitian deskriptif merupakan
penelitian pada taraf mendiskripsikan variable yang diteliti tanpa dilakukan analisis
dalam keterkaitannya dengan variable lainnya.
15

Sedangkan jika penelitian dilakukan bukan sekadar mendiskripsikan variable


penelitian tetapi dilakukan analisis dalam hubungannya dengan variable-variabel
lainnya disebut penelitian analitik.
2.6.2.7 Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Metode
Berdasarkan metode yang dipakai, penelitian dibedakan menjadi penelitian
longitudinal dan penelitian cross-sectional. Penelitian longitudinal (longitudinal
research) adalah penelitian yang dilakukan dengan metode longitudinal
(longituninal method), yaitu metode penelitian yang membutuhkan waktu yang
lama, berbulan-bulan bahkan bertahun, secara berkesinambungan.
Sedangkan penelitian cross-sectional (cross-sectional research) merupakan
penelitian yang dilakukan dengan metode cross-sectional (cross-sectional method),
yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan mengambil waktu tertentu yang
relative pendek dan tempat tertentu.
2.6.2.8 Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Intervensi terhadap Variabel
Penelitian dapat dilakukan di mana peneliti melakukan intervensi atau
perlakuan terhadap variable tertentu.

2.6.3 Karakteristik Penelitian


Karakteristik Penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bersifat ilmiah
Selalu mampu mengikuti prosedur dan menggunakan bukti yang meyakinkan
dalam bentuk fakta-fakta yang diperoleh secara objektif.
2. Penelitian
Penelitian adalah proses yang berjalan terus-menerus dan terus menerus, karena
hasil penelitian selalu dapat disempurnakan.
3. Memberikan Kontribusi
Yaitu studi harus memiliki unsur kontribusi / nilai tambah. Jadi harus ada sesuatu
yang baru yang ditambahkan ke penelitian ilmu yang ada.
4. Analitis
Yaitu sebuah penelitian yang dilakukan harus dibuktikan dan dijelaskan dengan
menggunakan metode ilmiah dan ada hubungan kausal antara variabel.
16

2.6.4 Kegunaan Penelitian Kesehatan


Penelitian dalam bidang kesehatan sangat bermanfaat bagi kehidupan dan
kesejahteraan manusia. Penelitian di bidang kesehatan dapat memberikan informasi
tentang paparan atau faktor-faktor penyebab terjadinya suatu kasus/penyakit,
informasi tentang hal-hal yang dapat mencegah terjadinya suatu penyakit hingga
hal-hal yang dapat menanggulangi ataupun mengobati suatu penyakit.
Secara umum manfaat penelitian di bidang kesehatan antara lain sebagai
berikut (Masturoh&Anggita, 2018):
1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk mendeskripsikan status kesehatan
individu, kelompok dan masyarakat. Di bidang rekam medis antara lain dapat
digunakan untuk mendeskripsikan pasien dengan diagnosis tertentu dari mulai
pencatatan tanda dan gejala hingga penentuan kodefikasi yang tepat,
mendeskripsikan mutu pelayanan kesehatan mengacu pada standar pelayanan
minimal di pelayanan kesehatan, mendeskripsikan angka morbiditas dan
mortalitas, mendeskripsikan kebutuhan sumber daya manusia, dan lain-lain.
2. Hasil penelitian dapat menggambarkan potensi kemampuan sumber daya baik
sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya dalam mendukung
pengembangan kesehatan. Di bidang rekam medis, hasil penelitian dapat
menggambarkan penyelenggaraan rekam medis dan ketersediaan data yang
lengkap dan akurat dalam rangka menunjang, menjaga dan meningkatkan mutu
pelayananan kesehatan
3. Hasil penelitian dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan memberikan
alternatif solusi terkait dengan penyebab masalah kesehatan atau kendala lainnya
yang terjadi dalam sistem pelayanan kesehatan. Di bidang keperawatan, hasil
penelitian dapat memberikan data secara keseluruhan baik data pasien maupun
gambaran kinerja tenaga kesehatan yang terlibat di pelayanan kesehatan,
sehingga dapat memberikan informasi penyebab atau kendala dan alternatif
solusinya.
4. Hasil penelitian dapat digunakan untuk melakukan tindak lanjut berupa
pengambilan keputusan atau kebijakan pengembangan kesehatan. Di bidang
keperawatan, hasil penelitian sangat erat kaitannya dengan penyediaan data
17

sebagai dasar dalam pengambilan keputusan kebijakan di tingkat top


manajemen.
5. Hasil penelitian dapat menggambarkan secara kuantitas dan kualitas keadaan
suatu pelayanan kesehatan dari segi pembiayaan, sarana prasarana dan
ketenagaan. Di bidang keperawatan, hasil penelitian tentang analisis beban kerja
dan ketenagaan (SDM), ketersediaan formulir dokumen rekam medis,
ketersediaan data dan penentuan kodefikasi dalam proses pembiayaan atau
klaim.

2.7 Jenis Penelitian


Menurut Suprajitno (2016) berdasarkan hasil pengumpulan data riset
keperawatan, dapat dikelompokkan menjadi dua macam riset keperawatan yaitu:
2.7.1 Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah riset yang menekankan hasil pengumpulan data
variabel riset berbentuk nilai yang dapat dianalisis dengan operasional matematika
yaitu tambah (+), kurang (-), perkalian (x), dan pembagian (:). Variabel yang dapat
dikuantitatif adalah variabel yang diukur menggunakan alat ukur dan memiliki
satuan, misalnya tekanan darah, saturasi oksigen dalam pembuluh darah perifer,
jumlah nadi, jumlah pernafasan, dan sebagainya. Sehingga hasil pengumpulan data
dapat diringkas menjadi sederhana.

2.7.2 Penelitian Kualitatif


Penelitian kualitatif adalah riset yang menekankan hasil pengumpulan data
variabel riset berbentuk informasi suatu fenomena atau keadaan, biasanya
digunakan untuk melakukan riset tentang budaya atau kebiasaan masyarakat. Hasil
pengumpulan data variabel tidak memiliki satuan, sehingga harus diuraikan dan
kesimpulan yang disusun berdasarkan kemampuan logika berpikir perawat yang
melakukan riset.
Logika berpikir digunakan adalah berpikir deduktif dan induktif. Berpikir
deduktif adalah metode berpikir dari hal umum dahulu dan dihubungkan hal khusus.
Berpikir induktif adalah metode berpikir yang bertolak dari hal khusus ke umum.
18

2.8 Langkah-Langkah Penelitian


Metode ilmiah atau metode penelitian adalah prosedur atau langkah-
langkah sistematis dalam mendapatkan pengetahuan.
Langkah-langkah sistematis tersebut meliputi:
1. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah.
2. Menyusun kerangka pemikiran.
3. Merumuskan hipotesis.
4. Menguji hipotesis.
5. Pembahasan.
6. Menarik kesimpulan.

2.9 Ruang Lingkup Penelitian


Masalah-masalah tersebut dapat digunakan sebagai stimulus bagi para
peneliti ilmu keperawatan saat menerjemahkan fakta empiris yang ada di lapangan.
Lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan dibagi menjadi 6 lingkup masalah
penelitian, meliputi (Nursalam, 2015):
(1) Ilmu Keperawatan Dasar dan Manajemen Keperawatan,
(2) Ilmu Keperawatan Anak,
(3) Ilmu Keperawatan Maternitas,
(4) Ilmu Keperawatan Medikal-Bedah dan Gawat Darurat,
(5) Ilmu Keperawatan Kesehatan Jiwa, serta
(6) Ilmu Keperawatan Komunitas, Keluarga, dan Gerontik.

2.10 Perumusan Masalah dan Tinjauan Pustaka


2.10.1 Perumusan Masalah
2.10.1.1 Definisi
Masalah penelitian merupakan langkah awal yang harus dipikirkan dan
disusun berdasarkan suatu fakta empiris di lapangan. Pada tahap awal pelaksanaan
penelitian, kegiatan yang perlu dilakukan adalah memahami konsep masalah
berdasarkan kajian kepustakaan yang dapat dipercaya. Kegiatan tersebut meliputi
berpikir, membaca teori, dan review dengan teman sejawat dan pembimbing.
19

Selama tahap ini, seorang peneliti perlu memahami pelaksanaan deductive


reasoning dan memilih topik yang diminati dari hasil riset yang telah dilaksanakan
orang lain.
Masalah penelitian adalah suatu kondisi yang memerlukan pemecahan
atau alternatif pemecahan. Baik buruknya suatu penelitian sangat ditentukan oleh
masalah penelitian (research problem) (Polit & Hungler, 1999). Masalah penelitian
biasanya didapat dari topik yang secara luas berhubungan dengan keperawatan.
Mengingat dalam topik sudah terdapat suatu masalah, maka dalam melakukan
identifikasi masalah hendaknya tidak keluar dari area masalah yang telah
dicantumkan dalam topik. Masalah penelitian diupayakan yang orisinil,
mempunyai kontribusi terhadap perkembangan ilmu, urgensi dan baru.
2.10.1.2 Faktor-faktor yang Mendasari Perumusan Masalah
Penyusunan rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada
pemahaman yang dimiliki peneliti tentang masalah yang ada dan berkembang saat
itu. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh peneliti meliputi faktor-faktor tersebut di
bawah ini:
a. Mendefinisikan permasalahan/topik (fakta empiris—induktif)
b. Mulai mencari sumber kepustakaan (kajian teori—deduksi)
c. Interaksi antarteman sejawat atau anggota tim
d. Layak dijabarkan (feasibility)
Kelayakan suatu penelitian untuk dilakukan ditentukan oleh berbagai
pertimbangan, yaitu (1) waktu; (2) dana; (3) keahlian peneliti; (4) tersedianya
responsden; (5) fasilitas dan alat; (6) kerja sama dengan tim lain; dan (7)
pertimbangan etika (Nursalam, 2008).
2.10.1.3 Langkah-langkah Menemukan Rumusan Masalah
Langkah-langkah dalam menemukan dan menentukan masalah penelitian
adalah sebagai berikut (Masturoh&Anggita, 2018):
a. Menentukan Area Penelitian
Area penelitian merupakan bidang ilmu atau pekerjaan yang selama ini digeluti
dan dapat dijadikan patokan dalam menentukan masalah penelitian.Area
penelitian menjadi batasan dalam sebuah penelitian sehingga kajiannya lebih
fokus dan spesifik.
20

b. Menentukan Topik Penelitian


Topik penelitian merupakan pernyataan inti setelah menentukan area penelitian
terlebih dahulu.
c. Menentukan Masalah Penelitian
Menentukan area dan topik penelitian merupakan runtutan dalam menemukan
masalah, tanpa mengetahui area dan topik yang akan diteliti maka akan
kesulitan dalam menentukan masalah apa yang akan diangkat dalam sebuah
penelitian, karena area dan topik dalam satu disiplin ilmu saja sangat banyak
apalagi area dan topik yang terlalu luas atau umum.
2.10.1.4 Syarat Masalah Penelitian
Beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam menentukan masalah
penelitian, antara lain:
a. Besaran Masalah (magnitude of the problem)
Masalah penelitian yang akan diteliti harus didukung dengan data. Data yang
ditampilkan sebaiknya aktual yang terjadi dalam kurun waktu 3 tahun terakhir
beserta penyebab dan dampak yang diuraikan dalam bentuk narasi.
b. Keseriusan Masalah
Keseriusan sebuah masalah dalam penelitian dapat dilihat dari dampak yang
akan timbul, telah atau sedang terjadi. Dalam kaitannya dengan contoh diatas,
dampak yang timbul.
c. Kesensitifan Masalah
Masalah penelitian dianggap sensitif bila masalah penelitian bertentangan
dengan kultur atau budaya, ras, dan agama. Hal-hal yang digali biasanya hal
yang tersirat bukan tersurat seperti keyakinan dan sikap.
2.10.1.5 Cara Membuat Rumusan Masalah Penelitian
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan penelitian yang akan
dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data dalam sebuah penelitian.
Rumusan masalah dibuat mengacu kepada uraian masalah pada latar belakang,
kemudian diidentifikasi secara spesifik sehingga rumusan masalah jelas dan fokus.
Terdapat beberapa syarat dalam membuat rumusan masalah:
a. Kalimat disusun dalam bentuk kalimat tanya, supaya pertanyaan lebih bersifat
tajam dan khas.
21

b. Substansi yang dikemukakan pada pertanyaan penelitian lebih spesifik dan


tidak bermakna ganda.
c. Pertanyaan dikemukakan secara terpisah apabila terdapat beberapa pertanyaan
atau beberapa permasalahan.
d. Pada umumnya kalimat pertanyaan pada rumusan masalah diawali terlebih
dahulu dengan kalimat berikut:
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.
Contoh rumusan masalah penelitian deskriptif:
- Bagaimana hasil analisis kuantitatif kelengkapan dokumen rekam medis
rawat inap formulir ringkasan masuk dan keluar di RS X?
- Bagaimana tingkat kepuasan keluarga pasien terhadap pelayanan petugas di
tempat pendaftaran pasien?
Contoh rumusan masalah penelitian Analitik:
- Apakah terdapat hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan
keakuratan kode kasus thypoid?
- Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan antara pasien di Puskesmas A dan
B dalam hal pelayanan?

2.10.2 Tinjauan Pustaka


ebuah penelitian harus didukung dengan landasan teori yang kuat. Pada
proposal atau laporan penelitian, landasan teori ini biasanya diuraikan pada bab
tersendiri yaitu pada Bab 2. Berbagai teori yang dikemukakan oleh para ahli dan
hasil penelitian terdahulu yang mendukung terhadap penelitian yang akan
dilakukan harus dipaparkan secara detail, sistematis, dan menyeluruh sehingga
terbangun suatu kerangka berpikir yang ilmiah. Teori-teori yang dikemukakan
merupakan penjelasan lengkap dari apa yang telah diulas sebelumnya pada latar
belakang. Uraian justifikasi, penyebab, dampak, pencegahan dan penanggulangan,
serta alternatif solusi sebagai pemecahan masalah yang terdapat pada latar belakang
merupakan acuan dalam menyusun tinjauan pustaka.
Tulisan dalam tinjauan pustaka juga merupakan referensi yang digunakan
sebagai dasar teori dalam pembahasan. Namun terkadang apa yang dicantumkan
22

dalam tinjauan pustaka tidak digunakan secara optimal dalam menyusun


pembahasan sehingga tulisan dalam tinjauan pustaka seakan-akan hanya sekedar
sebuah pajangan. Padahal dengan adanya tinjauan pustaka tersebut, maka peneliti
tinggal mengaitkan atau membandingkan hasil penelitian dengan teori yang ada
pada tinjauan pustaka tersebut. Apabila dirasakan masih ada yang kurang, baik teori
maupun hasil penelitian lainnya untuk memperkuat dan memperkaya pembahasan
maka kita hanya tinggal menambahkan kekurangannya saja tanpa perlu mencari
dari nol lagi karena sebagian besar teori ataupun hasil penelitian yang diperlukan
sudah tersedia dalam tinjauan pustaka.
Hal paling penting dalam menyusun tinjauan pustaka adalah cara mensitasi
dan pencantuman referensi, karena dikhawatirkan terjerumus kepada tindakan
plagiat. Agar terhindar dari praktek plagiat maka semua tulisan yang terdapat dalam
tinjauan pustaka harus dicantumkan referensinya secara lengkap dalam daftar
pustaka.
2.10.2.1 Definisi Teori
Dalam tinjauan pustaka diuraikan tentang teori-teori dan konsep-konsep
serta generalisasi hasil penelitian. Teori ini penting sebagai bukti empiris dan
penguat terhadap hal yang akan diteliti. Cooper and Schindler (2003) dalam
Wibowo (2014) mengemukakan bahwa Teori adalah seperangkat konstruk
(konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara
sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna
untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Mark (1963) dalam Wibowo (2014) mengemukakan bahwa terdapat tiga
macam teori yang berhubungan dengan data empiris yaitu:
a. Teori deduktif yaitu berupa uraian teori atau keterangan dari mulai hal-hal umum
yang kemudian mengerucut kepada data khusus. Uraian kumpulan teori dan data
secara deduktif ini memberikan pemahaman kerangka berfikir secara utuh dan
menyeluruh sehingga terbentuk suatu kerangka teori dan selanjutnya kerangka
konsep penelitian.
b. Teori induktif merupakan kebalikan dari deduktif yaitu dimulai dari hal-hal
khusus terlebih dahulu kemudian mengarah kepada hal umum.
23

c. Teori fungsional dimana terdapat interaksi antara data dan teori, dan saling
memberikan pengaruh diantara keduanya.
2.10.2.2 Kegunaan Teori
Secara umum teori mempunyai tiga fungsi yaitu untuk menjelaskan
(explanation), meramalkan (prediction) dan pengendalian (control). Secara lengkap
Cooper and Schindler (2003) dalam Wibowo (2014), menyatakan bahwa kegunaan
teori dalam penelitian adalah:
a. Untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup penelitian, termasuk
menjelaskan apa saja variabel yang akan diteliti.
b. Sebagai prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta dan sebagai dasar dalam
menentukan hipotesis penelitian serta untuk menyusun instrumen penelitian.
c. Digunakan dalam pembahasan antara lain sebagai penjelasan atau justifikasi
terhadap hasil penelitian dan juga digunakan untuk dibandingkan dengan hasil
penelitian. Hasil temuan penelitian tersebut selanjutnya dijadikan dasar untuk
memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah.
d. Merangkum fakta yang ditemukan pada sampel penelitian dalam rangka
generalisasi terhadap populasi
e. Untuk memprediksi fakta lebih lanjut dengan mempelajari kondisi-kondisi
menuju kepada kejadian itu.
2.10.2.3 Pendeskripsian Teori
Menurut Wibowo (2014) langkah-langkah untuk dapat melakukan
pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan variabel beserta jumlah variabel yang akan diteliti.
b. Mencari referensi sebanyak banyaknya baik melalui buku, jurnal penelitian
maupun laporan akhir penelitian seperti skripsi, tesis, disertasi yang relevan
dengan penelitian yang akan diteliti.
c. Melihat daftar isi dan mencari topik yang relevan dengan variabel yang akan
diteliti. Perhatikan bacaan dari mulai judul penelitian, permasalahan, teori yang
digunakan, tempat penelitian, sampel penelitian, teknik pengumpulan data,
analisis, kesimpulan dan saran.
d. Mencari referensi definisi dari setiap variabel yang akan diteliti, pilih definisi
yang paling sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
24

e. Membaca seluruh isi topik penelitian dari setiap sumber data yang dibaca dan
kemudian menuangkannya dalam sebuah tulisan dengan bahasa sendiri.
Sumber-sumber bacaan yang digunakan harus dicantumkan di daftar pustaka.
2.10.2.4 Tujuan telaah pustaka
Tujuan telaah pustaka menurut Wibowo(2014) antara lain:
a. memperoleh informasi yang ilmiah dan kredibel,
b. memperoleh data dan informasi yang berguna untuk menyusun latar belakang,
dimana data dan teori dalam latar belakang dapat menggambarkan besaran
masalah, keseriusan masalah dan kesensitifan masalah,
c. memperoleh teori terbaru dan terkini,
d. bagi peneliti pemula, dapat membantu dalam menemukan ide atau topik
penelitian,
e. membantu dalam menemukan variabel-variabel apa saja yang masuk dalam
penelitian dan metode penelitiannya yang sesuai,
f. berlajar cara menyusun atau menuangkan ide ke dalam sebuah tulisan dengan
mengamati tulisan atau karya peneliti lain, dan
g. memperoleh informasi tentang keterbatasan peneliti lain sehingga dapat
dijadikan masukan dan pelajaran agar tidak melakukan kesalahan yang sama.
2.10.2.5 Cara membuat telaah atau tinjauan pustaka
Tinjauan pustaka adalah kegiatan yang meliputi mencari, membaca dan
menelah jurnal-jurnal penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori-teori yang
relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Berikut langkah-langkahnya:
a. Diawali dengan menentukan topik-topik dari informasi yang akan dicari atau
dengan menggunakan kata kunci untuk lebih memudahkan pencarian kemudian
mencari sumber yang relevan baik dari buku ajar, jurnal cetak maupun jurnal
elektronik dan lain sebagainya. Biasakan segera untuk selalu menulis referensi
secara lengkap di daftar pustaka agar tidak terlewat atau kelupaan.
b. Merangkum dari setiap bacaan yang diperlukan dalam tulisan penelitian yang
akan dilakukan dengan menggunakan kalimat sendiri untuk menghidari
plagiarisme
c. Memperhatikan gaya bahasa penulisan apakah mudah dimengerti atau tidak
dengan cara berulang ulang membaca tulisan sendiri
25

d. Mengelompokkan hasil temuan pustaka dalam satu topik yang sama, kemudian
menganalisis content bacaan dan selanjutnya dibuat ringkasannya.
e. Menyusun semua ringkasan hasil telaahan dalam sebuah tulisan secara
sistematis, berkesinambungan dan menyeluruh sehingga terbentuk kerangka
berfikir ilmiah secara utuh dalam satu kesatuan. Sistematika penulisan tinjauan
pustaka dapat mengacu pada judul penelitian, karena judul penelitian
memberikan gambaran variabel yang akan diteliti. Dimana hasil rangkuman
yang telah dikumpulkan sebelumnya tersebut kemudian dituangkan disesuaikan
dengan pengelompokkan kajian atau berdasarkan variabel.

2.11 Penyusunan Latar Belakang Penelitian


Untuk setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari
masalah. Baik penelitian murni maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah,
hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat
keputusan. Latar belakang masalah berisi tentang apa yang menjadi masalah
penelitian, alasan mengapa masalah itu penting dan perlu diteliti,masalah tersebut
harus didukung dengan data empiris sehingga jelas memang ada masalah yang akan
diteliti. Latar belakang terdiri dari 4 bahasan, yaitu :
a. Introduksi
Introduksi biasanya berisi tentang definisi-definisi dari variabel penelitian dan
tentang masalah yang akan diteliti. Penelitian langsung mengungkapkan
permasalahan inti yaitu pengertian dari sesuatu yang akan dibahas.
Permasalahan bisa diungkapkan dengan melihat fenomena yang ditemukan
ditempat penelitian atau dimasyarakat. Sebaiknya diuraikan secara sistematis,
ringkas dan terarah pada suatu permasalahan yang ingin diteliti.
b. Justifikasi
Berupa besarnya masalah dan pengaruh yang timbul terhadap kesehatan.
Justifikasi adalah pembenaran dan bukti secara outentik tentang keberadaan
masalah yang diuraikan,maka data ini diperkuat dengan data kuantitatif yang
berupa jumlah kejadian peristiwa yang diperoleh dari data internasional,nasional
dan lokal. Dan diupayakan data yang mutakhir yang dapat diperoleh dari survey
awal.
26

c. Kronologi
Berupa penyebab masalah dan dampak dari masalah. Kronologis ini berisi
tentang bagaimana kejadian suatu masalah sampai timbulnya sebab dan akibat
jika masalah tersebut tidak ditangani. Ini dapat diuraikan tentang teori masing –
masing variabel dan hubungannya serta akibat jika masalah tersebut tidak
diselesaikan.
d. Solusi
Berupa konsep pemecahan yang sudah dan akan digunakan. Berisi tentang
alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah dan dampak yang
ditimbulkannya.diupayakan tidak hanya satu solusi supaya beberapa pihak yang
terkait dengan penelitian dapat dijelaskan.

2.12 Penyusunan Tujuan dan Manfaat Penelitian


2.12.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah atau acuan suatu penelitian yang
memberikan arahan bagi peneliti secara jelas apa yang akan dicapai. Tujuan
penelitian harus dirumuskan dalam bentuk pernyataan secara jelas dan terukur.
Tujuan penelitian pada umumnya dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Pernyataan satu tujuan dalam lingkup besar yang erat dengan pertanyaan dalam
rumusan masalah.
2. Tujuan Khusus
Pernyataan tujuan dalam lingkup kecil, yang merupakan turunan dari tujuan
umum. Tujuan khusus dinyatakan lebih operasional dan menjadi arahan secara
detail untuk tahapan penelitian selanjutnya.

2.12.2 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan, kepentingan program pemerintah, dan tempat penelitian tersebut
dilaksanakan. Manfaat penelitian harus diuraikan secara terinci apa manfaat
27

panelitian nanti. Secara spesifik, manfaat penelitian terdiri dari 2 aspek sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian di bidang rekam medis dan informasi kesehatan dapat
menambah wawasan dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang tersebut,
yang manfaatnya dapat dirasakan oleh akademisi baik mahasiswa, dosen,
instruktur, serta peneliti yang concern dalam bidang rekam medis dan informasi
kesehatan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian di bidang keperawatan dan informasi kesehatan dapat digunakan
sebagai masukan terhadap kebijakan di tingkat manajemen ataupun praktisi
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan yang pada akhirnya diharapkan
dapat meningkatkan citra pelayanan kesehatan.

2.13 Penyusunan Kerangka Teoritis dan Hipotesis


2.13.1 Penyusunan Kerangka Teoritis
Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka
konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan
membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel (baik variabel
yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti
menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2015).
2.13.1.1 Dasar penyusunan kerangka konsep
Cara penyusunan kerangka konseptual penelitian dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Harus dibedakan pengertian kerangka konsep dan kerangka operasional.
- Kerangka konsep: konsep yang dipakai sebagai landasan berpikir dalam
kegiatan ilmu.
- Kerangka operasional (kerangka kerja): langkah-langkah dalam aktivitas
ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sampel, dan seterusnya, yaitu
kegiatan sejak awal dilaksanakannya penelitian.
2) Mengumpulkan semua sumber dan menyeleksi penelitian yang telah
dipublikasikan, konsep, atau teori (melalui theoretical mapping).
28

3) Mengidentifikasi dan mendefinisikan semua variabel riset, mengategorikan ke


dalam kelompok (independent, dependent, intervening, confounding, control
and random variable).
2.13.1.2 Langkah Penyusunan
a. Seleksi dan definisikan konsep yang dimaksudkan
b. Identifikasikan teori yang digunakan sebagai dasar penelitian.
1) Peneliti ingin meneliti perilaku klien dalam perawatan, maka dapat dipilih
teori Lawrance Green, yang meliputi: predisposing, enabling, dan
reinforcing.
2) Pemenuhan kebutuhan pada perawatan diri: makan, minum, berpakaian,
eliminasi, mandi, maka ditetapkan teori yang dipilih adalah dari Orem
tentang self care deficit.
c. Gambarkan hubungan antarvariabel dengan garis berarah
- Arah (Direction). Dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah.
- Tempat (Position).
Variabel A Y (A ditulis terlebih dulu, karena A lebih besar
B pengaruhnya terhadap Y dibandingkan B)
- Tanda dan simbol (Sign & Symbol).
Digaris putus-putus untuk yang diteliti ( ); digaris jelas untuk
variabel dalam kotak yang diteliti ( ); dan digaris putus-putus untuk
variabel yang tidak diteliti ( )
- Keterangan setiap tujuan penelitian:
 Hubungan/hipotesis (A B)
 Pengaruh (A B)
 Sebab akibat (A B)

2.13.2 Penyusunan Hipotesis


Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian. Menurut La Biondo-Wood dan Haber (2002) hipotesis adalah suatu
pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang
diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian. Setiap hipotesis
terdiri atas suatu unit atau bagian dari permasalahan.
29

Hipotesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan karena hipotesis akan


bisa memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan, analisis, dan interpretasi data.
Uji hipotesis artinya menyimpulkan suatu ilmu melalui suatu pengujian dan
pernyataan secara ilmiah atau hubungan yang telah dilaksanakan penelitian
sebelumnya.
Untuk mengetahui signifikansi (p) dari suatu hasil statistik (Hypothesis
test), maka kita dapat menentukan tingkat signifikansi: (p) 0,05 (1 kemungkinan
untuk 20); 0,01 (1 untuk 100); dan 0,001 (1 untuk 1000). Adapun yang sering
digunakan adalah signifikansi level 0,05. Dengan menentukan signifikansi ini maka
kita dapat mentukan apakah hipotesis akan diterima atau ditolak (jika p < 0,05)
(Voelker & Orton, Adam 2011).
2.13.2.1 Syarat Hipotesis
a. Relevance: Hipotesis harus relevan dengan fakta yang akan diteliti.
b. Testability: Memungkinkan untuk dilakukannya observasi dan bisa diukur.
c. Compatibility: Hipotesis baru harus konsisten dengan hipotesis di lapangan
yang sama dan telah teruji kebenarannya, sehingga setiap hipotesis akan
membentuk suatu sistem.
d. Predictive: Artinya hipotesis yang baik mengandung daya ramal tentang apa
yang akan terjadi atau apa yang akan ditemukan.
e. Simplicity: Harus dinyatakan secara sederhana, mudah dipahami, dan mudah
dicapai.
2.13.2.2 Tujuan Hipotesis
a. Untuk menghubungkan antara teori dan kenyataan, dalam hal ini hipotesis
menggabungkan dua domain.
b. Sebagai suatu alat yang ampuh untuk pengembangan ilmu selama hipotesis
bisa menghasilkan suatu penemuan (discovery).
c. Sebagai suatu petunjuk dalam mengidentifikasi dengan menginterpretasi suatu
hasil.
2.13.2.3 Sumber Hipotesis
Hipotesis didapatkan dari suatu fenomena atau masalah yang nyata,
analisis teori, dan mengulas literatur.
30

a. Pengalaman praktik
Diagnosis keperawatan bisa menjadi suatu dasar pengembangan hipotesis.
Misal, hubungan teoretis yang diidentifikasi Orem tahun 1985 dalam Polit &
Back (2012), tentang teori perawatan diri dan kurangnya kebersihan dalam
melakukan perawatan luka sehubungan dengan adanya nyeri pada sendi dan
keterbatasan pergerakan/mobilitas. Pertama, kita dapat menguji tentang
efektivitas dari tindakan dalam mengurangi nyeri sendi dan meningkatkan
mobilitas dan dampak perawatan individual. Contoh penulisan hipotesis
meliputi: Klien artritis yang menggunakan pengobatan relaksasi akan
mengalami penurunan rasa nyeri dan membutuhkan waktu yang relatif lebih
sedikit dalam pengobatannya dibandingkan dengan klien yang tidak
mendapatkan terapi relaksasi.
b. Teori
Hubungan yang digunakan dalam suatu teori dapat menjadi dasar penyusunan
hipotesis. Jika seorang peneliti tertarik melakukan pengujian terhadap suatu
pernyataan dalam teori, akan membawa pengaruh yang besar terhadap
perkembangan praktik perawatan.
c. Kajian literatur
Pada kajian literatur, peneliti menganalisis dan mensintesis hasil dari berbagai
penelitian. Hubungan yang diidentifikasi dari sintesis dalam suatu penemuan
sangat berguna untuk penyusunan hipotesis. Nursalam tahun 2007, meneliti
pengaruh pendakatan Asuhan keperawatan terhadap respons pasien terinfeksi
HIV and AIDS, hipotesis yang digunakan berdasarkan konsep teori
Psikoneuroimunologi dan Adaptasi.
2.13.3.4 Tipe Hipotesis
Perbedaan tipe hubungan dan jumlah variabel diidentifikasi dalam
hipotesis. Penelitian mungkin mempunyai satu, tiga, atau lebih hipotesis,
bergantung pada kompleksnya suatu penelitian.
a. Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran statistik
dan interpretasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat sederhana atau kompleks
dan bersifat sebab atau akibat. Misal pengaruh teori adaptasi terhadap
perbaikan kinerja perawat anak. Maka dalam Ho; tidak adanya pengaruh
31

penerapan teori adaptasi dalam asuhan keperawatan terhadap perbaikan kinerja


perawat anak.
b. Hipotesis alternatif (Ha/H1) adalah hoptesis penelitian. Hipotesis ini
menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua atau
lebih variabel. Hubungan, perbedaan, dan pengaruh tersebut dapat sederhana
atau kompleks, dan bersifat sebab-akibat. Misalnya, ada pengaruh antara
senam nifas dan proses involusi pada ibu pascasalin. Ada perbedaan tingkat
kecemasan antara klien laki-laki dan perempuan pada infark miokard akut
(IMA).

2.14 Metodologi Penelitian


2.14.1 Desain dan Rancangan Penelitian
2.14.1.1 Definisi Rancangan Penelitian
Rancangan atau rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat penting
dalam penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang
dapat memengaruhi akurasi suatu hasil. Istilah rancangan penelitian digunakan
dalam dua hal; pertama, rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian
dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan
data; dan kedua, rancangan penelitian digunakan untuk mendefinisikan struktur
penelitian yang akan dilaksanakan.
Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan
yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa
diterapkan. Rancangan sangat erat dengan kerangka konsep sebagai petunjuk
perencanaan pelaksanaan suatu penelitian. Sebagai “blueprint”, rancangan adalah
suatu pola atau petunjuk secara umum yang dapat diaplikasikan pada beberapa
penelitian. Dengan adanya permasalahan penelitian yang jelas, kerangka konsep,
dan definisi variabel yang jelas, suatu rancangan dapat digunakan sebagai gambaran
tentang perencanaan penelitian secara rinci dalam hal pengumpulan dan analisis
data.
2.14.1.2 Jenis Rancangan Penelitian
Jenis rancangan penelitian keperawatan dibedakan menjadi empat
(Nursalam, 2008), yaitu:
32

1. Deskriptif. Penelitian bertujuan untuk menjelaskan, memberi suatu nama,


situasi, atau fenomena dalam menemukan ide baru.
2. Faktor yang berhubungan (relationship). Penelitian ini dilaksanakan untuk
mengembangkan hubungan antarvariabel dan menjelaskan hubungan yang
ditemukan. Penelitian ini disebut juga penelitian tahap kedua setelah suatu
fenomena ditemukan.
Hubungan tersebut tidak selalu memiliki mekanisme yang menjelaskan (secara
ko-insiden/kebetulan timbul bersamaan). Rancangan yang sering digunakan
adalah cross sectional.
3. Faktor yang berhubungan (asosiasi). Penelitian ini disebut juga explanatory atau
correlational, bertujuan untuk menentukan faktor apakah yang terjadi sebelum
atau bersama-sama tanpa adanya suatu intervensi dari peneliti. Rancangan yang
dipergunakan bisa menggunakan cross-sectional atau jenis rancangan lainnya
(kohort, case control)
4. Pengaruh (causal). Penelitian ini ditujukan untuk menguji pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Karakteristik rancangan pengaruh (causal) adalah sebagai berikut:
 Intensitas variabel independen menentukan intensitas variabel dependen
(VD) misalnya dosis
 Dapat dijelaskan mekanisme perubahannya
 (Tetapi) bukan sebagai penyebab (causation)
 Jenis rancangan yang dipergunakan adalah eksperimental. Jenis rancangan
eksperimental adalah:
(1) True experimental (satu kelompok tidak dilakukan intervensi)
(2) Quasy experimental (satu kelompok dilakukan intervensi sesuai dengan
metode yang dikehendaki, kelompok lainnya dilakukan seperti
biasanya)
(3) Pre-experimental: post only atau pre-post. Satu kelompok dilakukan
intervensi X dan kelompok lainnya dilakukan intervensi Y.
Secara umum, penelitian dapat diklasifikasikan menjadi (1) non-eksperimental
dan (2) eksperimental.
33

2.14.1.3 Rancangan Penelitian Non–Eksperimen


a. Rancangan penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-
peristiwa penting yang terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan
secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual daripada penyimpulan.
Fenomena disajikan secara apa adanya tanpa manipulasi dan peneliti tidak
mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut bisa terjadi,
oleh karena itu penelitian jenis ini tidak memerlukan adanya suatu hipotesis.
Hasil penelitian deskriptif sering digunakan atau dilanjutkan dengan melakukan
penelitian analitik.
Hubungan antarvariabel diidentifikasi untuk menggambarkan secara
keseluruhan suatu peristiwa yang sedang diteliti, tetapi pengujian mengenai tipe
dan tingkat hubungan bukan merupakan tujuan utama dari suatu penelitian
deskriptif. Cara menghindari bias dalam suatu penulisan dilakukan dengan: (1)
menghubungkan antara konsep dan operasional definisi variabel, (2) seleksi
sampel dan besarnya sampel, (3) instrument yang valid dan reliabel, dan (4)
prosedur pengambilan data dengan adanya suatu control lingkungan.
b. Rancangan penelitian korelasional (hubungan/asosiasi)
Penelitian korelasional mengkaji hubungan antara variabel. Peneliti dapat
mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, dan menguji
berdasarkan teori yang ada. Sampel perlu mewakili seluruh rentang nilai yang
ada. Penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif
antarvariabel. Hubungan korelatif mengacu pada kecenderungan bahwa variasi
suatu variabel diikuti oleh variasi variabel yang lain. Dengan demikian, pada
rancangan penelitian korelasional peneliti melibatkan minimal dua variabel.
c. Rancangan penelitian komparatif
Istilah rancangan penelitian non-eksperimen: komparatif dalam ilmu
keperawatan sering digunakan pada penelitian klinis maupun komunitas. Jenis
rancangan ini mempunyai makna yang hampir sama dengan yang dilakukan
dalam epidemiologi, yang dikenal dengan istilah kohort dan kasus kontrol.
Rancangan ini difokuskan untuk mengkaji perbandingan terhadap pengaruh
(efek) pada kelompok subjek tanpa adanya suatu perlakuan dari peneliti.
34

2.14.1.4 Rancangan Penelitian Eksperimental


Penelitian eksperimental adalah suatu rancangan penelitian yang
digunakan untuk mencari hubungan sebab-akibat dengan adanya keterlibatan
penelitian dalam melakukan manipulasi terhadap variabel bebas. Eksperimen
merupakan rancangan penelitian yang memberikan pengujian hipotesis yang paling
tertata dan cermat, sedangkan pada penelitian kohort atau kasus kontrol hanya
sampai pada tingkat dugaan kuat dengan landasan teori atau telaah logis yang
dilakukan peneliti. Akan tetapi studi ini pada umumnya mahal dan pelaksanaanya
rumit, sehingga penggunaannya terbatas.
Dilihat dari kemampuannya dalam mengontrol variabel-variabel
penelitian, rancangan penelitian eksperimental dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
(1)Pra-eksperimental
Menurut Babbie (1999) rancangan penelitian pra-eksperimental dibedakan
menjadi tiga, yaitu (a) one-shot case study; (b) one-group pre-post test design;
dan (c) static-group comparison design.
(a)One–shot case study
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan intervensi/tindakan pada satu
kelompok kemudian diobservasi pada variabel dependen setelah dilakukan
intervensi. Misalnya, peneliti melakukan observasi pada percepatan
penyembuhan luka pascaoperasi (dependen) setelah dilakukan mobilisasi
(independen)
(b)Rancangan pra-pascates dalam satu kelompok (One-group pra-post test
design)
Ciri tipe penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan
cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi
sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi.
Misalnya, peneliti mengobservasi proses involusi ibu pascasalin sebelum
melakukan senam nifas, kemudian keadaan involusi uterinya diobservasi
setelah senam.
(c)Static-group comparison design
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh dari suatu tindakan pada
kelompok subjek yang mendapat perlakuan, kemudian dibandingkan dengan
35

kelompok subjek yang tidak mendapatkan perlakuan.


(2)Eksperimental semu (quasy-experiment)
Rancangan ini berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan
cara melibatkan kelompok kontrol di samping kelompok eksperimental. Tapi
pemilihan kedua kelompok ini tidak menggunakan teknik acak. Rancangan ini
biasanya menggunakan kelompok subjek yang telah terbentuk secara wajar
(teknik rumpun), sehingga sejak awal bisa saja kedua kelompok subjek telah
memiliki karakteristik yang berbeda. Apabila pada pasca-tes ternyata kedua
kelompok itu berbeda, mungkin perbedaannya bukan disebabkan oleh
perlakukan tetapi karena sejak awal kelompok awal sudah berbeda.
Dalam rancangan ini, kelompok eksperimental diberi perlakuan sedangkan
kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok perlakuan diawali dengan pra-
tes, dan setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran kembali (pasca-tes).
(3)Eksperimental sungguhan (true-experiment)
Ciri penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara
melibatkan kelompok kontrol di samping kelompok eksperimental yang dipilih
dengan menggunakan teknik acak. Pada kelompok perlakuan dilakukan suatu
intervensi tertentu kemudian kelompok kontrol tidak dilakukan tindakan.
Penelitian ini biasanya dilakukan pada binatang percobaan. Ada beberapa jenis
rancangan penelitian eksperimental yang dapat digolongkan ke dalam kelompok
ini:
1) Pasca-tes dengan kelompok eksperimen dan kontrol yang diacak
Pada rancangan ini, kelompok eksperimental diberi perlakuan sedangkan
kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok tidak diawali dengan pra-tes.
Pengukuran hanya dilakukan setelah pemberian perlakuan selesai.
2) Pra-tes dan pasca-tes dengan kelompok eksperimen dan kontrol yang
diacak
Dalam rancangan ini, kelompok eksperimental diberi perlakuan sedangkan
kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok diawali dengan pra-tes, dan
setelah pemberian perlakuan selesai diadakan pengukuran kembali (pasca-
tes). Rancangan penelitian ini mengikuti urutan prosedural yang sama
36

dengan rancangan eksperimental semusejenis. Perbedaan terletak pada


pemilihan subjek dengan menggunakan teknik acak.
3) Gabungan keduanya (Rancangan Solomon)
Rancangan ini pada dasarnya menggabungkan dua rancangan eksperimental
sebelumnya sehingga terbentuk rancangan yang melibatkan empat
kelompok. Dua kelompok sebagai kelompok eksperimen dan dua lainnya
sebagai kelompok kontrol. Pada kedua kelompok eksperimen diberi
perlakuan sedangkan pada kedua kelompok control tidak. Pada satu
pasangan kelompok eksperimen dan kontrol diawali dengan pra-tes,
sedangkan pada pasangan yang lain tidak. Setelah pemberian perlakuan
selesai diadakan pengukuran atau pasca-tes pada keempat kelompok.

2.14.2 Kerangka Kerja Penelitian


Kerangka teori merupakan visualisasi hubungan antara berbagai variabel
untuk menjelaskan sebuah fenomena (Wibowo,2014). Hubungan antara berbagai
variabel digambarkan dengan lengkap dan menyeluruh dengan alur dan skema yang
menjelaskan sebab akibat suatu fenomena. Sumber pembuatan kerangka teori
adalah dari paparan satu atau lebih teori yang terdapat pada tinjauan pustaka.
Pemilihan teori dapat menggunakan salah satu teori atau memodifikasi dari
berbagai teori, selama teori yang dipilih relevan dengan keseluruhan substansi
penelitian yang akan dilakukan. Kerangka teori yang baik akan menjelaskan secara
teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti.
King (dalam Nursalam, 2015) mengidentifikasi kerangka kerja konseptual
(Conceptual Framework) sebagai sebuah kerangka kerja sistem terbuka, dan teori
ini sebagai suatu pencapaian tujuan. Kerangka konsep merupakan turunan dari
kerangka teori yang telah disusun sebelumnya dalam telaah pustaka. Kerangka
konsep merupakan visualisasi hubungan antara berbagai variabel, yang dirumuskan
oleh peneliti setelah membaca berbagai teori yang ada dan kemudian menyusun
teorinya sendiri yang akan digunakannya sebagai landasan untuk penelitiannya.
Pengertian lainnya tentang kerangka konsep penelitian yaitu kerangka hubungan
antara konsep – konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan
dilakukan. Diagram dalam kerangka konsep harus menunjukkan hubungan antara
37

variabel-variabel yang akan diteliti. Kerangka yang baik dapat memberikan


informasi yang jelas kepada peneliti dalam memilih desain penelitian.

2.14.3 Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian


2.14.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
1) Pembagian Populasi
Pembagian populasi menurut Sastroasmoro & Ismail (1995) meliputi: populasi
target dan populasi terjangkau.
a. Populasi target
Populasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling dan
menjadi sasaran akhir penelitian. Populasi menurut Polit dan Hungler
(1999) target bersifat umum dan biasanya pada penelitian klinis dibatasi
oleh karakteristik demografis (meliputi jenis kelamin atau usia).
b. Populasi terjangkau (Accessible Population)
Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan
biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya.
2) Kriteria Populasi
Dalam mendefinisikan populasi, peneliti harus berfokus pada kriteria yang telah
ditetapkan. Dasar pertimbangan penentuan kriteria populasi, meliputi:
a. Biaya. Jika kita ingin meneliti pada populasi suku Madura, maka peneliti
harus belajar budaya dan bahasa Dayak agar dapat terjadi interaksi dengan
baik. Keadaan tersebut memerlukan waktu yang lama sehingga juga
memerlukan biaya tambahan.
b. Praktik. Kesulitan dalam melibatkan populasi sebagai subjek karena berasal
dari daerah yang sulit dijangkau (misalnya, masyarakat Dayak yang tinggal
terpencil di pegunungan).
c. Kemampuan orang untuk berpartisipasi dalam penelitian. Kondisi kesehatan
seseorang yang menjadi subjek harus dijadikan bahan pertimbangan dalam
penentuan populasi. Misalnya orang dengan gangguan mental, tidak sadar,
38

dan kondisi mental yang tidak stabil perlu dikeluarkan sebagai kriteria
populasi.
d. Pertimbangan rancangan penelitian. Pada penelitian dengan menggunakan
rancangan eksperimen, maka diperlukan populasi yang mempunyai kriteria
homogenitas dalam upaya untuk mengendalikan variabel random, perancu,
dan variabel lainnya yang akan mengganggu dalam penelitian.
Penggunaan kriteria tersebut dapat digunakan untuk mendefinisikan suatu
populasi dalam penelitian dan mempunyai dampak dalam menginterpretasi dan
melakukan generalisasi hasil.
2.14.3.2 Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling.
a. Syarat-syarat sampel
Pada dasarnya ada dua syarat yang harus dipenuhi saat menetapkan sampel, yaitu
representatif (mewakili) dan (2) sampel harus cukup banyak.
1) Representatif
Sampel yang representatif adalah sampel yang dapat mewakili populasi
yang ada. Untuk memperoleh hasil/kesimpulan penelitian yang
menggambarkan keadaan.
2) Sampel harus cukup banyak
Semakin banyak sampel, maka hasil penelitian mungkin akan lebih
representatif. Meskipun keseluruhan lapisan populasi telah terwakili, kalau
jumlahnya kurang memenuhi, maka kesimpulan hasil penelitian kurang atau
bahkan tidak bisa memberikan gambaran tentang populasi yang
sesungguhnya. Sebenarnya tidak ada pedoman umum yang digunakan untuk
menentukan besarnya sampel untuk suatu penelitian. Besar kecilnya jumlah
sampel sangat dipengaruhi oleh rancangan dan ketersediaan subjek dari
penelitian itu sendiri. Polit dan Hungler (1999) menyatakan bahwa semakin
besar sampel yang dipergunakan semakin baik dan representatif hasil yang
diperoleh. Dengan kata lain semakin besar sampel, semakin mengurangi
angka kesalahan. Prinsip umum yang berlaku adalah sebaiknya dalam
penelitian digunakan jumlah sampel sebanyak mungkin. Namun demikian,
39

penggunaan sampel sebesar 10%–20% untuk subjek dengan jumlah lebih


dari 1000 dipandang sudah cukup. Makin kecil jumlah populasi, persentasi
sampel harus semakin besar. Terdapat beberapa rumus yang dapat
dipergunakan untuk menentukan besar sampel.
Penentuan besar sampel (Nursalam, 2015):

Populasi infinit (populasi tidak diketahui):

Keterangan:
N = perkiraan besar sampel
N = perkiraan besar populasi
Z = nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)
p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%
q = 1–p (100% – p)
d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)

atau

Keterangan (untuk prediksi):


n = Besar sampel
N = Besar populasi
d = Tingkat signifikansi (p)
b. Kriteria sampel: inklusi dan eksklusi
Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias
hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-variabel kontrol ternyata
mempunyai pengaruh terhadap variabel yang kita teliti. Kriteria sampel dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2008)
40

1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
popolusi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus
menjadi pedoman saat menentukan kriteria inklusi. Misalnya, kita akan
meneliti tentang pengaruh mobilisasi pada klien pascaoperasi terhadap
percepatan peristaltik usus, maka yang menjadi bahan pertimbangan dalam
kriteria inklusi adalah jenis anestesi yang digunakan dan umur klien, karena
kedua faktor tersebut sangat memengaruhi hasil dari intervensi yang
dilakukan.
2) Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena pelbagai sebab, antara lain:
- Terdapat keadaan atau penyakit yang mengganggu pengukuran
maupun interpretasi hasil. Misalnya, dalam studi komparatif (kasus
kontrol) yang mencari hubungan suatu faktor risiko dengan kejadian
penyembuhan luka pascaoperasi laparastomi, maka subjek dengan
kelainan imunologis tidak boleh diikutsertakan dalam kelompok kasus.
- Terdapat keadaan yang mengganggu kemampuan pelaksanaan, seperti
subjek yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap sehingga sulit
ditindaklanjuti.
- Hambatan etis
- Subjek menolak berpartisipasi
Penetapan kriteria sampel (inklusi dan eksklusi) diperlukan dalam upaya untuk
mengendalikan variabel penelitian yang tidak diteliti, tetapi ternyata
berpengaruh terhadap variabel dependen.
2.14.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai
dengan keseluruhan subjek penelitian (Sastroasmoro & Ismail, 1995 & Nursalam,
2008). Cara pengambilan sampel dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: probability
sampling dan nonprobability sampling.
41

a. Probability sampling
Prinsip utama probability sampling adalah bahwa setiap subjek dalam populasi
mempunyai kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel. Setiap
bagian populasi mungkin berbeda satu dengan lainnya tetapi menyediakan
populasi parameter, mempunyai kesempatan menjadi sampel yang representatif.
Dengan menggunakan sampling random, peneliti tidak bisa memutuskan bahwa
X lebih baik dari pada Y untuk penelitian. Demikian juga, peneliti tidak bisa
mengikutsertakan orang yang telah dipilih sebagai subjek karena mereka tidak
setuju atau tidak senang dengan subjek atau sulit untuk dilibatkan.
1) Simple random sampling
Pemilihan sampel dengan cara ini merupakan jenis probabilitas yang
palingsederhana. Untuk mencapai sampling ini, setiap elemen diseleksi
secara acak.
2) Stratified random sampling
Stratified artinya strata atau kedudukan subjek (seseorang) di masyarakat.
Jenis sampling ini digunakan peneliti untuk mengetahui beberapa variabel
pada populasi yang merupakan hal yang penting untuk mencapai sampel yang
representatif.
3) Cluster sampling
Cluster berarti pengelompokan sampel berdasarkan wilayah atau lokasi
populasi. Jenis sampling ini dapat dipergunakan dalam dua situasi. Pertama
jika simple random sampling tidak memungkinkan karena alasan jarak dan
biaya; kedua peneliti tidak mengetahui alamat dari populasi secara pasti dan
tidak memungkinkan menyusun sampling frame.
4) Systematic sampling
Pengambilan sampel secara sistematik dapat dilaksanakan jika tersedia daftar
subjek yang dibutuhkan.
b. Nonprobability sampling
1) Purposive sampling
Purposive sampling disebut juga judgement sampling. Adalah suatu teknik
penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian),
42

sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah


dikenal sebelumnya.
2) Consecutive sampling
Pemilihan sampel dengan consecutive (berurutan) adalah pemilihan sampel
dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan
dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang
diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro & Ismail, 1995: 49). Jenis sampling ini
merupakan jenis non-probability sampling yang terbaik dan cara yang agak
mudah. Untuk dapat menyerupai probability sampling, dapat diupayakan
dengan menambahkan jangka waktu pemilihan klien.
3) Convinience sampling
Pemilihan sampel convinience adalah cara penetapan sampel dengan mencari
subjek atas dasar hal-hal yang menyenangkan atau mengenakkan peneliti.
Sampling ini dipilih apabila kurangnya pendekatan dan tidak memungkinkan
untuk mengontrol bias. Subjek dijadikan sampel karena kebetulan dijumpai
di tempat dan waktu secara bersamaan pada pengumpulan data. Dengan cara
ini, sampel diambil tanpa sistematika tertentu, sehingga tidak dapat dianggap
mewakili populasi sumber, apalagi populasi target.
4) Quota sampling (Judgement sampling)
Teknik penentuan sampel dalam kuota menetapkan setiap strata populasi
berdasarkan tanda-tanda yang mempunyai pengaruh terbesar variabel yang
akan diselidiki. Kuota artinya penetapan subjek berdasarkan kapasitas/daya
tampung yang diperlukan dalam penelitian.

2.14.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


2.14.4.1 Variabel Penelitian
1. Definisi
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Soeparto, Putra, & Haryanto,
2000).
Menurut Hatch dan Farhady (1981) dalam Sugiyono (2015), variabel
adalah seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan
43

yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. Variabel mengandung
pengertian ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki seseorang atau sesuatu yang dapat
menjadi pembeda atau penciri antara yang satu dengan yang lainnya.
Variabel merupakan peubah artinya sesuatu yang dapat berubah. Variabel
harus dapat diukur atau diobservasi untuk mendapat data yang benar (valid) dan
akurat (presisi). Variabel mempunyai tiga ciri yaitu (1) merupakan karakteristik
subyek riset, (2) dapat diukur atau diobservasi, dan (3) ada variasi.
2. Jenis variabel
Jenis variabel diklasifikasikan menjadi bermacam-macam tipe untuk
menjelaskan penggunaannya dalam penelitian. Beberapa variabel dimanipulasi,
yang lainnya sebagai kontrol. Beberapa variabel diidentifikasi tetapi tidak diukur
dan yang lainnya diukur dengan pengukuran sebagian. Macam-macam tipe variabel
meliputi: (1) independen; (2) dependen; (3) moderator (intervening); (4) perancu
(confounding); (5) kendali/kontrol; dan (6) (Nursalam, 2008).
(1) Variabel independen (bebas)
Variabel yang memengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Suatu
kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak
pada variabel dependen. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan
diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain.
Dalam ilmu keperawatan, variabel bebas biasanya merupakan stimulus atau
intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien untuk memengaruhi
tingkah laku klien.
(2) Variabel dependen (terikat)
Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain.
Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel
lain. Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah aspek tingkah laku yang
diamati dari suatu organisme yang dikenai stimulus. Dengan kata lain, variabel
terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya
hubungan atau pengaruh dari variabel bebas.
(3) Variabel moderator (intervening)
Variabel yang dapat berperan sebagai variabel bebas dan terikat. Variabel
moderator (seringkali disebut sebagai variabel bebas kedua) adalah variabel
44

yang diangkat untuk menentukan apakah ia memengaruhi hubungan antara


variabel bebas dan variabel terikat. Dengan kata lain, variabel moderator
adalah faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih peneliti untuk
mengungkapkan apakah faktor tersebut mengubah hubungan antara variabel
bebas dan terikat.
(4) Variabel perancu (confounding)
Adalah variabel yang nilainya ikut menentukan variabel baik secara
langsung maupun tidak langsung. Variabel perancu merupakan jenis variabel
yang berhubungan (asosiasi) dengan variabel bebas dan berhubungan dengan
variabel terikat, tetapi bukan merupakan variabel antara. Identifikasi variabel
perancu ini amat penting, karena bila tidak ia dapat membawa kita pada
kesimpulan yang salah, misalnya ditemukan terdapat hubungan antarvariabel
padahal sebenarnya tidak ada atau sebaliknya, tidak ditemukan hubungan
antarvariabel padahal hubungan itu ada.
(5) Variabel kendali (kontrol)
Adalah variabel yang nilainya dikendalikan dalam penelitian (baik
seluruhnya ataupun sebagian saja). Tidak semua variabel di dalam suatu
penelitian dapat dipelajari sekaligus dalam waktu yang sama. Beberapa di
antara variabel tersebut harus dinetralkan pengaruhnya untuk menjamin agar
variabel tersebut tidak mengganggu hubungan antara variabel bebas dan
terikat. Variabel-variabel yang pengaruhnya harus dinetralkan tersebut disebut
variabel-variabel kontrol. Jadi variabel kontrol adalah faktor-faktor yang
dinetralkan pengaruhnya oleh peneliti karena jika tidak demikian diduga ikut
memengaruhi hubungan antara variabel bebas dan terikat. Variabel kontrol
berbeda dengan variabel moderator. Penetapan suatu variabel menjadi suatu
variabel moderator adalah untuk dipelajari (dianalisis) pengaruhnya,
sedangkan penetapan suatu variabel menjadi variabel kontrol adalah untuk
dinetralkan/disamakan pengaruhnya.
(6) Variabel random
Variabel yang tanpa diduga ternyata berperan di dalam mekanisme yang
sedang kita pelajari. Atau dengan kata lain variabel yang dengan sengaja kita
45

abaikan keberadaannya, meskipun kita ketahui variabel tersebut ikut berperan


dalam mekanisme tersebut.
2.14.4.2 Definisi Operasional
Definisi berasal dari kata definition (latin). Ada dua macam definisi, yaitu
definisi nominal dan definisi riil. Definisi nominal menerangkan arti kata; hakiki;
ciri; maksud; dan kegunaan; serta asal muasal (sebab). Definisi riil menerangkan
objek yang dibatasinya, terdiri atas dua unsur: unsur yang menyamakan dengan hal
yang lain dan unsur yang membedakan dengan hal lain.
Aturan membuat definisi:
1. Definisi harus dapat dibolak-balikkan dengan hal yang didefinisikan (luas
keduanya harus sama)
2. Definisi tidak boleh negatif. Misal, kepuasan adalah tidak senang
3. Apa yang didefinisikan tidak boleh masuk dalam definisi. Misalnya, kepuasan
adalah rasa puas yang dirasakan seseorang terhadap ………
4. Definisi tidak boleh dinyatakan dalam bahasa yang kabur (ambigious).
Misalnya, kepuasan adalah rasa batin yang bersifat individual ………………..
Variabel yang telah didefinisikan perlu dijelaskan secara operasional,
sebab setiap istilah (variabel) dapat diartikan secara berbeda-beda oleh orang yang
berlainan. Penelitian adalah proses komunikasi dan komunikasi memerlukan
akurasi bahasa agar tidak menimbulkan perbedaan pengertian antarorang dan agar
orang lain dapat mengulangi penelitian tersebut. Jadi definisi operasional
dirumuskan untuk kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi. Contoh
operasional dalam penulisan definisi operasional pada Ada berbagai cara untuk
mendefinisikan suatu variabel. Ada kalanya definisi tersebut sekadar sinonim atau
konseptual. Sinonim dari suatu variabel biasanya dapat ditemukan di kamus,
sedangkan definisi yang konseptual merupakan deskripsi mengenai apa dan
mengapa, biasanya dapat ditemukan di buku teks. Definisi operasional adalah
definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan
tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci
definisi operasional. Dapat diamati artinya memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam, 2015).
46

Sebaliknya definisi konseptual menggambarkan sesuatu berdasarkan kriteria


konseptual atau hipotetik dan bukan pada ciri-ciri yang dapat diamati.

2.14.5 Penyusunan Instrument Penelitian


2.14.5.1 Prinsip Validitas dan Reliabilitas
1. Prinsip validitas (kesahihan)
Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip
keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat
mengukur apa yangseharusnya diukur. Misalnya bila kita akan mengukur
tinggi badan balita maka tidakmungkin kita mengukurnya dengan timbangan
dacin. Jadi validitas disini pertama-pertama lebih menekankan pada alat
pengukur/pengamatan.
Ada dua hal penting yang harus dipenuhi dalam menentukan validitas
pengukuran, yaitu instrumen harus (1) relevan isi dan (2) relevan cara dan
sasaran.
1) Relevan isi instrumen
Isi instrumen harus disesuaikan dengan tujuan penelitian (tujuan khusus)
agar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Isi tersebut biasanya
dapat dijabarkan dalam definisi operasional.
2) Relevan sasaran subjek dan cara pengukuran
Instrumen yang disusun harus dapat memberikan gambaran terhadap
perbedaan subjek penelitian.

Pada prinsip ini, peneliti harus dapat mempertimbangkan kepada siapa ia


bertanya. Misalnya peneliti ingin mengamati kepuasan keluarga terhadap
pelayanan keperawatan. Peneliti harus bertanya pada keluarga (termasuk
suami, istri, dan anggota keluarga yang lain) tentang pelayanan keperawatan
tersebut. Tidak diperbolehkan hanya menanyakan kepada suami atau istri saja.
Bila peneliti mengukur kadar suatu zat atau ukuran (tinggi badan, berat badan,
dll), perlu dibuatkan petunjuk cara pengukuran. Demikian juga kalau peneliti
memakai alat pengumpul data dengan kuesioner. Hal ini sebetulnya selain
47

untuk mendapat data yang valid, juga dipakai untuk mendapat data yang
reliabel.
2. Reliabilitas (keandalan)
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta
atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang
berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang
peranan yang penting dalam waktu yang bersamaan. Perlu diperhatikan bahwa
reliabel belum tentu akurat. Dalam suatu penelitian nonsosial, reliabilitas suatu
pengukuran ataupun pengamatan lebih mudah dikendalikan daripada
penelitian keperawatan, terutama dalam aspek psikososial. Biasanya, dalam
penelitian nonsosial sudah ada standar internasional untuk pengukuran atau
pengamatan.
Ada beberapa cara pengukuran yang dapat dipakai untuk melihat
reliabilitas dalam pengumpulan data di bidang kedokteran, yaitu prinsip (1)
stabilitas: mempunyai kesamaan bila dilakukan berulang-ulang dalam waktu
yang berbeda; (2) ekuivalen: pengukuran memberikan hasil yang sama pada
kejadian yang sama; (3) homogenitas (kesamaan): instrumen yang
dipergunakan harus mempunyai isi yang sama.
Ketiga prinsip reliabilitas tersebut dapat dijelaskan seperti berikut ini:
(1) Dalam menanyakan suatu fakta/kenyataan hidup pada sasaran penelitian
harus memerhatikan relevansi pertanyaan bagi responsden, artinya
menanyakan sesuatu yang dikenal responsden.
(2) Pertanyaan yang diajukan harus cukup jelas berdasarkan kemampuan
responsden. Ini penting mengingat tingkat intelektualitas responsden dan
penanya belum tentu sama. Untuk itu pewawancara perlu dilatih dan
disamakan interprestasi pertanyaan antara peneliti dan petugas pengumpul
data, sehingga petugas dapat menjelaskan secara rinci maksud dan tujuan
pengukuran atau pengamatan pada sasaran penelitian.
(3) Perlu adanya suatu penekanan atau pengulangan. Kadang-kadang
peneliti/petugas dapat menanyakan satu pertanyaan dengan lebih dari satu
kali dalam waktu yang berbeda. Jawaban responsden harusnya sama walau
ditanyakan pada waktu yang berbeda. Perlu sekali peneliti mengukur
48

fakta/kenyataan hidup berkali-kali pada waktu yang berbeda (misal


mengukur tekanan darah penderita dapat dilakukan tiga hari berturut-turut
tiap pagi atau diukur waktu pagi, siang, dan malam). Selain itu, dapat juga
orang yang mengukur yang berbeda sehingga tekanan darah penderita itu
diukur oleh sejumlah orang.
(4) Standardisasi. Peneliti memakai ukuran atau pengamatan yang sudah
distandardisasi keandalannya. Ini mudah dalam penelitian
nonkeperawatan dan nonsosial, tetapi kurang tepat untuk penelitian
keperawatan mengingat masalah keperawatan yang terjadi pada klien lebih
banyak ditemukan pada masalah-maslah klien yang berhubungan dengan
psiko-sosial-spiritual, selain juga ada faktor fisiologis.
2.14.5.2 Jenis-jenis Instrumen
Jenis instrument penelitian yang dapat dipergunakan pada ilmu
keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi 5 bagian, yang meliputi pengukuran
(1) biofisiologis; (2) observasi; (3) wawancara, (4) kuesioner, dan (5) skala
(Nursalam, 2008). Pada penyusunan instrumen penelitian tahap awal perlu
dituliskan data-data tentang karakteristik responsden: umur, pekerjaan, sosial
ekonomi, jenis kelamin, dan data demografi lainnya. Meskipun data tersebut tidak
dianalisis, tetapi akan sangat membantu peneliti jika sewaktu-waktu dibutuhkan
daripada harus kembali mencari responsden lagi.
a. Pengukuran Biofisiologis
Pengukuran biofisiologis adalah pengukuran yang dipergunakan pada
tindakan keperawatan yang berorientasi pada dimensi fisiologi. Instrumen
pengumpulan data pada fisiologis dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1) In-vivo: Observasi proses fisiologis tubuh, tanpa pengambilan
bahan/specimen dari tubuh klien.
2) In-vitro: Pengambilan suatu bahan/spesimen dari klien.
b. Pengukuran Observasi: Tidak Terstruktur dan Terstruktur
Beberapa jenis masalah keperawatan memerlukan suatu pengamatan atau
observasi untuk mengetahuinya. Pengukuran tersebut dapat dipergunakan
sebagai fakta yang nyata dan akurat dalam membuat suatu kesimpulan. Jenis
49

pengukuran observasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu terstruktur dan tidak
terstruktur.
1) Tidak terstruktur
Pada pengukuran observasi ini peneliti secara spontan mengobservasi dan
mencatat apa yang dilihat dengan sedikit perencanaan. Metode observasi
ini meliputi penjelasan informasi yang lebih banyak dipergunakan untuk
menganalisis data secara kualitatif daripada kuantitatif. Peneliti (observer)
menggunakan pedoman sesuai pertanyaan penelitian tetapi peneliti tidak
hanya mengobservasi pada hal-hal yang ada pada pedoman.
Pada penelitian keperawatan biasanya peneliti ikut terlibat sebagai peserta
dalam suatu kelompok yang diobservasi. Pada jenis penelitian partisipasi
observasi, peneliti ikut terlibat secara penuh dan berhubungan dengan
subjek khususnya terhadap kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
masalah penelitian. Contoh jenis pengukuran ini dapat dilihat pada Focus
Group Discussion (FGD).
2) Terstruktur
Pengukuran observasi secara terstruktur berbeda dari jenis observasi yang
tidak terstruktur yaitu peneliti secara cermat mendefinisikan apa yang akan
diobservasi melalui suatu perencanaan yang matang. Peneliti tidak hanya
mengobservasi fakta-fakta yang ada pada subjek, tetapi lebih didasarkan
pada perencanaan penelitian yang sudah disusun sesuai pengelompokan-
nya, pencatatan, dan pemberian kode terhadap hal-hal yang sudah
ditetapkan.

Instrumen observasi: Checklist dan Rating Scale


Pada suatu pengukuran, peneliti menggunakan pendekatan berdasarkan
kategori system yang telah dibuat oleh peneliti untuk mengobservasi suatu
peristiwa dan perilaku dari subjek. Hal yang sangat penting pada teknik
pengukuran dengan adanya sistem kategori adalah adanya definisi secara hati-
hati terhadap perilaku yang diobservasi. Setiap kategori harus dijelaskan
secara mendalam dengan definisi operasional supaya observer dapat mengkaji
kejadian yang timbul. Menurut Polit & Back (2012) yang mengembangkan
50

instrumen observasi pada posisi tubuh dan aktivitas motorik terdiri atas suatu
sistem kategori.
c. Wawancara
1) Tidak terstruktur
Jenis pengukuran ini dipergunakan pada penelitian deskriptif dan
kualitatif. Pertanyaan yang diajukan mencakup permasalahan secara luas
yang menyangkut kepribadian, perasaan, dan emosi seseorang. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menggali emosi dan pendapat dari subjek
terhadap suatu masalah penelitian.
Terdapat beberapa jenis pengukuran pada jenis wawancara ini:
(a) Wawancara secara langung tanpa adanya suatu topik khusus yang
dibicarakan.Tujuan dari wawancara adalah untuk menggali persepsi
subjek secara umum tanpa adanya intervensi jawaban dari peneliti.
(b) Focus interview. Jenis ini dipergunakan oleh peneliti kepada subjek
yang menggunakan pertanyaan secara luas. Jenis pertanyaan biasanya
berhubungan dengan suatu dorongan agar subjek bersedia berbicara
secara terbuka, tidak hanya pertanyaan ya dan tidak.
(c) Focus Group Discussion (FGD) adalah suatu teknik penelitian
kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan informasi (perasaan,
pikiran) berdasarkan pengamatan subjektif dari sekelompok sasaran
terhadap suatu situasi/produk tertentu. Sasaran diskusi biasanya
homogen dengan jumlah kelompok berkisar 6-12 orang, diskusi
berakhir 1-2 jam dipimpin oleh moderator. Moderator berusaha
menjalin hubungan yang akrab dengan responsden sehingga
responsden dapat mengemukakan secara jujur/terbuka terhadap hal-
hal yang menyangkut kepribadian, perasaan, dan emosi yang
sesungguhnya. Jenis pengukuran ini juga digunakan pada penelitian
di perusahaan/instansi. Jumlah subjek biasanya cenderung sedikit
(pimpinan atau orang yang dianggap dapat mewakili kelompoknya)
(Nursalam, 2008).
(d) Riwayat hidup. Jenis penelitian ini merupakan penjabaran tentang
pengalaman hidup seseorang.
51

(e) Catatan kehidupan (diaries). Penelitian ini digunakan untuk


menanyakan kepada subjek tentang kehidupan yang terjadi selama ini
berdasarkan catatan kehidupannya.
2) Terstruktur
Pengukuran wawancara terstruktur meliputi strategi yang memungkinkan
adanya suatu kontrol dari pembicaraan sesuai dengan isi yang diinginkan
peneliti. Daftar pertanyaan biasanya sudah disusun sebelum wawancara
dan ditanyakan secara urut. Untuk jenis wawancara terstruktur yang lebih
ketat, peneliti hanya diperkenankan bertanya apa adanya sesuai dengan
pertanyaan yang telah disusun. Jika responden tidak jelas, peneliti hanya
boleh mengulang pertanyaan yang sama. Tahapan penyusunan wawancara
terstruktur meliputi a) menyusun pertanyaan, b) pilot testing, c) latihan, d)
persiapan, e) pengulangan (probing), dan f) recording.
d. Kuesioner
Pada jenis pengukuran ini peneliti mengumpulkan data secara formal kepada
subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis. Pertanyaan yang diajukan
dapat juga dibedakan menjadi pertanyaan terstruktur, peneliti hanya menjawab
sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan dan tidak terstruktur, yaitu
subjek menjawab secara bebas tentang sejumlah pertanyaan yang diajukan
secara terbuka oleh peneliti. Pertanyaan dapat diajukan secara langsung kepada
subjek atau disampaikan secara lisan oleh peneliti dari pertanyaan yang sudah
tertulis. Hal ini dilakukan khususnya kepada subjek yang buta huruf, lanjut
usia, dan subjek dengan kesulitan membaca yang lain.
Macam kuesioner adalah sebagai berikut.
1) Open ended questions
Misal: Apa yang Anda lakukan apabila Anda diketahui terkena AIDS?
2) Closed ended questions
(a) Dichotomy question
Misal: Apakah Anda pernah masuk rumah sakit?
( ) Ya
( ) Tidak
52

(b) Multiple choice


Seberapa pentingkah bagi Anda untuk menghindari hamil pada saat
sekarang ini?
( ) Sangat penting
( ) Penting
( ) Biasa saja
( ) Tidak penting
3) Rating question
Misal: Pada skala 1 sampai dengan 10, di mana 0 menandakan sangat tidak
puas dan 10 sangat memuaskan, bagaimanakah kepuasan tanggapan Anda
terhadap pelayanan keperawatan di rumah sakit selama dirawat disini?

4) Cafetaria questions
Misal: Setiap orang memiliki perbedaan dalam hal penggunaan terapi
estrogen-replacement pada menopause. Pernyataan di bawah ini manakah
yang mewakili pendapat Anda?
( ) Estrogen-Replacement (E-R) sangat berbahaya dan harus dilarang
( ) E-R mempunyai efek samping sehingga memerlukan pengawasan yang
ketat dalam pemakaiannya
( ) Saya tidak mempunyai pendapat tentang penggunaan E-R
5) Rank order question
Misal: Orang hidup mempunyai pandangan yang berbeda. Berikut ini
daftar tentang prinsip-prinsip hidup. Silahkan menuliskan angka sesuai
prioritas yang menurut Anda benar, 1 yang Saudara anggap sangat penting,
2 kurang penting, dan seterusnya.
( ) Karier dan sukses
( ) Berhasil dalam berkeluarga
( ) Baik hati dan sosial
( ) Sehat
( ) Uang/materi
( ) Agama
53

6) Forced-choiced question
Misal: Pernyataan manakah yang mewakili perasaan Anda sekarang?
( ) Apa yang sedang terjadi dengan saya saat ini?
( ) Kadang-kadang saya merasa tidak bisa mengendalikan diri dalam hidup
saya
e. Skala Pengukuran
Skala psikososial merupakan jenis instrumen self-report yang digunakan oleh
peneliti perawat yang dikombinasikan dengan jenis pengukuran wawancara
dan kuesioner. Skala merupakan bagian dari desain penilaian penomoran
terhadap pendapat subjek mengenai hal-hal yang dirasakan ataupun keadaan
fisiologis subjek. Jenis pengukuran ini sering dipergunakan kepada subjek
tentang kecemasan, konsep diri, koping, depresi, harapan, distres menstruasi,
nyeri, kepuasan, dukungan sosial, dan stres (contoh-contoh instrumen dapat
dilihat pada bagian pembahasan tentang instrumen).
(1) Visual Analog Scale (VAS) dan Pengukuran Nyeri Lainnya (Nursalam,
2011)
Jenis pengukuran ini dipergunakan untuk mengukur pengalaman subjektif,
misalnya nyeri, mual dan sesak. Jenis ini dapat diukur dengan
menggunakan suatu garis dimulai dari garis paling awal (paling ringan)
sampai garis paling akhir (paling berat). Pengunaan VAS pada nyeri
biasanya digambarkan seperti di bawah ini dengan nilai mulai dari 0
sampai 100:
54

(2) Likert Scale


Responsden diminta pendapatnya mengenai setuju atau tidak setuju
terhadap sesuatu hal. Pendapat ini dinyatakan dalam berbagai tingkat
persetujuan (1 - 5) terhadap pernyataan yang disusun oleh peneliti.
Contoh: Riset merupakan salah satu tugas perawat.
( ) Sangat tidak setuju
( ) Tidak Setuju
( ) Tidak tahu
( ) Setuju
( ) Sangat Setuju
(3) Semantic Differential (SD)
Responsden diminta untuk memberikan tanda (v) pada skala yang sesuai
pada 7 poin skala.
Contoh:
Riset Keperawatan
Penting !_7_!___!___!___!____!____!_1_! Tidak penting
Menyenangkan !_7_!___!___!___!____!____!_1_! Membosankan
Mudah !_7_!___!___!___!____!____!_1_! Sulit
Murah !_7_!___!___!___!____!____!_1_! Mahal

2.14.6 Pengumpulan data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian.
Langkah-langkah dalampengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian
dan teknik instrument yang digunakan (Burns dan Grove, 1999). Selama proses
pengumpulan data, penelitimemfokuskan pada penyediaan subjek, melatih tenaga
pengumpul data (jika diperlukan),memerhatikan prinsip-prinsip validitas dan
reliabilitas, serta menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi agar data dapat
terkumpul sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
2.14.6.1 Jenis data
Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan peneliti untuk kepentingan
pemecahan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data penelitian dapat
55

berasal dari berbagai sumber, dikumpulkan menggunakan berbagai teknik selama


proses penelitian berlangsung.
1. Data Berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam dua jenis
yaitu data primer dan data sekunder.
(1) Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data
asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data
primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang
dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain
observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion – FGD) dan
penyebaran kuesioner.
(2) Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data
sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik
(BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
2. Data Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data penelitian dapat dibedakan dalam dua
jenis yaitu data kualitatif (yang berbentuk kata-kata/kalimat) dan data
kuantitatif (yang berbentuk angka). Data kuantitatif dapat dikelompokkan
berdasarkan cara mendapatkannya yaitu data diskrit dan data kontinum.
Berdasarkan sifatnya, data kuantitatif terdiri atas data nominal, data ordinal,
data interval dan data rasio.
(1) Data Kualitatif: data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk
angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik
pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi
terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan
(transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh
melalui pemotretan atau rekaman video.
(2) Data Kuantitatif: data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai
dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis
menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.
56

Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya, data kuantitatif


dapat dikelompokkan dalam dua bentuk yaitu sebagai berikut:
a. Data diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh
dengan cara membilang. Contoh data diskrit misalnya jumlah Sekolah
Dasar Negeri di Kecamatan XXX sebanyak 20. Karena diperoleh
dengan cara membilang, data diskrit akan berbentuk bilangan bulat
(bukan bilangan pecahan).
b. Data kontinum adalah data dalam bentuk angka/bilangan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengukuran. Data kontinum dapat
berbentuk bilangan bulat atau pecahan tergantung jenis skala
pengukuran yang digunakan. Contoh data kontinum misalnya tinggi
badan Budi adalah 150,5 centimeter.
Berdasarkan tipe skala pengukuran yang digunakan, data kuantitatif dapat
dikelompokan dalam empat jenis (tingkatan) yang memiliki sifat berbeda
yaitu:
a. Data nominal atau sering disebut juga data kategori yaitu data yang
diperoleh melalui pengelompokkan obyek berdasarkan kategori
tertentu. Perbedaan kategori obyek hanya menunjukan perbedaan
kualitatif. Walaupun data nominal dapat dinyatakan dalam bentuk
angka, namun angka tersebut tidak memiliki urutan atau makna
matematis sehingga tidak dapat dibandingkan. Logika perbandingan
“>” dan “<” tidak dapat digunakan untuk menganalisis data nominal.
Operasi matematika seperti penjumlahan (+), pengurangan (-),
perkalian (x), atau pembagian (:) juga tidak dapat diterapkan dalam
analisis data nominal. Contoh data nominal antara lain:
Jenis kelamin yang terdiri dari dua kategori yaitu: (1) Laki-
laki; (2) Perempuan
b. Data ordinal adalah data yang berasal dari suatu objek atau kategori
yang telah disusun secara berjenjang menurut besarnya. Setiap data
ordinal memiliki tingkatan tertentu yang dapat diurutkan mulai dari
yang terendah sampai tertinggi atau sebaliknya. Namun demikian, jarak
atau rentang antar jenjang yang tidak harus sama. Dibandingkan dengan
57

data nominal, data ordinal memiliki sifat berbeda dalam hal urutan.
Terhadap data ordinal berlaku perbandingan dengan menggunakan
fungsi pembeda yaitu “>” dan “<”. Walaupun data ordinal dapat
disusun dalam suatu urutan, namun belum dapat dilakukan operasi
matematika ( +, – , x , : ). Contoh jenis data ordinal antara lain:
Tingkat pendidikan yang disusun dalam urutan sebagai berikut:
(1) Taman Kanak-kanak (TK)
(2) Sekolah Dasar (SD)
(3) Sekolah Menengah Pertama (SMP)
(4) Sekolah Menengah Atas (SMA)
(5) Diploma
(6) Sarjana
c. Data Interval adalah data hasil pengukuran yang dapat diurutkan atas
dasar kriteria tertentu serta menunjukan semua sifat yang dimiliki oleh
data ordinal. Kelebihan sifat data interval dibandingkan dengan data
ordinal adalah memiliki sifat kesamaan jarak (equality interval) atau
memiliki rentang yang sama antara data yang telah diurutkan. Karena
kesamaan jarak tersebut, terhadap data interval dapat dilakukan operasi
matematika penjumlahan dan pengurangan ( +, – ). Namun demikian
masih terdapat satu sifat yang belum dimiliki yaitu tidak adanya angka
Nol mutlak pada data interval. Dalam banyak kegiatan penelitian, data
skor yang diperoleh melalui kuesioner (misalnya skala sikap atau
intensitas perilaku) sering dinyatakan sebagai data interval setelah
alternatif jawabannya diberi skor yang ekuivalen (setara) dengan skala
interval, misalnya:
Skor (5) untuk jawaban “Sangat Setuju”
Skor (4) untuk jawaban “Setuju”
Skor (3) untuk jawaban “Tidak Punya Pendapat”
Skor (2) untuk jawaban “Tidak Setuju”
Skor (1) untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju”
Dalam pengolahannya, skor jawaban kuesioner diasumsikan memiliki
sifat-sifat yang sama dengan data interval.
58

d. Data rasio adalah data yang menghimpun semua sifat yang dimiliki
oleh data nominal, data ordinal, serta data interval. Data rasio adalah
data yang berbentuk angka dalam arti yang sesungguhnya karena
dilengkapi dengan titik Nol absolut (mutlak) sehingga dapat
diterapkannya semua bentuk operasi matematik ( + , – , x, : ).
2.14.6.2 Metode pengumpulan data
Karakteristik metode pengumpulan terdiri atas beberapa dimensi, yaitu
(Suprajitno. 2016):
a. Struktur. Pengumpulan data penelitian sering disusun berdasarkan struktur
tertentu, yaitu pengumpulan data yang benar-benar sesuai pada semua
subjek.
b. Kuantitatif. Data yang dikumpulkan pada penelitian kuantitatif harus
disusun berdasarkan penghitungan sehingga dapat dianalisis secara
statistik. Sebaliknya, data pada penelitian kualitatif dapat dianalisis secara
kualitatif dan dikumpulkan berdasarkan format narasi.
c. Obstrusiveness. Pengumpulan data harus didasarkan pada kemampuan
status subjek. Pengumpulan data yang diketahui oleh subjek biasanya
cenderung memperoleh feedback yang tidak normal. Tetapi jika
dilaksanakan tanpa pengetahuan subjek, maka akan berdampak terhadap
masalah etika.
d. Objektif. Pengumpulan data sebaiknya dilaksanakan secara objektif,
sejauh mungkin menghindari unsur subjektivitas. Tetapi pada penelitian
sosial, pengambilan keputusan secara subjektif jauh lebih bermakna.

2.14.7 Analisis Data


2.14.7.1 Mengolah dan menganalisis data
Pengolahan data adalah bagian dari penelitian setelah pengumpulan data
(Nursalam, 2015). Pengolahan data adalah suatu cara atau proses dalam
memperoleh data (Hasan, 2002). Upaya mengubah data yang telah dikumpulkan
menjadi informasi yang dibutuhkan. Pada tahap ini data mentah atau raw data yang
telah dikumpulah dan diolah atau dianalisis sehingga menjadi informasi.
59

Pengolahan data dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu


(Masturoh&Anggita, 2018):
1. Secara manual dengan menggunakan alat hitung seperti kalkulator.
2. Dengan aplikasi pengolahan data seperti Ms. Excel, SPSS, Epi Info, STATA,
SAS Data Mining, dan lain-lain.
Dalam menganalisis data dibedakan berdasarkan pendekatan penelitian
yang digunakan yaitu pendekatan penelitian kuantiatif dan kualitatif. Pada
penelitian kuantitatif, analisis data menggunakan uji statistik, yaitu statistik
deskriptif dan statistik inferensial. Pada penelitian kualitatif analisis data relatif
lebih sulit karena menggabungkan berbagai data kualitatif dari beberapa responden
untuk disimpulkan informasinya (Masturoh&Anggita, 2018).
2.14.7.2 Tujuan analisis data
Tujuan mengolah data dengan statistik adalah untuk membantu menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian dari kegiatan praktis maupun keilmuan. Dalam
hal ini, statistika berguna saat menetapkan bentuk dan banyaknya data yang
diperlukan. Di samping itu, juga terlibat dalam pengumpulan, tabulasi, dan
penafsiran data (Nursalam, 2015).
2.14.7.3 Tahapan analisis data
Menurut Masturoh&Anggita (2018) alur pengolahan dan analisis data
sebagai berikut:

Gambar 1. Alur pengolahan dan analisis data


60

Tahapan analisis data secara manual adalah sebagai berikut:


1. Editing
Editing atau penyuntingan data adalah tahapan dimana data yang sudah
dikumpulkan dari hasil pengisian kuesioner disunting kelengkapan jawabannya.
Jika pada tahapan penyuntingan ternyata ditemukan ketidaklengkapan dalam
pengisian jawaban, maka harus melakukan pengumpulan data ulang.
2. Coding
Coding adalah membuat lembaran kode yang terdiri dari tabel dibuat
sesuai dengan data yang diambil dari alat ukur yang digunakan.
3. Data Entry
Data entry adalah mengisi kolom dengan kode sesuai dengan jawaban
masing-masing pertanyaan.
4. Tabulasi Data
Tabulasi data adalah membuat penyajian data, sesuai dengan tujuan
penelitian. Pengolahan data dengan aplikasi pengolah data hampir sama dengan
pengolahan data manual, hanya saja beberapa tahapan dilakukan dengan aplikasi
tersebut. Adapun tahapan dalam pengolahan data menggunakan aplikasi pengolah
data adalah sebagai berikut:
1) Editing
Pengeditan adalah pemeriksaan data yang telah dikumpulkan. Pengeditan
dilakukan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) tidak
memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan. Pengeditan data
dilakukan untuk melengkapi kekurangan atau menghilangkan kesalahan
yang terdapat pada data mentah. Kekurangan dapat dilengkapi dengan
mengulangi pengumpulan data. Kesalahan data dapat dihilangkan dengan
membuang data yang tidak memenuhi syarat untuk dianalisis. Kritea yang
harus ditekankan dalam tahap penyuntingan adalah:
a. Lengkap: semua jawaban responden pada kuesioner sudah terjawab.
b. Keterbacaan tulisan: apakah tulisannya cukup terbaca jelas.
c. Relevan: apakah ada kesesuaian antara pertanyaan dan jawaban.
d. Konsistensi jawaban: apakah tidak ada hal-hal yang saling
bertentangan antara pertanyaan yang saling berhubungan.
61

2) Coding
Coding adalah kegiatan merubah data dalam bentuk huruf menjadi data
dalam bentuk angka/bilangan. Kode adalah simbol tertertu dalam bentuk
huruf atau angka untuk memberikan identitas data. Kode yang diberikan
dapat memiliki arti sebagai data kuantitatif (berbentuk skor).
3) Processing
Processing adalah proses setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar
serta telah dikode jawaban responden pada kuesioner ke dalam aplikasi
pengolahan data di komputer. Terdapat bermacam-macam aplikasi yang
dapat digunakan untuk pemrosesan data, antara lain: SPSS, STATA, EPI-
INPO, dan lain-lain. Salah satu program yang banyak dikenal dan relatif
mudah dalam penggunaannya adalah program SPSS (Statistical Package
for Social Sciences).
4) Cleaning Data
Cleaning data adalah pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah
sudah betul atau ada kesalahan pada saat memasukan data. Tahapan
cleaning data antara lain:
a. Mengetahui adanya missing data.
Cara untuk mengetahui ada tidaknya missing data adalah dengan
membuat list (distribusi frekuensi) dari variabel yang ada. Misalnya
data yang diperoleh dari 100 responden, dengan variabel kepatuhan
pengisian rekam medis.
b. Mengetahui variasi data
Variasi data yang diketahui memungkinkan kita mengetahui apakah
data yang sudah di entry benar atau salah. Caranya adalah dengan
membuat distribusi frekuensi masing-masing variabel.
c. Mengetahui konsistensi data.
Untuk melihat konsistensi data dapat dilakukan dengan cara
menghubungkan dua variabel.
2.14.7.4 Uji hipotesis
Dalam pengujian inferensial, uji yang digunakan harus sesuai dengan
rancangan penelitian. Pengujian statistik yang tidak sesuai akan menimbulkan
62

penafsiran yang salah dan hasil yang tidak dapat digeneralisasi (Windu Purnomo,
2002). Terdapat beberapa macam uji signifikansi yang dapat diaplikasikan
bergantung pada tujuan analisis dan jenis data yang ada, antara lain (1) uji korelasi:
pearson, spearmen, atau endali tau; (2) regresi: binomial logistik, linier, ordinal, dan
berganda; (3) uji chi kuadrat; (4) uji komparasi data kuantitatif: interval/rasio
dengan uji t dan untuk data peringkat dengan uji Mann-Whitney/Wilcoxon; dan (5)
uji-uji lain yang sesuai. Statistika dalam pengolahan data hasil penelitian hanya
merupakan alat, bukan tujuan dari analisis. Karena itu, statistika tidak boleh
dijadikan tujuan yang menentukan komponen-komponen penelitian yang lain,
karena yang mempunyai peran penting dalam penelitian adalah masalah dan tujuan
penelitian.
2.14.7.5 Menentukan uji statistik
Dasar-dasar pemilihan uji statistik adalah (Nursalam, 2008):
(a) Tujuan penelitian
(b) Skala pengukuran data
(c) Sampel, yang dituliskan meliputi distribusi populasi; jenis sampel: bebas atau
perpasangan; jumlah kelompok sampel; dan ukuran atau besar sampel
(d) Banyaknya Variabel yang dianalisis
Dari uji statistik akan diperoleh 2 kemungkinan hasil uji, yaitu:
(a) Signifikan/bermakna. Adanya hubungan, perbedaan atau pengaruh antara
sampel yang diteliti, pada taraf signifikansi tertentu. Misalnya 1% (0,01); 5%
(0,05).
(b) Tidak signifikan/tidak bermakna. Artinya tidak ada hubungan, perbedaan, atau
pengaruh sampel yang diteliti.
63

Dalam kemungkinan hasil yang pertama (ada hubungan/perbedaan/


pengaruh), hipotesis penelitian (hipotesis alternatif: H1/Ha) diterima, dan hipotesis
penelitian/nihil (Ho) ditolak. Sebaliknya, dalam kemungkinan hasil yang kedua
(tidak ada hubungan atau perbedaan atau pengaruh) dinyatakan bahwa hipotesis
nihil tidak terbukti (Ho diterima).
2.14.7.6 Metode analisis deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis datdengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimanadanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi.Statistik deskriptif dapat disebut juga analisis
univariat yang dilakukan menurut jenis data baik kategorik maupun numerik.
1. Data kategorik
Untuk data kategorik dapat berupa distribusi frekuensi persentase atau
proporsi dari setiap variabel yang diteliti.
2. Data Numerik.
Hasil akhir analisis data numerik pada tahap analisis univariat dapat
berupa ukuran pemusatan data dan ukuran variasi.
64

a. Ukuran pemusatan data.


Ukuran pemusatan data (central tendency) memperlihatkan suatu ukuran
kecenderungan skor dalam suatu kelompok data. Terdapat tiga jenis
ukuran kecenderungan pemusatan data yang sering digunakan dalam
mendeskripsikan data kuantitatif yaitu mean, median, dan modus. Mean
atau rata-rata diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh data dalam
satu kelompok kemudian dibagi dengan jumlah anggota kelompok
tersebut. Median atau nilai tengah diperoleh dengan cara mengurutkan
data mulai dari skor terkecil sampai tertinggi dalam satu kelompok
kemudian dicari nilai tengahnya. Modus (mode) adalah data yang paling
sering muncul pada suatu distribusi dalam satu kelompok data.
b. Ukuran variasi
Keadaan sekelompok data dapat pula didasarkan pada ukuran
penyebarannya atau variasinya. Sebaran data menunjukkan variasi data
secara keseluruhan dilihat dari nilai tengahnya (rata-ratanya). Ukuran
penyebaran data biasanya dilakukan dengan melihat rentang skor (range),
varians, dan simpangan baku (standard deviasi). Range diperoleh dengan
cara mengurangi data terbesar dengan data terkecil dalam satu kelompok
data. Varians yang diberi simbol (s2) dapat menjelaskan homogenistas
suatu kelompok. Semakin kecil varians maka semakin homogen data
dalam kelompok tersebut. Sebaliknya, semakin besar varians maka maka
makin heterogen data dalam kelompok tersebut. Rumus varians adalah:

2.14.7.7 Klasifikasi deskriptif dengan pengukuran numerik


Analisis deskriptif adalah suatu prosedur pengolahan data dengan
menggambarkan dan meringkas data secara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik.
Data-data yang disajikan meliputi frekuensi, proporsi dan rasio, ukuran-ukuran
kecenderungan pusat (rata-rata hitung, median, modus), maupun ukuran-ukuran
variasi (simpangan baku, variansi, rentang, dan kuartil). Salah satu pengamatan
65

yang dilakukan pada tahap analisis deskriptif adalah pengamatan terhadap tabel
frekuensi. Tabel frekuensi terdiri atas kolom-kolom yang memuat frekuensi dan
persentase untuk setiap kategori. Beberapa ukuran frekuensi kejadian yang dapat
dianalis dengan deskriptif adalah:
1) Jumlah mutlak kejadian.
2) Proporsi. Disebut proporsi apabila pembilang merupakan bagian dari penyebut.
3) Rasio. Rasio adalah perbandingan dari dua bilangan.
4) Angka (rate). Rate dipakai untuk menyatakan banyaknya kejadian pada suatu
populasi dalam jangka waktu tertentu.
2.14.7.8 Asosiasi dan uji perbedaan
Analisis komparatif merupakan analisis data dengan tujuan untuk
membandingkan dua kelompok data atau lebih. Analisis komparatif atau uji
perbedaan digunakan untuk menguji hipotesis komparatif. Berdasarkan hasil
analisis komparatif tersebut dapat ditemukan faktor-faktor yang melatarbelakangi
munculnya suatu perbedaan.
Dalam analisis komparasi terdapat beberapa jenis, yaitu:
1. Kelompok berpasangan: dikatakan berpasangan jika data kelompok yang
dibandingkan datanya saling ketergantungan.
2. Kelompok tidak berpasangan: Dikatakan tidak berpasangan jika data kelompok
yang satu tidak bergantung dari kelompok yang lainnya.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penelitian merupakan hal penting dalam mendukung pengembangan ilmu
pengetahuan. Penelitian yang baik dapat mengembangkan khasanah keilmuan
dalam rangka memperoleh pengetahuan baru, fakta baru atau teori baru.
Perkembangan zaman yang begitu cepat disertai dengan teknologi yang semakin
tinggi menyebabkan terjadinya suatu ketimpangan atau ketidakseimbangan apabila
tidak disertai dengan kemampuan sumber daya manusia yang memadai. Dengan
sumber daya manusia yang handal, penuh dengan tanggung jawab, serta memiliki
kemauan dan keingintahuan yang tinggi dalam mengembangkan pengetahuannya
khususnya melalui sebuah penelitian, maka akan didapatkan suatu pengetahuan
yang berkualitas karena telah melalui rangkaian yang kebenarannya telah teruji.
Penelitian yang telah teruji mempunyai peranan penting dalam membantu
manusia untuk memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan baru. Tanpa
adanya penelitian maka pengetahuan akan terhenti, tidak valid, dan akhirnya
mengalami kemunduran. Dalam melakukan sebuah penelitian seorang peneliti
harus menggunakan metode yang dapat dimengerti serta dapat diikuti atau dapat
diulang oleh peneliti lainnya sehingga menghasilkan pengetahuan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kemampuan ilmiah yang harus dimiliki
oleh mahasiswa yaitu berfikir ilmiah sebagai upaya dalam memecahkan masalah.
Dalam berfikir ilmiah mahasiswa harus obyektif, rasional, terbuka dan selalu
berorientasi pada kebenaran. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung
oleh penguasaan sarana berfikir yang baik serta metode ilmiah yang benar.

3.2 Saran
Disarankan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan, agar dapat
melatih diri agar mahasiswa lebih memahami dan mengerti tentang penulisan karya
tulis ilmiah dan penerapan metodologi penelitian dalam bidang keperawatan.

66
DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W.2014. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo

Masturoh&Anggita, 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Pusdik SDM


Kesehatan Kemenkes

Muninjaya, Gede A. 2013. Langkah-Langkah Praktis Penyususnan Proposal dan


Publikasi Ilmiah/Penulis. Jakarta : EGC

Nursalam. 2012. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:


Sagung Seto.

Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:


Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis


Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika

Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence
for Nursing Practice. 9th Ed. Philadelphia: JB. Lippincott.

Sastroasmoro S. & Ismail S. 2015. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.


Jakarta: Binarupa Aksara.

Suprajitno. 2016. Pengantar Riset Keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan


Kemenkes

Anda mungkin juga menyukai