PADA ANAK
Oleh: Ns. Andrye Fernandes, M.Kep., Sp.Kep.An
Konservasi merupakan hasil dari adaptasi. Konservasi adalah menjaga bersama sama
kelangsungan sistem kehidupan. Menjaga bersama-sama diartikan sebagai menjaga keseimbangan
antara intervensi keperawatan dan partisipasi klien sesuai dengan kemampuannya. Levine
meyakini bahwa seorang individu akan terus menerus berusaha mempertahankan keutuhannya
secara menyeluruh. Seorang individu mempertahankan sistem dalam interaksi yang konstan
dengan lingkungan dan melakukan penghematan energi untuk menjaga integritas. Sumber energi
tidak dapat langsung diamati, tetapi tanda atau manifestasi klinis dari perubahan energi dapat
diprediksi, dikelola dan dikenali. Konservasi adalah suatu usaha mencapai keseimbangan antara
pasokan dan kebutuhan energi di dalam realitas yang unik dari individu (Alligood, 2010).
Keseimbangan energi adalah hubungan antara energi yang didapat dari makanan dan energi yang
digunakan oleh tubuh. Tubuh mendapat energi dalam bentuk kalori dari karbohidrat, protein dan
lemak (Kozier, 2011). Apabila asupan nutrisi tidak terpenuhi sesuai kebutuhan, maka
keseimbangan energi tidak akan tercapai. Wholeness (keutuhan) akan dapat dipertahankan jika
terjadi interaksi atau adaptasi yang konstan dengan lingkungan. Perawat mempromosikan
keutuhan melalui penggunaan prinsip-prinsip konservasi (Alligood, 2010). Levine menganggap
bahwa Wholeness merupakan sistem terbuka dan menggabungkan bagian-bagian untuk sebuah
keutuhan untuk menghadapi perubahan lingkungan (Parker, 2005). Penyakit infeksi merupakan
salah satu penyebab tidak tercapainya wholeness. Invasi mikroorganisme yang berasal dari
lingkungan eksternal dapat mengganggu lingkungan internal pasien sehingga menimbulkan tanda
klinis penyakit.
Prinsip-Prinsip Konservasi
Konservasi menurut Levine memiliki empat ranah atau dimensi yaitu konservasi energi,
konservasi integritas struktur, konservasi integritas personal, dan konservasi integritas sosial.
Intervensi keperawatan ditujukan agar klien dapat mencapai keempat prinsip konservasi ini.
a. Konservasi energi
Konservasi energi ditujukan untuk menjaga masukan (nutrisi, oksigen, cairan) dan pengeluaran
energi untuk menghindari kelelahan berlebihan. Individu membutuhkan keseimbangan energi
dan pembaharuan energi yang terus menerus untuk menjaga kelangsungan hidupnya (Leach,
2006; Basavanthappa, 2007). Tubuh mendapatkan energi dalam bentuk kalori dari nutrisi.
Kekurangan asupan nutrisi dapat menganggu keseimbangan energi sehingga pasien tidak dapat
melakukan konservasi energi untuk menjaga kelangsungan berbagai aktivitas tubuh.
b. Konservasi integritas struktur
Konservasi integritas struktur adalah memelihara dan memulihkan struktur tubuh dengan
mencegah kerusakan fisik dan meningkatkan proses penyembuhan (Leach, 2006;
Basavanthappa, 2007).
c. Konservasi integritas personal
Konservasi integritas personal dilakukan dengan memelihara identitas diri, harga diri dan
mengakui keunikan klien (Leach, 2006;Basavanthappa, 2007).
d. Konservasi integritas sosial
Konservasi integritas sosial adalah mendorong kesadaran bahwa pasien adalah makhluk sosial
yang berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sosialnya (Leach, 2006; Basavanthappa,
2007). Perawat memiliki peran untuk menghadirkan anggota keluarga, membantu kebutuhan
religius, dan menggunakan hubungan interpersonal untuk konservasi integritas sosial (Tomey
& Alligood, 2006).
Proses Keperawatan Berdasarkan Model Levine
Model perawatan Levine pada prinsipnya sama dengan elemen-elemen proses perawatan. Menurut
Levine, seorang perawat harus selalu mengobservasi klien, memberikan intervensi yang tepat
sesuai dengan perencanaan dan melakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah diberikan.
Dalam model Levine, klien dipandang dalam posisi ketergantungan, sehingga klien membutuhkan
bantuan dari perawat untuk beradaptasi terhadap gangguan kesehatannya. Perawat bertanggung
jawab dalam menentukan besarnya kemampuan partisipasi klien dalam perawatan. Menurut
Alligood (2010), proses keperawatan berdasarkan model Levine dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan pengumpulan data dengan wawancara dan observasi terhadap
perubahan yang terjadi pada pasien dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip konservasi.
Perawat mengamati terhadap respon sakit, membaca laporan medis, hasil pemeriksaan
diagnostik dan berbicara dengan klien untuk mengetahui kebutuhan mereka yang perlu
dibantu. Perawat menilai perubahan lingkungan internal dan eksternal dari klien yang dapat
menghambat kemampuan mereka untuk mencapai kesehatan yang secara menyeluruh.
Dengan mempertimbangkan prinsip konservasi, perawat akan menilai perubahan pada
beberapa aspek berikut :
1) Konservasi energi : keseimbangan antara pengeluaran dan pasokan energi klien.
2) Konservasi integritas struktur: sistem pertahanan bagi tubuh
3) Konservasi integritas personal: perasaan klien tentang harga diri, dan kepribadian.
4) Konservasi integritas sosial: kemampuan seseorang untuk berpartisipasi dalam sistem
sosial (keluarga, masyarakat, dll)
b. Trophicognosis
Levine merekomendasikan trophicognosis sebagai suatu alternative diagnosis
keperawatan. Diagnosa keperawatan menurut Levine adalah memberi arti atau makna data
yang telah dikumpulkan sesuai dengan kondisi pasien. Menyusun data-data yang telah
dikumpulkan, kemudian memberi arti dan melakukan analisa untuk memutuskan
kebutuhan pasien dan intervensi keperawatan mungkin diperlukan. Mengambil keputusan
kebutuhan pasien disebut sebagai trophicognosis.
c. Hipotesis
Rencana penerapan intervensi keperawatan bertujuan untuk mempertahankan keutuhan
pasien dan mempromosikan adaptasi mereka terhadap situasi saat ini. Berdasarkan
trophicognosis yang ditemukan, perawat akan melakukan validasi ke pasien tentang
masalah mereka. Perawat akan membuat hipotesis dari masalah tersebut dan solusi yang
bisa dilakukan, yang selanjutnya akan menjadi rencana keperawatan.
d. Intervensi
Perawat akan berpedoman pada hipotesis yang telah dibuat dalam memberikan perawatan
langsung pada pasien. Pada dasarnya perawat akan menguji hipotesis yang sudah disusun
dengan memberikan perawatan langsung pada pasien. Intervensi yang dilakukan
didasarkan pada prinsip-prinsip konservasi yaitu konservasi energi, ntegritas struktur,
integritas personal dan integritas sosial. Tujuan dari pendekatan ini adalah menjaga
keutuhan klien dan mempromosikan adaptasi.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian respon klien terhadap intervensi yang diberikan. Evaluasi
dilakukan dengan mengkaji respon klien apakah mendukung atau tidak hipotesis yang
sudah dibuat. Hasil evaluasi dapat berupa supportif (memberikan kenyamaman untuk
klien) dan terapeutik (meningkatkan pemahaman klien tentang kesehatan). Jika hipotesis
ternyata tidak mendukung pemecahan masalah klien, maka rencana yang telah dibuat harus
direvisi dan dibuat hipotesis baru.
a. Manusia
Manusia merupakan sistem yang adaptif yang digambarkan secara holistik sebagai
satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol, feed back proses, dan output. Dimana,
tugas utama manusia adalah menjaga integritas terhadap stimuli dari lingkungan.
Integritas merupakan tingkat keutuhan yang dicapai melalui proses adaptasi terhadap
perubahan kebutuhan.
b. Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai lingkungan internal dan eksternal, input bagi
manusia sebagai sistem, juga sebagai stimulus internal dan eksternal. Stimuli
merupakan kesatuan yang menyebabkan respon dan merupakan fokus interaksi
antara manusia dengan lingkungan. Stimuli lingkungan baik bersifat mengancam
maupun meningkatkan kemampuan adaptasi lingkungan seperti orangtua yang
mendukung kemampuan adaptasi anak dan orang tua yang melakukan kekerasan
yang dapat mengganggu kemampuan adaptasi anak. Kategori stimuli dalam
lingkungan ada tiga tipe yaitu fokal, kontekstual dan residual. Stimuli fokal
merupakan stimulus internal maupun eksternal yang paling berpengaruh dan menarik
perhatian terhadap adaptasi seseorang. Stimuli kontekstual merupakan stimuli atau
situasi yang memperkuat stimuli fokal. Stimuli residual merupakan fenomena lain
yang dari internal seseorang maupun lingkungan eksternal yang berefek pada stimuli
fokal tetapi menimbulkan efek yang belum jelas.
c. Sehat – sakit
Sehat-sakit merupakan kemampuan beradaptasi terhadap stimulus. Proses adaptasi
termasuk fungsi holistik untuk mempengaruhi kesehatan secara positif dan
meningkatkan integritas.
d. Keperawatan
Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam situasi yang
berkaitan dengan kesehatan, menyangkut seluruh kehidupan manusia yang
berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan jawaban terhadap stimulus internal
dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi.
Tingkat adaptasi ditunjukkan dengan mekanisme koping dan proses kontrol. Roy
mengkategorikan mekanisme koping dalam sub sistem regulator dan kognator. Mekanisme
koping dari sub sistem regulator melalui proses neural, kimia dan endokrin. Mekanisme
koping dari sub sistem kognator melalui proses kognitif dan emosi. Proses kontrol
diidentifikasi Roy sebagai sub sistem stabilizer dan inovator. Sub sistem stabilizer adalah
struktur, nilai dan aktivitas sehari-hari untuk mencapai tujuan kelompok atau sosial. Sub
sistem inovator merupakan strategi kognitif dan emosional individu untuk mencapai tingkat
perubahan yang lebih tinggi.
Proses sub sistem regulator dan kognator tidak dapat diobservasi secara langsung, tetapi
respon perilaku dapat diobservasi melalui model adaptasi fisiologi, konsep diri, fungsi peran,
dan interdependensi. Menurut Alligood (2010) model adaptasi Roy adalah sebagai berikut:
a. Model adaptasi fisiologi merupakan respon terhadap stimuli fisik dari lingkungan
seperti oksigenasi, nutrisi, aktivitas dan istirahat, dan perlindungan. Proses kompleks
dari aktivitas regulator meliputi perasaan, cairan dan elektrolit, fungsi neurologikal, dan
fungsi endokrin. Integritas fisiologi terbentuk pada model adaptasi ini.
b. Adaptasi konsep diri merupakan respon psikologi dan karakteristik spiritual dari
seseorang. Konsep diri seseorang terdiri dari kepercayaan dan perasaan yang dibentuk
oleh dirinya sendiri. Terdapat dua komponen konsep diri antara lain fisik dan personal.
Konsep diri fisik merupakan sensasi tubuh dan gambaran diri. Konsep diri personal
meliputi konsistensi diri, ideal diri, dan moral-etik-spiritual diri. Integritas psikologis
terbentuk pada model adaptasi ini.
c. Model adaptasi interdependensi terdiri dari mekanisme koping yang berasal dari
hubungan memberi dan menerima cinta, menghormati dan nilai. Hal ini terbentuk dari
orang yang paling berarti dan support system. Keadekuatan afektif merupakan tujuan
dari model adaptasi ini.
d. Model adaptasi fungsi peran merupakan peran primer, sekunder dan tersier seseorang.
Peran dan fungsi sosial merupakan posisi yang diharapkan. Integritas sosial merupakan
bentuk adaptasi pada model ini.
Perilaku dapat diobservasi maupun tidak. Adaptasi perilaku yang dapat diamati misal
peningkatan heart rate, sedangkan adaptasi perilaku yang tidak dapat diamati misalnya
pengalaman dan perasaan seseorang yang dilaporkan oleh perawat. Pengkajian stimuli
merupakan perubahan lingkungan internal maupun eksternal yang merupakan respon dari
sistem adaptasi. Stimuli bersumber dari lingkungan baik fokal, kontekstual maupun residual.
Model adaptasi Roy dapat diaplikasikan dalam proses keperawatan. Konsep asuhan
keperawatan menurut Roy adalah proses yang berlangsung dinamis, simultan, dan
berkelanjutan. Menurut Roy dan Andrews (1999) dalam Alligood (2010) proses keperawatan
meliputi pengkajian perilaku, pengkajian stimuli, diagnosis keperawatan, merumuskan tujuan,
dan intervensi. Adapun penjelasan proses keperawatan menurut Roy adalah sebagai berikut:
2. Konsep diri
Mencakup pengkajian terhadap keyakinan atau spiritual, body image, integritas
fisik, prinsip serta ideal dirinya.
3. Fungsi peran
Mengkaji bagaimana hubungan sosial pasien terhadap orang lain.
4. Interdependensi
Mengkaji kemampuan untuk mencintai dan menerima cinta, menghargai dan nilai.
Hal yang spesifik dalam mode ini adalah significant others dan support system.
Pengkajian pasien dari tiap empat model adaptif dilaksanakan dengan pendekatan
sistimatis dan holistik. Perilaku yang ditemukan dapat bervariasi dari apa yang
diharapkan, mewakili semua respon baik efektif maupun maladaptif. Roy sudah
mengidentifikasikan sejumlah respon yang berkaitan dengan aktivitas subsistem
regulator dan subsistem kognator yang tidak efektif. Indikator kemungkinan kesulitan
adaptasi dari aktivitas regulator seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah,
sedangkan dari aktivitas kognator seperti gangguan persepsi dan tidak mampu membuat
keputusan (Senesac, 2007). Berikut ini merupakan indikator adaptasi positif dan negatif
pada keempat model adaptasi.
2. Stimulus kontekstual
a. Identitas diri yang mencakup umur, jenis kelamin, karena dapat mempengaruhi
persepsi, misal nyeri
b. Status mental
c. Kecemasan/mekanisme koping
d. Pengetahuan awal tentang masalah perawatan kesehatan
e. Identifikasi kemampuan dan kebutuhan keluarga/dasar manusia/sumber
ekonomi untuk resume kemampuan aktifitas
f. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perubahan tingkah laku
g. Nilai budaya serta lingkungan tempat tingga
3. Stimulus residual
Kemungkinan depresi/penurunan derajat kesehatan akibat stimulus fokal dan
stimulus kontekstual.
3) Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan menurut Roy merupakan keputusan klinik terhadap masalah
kesehatan aktual maupun potensial dan kebutuhan adaptasi. Pernyataan diagnosis
merupakan arahan untuk melakukan manajemen stimuli yang mengancam atau
meningkatkan adaptasi. Roy menyimpulkan diagnosis keperawatan merupakan hasil
pernyataan yang menggambarkan status adaptasi terhadap sistem adaptasi manusia.
4) Merumuskan Tujuan
Perumusan tujuan berfokus pada meningkatkan perilaku adaptasi. Perawat dan klien
bersama-sama merumuskan tujuan dan kriteria hasil terhadap perilaku yang diharapkan.
Pernyataan kriteria hasil bersifat realistik dan dapat diukur. Perumusan tujuan meliputi
perilaku yang berubah, perubahan harapan, dan kerangka waktu.
5) Intervensi
Intervensi keperawatan berdasarkan rumusan tujuan. Intervensi keperawatan dilakukan
oleh perawat profesional yang mempunyai kompetensi untuk meningkatkan perilaku
adaptif klien. Intervensi keperawatan disusun berdasarkan pengetahuan tentang stimuli
fokal. Intervensi keperawatan melalui pendekatan peningkatan adaptasi dan perubagan
stimuli yang memperkuat adaptasi.
6) Evaluasi
Evaluasi menurut model adaptasi Roy memnjawab pertanyaan bagaimana perubahan
klien terhadap adaptasi. Evaluasi dibutuhkan analisis dan keputusan terhadap
perumusan tujuan dan perubahan perilaku. Perawat juga menilai keefektifan intervensi
keperawatan yang diimplementasikan.
Konsep Teori
Seperti yang telah diceritakan Swanson dalam riwayat teorinya, hasil investigasi fenomena
dari studi pertamanya, Swanson mengemukakan lima proses dasar dari teori caring, yaitu
knowing, being with, doing for, enabling dan maintaining belief (Tommey & Alligood, 2010).
Swanson (1991) dalam jurnalnya mendefinisikan dan menjelaskan tentang lima proses dasar
tersebut. Berikut perkembangan perumusan definisi dari masing-masing proses, seperti yang
ada di dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2-1. Definisi Caring Process
Caring Knowing Being With Doing For Enabling Maintaining Belief
Mengidentifi Mengilustrasikan Mendeskripsi- Menggambar Berfokus pada
WOMEN WHO MIS-
n= 20, 40 interviews
Keterangan: Yang digaris bawahi = proposed; Normal = refined; Cetak tebal = Confirmed
Sumber: Swanson (1991). Empirical Development of a Middle-Range Theory of Caring. Nursing Research, 40, 161.
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa definisi dari lima proses dasar caring diambil dari
hasil investigasi fenomena pada studi ke tiga, yaitu pada wanita risiko tinggi, di mana knowing
adalah suatu proses di saat perawat atau care-giver berusaha untuk memahami sebuah keadaan
yang bermakna dalam hidup orang lain. Ketika satu kondisi bekerja dari dasar pengetahuan,
penyedia layanan bekerja untuk menghindari sebuah asumsi utama tentang arti dari sebuah
keadaan, berfokus pada satu perawatan, dan melakukan secara menyeluruh dan terus menerus
mencari informasi dalam proses pengkajian dari seseorang yang berpengalaman dalam satu
perawatan.
Sedangkan being with, memiliki arti hadir secara emosional kepada orang lain, termasuk ada
bersama pasien secara fisik, menyatakan kesiapan, dan berbagi rasa baik kesenangan ataupun
kesedihan tanpa ada membebani pasien (Swanson 1991 dalam Alligood, 2010).
Proses ke tiga adalah doing for yang adalah suatu proses melakukan untuk orang lain apa yang
dia akan lakukan pada dirinya jika itu memungkinkan. Perawatan adalah melakukan sesuatu
hingga seseorang merasa nyaman, sebagai antisipator, menjaga kebutuhan orang lain dengan
menunjukkan kompetensi dan kemampuan. Tetapi itu semua dapat dilakukan bila seseorang
tersebut merasa perlu untuk dibantu jika tidak, itu akan dapat memalukannya (Swanson,
1991). Menurut Swanson (1991) dalam Alligood (2010) doing for terdiri dari mengantisipasi
kebutuhan, kenyamanan, menunjukkan kemampuan dan kompetensi dan melindungi orang
yang dirawat selama itu juga dengan selalu menjaga martabatnya.
Enabling adalah kategori caring yang ke empat, diartikan sebagai memfasilitasi orang lain
dalam melewati transisi kehidupan dan dari hal-hal yang tidak familiar dengan memfokuskan
pada keadaaan, menginformasikan, menjelaskan, mendukung, menguji rasa, alternatif yang
menghasilkan, berpikir sesuatu dan memberikan feedback (Swanson, 2001 dalam Alligood
2010). Seorang perawat enabling adalah seseorang yang menggunakan pengetahuannya yang
khas untuk perbaikan terhadap yang lain. Tujuan dari enabling adalah untuk memfasilitasi
kapasitas orang lain untuk tumbuh, sembuh dan atau praktek perawatan dirinya. Enabling
memberikan informasi dan penjelasan serta dukungan emosional dengan mengijinkan dan
memvalidasi perasaan yang lain (Swanson, 1991).
Proses akhir caring yaitu dengan maintaining belief, yaitu mempertahankan keyakinan dalam
kapasitas lain untuk melewati suatu peristiwa atau transisi dan menghadapi masa depan
dengan makna, mempercayai kapasitas orang lain dan menempatkannya dalam penghargaan
yang tinggi, mempertahankan harapan perilaku, membantu menemukan arti, dan berdiri
bersama orang yang peduli tanpa mempermasalahkan situasi apapun (Swanson, 1991 dalam
Alligood, 2010).
Menurut Swanson (Tommey & Alligood, 2010), komponen paling dasar dan menyeluruh dari
seorang perawat yang baik adalah memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spritual bagi klien.
Swanson (1993) dalam Alligood (2010) menekankan proses caring dengan didasarkan pada
pemeliharaan keyakinan dasar manusia (maintaing belief), didukung dengan mengetahui
kondisi klien (knowing), disampaikan dengan kondisi kehadiran fisik dan emosional (being
with), dan melakukan sesuatu bagi klien (doing for), serta memampukan klien (enabling).
Proses caring mengalami kondisi overlapping dan tidak tampak adanya pemisahan satu sama
lain (Gambar 2-1) karena kelima proses ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Maintaining
Belief diletakkan di awal sebagai fondasi dalam melakukan proses perawatan kemudian
knowing sebagai jangkar yang akan menjadi keyakinan perawat dengan realitas hidup pasien.
Being with adalah bagaimana seorang perawat menyampaikan kepeduliaannya. Doing for dan
Enabling adalah langkah nyata dalam menetapkan perawatan.
Swanson (1993) dalam Tommey & Alligood (2010) menegaskan bahwa terlepas dari
pengalaman perawat yang telah bertahun-tahun, perawatan diberikan sebagai sebuah bagian
dari proses sekuensial yang dibuat oleh perawat yang memiliki sikap filosofikal (maintaining
belief), dapat dimengerti (knowing), pesan lisan maupun non lisan tersampaikan kepada klien
(being with), dan tindakan terapeutik (doing for dan enabling) dan konsekuensi keperawatan
(Intended client outcome).
Gambar 2-1: Struktur perawatan seperti terkait dengan perawat yang memiliki sikap
filosofikal, informasi yang dimengerti, pesan tersampaikan, tindakan terapeutik dan hasil yang
diharapkan (Swanson, 1993, di dalam Alligood, 2010).
1. Relief
Relief didefinisikan sebagai keadaan dimana rasa tidak nyaman berkurang dengan latar
belakang teoritikal ini dalam teori Orlando (1961) yaitu filosofi keperawatan berdasarkan
kebutuhan
2. Ease
Ease didefinisikan sebagai hilangnya rasa tidak nyaman yang spesifik dengan latar
belakang teoritikal Henderson (1966) tentang 13 kebutuhan dasar manusia. Untuk berada
dalam tingkat ease, pasien atau keluarga tidak harus mempunyai pengalaman
ketidaknyamanan spesifik sebelumnya (misalnya kecenderungan nafas pendek pada anak
dengan asthma atau kecemasan akut pada anggota keluarga)
3. Transcendence.
Transcendence didefinisikan sebagai keadaan dimana seseorang bangkit dari
ketidaknyamanan tersebut tidak dapat dihindari (misalnya anak merasa percaya diri
terjadap ambulasi walaupun dia tahu hal tersebut akan memperparah nyeri).
Transcendence merupakan turunan dari teori yang dikembangkan oleh Peterson dan
Zderad, 1975 dalam Tomey & Alligood, 2006).
Terdapat empat aspek pengalaman holistik berdasarkan teori comfort Kolcaba meliputi
kenyamanan fisik, psikospiritual, sosiokultural, lingkungan.
Struktur taksonomi merupakan hubungan tiga tipe comfort dengan empat aspek pengalaman
holistik berdasarkan teori comfort. Struktur ini menggambarkan elemen comfort dan
membantu dalam memperoleh pengertian comfort secara tekhnik. Pengalaman kenyamanan
merupakan pemenuhan kebutuhan terhadap relief, ease dan transcendence dalam empat aspek
kenyamanan (fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingungan (Kolcaba dan DiMarco, 2005)
Tabel 1
Struktur Taksonomi Teori Comfort Kolcaba
Skema 1
Kerangka kerja konseptual pada comfort teori pada pasien anak
(Kolcaba dan Di marco, 2005)
Baris 1
Baris 2
Kebutuhan Intervensi Kenyamanan Internal, Kepuasan
rasa nyaman kenyamanan Usia fisik, eksternal, keluarga,
anak dan perkembanga psikopsiritual, meninggal lama rawat
keluarga n, dukungan lingkungan, dengan berkurang,
sosial, tenang tindakan
diagnosis SES sosiokultural medis
Baris 3
Tujuan asuhan Keperawatan pada anak adalah untuk meningkatkan kenyamanan pada anak
dan keluarga. Berdasarkan teori “comfort”, ada beberapa konsep teori dimana seorang
perawat harus mengetahui aplikasi yaitu berupa intervensi pada anak dan keluarga untuk
meningkatkan kenyamanan. (Kolcaba & Dimarco, 2005) yaitu meliputi :
a. Anak dan keluarga memiliki respon terhadap rangsangan yang bersifat kompleks
b. Rasa aman merupakan hasil yang bersifat holistik dari disiplin ilmu keperawatan
termasuk keperawatan anak
c. Rasa nyaman merupakan kebutuhan dasar bagi anak dan keluarga, sehingga untuk
memenuhinya dibutuhkan dari bantuan perawat
d. Kebutuhan rasa nyaman bagi anak dan keluarga beragam
e. Pemenuhan kebutuhan kenyamanan pada anak dan keluarga baik secara fisiologis dan
psikologis lebih mudah dari pada mengobati ketidaknyamanan
f. Ketika suatu ketidaknyamanan terjadi seperti kekacauan lingkungan atau sakit yang
tidak dapat dicegah, anak dan keluarga dapat diberi bantuan untuk memenuhi tipe
kenyamanan transcendence melalui intervensi kepedulian dan dukungan
g. Ketika perawatan menerapkan teori comfort dalam intervensi keperawatan maka
perawat harus memepertimbangkan keunikan anak sebagai bagian dari system keluarga
sehingga perencanaan keperawatan lebih efisien.
Ruang rawat Infeksi biasanya termasuk pasien-pasien dengan rata-rata LOS 5 hari. Dimana
karakteristik infeksi dan fungsi fisiologis infeksi adalah terjadinya proses peradangan yaitu
tumor, calor, dolor, rubor dan fungsiolesa dimana keadaan ini menyebabkan keadaan yang
tidak nyaman pada pasien-pasien yang dirawat di ruang ini. Karakteristik anak rentan
terhadap kebutuhan akan rasa nyaman ini sehingga proses penyembuhan dapat lebih mudah
terwujud. Tahun 1980an kenyamanan bukan merupakan tujuan utama dalam asuhan
keperawatan juga pada ruang rawat infeksi, namun kemudian berkembang kenyamanan
menjadi tujuan utama pada perawatan pasien termasuk pasien anak di ruang infeksius.
Keberhasilan anak dalam memperoleh rasa aman bisa mempengaruhi banyak hal juga
konservasi energi dalam proses penyembuhannya.
Tujuan asuhan keperawatan confort pada anak adalah meningkatkan kenyamanan pada anak
dan keluarga.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian ditujukan untuk menggali kebutuhan nyaman klien dan keluarga pada empat
konteks pengalaman fisik, sosiokultural, psikospiritual dan lingkungan. Kenyamanan
fisik meliputi sensasi tubuh dan mekanisme homeostasis. Kenyamanan psikospiritual
meliputi kesadaran diri (harga diri, seksualitas, arti hidup). Kenyamanan lingkungan
meliputi lampu, bising, lingkungan sekeliling, cahaya, suhu, elemen tiruan/ alami.
2. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan bertujuan meningkatkan rasa nyaman. intervensi kenyamanan
terdiri dari tiga kategori :
a. intervensi kenyamanan standar untuk mempertahankan homeostasis dan
mengontrol rasa sakit
b. pelatihan/ coaching untuk meredakan kecemasan, memberikan jaminan dan
informasi, menanamkan harapan, mendengarkan dan membantu merencanakan
pemulihan
c. tindakan yang menenangkan jiwa, hal-hal yang menyenangkan untuk membuat
anak dan keluarga diperhatikan
3. Implementasi Keperawatan
Kebutuhan kenyamanan fisik termasuk deficit dalam mekanisme fisiologis yang
terganggu atau beresiko karena suatu penyakit atau prosedur invasif. Kebutuhan fisik
yang tidak terlihat jelas oleh klien dan keluarga tidak mungkin tidak di sadari oleh orang
tua seperti keseimbangan cairan dan elektrolit, oksigenasi dan termoregulasi. Kebutuhan
fisik yang terlihat seperti nyeri, mual, muntah, menggigil dan gatal lebih mudah
ditangani dengan atau tanpa obat. Standar kenyamanan intervensi diarahkan untuk
mendapatkan kembali atau mempertahankan homeostasis.
Kebutuhan kenyamanan sosiokultural adalah kebutuhan untuk jaminan budaya,
dukungan, bahasa tubuh yang positif, dan caring. Kebutuhan ini didapatkan melalui
pembinaan, yang mencakup sikap optimisme, pesan-pesan kesehatan dan dorongan
semangat, penghargaan terhadap pencapaian klien. Perencanaan pulang juga membantu
kebutuhan sosial untuk transisi perpindahan perawatan ke rumah dari rumah sakit.
4. Evaluasi
Alligood, M.R. (2014). Nursing theorists and their work. 8thed. St Louis: Mosby-Inc.
Fawcet, Jacqueline. (2005). Contemporary Nursing Knowledge : Analysis and Evaluation of
Nursing Models and Theories (Second Edition). Philadelphia : F.A. Davis Company
Levine, ME (2009) Levine four concervation principles. http://www.desales.edu/sev0/levine
diakses tanggal 4 November 2013.
McEwen, M., &Wills, E.M. (2011). Theoretical basis for nursing 3rded. Philadelphia : Lippincot
Williams & Wilkins
Overmyer, C. A. (2005). Home: A concept analysis with application of the concept to experiences
of individuals with serious and persistent mental illness. (Order No. 1428848, Grand Valley
State University). ProQuest Dissertations and Theses,, p. 126-126 Retrieved from
http://search.proquest.com/docview/305350141?accountid=17242.(305350141)
Parker, M.E. (2005). Nursing theories and nursing practices (2nd ed.). Philadelphia: F.A. Davis
Company.
Peterson. S. J.P., Bredow. T.S, (2004). Middle range theory: application to nursing research.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Swanson, K. M. (1991). Empirical Development of a Middle-Range Theory of Caring. Nursing
Research, 40, 161-166Tomey, A. M. & Alligood, M. R. (2010). Nursing Theorists and Their
Works (7th ed.). St. Louis: Mosby Elsevier, Inc..
Tourville, C., & Ingalls, K. (2003).The living tree of nursing theories.Nursing Forum, 38(3), 21-
30, 36. Retrieved fromhttp://search.proquest.com/docview/195013387?accountid=17242