Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA PADA

PASIEN FRAKTUR

Fraktur atau patah tulang merupakan masalah yang sangat menarik perhatian masyarakat.
Banyak kejadian yang tidak terduga yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur, baik itu fraktur
tertutup maupun fraktur terbuka. Terjadinya kecelakaan secara tiba-tiba yang menyebabkan
fraktur seringkali membuat orang panik dan tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukan. Ini
disebabkan tidak adanya kesiapan dan kurangnya pengetahuan terhadap fraktur tersebut.

Seringkali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat, mungkin dikarenakan kurangnya
informasi yang tersedia. Contohnya ada seseorang yang mengalami fraktur. Tetapi, karena
kurangnya pengetahuan dalam penanganan pertolongan pertama terhadap fraktur, ia pergi ke
dukun pijat karena mungkin ia menganggap bahwa gejala fraktur mirip dengan gejala orang yang
terkilir. Olehnya itu, kita harus mengetahui paling tidak bagaimana penanganan pada korban
fraktur

2.1 TEORI M.LEININGER


A. Definisi Budaya
Budaya bisa diartikan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan wujudnya misalnya,
kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama yaitu kebudayaan material dan
nonmaterial. Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.
Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi : mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan
material juga mencangkup barang-barang seperti televisi, pesawat terbang, stadion olah raga,
pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci. Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-
ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita
rakyat, dan lagu atau tarian tradisional. Perilaku dari berbagai kelompok masyarakat dunia
berbeda-beda, perilaku tersebut akan membentuk budaya tertentu. Respon masyarakat terhadap
suatu peristiwa dalam kehidupan berbeda-beda bergantung pada bagaimana kebiasaan
sekelompok masyarakat tersebut dalam menangani masalah. Setiap individu memiliki budaya
baik disadari maupun tidak disadari, budaya merupakan struktur dari kehidupan. Istilah budaya
pertama kali didefinisikan oleh antropolog Inggris Tylor tahun 1871 bahwa budaya yaitu semua
yang termasuk dalam pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat dan kebiasaan lain
yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat.( Brunner dan Suddart, 2001 ). Sedangkan
petter (1993) mendefinisikan budaya sebagai nilai-nilai, kebudayaan sikap dan adat yang terbagi
dalam suatu kelompok dan berlanjut dari generasi ke generasi berikutnya. Budaya akan dipakai
oleh seseorang atau sekelompok orang dengan nyaman dari wktu ke waktu tanpa memikirkan
rasionalisasinya.
Budayaan atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan disebut
culture, yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan
juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
“kultur” dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan juga didefinisikan sebagai rancangan hidup yang
tercipta secara historis baik eksplisit maupun implisit, rasional, irasional yang ada pada suatu
waktu sebagai pedoman yang potensial untuk prilaku manusia (kluckhohn dan kelly, dalam
kessing, 1992). Menurut swasono (1998), respon masyarat terhadap berbagai peristiwa
kehidupan disebut budaya. Dan budaya ini berbeda-beda pada berbagai kelompok di masyarakat.
Andrews dan Boyle (2003) mendefinisikan budaya dari Leininger (1978) bahwa budaya adalah
pengetahuan yang dipelajar dan disebarkan dengan nilai, kepercayaan, aturan perilaku, dan
praktik gaya hidup yang menjadi acuan bagi kelompok tertentu dalam berpikir dan bertindak
dengan cara yang terpola. Purwasito (2003) menjelaskan bahwa kata budaya diambil dari bahasa
sansekerta buddayah yang berarti akal budi. Sedangkan dalam bahasa Inggris kata budaya
bersinonimdengan kata ‘cuture’. Kata culture berasal dari bahasa latin ‘cultura’. Kata kultur atau
kebudayaan adalah hasil kegiatan intelektual manusia, suatu konsep mencangkup berbagai
komponen yang digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan hidupnya
sehari-hari.Dari semua definisi diatas jelaslah bahwa kultur atau memiliki karakteristik sendiri.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem
pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pemikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk
yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditunjukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

B. Karakteristik Budaya
Boyle dan Andrews (1989), yang menggambarkan empat ciri esensial budaya yaitu
pertama, budaya dipelajari dan dipindahkan, orang yang mempelajari budaya mereka sendiri
sejak lahir. Kedua, budaya berbagi bersama, anggota-anggota kelompok yang sama membagi
budaya baik secara sadar maupun tidak sadar, perilaku dalam kelompok merupakan bagian dari
identitas budayanya. Ketiga, budaya adalah adaptasi pada lingkungan yang mencerminkan
kondisi khusus pada sekelompok manusia seperti bentuk rumah, alat-alat dan
sebagainya.Adaptasi budaya pada negara maju diadopsi sesuai dengan tehnologi yang tinggi.
Keempat, budaya adalah proses yang selalu berubah dan dinamis, berubah seiring kondisi
kebutuhan kelompoknya, misalnya tentang partisipasi wanita dan sebagainya.Penelitian batak
Toba di Indonesia yang beradaptasi dengan suku Sunda dengan merubah adat ketatnya karena
menyesuaikan diri dengan budaya setempat.
Menurut Samovar dan Porter ( 1995 ) ada 6 karakteristik budaya :
1. Budaya itu bukan keturunan tapi dipelajari, jika seorang anak lahir di Amerika dan hidup di
Amerika dari orangtua yang berkebangsaan Indonesia maka tidaklah secara otomatis anak itu
dapat berbicara dengan bahasa Indonesia tanpa ada proses pembelajaran oleh orangtuanya.

2. Budaya itu ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya, kita mengetahui banyak hal
tentang kehidupan yang berhubungan dengan budaya, karena generasi sebelum kita mengajarkan
kita tentang hal budaya tersebut. Contohnya upacara penguburan pla centa bada masyarakat
jawa, sehingga banyak masyarakat yang mengikuti adat istiadat seperti itu.

3. Budaya itu berdasarkan simbol, untuk bisa mempelajari budaya orang memerlukan symbol.
Dengan simbol inilah nantinya kita dapat saling bertukar pikiran dan komunikasi sehingga
memungkinkan terjadinya proses transfer budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Contoh beberapa simbol yang mengkarakteristikan budaya adalah kalung pada suku dayak,
manik-manik, gelang, yang semua itu menandakan simbol pada budaya tertentu.

4. Budaya itu hal yang bisa berubah, karena budaya merupakan sistem yang dinamis dan adaftif
maka budaya rentan terhadap adanya perubahan. Misalnya pada sekelompok masyarakat
merayakan kelahiran dengan tumpeng atau nasi kuning, pada zaman modern tradisi tersebut
berubah menjadi kue ulang tahun untuk merayakan hari kelahirannya.

5. Budaya itu bersifat menyeluruh, satu elemen budaya dapat mempengaruhi elemen-elemen
budaya yang lain.

6. Budaya itu etnosentris, adanya anggapan bahwa buadaya kitalah yang paling baik diantara
budaya-buadaya yang lain. Suku badui akan merasa budaya Badui yang benar,apabila melihat
perilaku budaya dari suku lain dianggap aneh, hal ini terjadi pada kelompok suku yang
lain.Meskipun tiap kelompok memiliki pola yang dapat dilihat yang membantu membedakannya
dengan kelompok lain,sebagian besar individu juga mengungkapkan keyakinan atau sifat yang
tidak sesuai dengan norma kelompok. Seseorang bisa sangat tradisional dalam satu aspek dan
sangat modern dalam aspek lain. Ketika orang sakit, mereka kadang menjadi lebih tradisional
dalam harapan mereka dan pemikiran mereka. Juga ada variasi signifikan dengan dan antara
kelompok. Pengetahuan tentang kelompok juga bernilai ketika memberikan sekumpulan harapan
realistik. Tetapi,hanya belajar tentang individu atau keluarga yang dihadapi sehingga tenaga
medis dapat memahami dalam hal apa pola kelompok bermakna (Leininger 2000).
C. Perilaku Budaya Kesehatan
Adat kebiasaan yang dikembangkan di suatu negara atau daerah, suku atau sekelompok
masyarakat merupakan praktek hidup budaya, Amerika, Australia, dan negara lainnya termasuk
Indonesia merupakan sebuah negara mempunyai berbagai suku dan daerah dimana tiap suku atau
daerah tersebut mempunyai adat kebiasaan yang berbeda-beda dalam menangani masalah
kesehatannya di masyarakat. Ada perilaku manusia, cara interaksi yang dipengaruhi kesehatan
dan penyakit yang terkait dengan budaya, diantaranya adalah perilaku keluarga dalam
menghadapi kematian, Menurut Crist (1961) yang ditulis oleh Koentjaraningrat (1990), dari hasil
studi komaratifnya. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan sikap manusia dengan berbagai
kebudayaan yang berbeda-beda dalam menghadapi maut. Menurut Bendel (2003) di Indonesia
terdapat pruralisme system pengobatan di mana berbagai cara penyembuhan yang berbeda-beda
hadir berdampingan termasuk humoral medicine dan elemen magis. Indonesia merupakan negara
yang terdiri dari berbagai suku bangsa dimana tiap suku atau kelompok masyarakat tersebut akan
mempunyai norma, perilaku, adat istiadat yang berbeda-beda termasuk dalam mencari
penyembuhan yang terkait dengan perilaku budaya. Menurut Bendel (2003) dalam masyarakat
Indonesia terdapat kepercayaan tradisional pada hal-hal gaib.

D. Pengertian Transkultural
Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan culture, Trans berarti luar
perpindahan , jalan lintas atau penghubung.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; trans
berarti melintang , melintas , menembus, melalui. Culture berarti budaya Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia kultur berarti :kebudayaan,cara pemeliharaan pembudidayaan, Kepercayaan ,
nilai – nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada
generasi berikutnya , sedangkan cultural berarti: Sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan.
Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil dan adat istiadat.Dan kebudayaan berarti :Hasil kegiatan
dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat.
Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi
pedoman tingkah lakunyaJadi , transkultural dapat diartikan sebagai : Lintas budaya yang
mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain, Pertemuan kedua
nilai–nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi social. Menurut Leininger
(1991),Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya yang mempengaruhi pada seorang perawat saat
melakukan asuhan keperawatan kepada klien.
E.Konsep Transkultural

Kazier barabara (1983), dalam bukunya yang berjudul Fundamental Of Nursing Concept and
Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah tindakan keperawatan yang
merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan ilmu
humanistik, philosopi keperawatan, praktik klinis keperawatan, komunkasi dan ilmu sosial.
Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target
pelayanan dalam perawatan adalah bio-psiko-sosio-kultural-spiritual. Oleh karenanya tindakan
keperawatan harus didasarkan pada tindakan yang kompereshif.

Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia
yang bersifat sosial.Budaya yang berupa norma,adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia
dalam kehidupan dengan yang lain.Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu
tempat,selalu diulangi,membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya.
Keberlangsungaan terus – menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari suatu nilai –
nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter,pola pikir,pola interaksi perilaku yang
kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan.

Leininger (2002), beberapa asumsi yang mendasari konsep transkultural berasal dari hasil
penelitian kualitatif tentang kultur, yang kemudian teori ini dipakai sebagai pedoman untuk
mencari culture care yang akan diaplikasikan. Human caring merupakan fenomena yang
universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara culture satu tempat dengan
tempat yang lainnya. Caring act dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan
dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku caring semestinya diberikan pada manusia sejak
lahir,masa perkembangan, masa pertumbuhan ,masa pertahanan sampai dikala meninggal.

F. Peran dan Fungsi Transkultural


Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu , penting bagi
perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat.Misalnya kebiasaan hidup sehari –
hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri , pekerjaan,pergaulan social , praktik kesehatan ,
pendidikan anak, ekspresi perasaan , hubungan kekeluargaaan, peranan masing – masing orang
menurut umur . Kultur juga terbagi dalam sub – kultur. Subkultur adalah kelompok pada suatu
kultur yang tidak seluruhnya mengaanut pandangan keompok kultur yang lebih besar atau
member makna yang berbeda . Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.
Nilai – nilai budaya Timur , menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat pelayanan dari
dokter pria . Dalam beberapa setting, lebih mudah menerima pelayanan kesehatan pre-natal dari
dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan bahwa budaya Timur masih kental dengan hal –
hal yang dianggap tabu. Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya
pengaruh kultur terhadap pelayanan perawatan.
Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative baru ia berfokus pada studi
perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan hubungannya dengan
perawatannya Leininger ( 1991 ) mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area
kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya (nilai
budaya yang berbeda ras),yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan asuhan
keperawatan kepada pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya
yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) Caring practices adalah
kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan.Menurut Dr. Madelini
Leininger, studi praktik pelayanan kesehatan transkultural adalah berfungsi untuk meningkatkan
pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan kesehatannya. Dengan
mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya ( kultur ) baik di masa lampau
maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan – persamaan. Lininger berpendapat ,
kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat
menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan
berbagai kultur.

G. Paradigma Transkultural Nursing


Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara pandang,
keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu: manusia, sehat,
lingkungan dan keperawatan (Andrewand Boyle, 1995) :

1. Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma
yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger
(1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimana pun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

2. Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya,
terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan
dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat
yang dapat diobservasi dalam aktifitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang
sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif
(Andrew and Boyle, 1995).
3. Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan,
kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana
klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu: fisik, sosial
dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti
daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo
yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan
sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga
atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus
mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik
adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa
bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan didalam Leininger menyajikan 3 tindakan yang sebangun dengan kebudayaan
klien yaitu Cultural care preservation, accomodation dan repatterning
2.2 Proses Keperawatan Transkultural
Model konseptual yang dikembangkan oleh leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan
dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit ( sunrise model ). Geisser
(1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan
berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien ( Andrew and Boyle, 1995. Pengelolaan
asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnose keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada proses keperawatan transkultural.

2.3 Tahap Pengkajian


Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien
sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang
berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu:
1. Faktor teknologi (technological factors). Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk
memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat
perlu mengkaji: persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan
mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien
tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat
ini.
2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors). Agama adalah suatu
simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya.
Agama memberikan motivasi yangsangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya,
bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah:
agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kindship and social factors). Perawat pada tahap ini
harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal
lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan
klien dengan kepala keluarga.

4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural values and lifeways factors). Nilai-nilai
budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap
baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan
terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah: posisi dan
jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan
yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan
kebiasaan membersihkan diri.

5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors). Kebijakan dan
peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu
dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada
tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah
anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
6. Faktor ekonomi (economical factors). Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan
sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.Faktor
ekonomi yang harus dikaji oleh perawat di antaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,
tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian
biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga

7. Faktor pendidikan (educational factors). Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman
klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan
klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan
individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya
sehingga tidak terulang kembali.

2.4 Tahap Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah,
diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat
tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu:
gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial
berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan
dengan sistem nilai yang diyakini.

2.5 Tahap perencanaan dan pelaksaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu proses keperawatan
yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan
pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien
(Giger and Davidhizar, 1995).

Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995)
yaitu: mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengankesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan
kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan. Cultural care preservation/maintenance: a) Identifikasi perbedaan konsep antara klien
dan perawat tentang proses melahirkan dan perawatan bayi b) Bersikap tenang dan tidak terburu-
buru saat berinterkasi dengan klien; c) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien
dan perawat.Cultural care accomodation/negotiation: a) Gunakan bahasa yang mudah dipahami
oleh klien b) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan, c) Apabila konflik tidak
terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis,
pandangan klien dan standar etik. Cultual care repartening/reconstruction: a) Beri kesempatan
pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya; b) Tentukan
tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok; c) Gunakan pihak ketiga bila
perlu d) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami
oleh klien dan orang tua, e) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan
memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan
timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan
hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

2.6 Tahap Evaluasi


Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak
sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
PEMBAHASAN KASUS
3.1 Kasus
An. A 8 tahun suku padang, beragama islam diantarkan orang tuanya di rumah sakit harapan kita
dengan keluhan nyeri pada tulang keringnya. Bp.A mengatakan nyerinya timbul akibat An.A
terjatuh dari pohon keramat didesanya, kemudian menurut kepercayaan orang sekitar An.A
terjatuh akibat didorong oleh penunggu pohon keramat tersebut. Menurut cerita yang dikatakan
Bp.A, saat anak nya jatuh An. A langsung dibawa ke dukun, lalu An.A dipijit menggunakan
batang sereh yang di bakar dengan bacaan doa-doa. Bp.A mengatakan An.A dilarang
mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur. Namun An.A masih tampak lemah, lesu,
dan tampak kesakitan, pada saat di berikan perkes Bp.A masih terlihat kebingungan. Setelah
dilakukan pemeriksaan melalui rontgen, pada hasil rontgen terlihat bahwa terdapat adanya retak
pada tulang kering An. A.

3.2 Anatomi dan Fisiologi


A. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur
terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari pada yang dapat diabsorpsinya. Fraktur
dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak dan bahkan
kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah , jaringan di sekitarnya juga akan terpengaruh
mengakibatkan edema jaringang lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur
tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera
akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang (Burner at all, 2002).
Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak mampu lagi menahan
tekanan yang diberikan kepadanya (Donna L. Wong, 2004).

B. Anatomi Tulang

Ada perbedaan yang mendasar antara fraktur pada anak dengan fraktur pada orang dewasa,
perbedaan tersebut pada anatomi, biomekanik, dan fisiologi tulang. Pada anak-anak antara
epifisis dan metafisis terdapat lempeng epifisis sebagai daerah pertumbuhan kongenital.
Lempeng epifisis ini akan menghilang pada dewasa, sehingga epifisis dan metafisis ini akan
menyatu pada saat itulah pertumbuhan memanjang tulang akan berhenti.
Tulang panjang terdiri dari : epifisis, metafisis dan diafisis. Epifisis merupakan bagian paling
atas dari tulang panjang, metafisis merupakan bagian yang lebih lebar dari ujung tulang panjang,
yang berdekatan dengan diskus epifisialis, sedangkan diafisis merupakan bagian tulang panjang
yang di bentuk dari pusat osifikasi primer. Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang
disebut periosteum, yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan berperan dalam
proses pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria
nutrisi. Lokasi dan keutuhan dari pembuluh darah inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya
proses penyembuhan suatu tulang yang patah.Pada anak, terdapat lempeng epifisis yang
merupakan tulang rawan pertumbuhan. Periosteum sangat tebal dan kuat dimana pada proses
bone helding akan menghasilkan kalus yang cepat dan lebih besar daripada orang dewasa.
Perbedaan di atas menjelaskan perbedaan biomekanik tulang anak-anak dibandingkan orang
dewasa, yaitu :

1. Biomekanik tulang
Tulang anak-anak sangat porous, korteks berlubang-lubang dan sangat mudah dipotong
oleh karena kanalis Haversian menduduki sebagian besar tulang. Faktor ini menyebabkan tulang
anak-anak dapat menerima toleransi yang besar terhadap deformasi tulang dibandingkan orang
dewasa. Tulang orang dewasa sangat kompak dan mudah mengalami tegangan dan tekanan
sehingga tidak dapat menahan kompresi.
2. Biomekanik lempeng pertumbuhan
Lempeng pertumbuhan merupakan tulang rawan yang melekat pada metafisis yang bagian
luarnya diliputi oleh periosteum sedang bagian dalamnya oleh procesus mamilaris. Untuk
memisahkan metafisis dan epifisis diperlukan kekuatan yang besar. Tulang rawan lempeng
epifisis mempunyai konsistensi seperti karet yang besar.

3. Biomekanik periosteum
Periosteum pada anak-anak sangat kuat dan tebal dan tidak mudah mengalami robekan
dibandingkan orang dewasa.

Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari
femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh
dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul
dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal
yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya
arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah
tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.

Pada anak-anak, pertumbuhan merupakan dasar terjadinya remodelling yang lebih besar
dibandingkan pada orang dewasa, sehingga tulang pada anak-anak mempunyai perbedaan
fisiologi, yaitu :
1. Pertumbuhan berlebihan (over growth)
Pertumbuhan diafisis tulang panjang akan memberikan stimulasi pada pertumbuhan
panjang, karena tulang rawan lempeng epifisis mengalami hiperemi pada waktu penyambungan.
2. Deformitas yang progresif
Kerusakan permanen pada lempeng epifisis akan terjadi pemendekan atau angulasi.
3. Fraktur Total
Pada anak-anak fraktur total jarang bersifat komunitif karena tulangnya sangat fleksibel
dibandingkan orang dewasa.
Fisiologi Tulang

Fungsi tulang adalah sebagai berikut :

1. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh

2. Melindungi organ tubuh ( misalnya jantung,otak,dan paru-paru) dan jaringan lunak

3.Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan

4.Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang ( hema topoiesis)

5. Menyimpan garam mineral misalnya kalsium dan fosfor


C. Klasifikasi Fraktur
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :
Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan Melalui kepala
femur (capital fraktur),Hanya di bawah kepala femur, Melalui leher dari femur
Fraktur Ekstrakapsuler Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang
lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter. Terjadi di bagian distal menuju leher
femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.

E. Etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1. Penyebab fraktur adalah trauma
Fraktur patologis adalah fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma
berupa yang disebabkan oleh suatu proses yaitu :Osteoporosis Imperfekta,Osteoporosis dan
Penyakit metabolic. Trauma Dibagi menjadi dua, yaitu :
a.Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi
miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras.
b.Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh
terpeleset di kamar mandi pada orangtua.
2. Non Trauma
Fraktur terjadi karena kelemahan tulang akibat kelainan patologis didalam tulang, non
trauma ini bisa karena kelainan metabolik atau infeksi.
3. Stress
Fraktur stress terjadi karena trauma yang terus-menerus pada suatu tempat tertentu.

F. Manifestasi Klinis

1. Nyeri terus-menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang diimobilisasi,


hematoma, dan edema.
2. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah.
3. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas
dan di bawah tempat fraktur.
4. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur.
3.3 PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan tanggal : 10 Mei 2012 Jam : 10.00 WIB
Tanggal masuk : 9 Mei 2012 No. CM :_
Ruangan :_ Ruangan :_

Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 8 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SD
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Samudra 37 Padang Sumbar
Diagnosa Medis : Fraktur Tibia ( Retak tulang kering )

Penanggung Jawab
Nama : Bp.A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 35 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : Tamat SD
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Alamat : Jl. Samudera 37 Padang Sumbar
Hubungan Dengan Pasien : Ayah klien

Riwayat Kesehatan
Teori Sunrise model :
1. Faktor Tekhnologi

a. Persepsi Sehat Sakit


Persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan saat ini adalah jarak melakukan pemeriksaan kondisi klien kedokter maupun rumah
sakit, biasanya keluarga klien cukup datang ke dukun selain itu juga sering menkonsumsi obat
tradisional
b. Alasan mencari bantuan kesehatan
An.A mengatakan bahwa merasakan nyeri pada tulang keringnya sehingga Klien & keluarga
menggunakan angkot untuk mengantarkan klien ke fasulitas kesehatan

c.Alasan klien memilih pengobatan alternative


Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien juga mengkonsumsi obat selain obat yang diresepkan
oleh dokter yaitu An.A dipijit menggunakan batang sereh yang di bakar dengan bacaan doa-doa
yang didapatkan dari pengobatan tradisional. Karena klien merasa bahwa pengobatan tradisional
yang dia lakukan tidak ada perubahan sehingga keluarga klien membawa ke Rs Harapan Kita ,
dan dari RS Harapan Kita , pasien disuruh untuk rawat inap di rumah sakit pada tanggal 9 mei
2012 di ruang mawar Karena dari hasil pemeriksaan yang telah didapatkan klien terdiagnosis
medis Fraktur Tibia ( Retak Tulang Kering ).

d. Persepsi penggunaan dan pemanfaatan tekhnologi


Untuk memproses kesembuhan klien diharuskan mengikuti terapi dari dokter yaitu Terapi

2 Faktor Agama dan Filosofi


Agama yang dianut adalah islam, keyakinan agama tidak bertentangan dengan kesehatan, klien
& keluarga mempunyai pandangan bahwa sakit yang diderita An.A akibat gangguan dari
makhluk gaib dan klien & keluarga biasanya datang kedukun dan meminta do’a-do’a agar
penyakitnya berkurang.

3. Faktor Sosial dan Ikatan Kekerabatan


Bp.A mengatakan keadaan anaknya sangat parah karena tulang pada bagian tulang keringnya
retak. An.A adalah anak dari pasangan Bp.A dari tiga bersaudara dan An.A tinggal satu rumah
dengan keluarganya.
4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup klien
suku An.A adalah Minangkabau, Keluarga & Klien percaya pada kekuatan supernatural. Mereka
juga sangat percaya bahwa kekuatan dukun sangat ampuh. Selain itu keluarga juga menggunakan
obat tradisional seperti batang sereh yang dibakar, air kelapa yang dibakar dicampur dengan
garam lalu diminum , serta jeruk nipis dicampur kecap lalu diminum.

5. Faktor hukum dan kebijakan yang berlaku


Jam berkunjung Klien pukul 09.00 sampai 17.00, jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu hanya kedua orang tua dan kerabat Klien cara pembayaran untuk klien yang dirawat
dengan hasil kerja kedua orang tua klien.
6. Faktor Ekonomi
Bp.A seseorang yang berprofesi sebagai kuli bangunan. Sumber pembiayaan An.A untuk
kesehatannya berasal dari hasil kerja Bp.A dan keluarga klien tidak mengikuti program asuransi
kesehatan.

7. Faktor pendidikan
An.A pada saat ini masih duduk di Sekolah Dasar. Klien juga tidak memahami apa arti sehat dan
apa arti sakit yang sesungguhnya

3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN BIO,PSIKO,SOSIO,KULTURAL


Dx.KEPERAWATAN
NO DATA ANALISIS DATA BIO,PSIKO,SOSIAL,
CULTURE
Ds :An.A Mengatakan P : Gangguan rasa Gangguan rasa nyaman
nyeri pada tulang nyaman berupa nyeri berupa nyeri
1.
keringnya berhubungan dengan berhubungan dengan
pergeseran fragmen pergeseran fragmen
Do:An.A Tampak lemas tulang tulang
dan kesakitan E : Gangguan rasa
nyaman berupa nyeri
berhubungan dengan
Bp.A mengatakan An.A
terjatuh dari pohon
S : An.a tampak
lesu,lemah,dan meringis
kesakitan.

Ds : Bp.A mengatakan P: Resiko terjadinya Resiko terjadinya


dukun desa melarang infeksi berhubungan infeksi pada struktur
2.
An.A untuk mengosumsi dengan kurangnya tulang dan jaringan
ikan,daging, dan telur pemenuhan nutrisi lunak sekitarnya
E: Setelah An.A dibawa berhubungan dengan
Do: An.A masih Tampak kedukun Bp.A kurangnya pemenuhan
Lemah dan lesu mengatakan dukun desa nutrisi tehadap An.A
melarang An.A untuk
mengosumsi
ikan,daging, dan telur
S: An.A masih tampak
kesakitan

Ds : Bp.A mengatakan P: Kurangnya Resiko tinggi cedera


setelah pijat oleh dukun pengetahuan tentang berhubungan dengan
desa An.A masih pengobatan terhadap diskontinuitas tulang
mengeluh nyeri pada tulang berhubungan
3. tulang keringnya dengan setelah jatuh
An.A dibawa kedukun
Do : An.A tampak untuk dipijat
meringis kesakitan E: An.A masih
merasakan nyeri
S: An.A tampak lemas
3.5 INTERVENSI/ RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Rencana Asuhan
NO. Dx. Keperawatan Tujuan
Keperawatan/Interverensi

1. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1.Kaji nyeri secara


nyaman berupa nyeri Asuhan komprehensif
berhubungan dengan keperawatan selama
pergeseran fragmen 2x 24 jam tingkat 2.Observasi reaksi
tulang kenyamanan klien nonverbal dari ketidak
meningkat, tingkat nyamanan.
nyeri terkontrol
dengan Kriteria 3.Gunakan teknik
Hasil: komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman
a.Klien melaporkan nyeri klien sebelumnya.
nyeri berkurang dg
scala 2-3 4.Kontrol faktor lingkungan
yang mempengaruhi nyeri
b.Ekspresi wajah seperti suhu ruangan,
tenang pencahayaan, kebisingan.

c.klien dapat 5.Kurangi faktor presipitasi


istirahat dan tidur nyeri.
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri

6.Ajarkan teknik non


farmakologis untuk
mengetasi nyeri.

7.Kolaborasi untuk
pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri.

8.Evaluasi tindakan
pengurang nyeri/kontrol
nyeri.
2. Resiko terjadinya Setelah dilakukan 1.Kaji Nutrisi secara teratur
infeksi berhubungan tindakan
dengan kurangnya keperawatan selama 2.Gunakan komunikasi
pemenuhan nutrisi 3 x 24 jam, maka terapeutik untuk mengetahui
terhadap An.A kebutuhan nutrisi pengalaman nutrisi klien
terpenuhi dengan
criteria hasil : 3. Berikan penjelasan pada
klien dan keluarga
1. Klien tidak mengenai pentingnya nutrisi
terlihat lemah dan bagi proses penyembuhan
lesu fraktur klien

4. Berikan penjelasan
2. Klien dan kepada klien dan keluarga
keluarga menerima mengenai kepercayaan
penjelasan dari keluarga pada dukun
perawat tentang terhadap pemenuhan nutrisi
kebutuhan nutrisi klien.
dan manfaat nutrisi
terhadap luka An.A 5. Ajarkan Pola makan
dengan nutrisi yang baik
3. Tidak terjadi
infeksi terhadap 6. Kolaborasi dengan
fraktur klien Dokter
4.Pemenuhan
nutrisi tercukupi 7.Evaluasi tindakan dalam
pemberian nutrisi

3. Resiko tinggi cidera Setelah dilakukan 1.Berikan posisi yang aman


berhubungan dengan asuhan keperawatan untuk pasien dengan
kontinuitas tulang selama 2x24 jam meningkatkan
terjadi peningkatan
Status keselamatan 2.obsevasi pasien, beri
Injuri fisik dengan pengaman tempat tidur
Kriteria Hasil :
3Periksa sirkulasi perifer
a.Bebas dari cidera dan status neurologi

b.Mampu 4.Menilai ROM pasien


mencegah cidera
5.Menilai integritas kulit
c. Dapat melakukan pasien.
mobilisasi dengan
baik 6.Libatkan banyak orang
dalam memindahkan pasien,
atur posisi pasien yang
nyaman
3.6 IMPLEMENTASI
Diagnosa ke 1
Gangguan rasa nyaman berupa nyeri berhubungan dengan pergeseran fragmen tulang
Pukul : 12.00 WIB
Tanggal : 10/05/2013
Implementasi :
1. Mengkaji Tanda-Tanda vital
2. Mengkaji skala nyeri
3.Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan
4.Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
5. Mengompres dengan air hangat dibagian nyeri
6. Kurangi factor presipitasi nyeri
7. Berikan informasi tentang penyakitnya
8. Kolaborasi dengan tim dokter dalam terapi pemberian obat
9. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri
Diagnosa ke 2
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi terhadap An.A.
Pukul : 15.00 WIB
Tanggal : 10/05/2013
Implementasi :
1. Mengkaji nutrisi secara teratur
2. Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nutrisi klien
3. Ajarkan pola makan dengan nutrisi yang baik
4. Mengobservasi kebutuhan klien
5. Meninjau kecukupan nutrisi klien
6. Mengidentifikasi asupan nutrisi
7. Evaluasi tindakan dalam pemberian nutrisi

Diagnosa ke 3
Resiko tinggi cidera berhubungan dengan kontinuitas tulang.
Pukul : 17.00 WIB
Tanggal : 10/05/2013
Implementasi :
1. Berikan posisi yang aman untuk pasien dengan meningkatkan observasi pasien dan beri
pengaman tempat tidur
2. Menilai ROM pasien
3. Menilai integritas kulit pasien
4. Lakukan mobilisasi fisik
5. Libatkan partner paramedis dalam memindahkan pasien, atur posisi pasien yang nyaman
3.7 EVALUASI
Dx. KEPERAWATAN EVALUASI
Gangguan rasa nyaman berupa nyeri Pukul 10.00 WIB
berhubungan dengan pergeseran fragmen Tanggal 10/05/2012
tulang S: Klien tidak merasakan nyeri lagi pada
tulang keringnya
O: Klien tampak tenang
A: Tujuan tercapai
P: Hentikan Intervensi
Resiko terjadinya infeksi berhubungan Pukul 14.00 WIB,
dengan kurangnya pemenuhan nutrisi Tanggal 10/05/2012
terhadap An.A S :Klien mengatakan nafsu makan bertambah
O :Klien masih tampak lemah dan lesu
A : tujuan belum tercapai.
P : lanjutkan intervensi :
I : 1. Observasi kebutuhan nutrisi klien
2. Tinjau kecukupan nutrisi klien
3. Identifikasi Acupan nutrisi
Resiko tinggi cidera berhubungan dengan Pukul 10.30 WIB
kontinuitas tulang Tanggal 10/05/2012
S: Klien mengatakan sudah tidak merasakan
sakit
O: Klien tampak lemas
A: Tujuan Belum Tercapai
P: Lanjutkan Intervensi
I : 1.Berikan posisi yang aman untuk pasien
dengan meningkatkan 2.obsevasi pasien, beri
pengaman tempat tidur
2.Menilai ROM pasien
3.Melakukan mobilisasi
KESIMPULAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur
dapat terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsi.
Patah tulang umumnya digolongkan dalam 2 macam, yaitu fraktur terbuka dan tertutup. Pada
fraktur tertutup, tulang yang patah tidak sampai keluar melewati kulit. Sedangkan patah tulang
terbuka, sebagian atau keseluruhan tulang yang patah terlihat menembus kulit.
Fraktur dapat disebabkan karena : peristiwa trauma,peristiwa kelelahan atau tekanan dan
kelemahan pada tulang
Fisioterapi sangat berperan dalam gangguan gerak dan fungsi sendi akibat patah tulang, baik
penanganan setelah operasi ataupun konservatif (non operatif) dengan modalitas yang dimiliki.

Anda mungkin juga menyukai