Anda di halaman 1dari 30

TRANSKULTURAL NURSING

DOKUMENTASI KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

Oleh :

Ni Kadek Dian Karmila Yanti (P07120219056)


Putu Arsienda Dahata Ulmafema (P07120219060)
Dewa Ayu Putri Widyani (P07120219071)
Ni Nyoman Triyana Sari (P07120219079)
Putu Mia Rusmala Dewi (P07120219083)
Ni Kadek Yuni Anggreni (P07120219088)
Ni Komang Indah Kusuma Dewi (P07120219091)
Kadek Sari Savitri (P07120219094)
I Putu Galih Kumara Yoga (P07120219099)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PRODI S.TR KEPERAWATAN


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-
Nya kami dapat menyusun makalah dan menyelesaikan “Makalah Dokumentasi Keperawatan
Lintas Budaya”.

Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua


pihak yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan makalah ini, yakni yang terhormat:

1. I Gusti Ketut Gedengurah,S.Kep.,Ns.,M.Kes. selaku Pembimbing dalam


Transkultural Nursing
2. Diskusi kelompok dalam menyelesaikan makalah.
3. Materi yang diakses dari internet dan buku.
4. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

Dalam makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki berbagai
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

Demikianlah kiranya para pembaca dapat memahami dan apabila terdapat hal - hal
yang kurang berkenan di hati para pembaca, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
memohon maaf. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 11 Agustus 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
2021....................................................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
BAB I...................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
Transcultural Nursing atau keperawatan transkultural adalah suatu area/wilayah keilmuan
budaya pada proses belajar dan praktik keperawatan berbasis pada kebudayaan atau
kultur dengan memandang perbedaan dan kesamaan antara budaya dengan menghargai
asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan. Ilmu berfungsi untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia.....................................................................................1
Asumsi mendasar dari teori ini adalah perilaku peduli. Kepedulian adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Tindakan peduli dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan
kepada individu secara utuh. Perilaku peduli semestinya diberikan kepada manusia sejak
lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia
itu meninggal. Kepedulian manusia pada umumnya dikatakan sebagai segala sesuatu
yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Kepedulian
manusia merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya
bervariasi yang dipengaruhi oleh kultur tempat tinggal.......................................................1
Dengan adanya keperawatan transkultural dapat membantu klien beradaptasi terhadap
budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya. Perawat juga dapat membantu
klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
status kesehatan. Misalnya, jika klien yang sedang hamil mempunyai pantangan untuk
makan makanan yang berbau amis seperti akan, maka klien tersebut dapat mengganti
ikan dengan sumber protein nabati yang lain. Seluruh perencanaan dan implementasi
keperawatan dirancang sesuai latar belakang budaya sehingga budaya dipandang
sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat. Pola rencana hidup yang dipilih
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut...............1
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan dan memberdayakan individu sesuai
dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan / mempertahankan budaya, mengakomodasi / negosiasi budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien....................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN...................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Transkultural...............................................................................................3

ii
2.2 Konsep asuhan keperawatan transkultural...................................................................3
2.3 Kriteria dan Syarat Pendokumentasian Keperawatan Lintas Budaya............................4
2.4 Dokumentasi Asuhan Keperawatan Transkultural.........................................................5
2.5 Contoh Kasus Asuhan Keperawatan Transkultural.......................................................9
BAB III.................................................................................................................................. 24
PENUTUP............................................................................................................................ 24
3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 24
3.2 Saran.......................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transcultural Nursing atau keperawatan transkultural adalah suatu


area/wilayah keilmuan budaya pada proses belajar dan praktik keperawatan berbasis
pada kebudayaan atau kultur dengan memandang perbedaan dan kesamaan antara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan. Ilmu berfungsi untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia.

Asumsi mendasar dari teori ini adalah perilaku peduli. Kepedulian adalah
esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Tindakan peduli dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku peduli semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa
pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Kepedulian manusia pada umumnya
dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan
pada manusia yang utuh. Kepedulian manusia merupakan fenomena yang universal
dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi yang dipengaruhi oleh kultur tempat
tinggal.

Dengan adanya keperawatan transkultural dapat membantu klien beradaptasi


terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya. Perawat juga
dapat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih
mendukung peningkatan status kesehatan. Misalnya, jika klien yang sedang hamil
mempunyai pantangan untuk makan makanan yang berbau amis seperti akan, maka
klien tersebut dapat mengganti ikan dengan sumber protein nabati yang lain. Seluruh
perencanaan dan implementasi keperawatan dirancang sesuai latar belakang budaya
sehingga budaya dipandang sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat. Pola

1
rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan dan memberdayakan individu sesuai
dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan / mempertahankan budaya, mengakomodasi / negosiasi budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari Transkultural Nursing?


2. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan transkultural?
3. Bagaimanakah kriteria dan syarat pendokumentasian keperawatan transkultural?
4. Bagaimanakah dokumentasi asuhan keperawatan transkultural?
5. Bagaimanakah contoh asuhan keperawatan transkultural?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Transkultural Nursing.


2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan transkultural.
3. Untuk mengetahui kriteria dan syarat pendokumentasian keperawatan
transkultural.
4. Untuk mengetahui dokumentasi asuhan keperawatan transkultural.
5. Untuk memahami asuhan keperawatan transkultural.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transkultural


Transcultural Nursing atau keperawatan transkultural adalah suatu
area/wilayah keilmuan budaya pada proses belajar dan praktik keperawatan berbasis
pada kebudayaan atau kultur dengan memandang perbedaan dan kesamaan di antara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan. Ilmu berfungsi untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia.

2.2 Konsep asuhan keperawatan transkultural


Konsep asuhan keperawatan transkultural yaitu, ilmu kesehatan yang
melibatkan kebudayaan dalam proses pembelajaran maupun praktik yang berbasis
kebudayaan serta kultur dengan memandang perbedaan dan kesamaan budaya, dengan
menghargainya budaya yang dipergunakan saat memberikan asuhan keperawatan
serta tindakan keperawatan. Seiring dengan berjalannya waktu konsep keperawatan
transkultural ini terdapat perubahan perilaku dan kondisi sehat-sakit seseorang.
Budaya yang mulai bergeser di masyarakat juga memerlukan penanganan yang
dinamis. Tugas seorang perawat baik sebagai konselor, motivator, dan pelayan
kesehatan harus mampu mengimbangi dinamika sosial ini. Dan konsep ini didasari
kepedulian yang bertujuan memberikan budaya pelayanan keperawatan kongruen
melalui tindakan bantu, mendukung, fasilitas, atau mungkin kognitif berbasis atau
keputusan yang sebagian besar dibuat khusus agar sesuai dengan individu, kelompok,
atau lembaga budaya nilai-nilai, keyakinan, dan lifeways.
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit
(Sunrise enabler). Sunrise enabler paralel dengan proses proses keperawatan, karena
keduanya merepresentasikan proses pemecahan masalah. Fokus proses keperawatan
adalah klien menerima tindakan keperawatan. Klien juga merupakan fokus dalam
Sunrise enabler tetapi penting untuk mengetahui dan memahami budaya klien sebagai
kekuatan utama dalam Sunrise enabler.

3
2.3 Kriteria dan Syarat Pendokumentasian Keperawatan Lintas Budaya
1. Dokumentasi asuhan keperawatan lintas budaya harus dilaksanakan segera
mungkin setelah pengkajian pertama dilakukan, demikian juga pada setiap
langkah kegiatan perawatan.
2. Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien atau keluarga.
3. Pastikan kebenaran dari setiap data yang dicatat dalam dokumen asuhan
keperawatan lintas budaya.
4. Data pasien harus objektif dan bukan dibuat dari penafsiran perawat,dalam hal
ini perawat mencatat Apa yang dilihat dari respon pasien pada saat merawat
pasien mulai dari pengkajian sampai evaluasi.
5. Dokumentasikan Asuhan Keperawatan Lintas Budaya dengan baik, apabila
terjadi hal-hal sebagai berikut : adanya perubahan kondisi atau munculnya
masalah baru, respon pasien terhadap bimbingan perawat.
6. Penulisan istilah yang tidak jelas dari setiap catatan yang dibuat harus
dihindari. Istilah yang digunakan harus disepakati atas kebijaksanaan institusi
setempat.
7. Dokumen yang baku harus dihindari, sebab sifat individu atau klien adalah
unik, selain itu setiap pasien mempunyai respon yang berbeda.
8. Data harus ditulis dengan jelas menggunakan tinta, dan jangan menggunakan
pensil agar tidak mudah dihapus.
9. Tidak dibenarkan untuk mengubah isi dokumen untuk menutupi kesalahan.
Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan dapat dicoret dan segera diganti
dengan yang benar, kemudian ditandatangani.
10. Untuk setiap kegiatan dokumen, cantumkan waktu, tanda tangan dan nama
jelas yang melaksanakan dokumentasi.
11. Wajib membaca setiap tulisan dari anggota tim kesehatan yang lain sebelum
menulis data terakhir.
12. Dokumen harus dibuat dengan jelas dan lengkap.
Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan lintas budaya juga
dipengaruhi oleh manajemen waktu perawat yang merupakan proses untuk menyusun
dan mencapai tujuan, memperkirakan waktu dan sumber-sumber waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai masing-masing tujuan dan mendisiplinkan diri sendiri.

4
Dokumentasi asuhan keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi sebagai metode ilmiah penyelesaian masalah keperawatan pada pasien untuk
meningkatkan outcomepasien. Adapun Ciri pendokumentasian Asuhan Keperawatan
yang baik adalah berdasarkan fakta (factual basis), akurat (accuracy), lengkap
(completeness), ringkas (conciseness), terorganisir (organization), waktu yang tepat
(timeliness), dan bersifat mudah dibaca (legability). Prinsip - prinsip
pendokumentasian direvisi menjadi tiga bentuk standar dokumentasi yaitu
communication, accountability, dan safety.

2.4 Dokumentasi Asuhan Keperawatan Transkultural


1. Pengkajian
Proses tindakan pengkajian keperawatan transkultural dalam keluarga
atau komunitas mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar
belakang budayanya, pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen pada
Sunrise Model, yaitu:
a. Faktor Teknologi. Faktor teknologi yang dimaksud adalah teknologi
kesehatan yang memungkinkan individu dapat memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Tugas
perawat harus mengkaji persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau
mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan,
alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup. Agama dan keyakinan klien menjadi
titik tolak yang mengakibatkan pandangan menjadi amat realistis bagi
para pemeluknya. Agama menjadi tuntunan dalam membuat penilaian
kebaikan, keburukan, serta benar dan salah dalam kehidupan klien di
atas segalanya. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah
agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap
penyebab cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak
positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan ketertarikan keluarga mencakup hubungan sosial
yang terbangun di lingkungan klien berada serta kebiasaan yang

5
dilakukan. Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama
lengkap, nama panggilan, umur, dan tempat tanggal, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup. Nilai-nilai budaya adalah sesuatu
yang dirumuskan dan disepakati dalam suatu masyarakat tertentu,
menjadi sebuah kebiasaan, kepercayaan, simbol, dengan ciri tertentu
yang dapat dibedakan antara satu dengan yang lainnya. Nilai budaya
digunakan untuk dasar perilaku dan tanggapan tentang apa yang
sedang terjadi. Perawat perlu mengkaji posisi dan jabatan yang
dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan
membersihkan diri, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam
kondisi sakit, dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku. Kebijakan dan peraturan
yang berlaku merupakan segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan
individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya berhubungan dengan
kehadiran negara melalui peraturan perundangan yang menjadi dasar
pelaksanaan pelayanan. Perlu dikaji pada tahap ini adalah peraturan
dan kebijakan yang berkaitan dengan kebijakan KB, JAMKESMAS,
ASKESKIN.
f. Faktor ekonomi, kemampuan klien yang membiayai sakitnya agar
segera sembuh selama di rumah sakit. Perlu dikaji oleh perawat adalah
pekerjaan, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh
keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya
dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan. Latar belakang pendidikan klien dalam keluarga
yang dimaksud pengalaman klien dalam menempuh pendidikan formal
tertinggi saat ini. Jika klien memiliki riwayat pendidikan yang tinggi
maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang
logis. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah tingkat pendidikan
anggota keluarga, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar
secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak
terulang kembali.

6
Observasi merupakan salah satu teknik dalam pengkajian keperawatan
dalam mengkaji budaya pasien. Perbedaan kultur antara lokasi satu dengan
lain menuntun perawat untuk melakukan observasi awal saat mengalami
perpindahan dinas. Observasi yang harus dilakukan antara lain tentang
perilaku penduduk lokal, nilai budaya lokal, serta budaya yang masih
ditegakkan dalam kegiatan sosial mereka. Data observasi inilah yang menjadi
modal utama perawat untuk mempraktikkan keperawatan transkultural.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap
pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah
kesehatan, pada risiko masalah kesehatan atau proses kehidupan. Diagnosa
keperawatan merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan keperawatan
yang sesuai untuk membantu klien mencapai kesehatan yang optimal (SDKI,
2017).
Diagnosa Keperawatan Transkultural merupakan salah satu langkah keluarga
dalam menyesuaikan latar belakang budayanya untuk merespon keadaan
kesehatan anggota keluarganya baik itu berupa pencegahan, menambah atau
mengurang melalui intervensi Keperawatan.Terdapat diagnosa keperawatan
yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu:
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan Hambatan
Lingkungan
b. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan Defisiensi bicara
c. Ketegangan peran pemberian asuhan berhubungan dengan
ketidakadekuatan lingkungan fisik dalam pemberian asuhan.
d. Ketidakpatuhan berhubungan dengan lingkungan tidak terapeutik

3. Perencanaan dan Pelaksanaan Keperawatan Transkultural


Perencanaan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural merupakan
kesatuan proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah
suatu proses memilih strategi yang tepat untuk menangani pasien, Pelaksanaan
adalah aktivita/tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya pasien saat
memberikan perilaku terhadap pasien. Dalam keperawatan transkultural
terdapat tiga pedoman yaitu mempertahankan budaya yang dimiliki asien bila

7
budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya
pasien bila budaya pasien kurang menguntungkan kesehatan dan mengubah
budaya pasien bila budaya yang dimilikinya bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawat bayi
2. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi
dengan klien.
3. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan
perawat
b. Cultural care accommodation / negotiation
1. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan
klien dan standar etik.
c. Cultural care repatterning / reconstruction
1. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
2. tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari banyak
kelompok
3. Gunakan pihak ketiga bila perlu
4. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa
kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
5. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan
kesehatan
Keberhasilan perencanaan dan pelaksanaan keperawatan transkultural
terjadi jika perawat dan pasien mencoba memahami budaya masing-masing
melalui proses akulturasi. Yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya mereka. Bila
perawat tidak memahami budaya pasien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga hubungan terapeutik antara perawat dan pasien akan terganggu.
Pemahaman budaya pasien amat mendasari efektivitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dengan pasien yang bersifat terapeutik.

8
4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan keluarga tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya pasien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau
beradaptasi dengan budaya baru mungkin sangat bertentangan dengan budaya
yang dimiliki pasien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan
yang sesuai dengan latar belakang budaya keluarga.

2.5 Contoh Kasus Asuhan Keperawatan Transkultural

Asuhan Keperawatan Transkultural Klien dengan Masalah Keperawatan


Ketidakpatuhan dalam Perubahan pada Budaya Bali

Tn. A berumur 40 tahun, berlatar belakang pendidikan tamat Sekolah Dasar.


Tn. A adalah asli Suku Bali. Bali adalah salah satu kota maju di Indonesia yang
sangat kental akan budayanya mulai dari upacara adat, sesajen, bahkan
mengkeramatkan pohon. Tn. A bekerja sebagai ojek di Bali. Tn. A mempunyai dua
alasan menjadi ojek. Pertama, karena banyak wisatawan mancanegara yang tidak
membawa sepeda motor dan tidak tahu arah di Bali. Kedua, Tn. A tidak mempunyai
latar belakang pendidikan yang tinggi. Tn. A mempunyai istri yang bernama Ny.B
yang bekerja sebagai penjual kue di Desa A. Mereka berdua dikaruniai 2 anak yaitu
bernama An.C dan An.D mereka semua tinggal satu rumah dan hidup berkecukupan.
Bali mempunyai kepercayaan dan budaya kental tentang Balian. Jadi di Bali
masih tidak percaya dengan adanya dokter modern dan perawat yang mereka percayai
adalah ketika mereka terkena penyakit dikarenakan mereka sedang diserang oleh
orang lain oleh kekuatan yang dari jarak jauh seperti santet. Masyarakat Bali masih
belum percaya adanya penyakit yang menyerang mereka. Balian sendiri adalah dokter
tradisional Bali yang bisa menyembuhkan penyakit apapun dengan menyalurkan
energi. Balian ada 2 yaitu menyembuhkan dan memberi petaka bagi orang lain.
Kaitannya dengan patah tulang di Bali disebut balian lung (patah tulang).

9
Suatu ketika pagi-pagi buta atap rumah Tn.A bocor.Ny. B meminta tolong
untuk di perbaiki.Tn.A segera mengambil tangga dan menaiki tangga tersebut sampai
atap rumah.Sampai atap rumah Tn.A memperbaiki atap yang bocor.Setelah diperbaiki
Tn.A berniat mengecek apakah ada yang bocor lagi.Tapi waktu mengecek tiba-tiba
Tn.A terpeleset dan jatuh kebawah lalu berteriak minta tolong.Jatuhnya Tn.A pada
posisi yang salah,kaki dari Tn.A ini mati rasa dan tidak bisa digerakkan.Ny.B dan
kedua anaknya itu menolong Tn.A dan membawanya ke kamar untuk ditidurkan
terlebih dahulu.Kaki Tn.A bengkak dan berwarna biru. Ny.B beranggapan bahwa ini
di serang oleh orang lain dengan kekuatan.Akhirnya Ny.B dan kedua anaknya
memutuskan Tn.A dibawa ke rumah Balian.
Balian tersebut memegang kedua tangan Tn.A dan membaca mantra. Setelah
sekitar 15 menit setelah dibacakan mantra, Balian ini bilang bahwa Tn.A ini diserang
oleh orang yang jauh dan sudah menghilangkan kekuatannya. Menurut Balian, selama
menunggu kesembuhan, kaki Tn.A tidak boleh diberi apa-apa karena dapat
menghilangkan kekuatan Balian tersebut. Setelah beberapa hari kaki Tn.A tambah
bengkak, sakit saat digerakkan, dan warna kakinya sangat biru dan memar.
Akhirnya Ny.B memutuskan untuk membawanya ke puskesmas di desa
mereka. Setelah diperiksa oleh perawat 1, perawat mendiagnosa bahwa pasien
mengalami patah tulang atau fraktur, akhirnya perawat memutuskan untuk segera di
operasi di rumah sakit di kota. Ny.B menyetujui saran dari perawat tersebut. Setelah
dioperasi akhirnya Tn.A boleh pulang dan beristirahat.
Perawat 1 mengajak perawat 2 untuk ke rumah Ny.B untuk memberi edukasi
tentang penyakit dan patah tulang. Perawat 1 dan 2 memberi edukasi tentang
penangan patah tulang saat kejadian maupun sesudah kejadian. Perawat memberikan
edukasi agar cepat Tn.A agar cepat sembuh. Perawat menyarankan agar Tn.A diberi
terapi panas seperti di kompres dan di balut handuk panas. Tetapi Ny.B tidak selalu
melakukan terapi tersebut karena Ny.B takut nanti Tn.A diserang lagi.

1. PENGKAJIAN
a. Faktor Teknologi
Karena Tn. A tidak kunjung sembuh dan kakinya tambah
bengkak, akhirnya Ny. Bm memutuskan untuk membawanya ke
Puskesmas terdekat. Walaupun Puskesmas tersebut tidak memiliki alat
untuk operasi dan menyarankan untuk dibawa ke rumah sakit.

10
b. Faktor Kepercayaan
Faktor agama dan filosofi ini dapat dikaji mulai dari Ny. b
membawa Tn. a ke seorang balian lung atau balian spesialis patah
tulang. Orang balian menjelaskan bahwa Tn. A diserang oleh orang
jauh dengan kekuatan gaibnya. Setelah Tn. A diberi mantra dan
mematuhi pesan Balian dengan tidak memberikan treatment lagi.

c. Faktor Kekeluargaan dan Sosial


Nama : Tn. A
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status : Dewasa (Menikah)
Pekerjaan : Ojek
Pendidikan : SD
Tipe Keluarga : Kepala keluarga, memiliki seorang
istri, dan dua anak
Pengambilan Keputusan : Ny. B, sebagai istri TN. A

KET: = Menikah
= Serumah
= Perempuan
= Laki-Laki

Kebiasaan : Jika salah satu keluarga terkena

11
penyakit maka akan dibawa ke seorang
balian dan percaya bahwa penyakit
tersebut diserang oleh kekuatan gaib.

d. Nilai-Nilai Budaya, Kepercayaan, dan Gaya hidup


Dapat dikaji berdasarkan nilai budaya dan kepercayaan yang
diyakini oleh keluarga Tn. A tersebut. Nilai budaya dan kepercayaan
yang dianut oleh keluarga tersebut terlihat sangat kental dilihat dari
kepercayaan dimana saat Tn. A jatuh dari atap rumah dan mengalami
patah tulang Ny. B beranggapan bahwa Tn. A ini diserang oleh orang
lain dengan kekuatan gaib. Hal ini tidak sesuai dengan konsep
kesehatan, karena menurut Zaidin Ali (1998) definisi sakit adalah
keadaan yang mengganggu keseimbangan status kesehatan biologis
(jasmani), psikologis (mental), sosial dan spiritual yang mengakibatkan
gangguan fungsi tubuh, produktivitas dan kemandirian individu baik
secara keseluruhan maupun sebagian.

e. Faktor Kebijakan dan Peraturan


Faktor ini dapat dikaji berdasarkan peraturan yang berlaku
dalam lingkungan masyarakat sekitar. Setelah ke Balian, keluarga Tn.
A sangat mematuhi aturan terkait adat yang berlaku di Bali yaitu,
terkait setelah dilakukan pengobatan tidak boleh diberikan apapun
karena dapat menghilangkan kekuatan.

f. Faktor Ekonomi
Faktor ini dapat dikaji berdasarkan ekonomi keluarga Tn. A
yang tergolong cukup dikarenakan Tn. A bekerja sebagai ojek
sedangkan Ny. B bekerja sebagai penjual kue di desanya. Faktor ini
juga tidak terlalu berpengaruh terhadap perilaku ketidakpatuhan dalam
pengobatan.

g. Faktor Pendidikan

12
Faktor ini dapat dikaji berdasarkan tingkat pendidikan dari
keluarga Tn.A dan Ny.B. Mereka hidup di Bali dengan kentalnya
budaya disana. Di Bali ada orang yang mempunyai kekuatan dan bisa
menyembuhkan penyakit disebut orang balian. Mereka percaya bahwa
orang balian ini memiliki kekuatan gaib dan semua perkataannya
dipercayai oleh masyarakat disana bahwa semua perkataannya benar.
Hal ini sangat mempengaruhi perilaku ketidak patuhan dalam
pengobatan keluarga Tn.A terkait kesehatan yang berhubungan dengan
adat yang dimiliki oleh keluarga Tn. A

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakpatuhan berhubungan dengan lingkungan tidak terapeutik
dibuktikan dengan menolak menjalani perawatan/ pengobatan,
menolak mengikuti anjuran pemberian terapi panas seperti di kompres
dan di balut handuk panas, perilaku tidak mengikuti program terapi,
perilaku tidak menjalankan anjuran.

3. RENCANA KEPERAWATAN

Tanggal No. Rencana Keperawatan


/Jam Diagnosa
Tujuan Intervensi

1 Setelah dilakukan Dukungan Kepatuhan


asuhan keperawatan Program Pengobatan
selama 2 kali jam (I.12361)
kunjungan diharapkan Observasi:
tingkat kepatuhan 1. Identifikasi kepatuhan
terkait dengan menjalani program
pengobatan meningkat pengobatan
(L.12110). Dengan
kriteria hasil: Terapeutik
1. Verbalisasi 1. Buat komitmen
kemauan menjalani program
memenuhi pengobatan dengan

13
program baik
perawatan atau 2. Buat jadwal
pengobatan pendampingan
meningkat keluarga untuk
2. Verbalisasi bergantian menemani
mengikuti anjuran pasien selama
meningkat menjalani program
3. Perilaku pengobatan, jika perlu
mengikuti 3. Dokumentasikan
program aktivitas selama
perawatan/ menjalani proses
pengobatan pengobatan
meningkat 4. Diskusikan hal-hal
4. Perilaku yang dapat mendukung
menjalankan atau menghambat
anjuran berjalannya program
meningkat pengobatan
5. Libatkan keluarga
untuk mendukung
program pengobatan
yang dijalani

Edukasi
1. Informasikan program
pengobatan yang harus
dijalani
2. Informasikan manfaat
yang akan diperoleh
jika eratur menjalani
program pengobatan
3. Anjurkan keluarga
untuk mendampingi
dan merawat pasien

14
selama menjalani
program pengobatan
4. Anjurkan pasien dan
keluarga melakukan
konsultasi ke
pelayanan kesehatan
terdekat, jika perlu

Intervensi Pendukung
Perantara Budaya (I.13487)
Observasi
1. Identifikasi perbedaan
konsep antara pasien
dan perawat tentang
proses penyakit

Terapeutik
1. Bersikap tenang dan
tidak terburu-buru saat
berinteraksi dengan
pasien
2. diskusikan
kesenjangan budaya
yang dimiliki pasien
dan perawat
3. Pahami budaya pasien
4. Gunakan bahasa yang
mudah dipahami
5. Libatkan keluarga
dalam perencanaan
perawatan
6. Berikan kesempatan
untuk memahami

15
informasi yang
diberikan
7. Terjemahkan istilah-
istilah ke dalam bahasa
yang dapat dipahami
oleh pasien
8. Gunakan pihak ketiga,
jika perlu
9. Lakukan negosiasi jika
konflik tidak
terselesaikan

Edukasi
1. Informasikan tentang
sistem pelayanan
kesehatan

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1) Mempertahankan Budaya

Tgl/Jam No. Implementasi Respon Paraf


Diagnosa

8 1 - Mengidentifikas DS:
Agustus - Pasien
i kepatuhan
2021
mengatakan
menjalani
memiliki jarang
program
08.00
melakukan terapi
WITA pengobatan
yang telah
- Mengidentifikas
disarankan
i perbedaan
perawat
konsep antara
- Pasien
pasien dan
mengatakan
perawat tentang

16
proses penyakit tidak selalu
melakukan terapi
tersebut karena
takut nanti
diserang lagi.
DO:
- Pasien tampak
tetap
mempertahankan
kepercayaan
tradisi
keluarganya

- Mendiskusikan DS:
- Pasien
hal-hal yang
mengatakan jika
dapat
salah satu
mendukung atau
keluarga terkena
08.25 menghambat
WITA penyakit maka akan
berjalannya
dibawa ke
program
seorang balian
pengobatan
- Pasien
- Mendiskusikan
mengatakan
kesenjangan
percaya bahwa
budaya yang
penyakit tersebut
dimiliki pasien
diserang oleh
dan perawat
kekuatan gaib
DO:
- Pasien tampak
kooperatif dalam
diskusi
- Pasien tampak
tetap

17
mempertahankan
tradisi dalam
keluarganya

2) Negosiasi Budaya

Tgl/Jam No. Implementasi Respon Paraf


Diagnos
a

8 1 - Melakukan DS:
Agustus - Pasien mengatakan
negosiasi jika
2021
sudah memahami
konflik tidak
tentang
terselesaikan
09.00
penyakitnya
WITA - Memberikan
- Pasien mengatakan
kesempatan
ingin merubah
untuk
tradisi keluarganya
memahami
DO:
informasi yang
- Pasien tampak
diberikan
sudah tidak lagi
mengaitkan
penyakitnya
dengan tradisi
keluarganya

- Bersikap DS:
- Pasien mengatakan
tenang dan
sudah siap untuk
tidak terburu-
mencoba
buru saat
melakukan terapi
10.00 berinteraksi
WITA panas pada kakinya
dengan pasien
DO:
- Pasien tampak

18
tenang dan sudah
siap melakukan
perubahan

3) Restrukturisasi Budaya

Tgl/Jam No. Implementasi Respon Paraf


Diagnosa

8 1 - Melibatkan DS:
Agustus - Pasien
keluarga untuk
2021
mengatakan
mendukung
terapinya dibantu
program
10.30
oleh keluarga
WITA pengobatan
DO:
yang dijalani
- Pasien tampak
tidak mengalami
hambatan dalam
melakukan
perubahan

11.00 - Memahami DS:


WITA - Pasien
budaya pasien
mengatakan akan
- Menginformasik
melakukan terapi
an tentang
panas pada
sistem
kakinya
pelayanan
DO:
kesehatan
- Pasien tampak
-
memahami
informasi yang
diberikan
- Pasien tampak

19
masih belum
mampu
melakukan
perubahan secara
mandiri.

4) Mempertahankan Budaya

Tgl/Jam No. Implementasi Respon Paraf


Diagnosa

11 1 - Mengidentifikas DS:
Agustus - Pasien
i kepatuhan
2021
mengatakan
menjalani
melakukan
program
09.00
melakukan terapi
WITA pengobatan
panas secara
- Mengidentifikas
rutin dan
i perbedaan
DO:
konsep antara
- Pasien tampak
pasien dan
melakukan
perawat tentang
perubahan
proses penyakit

5) Restrukturisasi Budaya

Tgl/Jam No. Implementasi Respon Paraf


Diagnosa

11 1 - Melibatkan DS:
Agustus - Pasien
keluarga untuk
2021
mengatakan
mendukung
10.00 terapinya dibantu
program
WITA
dan didukung
pengobatan

20
yang dijalani oleh keluarganya
DO:
- Pasien tampak
tidak mengalami
hambatan dalam
melakukan
perubahan

1 - Memahami DS:
- Pasien
budaya pasien
mengatakan
10.30 - Menginformasik
WITA melakukan terapi
an tentang
panas pada
sistem
kakinya agar
pelayanan
lekas sembuh
kesehatan
dan akan
melakukan
pengobatan ke
rumah sakit
DO:
- Pasien tampak
memahami
informasi yang
diberikan
- Pasien tampak
mampu
melakukan
perubahan secara
mandiri .

5. EVALUASI

Tgl/Jam No. Evaluasi Hasil Paraf

21
Diagnosa

9 1 S : Pasien mengatakan akan melakukan terapi panas


Agustus pada kakinya dan akan mengubah tradisi keluarganya
2021
O : Pasien tampak melakukan pengobatan terapi
08.00 panas. Pasien tampak masih belum mampu
WITA melakukan perubahan secara mandiri .

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi
- Mengidentifikasi kepatuhan menjalani program
pengobatan
- Mengidentifikasi perbedaan konsep antara
pasien dan perawat tentang proses penyakit
- Melibatkan keluarga untuk mendukung
program pengobatan yang dijalani
- Memahami budaya pasien
- Menginformasikan tentang sistem pelayanan
kesehatan

12 1 S : Pasien mengatakan akan melakukan terapi panas


Agustus pada kakinya secara rutin dan melakukan perubahan
2021 pada tradisi keluarganya.

09.00 O : pasien tampak melakukan pengobatan secara


WITA rutin. Pasien tampak mampu melakukan perubahan
secara mandiri.

A: Masalah teratasi

P : Pertahankan Intervensi

22
23
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Transcultural Nursing atau keperawatan transkultural adalah suatu
area/wilayah keilmuan budaya pada proses belajar dan praktik keperawatan berbasis
pada kebudayaan atau kultur dengan memandang perbedaan dan kesamaan di antara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan. Seiring dengan berjalannya waktu konsep
keperawatan transkultural ini terdapat perubahan perilaku dan kondisi sehat-sakit
seseorang. Budaya yang mulai bergeser di masyarakat juga memerlukan penanganan
yang dinamis. Tugas seorang perawat baik sebagai konselor, motivator, dan pelayan
kesehatan harus mampu mengimbangi dinamika sosial ini. Dan konsep ini didasari
kepedulian yang bertujuan memberikan budaya pelayanan keperawatan kongruen
melalui tindakan membantu, mendukung, fasilitas, atau mungkin kognitif berbasis
atau keputusan yang sebagian besar dibuat khusus agar sesuai dengan individu,
kelompok, atau lembaga budaya nilai-nilai, keyakinan, dan lifeways. Diagnosa
Keperawatan Transkultural merupakan salah satu langkah keluarga dalam
menyesuaikan latar belakang budayanya untuk merespon keadaan kesehatan anggota
keluarganya baik itu berupa pencegahan, menambah atau mengurang melalui
intervensi Keperawatan.

3.2 Saran
Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca.

24
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Elon, Yunus, dkk. 2021. Teori dan Model Keperawatan. Jakarta: Yayasan Kita Menulis.

Putri, Dewi Murdiyanti Prihatin. 2012. Keperawatan Transkultural Pengetahuan dan Praktik

Berdasarkan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Rias, Yohanes Andy. 2021. Psikososial Dan Budaya Dalam Keperawatan. Bandung: Media

Sains Indonesia.

Asriwati & Irawati. 2019. Buku Ajar Antropologi Kesehatan dalam Keperawatan.

Yogyakarta: Deepublish.

25

Anda mungkin juga menyukai