Anda di halaman 1dari 23

TUGAS ILMU KEPERAWATAN DASAR

VHA SAFE PATIENT AND MOBILITY ALGORITHMS 2

Disusun oleh:

1.Elga Jihan (2011312045)

2.Febmiyana Ermisam Putri (2011313012)

3.Luthfia wulandari (2011313030)

4.Rissa mahfuza (2011312042)

5.Yopi Sahendra (2011312045)

Dosen pengampu : Ns. Esthika Ariany Maisa,M.kep

FAKULTAS KEPERAWATAN

Universitas Andalas

Tahun ajaran 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna atas
tuntunan Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “safe patient
handling”, tugas ini dibuat sebagai salah satu tugas makalah keperawatan Dasar I pada
semester pertama. Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing, dan kepada seluruh rekan yang ikut membantu dalam penyusunan
makalah ini. Penulis menyadari bahwa apa yang dituangkan dalam makalah ini masih jauh
dari kata sempurna sebab itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritikan demi
menyempurnakan makalah ini. Harapan penulis mudah-mudahan apa yang tertuang dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan institusi di Universitas Andalas Padang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.LATAR BELAKANG
2.RUMUSAN MASALAH
3.TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

• Latar Belakang

Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar,
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut
Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai kesalahan medis
didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk
diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau perencanaan yang
salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi
dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera
pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).

Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang


Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya
pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan
keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia(PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua stakeholder
rumah sakit untuk lebih memperhatikan keselamatan pasien di rumah sakit.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan


no 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Peraturan ini menjadi tonggak
utama operasionalisasi Keselamatan Pasien di rumah sakit seluruh Indonesia. Banyak rumah
sakit di Indonesia yang telah berupaya membangun dan mengembangkan Keselamatan
Pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan berdasarkan pemahaman manajemen terhadap
Keselamatan Pasien. Peraturan Menteri ini memberikan panduan bagi manajemen rumah
sakit agar dapat menjalankan spirit Keselamatan Pasien secara utuh.

Menurut PMK 1691/2011, Keselamatan Pasien adalah suatu sistem di rumah sakit yang
menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih aman, oleh karena dilaksanakannya:
asesmen resiko, identifikasi dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindaklanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat tindakan medis atau tidak
dilakukannya tindakan medis yang seharusnya diambil. Sistem tersebut merupakan sistem
yang seharusnya dilaksanakan secara normatif.

• RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu pengertian dari safe patient handling?
2. Apa tujuan dari safe patient handling?
3. Bagaimana langkah-langkah dari pelaksanaan safe patient handling

• TUJUAN PENULISAN
1. Mahasiswa diharapkan mengetahui dan memahami apa pengertian dari safe
patient handling
2. Mahasiswa diharapkan mengetahui dan memahami apa tujuan dari safe patient
handling
3. Mahasiswa diharapkan memahami dan dapat menerapkan safe parient handling
dan pelaksanaanya

• ALAT TRANSFER
Apabila pasien bisa diajak bekerja sama dalam memindahkannya maka langkah yang
harus dilakukan perawat yaitu
1. Konfirmasikan alat penanganan pasien dan tempat tujuan sudah memenuhi
persyaratan berat, lebar, dan tinggi pasien jika pasien perlu ditarik ke atas tempat
tidursebelum dipindahkan
2. Tempat tidur tinggi / rendah, meja ujian yang dapat disesuaikan, dan tandu ideal
untuk memudahkan transfer.
3. Saat menggunakan alat transfer, selalu gerakan kaki terlebih dahulu, diikuti batang
tubuh bagian atas dan kepala.
4. Setidaknya satu perawat atau pengasuh berada disisi tujuan
5. Jangan pernah mengangkat pasien secara manual kecuali dalam situasi darurat
6. Jangan pernah menangkap pasien yang jatuh! Seorang perawat mungkin tidak bisa
menghentikan pasien agar tidak jatuh. Segera singkirkan benda yang dapat
melukai kepala pasien
7. Jangan biarkan pasien bersandar atau menarik / meraih pengasuh untuk mendapat
dukungan dalam gerakan. Izinkan dan dorong pasien untuk bergerak sendiri
sebanyak itu aman dilakukan
8. Tanyakan langkah apa yang dapat memudahkan dan kenyamanan dalam
pergerakan dan mobilitas mereka. Tingkatkan kemudahan dalam memasukkan
sling duduk dengan menggunakan perangkat pengurang gesekan atau perangkat
transfer lateral
9. Jika menggunakan sling duduk, perangkat transfer lateral atau perangkat
pengurang gesekan, dapatkan arahan fasilitas untuk meninggalkan pasien.
Ketinggian kerja harus sesuai untuk keselamatan staf, kira-kira setinggi siku
10. Selama penaganan, pasien harus dalam keadaan terbaik (tidak ada garis, tabung,
kontraktur, dll), pengasuh dapat mengangkat tidak lebih dari 35 pon berat badab
pasien

• KONDISI YANG CENDERUNG MEMPENGARUHI TEKNIK TRANSFER


1. Penggantian pinggul
2. Sejarah air terjun
3. Kelumpuhan tulang belakang tidak stabil
4. Edema parah
5. Kulit sangat rapuh
6. Gangguan pernapasan / jantung
7. Luka yang mempengaruhi transfer
8. Amputasi
9. Stoma kencing / feses
10. Kejang
11. Tabung (IV, dada, dll)

• PENANGANAN PASIEN BARIATRIK


1. Setiap pasien yang beratnya lebih dari 300 pon atau 100 pon melebihi berat badan
ideal,dianggap meningkatkan risiko perawat dalam melakukan penanganan
pasien. Maka harus digunakan peralatan seperti tempat tidur, tandu, kursi roda,
lift, dan perangkat lain yang sesuai
2. Pasien bariatrik membutuhkan lebih banyak perawat. Ini diperlukan untuk
meningkatkan keselamatan. Dan juga memasang alat pengurang gesekan dengan
memfasilitasi pemasangan dan pelepasan gendongan di bawah pasien
3. Memasukan alat pengurang gesekan dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Disarankan untuk memasang stiker ke semua peralatan bariatric dengan ‘EC’
(kapasitas yang diperluas) dan kapasitas berat peralatan
4. Tim multidisplin harus memecahkan masalah tugas-tugas ini, berkomunikasi
dengan semua perawat dan bekerja secara konsisten
BAB II

PEMBAHASAN

ALGORITMA 2

Tujuan pengaturan posisi pasien

• Memberikan kenyamanan dan keamanan pasien.


• Memberikan jalan napas kuat dan mempertahankan sirkulasi sepanjang prosedur
(misalnya,Dalam pembedahan, dalampemeriksaan, pengumpulanspesimen,
danperawatan). Gangguan aliran balik vena kejantung, dan ketidakcocokan ventilasi-
ke-perfusi adalah komplikasi umum. Penempatan yang tepat meningkatkan
kenyamanandengan mencegah kerusakan saraf dan dengan mencegah ekstensi atau
rotasi tubuh yang tidak perlu.
• Menjaga martabatdan privasi pasien. Dalam operasi, penentuan posisi yang tepat
adalah cara untuk menghormati martabat pasien dengan meminimalkan eksposur
pasien yang sering merasa rentan secarap erioperatif.
• Memberikan visibilitas dan akses maksimum. Posisi yang tepat memungkinkan
kemudahana kses bedah serta kemudahan untuk pemberian anestesi selama fase
perioperatif.

1.Bed

A.posisi fowler
Posisi ini adalah cara berbaring pasien dengan setengah duduk,bagian kepala
tempat tidur dinaikkan.tujuannya adalah untuk menurangi sesak napas, memberikan
rasa nyaman, membantu memperlanca rkeluarnya cairan, membantu mempermudah
pemeriksaan

Cara pelaksanaan

• Pasien di dudukkan,sandaran punggung kursi,diletakkkan dibawah atau diatas


kasu rdibagian kepala,diatur sampai setengah duduk dan dirapihkan.bantal
disusun menurut kebutuhan. Pasien dibaringkan kembali dan pada ujung
kakinya dipasang penahan.
• Pada tempat tidur khusus diatur setengah duduk, dibawah lutut diatur sesuai
kebutuhan, kedua lengan ditopang denganbantal
• Pasien dirapihkan
B. posisiorthopneic

Posisi ortopneik atau tripod menempatkan pasien dalam posisi duduk atau di
sisi tempat tidur dengan meja di atas untuk bersandar dan beberapa bantal di atas
meja untuk beristirahat.

C. posisipronatautengkurap
Dalam posisi prone atau tengkurap, pasien berbaring di perut dengan kepala
menghadap kesatu sisi dan pinggul tidak tertekuk.

D. posisi lateral

Dalam posisi lateral atau berbaring miring, pasien berbaring di satu sisi tubuh dengan
tungkai atas di depan tungkai bawah dan pinggul serta lutut tertekuk. Melenturkan
pinggul dan lutut bagian atas serta menempatkan kaki inidi depan tubuh menciptakan
basis dukungan yang lebih luas dan segitiga serta mencapai stabilitas yang lebih besar.
Peningkatan fleksi pinggul dan lutut atas memberikan stabilitas dan keseimbangan yang
lebih besar.Fleksi ini mengurangi lordosis dan meningkatkan keselarasan punggung yang
baik.
E. posisisims

Posisi Sims atau posisi semiprone adalah ketika pasien mengambil posisi setengah
jalanan taraposisi lateral dan posis itengkurap. Lengan bawah diposisikan di belakang
klien, dan lengan atas dilenturkan di bahu dan siku.Kaki bagian atas lebih fleksibel di
kedua pinggul dan lutut, daripada yang lebih rendah.

F. posisi lithotomy
Lithotomy adalah posisi pasien di mana pasien berada di punggung mereka dengan
pinggul dan lutut tertekuk dan paha terpisah.

G.Posisi Trendelenburg

Posisi Trendelenburg dilakukan dengan menurunkan kepala tempat tidur dan


mengangkat kaki tempat tidur pasien.Lengan pasien diposisikan lurus di samping tubuh.
H. Posisi Reverse Trendelenburg

Reverse Trendelenburg adalah posisi pasien di mana kepala tempat tidur ditinggikan
dengan kaki tempat tidur menghadap kebawah. Ini adalah kebalikan dari posisi
Trendelenburg.

I.Posisi Knee-Chest (Lutut-Dada)

Posisi lutut-dada, bias dilakukan dalam posisi lateral atau prone.Dalam posisi lutut-
dada lateral, pasien berbaring miring, badan diletakkan diagonal di atas meja, pinggul dan
lutut dilipat.Dalam posisi lutut-dada pronasi, pasien berlutut di atas meja dan menurunkan
bahu keatas meja sehingga dada dan wajah terletak di atas meja.
I.Posisi Jackknife

Posisi Jackknife, juga dikenal sebagai Kraske, adalah tempat perut pasien terbaring
rata di tempat tidur. Tempat tidur dipotong sehingga pinggul terangkat dan kaki dan kepala
rendah.

J. Posisi Kidney

Dalam posisi kidney, pasien mengasumsikan posisi lateral yang dimodifikasi di mana
perutdiletakkan di atas lift di meja operasi yang menekuk tubuh. Pasien diposisikan di sisi
kontralateral dengan punggung diletakkan di tepi meja.Ginjal kontra lateral diletakkan di atas
meja atau di atas kidney body elevator (aksesoris tambahan meja operasi).Lengan paling atas
ditempatkan menekuk fleksi tidak lebih dari 90º.

2. STRETCHER
Cara memindahkan pasien menggunakan stretcher dengan tarikan selimut atau alas

1) Atur brankar dalam posisi terkunci pada tiap sisinya dan dekatkan dan sejajarkan dengan
tempat tidur atau brankar atau stretcher yang akan digunakan selanutnya.

2) Satu perawat berada disisi tempat tidur, sedangkan posisi dua perawat yang lain di
samping brankar

3) Gunakan pengalas dibawah tubuh klien untuk media mengangkat dapat berupa selimut
maupun alas brankar

4) Silangkan tangan pasien didepan dada untuk mencegah terjepit

5) Perawat yang berada di sisi tempat tidur siap memegang dan mendorong pasien

6) Dua perawat lain yang berada di samping brankart memulai aba-aba secara bersamaan dan
mengangkat/ menarik pengalas di bawah tubuh pasien dan pasien hingga mencapai tempat
tidur satunya. Apabila pasien dalam kondisi cedera berat ataupun fraktur yang luas maupun
memiliki bobot tubuh yang sedikit berlebih anjurkan minimal terdapat 4 perawat yang
masing-masing berada pada sisi kepala, samping kanan kiri dan kaki.

7) Jauhkan brankar

8) Baringkan pasien ke kiri atau kanan dan tarik pengalas atau selimut.

9) Atur posisi pasien hingga merasa nyaman

3.TROLLEY / EMERGENCY TROLLEY

Trolley digunakan untuk tindakan darurat.Trolley berfungsi menempatkan instrument


atau obat yang dapat di dorong di lorong rumah sakit.Biasanya digunakan ketika ada pasien
yang sedang dipindah kan keruang tertentu, trolley ini ikut di belakang pasien yang sedang
dipindahkan.

Trolley digunakan di dalam area instalasi rawat inap danhanyadigunakan bila code
blue diaktivasi.Bila tidak ada aktivasi code blue, isi trolley tidak boleh digunakan.

❖ Manfaat trolley:
1. Reaksi cepat dalam kondisi darurat
2. Meyakinkan kelengkapan tersedia
3. Kemudahan akses dan transportasi

❖ Tata cara penggunaan trolley:


1. Code blue diaktifkan di bangsal tertentu sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam
panduan code blue
2. Karena code blue diaktifkan, perawat dating ketempat terjadi code blue bersama
dengan trolley
3. Selama proses resusitasi, semua peralatan dan obat-obatan yang terpakai dicatat.
4. Setelah resusitasi selesai, peralatan re-use dibersihkan. Selain itu, perawat membuat
permintaan kepada farmasi untuk mengisi kembali barang habis pakai yang digunakan
saat resusitasi, dengan cara mengisi formulir permintaan obat (formulir permintaan
obat terlampir)
5. Bagian farmasi mengisi kembali barang yang diminta selambat-lambatnya 2 jam
setelah permintaan diberikan.
6. Dilakukan ceklis ulang isi trolley oleh perawat.
❖ Pemeliharaan Trolley
Peralatan dalam trolley yang harus diperiksa fungsinya setiap minggu sekali adalah
sebagaiberikut:
1) Monitor EKG
2) Defibrilator
3) Bag-valve Mask
4) Laringoskop
5) Stetoskop
6) Pen light

Alat-alat lain dan obat-obatan yang ada di dalam trolley harus diperiksa kelengkapan dan
tanggal kadaluarsanya setiap bulan sekali.

Gambar:

Isi Trolley:
• Laci 1

• Laci 2
• Laci 3
• Laci 4
4.PROCEDURE TABLE
Tata cara memindahkan pasien dari brankar ke meja operasi yang berada di
operating room (OR).
Tujuan nya adalah menjaga pasien tetap aman dan tidak jatuh dari tempat tidur.
Prosedur : persiapan alat
• Tempat tidur (brankar)
• Meja Or
• Tandu

Pelaksanaan

1. Posisikan sejajar antara brankar dan meja OR


2. Kunci roda pada brankar
3. Posisikan datar alat-alat yang menempel pada pasien (IV line,
chateter). Untuk selang infus jangan lupa untuk menghasilakn aliran
agar darah tidak masuk kedalam selang infus
4. Tunggu anjuran team anestesi untuk berpindah pasien dapat mobilisasi
5. Anjurkan pasien untuk bergeser secara perlahan ke meja operasi
,pasien dapat mobilisasi
6. Posisikan perawat paling tidak minimal 4 orang ( 1 berada di samping
brankar pasien, 1 di bagia kepala,1 di bagian kaki dan 1 di bagian
samping meja operasi)
7. Miringkan pasien ke arah perawat
8. Pasangkan roller atau petslide di bawah tubh pasien
9. Kembalikan pasien ke posisi semula
10. Ambil roller
11. Tarik pasien secara serempak dan perlahan
12. Posisikan pasien mendekati tepi meja operasi
13. Pasangkan tali pengaman di atas paha dua jari di bawah tali
KESIMPULAN

Keselamatan pasien adalah hal penting yang harus di perhatikan perawat yang terlibat
dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien. Jadi penanganan pasien yang baik
harus di perhatikan lebih supaya kesembuhan pasien dapat di capai. Penanganan yang tepat
perlu diberikan supaya hal-hal seperti cedera dapat ditanggulangi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.nerslicious.com/posisi-pasien/

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/62e4b9dd68248244aee9e0ea266a2050.pd
f

https://docplayer.info/35308179-Panduan-penggunaan-troli-emergensi.html

https://www.academia.edu/19759573/TROLLEY_EMERGENCY_terbaru_kk_ayu_2015

https://www.alatkesehatan.id/tag/mengenal-fungsi-emergency-trolley/

Anda mungkin juga menyukai