Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH INTERPROFESSIONAL EDUCATION DAN INTERPROFESSIONAL

COLABORATION

KONSEP DASAR KEPERAWATAN I

Disusun oleh :

Adlina aipa (2011312054)

Fadiatul Rahma (2011311032)

Fajrin Nurhasni (2011312048)

Febmiyana ermisam putri (2011313012)

Febri ayu naz ila (2011313006)

Putri ayu naibaho (2011311005)

Rahmah Fauziah (2011312075)

Rani Zul Yuliartha Rizky (2011312060)

Rissa mahfuza (2011312042)

Siti maharani (2011313027)

Dosen pembimbing : Ns. Yuanita Ananda, S.Kep,M.Kep

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era kemajuan ilmu kesehatan saat ini, pendidikan merupakan suatu hal yang penting
dalammengembangkan kualitas pelayanan kesehatan, berdasarkan hal tersebut makauntuk
menyesuaikan kebutuhan masyarakan perlunya sistem pendidikan yang bermutu dan
mempunyai orientasi pada ilmu pengetahuan yang berkembang pesat seperti saat iniyang
(Febriyani, 2014). Peningkatan permasalahan pasien yang kompleks membutuhkan
keterampilan dan pengetahuan dari beberapa tenaga profesional (Keshtkaran et al., 2014). Oleh
karena itu kerja sama dan kolaborasi yang baik antar profesi kesehatan sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan kepuasan pasien dalam melakukan pelayanan kesehatan.

Pendekatan kolaborasi yang masih berkembang saat ini yaitu interprofessional


collaboration (IPC) sebagai wadah dalam upaya mewujudkan praktikkolaborasi yang efektif
antar profesi. Terkait hal itu maka perlu diadakannya praktik kolaborasi sejak dini dengan
melalui proses pembelajaran yaitu dengan melatih mahasiswa pendidikan kesehatan. Sebuah
grand design tentang pembentukan karakter kolaborasi dalam praktik sebuah bentuk
pendidikan yaitu interprofessional education (IPE) (WHO, 2010, Department of Human
Resources for Health). Interprofessional Education pentingdiimplementasikan untuk
pencapaian Patient safety,lemahnya kolaborasi yang pada tenaga kesehatan antarprofesi secara
tidak langsung membuat pasien dalam sebuah resiko kesalahan dalam perawatan yang akan
mempengaruhi keselamatan nyawa pasien. Interprofessional Collaborationkarena apabila
peningkatan hanya dialami oleh satu profesi belum tentu akan berpengaruh terhadap profesi
lain. Interprofessional Educationyang dilakukan sejak dini akan meningkatkan fokus pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh antar profesi tenaga kesehatan (Health Professional Education
Quality[HPEQ], 2011). Hal tersebutjuga didukung oleh penelitian Bennet et al. (2011) bahwa
IPE akan meningkatkan kolaborasi diseluruh hambatan antara tenaga kesehatan dan
meningkatkan peran utama dalam melayani konsumen pada pelayan kesehatan yang berkulitas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu interprofesional education?
2. Apa manfaat IPE untuk perkembangan kesehatan?
3. apa tujuan interprofesional education dan interprofesional colaboration?
4. Bagaimana pendekatan pembelajaran IPE?
5. Apa saja hambatan dalam pembelajaran IPE?
6. Apa saja kompetensi dalam proses pembelajaran IPE?
7. Apa itu interprofesional colaboration?
8. Apa manfaat interprofesional colaboration?
9. Apa tujuan interprofesional colaboration?
10. Bagaimana cara meningkatkan interprofesional colaboration?
C. Tujuan
1. Memahami apa itu interprofesional education
2. Memahami manfaat IPE untuk perkembangan kesehatan
3. Mengetahui tujuan interprofesional education dan interprofesional colaboration
4. Mengetahui cara pendekatan pembelajaran IPE
5. Mengetahui hambatan dalam pembelajaran IPE
6. Mengetahui kompetensi dalam proses pembelajaran IPE
7. Mamahami apa itu interprofesional colaboration
8. Memahami manfaat interprofesional colaboration
9. Mengetahui tujuan interprofesional colaboration
10. Mengetahui cara meningkatkan interprofesional colaboration
BAB II

PEMBAHASAN

Interprofessional education (IPE) telah dimulai di beberapa Negara maju seperti


Kanada, Inggris, Amerika, dan Australia sejak 53 tahun yang lalu. Penerapan IPE dalam
kurikulum pendidikan kesehatan telah terbukti memberikan dampak positif terhadap
peningkatan keterampilan komunikasi dan teamwork dari tenaga kesehatan. Menggunakan kata
kunci seperti interprofessional education, curriculum, midwifery, dan maternity care.Dari
penelusuran tersebut, didapatkan bahwa penerapan pendidikan interprofesi dalam kurikulum
Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan keterampilan komunikasi dan bekerjasama dalam
tim yang merupakan kompetensi utama dalam praktik kolaborasi antar profesi kesehatan.
Keterampilan ini sangat mendukung peningkatan pelayanan maternitas. Ego profesi, perbedaan
budaya profesi, penjadwalan, sumber daya pengajar, dan persepsi tentang IPE ditemukan
sebagai hambatan dalam penerapan IPE. Dukungan dari institusi, kepemimpinan, dan
lingkungan Pendidikan yang kondusif merupakan faktor pendukung terlaksananya IPE di
institusi Pendidikan.

Tenaga kesehatan adalah professional dengan berbagai keterampilan dalam memberikan


pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berfokus pada kesehatan pasien. Di era globalisasi
ini, tenaga kesehatan dituntut untuk menyediakan layanan kesehatan yang prima dan
berkualitas. Sistem kesehatan di seluruh dunia saat ini sedang mengalami kondisi krisis.
Distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata berdampak terhadap layanan kesehatan yang
terfragmentasi. Kondisi ini menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan akan layanan
kesehatan di daerah-daerah tertentu. Pemerintah di seluruh dunia mencari solusi inovatif dan
transformasi sistem yang akan memastikan pasokan, pemerataan, dan distribusi tenaga kerja
kesehatan yang sesuai. Salah satu solusi yang menjanjikan adalah penerapan kolaborasi
interprofesional. Menurut Canadian Interprofessional Health Collaborative kolaborasi
interprofesi terjadi ketika professional kesehatan bekerjasama dengan rekan kerja, profesilain,
pasien dan dengan keluarga mereka. Membuktikan bahwa praktik kolaborasi yang efektif
antar profesi kesehatan dapat mengoptimalkan layanan kesehatan, memperkuat system
kesehatan dan meningkatkan outcomes kesehatan . Praktik kolaborasi juga dapat mengurangi
jumlah komplikasi, lama rawat inap, konflik antara tim kesehatan, dan angka kematian. Tidak
adanya kolaborasi yang baik di antara petugas kesehatan akan memiliki dampak negative pada
pasien, pemborosan sumber daya dan penurunan kepuasan kerja. Keterampilan komunikasi
sebagai bagian dari praktik kolaborasi juga memainkan peran penting untuk menghasilkan
pelayanan berkualitas . Salah satu masalah komunikasi yang dapat ditemukan dalam praktek
klinis adalah pekerjaan yang tumpang tindih dalam tim interprofessional yang disebabkan oleh
komunikasi yang tidak efektif di antara anggota tim yang kemudian mempengaruhi outcome
pasien, Komisi gabungan (JCAHO) melaporkan bahwa dua pertiga dari insiden kesalahan
medis disebabkan oleh komunikasi yang buruk antara tenaga kesehatan. Temuan ini
menunjukkan betapa pentingnya implementasi kolaborasi di antara petugas kesehatan untuk
meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Namun, praktik kolaborasi dengan mudah terjadi.
Diperlukan proses untuk membuat petugas kesehatan mampu bekerja dalam tim dan
berkomunikasi secara efektif.

A. Interprofessional Education (IPE)


1. Pengertian IPE
Interprofessional education (IPE) adalah metodepembelajaran yang interaktif, berbasis
kelompok, yang dilakukan dengan menciptakan suasana belajar berkolaborasi untuk
mewujudkan praktik yang berkolaborasi, dan juga untuk menyampaikan pemahaman
mengenai interpersonal, kelompok, organisasi dan hubungan antar organisasi sebagai
proses profesionalisasi (Royal College of Nursing, 2006). IPE dapat terjadi ketika dua atau
lebih mahasiswa dari program studi kesehatan yang berbeda belajar bersama yang
bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dan kualitas pelayanan kesehatan (CAIPE, 2002).
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa di dalam dunia kesehatan,
IPE dapat terwujud apabila para mahasiswa dari berbagai program studi di bidang
kesehatan serta disiplin ilmu terkait berdiskusi bersama mengenai konsep pelayanan
kesehatan dan bagaimana kualitasnya dapat ditingkatkan demi kepentingan masyarakat
luas. Secara spesifik, 10 IPE dapat dimanfaatkan untuk membahas isu-isu kesehatan
maupun kasus tertentu yang terjadi di masyarakat supaya melalui diskusi interprofesional
tersebut ditemukan solusi-solusi yang tepat dan dapat diaplikasikan secara efektif dan
efisien. Penerapan IPE diharapkan dapat membuka mata masing-masing profesi, untuk
menyadari bahwa dalam proses pelayanan kesehatan, seorang pasien menjadi sehat bukan
karena jasa dari salah satu profesi saja, melainkan merupakan konstribusi dari tiap profesi
yang secara terintegrasi melakukan asuhan kesehatan (HPEQProject, 2011).

2. Manfaat IPE untuk Perkembangan Dunia Kesehatan


IPE memegang peranan penting yaitu sebagai jembatan agar di suatu negara
collaborative practice dapat dilaksanakan. IPE berdampak pada peningkatan apresiasi siswa
dan pemahaman tentang peran, tanggung jawab, dan untuk mengarahkan siswa supaya
berpikir kritis dan menumbuhkan sikap profesional (Galle &Rolelei, 2010). World Health
Organization (2010) menyajikan hasil penelitian di 42 negara tentang dampak dari
penerapan collaborative practice dalam dunia kesehatan. Hasil dari penelitian ternyata
sangat menjanjikan bukan hanya bagi negara terkait, namun juga apabila digunakan di
negara-negara lain. Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa collaborative practice
dapat meningkatkan:

1. Keterjangkauan serta koordinasi layanan kesehatan


2. Penggunaan sumber daya klinis spesifik yang sesuai
3. Outcome kesehatan bagi penyakit kronis
4. Pelayanan serta keselamatan pasien. 12 Disamping itu, collaborative practice dapat
menurunkan :
a. Total komplikasi yang dialami pasien
b. Jangka waktu rawat inap
c. Ketegangan dan konflik di antara pemberi layanan (caregivers)
d. Biaya rumah sakit, 5) rata-rata clinical error, dan 6) rata-rata jumlah
kematian pasien (WHO, 2010)
3. Kompetensi IPE
Proses pembelajaran IPE membutuhka npengajar (dosen) yang memiliki kompetensi
pembelajaran IPE. 14 Freeth et al. (2005) mengungkapkan kompetensi dosen atau
fasilitator IPE antara lain adalah
1. Sebuah komitmen terhadap pembelajaran dan praktik interprofesional,
2. Kepercayaan dalam hubungan pada focus tertentu dari pembelajaran interprofesional
dimana staf pendidik berkontribusi
3. Model peran yang positif
4. Pemahaman yang dalam terhadap metode pembelajaran interaktif dan percaya diri
dalam menerapkannya
5. Kepercayaan dan fleksibilitas untuk menggunakan perbedaan profesi secara kreatif
dalam kelompok
6. Menghargai perbedaan dan kontribusi unik dari masing-masing anggota kelompok
7. Menyesuaikan kebutuhan individu dengan kebutuhan kelompoK
8. Meyakinkan dan memiliki selera humor dalam menghadapi kesulitan. Kompetensi yang
diharapkan dimiliki oleh mahasiswa dengan metode pembelajaran IPE adalah
kemampuan untuk mengembangkan kompetensi yang diperlukan untuk berkolaborasi.
Barr (1998) menjelaskan kompetensi kolaborasi yaitu
i. Memahami peran, tanggung jawab dan kompetensi profesi lain dengan jelas
ii. Bekerja dengan profesi lain untuk memecahkan konflik dalam memutuskan
perawatan dan pengobatan pasien
iii. Bekerja dengan profesi lain untuk mengkaji, merencanakan, dan memantau
perawatan pasien
iv. Menoleransi perbedaan, kesalah pahaman dan kekurangan profesi 15 lain
v. Memfasilitasi pertemuan interprofesional
vi. Memasuki hubungan saling tergantung dengan profesi kesehatan lain
American College of Clinical Pharmacy (ACCP) (2009) membagi kompetensi untuk
IPE terdiri atas empat bagian yaitu pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kemampuan tim.

4. Pendekatan Pembelajaran IPE


Tidak ada satu pun metode penerapan IPE yang menjadi pilihan utama, metode
pembelajaran IPE dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta
didik dan bagaimana cara dosen untuk menjaga perhatian peserta didik terhadap pelajaran.
Metode-metode balajar yang ada dapat saling memperkuat, tidak berdiri sendiri.
Pendekatan belajar-mengajar yang dapat diterapkan dalam IPE yaitu exchange-based
learning, action-based learning, practice-based learning, simulation-based learning,
observation-based learning, dan e-based learning (Sedyowinarsodkk., 2011).
5. Hambatan IPE
Hambatan ini terdapat dalam berbagai tingkatan dan terdapat pada pengorganisasian,
pelaksanaan, komunikasi, budaya ataupun sikap. Sangat penting untuk mengatasi
hambatan-hambatan ini sebagai persiapan mahasiswa dan praktisi profesi kesehatan yang
lebih baik demi praktik kolaborasi hingga 16 perubahan system pelayanan kesehatan
(Sedyowinarso, dkk., 2012). Hambatan-hambatan yang mungkin muncul adalah
penanggalan akademik, peraturan akademik, struktur penghargaan akademik, lahan praktek
klinik, masalah komunikasi, bagian kedisiplinan, bagian profesional, evaluasi,
pengembangan pengajar, sumber keuangan, jarak geografis, kekurangan pengajar
interdisipliner, kepemimpinan dan dukungan administrasi, tingkat persiapan peserta didik,
logistik, kekuatan pengaturan, promosi, perhatian dan penghargaan, resistensi perubahan,
beasiswa, system penggajian, dan komitmen terhadap waktu (ACCP, 2009).

B. Interprofessional Calaboration (IPC)


1. Pengertian IPC
Inter professional calaboration (IPC) adalah kerjasama antara profesi kesehatan dengan
latar pendidikan berbeda menjadi satu tim berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang efektif (WHO, 2010). IPC menurut Institute of Medicine (IOM)
bekerjasama efektif dalam tim memegang peranan utama dalam perbaikan sistem
organisasi pemberian pelayanan berfokus pada pasien (Patient Cantared Care), karna lebih
aman, efektif dan efisien. IPC merupakan strategi dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
Strategi IPC bertujuan untuk patient safety, kekurangan SDM, dan mengubah sistem
perawatan kesehatan yang lebih efektif (National Research Council 2000). Rumah sakit
sebagai institusi yang memberikan pelayanan kesehatanyang menyediakan pelayanan
melalui rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan yang paripurna
menurut UU nomor 44 tahun 2009 pasal 1 ayat 3 adalah pelayanan yang meliputi
pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan kesehatan yang diberikan
di rumah sakitdilakukan oleh berbagai profesi tenaga kesehatan. Berbagai profesi yang
terlibat dalam pelayanan kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga
keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik,
tenaga keteknisian medis dan teknik biomedika (UU Nomor 36 tahun 2014).
IPC yang tidak baik aka memberikan dampak yang tidak baik bagi pihak Rumah Sakit,
staf dan pasien sebagai penerima pelayanan. Adapun dampak yang ditimbukan adalah
semakin meningkatnya ketidak puasan hingga maraknya tuntutan pasien atau keluarga
pasien. Kolaborasi yang baik akan menghasilkan outcom yang baik terutama pada PCC.
Outcome yang dihasilkan pada IPC terhadap PCC akan baik jika PPA (perawat, dokter,
apoteker dan ahli gizi) melaksanakan proses IPC secara efektif. Dimana menurut Orchard
et al., (2018), bahwa praktek IPC dibagi 4 dimensi dalam Assessment of Interprofessional
Partnerships merupakan jenis hubungan kerja yang dilandasi hukum antara dua atau
lebih orang, Cooperation adalah usaha yang dilakukan bersama antara individu atau
kelompok manusia untuk mencapai tujuan persama dalam organisasi, Coordination
merupakan sinkronisasi upaya anggota kelompok dalam memberikan kesatuan pendapat
dan tindakan dalam pencapaian tujuan organisasi, dan Shared Decision Making atau dalam
pengambilan keputusan secara bersama merupakan sebuah proses dalam semua pihak yang
bekerja sama dalam mengeksplorasi pendapat yang relevan. Dimensi IPC ini sangat perlu
diperhatikan dan dijalankan oleh rumah sakit.

2. Cara meningkatkan IPC

Kerjasama dan kolaborasi yang baik antar profesi kesehatan sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan kepuasan pasien dalam melakukan pelayanan kesehatan. Dalam
melakukanpeningkatan IPC dapat dilakukan dengan carayaitu peningkatan komunikasi
yang efektif. Dengan komunikasi yang efektif sehingga para tenaga kesehatan dapat
melakukan tindakan pelayanan kesehatan yang aman dan efektif.

3. Manfaat IPC

IPC menjadi hal yang penting untuk setiap tenaga kesehatan dikarenakan dengan
adanya interprofesional collaboration makasemua tenaga kesehatan yang ada di rumah
sakit dapat menjalin komunikasi yang baik sehingga dengan terlajinnya kolaborasi yang
baik maka dapat meningkatkan keselamatan dan kesehatan pasien.
C. Tujuan Interprofesional Education & Colaboration

Tujuan IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana melibatkan berbagai
profesi dalam pembelajaran tentang bagaimana bekerjasama dengan memberikan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk berkolaborasi secara efektif
(Vangen, 2003). Implementasi IPE di bidang kesehatan dilaksanakan kepada mahasiswa
dengan tujuan untuk menanamkan kompetensi-kompetensi IPE sejak dini dengan retensi
bertahap, sehingga ketika mahasiswa berada di lapangan diharapkan dapat mengutamakan
keselamatan pasien dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bersama profesi
kesehatan yang lain (Kumar, 1996).

Frame work for Action on Interprofessional Education & Collaborative Practice,


WHO (2010) menjelaskan IPE berpotensi menghasilkan berbagai manfaat dalam beberapa
aspek yaitu kerjasama tim meliputi mampu untuk menjadi pemimpin tim dan anggota tim,
mengetahui hambatan untuk kerja sama tim; peran dan tanggung jawab meliputi
pemahaman peran sendiri, tanggung jawab dan keahlian, dan orang-orang dari jenis
petugas kesehatan lain; komunikasi meliputi pengekspresikan pendapat seseorang
kompeten untuk rekan, mendengarkan anggota tim; belajar dan refleksi kritis meliputi
cermin kritis pada hubungan sendiri dalam tim, mentransfer IPE untuk pengaturan kerja;
hubungan dengan pasien, dan mengakui kebutuhan pasien meliputi bekerja sama dalam
kepentingan terbaik dari pasien, terlibat dengan pasien, keluarga mereka, penjaga dan
masyarakat sebagai mitra dalam manajemen perawatan; praktek etis meliputi pemahaman
pandangan stereotip dari petugas kesehatan lain yang dimiliki oleh diri dan orang lain,
mengakui bahwa setiap tenaga kesehatan memiliki pandangan yang sama-sama sah dan
penting (WHO, 2010).

Bridges menjabarkan kompetensi kolaborasi, yaitu:

1. Memahami peran, tanggung jawab dan kompetensi profesi lain dengan jelas,
2. Bekerja dengan profesi lain untuk memecahkan konflik dalam memutuskan perawatan
dan pengobatan pasien,
3. Bekerja dengan profesi lain untuk mengkaji, merencanakan, dan memantau perawatan
pasien,
4. Menoleransi perbedaan, kesalahpahaman dan kekurangan profesi lain,
5. Memfasilitasi pertemuan interprofessional, dan
6. Memasuki hubungan saling tergantung dengan profesi kesehatan lain.

Adapun tujuan Interprofessional collaboration (IPC) sebagai wadah dalam upaya


mewujudkan praktik kolaborasi yang efektif antar profesi. Terkait hal itu maka perlu
diadakannya praktik kolaborasi dengan profesi lainnya. IPC merupakan wadah kolaborasi
efektif untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada pasien yang didalamnya
terdapat profesi tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat, farmasi, ahli gizi, dan
fisioterapi (HealthProfessional Education Quality(HPEQ), 2011).
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Interprofessional calaboration (IPC) adalah kerjasama antara profesi kesehatan dengan
latar pendidikan berbeda menjadi satu tim berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang efektif.IPC menurut Institute of Medicine (IOM) bekerjasama
efektif dalam tim memegang peranan utama dalam perbaikan sistem organisasi
pemberian pelayanan berfokus pada pasien (Patient Cantared Care), karna lebih aman,
efektif dan efisien. IPC merupakan strategi dalam meningkatkan kualitas pelayanan.

Interprofessional education (IPE) telah dimulai di beberapa negara maju seperti


Kanada, Inggris, Amerika, dan Australia sejak 53 tahun yang lalu. Penerapan IPE dalam
kurikulum pendidikan kesehatan telah terbukti memberikan dampak positif terhadap
peningkatan keterampilan komunikasi dan teamwork dari tenaga kesehatan.
menggunakan kata kunci seperti interprofessional education, curriculum, midwifery, dan
maternity care.Tujuan IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana melibatkan
berbagai profesi dalam pembelajaran tentang bagaimana bekerjasama dengan
memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk berkolaborasi
secara efektif.

2. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya
DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/335150491_INTERPROFESIONAL_EDUCATION_I
PE_DALAM_KURIKULUM_PENDIDIKAN_KESEHATAN_SEBAGAI_STRATEGI_PENIN
GKATAN_KUALITAS_PELAYANAN_MATERNITAS

majalah.farmasetika.com

file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/INTERPROFESIONAL%20COLABORATION%20
SEBAGAI%20WADAH%20DALAM%20UPAYA%20MENINGKATKAN%20KESELAMAT
AN%20PASIEN.pdf
Interprofessional education dan
interprofessional colaboration
Adlina aipa (2011312054)
Fadiatul Rahma (2011311032)
Fajrin Nurhasni (2011312048)
Febmiyana ermisam putri (2011313012)
Febri ayu nazila (2011313006)
Putri Ayu Naibaho (2011311005)
Rahmah Fauziah (2011312075)
Rissa mahfuza (2011312042)
Rani Zul Yuliartha Rizky (2011312060)
siti maharani (20113130277)
Interprofessional education (IPE)
a. Defenisi
b. Manfaat IPE untuk Perkembangan Dunia
Interprofessional education (IPE) adalah Kesehatan
metode pembelajaran yang interaktif, berbasis
1)Keterjangkauan serta koordinasi layanan
kelompok, yang dilakukan dengan menciptakan
kesehatan
suasana belajar berkolaborasi untuk
mewujudkan praktik yang berkolaborasi, dan 2) Penggunaan sumber daya klinis spesifik
juga untuk menyampaikan pemahaman yang sesuai
mengenai interpersonal, kelompok, organisasi 3) Outcome kesehatan bagi penyakit kronis,
dan hubungan antar organisasi sebagai proses dan
profesionalisasi.
4) pelayanan serta keselamatan pasien.

c. Pendekatan Pembelajaran IPE


Tidak ada satu pun metode penerapan IPE yang menjadi pilihan utama, metode pembelajaran IPE
dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik dan bagaimana cara
dosen untuk menjaga perhatian peserta didik terhadap pelajaran. Metode-metode balajar yang ada
dapat saling memperkuat, tidak berdiri sendiri.

2
d. Hambatan IPE

Hambatan ini terdapat dalam berbagai tingkatan dan terdapat pada pengorganisasian, pelaksanaan,
komunikasi, budaya ataupun sikap. Sangat penting untuk mengatasi hambatan-hambatan ini sebagai
persiapan mahasiswa dan praktisi profesi kesehatan yang lebih baik demi praktik kolaborasi hingga 16
perubahan system pelayanan kesehatan (Sedyowinarso, dkk., 2012).

e. Kompetensi IPE
﹡ Proses pembelajaran IPE membutuhka npengajar (dosen) yang memiliki kompetensi pembelajaran
IPE. 14 Freeth et al. (2005) mengungkapkan kompetensi dosen atau fasilitator IPE antara lain
adalah
1. Sebuah komitmen terhadap pembelajaran dan praktik interprofesional,
2. Kepercayaan dalam hubungan pada focus tertentu dari pembelajaran interprofesional dimana
staf pendidik berkontribusi
3. Model peran yang positif
4. Pemahaman yang dalam terhadap metode pembelajaran interaktif dan percaya diri dalam
menerapkannya
5. Kepercayaan dan fleksibilitas untuk menggunakan perbedaan profesi secara kreatif dalam
kelompok
6. Menghargai perbedaan dan kontribusi unik dari masing-masing anggota kelompok
7. Menyesuaikan kebutuhan individu dengan kebutuhan kelompok
8. Meyakinkan dan memiliki selera humor dalam menghadapi kesulitan.
3
f. Tujuan Interprofesional Education

Tujuan IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana melibatkan berbagai profesi
dalam pembelajaran tentang bagaimana bekerjasama dengan memberikan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk berkolaborasi secara efektif (Vangen, 2003).
Implementasi IPE di bidang kesehatan dilaksanakan kepada mahasiswa dengan tujuan untuk
menanamkan kompetensi-kompetensi IPE sejak dini dengan retensi bertahap, sehingga ketika
mahasiswa berada di lapangan diharapkan dapat mengutamakan keselamatan pasien dan
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bersama profesi kesehatan yang lain (Kumar,
1996).

4
Interprofessional colaboration
(IPC)
1. pengertian IPC
Interprofessional calaboration (IPC) adalah kerjasama antara
profesi kesehatan dengan latar pendidikan berbeda menjadi satu tim
berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
yang efektif (WHO, 2010). IPC menurut Institute of Medicine
(IOM) bekerjasama efektif dalam tim memegang peranan utama
dalam perbaikan sistem organisasi pemberian pelayanan berfokus
pada pasien (Patient Cantared Care), karna lebih aman, efektif dan
efisien. IPC merupakan strategi dalam meningkatkan kualitas
pelayanan. Strategi IPC bertujuan untuk patient safety, kekurangan
SDM, dan mengubah sistem perawatan kesehatan yang lebih
efektif (National Research Council 2000). IPC yang tidak baik aka
memberikan dampak yang tidak baik bagi pihak Rumah Sakit, staf
dan pasien sebagai penerima pelayanan. Adapun dampak yang
ditimbukan adalah semakin meningkatnya ketidak puasan hingga
maraknya tuntutan pasien atau keluarga pasien.
2. Cara meningkatkan IPC
Kerjasama dan kolaborasi yang baik antar profesi kesehatan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
kepuasan pasien dalam melakukan pelayanan kesehatan. Dalam melakukanpeningkatan IPC dapat
dilakukan dengan carayaitu peningkatan komunikasi yang efektif. Dengan komunikasi yang efektif
sehingga para tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan pelayanan kesehatan yang aman dan efektif.

3. Manfaat IPC
IPC menjadi hal yang penting untuk setiap tenaga kesehatan dikarenakan dengan adanya interprofesional
collaboration makasemua tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit dapat menjalin komunikasi yang baik
sehingga dengan terlajinnya kolaborasi yang baik maka dapat meningkatkan keselamatan dan kesehatan
pasien.

4. Tujuan IPC
Adapun tujuan Interprofessional collaboration (IPC) sebagai wadah dalam upaya mewujudkan praktik
kolaborasi yang efektif antar profesi. Terkait hal itu maka perlu diadakannya praktik kolaborasi dengan
profesi lainnya. IPC merupakan wadah kolaborasi efektif untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada
pasien yang didalamnya terdapat profesi tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat, farmasi, ahli gizi, dan
fisioterapi (HealthProfessional Education Quality(HPEQ), 2011).

6
Bridges menjabarkan Kompetensi kolaborasi, yaitu:
1. Memahami peran, tanggung jawab dan kompetensi profesi lain dengan jelas,
2. Bekerja dengan profesi lain untuk memecahkan konflik dalam memutuskan
perawatan dan pengobatan pasien,
3. Bekerja dengan profesi lain untuk mengkaji, merencanakan, dan memantau
perawatan pasien,
4. Menoleransi perbedaan, kesalahpahaman dan kekurangan profesi lain,
5. Memfasilitasi pertemuan interprofessional, dan
6. Memasuki hubungan saling tergantung dengan profesi kesehatan lain.

7
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai