Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok : 5 ( Lima )
Kelas : A 2020 1
Anggota kelompok :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hanturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak
nikmat,taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Etno Medicine/Farmakologi dan Dilema Teknologi (IPTEK) dalam Perspektif
Transkultural” dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.
Kami sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing Psikososial dan Budaya
dalam Keperawatan yaitu Veny Elita, S.Kp., MN (MH) dan semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan
sarandari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 23
B. Saran ............................................................................................................................... 24
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etnomedicine, istilah kontemporer untuk kelompok pengetahuan luas yang
berasal dari rasa ingin tahu dan metode-metode penelitian yang digunakan untuk
menambah pengetahuan itu, menarik minat ahli-ahli antropologi, baik dari alasan
teoritis maupun alasan praktis. Etnomedicine yang berkenaan dengan kausalitas,
menemukan bahwa hanya ada sedikit sekali kerangka kognitif pada masyarakat non
barat yang penting untuk menjelaskan tentang adanya penyakit (desease), ditemukan
bahwa suatu bagian atas dua telah cukup untuk membedakan kategori kategori besar,
atau system system. Usul Foster dan Anderson adalah menyebut pembagian atas dua
itu dengan istilah personalistik dan naturalistic.
4
tumbuhan (herbalmedicine) dan obat-obat yang berbahan dari binatang
(animalmedicine).
Dilema IPTEK dalam ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar
untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Etno Medicine/Farmakologi dalam Perspektif Transkultural?
2. Bagaimana tradisi dalam Etno Farmakologi?
3. Apa saja prinsip Etno Medicine/Farmakologi dalam Perspektif Transkultural?
4. Bagaimana peran Etno Medicine/Farmakologi dalam Perspektif Transkultural?
5. Apa itu dilema IPTEK dalam perspektif trankultural?
6. Apa arti dilema IPTEK dalam perspektif transkultural Nursing?
7. Apa saja jenis-jenis kecenderungan dilema IPTEK dalam perspektif trankultural?
8. Apa penyebab dilema IPTEK dalam perspektif trankultural?
9. Bagaimana gambaran masyarkat dengan kasus dilema IPTEK dalam perspektif
trankultural?
10. Bagaimana contoh-contoh perilaku masyarakat yang berhubungan dengan
penolakan IPTEK dalam keperawatan transcultural?
11. Bagaimana memecahkan masalah yang berhubungan dengan dilema IPTEK?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Etno Medicine/Farmakologi dalam Perspektif
Transkultural
2. Untuk Mengetahui Tradisi dalam Etno Farmakologi
3. Untuk Mengetahui Prinsip Etno Medicine/Farmakologi dalam Perspektif
Transkultural
4. Untuk Mengetahui Peran Etno Medicine/Farmakologi dalam Perspektif
Transkultural
5. Untuk Mengetahui definisi dilema IPTEK dalam perspektif trankultural
6. Untuk Mengetahui arti dilema IPTEK dalam perspektif transkultural Nursing
5
7. Untuk Mengetahui jenis-jenis kecenderungan dilema IPTEK dalam perspektif
trankultural
8. Untuk Mengetahui penyebab dilema IPTEK dalam perspektif trankultural
9. Untuk mengetahui Gambaran masyarkat dengan kasus dilema IPTEK dalam
perspektif trankultural
10. Untuk Mendiskripsikan contoh-contoh perilaku masyarakat yang berhubungan
dengan penolakan IPTEK dalam keperawatan transcultural
11. Untuk Memecahkan masalah yng berhubungan dengan dilema IPTEK
6
BAB II
PEMBAHASAN
Etnomedisin secara etimologi berasal dari kata Ethno (Etnis) dan Medicine (Obat). Hal
ini menunjukan bahwa Etnomedisin sedikitnya berhubungan dengan dua hal yaitu etnis dan
obat. Secara ilmiah dinyatakan bahwa etnomedisin merupakan presepsi dan konsepsi
masyarakat lokal dalam memahami kesehatan atau studi yang mempelajari sistem medis etnis
tradisional. (Bhasin, 2017;Daval 2009)
7
Berdasarkan catatan WHO, IUCN dan WWF lebih dari 20.000 spesies tumbuhan obat
yang digunakan oleh 80 % penduduk seluruh dunia(WHO, 2005). Sampai tahun 2001,
laboratorium Konservasi Tumbuhan, Fakultas Kehutanan IPB telah mendata dari berbagai
laporan penelitian dan literatur tidak kurang dari 2039 spesies tumbuhan obat yang berasal
dari hutan Indonesia (Zuhud, 2009).
Salah satu ciri budaya masyarakat di negara berkembang adalah masih dominannya
unsur-unsur tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan ini didukung oleh
keanekaragaman hayati yang terhimpun dalam berbagai tipe ekosistem yang pemanfaatannya
telah mengalami sejarah panjang sebagai bagian dari kebudayaan. Salah satu aktivitas
tersebut adalah penggunaan tumbuhan sebagai bahan obat oleh berbagai suku bangsa atau
sekelompok masyarakat yang tinggal di pedalaman. Tradisi pengobatan suatu masyarakat
tidak terlepas dari kaitan budaya setempat. Persepsi mengenai konsep sakit, sehat, dan
keragaman jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional terbentuk melalui suatu
proses sosialisasi yang secara turun temurun dipercaya dan diyakini kebenarannya
(Sosrokusumo P, 1989).
Sama halnya daerah-daerah lain di Indonesia, Contoh nya Bantul ( Jawa tengah )
memiliki sumber daya alam melimpah yang dapat digunakan oleh masyarakat, sumber daya
tersebut diantaranya meliputi tumbuhan tanaman obat baik dengan sengaja dibudidayakan
oleh masyarakat maupun tumbuh secara bebas di alam. Masyarakat Bantul telah mengenal
pemanfaatan tumbuhan untuk kebutuhan sehari-hari. Tumbuh-tumbuhan yang berada pada
daerah tersebut diantaranya dijadikan sebagai makanan dan berbagai macam barang olahan
konsumsi lainnya serta berbagai macam bahan obat-obatan oleh masyarakat.
Tanaman obat yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Bantul Diantaranya
adalah Temulawak, kunyit , kencur, pucuk kates, temu hitam , kunyit asam dan kayu lawang.
Tempe busuk yang dianggap masyarakat Bantul sebagai antikanker. Pucuk kates,
temulawak, temu hitam , kayu lawang dan kunyit di percaya masyarakat Bantul untuk
diberikan kepada ibu yang menyusui agar air susu nya banyak dan kental. Masyarakat bantul
jugk memberikan kunyit asam untuk wanita sebelum dan sesudah menstruasi. Masyarkat
Bantul jugk meracik pilis untuk diletakkan di jidat ibu yang baru melahirkan . Bahan-bahan
pilis diantaranya kencur, kunyit, mint, kenanga dan ghanti.
Sementara itu jika dilihat dari cara pengolahan tanaman obat maka sebagian besar adalah
dengan cara ditumbuk. Untuk pengobatan luar masyarakat memilih cara dengan ditumbuk
dan ditempelkan pada bagian yang sakit . Untuk pengobatan dalam, masyarakat Bantul
mengolah tanaman obat dengan dua cara, yaitu direbus dan diseduh atau hanya dicuci dengan
air bersih kemudian diremas untuk diambil sarinya. Pemanfaatan tanaman obat untuk
pengobatan pada umumnya menggunakan komposisi tanamannya tunggal. Pada dasarnya
pemakaian tumbuhan obat oleh masyarakat bersifat sederhana, hanya bersumber dari
pengalaman dan informasi orang tua terdahulu. Praktek pengobatannya juga tidak diketahui
dosis yang tepat, tetapi yang terpenting adalah mengolah tumbuhan sehingga bisa dipakai
untuk pengobatan. Pengobatan yang dilakuakn oleh masyarakat dikategorikan menjadi 2
jenis, yaitu pengobatan untuk penyakit luar dan pengobatan untuk penyakit dalam.
8
Pengobatan luar adalah segala sesuatu pengobatan yang berhubungan dengan bagian luar
tubuh manusia seperti, penyakit kulit, sakit gigi, mata, dan luka. Sementara penyakit dalam
adalah pengobatan yang memakan dan meminum olahan dari tumbuhan obat (S. Hidayat et
al., 2010). Pengobatan dalam seperti demam, hipertensi, diare, kencing manis,cacingan, tukak
lambung dll).
juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan.
intervensi suatu agent aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia hantu, roh,
leluhur atau roh jahat, atau makhluk manusia tukang sihir, tukang tenung.
Mengenai etiologi atau asal usul satu penyakit ini ditemukan beberapa pendapat.
Sebagian besar pendapat-pendapat tersebut juga mendasarkan perhitungannya dengan dasar
hari dan pasaran saat datangnya penyakit. Etiologi penyakit menurut primbon ini dapat
dikatakan sebagai salah satu bentuk “diagnose penyakit” yang disesuaikan dengan pandangan
dan kondisi zaman primbon tersebut pertama kali ditulis.
Berdasarkan hari dimulainya sakit, maka dapat ditentukan anggota badan yang
memulai sakit atau sebab penyakitnya, serta dapat menentukan tentang jenis-jenis penyakit
sebagaimana diuraikan dalam Kitab Primbon Betaljemur Adammakna (Tjakraningrat,
1991:228).
Secara teknis, pengobatan dalam tradisi Jawa Tengah yang terdapat dalam primbon
mengenal beberapa teknis pengobatan, teknis pengobatan itu disebut berdasarkan tempat
yang diberikan ramuan dan cara memberikannya.
Peracikan obat dikenal dua jenis, yaitu peracikan obat berdasarkan perhitungan waktu
dan peracikan obat berdasarkan tradisi. Peracikan obat berdasarkan perhitungan waktu
ditentukan saat datangnya penyakit atau hari lahir si sakit. Obat jenis ini bersifat ritual.
Peracikan obat berdasarkan tradisi ditentukan berdasarkan gejala penyakit yang tampak.
Peracikan obat berdasarkan tradisi dapat dibagi menjadi 4 golongan :
9
2. Wanita usada (pengobatan untuk masalah-masalah yang ada hubungannya dengan
masalah reproduksi kaum wanita)
3. Rarya usada (obat untuk penyakit anak-anak)
4. Triguna usada (obat untuk segala penyakit, baik untuk laki-laki, wanita, maupun
anak-anak)
Peran etno medicine dalam perspektif transkultural di budaya Jawa Tengah, sebagai berikut :
1. Sebagai penguji hubungan antara teori dan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
yang diwariskan dan dipelajari dari kehidupan. Informasi ini membentuk dasar dari
budaya pengobatan yang lazim atau pengobatan yang masuk akal yang biasa
digunakan untuk mengobati penyakit.
2. Sebagai penerjemah suatu penyakit, tidak hanya mengerti mengenai cara pengobatan
dari suatu budaya,melainkan untuk membandingkan ide antar budaya .
3. Sebagai bantuan dalam mencari senyawa baru untuk pengobatan yang memiliki efek
samping lebih kecil, serta digunakan untuk antisipasi munculnya penyakit baru.
lmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam
alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-
ilmudiperoleh dari keterbatasannya. Teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan
praktis; ilmu pengetahuan terapan atau dapat pula diterjemahkan sebagai keseluruhan sarana
untuk menyediakan barang-barang yg diperlukan bagi kelangsungandan kenyamanan hidup
manusia.
Sebagian beranggapan teknologi adalah barang atau sesuatu yang baru. Nilai budaya
yang berbeda melalui proses interaksi sosial, Transcultural Nursing merupakan suatu
area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai Nilai budaya (
nilai budaya yang berbeda, ras, yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan
asuhan keperawatankepada klien / pasien ). Menurut Leininger ( 1991 ).
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan
kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu- ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.Teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis; ilmu
pengetahuan terapan atau dapat pula diterjemahkan sebagai keseluruhan sarana untuk
10
menyediakan barang-barang yg diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup
manusia. Sebagian beranggapan teknologi adalah barang atau sesuatu yang baru.
Namun, teknologi itu telah berumur sangat panjang dan merupakan suatu gejala
kontemporer. Setiap zaman memiliki teknologinya sendiri. Bila ditinjau dari makna kata,
transkultural berasal dari kata trans dan culture, Trans berarti aluar perpindahan, jalan lintas
atau penghubung.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; trans berarti melintang,
melintas,menembus, melalui. Cultur berarti budaya.
Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi
target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio-psycho-social-spiritual. Oleh
karenanya, tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang komperhensif
sekaligus holistik.Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang
nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budayayang berupa norma, adat istiadat menjadi
acuan perilaku manusiadalam kehidupan dengan yang lain . Pola kehidupan yang
berlangsung lama dalam suatu tempat, selalu diulangi, membuat manusia terikatdalam proses
yang dijalaninya.
11
G. Jenis-Jenis Kecenderungan Dilema IPTEK Dalam Perspektif Trankultural
Seperti yang kita ketahui, teknologi kini telah merembes dalam kehidupan
kebanyakan manusia bahkan dari kalangan atas menengah kebawah sekalipun. Dimana
upaya tersebut merupakan cara atau jalan didalam mewujudkan kesejahteraan dan
peningkatan harkat martabat manusia. Kecenderungan dilema iptek dalam perspektif
transkultural salah satunya dipengaruhi oleh kepercayaan kuno dan praktik pengobatan.
Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana dan
pengetahuan tradisional.
Menurut orang Jawa, "sehat" adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan batin.
Bahkan, semua itu berakar pada batin. Jika" batin karep ragu nututi", artinya batin
berkehendak, raga/badan akan mengikuti. Sehat dalam konteks raga berarti "waras".
Masyarakat Jawa sebagian besar lebih mempercayai dukun atau "wong tuo" untuk
mengobati berbagai jenis penyakit yang dialaminya. Hal ini yang menjadi salah satu
penyebab mengapa masyarakat Jawa Tengah cenderung mengalami dilema iptek dalam
kesehatan.
Ada beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa yangmempunyai nama dan
fungsi masing-masing :
12
d. Dukun mantra : khusus menangani orang yang terkena penyakit karena
kemasukan roh halus.
e. Dukun hewan : khusus mengobati hewan.
Begitu pula penyakit badan dingin atau disebut “ndrodok” (menggigil, kedinginan),
penyembuhannya dengan minum jahe hangat atau melumuri tubuhnya dengan air garam dan
dihangatkan dekat api. Di samping itu juga banyak pengobatan yang dilakukan dengan
pemberian ramuan atau “dijamoni“. Jamu adalah ramuan dari berbagai macam tumbuhan atau
dedaunan yang dipaur, ditumbuk, setelah itu diminum atau dioleskan pada bagian yang sakit.
Nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial, Transcultural Nursing
merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan
nilai Nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda, ras, yang mempengaruhi padaseorang
perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada klien / pasien ).Beberapa faktor yang
ikut mempengaruhi dilemma iptek adalah :
Dalam tradisi Jawa Tengah, mitoni merupakan rangkaian upacara siklus hidup yang
sampai saat ini masih dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa. Kata mitoni berasal dari kata
„am‟ (awalan am menunjukkan kata kerja) + ‟7′ (pitu) yang berarti suatu kegiatan yang
dilakukan pada hitungan ke-7. Upacara mitoni ini merupakan suatu adat kebiasaan atau suatu
upacara yang dilakukan pada bulan ke-7 masa kehamilan pertama seorang perempuan dengan
tujuan agar embrio dalam kandungan dan ibu yang mengandung senantiasa memperoleh
keselamatan.
13
kelapa gading muda, memutus lawe atau lilitan benang/janur, memecahkan periuk dan
gayung, minum jamu sorongan, dan nyolong endhog, pada hakekatnya ialah upacara
peralihan yang dipercaya sebagai sarana untuk menghilangkan petaka, yaitu semacam inisiasi
yang menunjukkan bahwa upacara- upacara itu merupakan penghayatan unsur- unsur
kepercayaan lama. Selain itu, terdapat suatu aspek solidaritas primordial terutama adalah adat
istiadat yang secara turun temurun dilestarikan oleh kelompok sosialnya. Mengabaikan adat
istiadat akan mengakibatkan celaan dan nama buruk bagi keluarga yang bersangkutan di mata
kelompok sosial masyarakatnya.
Secara teknis, penyelenggaraan upacara ini dilaksanakan oleh dukun atau anggota
keluarga yang dianggap sebagai yang tertua. Kehadiran dukun ini lebih bersifat seremonial,
dalam arti mempersiapkan dan melaksanakan upacara- upacara kehamilan. Serangkaian
upacara yang diselenggarakan pada upacara mitoni adalah:
1. Sungkeman
2. Siraman
Air siraman adalah air yang berasal dari 7 sumber, misalnya dari rumah orang tua
istri, rumah orang tua suami, tetangga atau saudara lainnya. Pada air siraman juga terdapat
bunga 7 rupa. Setelah acara selesai, bagi tamu yang belum mempunyai keturunan bisa
mengambil air siraman yang belum terpakai, untuk digunakan sebagai air mandi (bisa dibawa
pulang). Diharapkan setelah menggunakan air tersebut, tamu tersebut bisa 'ketularan'
memiliki keturunan juga.
14
3. Pecah Telur
Setelah siraman, calon ayah melakukan upacara pecah telur. 1 butir telur ayam
kampung yang sebelumnya ditempelkan ke dahi dan perut calon ibu dan kemudian dibanting
ke lantai. Telur tersebut harus pecah, sebagai perlambang proses persalinan nanti dapat
berjalan dengan lancar tanpa aral melintang. Dari referensi yang say abaca, ada juga yang
dengan cara memasukkan telur tersebut ke dalam kain calon ibu.
4. Memutus Lawe/benang/janur
5. Brojolan
Yaitu memasukkan kelapa gading muda (kelapa cengkir) yang telah dilukis Kamajaya
dan Dewi Ratih. Calon ibu dipakaikan sarung (longgar saja). Bagian pinggir sarung, agar
tetap longgar, dipegang oleh kedua calon kakek, masing-masing di sebelah kiri dan kanan.
Kemudian sang calon ayah memasukkan satu kelapa cengkir tersebut dari atas, dan siap
diterima oleh salah satu calon nenek (misalnya diawali oleh calon nenek dari pihak calon
ibu). Hal ini dilakukan 3 kali berturut- turut. Setelah itu, diikuti dengan proses yang sama
dengan kelapa cengkir kedua, dan diterima oleh calon nenek lainnya (calon nenek dari
pihak calon ayah).
Calon nenek menerima kelapa tersebut sambil membawa selendang dan nenek
kemudian menggendong kelapa tersebut (seperti menggendong bayi) dan membawanya ke
kamar tidur. Kelapa tersebut kemudia ditidurkan di atas tempat tidur, seperti menidurkan
bayi. Makna simbolis dari upacara ini adalah agar kelak bayi lahir dengan mudah tanpa
kesulitan.
6. Pecah Kelapa
Selanjutnya, calon ayah mengambil salah satu kelapa tersebut. Mengambilnya dengan
dengan mata tertutup, sehingga ia tidak tahu kelapa yang melambangkan perempuan atau
laki-laki yang diambil. Kelapa diambil dan ditempatkan di area siraman, untuk kemudian
dipecahkan. Hal ini melambangkan perkiraan jenis kelamin calon bayi tersebut.
7. Ganti Busana
Setelah calon ibu dikeringkan dan ganti dengan pakaian kering, dilakukan acara
selanjutnya, yaitu upacara ganti busana. Akan terdapat 7 kali ganti pakaian, yang berupa ganti
kain dan kebaya. Kain dalam tujuh motif melambangkan kebaikan yang diharapkan bagi ibu
yang mengandung tujuh bulan dan bagi si anak kelak kalau sudah lahir. Kain yang digunakan
terdapat 7 macam dimulai dengan urutan dan makna sebagai berikut :
15
2. sidoluhur (melambangkan kemuliaan)
3. Parangkusuma (melambangkan perjuangan untuk tetap hidup),
4. Semen rama (melambangkan agar cinta kedua orangtua yang sebentar lagi
menjadi bapak-ibu tetap bertahan selama- lamanya/tidak terceraikan),
5. Udan riris (melambangkan harapan agar kehadiran dalam masyarakat anak
yang akan lahir selalu menyenangkan),
6. Cakar ayam (melambangkan agar anak yang akan lahir kelak dapat mandiri dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya).
7. Kain terakhir yang tercocok adalah kain dari bahan lurik bermotif lasem
(melambangkan kain yang walaupun sederhana tapi pembuatannya sulit,
membutuhkan kesabaran karena dibuatnya dari lembar per lembar benang.
Melambangkan kesederhanaan cinta kasih orang tua kepada anaknya). Pemakaian
kain dibantu oleh kedua calon nenek dan ditanggapi oleh keluarga atau tamu yang
hadir (pada 6 kain dan kebaya pertama) dengan “kurang cocok…” serta pada
kain terakhir (yang ke-7) dengan tanggapan “cocok”… Kain-kain yang
dipakaikan tadi, setelah diganti dengan kain berikutnya, diletakkan di bawah kaki
calon ibu, sehingga lama kelamaan menumpuk dan melingkari kaki calon ibu.
Setelah selesai dengan pakaian ke-7, calon ayah membantu mendudukkan
calon ibu di atas tumpukan kain tersebut, sehingga tampak seperti „ayam
mengerami telurnya‟, yang melambangkan sang calon ibu menjaga dan
memelihara calon bayi dalam kandungannya.
Selanjutnya adalah upacara jualan rujak dan cendol (dawet) oleh sang calon ayah
dan calon ibu. Calon ayah membawa payung untuk memayungi calon ibu saat berjualan,
sementara calon ibu membawa wadah untuk menampung uang hasil jualan tersebut. Uang
yang digunakan adalah uang koin yang terbuat dari tanah liat (kreweng). Sang calon ayah
menerima uang tersebut dari pembeli untuk dimasukkan dalam wadah tersebut dan sang
calon ibu melayani para pembeli.
Rujak yang merupakan rujak serut tersebut juga dibuat dari 7 macam buah-buahan.
Calon ibu yang meracik sendiri bumbu rujaknya, melambangkan apabila rasanya kurang
enak, anaknya adalah lelaki, dan sebaliknya.
9. Potong Tumpeng
Acara diakhiri dengan upacara potong tumpeng. Tumpeng yang juga merupakan
sesajen dalam upacara mitoni ini. Tumpeng isinya berupa tumpeng terbuat dari nasi, satu
tumpeng besar di tengah-tengah dan 6 tumpeng kecil di sekelilingnya, sehingga totalnya
berjumlah 7 buah tumpeng. Sajen tumpeng juga bermakna sebagai pemujaan pada arwah
leluhur yang sudah tiada.
Tumpeng dilengkapi minimal dengan: ikan, ayam (termasuk ayam goreng yang
dipotong dari ayam hidup (ayam yang dibeli dalam keadaan hidup)), perkedel, tahu dan
16
tempe serta sayur gudangan (urap) yang bermakna agar calon bayi selalu dalam keadaan
segar. Urap tersebut juga dibuat tanpa cabe (tidak pedas). Potong tumpeng dilakukan oleh
calon ayah dan diterima oleh calon ibu. Lalu keduanya melakukan upacara suap-suapan.
Selain itu, juga terdapat bubur 7 rupa. Bubur merah dan bubur putih dibuat dalam 2
wadah, yang satu bubur merah dan diberi sedikit bubur putih di tengahnya, dan
sebaliknya (melambangkan benih pria dan wanita yang bersatu dalam wujud bayi yang akan
lahir). Pada upacara mitoni ini,bubur 7 rupa dilengkapi dengan bubur candil, bubur sum-sum,
bubur ketan hitam, dan lain sebagainya.
Dipercaya merupakan fase di mana calon jabang bayi sudah mulai berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya melalui perantaraan sang ibu. Hubungan psikis antara
ibu dan anak pun sudah mulai terjalin erat mulai dari fase ini. Bagi masyarakat Jawa,
kehamilan adalah bagian dari siklus hidup seorang manusia. Oleh karena itu keberadaan si
calon jabang bayi selalu dirayakan oleh masyarakat Jawa dengan ritual yang bernama mitoni.
Mitoni sendiri berasal dari kata pitu atau tujuh. Hal itu karena mitoni diadakan ketika
usia kandungan masuk tujuh bulan. Ritual ini bertujuan agar calon bayi dan ibu selalu
mendapatkan keselamatan.
Ada beberapa rangkaian upacara yang dilakukan dalam mitoni, yaitu siraman sebagai
simbol, memasukkan telor ayam kampung ke dalam kain calon ibu oleh sang suami, ganti
busana, memasukkan kelapa gading muda, memutus lawe/lilitan benang/janur, memecahkan
periuk dan gayung, minum jamu sorongan, dan nyolong endhog (mencuri telur).
Rangkaian upacara itu dipercaya sebagai prosesi pengusiran marabahaya dan petaka
dari ibu dan calon bayinya. Ritual mitoni sarat dengan simbolisasi. Upacara siraman,
misalnya, adalah simbol pembersihan atas segala kejahatan dari bapak dan ibu si calon bayi.
Sedangkan memasukkan telur ayam kampong ke dalam kain calon ibu adalah perwujudan
dari harapan agar bayi bisa dilahirkan tanpa hambatan yang berarti. Memasukkan kelapa
gading muda ke dalam sarung dari perut atas calon ibu ke bawah adalah simbolisasi
agar tidak ada aral melintang yang menghalangi kelahiran si bayi. Setelah itu calon ibu
akan berganti pakaian dengan kain 7 motif. Para tamu diminta untuk memilih kain yang
paling cocok dengan calon ibu.
17
Untuk melakukan mitoni, harus dipilih hari yang benar-benar bagus dan membawa
berkah. Orang Jawa memiliki perhitungan khusus dalam menentukan hari baik dan hari yang
dianggap kurang baik. Selain itu, biasanya mitoni digelar pada siang atau sore hari.
Hari yang dianggap baik adalah Senin siang sampai malam serta Jumat siang sampai
Jumat malam. Mitoni tidak bisa dilakukan pada sembarang tempat. Dulu mitoni biasa
dilakukan di pasren atau tempat bagi para petani untuk memuja Dewi Sri, Dewi Kemakmuran
bagi para petani. Namun mengingat dewasa ini sangat jarang ditemui pasren, maka mitoni
dilakukan di ruang tengah atau ruang keluarga selama ruangan itu cukup besar untuk
menampung banyak tamu. Anggota keluarga yang tertua seringkali dipercaya untuk
memimpin pelaksanaan mitoni.
Setelah melakukan serangkaian upacara, para tamu yang hadir diajak untuk
memanjatkan doa bersama-sama demi keselamatan ibu dan calon bayinya. Tak lupa setelah
itu mereka akan diberi berkat untuk dibawa pulang. Berkat itu biasanya berisi nasi lengkap
beserta lauk pauknya.
1. Sajen tumpeng, maknanya adalah pemujaan (memule) pada arwah leluhur yang
sudah tiada. Para leluhur setelah tiada bertempat tinggal di tempat yang tinggi, di
gunung-gunung.
2. Sajen jenang abang, jenang putih, melambangkan benih pria dan wanita yang bersatu
dalam wujud bayi yang akan lahir.
3. Sajen berupa sega gudangan, mengandung makna agar calon bayi selalu dalam
keadaan segar.
4. Cengkir gading (kelapa muda yang berwarna kuning), yang diberi gambar Kamajaya
dan Dewi Ratih, mempunyai makna agar kelak kalau bayi lahir lelaki akan tampan
dan mempunyai sifat luhur Kamajaya. Kalau bayi lahir perempuan akan secantik dan
mempunyai sifat-sifat seluhur Dewi Ratih.
5. Benang lawe atau daun kelapa muda yang disebut janur yang dipotong, maknanya
adalah mematahkan segala bencana yang menghadang kelahiran bayi.
6. Kain dalam tujuh motif melambangkan kebaikan yang diharapkan bagi ibu yang
mengandung tujuh bulan dan bagi si anak kelak kalau sudah lahir.
7. Sajen dhawet mempunyai makna agar kelak bayiyang sedang dikandung
mudah kelahirannya.
8. Sajen berupa telur yang nantinya dipecah mengandung makna berupa ramalan, bahwa
kalau telur pecah maka bayi yang lahir perempuan, bila telur tidak pecah maka bayi
yang lahir nantinya adalah laki-laki.
18
J. Mendiskripsikan Contoh-Contoh Perilaku Masyarakat Yang Berhubungan
Dengan Penolakan IPTEK Dalam Keperawatan Transcultural
Dilema IPTEK dalam Transcultural adalah sebuah situasi sulit yang mengharuskan
seseorang menentukan pilihan dalam perbedaan budaya dan perkembangan teknologi yang
dianggap bertentangan dengan budaya dari masyarakat tersebut. Contoh kasusnya adalah
sebagai berikut.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah telah mengembangkan Sistem Informasi
Kesehatan yaitu SIK 5NG “Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng” yang dirancang agar
sistem pencatatan dan pelaporan kehamilan dapat dilakukan secara realtime sehingga dapat
memberikan data dan informasi yang akurat, relevan, dan tepat waktu bagi proses
pengambilan keputusan. Salah satu kabupaten yang telah memanfaatkan SIK 5NG adalah
Kabupaten Demak, namun belum maksimal dimanfaatkan oleh penggunanya yaitu Bidan
Desa. Tahap pengembangan SIK 5NG memerlukan evaluasi untuk perbaikan pengembangan
selanjutnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis evaluasi penerapan SIK 5NG di
wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Demak dengan metode TAM (Technology
Acceptance Model) dilihat dari persepsi kemudahan penggunaan, persepsi manfaat, sikap
penggunaan, niat perilaku penggunaan. , dan penggunaan sistem yang sebenarnya. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah
281 Bidan Desa yang bekerja di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Demak. Sampel
penelitian ini adalah 38 Bidan Desa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
Simple Random Sampling. Hasil penelitian menunjukkan masih terdapat beberapa
kekurangan pada setiap variabel, seperti bidan desa tidak mudah menggunakan SIK 5NG
dalam pencatatan dan pelaporan ibu hamil, tidak menggunakan SIK 5NG untuk menghitung
indikator pada program KIA, dan tidak menggunakan SIK 5NG untuk menghasilkan
informasi tentang ibu hamil. Salah satu alasan yang dikemukakan adalah seringnya
gangguan server sehingga sistem sulit untuk diakses. Oleh karena itu, disarankan bagi
bidan koordinator untuk mengevaluasi dan memantau bidan desa dalam memanfaatkan SIK
5NG mulai dari memasukkan data, menghitung indikator pada program KIA hingga
menghasilkan informasi tentang ibu hamil.
Sering kali penderita kanker bingung apakah harus kemo atau tidak, karena kemo
atau tidak, karena melihat efek samping yang berat dan apakah jika dengan herbal bisa
sembuh. Sering kali pertanyaan itu muncul ketika masih awal ingin melakukan pengobatan.
Dilemanya yang didapatkan pada masyarakat sebagai berikut : Apakah Saya Harus
Kemoterapi? Kita akan bahas dahulu apakah saya harus kemoterapi?
Itu yang menjadi pertanyaan pertanyaan jika kita menempuh jalan medis. Kasus
yang kita bicaraka bicarakan adalah kanker stadium 4 yang sudah menyebar jadi tidak
bisa dilakukan operasi. Untuk memutuskan harus kemoterapi atau tidak, berikut ini adalah
beberapa faktor yang perlu anda pikirk perlu anda pikirkan dulu:
1. Biaya.
19
Faktor biaya menjadi yang utama karena kemoterapi tidak murah apalagi jika anda
melakukannya diluar negeri.
2. Apakah penderita kanker mau?
Ini menjadi pertanyaan yang kedua karena kemauan dari penderita kanker sangat
penting untuk menunjang kesembuhannya. Jadi keputusan kemoterapi harus
keluar dari penderita kanker.
3. Biasanya muncul pertanyaan apakah fisik saya kuat.
Pertanyaan ini juga muncul jika penderita penderita kanker kurang percaya
percaya diri. Itulah tugas keluarga/teman untuk memberikan support.
Sering kali penderita kanker diberikan berbagai macam masukkan bisa dari teman
atau keluarga untuk minum ini dan itu. Padahal menurut sayasebaiknya harus ada tenaga ahli
untuk mengatasi perkembangan apakah bekerja atau tidak.
Obat herbal entah sudah diolah atau belum anda harus terus mendapatkannya agar
proses pengobatan bisa terus berlangsung.
Menurut kami 2 hal yang penting untuk memutuskan apakah anda harus
menggunakan herbal atau tidak. Pengalaman kami adalah kami tidak menemukan ahli tenaga
untuk herbal (sirsak atau manggis) jadi kami hanyamenggunakan berdasarkan informasi yang
tersebar di internet atau pendapatteman/keluarg a. Hal ini menjadi kurang efektif karena tidak
bisa terpantau dengan baik.
20
Bagaimana Bila Melakukan Kombinasi Kemoterapi dengan Herbal?
Yang ketiga adalah bagaimana jika kita melakukan kemoterapi secara bersamaan
dengan herbal, apakah mungkin? Pendapat diantara masyarakat adalah bisa mungkin bisa
tidak. Bisa, jika anda menggunakan herbal yang sudah dipatenkan sudah berbentuk kapsul
misalnya transfer factor. Bisa tidak, jika yanganda gunakan adalah obat herbal olahan sendiri
misalnya rebusan daun sirsak, dll.kenapa tidak bisa? Karena rasanya yang tidak enak dan
efek samping kemoterapi yaitu mual akan membuat semuanya kacau balau. Kacau balaunya
adalah karena mual jadi penderita kanker malas untuk minum obat herbal tersebut.Jika anda
menjalankannya secara bersamaan anda tidak tahu mana yang membawa efek positif atau
kesembuhan jadi anda akan bingung.
Setelah 2 bagian diatas kami berharap tips diatas dapat membantu andamemutuskan
antara kemoterapi atau herbal. Untuk lebih mematangkan pikirananda membandingkan kedua
pengobatan itu sebagai berikut ini:
21
Dari kedua tabel itu anda dapat melihat setiap pengobatan yang didapatkan kelebihan
dan kekurangannya masing-masing. Alangkah baik jika anda bisa menemukan dokter dan
herbalis yang mau kerja sama jadi anda bisa menggambungkan kedua pengobatan tersebut.
Kesimpulan
Itu adalah pengalaman masyarakat yang pernah mengalami, dalam mengambil
keputusan yang dilema antara kemoterapi atau herbal. Mereka yakin masalah ini akan terjadi
pada semua penderita kanker yang akan menjalani pengobatan.
22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Etnomedicine merupakan study mengenai praktek medis tradisional yang tidak
berasal dari medis modern, klasifikasi penyakit lebih dibatasi pada pengaruh penyakit dan
ditandai oleh variasi-variasi penyakit yang berbeda disetiap kebudayaannya, tetapi di
dalamnya etnomedicine meliputi prosedur magis, religius, mekanik dan kimia. Konsep
etnomedicine terbagi 2 yaitu konsep personalitik dan konsep naturalistic. Etnomedicine
merupakan sub bagian dari antropologi medis dan merupakan istilah kontemporer untuk
kelompok pengetahuan luas yang berasal dari rasa ingin tahu dan metode-metode penelitian
yang digunakan untuk menambah pengetahuan itu, menarik minat ahli-ahli antropologi, baik
dari alasan teoritis maupun alasan praktis.
Dalam adat jawa tengah, mereka lebih mempercayai tradisi saat calon ayah
mengambil salah satu kelapa tersebut. Mengambilnya dengan dengan mata tertutup, sehingga
ia tidak tahu kelapa yang melambangkan perempuan atau laki-laki yang diambil. Kelapa
diambil dan ditempatkan di area siraman, untuk kemudian dipecahkan. Hal ini
melambangkan perkiraan jenis kelamin calon bayi,daripada melakukan usg di rumah sakit.
23
B. SARAN
Saran kami sebaiknya kepercayaan dan pelaksanaan medis para warga masyarakat
tradisional mengenai kepercayaan medis pribumi dan pelaksanaan nya penting untuk
perencanaan dan program kesehatan dalam pengadaan program kesehatan dan dalam
pengadaan pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat tradisional. Dan kepada
para pembaca kalau ingin lebih mengetahui tentang pembahasan ini bisa membaca buku yang
memuat tentang Etnomedicine.
Serta saran Perawat sebagai tenaga kesehatan di era modern hendaknya megetahui,
mampu menyelidiki dan meningkatkan pemahaman tentang ilmu teknologi terutama dalam
bidang kedokteran dan kesehatan agar perawat dapat menjadi mitra yang baik bgi para
dokter.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
http://transferfactorformula.com/kemoterapi-atau-herbal/
26