Suatu malam di ruang UGD RS. Ciremai, datanglah pasien yang mengalami
kecelakaan lalulintas yang beridentitas di seragam bertuliskan Nn. Ova Maylan. Nn. Ova
mengalami cedera pada tulang rusuk hingga membuat nafas tidak beraturan yang
menyebabkan Nn. Ova kritis dan tidak sadarkan diri, kebetulan malam itu yang berjaga
adalah Perawat Farika.
Setelah pasien langsung dibawa ke UGD dan mendapatkan pertolongan pertama, yang
di tangani oleh perawat Farika, Nn.Ova tetap tidak sadarkan diri dan diruang UGD Nn. Ova
hanya ditemani oleh Seorang Pria paruh baya yang bernama Bapak Hari.
Perawat Farika : “(mulai mencari pembuluh darah pasien sambil bersiap menusukan
abokat) sebentar ya dek, saya masukan jarumnya”.
Pasien : “baik sus”.
Perawat Farika : “sebentar ya dek, sedikit lagi selesai (sudah memasukan abokat dan
menyambungkan infus set dengan abokat)”.
Ayah Pasien : “ loh mbak, itu ada udaranya lo mbak di dalam selang? Berbahaya
tidak mbak? Apa tidak apa-apa itu mbak?”
Perawat Farika : “iya to pak? (merasa bingung), tidak apa-apalah pak, hanya 3 centi
saja, tidak masalah”.
Ayah Pasien : “nanti jika ada apa-apa bagaimana mbak?”
Perawat Farika : “ tidak- tidak pak, tenang saja (bersikap rada cuek karena keluarga
klien bertanya terus menerus)”
Ayah Pasien : “ ya sudah mbak kalo tidak apa-apa, nanti kalau terjadi sesuatu saya
akan memanggil mbak lagi”
Perawat Farika : “ baik pak, kalau begitu saya permisi dahulu (keluar dari ruang
tersebut)”.
Ketika sudah tiba jam jenguknya, datanglah Kaka Pasien yang kebetulan seorang
Perawat di rumah sakit berbeda, dan Sang Ayah menceritakan apa yang terjadi selama dia
menemani Anaknya. Dan saat itu juga pasien mengalami syok anafilaksis.
Kaka Pasien : “(melakukan tindakan dan menyuruh istri pasien untuk memanggil
perawat) Ayaaah!! tolong cepat panggilkan perawat yang bertugas
malam ini, jika perlu semua perawat yang ada di ners station”.
Ayah Pasien : “ baik sebentar (berlari menuju ners station). Mbak, mas, Anak saya
syok ( memanggil perawat jaga dengan panik).
Perawat Jamal : “ iya ibu, ada apa? Jangan panik Pak, mohon bicara plan- pelan”.
Ayah Pasien : “(panik) itu mas, Anak saya syok mas, nadinya sulit teraba
bagaimana mas nafasnya juga tersengal- sengal”
Perawat Jamal : “ baik Bapak, saya akan kesana, sebelumnya saya telfon dokter dulu
(membangunkan Perawat Farika yang tertidur dan bergegas menelepon
dokter)”.
Perawat Farika : “ ada apa mas ( kaget)”.
Perawat Jamal : “ saya telepon dokter dulu, kamu segera ke ruang Nn. Ova di ruang
Kencana, keluarganya melaporkan tadi katanya pasien syok”.
Perawat Farika : “baik (segera pergi tanpa berfikir panjang)”.
Sesampainya di kamar ruangan, Perawat Farika merasa kebingungan dengan kondisi
Nn. Ova dan berfikir apa yang salah dengan tindakanya. Sebelum Perawat Farika menyadari
kesalahanya, Kaka Pasien meminta Perawat Farika untuk menghubungi dokter.
Kaka pasien : “mbak, cepet mbak panggilkan dokter, bila tidak segera di tangani
nanti adik saya semakin parah”.
Perawat Farika : “iya mbak, tadi sudah di telfon diruang Perawat, oleh rekan kerja
saya”.
Kaka pasien : “ini perlu tindakan cepat lo mbak, Adik saya sudah syok seperti itu”
Perawat Farika : “iya mbak, mohon maaf, tapi ini perawat Jamal sedang memanggil
dokter”.
Karena keadaan malam hari dan dokter yang bertugas sulit di hubungi, maka pasien
Nn. Ova Maylan akhirnya meninggal dunia. Dan terjadilah konflik yang lebih besar antara
perawat Farika dan keluarga pasien Nn. Ova.
Ayah Pasien : “(panik) nduk, periksa nadi adikmu. Nadi adikmu sudah sulit diraba”
Kaka Pasien : “(memeriksa nadi dan tanda- tanda vital pasien Ova) ya allahhh
ayaah”.
Ayah Pasien : “ada apa nduk? Ada apa dengan Adikmu?”
Kaka Pasien : “ Ayaaaaaaaah,, Ova meninggal yaaah (menangis). Cepat panggilkan
dokter ( menyuruh Perawat Farika).
Perawat Farika : “ (masih dengan kondisi panik dan bingung) iya,, iya mbak (bergegas
pergi)”.
Perawat Farika pergi ke nurse station untuk menelephone dokter pasien Ova, namun
tetap tidak dapat di hubungi. Hingga jenazah Nn. Ova telah di siapkan untuk di pulangkan
pagi harinya, dokter yang menangani pasien Ova belum dapat dihubungi. Dan gugatan untuk
Perawat Farika dari keluarga pasienpun terjadi pada hari itu juga. Dan keluarga pasien Ova
datang ke ners station ruang Kencana.
Kaka Pasien : “ (setelah datang ke ruang direktur rumah sakit untuk melaporkan
tindakan Perawat Farika yang di anggap malpraktek, ) saya tadi sudah
melaporkan tindakan malpraktik dari salah satu perawat ruang ini ke
direktur rumah sakit ini, jika hal ni tidak segera di atasi saya akan
melaporkan ke jalur hukum (marah)”
Kepala ruang : “mohon maaf mbak, silahkan duduk dahulu, dan mari kita bicarakan
baik- baik mengenai masalah yang terjadi dengan salah satu anggota
saya (menenangkan)
Kaka Pasien : “(duduk dengan kasar) begini buk, saya tidak terima dengan tindakan
yang dilakukan oleh anggota ibuk, saya menganggap tindakan anggota
anda adalah mal praktek, karena Ayah saya sudah memperingatkan
bahwa ada udara di dalam selang infus Adik saya, tapi perawat itu
mengatakan tidak apa- apa, dan sekarang adik saya meninggal, saya
meminta keadilan bu”.
Kepala ruang : “(menenangkan) baik mbak, saya sudah memberi teguran kepada
anggota saya, dan dari pihak rumah sakit juga sudah melakukan
tindakan disiplin untuk perawat yang melakukan kesalahan”.
Kaka Pasien : “tapi saya menginginkan jalur hukum bu, ini sudah termasuk tindakan
mal praktik”.
Kepala ruang : “ (menenangkan) sebagai kepala ruang, saya pribadi memohon maaf
sebesar- besarnya kepada keluarga mbak atas kesalahan yang di
lakukakn oleh anggota saya, dan untuk jalur hukum yang mbak
inginkan akan lebih baik jika mbak berbicara sendiri dengan Perawat
Farika yang malam itu bertugas, yang saat ini sedang berada di ruang
direktur”.
Kaka Pasien : “(masih marah) baik bu, terimakasih”.
Dan akhirnya konflikpun berlanjut ke jalur hukum dan Petawat Farika mendapat tindakan
disiplin dari rumah sakit dengan pemecatan.