Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL KLIEN DENGAN

MASALAH KEPERWATAN KETIDAK PATUHAN

DALAM PENGOBATAN PADA BUDAYA BALI

Oleh Kelompok 3:

1. Oktalia Suci Anggraeni (P1337420617009)


2. Adinda Dwi Elsa M (P1337420617020)
3. Shinta Wahyuningrum (P1337420617036)
4. Adi Laksono (P1337420617040)
5. Alifa Nur Fitriyani (P1337420617052)
6. Hevy Nur F (P1337420617057)
7. Diah Ayu Putri Anggraini (P1337420617079)

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2019
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH
“ASUHAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL KLIEN DENGAN

MASALAH KEPERWATAN KETIDAK PATUHAN

DALAM PENGOBATAN PADA BUDAYA BALI”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Transkultural


Tahun Pelajaran 2019/2020

Telah disetujui dan disahkan pada:


hari :
tanggal :

Disusun oleh :

KELOMPOK 3

Menyutujui
Dosen Pembimbing,

Dina Indrati DS Ns.MKep.Sp.Mat


NIP. 197004211994032001

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat dan nikmatnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ASUHAN TRANSKULTURAL DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN PADA BUDAYA BALI ” Dalam
makalah ini kami akan menjelaskan budaya pengobatan di Bali. Penulis masih awam
dalam pembuatan makalah ini, dan sangat menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang lain yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun dari anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang guna
membuat makalah ini menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Semarang, 10 Oktober 2019


Penulis,
Mahasiswa
Sarjana Terapan Keperawatan

ii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi ii

BAB I Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 3

1.4 Manfaat 3

BAB II Pembahasan 4

Gambaran Kasus 4

2.1 Pengkajian 5

2.2 Diagnosa 8

2.3 Intervensi 8

2.4 Implementasi 10

2.5 Evaluasi 11

BAB III Penutup 13

3.1 Simpulan 13

3.2 Saran 13

Daftar Pustaka 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Andrew & Boyle (1995) dan Giger & Davidhizar (1995), ada tiga
diagnosis keperawatan transkultural yang ditegakkan yaitu, gangguan komunikasi
verbal yang berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial
yang berhubungan dengan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam
pengobatan yang berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini. Ketidakpatuhan
dalam pengonbatan merupakan kondisi dimana klien tidak melaksanakan anjuran
tenaga kesehatan, hal ini berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini. Sistem
nilai tersebut adalah budaya yang klien yakini turun temurun.
Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan
manusia kepada generasi berikutnya (Taylor, 1989). Kebudayaan adalah
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar,
beserta keseluruhan hasil budi dan karyanya (Kuntjaraningrat, 1928 dalam
Napitupulu, 1988). Sehingga dari budaya tersebut jika dilanggar dipercaya dapat
memberikan mala petaka bagi orang yang melanggar aturan dan nilai-nilai
budaya.
Terdapat banyak daerah di Indonesia yang masih sangat kental unsur
budayanya. Mereka masih menjalankan kebiasaan-kebiasaannya. Setiap daerah
memilki ciri khas budayanya masing-masing. Begitu juga pada daerah Bali, Bali
memiliki kebiasaan, budaya dan ciri khasnya sendiri. Masyarakat Bali hingga kini
masih mempertahankan nilai-nilai dan kepercayaan yang diturunkan oleh nenek
moyang mereka.
Dalam bidang kesehatan masyarakat Bali mengenal bidang penyembuhan
sebagai Usadha Bali, dimana Balian sebagai dokternya. Usadha disini merupakan
semua tata cara untuk penyembuhan penyakit, cara pengobatan, pencegahan,
memeperkirakan jenis penyakit dan diagnosa, perjalanan penyakit dan
pemulihannya. Balian usadha adalah seseorang yang sadar belajar tentang ilmu
pengobatan, baik melalui guru waktra, belajar pada balian, maupun belajar sendiri

1
melalui lontar usadha. Balian ini tidak terbatas pada pengobatan dengan ramuan
obat, tetapi termasuk balian lung (patah tulang), urut, manak (melahirkan) dan
sebagainya. Seperti halnya sorang dokter dalam dunia medis, saat tamat
pendidikan dokter harus disumpah. Balian pun sama setelah mempelajari harus
melakukan upacara aguru waktra. Sehingga jika balian melanggar dipercaya akan
menerima hukuman secata niskala dan hidupnya akan sengsara sampai
keturunannya.
Banyak masyarakat Bali yang jika merasa sakit akan pergi ke balian. Salah
satunya patah tulang. Balian akan melakukan pemeriksaan dengan wawancara,
pemeriksaan fisik seperti melihat aura tubuh, sinar mata, menggunakan kekuatan
dasa aksara, chakre, kanda pat dan tenung. Alat pemeriksaan balian ini disebut
pica yang merupakan benda betuah. Sistem pengobatan/penatalaksanaan suatu
penyakit dalam usadha terdiri atas berbagai pendekatan, meliputi pengobatan
tradisional (tamba) seperti loloh, boreh dan minyak/lengis yang didasarkan atas
lontar taru pramana, penggunaan banten-bantenan yang disesuaikan dengan
tenung dan lontar, dan penggunaan rerajahan aksara suci. Mengingat masyarakat
Bali telah mengenal tentang sistem kesehatan dan memiliki pelayanan kesehatan
di daerahnya, namun masih banyak masyarakat Bali yang percaya dengan balian.
Sehingga penulis menarik kesimpulan bahwa masalah keperawatan dalam kasus
ini adalah ketidakpatuhan dalam pengobatan yang berhubungan dengan sistem
nilai yang diyakini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan ketidakpatuhan dalam pengombatan?
1.2.2 Apa faktor yang memperngaruhi ketidakpatuhan dalam pengobatan?
1.2.3 Bagaimana ketidakpatuhan dalam pengobatan yang terjadi di Bali
terkait pengobatan patah tulang?
1.2.4 Bagaimana asuhan keperawatan transkultural mengenai ketidakpatuhan
dalam pengobatan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami bagaimana asuhan keperawatan yang dapat
di berikan kepada masalah katidakpatuhan dalam pengobatan.
1.3.2 Tujuan Khusus

2
Mahasiswa mampu memaparkan bagaimana mengatasi ketidakpatuhan
dalam pengobatan yang terjadi di Bali dalam pengobatan patah tulang
karena adanya faktor budaya dan kepercayaan yang dianut masyarakat
Bali.
1.4 Manfaat
Mahasiswa dapat memahami tentang asuhan keperawatan transkultural terkait
patah tulang pada masyarakat Bali sesuai budaya yang ada di Bali, dan dapat
mengaplikasikan asuhan keperawatan tersebut dengan latar belakang kebudayaan
yang dianut masyarakat Bali.

BAB II

PEMBAHASAN

Gambaran Kasus

3
Tn.A berumur 40 tahun,berlatar belakang pendidikan tamat Sekolah Dasar.
Tn.A adalah asli Suku Bali. Bali adalah salah satu kota maju di indonesia yang sangat
kental akan budayanya mulai dari upacara adat, sesajen bahkan pohonpun menjadi
keramat. Tn.A bekerja sebagai ojek di Bali, alasan Tn.A menjadi ojek di Bali karena
di sana banyak bule yang tidak membawa sepeda motor dan tidak tahu arah, Dan
yang kedua adalah Tn.A tidak mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi.
Tn.A mempunyai istri yang bernama Ny.B, istri Tn.A ini bekerja sebagai berjualan
kue di Desa A. Mereka berdua dikaruniai 2 anak yaitu bernama An.C dan An.D
mereka semua tinggal 1 rumah dan hidup berkecukupan.

Di Bali mempunyai kepercayaan dan budaya kental tentang balian. Jadi di bali
masih tidak percaya dengan adanya dokter modern dan perawat yang mereka percayai
adalah ketika mereka terkena penyakit dikarenakan mereka sedang diserang oleh
orang lain oleh kekuatan yang dari jarak jauh seperti santet. Jadi mereka masih belum
percaya adanya penyakit yang menyerang mereka. Balian sendiri adalah dokter
tradisional bali yang bisa menyembuhkan penyakit apapun dengan menyalurkan
energi. Balian ada 2 yaitu menyembuhkan dan memeberi petaka bagi orang lain.
Kaitannya denga patah tulang di bali disebut balian lung (patah tulang).

Suatu ketika pagi-pagi buta di rumah Tn.A rumah Tn.A mengalami bocor di
atap rumahnya.Istri Tn.A yaitu Ny. B meminta tolong untuk di perbaiki supaya kalau
waktu nanti hujan supaya nanti tidak bocor dan waktu malam hujan suapaya anak-
anak tidak ketetesan air dan tidurnya nyenyak. Tn.A segera mengambil tangga dan
menaki tangga tersebut sampai atap rumah. Sampai atap rumah Tn.A memperbaiki
atap yang bocor. Setelah diperbaiki Tn.A berniat mengecek apakah ada yang bocor
lagi. Tapi waktu mengecek tiba-tiba Tn.A terpleset dan jatuh kebawah lalu berteriak
minta tolong. Jatuhnya Tn.A pada posisi yang salah,kaki dari Tn.A ini mati rasa dan
tidak bisa digerakkan. Ny.B dan kedua anaknya itu menolong Tn.A dan membanya ke
kamar untuk ditidurkan terlebih dahulu. Kaki Tn.A bengkak dan berwarna biru. Ny.B
beranggapan bahwa ini di serang oleh orang lain dengan kekuatan. Akhirnya Ny.B
dan kedua anaknya memutuskan Tn.A dibawah ke rumah orang balian. Disana orang

4
balian tersebut memegang kedua tangan Tn.A dan membaca mantera. Setelah sekitar
15 menit setelah di bacakan mantera, orang balian ini bilang bahwa Tn.A ini diserang
oleh orang yang jauh dan orang balian ini bilang bahwa saya sudah hilangkan
kekuatannya dan nanti untuk menunggu kesembuhan dari Tn.A tetapi kaki Tn.A tidak
boleh dikasih apa-apa karena dapat meghilangkan kekuatan orang balian tersebut.
Setelah beberapa hari kaki Tn.A tambah bengkak dan saat digerakkan sakit, dan
warna kaki Tn.A sangat biru dan memar.

Akhirnya Ny.B memutuskan untuk membawanya ke puskesmas di desanya.


Setelah diperiksa oleh perawat 1, perawat mendiagnosis bahwa pasien mengalami
patah tulang atau fracture, akhirnya perawat memutuskan untuk segera di operasi di
rumah sakit di kota. Akhirnya Ny.B menyetujui saran dari perawat tersebut.Setelah
dioperasi akhirnya Tn.A boleh pulang dan beristirahat. Akhirnya Perawat 1 mengajak
perawat 2 untuk ke rumah Ny.B untuk memberi edukasi tentang penyakit dan patah
tulang. Perawat 1 dan 2 memebri edukasi tetang penangan patah tulang saat kejadian
maupun sesudah kejadian. Perawat memberikan edukasi agar cepat Tn.A agar cepat
sembuh. Perawat menyarankan agar Tn.A diberi terapi panas, seperti di kompres dan
di balut handuk panas. Tetapi Ny.B tidak selalu mengguanakn terapi tersebut karena
Ny.B takut nanti Tn.A diserang lagi.

2.1 Pengkajian
a) Faktor Teknologi
Karena Tn.A tidak kunjung sembuh dan kakinya tambah bengkak,
akhirnya Ny.B memutuskan untuk membawanya ke puskesmas
terdekat.Walaupun puskesmas tersebut tidak memiliki alat untuk operasi dan
menyarankan untuk pergi ke rumah sakit.
b) Faktor Agama dan Filosofi
Faktor agama dan filosofi ini dapat dikaji mulai Ny.B membawa Tn.A ke
orang balin lung atau balian spesialis patah tulang. Orang balian menjelaskan
bahwa Tn.A diserang oleh orang jauh dengan kekuatan gaibnya. Dan setelah
itu di beri mantera, setelah diberi mantera.
c) Faktor Kekeluargaan dan Sosial
Nama: Tn.A

5
Umur: 40
Jenis kelamin: laki-laki
Status: Dewasa
Tipe keluarga: keluarga inti, di mana keluarga tinggal dalam satu rumah yang
terdiri dari suami, istri, dan dua anak
Pengambil keputusan:Ny.B, sebagai istri Tn.A

Tn.A
Ny.D

KET: = satu rumah

= Laki-

An.C An.F = Perempuan

Kebiasaan : Jika salah satu keluarga terkena penyakit akan dibawa orang
balian dan empercayai bahawa yang terkena penyakit diserang oleh orang
sengan kekuatan gaib.
d) Nilai-nilai Budaya, Kepercayaan, dan Gaya Hidup
Faktor ini dapat dikaji berdasarkan nilai budaya dan kepercayaan yang
diyakini oleh keluarga Tn. A tersebut. Nilai budaya dan kepercayaan yang
dianut oleh keluarga tersebut terlihat sangat kental dilihat dari kepercayaan
dimana saat Tn A jatuh dari atap rumah dan mengalami patah tulang Ny.B
beranggapan bahwa Tn.A ini diserang oleh orang lain dengan kekuatan gaib.
Hal ini tidak sesuai dengan konsep kesehatan, karena menurut Zaidin Ali (1998)
definisi sakit adalah keadaan yang mengganggu keseimbangan status kesehatan
biologis (jasmani), psikologis (mental), sosial dan spiritual yang mengakibatkan
gangguan fungsi tubuh, produktifitas dan kemandirian individu baik secara
keseluruhan maupun sebagian.
e) Faktor Kebijakan dan Peraturan

6
Faktor ini dapat dikaji berdasarkan peraturan yang berlaku dalam
lingkungan masyarakat sekitar. Setelah ke orang balian Keluarga Tn. A sangat
mematuhi aturan terkait adat yang berlaku di Bali yaitu terkait setelah
dilakukan pengobatan tidak boleh di kasih apapun karena dapat menghilangkan
kekuatannya,.
f) Faktor Ekonomi
Faktor ini dapat dikaji berdasarkan ekonomi keluarga Tn.A yang tergolong
cukup dikarenakan Tn. A bekerja sebagai tukang ojek sedangkan Ny. B bekerja
sebagai penjual kue di desanya. Faktor ini juga tidak terlalu berpengaruh
terhadap perilaku ketidakpatuhan dalam pengobatan.
g) Faktor Pendidikan
Faktor ini dapat dikaji berdasarkan tingkat pendidikan dari keluarga Tn.A
dan Ny. D. Merka hidup di Bali dengan kentalnya budaya disana.Di Bali ada
orang yang mempunyai kekuatan dan bisa menyembuhkan penyakit disebut
orang balian.Mereka percaya bahwa orang balian ini memiliki kekuatan gaib
dan semua perkataanya dipercayai oleh masyarakat di sana bahwa semua
perkataanya benar. Hal ini sangat mempengaruhi perilaku ketidakpatuhan
dalam pengobatan keluarga Tn.A terkait kesehatan yang berhubungan dengan
adat yang dimiliki oleh keluarga TN. A.

2.2 Diagnosa Keperawatan


Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini atau tradisi yang dianut.
2.3 Rencana Keperawatan
2.3.1Mempertahankan Budaya
NO Diagnosa Keperawatan Intervensi
1. Ketidakpatuhan dalam Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5
pengobatan kali jam kunjungan, klien menunjukkan
berhubungan dengan kepatuhan terkait dengan pengobatan. Dengan
sistem nilai yang kriteria hasil :
diyakini atau tradisi 1. Informasi saat ini bergantung pada tenaga
yang dianut. kesehatan
2. Menerima diagnosis promosi kesehatan
3. Memodifikasi aturan atau regimen yang

7
diarahkan oleh tenaga kesehatan
Mempertahankan Budaya :
1. Beri informasi yang tepat mengenai
kebutuhan nutrisi bagi ibu hamil pada awal
kehamilan. Seperti makanan yang baik untuk
dikonsumsi dan pentingnya minum vitamin
dan susu.
2. Kaji pemahaman klien mengenai alasan
ketidakpatuhan dalam pengobatan.
3. Tentukan perbedaan persepsi klien dan
perawat terkait dengan masalah kesehatan
yang di derita klien.
4. Kembangkan diskusi terbuka terkait dengan
persamaan dan perbedaan budaya.
5. Diskusikan perbedaan dengan terbuka dan
klarifikasi konfliknya.

2.2.2Negosiasi Budaya

NO Diagnosa Keperawatan Intervensi


1. Ketidakpatuhan dalam Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5
pengobatan kali jam kunjungan, klien menunjukkan
berhubungan dengan kepatuhan terkait dengan pengobatan. Dengan
sistem nilai yang kriteria hasil :
diyakini atau tradisi 1. Informasi saat ini bergantung pada tenaga
yang dianut. kesehatan
2. Menerima diagnosis promosi kesehatan
3. Memodifikasi aturan atau regimen yang
diarahkan oleh tenaga kesehatan
Negosiasi Budaya :
1. Lakukan negosiasi dan kompromi
ketidakpatuhan yang dapat diterima sesuai
dengan ilmu medis, keyakinan pasien dan
standart etik.
2. Berikan waktu untuk proses informasi dan

8
mengambil keputusan.
3. Relax dan jangan tergesa-gesa saat interaksi
dengan pasien.
2.2.3Restrukturisasi Budaya

NO Diagnosa Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakpatuhan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5
dalam pengobatan kali jam kunjungan, klien menunjukkan kepatuhan
berhubungan dengan terkait dengan pengobatan. Dengan kriteria hasil :
sistem nilai yang 1. Informasi saat ini bergantung pada tenaga
diyakini atau tradisi kesehatan
yang dianut. 2. Menerima diagnosis promosi kesehatan
3. Memodifikasi aturan atau regimen yang
diarahkan oleh tenaga kesehatan
Restrukturasi Budaya :
1. Libatkan keluarga untuk membantu ketaatan
dari rencana yang telah dibuat.
2. Fasilitasi interaksi antara budaya
3. Sediakan informasi ke pada pasien mengenai
perawatan kesehatan.
4. Rubah asupan pola makan klien sesuai dengan
kebutuhan gizi ibu hamil.
2.4 Implementasi Keperawatan
2.4.1 Mempertahankan Budaya

NO Diagnosa Keperawatan Implementasi


1. Ketidakpatuhan dalam Mempertahankan Budaya :
pengobatan 1. Memberi informasi yang tepat mengenai
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi bagi ibu hamil pada awal
sistem nilai yang kehamilan. Seperti makanan yang baik
diyakini atau tradisi untuk dikonsumsi dan pentingnya minum
yang dianut. vitamin dan susu.
2. Mengkaji ketidakpatuhan dengan menggali
informasi pasien, diketahui pasien meiliki
keyakinan tentang makanan pantangan saat
kehamilan
3. Menentukan perbedaan persepsi pasien
dengan perawat, bahwa persepsi pasien
mengkonsumsi makanan pantangan yang

9
sesuai tradisi dapat mempersulit persalinan
4. Melakukan diskusi terbuka dengan cara
timbak-balik atau komunikasi 2 arah,
sehinnga pasien memberikan informasi
yang sebanyak-banyaknya
5. Mendiskusikan perbedaan persepsi pasien ,
pasien menyadari dan mengklarifikasi
masalahnya

2.4.2Negosiasi Budaya

NO Diagnosa Keperawatan Implementasi


1. Ketidakpatuhan dalam Negosiasi Budaya :
pengobatan 1. Melakukan negosiasi dan kompromi
berhubungan dengan ketidakpatuhan yang dapat diterima sesuai
sistem nilai yang dengan ilmu medis, pasien menginginkan
diyakini atau tradisi perubahan.
yang dianut. 2. Memberikan waktu mengambil keputusan
dengan memberikan pasien kesempatan
untuk mengetahui atau menanyakan
ketidaktahuannya.
3. Melakukan dengan santai sehingga pasien
merasa tenang dan siap melakukan
perubahan.

2.4.3 Restrukturisasi Budaya

NO Diagnosa Keperawatan Implementasi


1. Ketidakpatuhan dalam Restrukturasi Budaya :
pengobatan 1. Melibatkan keluarga dengan
berhubungan dengan mengikutsertakan keluarga dalam proses
sistem nilai yang perencanaan, pasien merasa tidak ada
diyakini atau tradisi hambatan dalam melakukan perubahan.
yang dianut. 2. Memfasilitasi interaksi antar budaya dengan
memberikan berbagai informasi, pasien
merasa memiliki wawasan yang luas.
3. Menyediakan informasi perawatan
kesehatan, pasien mampu melakukan

10
perubahan secara mandiri.
4. Rubah asupan pola makan klien sesuai
dengan kebutuhan gizi ibu hamil.
2.5 Evaluasi

No Diagnosa Evaluasi
1. Ketidak patuhan dalam S : pasien mengatakan ingin melakukan
pengobatan berhubungan perubahan
dengan sistem nilai yang O : pasien terlihat melakukan pengobatan ,
diyakini atau tradisi yang dengan merubah pola asupan nutrisi.
dianut. A : masalah ketidakpatuhan dalam
pengobatan teratasi
P : hentikan intervensi

2.6 Bentuk Tindakan kami sebagai Perawat


Budaya di Indonesia sangatlah beragam dari berbagai daerah
khususnya budaya yang ada di Bali seperti masyarakat Bali tidak patuh
mengenai program pengobatan modern yang berhubungan dengan system
nilai ya ng dianut. Kami sebagai tenaga medis perawat mengatasi masalah ini
dengan cara:
1. Memberikan pengetahuan mengenai pengobatan secara medis itu
sangatlah penting
2. Perawat harus toleransi terhadap budaya yang sudah melekat di daerah
tersebut.
3. Mempertahankan dan melestarikan sesuai dengan asuhan keperawatan
yang disesuaikan budaya daerah supaya berjalan dengan baik.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Dalam bidang kesehatan masyarakat Bali mengenal bidang
penyembuhan sebagai Usadha Bali, dimana Balian sebagai dokternya. Usadha
disini merupakan semua tata cara untuk penyembuhan penyakit, cara
pengobatan, pencegahan, memeperkirakan jenis penyakit dan diagnosa,
perjalanan penyakit dan pemulihannya. Balian usadha adalah seseorang yang
sadar belajar tentang ilmu pengobatan, baik melalui guru waktra, belajar pada
balian, maupun belajar sendiri melalui lontar usadha. Balian ini tidak terbatas
pada pengobatan dengan ramuan obat, tetapi termasuk balian lung (patah
tulang), uut, manak (melahirkan) dan sebagainya. Seperti halnya sorang
dokter dalam dunia medis, saat tamat pendidikan dokter harus disumpah.
Balian pun sama setelah mempelajari harus melakukan upacara aguru waktra.
Sehingga jika balian melanggar dipercaya akan menerima hukuman secata
niskala dan hidupnya akan sengsara sampai keturunannya. Sehingga perawat
juga harus menyesuaikan dengan budaya didaerah masing-masing. Budaya
Bali sangat kental dengan adanya system nilai yang dianut.
3.2 Saran

12
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan asuhan
keperawatan di berbagai daerah dengan baik sehingga masyarakat di
Indonesia khususnya Bali dapat meningkatkan kesehatan sesuai dengan
budaya yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

NANDA. (2015-2017). Diagnosis Keperawatan. Jakarta. EGC Penerbit Buku


Kedokteran.

Nelia dkk. 2017. Asuhan Keperawatan Transkultural Klien Denganmasalah


Keperwatan Ketidak Patuhandalam Pengobatan Pada Budaya Bali.
Fakultas Kedokteran Universitas Jember Jawa Timur.
Dari:https://www.academia.edu/31726975/ASUHAN_KEPERAWATAN_
TRANSKULTURAL_KLIEN_DENGAN

13

Anda mungkin juga menyukai