Anda di halaman 1dari 31

STRATEGI PELAKSANAAN WAHAM

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN WAHAM

SP 1 P : Membina hubungan saling percaya ; mengidentifikasi kebutuhan


yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan ; mempraktekkan
pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

ORIENTASI :
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Citto, saya perawat yang dinas
pagi ini di Ruang melati. Saya dinas dari jam 07.00–14.00, saya yang akan
membantu perawatan bapak hari ini. Nama bapak siapa? senangnya
dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R rasakan sekarang?”
“Berapa lama bapak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?”

KERJA :
“Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang Nabi, tapi sulit
bagi saya untuk mempercayainya, karena setahu saya semua Nabi tidak
hidup didunia ini, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus pak?”
“Tampaknya pak R gelisa sekali, bias pak R ceritakan kepada saya apa yang
pak R rasakan?”
“Oooo, jadi pak R merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak
punya hak untuk mengatur diri pak R sendiri?”
“Siapa menurut pak R yang sering mengatur-atur diri pak R?”
“Jadi teman pak R yang terlalu mengatur-atur ya pak, juga adik pak R yang
lain?”
“Kalau pak R sendiri inginnya seperti apa?”
“Ooo, Bagus pak R sudah punya rencana dan jadwal unutk diri sendiri.”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut pak R.”
“Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya pak R ingin ada kegiatan di luar rumah
sakit karena bosan kalau dirumah sakit terus ya?”
TERMINASI :
“Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”
“Bagaimana kalau jadwal ini pak R coba lakukan, setuju pak?”
“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”
“Saya akan datang kembali dua jam lagi.”
“Kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah pak R
miliki?”
“Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja
pak R?”
SP 2 P : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekannya.

ORIENTASI :
“Assalamualaikum pak R, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus”
“Apakah pak R sudah mengingat-ngingat apa saja hobi atau kegemaran pak
R?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi pak R tersebut?”
“Berapa lama pak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?”

KERJA :
“Apa saja hobi pak R? Saya catat ya pak, terus apa lagi?”
“Wah, rupanya pak R pandai main suling ya.”
“Bisa pak R ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main Suling,
siapa yang dulu mengajarkannya kepada pak R, dimana?”
“Bisa pak R peragakan kepada saya bagaiman bermain suling yang baik itu.”
“Wah, bagus sekali pak. Bagaimana kalau kita buat jadwal untuk kemampuan
pak R ini. Berapa kali sehari/seminggu pak R mau bermain suling?”
“Apa yang pak R harapkan dari kemampuan bermain suling ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan pak R yang lain selain bermain suling?”

TERMINASI :
“Bagaimana perasaan pak R setelah kita berbincang-bincang tentang hobi
dan kemampuan pak R?”
“Setelah ini coba pak R lakukan latihan bermain suling sesuai denga jadwal
yang telah kita buat ya?”
“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”
“Bagaiman kalau nanti sebelum makan siang? Nanti kita ketemuan di taman
saja, setuju pak?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus pak R minimum,
setuju?”
SP 3 P : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.

ORIENTASI :
“Assalamualaikum pak R.”
“Bagaimana pak, sudah dicoba latihan main sulingnya? Bagus sekali.”
“Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan membicarakan tentang obat yang
harus pak R minum, Bagaimana kalau kita mulai sekarang pak?”
“Berapa lama pak R mau kita membicarakannya? Bagaimana kalau 20 atau
30 menit saja?”
KERJA:
“Pak R berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat yang
diminum?”
“Pak R perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
tenang.”
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan
yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur.
Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam.”
“Bila nanti setelah minum obat mulut pak R terasa kering, untuk membantu
mengatasinya pak R bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu.”
“Sebelum minum obat ini pak R mengecek dulu label dikotak obat apakah
benar nama pak R tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum,
jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah
benar!”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus
diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya pak R
tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi
dengan dokter.”

TERMINASI :
“Bagaiman perasaan pak R setelah kita becakap-cakap tentang obat yang
pak R minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan! Jangan lupa minum obatnya dan
nanti saat makan minta sendiri obatnya pada perawat!”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya pak!”
“Pak besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan.
“Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat sama?”
“Sampai besok ya pak.”
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA
KELUARGA PASIEN DENGAN WAHAM

SP 1 KP : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga ;


mengidentifikasi masalah; menjelaskan proses terjadinya masalah; dan obat
pasien.

ORIENTASI :
“Assalamualaikum pak, pekenalkan nama saya Citto, saya perawat yang
dinas diruang melati ini. Saya yang merawat Pak R selama ini. Kalau bisa
saya tahu nma bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah pak R cara
merawat pak R dirumah.”
“Dimana bapak mau berbicara dengan saya? Bagaimana diruang
wawancara?”
“Berapa lama bapak mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana
kalau 0 menit saja?”

KERJA :
“Pak S, apa masalah yang bapak rasakan dalam merawat pak R? apa yang
sudah pak R lakukan dirumah? Dalam menghadapi sikap pak R yang selalu
mengaku-ngaku sebagi seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi hanya
merupak salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan
sikap dan cara enghadapinya. Setiap kali pak R berkata bahwa ia seorang
nabi, pak S dan ibu berikap dengan mengatakan;
Pertama: Pak S atau ibu mengerti bahwa pak R merasa seorang nabi, tapi
sulit bagi pak S dan ibu untuk mempercayainya karena setahu kita semua nai
tidak ada yang hidup didunia.
Kedua: Pak S atau ibu harus lebih sering memuji Pak R jika ia melakukan hal-
hal yang baik”
Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yan berinteraksi
dengan pak R. Bapak dan ibu dapat bercakap-cakap dengan Pak R tentang
kebutuhan yang diinginkan oleh pak R, misalnya; Pak S dan ibu percaya
kalau pak R punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada kami,
R kan punya kemampuan”
Keempat: Pak S atau ibu mengatakan kepada pak R, Bagaimana kalau
kemampuan untuk bermain suling dengan baik dicoba sekarang” dan
kemudian setelah dia melakukannya pak S dan ibu harus memberikan pujian.
Pak S dan ibu jangn lupa, pak R ini perlu minum obat agar pikirannya jadi
tenang.”
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan
yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur.
Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam, jangn dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat
menyebabkan Pak R bisa kambuh kembali. Pak R sudah punya jadwal
minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera berikan pujian!”
TERMINASI :
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah berbincang-bincang dengan
saya tentang cara merawat pak R dirumah nanti?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi
setiap kali berkunjung kerumah sakit.”
“Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini
dan kita akan mencoba melakukan langsung cara merawat pak R sesuai
dengan pembicaraan kita tadi.”
“Baik kalau begitu pertemuan kita kali ini kita akhiri dulu, saya tunggu
kedatangan bapak dan ibu lagi kita ketemu ditempat ini ya pak,bu.”

SP 2 KP : Melatih kelurga cara merawat pasien.

ORIENTASI:
“Assalamualaikum pak, bu sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu kita
sekarang ketemu lagi. Bagaimana pak, bu ada pertanyaan tentang cara
merawat pasien seperti yang telah kita bicarakan dua hari yang lalu?,
sekarang kita akan latihan cara-cara merawat pasien tersebut ya pak, bu.”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung pada Pak R
ya?”

KERJA:
“Sekarang anggap saja saya pak Ryang sedang mengaku nabi, coba bapak
dan ibu praktikkan cara bicara yang benar bila pak R sedang dalam keadaan
seperti ini!”
“Bagus,betul begitu caranya, sekarang coba praktikkan cara memberikan
pujian atas kemampuan yang dimiliki oleh pak R. bagus !”
“Sekarang coba cara memotivasi pak R minum obat dan melakukan kegitan
positifnya sesuai jadwalnya!” Bagus sekali ternyata bapak dan ibu sudah
mengerti cara merawata Pak R.”
“Bagaimana kalau sekarang kita coba langsung kepada pak R.”

TERMINASI:
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat pak
R?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap
kali bapak dan ibu membesuk pak R!”
“Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali ke sini
dan kita akan mencoba lagi cara merawat pak R sampai bapak dan ibu lancer
elakukannya?”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?” Baik, kita akan ketemu lagi di
tempat ini ya pak,bu.”

SP 3 KP : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

ORIENRASI:
“Assalamualaikum pak, bu, karena pada hari ini pak R sudah boleh pulang,
maka kita bicarakan jadwal pak R selama dirmah.”
“Bagaimana pak, bu selama bapak dan ibu besuk apakah sudah terus dilatih
cara merawat pak R?”
“Nah, sekarang bagaimana kalau kita bicarakan jadwal di rumah? Mari bapak
dan ibu ikut saya”
“Berapa lama bapak dan ibu mau berbincang-bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 30 menit saja? Sebelum ibu dan bapak menyelesaikan
administrasinya”
KERJA:
“Pak, bu, ini jadwal pak R selama di rumah sakit. Coba perhatikan! Apakah
kira-kira dapat dilaksanakan semuanya di rumah? Jangan lupa perhatikanpak
R agar ia tetap melaksanakannya dirumah dan jangan lupa member tanda M
(mandiri), B (bantuan), atau T (tidak mau melaksanakannya).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilku yang ditampilkan
oleh pak R selama dirumah. Misalnya pak R mengaku sebagai seorang nabi
terus menerus dan tidak memeperlihatkan perbaikan, menolak minum obat
atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi
segera hubungi petugas rumah sakit, agar petugas rumah sakit dapat
memantaunya.”

TERMINASI:
“Apa yang ingin bapak dan ibu tanyakan? Bagaimana perasaan bapak dan
ibu? Sudah siap unutk melanjutkan dirumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk bisa control lagi. Kalau ada
apa-apa bapa dan ibu segera menhubungi kami. Mungkin hanya ini yang bisa
saya sampaikan mohon maaf bila ada kata-kata saya yang menyinggung
perasaan bap dan ibu mohon dimaafkan. Terimakasih atas kerjasamanya
pak,bu.”
“Silahkan ibu dan Bapak unutk dapat menyelesaikan administrasinya ke
kantor depan!”
askep jiwa-waham
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

A. PENGERTIAN

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien.
Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan,
kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Keliat, 1999).
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen,
1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan keyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal
dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan control (Depkes RI, 1994).

B. JENIS-JENIS WAHAM

1. Waham kebesaran

Suatu kenyataan palsu dimana seorang memperluas atau


memperbesar kepentingan dirinya, baik kualitas tindakan/kejadian/orang
disekelilingnya, dalam bentuk tidak realistik. Waham ini timbul akibat
perasaan yang tidak wajar, tidak aman dan rasa rendah diri yang secara
sadar dihalangi oleh komponen ideal dan efektif dari waham itu sendiri. Isi
dari waham kebesaran sering menunjukkan kekecewaan, kegagalan, dan
perasaan tidak aman.

2. Waham Kejar.

Klien yakin bahwa ada orang yang sedang mengganggunya,


menipunya, memata-matai atau menjelekkan dirinya.
3. Waham Depresif (menyalahkan diri sendiri).

Kepercayaan yang tidak berdasar. Menyalahkan diri sendiri akibat


perbuatan-perbuatannya yang melanggar kesusilaan atau kejahatan lain.
Waham depresif sering dirasakan sebagai : waham bersalah (perasaan
bersalah, kehilangan harga diri), waham sakit (gangguan perasaan tubuh
yang berasal dari viseral yang dipengaruhi oleh keadaan emosi), waham
miskin (kehidupan perasaan nilai sosial).

4. Waham nihilistik

Suatu kenyataan bahwa dirinya atau orang lain sudah meninggal atau
dunia ini sudah hancur.

5. Waham somatik (waham hipokondria).

Kecenderungan yang menyimpang dan bersifat dungu mengenai fungsi


dan keadaan tubuhnya, misalnya penderita merasa tubuhnya membusuk atau
mengeluarkan bau busuk.

6. Waham hubungan.

Keyakinan bahwa ada hubungan langsung antara inteprestasi yang


salah dari pembicaraan, gerakan atau digunjingkan.

7. Waham pengaruh.

Keyakinan yang palsu bahwa dia adalah berlebihan dan diucapkan


secara berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

8. Waham curiga

Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang


berusaha merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara
berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
C. PENYEBAB

1. Faktor predisposisi

a. Genetik, faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam


perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki
anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara
kandung, sanak saudara lain).

b. Neurobiologis, adanya gangguan pada kosteks pre frontal dan


korteks limbic.

c. Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamine, serotonin, dan


glutamate.

d. Virus : paparan virus influenza pada trimester III.

e. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.

2. Faktor presipitasi

a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan.

b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.

D. PROSES TERJADINYA WAHAM

Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :

1. Fase of human need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik


secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat
terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat
terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat
tinggi.

2. Fase lack of self esteem

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan


antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta
dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan
sudah melampaui kemampuannya.

3. Fase control internal external

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak
sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah
suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan
untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil
secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi
bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak
dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan
menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi
tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien
tidak merugikan orang lain.

4. Fase envinment support

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya


menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan
kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai
dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

5. Fase comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta


menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan
menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

6. Fase improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu


keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain.

E. PENGKAJIAN

Tanda dan gejala dari perubahan proses pikir : waham, yaitu klien
mengatakan dirinya sebagai seseorang besar yang mempunyai kekuatan,
pendidikan atau kekayaan luar biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-
kejar oleh orang lain atau sekelompok orang, klien menyatakan perasaan
mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi,
sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang
berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara
memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri,
rasa tidak percaya kepada orang lain, gelisah.

Untuk mendapat data waham sesuai dengan jenis wahamnya,


harus dilakukan observasi terhadap perilaku klien sebagai berikut :
1. Waham kebesaran

Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,


diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

2. Waham curiga.

Meyakini bahwa seseorang atau kelompok yang berusaha


merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.

3. Waham Agama

Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,


diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

4. Waham somatik

Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang


penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

5. Waham nihilistik

Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, diucapkan


berulang kali tetapi tidak sesuai dengan keyataan.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM …………

G. RENCANA KEPERAWATAN

TUM :

Klien dapat berpikir sesuai dengan realitas

TUK 1
Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria Evaluasi :

Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat
tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

Rencana Tindakan :

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi


terapeutik :

a. Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal.

b. Perkenalkan diri dengan sopan.

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar.

TUK 2

Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang dalam pikiran klien,

Kriteria evaluasi :

Klien menceritakan ide-ide dan perasaan yang muncul secara berulang dalam pikirannya.

Rencana Tindakan :

1. Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya.

2. Diskusikan dengan klien pengalaman yang dialami selama ini.

3. Dengarkan pernyataan klien dengan empati tanpa mendukung/menentang


pernyataan wahamnya
TUK 3

Klien dapat mengidentifikasi stressor/pencetus wahamnya,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat menyebutkan kejadian-kejadian sesuai dengan urutan waktu serta harapan/kebutuhan
dasar yang tidak terpenuhi, seperti : harga diri, rasa aman dsb. Dapat menyebutkan hubungan
antara kejadian traumatis/kebutuhan tidak terpenuhi dengan wahamnya.

Rencana Tindakan :

1. Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi serta kejadian


yang menjadi faktor pencetus wahamnya.

2. Diskusikan dengan klien tentang kejadian-kejadian traumatik yang


menimbulkan rasa takut, cemas maupun perasaan tidak dihargai.

3. Diskusikan kebutuhan/harapan yang belum terpenuhi.

4. Diskusikan dengan klien cara-cara mengatasi kebutuhan yang tidak


terpenuhi dan kejadian traumatik.

5. Diskusikan dengan klien antara kejadian traumatik dengan wahamnya.

TUK 4

Klien dapat mengidentifikasi wahamnya,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat menyebutkan perbedaan pengalaman nyata dengan pengalaman wahamnya

Rencana Tindakan :

1. Bantu klien mengidentifikasi keyakinan yang salah tentang situasi yang


nyata (bila klien sudah siap) :

a. Diskusikan dengan klien pengalaman wahamnya tanpa beragumentasi.

b. Katakan kepada klien akan keraguan perawat terhadap pernyataan


klien.

c. Diskusikan dengan klien respon perasaan terhadap wahamnya.


d. Bantu klien membedakan situasi nyata dengan situasi yang
dipersepsikan salah oleh klien.

TUK 5

Klien dapat mengidentifikasi konsekuensi dari wahamnya,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat menjelaskan gangguan fungsi hidup sehari-hari yang diakibatkan ide-ide/pikirannya
yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Rencana Tindakan :

1. Diskusikan dengan klien pengalaman-pengalaman yang tidak


menguntungkan sebagai akibat dari wahamnya.

2. Ajak klien melihat bahwa waham tersebut adalah masalah yang


membutuhkan bantuan orang lain.

3. Diskusikan dengan klien orang/tempat ia meminta bantuan apabila


wahamnya timbul/sulit dikendalikan.

TUK 6

Klien dapat melakukan tehnik distraksi sebagai cara menghentikan pikiran terpusat pada
wahamnya,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat melakukan melakukan aktivitas yang konstruktif sesuai dengan minatnya yang dapat
mengalihkan fokus klien dari wahamnya.

Rencana Tindakan :

1. Diskusikan hobi/ aktivitas yang disukainya.

2. Anjurkan klien memilih dan melakukan aktivitas yang membutuhkan


perhatian dan ketrampilan fisik.

3. Ikut sertakan klien dalam aktivitas fisik yang membutuhkan perhatian


sebagai pengisi waktu.

4. Libatkan klien dalam TAK orientasi realita.


5. Beri reinforcement positif setiap upaya klien yang positif.

TUK 7

Klien dapat dukungan keluarga,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat menjelaskan tentang : pengertian waham, tanda dan gejala waham, penyebab dan
akibat waham, cara merawat klien waham dan dapat mempraktekan cara merawat klien waham.

Rencana Tindakan :

1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk


mengatasi waham.

2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi waham.

3. Jelaskan kepada keluarga tentang : pengertian, tanda dan gejala,


penyebab dan akibat, cara merawat klien waham.

4. Latih keluarga cara merawat klien waham

5. Beri pujian kepada keluarga atas ketelibatannya merawat klien.

TUK 8

Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

Kriteria evaluasi :

Klien dapat menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat, efek samping dan
efek terapi. Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar. Klien dapat
menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter.

Rencana Tindakan :

1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat.

2. Pantau klien saat penggunaan obat.

3. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar.

4. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.


5. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

http://keperawatan-gun.blogspot.com/search/label/JIWA :

Stuart G.W. and Sundeen (1995). Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed). St.
Louis Mosby Year Book.

Stuart dan Laraia (2001). Principle and Practice of Psychiatric Nursing, Edisi 6, St. Louis
Mosby Year Book.

Townsend. (1998). Diagnosis Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri : pedomanan Untuk


Pembuatan Rencana Keperawatan EGC, Jakarta (terjemahan).

Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Refika Aditama, Jakarta.


Strategi Pelaksanaan (SP) Waham pasien dan keluarga Lengkap

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai
dengan kenyataan

Berbagai macam masalah kehilangan dapat terjadi pada paska bencana, baik
itu kehilangan harta benda, keluarga maupun orang yang bermakna.
Kehilangan ini merupakan stresor yag menyebabkan stres pada mereka yang
mengalaminya. Bila stress ini berkepanjangan dapat memicu masalah gangguan
jiwa dan pasien dapat mengalami waham.

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini saudara diharapkan mampu :
1. Mengkaji data yang terkait masalah waham
2. Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan waham
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan waham
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan waham
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani masalah
waham
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan waham
Baca Juga : Strategi pelaksanaan (SP) Halusinasi dan Penilaiannya

Pengkajian
1. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus
menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Tanda dan Gejala waham adalah :
Untuk mendapatkan data waham saudara harus melakukan observasi terhadap
perilaku berikut ini:
a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “Saya punya tambang
emas”
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/mecederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak
sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya tahu..seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena
mereka iri dengan kesuksesan saya”
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih setiap
hari”
d. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-
tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
e. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Ini khan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”

Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat saudara


gunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan waham :
1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan
menetap?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan
tidak nyata?
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar
tubuhnya?
5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang
lain?
6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang
lain atau kekuatan dari luar?
7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan
lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan memperhatikan semua
informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk
mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina jangan
menyangkal, menolak, atau menerima keyakinan pasien.

Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang diperoleh ditetapkan diagnosa keperawatan:

GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

Tindakan Keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus membina
hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman
saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam
rangka membina hubungan saling percaya adalah:
a). Mengucapkan salam terapeutik
b). Berjabat tangan
c). Menjelaskan tujuan interaksi
d). Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2) Bantu orientasi realita
a)Tidak mendukung atau membantah waham pasien
b) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
c)Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
d) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya
e)Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.
3) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
4) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional
pasien
5) Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
6) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
7) Berdiskusi tentang obat yang diminum
8) Melatih minum obat yang benar

Baca Juga : Strategi Pelaksanaan (SP) Resiko Perilak Kekerasan (RPK) dan
Perilaku Kekerasan (PK)

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan


yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan;
mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini


ORIENTASI:
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas pagi
ini di ruang melati. Saya dinas dari pk 07-14.00 nanti, saya yang akan
merawat abang hari ini. Nama abang siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan sekarang?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bang?”


KERJA:
“Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi sulit
bagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak
adalagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus bang?”
“Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang
bang B rasakan?”
“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya
hak untuk mengatur diri abang sendiri?”
“Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya bang, juga kakak dan adik abang
yang lain?”
“Kalau abang sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus abang sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut bang”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah
karena bosan kalau di rumah terus ya”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?””Apa saja
tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadual ini abang coba lakukan, setuju bang?”
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki? Mau di
mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadual ini abang coba lakukan, setuju bang?”
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki? Mau di
mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”

P 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu


mempraktekkannya

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI
“Assalamualaikum bang B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”
“Apakah bang B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran abang?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi bang B tersebut?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentang hal tersebut?”
KERJA
“Apa saja hobby abang? Saya catat ya Bang, terus apa lagi?”
“Wah.., rupanya bang B pandai main volley ya, tidak semua orang bisa bermain volley seperti itu lho B”(atau yang
lain sesuai yang diucapkan pasien).
“Bisa bang B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley, siapa yang dulu mengajarkannya
kepada bang B, dimana?”
“Bisa bang B peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik itu?”
“Wah..baik sekali permainannya”
“Coba kita buat jadual untuk kemampuan bang B ini ya, berapa kali sehari/seminggu bang B mau bermain
volley?”
“Apa yang bang B harapkan dari kemampuan bermain volley ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan bang B yang lain selain bermain volley?”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan abang?”
“Setelah ini coba bang B lakukan latihan volley sesuai dengan jadual yang telah kita buat ya?”
“Besok kita ketemu lagi ya bang?”
“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan saja, ya setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus bang B minum, setuju?”
“Bagaimana kalau sekarang bang B teruskan kemampuan bermain volley tersebut…….”

SP 3 Pasien :Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar


Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Assalamualaikum bang B.”
“Bagaimana bang sudah dicoba latihan volleynya? Bagus sekali”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang obat yang
bang B minum?”
“Dimana kita mau berbicara? Di kamar makan?”
“Berapa lama bang B mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?
KERJA
“Bang B berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat diminum?”
“ Bang B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam bang, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar bias tidur, yang putih ini
namanya THP gunanya agar rileks agar tidak kaku, dan yang merah jambu/ping ini namanya HDL gunanya agar
pikiran jadi tenang suara-suara/halusinasi hilang. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan
jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut bang B terasa kering, untuk membantu mengatasinya abang bisa banyak
minum dan mengisap-isap es batu”.
“Sebelum minum obat ini bang B dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah benar nama B tertulis disitu,
berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya
sudah benar”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam waktu yang lama.
Agar tidak kambuh lagi sebaiknya bang B tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum
berkonsultasi dengan dokter”.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap
tentang obat yang bang B minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadual kegiatan abang. Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat makan minta
sendiri obatnya pada suster”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Bang!”
“bang, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti
biasa, jam 10 dan di tempat sama?”
“Sampai besok.”

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga


a. Tujuan :
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
2) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang
dipenuhi oleh wahamnya.
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan
pasien secara optimal
b. Tindakan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di rumah.
2) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
3) Diskusikan dengan keluarga tentang:
a) Cara merawat pasien waham dirumah
b) Follow up dan keteraturan pengobatan
c) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
4) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis,
frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)
5) Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi
segera
6) Latih cara merawat
7) Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga

Baca Juga : Intervensi Keperawatan Ansietas dan Rasionanya NANDA NIC


NOC

1 Keluarga : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga;


mengidentifikasi masalah menjelaskan proses terjadinya masalah; dan
obat pasien.

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini


ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, bu, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas di ruang
melati ini. Saya yang merawat bang B selama ini. Nama bapak dan ibu siapa, senangnya
dipanggil apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah bang B dan cara merawat
B di rumah?”
“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang wawancara?”
“Berapa lama waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA
“Pak, bu, apa masalah yang Bpk/Ibu rasakan dalam merawat bang B? Apa yang sudah
dilakukan di rumah?Dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu mengaku-
ngaku sebagai seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi merupakan salah satu gangguan
proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali
anak bapak dan ibu berkata bahwa ia seorang nabi bapak/ ibu dengan mengatakan
pertama:
‘Bapak/Ibu mengerti B merasa seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk
mempercayainya karena setahu kami semua nabi sudah meninggal.”
“Kedua: bapak dan ibu harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang baik.”
“Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan B”
“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B,
misalnya: “Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada
bapak/ibu. B khan punya kemampuan ............ “ (kemampuan yang pernahdimiliki oleh
anak)
“Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?”(Jika anak mau mencoba berikan
pujian) “Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar bias
tidur, yang putih ini namanya THP guanya supaya rilek dan tidak kaku, dan yang merah
jambu/ping ini namanya HDL gunanya agar pikiran tenang suara-suaraatau halusinasi
hilang, semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang,
dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat
menyebabkan B kambuh kembali”(Libatkan keluarga saat memberikan penjelasan tentang
obat kepada klien). Bang B sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat
sesuai jamnya, segera beri pujian.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B
di rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali
berkunjung ke rumah sakit.”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan
mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien


Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang
ketemu lagi”
“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu?”
KERJA
“Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku-aku sebagai nabi, coba bapak dan ibu praktekkan cara
bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti ini”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada kemampuan yang dimiliki B. Bagus.”
“Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya sesuai jadual?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat B?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu
membesuk B”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan mencoba
lagi cara merawat B sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga


ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, bu, karena B sudah boleh pulang, maka kita bicarakan jadual B selama
dirumah”
“Bagaimana pak, bu, selama bapak dan ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara merawat B?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual di rumah? Mari Bpk/Ibu duduk di sini”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu? Baik 30 menit saja, sebelum Bpk/Ibu menyelesaikan
administrasi di depan.”
KERJA
“Pak/Bu, ini jadwal B selama di rumah sakit. Coba diperhatikan. Apakah kira-kira dapat dilaksanakan
semua di rumah? Jangan lupa memperhatikan B, agar ia tetap menjalankan di rumah, dan jangan lupa
memberi tanda M (mandiri), B (bantuan), atau T (tidak mau melaksanakan).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu dan bapak
selama di rumah. Kalau misalnya B mengaku sebagai seorang nabi terus menerus dan tidak
memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang
lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi Puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak, yang akan
membantu memantau perkembangan B selama di rumah”
TERMINASI
“Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan?Bagaimana perasaan Bpk/Ibu? Sudah siap melanjutkan di
rumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk puskesmas tempat ibu dan bapak tinggal guna
mempermudah dalam merawat anak ibu dan bapak. Kalau ada apa-apaBpk/Ibu boleh juga
menghubungi kami. Silakan
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

Baca Juga : 6 Mitos Keperawatan yang tidak benar


Evaluasi
1. Kemampuan pasien dan keluarga

PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA


DENGAN MASALAH WAHAM

Nama pasien : .................


Nama ruangan : ...................
Nama perawat : ...................

Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di
bawah ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian

Tgl Tgl Tgl Tgl


No Kemampuan

A Pasien

1 Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan

2 Menyebutkan cara memenuhi kebutuhan


yang tidak terpenuhi

3 Mempraktekkan cara memenuhi


kebutuhan yang tidak terpenuhi

4 Menyebutkan kemampuan positif yang


dimiliki

5 Mempraktekkan kemampuan positif yang


dimiliki

6 Menyebutkan jenis, jadual, dan waktu


minum obat

7 Melakukan jadwal aktivitas dan


minum obat sehari-hari

B Keluarga

1 Menyebutkan pengertian waham dan


proses terjadinya waham

2 Menyebutkan cara merawat pasien


dengan waham

3 Mempraktekkan cara merawat pasien


dengan waham

4 Membuat jadual aktivitas dan minum


obat klien di rumah (discharge planning)

2. Kemampuan perawat

PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN WAHAM


Petunjuk pengisian:
Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen
penilaian kinerja (No 04.01.01).
Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.
Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl

No Kemampuan

A Pasien

SP I p

1 Membantu orientasi realita

2 Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi

3 Membantu pasien memenuhi kebutuhannya

4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan


harian

Nilai SP I p

SP II p

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki

3 Melatih kemampuan yang dimiliki

Nilai SP II p

SP III p

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat


secara teratur

3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan


harian
Nilai SP III p

B Keluarga

SP I k

1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam


merawat pasien

2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis


waham yang dialami pasien beserta proses terjadinya

3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham

Nilai SP I k

SP II k

1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien


dengan waham

2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada


pasien waham

Nilai SP II k

SP III k

1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah


termasuk minum obat (discharge planning)

2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

Nilai SP III k

Total nilai: SP p + SP k

Rata-rata

Nama pasien : .................


Nama ruangan : ...................
Nama perawat : ...................
Oke Sekianlah artikel kami yang membahas mengenai Strategi Pelaksanaan
(SP) Waham pasien dan keluarga Lengkap, semoga artikel ini bermanfaat bagi
teman-teman semua, dan jangan lupa share artikel kami ini jika bermanfaat
dan tetap mencantumkan link blog kami. Jangan bosan untuk membaca artikel
lainnya disini, Sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda mungkin juga menyukai