Anda di halaman 1dari 20

KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENYAKIT TIDAK MENULAR

Makalah dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Kesehatan Nasional yang diampu
oleh Bapak Sawab S.Kep Ns M.Kep

Kelompok 3 :

1. Aska Fauzan Abrianto P1337420617028


2. Achmad Faozi P1337420617047
3. Yanda Octa Herliani P1337420617053
4. Anisa P1337420617063
5. Sapna Luthfiana P1337420617073
6. Diah Ayu Putri Anggraini P1337420617079
7. Afninda Nafariska P1337420617081
8. Erneta Ismilania P1337420617082
9. Alifia Jaya Wandira P1337420617085

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2019

PENGESAHAN PEMBIMBING
1. Judul Makalah : Kebijakan Pemerintah Terhadap Penyakit Tidak Mneular
2. Ketua Tim
a. NamaLengkap : Achmad Faozi
b. Program Studi : S1 Terapan Keperawatan Semarang
c. NIM : P1337420617047
3. Pembimbing
a. NamaLengkap : Bapak Sawab S.Kep Ns M.Kep
b. NIP : 197606172003121004

Semarang, 05 Maret 2019


Pembimbing, Ketua Tim,

Bapak Sawab S.Kep Ns M.Kep Ahcmad Faozi


NIP.197606172003121004 P1337420617047

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul :

“Kebijakan Pemerintah Terhadap Penyakit Tidak Mneular”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini dapat diselesaikan berkat bimbingan
dan bantuan sejumlah pihak. Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.
ii
Semarang,05 Maret 2019

Penulis

DAFTAR ISI

JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang......................................................................................................1
iii
1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................................3

BAB II PERMASALAHAN
2.1 Program P2PTM....................................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Strategi dan pencegahan........................................................................................9
3.2Strategi yang lainnya.............................................................................................12

BAB IV PENUTUP
4.1Kesimpulan............................................................................................................17
4.2Saran.....................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................18

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecenderungan penyakit menular terus meningkat dan telah mengancam sejak
usia muda. Selama dua dekade terakhir ini, telah terjadi transisi epidemiologis yang
signifikan, penyakit tidak menular telah menjadi beban utama, meskipun beban penyakit
menular masih berat juga. Indonesia sedang mengalami double burden penyakit, yaitu
penyakit tidak menular dan penyakit menular sekaligus. Penyakit tidak menular utama
meliputi jantung, stroke, hipertensi, diabetes melitus, kanker dan Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK). Jumlah kematian akibat PTM terus meningkat dari 41,75%
pada tahun 1995 menjadi 59,7% di 2007.
Oleh karena itu deteksi dini harus dilakukan dengan secara proaktif mendatangi
sasaran, karena sebagian besar tidak mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit tidak
menular. Dalam rangka pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) antara lain
dilakukan melalui pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu Pengendalian Penyakit Tidak
Menular (Posbindu-PTM) yang merupakan upaya monitoring dan deteksi dini faktor
risiko penyakit tidak menular di masyarakat. Sejak mulai dikembangkan pada tahun 2011
Posbindu¬PTM pada tahun 2015 telah berkembang menjadi 11.027 Posbindu di seluruh
Indonesia.
a. Gambaran Morbiditas Dan Mortalitas Penyakit Tidak Menular
Permasalahan penyakit tidak menular cenderung meningkat dalam beberapa
dekade terakhir ini baik secara global maupun nasional. Morbiditas maupun
mortalitas beberapa penyakit tidak menular utama cenderung meningkat di hampir
semua negara. Persepsi bahwa PTM merupakan masalah di negara maju ternyata
tidak benar. Estimasi penyebab kematian terkait PTM yang dikembangkan oleh WHO
menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskular merupakan peyebab tertinggi kematian
di negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia sebesar 37 %. Lebih dari 80 %
dari kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dan diabetes serta 90 % dari
kematian akibat penyakit paru obstruktif kronik terjadi di negara-negara
berpendapatan menengah ke bawah. Disamping itu dua per tiga dari kematian karena

1
penyakit kanker terjadi di negara-negara berpendapatan menengah ke bawah. Berikut
tabel

b. Gambaran Faltpr Risiko Penyakit Tidak Menular


Hasil RISKESDAS tahun 2013 menunjukkan beberapa faktor risiko penyakit
tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia adalah faktor
risiko perilaku atau gaya hidup seperti merokok, kurang aktifitas fisik serta kurang
konsumsi sayur dan buah. proporsi merokok sebesar 36.3 % yang meningkat
dibandingkan tahun 2007 (34.7%). Proporsi populasi dengan aktifitas fisik kurang
adalah sebesar 26.1 persen, yang menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2007.
Penurunan ini berkaitan dengan penggunanaan definisi yang berbeda antara 2007 dan
2013. Proporsi perilaku kurang konsumsi sayur dan buah masih sangat tinggi di tahun

2
2007 dan 2013 (93.6% dan 93.5%). Rata-rata konsumsi sayur dan buah di Indonesia
masih berkisar antara satu sampai dua porsi sehari dan sebesar 77.4 %mengkonsumsi
sayur dan buah sebanyak satu sampai dua porsi sehari. Sementara terkait faktor risiko
biologis, seperti obesitas sentral menunjukkan angka yang meningkat dari 18.8 % di
tahun 2007 menjadi 26.% di tahun 2013.
Konsumsi minuman beralkohol diketahui berkaitan erat dengan terjadinya risiko
abnormalitas fisiologis seperti profil lemak yang terganggu, obesitas dan peningkatan
tekanan darah. Meskipun perilaku konsumsi alcohol masih cukup rendah tetapi cukup
berdampak secara kesehatan, sosial dan ekonomi di masyarakat apabila dikonsumsi
dengan tidak benar. Masalah konsumsi alcohol di Indonesia adalah konsumsi tidak
benar yang mengarah pada cedera dan kematian. Hasil RISKESDAS 2007
menunjukkan angka prevalensi konsumsi alkohol adalah 4.3 % dengan angka
tertinggi di provinsi Sulawesi Utara (28.3%). Dari 4.6 % populasi yang
mengkonsumsi alcohol sebesar 13.4 % mengkonsumsi alcohol dalam jumlah yang
tinggi atau berbahaya (>= 5 standard per hari). Untuk angka prevalensi konsumsi
alkohol yang tinggi di populasi umum adalah sebesar 0.57 persen.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui kebijakan pemerintah yaitu strategi dan pencegahan terhadap
penyakit tidak menular

3
BAB II

Permasalahan dalam P2PTM

Program P2PTM (Pencegahan Pengendalian Penyakit Tidak Menular) yang dibentuk oleh
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular tahun 2015-2019. Program ini
disusun berdasarkan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) untuk penyakit:

1. Penyakit Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik.


2. Penyakit Paru Kronik dan Gangguan Imunologi
3. Penyakit Kanker dan Kelainan Darah
4. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
5. Gangguan Indera dan Fungsional
Dalam program khusus dilakukan advokasi, kemitraan, jejaring, peningkatan kapasitas
dan tata laksana Pencegahan dan Pengendalian PTM melalui berbagai program antara lain :

1) Pemeriksaan kesehatan standar penduduk usia 15-59 tahun(satu tahun sekali),


dilakukan di Pos Pembinaan Terpadu(Posbindu) PTM
2) Pemeriksaan kesehatan standar penduduk usia 60 tahun keatas, dilakukan di Posbindu
PTM
3) Akses ke standarisasi Manajemen kasus Hipertensi melalui Penatalaksanaan Terpadu
(PANDU) PTM di Puskesmas
4) Akses ke standarisasi Manajeman Kasus Diabetes melalui PANDU PTM di
Puskesmas
5) Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Payudara pada perempuan usia 30 - 50 tahun
di Puskesmas
6) Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di sekolah
(Perda Provinsi, Perda Kab/kota, Perbub/Perwali tentang KTR)
7) Quitline Upaya Berhenti Merokok, layanan konseling bebas biaya melalui hotline 0-
800-177-6565
8) Klinik Konseling berhenti merokok (Hidup Sehat Tanpa Rokok)
9) Pengendalian Konsumsi Rokok
10) Pembatasan Konsumsi Gula , Garam, Lemk (GGL) melalui diet sehat gizi seimbang
11) Deteksi Dini dan Rujukan kasus katarak di Puskesmas serta upaya percepatan
eliminasi kebutaan akibat katarak
4
12) Deteksi Dini Gangguan Penglihatan dan Pendengaran
13) Rehabilitasi bersumberdaya masyarakat (RBM) untuk penyandang Disabilitas
14) Penemuan Dini Kanker pada Anak dan Paliatif Kanker
15) Deteksi Dini Gangguan Imunologi dan peningkatan kepedulian pada penyakit
gangguan imunologi (Kampanye Saluri- Periksa Lupus Sendiri ; Psoriasis)
16) Deteksi Dini Osteoporosis melalui Tes Satu Menit untuk Ketahui Risiko Osteoporosis
17) Gerakan Nusantara Tekan Obesitas (GENTAS)
18) Deteksi Dini Gangguan Tyroid (Kampanye kesadaran akan gangguan tyroid -Itu
Bukan Kamu tapi Tyroidmu)
19) Skrining thalasemia pada remaja
20) Kampanye pencegahan penyakit kanker (Sadari, Sadanis, Kita Bisa Cegah Kanker,
Aku Bisa Mengerti dan Melakukan Deteksi Dini)
21) Kampanye aktivitas fisik (Ayo Bergerak Untuk Lebih sehat)
22) Kendalikan hipertensi dengan PATUH
23) Cegah, Obati dan Lawan Diabetes
24) Perilaku Sehat untuk Ginjal Sehat
25) Kampanye pencegahan dan pengendalian PTM dengan mengoptimalkan media sosial,
jejaring media(cetak-elektronik), bloger, netizen untuk meningkatkan kesadaran pada
pencegahan PTM
26) Menguatkan strategi komunikasi untuk pencegahan PTM melalui situs interaktif,
website P2PTM, aplikasi ponsel, kampanye multimedia intensif.
27) Kemitraan untuk mencegah PTM dengan melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat/
Organisasi Profesi/ Organisasi berbasis agama yang potensial dll( PKK, OASE,
Pramuka, Dompet Dhuafa, Organisasi Wanita, LSM peduli Rokok, TNP2K, NGO
internasional)
28) Memperluas jangkauan Posbindu PTM dengan pendekatan berdasarkan 7 tatanan
yaitu :sekolah, tempat kerja, haji, tempat umum, fasilitas kesehatan, kantor lintas
sektor, rumah ibadah.
29) Meningkatkan keterlibatan sektor swasta dalam usaha promosi dan pencegahan
(CSR- Corporate Social Responsibility), PPP - Public Private Partnership
30) Meningkatkan partisipasi masyarakat dan deteksi dini faktor risiko PTM melalui
perubahan perilaku melalui pendekatan per area - satu desa satu Posbindu PTM.
31) Memperkuat kapasitas pelayanan kesehatan, berkolaborasi dengan sektor swasta dan
profesional dalam layanan paket PTM Puskesmas (PANDU PTM)tak hanya
hipertensi dan Diabetes Melitus namun kemudian diperluas dengan emnanggung juga
masalah kardiovaskular, Asma, PPOK, Stroke, Kanker, Gangguan Penglihatan dan
Kebutaan.

5
32) Memperkuat riset dan survailans PTM berupa registrasi penyakit dan
surveilans/monitoring ( Kanker Registry, Sistem Surveilans Berbasis Web PTM,
Sistem Pengawasan PTM selaras dengan Sistem Informasi Kesehatan, P-
Care(aplikasi digital JKN) dan Sistem informasi berdasarkan populasi, Aplikasi
Ponsel Surveilans ; Riset bekerjasama dengan Balitbangkes, UGM

BAB III

PEMBAHASAN

6
TARGET DAN CAPAIAN INDIKATOR RPJMN PROGRAM P2PTM TAHUN 2015-2019

BASELINE TARGET

NO INDIKATOR 2014 2015 2016 2017 Realisasi 2018 2019


2017

Prevalensi tekanan
1 25,8% 25,28% 24,77% 24,28% 25,8% 23,79% 23,38%
darah tinggi

Mempertahankan
2 15,4% 15,4% 15,4% 15,4% 20,7% 15,4% 15,4%
prevalensi obesitas

Prevalensi merokok
3 pada penduduk usia ≤ 7,2 % 6,9 % 6,4% 5,9% 8.8% 5,6% 5,4%
18 tahun

7
TARGET DAN CAPAIAN INDIKATOR RENSTRA PROGRAM P2PTM TAHUN 2015-
201

3.1 Strategi Pencegahan dan Pengendalian PTM di Indonesia


Indonesia menyadari bahwa PTM menjadi salah satu masalah kesehatan dan
penyebab kematian yang merupakan ancaman global bagi pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
Program PTM telah direvisi dengan rencana strategis PTM tahun 2015-2019, dan rencana
kerja PTM Indonesia 2015-2019 telah diluncurkan Oktober 2015

Pencegahan dan Pengendalian faktor risiko PTM meliputi 4 cara, yaitu :


8
1. Advokasi, kerjasama, bimbingan dan manajemen PTM
2. Promosi, pencegahan, dan pengurangan faktor risiko PTM melalui pemberdayaan
masyarakat.
3. Penguatan kapasitas dan kompetensi layanan kesehatan, serta kolaborasi sektor
swasta dan profesional
4. Penguatan surveilans, pengawasan dan riset PTM

Strategi 4 by 4

9
Advokasi, kemitraan, jejaring, dan peningkatan kapasitas merupakan kegiatan
utama dari program pengendalian PTM Indonesia. Untuk kolaborasi antar sektor dan
keterlibatan masyarakat, jejaring telah dibentuk, program pengendalian PTM telah
ditingkatkan dengan dukungan politis yang kuat dan berkoordinasi dengan masyarakat
sipil.
Program Pengendalian PTM di Indonesia diprioritaskan pada strategi 4 by 4
sejalan dengan rekomendasi global WHO (Global Action Plan 2013-2020),
fokus pada 4 penyakit PTM Utama Penyebab 60% kematian yaitu :
a. Kardiovaskulair,
b. Diabetes Melitus
c. Kanker,
d. Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Serta pada Pengendalian 4 faktor risiko bersama yaitu:
a. diet tidak sehat (diet gizi tidak seimbang, kurang konsumsi Sayur dan Buah serta
tinggi konsumsi Gula, Garam dan lemak),
b. kurang aktivitas fisik,
c. merokok, serta
d. mengkonsumsi alkohol.
Pengendalian 4 “faktor risiko bersama” ini dapat mencegah terjadinya 4 Penyakit
Tidak Menular Utama sampai 80%. Fokus Pengendalian PTM juga diarahkan pada
berbagai Penyakit dan kondisi yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas
Hidup manusia, yaitu

a. GangguanPendengaran,
b. Gangguan Penglihatan,
c. Disabilitas, dan
d. Gangguan Thyroid, serta
e. Penyakit yang menyebabkan beban pembiayaan kesehatan seperti Lupus,
Thalassemia, Osteoporosis dan Psoriasis.
3.2 Pencegahan dan Pengendalian PTM yang lain
1. Pos Pembinaan Terpadu PTM (POSBINDU)
Dilakukan dengan pembudayaan Pemeriksaan Kesehatan secara berkala
setiap 6 bulan sekali atau minimal setahun sekali pada Posbindu PTM (Pos
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular).
10
Posbindu PTM pengembangannya berbasis wilayah, disetiap desa atau kelurahan
diharapkan minimal terdapat 1 Posbindu PTM untuk menjangkau seluruh
Penduduk usia 15 tahun keatas di wilayah tersebut.
Fokus Pencegahan dan Pengendalian PTM diutamakan untuk:
a. Menjaga agar masyarakat tetap sehat dan terhindar dari Faktor Perilaku
berisiko,
b. Mampu mengindentifikasi dan memodifikasi perilaku berisikonya agar
tidak menjadi onset PTM serta
c. menemukan dini kasus-kasus berpotensi PTM agar dapat dirujuk ke FKTP
dan ditangani sesuai standar.
Penemuan dini faktor risiko biologis seperti
a. Obesitas,
b. tensi darah tinggi,
c. gula darah tinggi,
d. Gangguan Penglihatan,
e. Gangguan Pendengaran,
f. serta deteksi Dini kanker Serviks dan payudara
2. Penatalaksanaan Terpadu PTM (PANDU)
Penatalaksanaan Terpadu PTM di FKTP (Pandu PTM),
penatalaksanaannya diarahkan untuk mengendalikan PTM dan merupakan upaya
prevensi sekunder untuk mencegah terjadinya berbagai macam komplikasi yang
dapat menyebabkan kecacatan, peningkatan pembiayaan kesehatan dan kematian
dini (kematian pada usia 30-70 tahun).

3. Upaya Promotif dan Preventif


Penguatan kesadaran masyarakat adalah Kunci Utama keberhasilan upaya
promotif preventif PTM, untuk itu sejak tahun 2015, Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian PTM Sudah membuat terobosan peningkatan kesadaran masyarakat
melalui website dan media Sosial secara masif dan berkesinambungan. Upaya
juga dilakukan dengan berbagai mitra swasta, pers online maupun cetak, blogger,
bioskop, kereta api, media televisi serta internet.
4. Program Pengendalian Tembakau
Merokok merupakan salah satu faktor risiko PTM penyebab penyakit
Kardiovaskular, Kanker, Paru Kronis, dan Diabetes. Hal tersebut sekaligus
merupakan faktor risiko penyakit menular seperti TBC dan Infeksi Saluran
Pernapasan, masalah kesehatan yang menimpa banyak umat manusia. Undang-

11
Undang Kesehatan No. 36/2009 dan Peraturan Pemerintah No. 109/2012
menyatakan bahwa tembakau dan segala produknya adalah zat adiktif dan harus
diatur guna melindungi kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan.
Untuk memandu kegiatan pengendalian tembakau, terdapat Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 40/2013 tentang Jalur Pengendalian Tembakau (2009-2024)
yang dapat mengurangi prevalensi merokok sebesar 10% pada tahun 2024.
Program pengendalian tembakau di Indonesia meliputi :
a. melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok dengan
menetapkan kawasan bebas rokok di 7 tempat (sekolah, sarana
bermain anak, fasilitas pelayan kesehatan, rumah ibadah,
transportasi umum, tempat kerja, ruang publik dan tempat-tempat
lainnya.
b. memperingatkan masyarakat tentang bahaya rokok bagi kesehatan
dengan cara menyantumkan gambar pada kemasan rokok
(Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/2013), iklan layanan
masyarakat, dan EIC lainnya termasuk media sosial
c. membatasi tayangan iklan rokok di televisi pada pukul 5 pagi
hingga 9.30 malam
d. melarang penjualan rokok kepada anak-anak berusia di bawah 18
tahun dan wanita hamil
e. help to quit tobacco” telah disampaikan oleh Puskesmas
bekerjasama dengan WHO
5. Kawasan Tanpa Rokok
Peraturan untuk melindungi masyarakat dari asap rokok tidak hanya dalam
lingkup nasional namun juga dalam lingkup daerah. Saat ini terdapat 186
kota/kabupaten di seluruh provinsi di Indonesia yang telah mengembangkan dan
melaksanakan peraturan bebas asap rokok dalam beragam jenis dan tahap.
Pemerintah Indonesia telah memasukkan 3 indikator untuk pencegahan dan
pengendalian PTM yang berkaitan dengan merokok, obesitas dan hipertensi ke
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 – 2019.
6. Standar Pelayanan Minimal
Deteksi dini faktor risiko PTM dan pengobatan yang tepat standar bagi
hipertensi dan diabetes mellitus juga telah termasuk dalam Kebutuhan Standar
Minimum Layanan Kesehatan bagi semua pemerintah kabupaten. Hal ini akan
12
memaksa otoritas kabupaten untuk memastikan bahwa sistem layanan kesehatan
akan memenuhi kebutuhan, mencapai semua indikator, dan menyediakan
anggaran yang cukup. Dalam Permenkes nomor 43 tahun 2016 tentang SPM
bidang kesehatan bagi pemerintah daerah kabupaten/ kota disebutkan bahwa :
a. Pelayanan kesehatan pada usia produktif menyebutkan bahwa Setiap
warga Negara usia 15-59 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai
standar
b. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut menyebutkan bahwa Setiap warga
Negara usia 60 tahun keatas mendapatkan skrining kesehatan sesuai
standar.
c. Skrining kesehatan sesuai standar dapat dilakukan di puskesmas dan
jaringannya termasuk Posbindu PTM.
d. Upaya percepatan untuk mencapai dan mendeteksi kasus PTM tak
terdiagnosa akan dioptimalkan dengan memastikan bahwa semua kasus
segera dirawat di Puskesmas yang dirujuk.
7. Kemitraan dan pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat untuk deteksi dan intervensi modifikasi faktor
risiko dengan menerapkan kegiatan Posbindu telah dimulai sejak tahun 2006 dan
diperluas hingga meliputi 34 provinsi di negara kita. Selama dekade terakhir,
pemerintah Indonesia telah memperkuat kolaborasi antara pihak pemerintah dan
swasta melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), guna
melengkapi keterlibatan organisasi profesional dalam kampanye promosi
kesehatan, pembangunan kapasitas penyedia jasa kesehatan dan memperkuat
sistem mentoring layanan PTM.
Pelayanan PANDU PTM juga ditanggung oleh skema asuransi kesehatan
nasional di fasilitas pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier, termasuk
fasilitas swasta yang berpartisipasi. Indonesia telah mencapai sebagian besar
target yang telah diberlakukan selama tahun 2013.
Indonesia telah melakukan Stepwise Surveillance atau STEPS secara
berkala pada tahun 2007 dan 2013, survei berikutnya akan dilakukan pada tahun
2018, dimasukkan ke dalam kesiapan fasilitas tempat untuk Ketersediaan Layanan
dan Kesiapan Penilaian atau Service Availability and Readiness Assessment
(SARA) pada tahun 2010 dan 2014, membangun sistem pengawasan PTM online,
dan memperluas layanan PTM untuk masyarakat lewat Puskesmas dan Posbindu.
13
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan, berkomitmen
untuk menjadikan program pencegahan dan pengendalian PTM sebagai prioritas.
Kebijakan dan sejumlah strategi telah dikembangkan guna menciptakan program
dan kegiatan yang tepat untuk mengatasi masalah PTM. Dukungan kebijakan
telah diberikan oleh sektor pemerintah tingkat atas dan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan terkait dari pihak pemerintah maupun swasta.
Strategi nasional berfokus pada promosi dan pencegahan melalui
intervensi dan pendidikan berbasis komunitas, sistem pengawasan, kerjasama, dan
manajemen layanan kesehatan.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Telah terjadi transisi epidemiologis yang signifikan, penyakit tidak menular telah
menjadi beban utama, meskipun beban penyakit menular masih berat juga. Indonesia
sedang mengalami double burden penyakit, yaitu penyakit tidak menular dan penyakit
menular sekaligus. Penyakit tidak menular utama meliputi jantung, stroke, hipertensi,
diabetes melitus, kanker dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Jumlah kematian
akibat PTM terus meningkat dari 41,75% pada tahun 1995 menjadi 59,7% di 2007.
Dengan adanya hal itu pemerintah Indonesia melakukan kebijksn atau membuat
suatu stratehi dan program untuk menegah adanya PTM. Diantaranya startegi 4 by 4 dan
POSBINDU dan yang lainnya.
4.2 Saran
Dengan mempelajari dan mendapatkan informasi mengenai kebijakan pemerintah
terhadap penyakit tidak menular mahasiswa mampu mengetahui bagaiaman angkah dan
stategi yang harus dilanjutkan sesuai dengan teori yang benar agar dapat meningkatkan
kesehatan di Indonesia.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI.Diakses tanggal 05 Maret 2019 dari : http://www.p2ptm.kemkes.go.id/profil-p2ptm/latar-


belakang/program-p2ptm-dan-indikator

Kemenkes RI.Diakses tanggal 05 Maret 2019 dari : http://www.p2ptm.kemkes.go.id/profil-p2ptm/latar-


belakang/strategi-pencegahan-dan-pengendalian-ptm-di-indonesia

Kemenkes RI.2015.Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit Penyehatan Lingkungan. Direktorat


Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

16

Anda mungkin juga menyukai