Anda di halaman 1dari 105

Penanggung Jawab

Siswanto Agus Wilopo

Editor
Eddy N. Hasmi
Siti Fathonah

Tim Penyusun
Laurike Moeliono
Indra Nurpatria
Pierre Albyn Pongai
Adi Respati
Teknik Advokasi KRR

█ Panduan advocacy
1. apa yang dimaksud dengan advocacy
2. tujuan advocacy
3. mengapa perlu advocacy
4. hal-hal yang dapat diharapkan melalui advocacy.
5. siapa target advocacy
6. bagaimana melakukan advocacy
7. langkah-langkah advocacy.
8. pengetahuan, ketrampilan, etika dalam melakukan advocacy
9. contoh hasil advocacy
10. apa yang dimaksud dengan advocacy

Apa yang Dimaksud dengan Advocacy


Advocacy adalah proses komunikasi yang berbeda dengan penyuluhan aatau edukasi
(Komunikasi Informasi dan Edukasi atau KIE). Advokasi lebih dari KIE.

► Advocacy mencari dukungan, komitmen, pengakuan mengenai sebuah


masalah tertentu dari para pengambil keputusan maupun masyarakat luas.

► Advocacy mencari pemecahan masalah. Pelaksanaan advocacy di bidang


kesehatan reproduksi perlu didasarkan atas data menyangkut masalah tersebut.
Untuk itu diperlukan analisis situasi dan kajian “baseline” mengenai
permasalahan konkrit untuk mendukung advocacy. Misalnya hasil survey
mengenai perilaku seksual remaja, jumlah remaja yang tertular HIV/AIDS, dst.

► Advocacy harus diarahkan pada pihak-pihak berwenang agar menyediakan


kepemimpinan, dukungan politik dan komitmen yang sejalan dengan upaya
menyelesaikan persoalan.

Tujuan Advocacy
1. meningkatkan kesadaran mengenai besar dan seriusnya permasalahan

2. mengurangi dan menghilangkan praktek-praktek diskrimitatif dan hambatan-


hambatan kebijakan yang menghalangi upaya-upaya pencegahan dan
pengobatan (kesehatan reproduksi remaja)

3. kampanye untuk aksi yang efektif dan berkelanjutan

Mengapa Perlu Advocacy


Latar belakang masalah
Di negara berkembang hampir 60 persen dari infeksi baru HIV terjadi di kalangan
remaja berusia 15 - 24 tahun. Pada tahun 2000 tercatat 1.4 juta anak di bawah

Multimedia Materi KRR

1
Teknik Advokasi KRR

usia 15 tahun sudah hidup dengan HIV (baik karena tertular melalui ibu maupun
aktivitas seksual).

Karena faktor-faktor biologis dan sosial, remaja perempuan lebih rentan


dibandingkan remaja laki-laki. Di daerah-daerah tertentu masih ada mitos-mitos
yang keliru tentang hubungan seks, misal: melakukan hubungan seks dengan
perawan bisa menyembuhkan laki-laki yang sudah tertular HIV. Semakin banyak
perempuan yang tertular maka semakin banyak pula bayi yang lahir dengan infeksi
HIV. Berbagai kekerasan seksual mulai dari pemerkosaan, perdagangan anak untuk
pelacuran, kawin-paksa mempertinggi kerentanan remaja teradap berbagai risiko
kesehatan reproduksi seperti keamilan tak diharapkan, aborsi, infeksi menular
seksual, HIV.

Banyak anak dan remaja tertular HIV karena mereka tidak memperoleh informasi,
edukasi dan pelayanan kesehatan serta pengetahuan mengenai pencegahan IMS dan
HIV. Ini terjadi karena remaja dianggap belum/tidak cukup dewasa menerima
informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi. Remaja juga sering mengalami
kesulitan memperoleh pelayanan kesehatan. Contoh hambatan yang ada adalah
waktu pelayanan yang tidak cocok dengan kegiatan remaja, isu hukum dan undang-
undang yang membatasi mereka, biaya yang tak terjangkau, sikap para pelayan
kesehatan yang tidak ramah, dsb.

Ini adalah pelangaran hak asasi anak dan remaja. Mereka berhak atas pendidikan,
pelayanan tanpa diskriminasi, kesempatan untuk menyatakan pikiran, perasaan dan
keinginannya untuk menerima informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi.
Advocacy dapat mejadi alat yang sangat efektif untuk mengatasi hambatan-
hambatan yang dihadapi remaja untuk memperoleh informasi dan pelayanan.
Advocacy sangat diperlukan untuk menghentikan berbagai eksploitasi dan
kekerasan seksual yang berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi anak dan
remaja.

Hal-hal yang Dapat Diharapkan Melalui Advocacy


1. Mengusahakan pendidikan KRR sampai ke remaja. Advocacy dapat
mengubah kebijakan menyangkut akses penyampaian informasi seksual dan
kesehatan reproduksi melalui sekolah-sekolah dan tempati-tempat berkumpulnya
remaja. Informasi juga perlu dilengkapi dengan pelayanan kesehatan reproduksi
yang memadai.

2. Mengusahakan berbagai pihak terlibat. Kampanye publik yang


menjelaskan berbagai risiko yang dapat dialami anak dan remaja serta upaya-
upaya pencegahannya perlu ditujukan pada berbagai lapisan masyarakat mulai
dari para remaja sendiri, keluarga, para pendidik, dll. Advocacy mengenai
HIV/AIDS dengan sasaran remaja akan lebih berhasil bila dirancang dan
dilaksanakan bersama-sama para remaja sendiri

Multimedia Materi KRR

2
Teknik Advokasi KRR

3. Remaja menunda atau melakukan dengan hati-hati aktivitas


seksual. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa pendidikan seks dan
kesehatan reproduksi tidak lebih mendorong aktivitas seksual. Informasi yang
memadai, justru membuat remaja merasa nyaman terhadap dirinya sendiri,
kurang merasa cemas teradap hal-hal yang tidak dia ketahui, dan dapat
mengontrol keputusan-keputusan yang dibuatnya. Pendidikan seks membantu
remaja menunda aktivitas seksualnya atau, bila ia sudah aktif secara seksual,
dapat melindungi diri dan pasangannya dari berbagai risiko kesehatan
reproduksi.

Siapa Target Advocacy


Target advocacy adalah remaja, orangtua, dan pihak-pihak pengambil keputusan.

Remaja. Pengertian remaja dalam program kesehatan reproduksi di Indonesia


(terutama yang dikembangkan oleh pemerintah mengikuti pengertian WHO) yaitu
mereka yang berusia 10-19 tahun (BKKBN, 2002)1. Penting untuk memberikan
informasi tentang kesehatan reproduksi pada individu usia 10-14 tahun. Semakin
awal pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi diyakini akan semakin
berdampak positif kepada kehidupan reproduksi mereka dikemudian hari.

Pemberian informasi tentang menstruasi dan mimpi basah serta perubahan fisik dan
emosional selama masa pubertas dapat lebih baik mempersiapkan mereka. Di
samping itu, kebutuhan untuk memberikan informasi kesehatan reproduksi kepada
anak usia 10-14 tahun dirasakan semakin mendesak jika dikaitkan dengan semakin
mudahnya anak-anak usia tersebut mendapatkan informasi yang menyesatkan
tentang perilaku kesehatan reproduksi (misal: situs, majalah, film porno).

Orangtua, Pendidik dan pihak pengambil keputusan. Kepemimpinan di


tingkat paling tinggi adalah kunci untuk menanggapi masalah kesehatan reproduksi
ini. Di beberapa negara, pemerintah berani mengintervensi kesehatan reproduksi
remaja sebagai masalah kesehatan masyarakat. Di Uganda misalnya, presiden
menyebarkan informasi mengenai cara menghindari HIV/AIDS melalui berbagai
pihak: media massa, pemimpin-pemimpin politik dan agama, sekolah, dll. Tiap
keputusan punya efek terhadap perkembangan dan kehidupan sosial remaja. Paling
tidak tiga area terkait erat dengan hal ini:

• kesehatan
• pendidikan
• kesiapan untuk bekerja bagi remaja.

1
BKKBN, 2002: Buku Pedoman Kebijakan Teknis Program Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi.

Multimedia Materi KRR

3
Teknik Advokasi KRR

Bagaimana Melakukan Advocacy


Baik isi dan metode penyampaian perlu disesuaikan dengan tahap perkembangan
intelektual dan kepribadian remaja2. Di beberapa negara, pemberian informasi
tentang kesehatan reproduksi remaja kepada anak usia 10-14 tahun diintegrasikan
ke dalam kurikulum sekolah, misalnya melalui materi pelajaran yang terkait dengan
kesehatan atau materi pelajaran yang berkaitan dengan life skill education.

1. Menulis Pernyataan Misi


Untuk memulai kegiatan advokasi,menentukan pernyataan misi perlu dilakukan.
Pernyataan misi advokasi menerangkan Tujuan Utama atau sasaran dari aktivitas
advokasi dan menjawab pertanyaan ‘Apa Maksud dari Seluruh Kegiatan ini?’

Pernyataan misi menjadi panduan seluruh kegiatan, mulai dari identifikasi staf,
relawan, dan public serta apa yang akan dicapai. Pernyataan misi biasanya akan
ditampilkan pada setiap publikasi berkaitan dengan aktivitas advokasi ini.

Membuat Pernyataan misi harus lakukan dengan sabar dan hati-hati pada pemilihan
tiap kata. Deskripsikan tiap usaha seakurat mungkin.

Saat menulis Pernyataan Misi libatkan setiap anggota tim agar diperoleh ide dan
bahasa bersama serta menumbuhkan rasa komitmen bersama terhadap aktivitas
advokasi yang akan dilakukan. Beberapa hal yang perlu anda ketahui sebelum
menentukan Pernyataan Misi:

• Pernyataan Misi harus benar-benar menjelaskan posisi dan aktivitas anda


• Pernyataan misi jangan lebih dari tiga atau empat kalimat, jadi harus
sedeskiptif dan sejelas mungkin
• Pastikan kata yang digunakan hanya dapat diartikan/diinterpretasikan hanya
seperti yang diinginkan. Coba minta pendapat orang lain untuk menilai sudut
pandang intepretasi mereka

Contoh Pernyataan Misi

• “to protect the health and welfare of women and children by ensuring the
provision of comprehensive sexual and reproductive health services.”

• “to enable all individuals and couples to understand responsible sexual and
reproductive choices and to have access to the methods to achieve their
choices.”

• “to meet the needs of clients by the achievement of universal quality sexual
and reproductive health services.”

2
Kirby, D, 2001 maupun Blum, R. 2003 memberikan pandangan bahwa anak-anak usia 10-14 tahun adalah concrete
learner dan mereka masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga dan masyarakat. Oleh karena
itu dalam mengembangkan program KRR untuk kelompok ini hendaknya (1) fokus & jangan terlalu banyak informasi
yang diberikan, (2) isu yang diberikan memang sedang mereka hadapi, jika tidak maka informasi yang diperoleh tidak
akan terinternalisasi dalam pikiran mereka dan tidak berdampak pada perubahan sikap dan perilaku, (3) hindari
memberikan isu-isu yang kontroversi karena akan membingungkan mereka ketika informasi yang mereka peroleh dari
program bertentangan dengan nilai yang ada dalam keluarga dan masyarakat sekitar mereka.

Multimedia Materi KRR

4
Teknik Advokasi KRR

2. Menentukan Tujuan, Sasaran dan Aktivitas


Selain pernyataan misi, anda juga memerlukan tujuan jangka pendek yang
merupakan tahapan dalam mencapai Pernyataan Misi anda. Tujuan-tujuan inilah
yang diharapkan untuk terpenuhi ke depannya. Kemungkinan keberhasilan usaha
anda lebih besar bila tujuan-tujuan ini telah ditentukan di awal aktivitas.

Selain itu anda juga harus menentukan sasaran anda. Sasaran merupakan aktivitas-
aktivitas spesifik yang anda lakukan untuk mencapai tujuan.

Tujuan

Mulai mendaftar tujuan-tujuan advokasi anda secara spesifik dan tepat. Ini akan
membantu memperlihatkan dimana keberhasilan anda, ketidakberhasilan anda dan
kemana anda perlu melanjutkan.

Pertanyaan yang dapat membantu menentukan tujuan:

• apa tujuan utama advokasi, seperti dijelaskan pada pernyataan misi


• apa tujuan spesifik (jangka pendek) yang diharapkan dicapai menuju ke
tujuan utama
• apa sasaran jangka pendek dan jangka panjang yang diperlukan untuk
mencapai yang disebut sebelumnya sebagai Tujuan Utama
• bagaimana hal-hal ini dinyatakan agar dapat dimengerti
• bagaimana mengukur kesuksesan atau kemenangan advokasi?

Saat menentukan Tujuan, pastikan kesemuanya realistis, artinya:

• harus jelas siapa saja yang akan membantu kita mencapai sasaran, termasuk
konstituen dan sekutu dalam advokasi serta pastikan mereka dapat dan akan
membantu
• dengan sumber daya yang dimiliki, apakah sasaran yang dibuat dapat dicapai
• kebutuhan dana yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran terpenuhi
• siapa saja lawan kita dan sumber daya yang mereka miliki harus mampu
dihadapi
• semua masalah yang mungkin ada dan berkembang ke depannya harus bias
diatasi

Contoh Tujuan:

With the ultimate goal of ensuring the provision of comprehensive sexual and
reproductive health services. As steps towards that aim, it might choose other goals
such as:

• establishing a network of model clinics to demonstrate the demand for


services and the health benefits of those services

• educating the public and opinion-leaders about the health benefits of those
services

Multimedia Materi KRR

5
Teknik Advokasi KRR

• persuading the government of the importance of supporting and extending


the services in additional areas and to other population groups.

Sasaran

Sasaran adalah deskripsi aktivitas quantitative yang akan anda penuhi untuk
mencapai tujuan. Sasaran harus se-spesifik dan se-terukur mungkin, sehingga anda
dapat melihat kapan anda telah berhasil. Ketidakterukuran atau ketidakspesifikan
sasaran yang dibuat dapat menyebabkan kebingungan dan kurang terarahnya
kegiatan advokasi anda.

Anda juga harus membuat jangka waktu tertentu bagi anda dan tim untuk
pencapaian tiap sasaran. Tidak berarti bila anda tidak sesuai deadline anda gagal,
akan tetapi hal ini berguna untuk lebih memudahkan memonitor perkembangan dan
membuat penyesuaian yang dibutuhkan.

Contoh Sasaran:

• establishing 10 model clinics in selected areas of the country


• training of specified numbers of medical and non-medical personnel for those
clinics
• development, testing and production of core information materials for clients
and potential clients (leaflets, posters etc)
• comparing client and non-client health profiles through the establishment and
use of a sound database, if resources allow
• gaining the support and endorsement of specified groups of opinion-leaders
(e.g. community leaders, the media, the medical establishment)
• formation of a parliamentary group of supportive politicians.

Aktivitas

Untuk tiap sasaran, anda harus menentukan aktivitas tertentu. Aktivitas secara lebih
lanjut menjelaskan sasaran secara lebih quantitative. Mereka merupakan barometer
untuk menentukan keberhasilan kegiatan advokasi. Tiap aktivitas harus juga diberi
jangka waktu tertentu sehingga anda dapat melihat perkembangan aktivitas.

Contoh Aktivitas

To achieve comprehensive reproductive health services established in its country,


had as one of its objectives the establishment of 10 model clinics. Some of the
activities to meet that objective would be:

• to raise the necessary funds for each clinic


• to develop specific fundraising materials for potential donors: individuals,
businesses, charities, international organisations etc. within three months
• to identify appropriate experimental areas to site the clinics, based upon
listed criteria, within four months
• to train precise numbers of staff and volunteers for each clinic – timing
decided clinic by clinic

Multimedia Materi KRR

6
Teknik Advokasi KRR

• to produce specified numbers and types of publicity and information materials


– posters, leaflets and fact sheets – for potential clients two months before
the first clinic opens.

3. Membangun Konstituensi untuk Dukungan


Keberhasilan kegiatan advokasi anda dipengaruhi oleh kemampuan untuk merrekrut
orang yang:

• berpikir seperti anda berpikir, dan


• mendukung dan meng-advokasi untuk sebab yang sama dengan anda

Sangat jelas, semakin banyak orang di pihak anda semakin baik. Keberhasilan
advokasi tidak pernah hasil dari hanya sedikit orang. Biasanya merupakan hasil
gabungan usaha yang menyatukan sumber daya, waktu, energi dan bakat dari
banyak orang dan organisasi yang berbeda.

Orang-orang dan organisasi-organisasi ini bergabung bersama mereka yang memiliki


kesepakatan dengan tujuannya dan oleh karenanya membangun konstituensi untuk
dukungan. Dengan memperlihatkan bahwa advokasi anda memiliki dukungan yang
luas, konstituensi memberikan momentum untuk pertumbuhan dan membantu
menghadapi lawan main anda.

Konstituensi yang dimiliki

Konstituensi yang dimiliki dimulai dengan anda dan orang-orang yang bekerja
dengan anda dalam advokasi ini. Keberhasilan advokasi dimulasi dengan saling
pengertian bahwa tiap orang yang terlibat komit pada kegiatan advokasi ini serta
tujuannya, tiap orang yang terlibat harus setuju pada apa yang ingin anda capai.

Untuk menentukan siap yang perlu anda rekrut sebagai supporter untuk mencapai
tujuan:

• siapa saja yang sudah ada di pihak anda? Siapa saja supporter anda
sekarang? Perjelas hubungan dengan mereka sebelum mencoba menarik
tambahan ‘kawan’. Pastikan mereka mengetahui anda menghargai mereka
serta dukungan mereka.

• Apakah mereka partner yang logis untuk anda pada isu tertentu (misalnya
kelompok wanita, kelompok remaja)?

• Apakah ada grup atau individu lain yang dukungannya dapat anda peroleh
pada isu spesifik ini, walau mereka tidak mendukung anda pada isu lain?

• Apakah ada grup yang spesialisasinya pada bidang lain tetapi mungkin
mendukung anda pada isu tertentu seperti organisasi HAM, serikat kerja, dll?

Pikirkan bagaimana meraih tiap supporter potensial atau konstituensi ini. Misalnya
anda perlu menggunakan pendekatan berbeda untuk meraih pembuat kebijakan
dibanding untuk meraih media. Usaha anda dalam menarik mereka yang telah

Multimedia Materi KRR

7
Teknik Advokasi KRR

mengerti isu Kesehatan Reproduksi Remaja tidak akan sama dengan usaha pada
mereka yang awam.

Membangun konstituen membutuhkan waktu dan kesabaran. Masalah anda


memperoleh satu konstituen atau seratus tidaklah penting, yang penting adalah
anda mendapatkan dukungan yang aktif.

Selain itu anda juga perlu mengidentifikasi Lawan Main anda

• apakah mereka memiliki dukungan konstituen yang lebih kuat?


• Seberapa besar mereka akan berusaha mengalahkan anda?
• Pertimbangkan kekuatan dan kelemahan mereka

Memperluas Basis Dukungan

a. Networking

Networking dan menghadapi masalah dalam koalisi dengan organisasi lain yang
focus atau memberi dukungan pada isu serupa akan membantu anda untuk:

• mengumpulkan dukungan public, dan


• meningkatkan kekuatan usaha advokasi anda

networking sebenarnya hanya merupakan membuat dan menjaga kontak dengan


individu dan organisasi lain yang berbagi dan mendukung tujuan anda dan dapat
membantu anda mencapainya. Untuk membuat networking antara lain:

• berbicara pada klub atau organisasi local


• dstribusikan informasi pada kegiatan local
• hadiri pertemuan rutin dari organisasi rekan dan simpatisan, kolega, dll
• sebarkan informasi tentang advokasi anda di tempat-tempat public dan
informasikan cara mereka membantu dan menghubungi anda
• tampilkan film, video atau slide tentang isu-isu KRR di lingkungan anda
• kirim materi pada media tertentu dan undang mereka untuk menghadiri
acara anda.

b. Membangun Koalisi

salah satu cara paling efektif melakukan networking yaitu berpartisipasi dalam
koalisi. Koalisi adalah kumpulan beberapa organisasi berpikiran serupa bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama. Koalisi bias berupa permanent atau sementara,
single atau multi isu, terbatas pada konstitusi tertentu atau jelas secara geografis.
Koalisi dapat membantu:

• membangun dukungan yang berkelanjutan


• meningkatkan pengaruh usaha advokasi anda
• mengembangkan pemimpin baru untuk advokasi anda
• memperluas lingkup advokasi anda
• meningkatkan sumber daya financial dan programatik anda

Multimedia Materi KRR

8
Teknik Advokasi KRR

4. Target individu sebagai sasaran


sebelum membawa isu anda dan mengkampanyekan pada public, anda perlu
menentukan:

• pada siapa anda ingin memberikan pesan anda ini


• bagaimana pesan anda dibentuk untuk menarik kelompok ini
• target berbeda membutuhkan strategi yang berbeda pula. Misalnya:
• untuk pembuat kebijakan public proses lobby lebih efektif,
• untuk public umum anda mungkin perlu menggunakan media, kegiatan public
dan materi tercetak sedangkan,
• untuk remajanya langsung anda perlu melakukan komunikasi, informasi dan
edukasi untuk menyampaikan pesan anda.

Dalam suatu kelompok target terdapat sub-kelompok, misalnya kelompok umur,


kelompok gender, kelompok pendapatan rendah, dll dimana akan menentukan
pertimbangan bentuk dari pesan yang akan disampaikan.

Selain menentukan target sasaran anda juga harus mengetahui mengapa anda ingin
meraih mereka. Karena mengetahui kenapa anda ingin meraih suatu target sasaran
tertentu sama pentingnya dengan mengetahui siapa target sasaran anda.

Misalnya:

Anda menentukan target sasaran anda adalah remaja, anda mungkin menggunakan
siaran radio dengan audiens remaja merupakan cara terbaik untuk meraih mereka.

Tapi anda juga harus menentukan kenapa anda ingin mencapai mereka, misalnya:

• utamanya untuk mengurangi penyebaran HIV/AIDS dan PMS


• selain itu untuk mengajak remaja untuk mendatangi youth center
• dll

5. Menentukan Isu dan Membentuk Pesan


Tidak semua orang mengerti mengapa KRR sangat penting bagi remaja, keluarga
bahkan masa depan bangsa. Oleh karenanya, untuk membangun dukungan public
anda harus mencari cara yang akan menarik perhatian mereka. Yang artinya
mengkomunikasikan isu dan pesan KRR dengan suatu cara yang secara mudah
dimengerti dan menarik bagi orang-orang yang menjadi sasaran advokasi KRR.

Saat merancang pesan advokasi KRR anda perlu:

• memikirkan siapa saja yang ingin anda raih dan membentuk pesan dan
bahasa untuk konstituensi itu. Misalnya bila ingin meraih remaja gunakan
bahasa yang menarik mereka, bila ingin meraih orang tua gunakan pesan
yang berisi dampak dari ketidaktahuan KRR pada anak mereka.

• Gunakan pengalaman-pengalaman nyata bila diperlukan. Orang lebih


mengerti dan mengingat pengalaman disbanding hanya informasi teoritis.

Multimedia Materi KRR

9
Teknik Advokasi KRR

Gunakan dan kumpulkan pengalaman ini untuk mengilustrasikan mengapa


isu KRR penting. Misalnya ketidaktahuan mengenai isu KRR dapat
menyebabkan seorang remaja melakukan sex bebas apalagi secara tidak
aman, dan berdampak kehamilan tak diinginkan serta bahkan terjangkit PMS
atau HIV/AIDS.

• Kumpulkan fakta dan informasi tambahan untuk menguatkan isi pesan anda

• Kumpulkan kutipan atau pernyataan dari individu terkenal dan pakar


berkaitan dengan isu atau pesan advokasi KRR (dengan minta ijin publikasi)
yangdapat membuat usaha anda lebih kredibel dan lebih mendapat
perhatian.

• Maksimalkan nilai-nilai positif dan minimalkan nilai-nilai negative. Nilai positif


memposisikan KRR sebagai sebuah pilihan, untuk sehat dan hak. Sedangkan
nilai negative mengilustrasikan KRR sebagai hal untuk menghindarkan, untuk
mengontrol dampak, dsb. Hati-hati dengan penggunaan kata karena
intepretasi tiap orang berbeda-beda

• Gunakan nilai-nilai yang secara kultural sekiranya dapat diterima oleh target
sasaran. Dan konsultasikan untuk memeriksa apakah pesan anda telah tepat
dan pas.

• Respon pada individu berbeda dalam kultur tertentu bila diperlukan. Sub nilai
tertentu cenderung lebih kuat untuk beberapa kelompok daripada yang
lainnya.

• Untuk tiap hal baik yang anda advokasi-kan, pastikan mengingat apa yang
lawan anda akan katakana dan bersiap untuk meresponnya.

• Kembangkan pesan yang jelas dan sederhana. Gunakan bahasa sehari-hari


dan gambaran sederhana yang terfokus pada isu yang anda maksud. Ulangi
pesan ini pada tiap materi yang anda buat, semakin banyak diulang maka
semakin besar hal itu untuk didengar, dibaca dan diingat.

• Kemukakan poin penting lebih dulu

6. Merancang Juru Bicara


Setelah anda menentukan isu dan pesan untuk menjelaskannya, langkah
selanjutnya adalah merancang juru bicara. Tidak semua orang yang terlibat dalam
kegiatan advokasi anda boleh mengemukakannya. Anda harus memilih orang yang:

• memiliki artikulasi dan kepribadian yang baik


• mengenal isu anda dengan baik dan dalam
• mampu mengkomunikasikan pesan anda dengan sebaik dan sejelas mungkin

Orang yang telah dikenal dengan baik yang memiliki kredibilitas public, dan/atau
orang yang enerjik dan antusias pada tujuanyang sama dengan anda dan mampu
menarik orang lain melalui kepribadiannya merupakan juru bicara terbaik.
Multimedia Materi KRR

10
Teknik Advokasi KRR

7. Pengumpulan Data
Pesan yang paling efektif muncul dari fakta, yang memiliki landasan yang solid,
mengenai isu dan kelompok anda. Mengumpulkan data substantive mengenai isu
spesifik KRR, menjadi sangat penting dalam setiap usaha melalui edukasi public
maupun media. Namun pengumpulan data yang substantive dan reliable sangatlah
mahal dan memakan waktu. Jadi mulailah mencoba untuk mengumpulkan
penelitian-penelitian sesuai isu bersangkutan yang telah ada, karena semakin
banyak fakta yang didapatkan sesuai isu anda, maka akan semakin informative dan
terpercayalah anda di mata public, pembuat kebijakan dan target sasaran anda
lainnya.

Penelitian

• review statistic dan kegiatan penelitian relevan disekeliling anda yang sudah
ada. Kunjungi perpustakaan atau universitas untuk mencari statistic terbaru
terkait isu anda dan lihat penelitian dan informasi yang tersedia di internet

• coba temui pakar pada bidang terkait yang telah melakukan penelitian tentang
isu terkait dan cari tahu apa yang mereka ketahui

• apakah mereka memiliki data atau statistic yang dapat membantu kasus anda

• dapatkah anda mengutip mereka saat membicarakan isu anda

• hubungi organisasi lain untuk melihat apakah mereka memiliki data relevan
yang dapat anda pakai (jangan lupa menyertakan sumber)

• selalu gunakan data seakurat mungkin. Jangan mencoba membuatnya lebih


dramatis dari yang sebenarnya. Bila anda menggunakan statistic secara
reliable, orang akan percaya dengan pesan anda. Bila anda merusak fakta,
orang akan cenderung untuk tidak mempercayai apapun yang anda katakana
dan membuka peluang untuk menjatuhkan anda

Survey

Survey merupakan salah satu cara mencari informasi mengenai suatu isu tertentu,
namun hati-hati dalam menggunakan hasilnya. Jangan membeberkan terlalu
berlebihan hasil yang anda kumpulkan, jujurlah tentang sample yang terlibat,
bagaimana mereka terpilih dan jumlah responden yang anda terima.

8. Penyampaian Pesan pada Publik


Melalui Media

Media mengacu pada chanel komunikasi, termasuk cetak ataupun elektronik,


misalnya internet, Koran, jurnal dan majalah, radio dan televisi. Semua ini berguna
untuk menyampaikan pesan anda pada public. Menggunakan media berguna untuk:

• menginformasikan public mengenai isu advokasi KRR


• membantu mengubah perilaku public

Multimedia Materi KRR

11
Teknik Advokasi KRR

• mempengaruhi kebijakan pemerintah dan legislasi


• meningkatkan uang untuk aktivitas advokasi
• merekrut anggota untuk mendukung aktivitas advokasi

Untuk menyampaikan pesan anda melalui media, anda perlu merancang strategi
komunikasi, karena berbeda jenisnya maka dibutuhkan cara mengkomunikasi yang
berbeda pula. Anda juga perlu melakukan pendekatan khusus dengan media untuk
mendapatkan dukungan pada aktivitas advokasi yang sedang anda upayakan.

Selanjutnya anda perlu memilih jenis media yang akan anda jadikan alat
penyampaian, diantaranya:

• kegiatan yang mungkin diliput media


• publikasi pers
• konferensi pers
• penampilan di televisi atau radio
• wawancara televisi, radio atau media cetak
• program interactive
• website
• surat untuk editor
• editorial
• artikel di Koran atau majalah

Melalui Materi Tercetak

Menentukan cara menyampaikan pesan pada public sangat tergantung pada


beberapa factor, salah satu dan yang paling penting adalah sumber daya yang
dimiliki, baik dana maupun keahlian.

Beberapa publikasi materi tercetak yang dapatdipilih yaitu:

• Flyers
• Pamflet
• Booklet
• Newsletter
• Laporan tahunan
• Position paper
• Kartu Fakta / Fact sheets
• Canvassing
• Petisi

Melalui Internet

Teknologi internet merupakan alat yang dapat digunakan yang secara strategis
usaha menarik target sasaran secara mutakhir dan organisir. Tetapi penggunaannya
lebih efektif bila merupakan komplemen dan suplemen bukan sebagai pengganti
cara yang lebih tredisional.

Keunggulan menggunakan media internet:

Multimedia Materi KRR

12
Teknik Advokasi KRR

• cepat
• mudah di up-date
• relative lebih murah
• cakupannnya global (worldwidwe)
• dua arah
• fleksibel dan mudah diadaptasi

Beberapa alat atau cara mempublikasi informasi advokasi melalui internet:

• Websites
• Email
• Media work On-line
• Interactive on-line program

Melalui Cara Lain yang Lebih Kreatif

Masih banyak lagi cara yang dapat dilakukan untuk menyampaikan pesan advokasi,
semakin kreatif dan variatif maka kemungkinan untuk menarik perhatian public lebih
besar

• Membuat acara-acara public (fun events)


• Membuat poling rutin
• Membuat focus groups
• Membuat Hotline
• dll

9. Melakukan Pendekatan pada Pembuat Kebijakan

bila anda menginginkan perubahan politis dan legislative, anda perlu mendekati
pembuat kebijakan dan me-lobby mereka untuk ikut melihat isu advokasi seperti
anda melihatnya. Prose lobby paling efektif bila anda memerlukan sesuatu yang
spesifik, misalnya informasi KRR dimasukan dalam kurikulum sekolah menengah,
keputusan pendanaan untuk youth center di tiap kelurahan, dll

untuk melakukan pendekatan pada pembuat kebijakan:

• kenali dulu system atau proses legislative itu sendiri, ‘aturan’ tertulis dan
tidak tertulis cara kerjanya

• kenali juga individu yang ingin anda dekati, karena individu berbeda memiliki
prioritas berbeda pula, presentasi anda harus disesuaikan dengan
kepentingan mereka

• posisikan diri anda sebagai sumber daya bagi pembuat kebijakan yang
menangani isu ini dengan menyediakan position paper, publikasi dan
informasi penting lain yang anda miliki mengenai isu tersebut.

• Jelaskan anda siap menyediakan data atau materi lain yang diminta

Multimedia Materi KRR

13
Teknik Advokasi KRR

• Tetap kedepankan isu anda pada mereka sesering mungkin, jangan hanya
mendekati saat membutuhkan

• Ingat tidak ada teman atau musuh yang abadi, bias saja yang sebelumnya
menentang anda berbalik mendukung anda atau sebaliknya.

• Buat networking dengan mereka dan staf mereka terus

• Hitung jumlah pembuat kebijakan yang mendukung anda di awal, dan selama
kegiatan advokasi

Beberapa cara yang dapat anda gunakan untuk memberikan pesan advokasi pada
para pembuat kebijakan yaitu:

• menulis surat, atau lebih baik


• pertemuan pribadi
• telepon
• dan yang paling baik presentasi secara khusus

Presentasi biasanya menampilkan pakar dari kelompok anda mengemukakan isu


tersebut, data terbaru mengenainya dan yang pentingnya hal itu. Pastikan saat
presentasi anda memiliki hand-out atau publikasi yang tersedia untuk mereka,
sehingga mereka dapat membaca di waktu lain atau memberikan pada staf mereka.
Fact sheet yang bersifat singkat dan padat mengenai isu anda serta ringan dibaca
sangatlah baik digunakan saat presentasi.

10. Mendidik Kolega dan yang Lain (Konferensi & Workshop)

Selain bersifat mendidik/edukasi konferensi dan workshop secara efektif dapat


dijadikan cara untuk mempromosikan tujuan advokasi anda pada bervariasi audiens
dan kolega. Konferensi dan workshop dapat berguna untuk:

• memberi orientasi umum, konsepsi atau overview kepada orang lain


mengenai suatu subyek
• mengajar orang untuk melakukan sesuatu, misalnya advokasi legislative,
relasi media, penggalangan dana, dll
• membuat kesatuan bahasa, sikap atau pendekatan mengenai suatu isu atau
kampanye, oleh karenanya meningkatkan komunikasi dan kemampuan antar
kolega untuk menyampaikan pesan kepada public
• membawa kebersamaan dan menyediakan kesempatan untuk dukungan dan
pembelajaran yang saling menguntungkan
• menciptakan antusiasme dan kesolidan komitment sesame kolega
• memetakan aksi kunci dan aktivitas ke depan

11. Menghadapi Lawan Main

Advokasi sering menciptakan lawan, terutama pada bidang KRR. Lawan main anda
ini bekerja serajin anda untuk mengemukakan posisi mereka sebagai pihak yang
‘benar’. Lawan main mungkin secara negative menggambarkan atau mengemukakan

Multimedia Materi KRR

14
Teknik Advokasi KRR

pada public organisasi dan aktivitas anda, bahkan pada beberapa kasus anda secara
pribadi.

Jadi sebenarnya selain 10 hal diatas, yang tidak kalah penting adalah mengenali
siapa saja yang poensial menjadi lawan main anda dalam melakukan advokasi KRR
ini. Dengan mengenali mereka anda tentunya lebih bersifat hati-hati dan awas
disbandingkan tidak mengetahui sama sekali. Lebih lanjut bahkan anda dapat
menginformasikan pada public bahwa advokasi yang anda lakukan secara aktif
ditentang, dimana usaha ini akan memberikan dampak negative pada masyarakat
serta bagaimana masyarakat dapat terlibat untuk melawan balik.

Untuk mengurangi pengaruh lawan anda:

• ambil posisi yang aman pada isu-isu besar dan controversial mulai dari awal
• bersiap untuk menghadapi pertanyaan dan kritik yang besar kemungkinan
anda peroleh. Semakin terlihat berpengetahuan dan professional, anda akan
semakin percaya diri, semakin banyak kepercayaan dan dukungan yang anda
peroleh, semakin kecil pengaruh lawan anda.
• Siapkan strategi media untuk merespon kampanye negative terhadap anda
• pertimbangkan keuntungan dan kerugian respon anda, jangan sampai anda
lebih terlihat ‘berperang’ bukan melakukan advokasi
• bila memutuskan untuk merespon, perjelas posisi dan identifikasi
ketidakakuratan yang dikemukakan lawan anda
• hindari perselisihan dan jangan pernah menyebut nama saat mengemukakan
lawan apapun provokasinya
• coba antisipasi kampanye negative dari lawan, dan ambil langkah tertentu
yang bias anda lakukan sebelum terjadi
• hadapi serangan dari masyarakat agama dengan lebih sensitive.
• Jangan secara langsung melawan atau mengkritik kelompok agama yang
menyerang anda. Pada banyak kasus, yang terbaik adalah tidak merespon
sama sekali. Justru coba dan dekati kelompok agama. Jelaskan posisi anda
dan fokuskan pada masalah dimana anda dan mereka sepakat.
• Sebarkan materi yang berisi isu advokasi anda pada organisasi lain yag
mendukung aktivitas anda

Langkah-langkah advocacy
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, advokasi merupakan kegiatan menyampaikan
pesan mengenai suatu isu tertentu, dalam hal ini isu KRR, pada orang atau
sekelompok orang dengan maksud/tujuan yang telah disiapkan. Secara skematis
proses advokasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Multimedia Materi KRR

15
Teknik Advokasi KRR

ADVOKASI Tujuan/Maksud
Usaha untuk mencapai Yang diinginkan

Proses kegiatan advokasi Sama dengan

1. Memberikan 2. Memaparkan 3. Mengungkap 4. Apa yang harus


informasi fakta, Dampak, dilakukan,
mengenai isu yaitu data, yaitu akibat yaitu tindakan
advokasi statistic, dan yang akan atau aksi yang
- mulai dari penelitian yang terjadi bila harus dilakukan
umum, menggambarkan keadaan untuk mereduksi
sampai keadaan eksisting hal negative yang
- spesifik, pengaruh dibiarkan tanpa telah terjadi
- serta negative eksisting aksi
pengaruh
negatif

Skema di atas dapat dijelaskan demikian: Advokasi merupakan usaha untuk


mencapai suatu maksud/tujuan tertentu, dalam hal ini mengajak orang atau
sekelompok orang untuk berbuat sesuatu (telah ditentukan). Namun tidak semudah
itu, karena untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut serta membuat orang lain
memiliki pemikiran yang sama dengan kita perlu melalui deretan langkah kegiatan
yang dapat disebut kegiatan advokasi, yaitu:

1. Memberikan informasi mengenai isu advokasi (KRR),


• mulai dari hal yang paling umum
• sampai pada hal-hal yang bersifat spesifik mengenai isu tersebut,
• bahkan harus keluar pengaruh negatif suatu isu (yang menjadi sumber
masalah)

Pemberian informasi pada audiens advokasi dapat berbeda-beda. Misalnya untuk


advokasi pada anggota DPRD yang relatif awam mengenai KRR, mungkin perlu
diberi informasi dari yang paling umum, sedangkan bila advokasi ditujukan untuk
petugas kesehatan informasi yang umum mungkin tidak perlu terlalu tajam.

2. Memaparkan Fakta
Setelah keluar permasalahan, yaitu pengaruh negatif dari suatu isu advokasi,
perkuat argumen menggunakan fakta yang ada. Fakta dapat berupa penelitian,
data, statistik yang mampu menggambarkan keadaan eksisting secara lebih
quantitatif, sehingga audiens dapat melihat gambarannya. Fakta yang digunakan
untuk mendukung advokasi ini harus riil, reliable, dan up to date, jangan pernah
berusaha mendramatisir keadaan.

Multimedia Materi KRR

16
Teknik Advokasi KRR

3. Mengungkap Dampak
setelah terpapar gambaran eksisting terhadap suatu isu, ungkapkan dampak yang
mungkin terjadi bila tidak diambil tindakan atau aksi. Dampak yang mungkin terjadi
dapat saja berupa dampak Fisik, Psikis, psikologis, ekonomis, sosial, budaya bahkan
hankam, tergantung dari isu permasalahannya.

4. Apa yang harus dilakukan

Setelah terlihat bahwa ada keharusan, kemukakan alternatif tindakan dan aksi yang
dapat dilakukan untuk mereduksi atau mengeliminir degala dampak yang mungkin
terjadi. Pada dasarnya Apa yang harus dilakukan merupakan maksud/tujuan dari
sebuah proses advokasi.

Pengetahuan, Ketrampilan, Etika dalam Melakukan


Advocacy
> Keberagaman remaja harus diperhatikan ketika merencanakan program. Selama
ini kebanyakan program cenderung menyeragamkan identitas dan pengamalam
remaja. Program-program ini harus disesuaikan dengan karakteristik dan
kebutuhan yang khas dari setiap kelompok/kategori remaja berdasarkan :

• Usia
• Gender
• Status Pernikahan
• Status Sekolah/Pendidikan
• Tempat / Lingkungan Tinggal
• Keberadaan Orang Tua
• Status Migrasi

> Kadang-kadang ditemukan perbedaan menyolok antara tingkat kerentanan,


kebutuhan dan kemampuan/potensi remaja. Sebagai contoh: pusat-pusat
kegiatan remaja ternyata lebih tepat untuk menjangkau remaja luar sekolah usia
15-19. Di berbagai tempat dan budaya, mobilitas perempuan, pendidikan, dan
kepercayaan diri remaja perempuan berkembang berbeda dengan laki-laki.

> Monitoring dan evaluation harus dipikirkan di tahap perencanaan program


(penelitian, pengamatan, pendokumentasian)!

> Perencanaan program harus memperhatikan peluang-peluang sosial ekonomi


yang berubah. Bila sebelumnya program-proram remaja diarahkan pada aspek
informasi dan kesehatan saja, mungkin perlu dilihat aspek-aspek lain dalam
perncanaan program. Untuk itu perlu kerjasama dengan berbagai sektor lain
selain sektor kesehatan, misalnya dengan lembaga-lembaga yang ahli di bidang
mobilisasi masyarakat, pengembangan keterampilan-keterampilan untuk hidup,
dll.

Multimedia Materi KRR

17
Teknik Advokasi KRR

> Program keterampilan hidup (life-skills dan vocational skills) memungkinkan


remaja memperoleh standar hidup yang lebih baik, lebih termotivasi, mencapai
mobilitas yang lebih tinggi sambil mengurangi perilaku berisiko akibat
kerentanan sosial dan ekonomi.Pendekatan keterampilan hidup ini
menghubungkan aspek ekonomis (menabung, meningkatkan penghasilan, usaha
produktif, dll) dan non-ekonomis (sosial, kesehatan, dll) dari kehidupan remaja.

Contoh Hasil Advocacy


Di Belanda, pendidikan seks adalah universal, informasi tersebar luas, dan
pelayanan tersedia karena dilihat sebagai hak asasi. Remaja memulai aktivitas
seksualnya tidak terlalu dini, lebih sedikit mempunyai pasangan dan jauh lebih siap
menghadapi seks dibandingkan remaja di Amerika. Hal ini dibuktikan dengan
rendahnya angka KTD, aborsi, dan penularan IMS.

Multimedia Materi KRR

18
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

█ NARASI YANG DISARANKAN: INFORMASI


PENUNJANG ADVOKASI KRR
• Tujuan Presentasi
• Hal-hal yang perlu diperhatikan
• Mempersiapkan bahan-bahan penunjang untuk presentasi
• Prosedur presentasi
• Penjelasan Naratif
• Pengertian
• Latar Belakang Program
• Data: Keadaan Alamiah
• Data: Perilaku Berisiko
• Data: Pengetahuan Kespro
• Kebijakan – Program – Strategi
• Daftar Acuan

Informasi Penunjang Advokasi ini antara lain berguna untuk :

• Memahami situasi KRR di Indonesia


• Memahami pentingnya/mendesaknya situasi KRR di Indonesia
• Memotivasi perubahan dan perbaikan program serta kebijakan KRR.

Tujuan Presentasi
Beberapa hal yang menjadi tujuan presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR
yaitu:

• Meningkatkan pemahaman dan kesadaran para pembuat kebijakan, perencana


dan pengelola program, dan para penyedia pelayanan menyangkut kesehatan
reproduksi remaja.

• Membantu para pembuat peraturan dan pelayan kesehatan untuk menyediakan


pelayanan kesehatan reproduksi yang lebih baik bagi remaja. Dengan memahami
kebutuhan khas remaja, pelayan kesehatan dapat memberi konseling kepada
remaja agar mereka dapat mengambil keputusan-keputusan untuk memelihara
kesehatan dan kesejahteraannya.

Informasi Penunjang KRR ini terdiri atas beberapa topik yang sesuai untuk
melakukan Advokasi pada para pengambil keputusan maupun perencana dan
pelaksana program KRR. Cakupan informasi tersebut antara lain:

• situasi kesehatan reproduksi remaja secara umum menyangkut populasi remaja,


risiko kesehatan dan dampaknya. Bagian ini berguna untuk para pembuat
kebijakan dan penyelenggara program KRR

• ‘Bagaimana menjangkau remaja’, yang membahas informasi dan pelayanan yang


dibutuhkan para remaja dan bagaimana membuat pelayanan lebih terjangkau

Multimedia Materi KRR

19
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

oleh remaja. Bagian ini cocok bagi mereka yang terlibat dalam perencanaan dan
perancangan program bagi remaja

• Pencegahan risiko-risiko kesehatan reproduksi di kalangan remaja, seperti


Kehamilan tak Diharapkan, Infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS. Bagian
ini berguna untuk para pelayan kesehatan dan pendamping yang terlibat dalam
konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan


Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sebelum melakukan presentasi
Informasi Penunjang Advokasi KRR ini yaitu:

1. Bahan presentasi disediakan dalam bentuk power point yang dapat langsung
dipakai sesuai dengan kebutuhan.

2. Pilihlah slide yang relevan dengan tujuan pertemuan, kelompok sasaran, dan
waktu yang tersedia.

3. Sebelum melakukan presentasi pelajari dahulu dengan seksama setiap slide


dan penjelasan naratif dari setiap slide tersebut.

4. Antisipasi dan bersiaplah menghadapi pertanyaan dan topik diskusi yang


akan muncul sebagai respons dari presentasi anda.

5. Pelajari juga bahan-bahan acuan yang relevan dengan bahan yang akan
dipresentasikan.

6. Sesuaikan slide dan penjelasan naratif dengan kebutuhan dan karakteristik


kelompok audiens anda (siapa, pekerjaan, usia, latar belakang pendidikan,
waktu yang tersedia, bahasa, dll). Data dan keterangan sebaiknya
disesuaikan dengan situasi setempat.

7. Berlatihlah melakukan presentasi sebelum presentasi yang sesungguhnya.

Mempersiapkan bahan-bahan penunjang untuk


presentasi
Beberapa bahan penunjang yang perlu disiapkan sebelum melakukan presentasi
Informasi Penunjang Advokasi KRR ini yaitu:

1. Siapkan bahan-bahan penunjang yang terdiri atas: lembar pre-test, lembar


catatan dan lembar evaluasi.

2. Siapkan fotocopy bahan-bahan acuan yang relevan dengan kelompok


sasaran.

3. Siapkan komputer dan proyektor. Bila tidak memungkinkan maka siapkan


Overhead Projector.

Multimedia Materi KRR

20
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

4. Bila hanya ada Overhead Projector (OHP) maka print semua slide ke dalam
hand-out (terlampir pada buku advokasi ini) dan fotocopy di lembar
transparansi.

5. Bila tidak ada OHP, cara lain adalah membuat copy dari semua hand-out dan
menjadikannya buku lembar balik (seperti kalender) untuk presentasi.

Prosedur presentasi
Prosedur (tata urut) pelaksanaan presentasi Informasi Penunjang Advokasi ini
yaitu:
1. Presentasi menggunakan slides dan catatan penjelasan naratif.
2. Setelah presentasi, lakukan diskusi kelompok. Gali pendapat-pendapat
mengenai topik-topik yang dipresentasikan dan gali cara-cara partisipan
menanggapi kebutuhan remaja akan informasi dan pelayanan kesehatan
reproduksi (misalnya : “apa yang bisa anda lakukan untuk memudahkan
akses remaja pada pelayanan kesehatan reproduksi?”).

Penjelasan Naratif
Berikut merupakan penjelasan secara naratif untuk tiap Slide Presentasi Informasi
Penunjang Advokasi KRR.

Pengertian
Remaja, Pemuda dan Orang Muda
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia
remaja berbeda-beda sesuai dengan situasi sosial
budaya setempat.

Berbagai kata, definisi, rentang usia dan


karakteristik digunakan untuk menggambarkan
transisi dari anak menuju dewasa. US-AID
menggunakan istilah dewasa muda tanpa
menyebutkan rentang usia. Istilah teenager
biasanya mengacu pada usia 13 – 19 tahun. Istilah
orang muda (youth) dipakai dalam berbagai
konteks.

o Remaja (Adolescent), menurut WHO,


merupakan penduduk berusia 10-19 tahun.

o Pemuda (Youth), menurut UNFPA, merupakan


penduduk berusia 15-24 tahun.

Multimedia Materi KRR

21
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

o Orang muda (Young People), menurut WHO &


UNFPA, merupakan penduduk berusia 10-24
tahun.

Walaupun usia merupakan salah satu cara


mendefinisikan remaja, tetapi usia bukan fakor
yang terpenting bila membicarakan kebutuhan
kesehatan reproduksi remaja. Fakor-faktor yang
penting untuk dipertimbangkan adalah : status
pernikahan, norma-norma, apakah hubungan
seksual sudah dimulai, apakah remaja masih
sekolah atau tidak, apakah pernah punya anak
atau pernah melakukan aborsi, status ekonomi,
tinggal di kota atau desa, tekanan sebayanya,
situasi politik dan budaya.

Terlepas dari status perkawinan, baik remaja yang


sudah menikah atau yang belum menikah
membutuhkan informasi akurat tentang tubuhnya,
seksualitas, kontrasepsi, kehamilan dll. Bedanya,
remaja yang menikah lebih mempunyai akses
terhadap pelayanan kesehatan reproduksi (seperti
kontrasepsi) sedangkan remaja belum menikah
lebih banyak menghadapi hambatan.

Reproduksi
Istilah reproduksi berasal dari kata ‘re’ yang
artinya kembali dan kata ‘produksi’ yang artinya
membuat atau menghasilkan. Jadi istilah
‘reproduksi’ mempunyai arti suatu proses
kehidupan manusia dalam menghasilkan
keturunan demi kelestarian hidupnya. Sedangkan
yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh
yang berfungsi untuk reproduksi manusia.

Kesehatan Reproduksi Remaja


Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi
sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses
reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian
sehat disini tidak semata-mata berarti bebas
penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga
sehat secara mental serta sosial kultural.

Istilah “kesehatan reproduksi” dalam arti luas


mengacu pada kesejahteraan laki dan perempuan

Multimedia Materi KRR

22
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

menyangkut seksualitas, kehamilan, kelahiran dan


kondisi yang berkaitan dengan itu seperti penyakit
menular seksual dll.

Program KRR
Program KRR adalah berbagai pelayanan untuk
membantu remaja memiliki status kesehatan
reproduksi yang baik, melalui :

► Pemberian Informasi
► Pelayanan Konseling
► Pendidikan Keterampilan Hidup

Latar Belakang Program


Mengapa Remaja perlu diperhatikan?
1. Jumlah Remaja sangat besar

Satu (atau lebih) dari setiap empat orang di dunia


berusia 10- 24 tahun. Secara global, Setengah dari
jumlah penduduk dunia (61,1 milyar) berusia di
bawah 25 tahun. Negara-negara yang gagal
menyediakan peluang bagi anak dan remaja untuk
hidup sehat dan tetap memperoleh pendidikan,
akan gagal pula dalam memperoleh manfaat dari
produkstivitas generasi mudanya sehingga tidak
akan mampu bertahan dalam era globalisasi.
Keputusan-keputusan para remaja menyangkut
usia pernikahan, jumlah anak yang akan
dilahirkan, dll. juga akan sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan penduduk di negara
tersebut.

Di Indonesia jumlah remaja yang berusia antara


15 – 24 tahun sangat besar yaitu kurang lebih 44
juta orang. Jumlah tersebut meliputi hampir 25 %
dari total 220 juta penduduk Indonesia (BPS,
2002).

2. Remaja merupakan masa transisi yang labil

Transisi dari anak-anak menuju dewasa adalah


sebuah proses universal yang berbeda antar
orang, negara, wilayah atau budaya. Titik awal
transisi pada laki-laki maupun perempuan
dianggap awal masa pubertas yang dapat terjadi
Multimedia Materi KRR

23
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

pada usia yang berbeda-beda. Tidak ada patokan


usia baku mengenai transisi dari anak ke dewasa
ini.

Pubertas adalah proses fisik dari kematangan


seksual yang meliputi karakteristik seksual
sekunder seperti pertumbuhan buah dada pada
perempuan dan tumbuhnya rambut pada alat
kelamin laki-laki maupun perempuan. Secara
umum, pada masa pubertas laki-laki mulai
menghasilkan sperma dan mengalami ejakulasi
yang pertama, sementara perempuan mengalami
menstruasi yang pertama (disebut menarche).
Pubertas terjadi secara bertahap dalam waktu
beberapa tahun.

Selain mengalami masa kematangan fisik, pada


masa transisi ini remaja juga mengalami
perubahan psikologis dan kognitif. Remaja menjadi
kurang tergantung pada orang tua dan lebih dekat
dengan kelompok sebayanya. Mereka mulai
membentuk identitas sebagai individual dan
mengembangkan kemampuan-kemampuan
hubungan inter personal. Selama periode
tersebut, remaja mulai mengalami pergeseran dari
tergantung penuh secara sosial dan finansial
kepada orang tua menjadi relatif lebih mandiri.

Selama masa tersebut, anak berkembang menjadi


orang dewasa secara fisik, kognitif, emosional,
moral, sosial dan ekonomi. Orang muda adalah
sumber daya yang potensial bagi masa depan,
dengan energi, ide-ide dan harapan-harapan
besar. Untuk mencapai potensi ini, mereka
memerlukan pengetahuan dan keterampilan, agar
memahami dan mampu menghadapi berbagai
risiko dan dampak perilaku kesehatan reproduksi.

Pada usia remaja, kebanyakan remaja berorientasi


pada masa kini dan seringkali tidak merencanakan
atau mempersiapkan diri menghadapi akibat dari
pilihan-pilihannya. Remaja biasanya tidak
memikirkan atau membicarakan upaya
pencegahan kehamilan atau penyakit. Kebanyakan
remaja tidak berpikir mengenai risiko atau

Multimedia Materi KRR

24
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

mengangap diri tidak berisiko. Mereka biasanya


tidak siap dengan perlindungan diri, umumnya
karena malu untuk mencari pelayanan kesehatan
reproduksi atau tidak berani menyatakan secara
terus terang kebutuhannya. Banyak remaja
perempuan dipaksa melakukan hubungan seks
tanpa mempunyai kemampuan dan keterampilan
melindungi dirinya sendiri.

3. Remaja merupakan generasi harapan bangsa

Isu kesehatan reproduksi sangat penting bagi


remaja. Kesehatan Reproduksi yang buruk akan
menyebabkan rendahnya kualitas generasi muda
dengan akibat rendahnya Indeks Sumber Daya
Manusia. Indeks Sumber Daya Manusia yang
rendah akan menghambat pembangunan.
Sebaliknya, kesehatan reproduksi remaja yang
baik dapat mendukung pembangunan nasional.

Mengapa Informasi KRR diperlukan ?


1. Informasi KRR merupakan bagian dari hak

Remaja mempunyai HAK atas informasi dan


pelayanan yang dibutuhkannya untuk membuat
keputusan-keputusan yang sehat dalam hidupnya.

International Conference on Population and


Development (ICPD) atau Konferensi Internasional
kependudukan dan Pembangunan mengukuhkan
hak-hak remaja atas informasi dan pelayanan
KRR, tahun 1994. Masyarakat internasional secara
konsisten mengakui HAK remaja untuk
memperoleh informasi dan pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan usianya , dan bersifat
melindungi hak mereka atas kerahasiaan, privacy,
kehormatan dan persetujuan pribadi. Masyarakat
Internasional juga menegaskan bahwa HAK dan
KEWAJIBAN orang tua untuk memberikan
pedoman TIDAK BOLEH menghalangi remaja
memperoleh akses pada informasi dan pelayanan
yang mereka butuhkan untuk memperoleh
kesehatan reproduksi yang baik.

Multimedia Materi KRR

25
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

2. Membantu remaja mengambil keputusan

Dengan informasi dan pelayanan KRR yang tepat,


remaja terbantu untuk mengenali dirinya sendiri
maupun hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksinya. Dengan mempunyai informasi yang
benar, mereka dapat membekali dirinya dengan
perilaku dan keterampilan yang dapat melindungi
dirinya dari berbagai risiko. Remaja harus dapat
mengambil keputusan-keputusan yang tepat
menyangkut kesehatan reproduksinya, misalnya
menolak hubungan seks pra nikah, menjaga diri
dari ajakan untuk menyalahgunakan NAPZA, dst.

Atas dasar inilah, dibutuhkan informasi positif yang


mampu menyeimbangkan informasi-informasi
pemicu tadi sehingga remaja memiliki bekal yang
membuatnya mampu menentukan sikap terhadap
keputusan-keputusan yang berkaitan dengan
masalah perilaku seksual.

Informasi positif yang diharapkan menjadi bekal


remaja mengambil keputusan yang benar adalah
Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)

Mengapa Program KRR Penting?


1. Pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi sangat rendah

Berbagai penelitian di Indonesia, bahkan di


berbagai negara lain, menunjukkan betapa
masih rendahnya pengetahuan remaja
mengenai cara-cara melindungi dirinya
terhadap risiko kesehatan reproduksi seperti
pencegahan KTD, IMS, HIV/AIDS. Akibatnya
angka KTD di kalangan remaja sangat tinggi
dan angka HIV/AIDS pada kelompok remaja
usia 15-24 terus meningkat. Lebih dari 10 juta
remaja sudah tertular HIV di dunia. Setiap
tahun hampir 50% dari infeksi baru HIV terjadi
di kalangan remaja usia produktif, yaitu antara
15 – 24 tahun. Sepertiga dari kasus IMS,
terjadi di kalangan remaja di bawah usia 25
tahun.

Multimedia Materi KRR

26
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

MAU MENUNGGU BERAPA LAMA LAGI? MASIH


PANTASKAH KITA BERDIAM DIRI DAN
MEMBIARKAN SITUASI BERJALAN APA
ADANYA?

2. Akses pada Informasi yang benar tentang


kesehatan reproduksi sangat terbatas

Masih berlakunya budaya “tabu” untuk


membahas masalah-masalah seksuaitas
membuat informasi tentang seksualitas tidak
mudah diperoleh. Remaja mempunyai akses
yang terbatas pada informasi yang benar baik
dari orang tua, dari sekolah maupun media
massa.

Karena remaja seringkali tidak memperoleh


informasi yang jelas mengenai seksualitas dan
kesehatan, maka mereka tidak dipersiapkan
untuk menghadapi hubungan seksual atau
tidak mampu melindungi dirinya sendiri
terhadap IMS, KTD dan risiko lainnya.

Memang, karena ketidaktahuannya, remaja


sering menganggap dirinya tidak berisiko,
sekalipun di negara dimana HIV sudah
menyebar luas. Walaupun sadar akan risiko
HIV, seringkali mereka menghadapi situasi
dimana mereka tidak dapat melindungi dirinya
dari risiko. Ketidakdewasaaan fisik dan mental
justru membuat mereka semakin rentan.

3. Informasi yang menyesatkan semakin


gencar

Orang dewasa, khususnya orang tua, sebagai


sumber utama bagi anak dan remaja untuk
memperoleh informasi, semakin lama semakin
langka (karena kesibukan) atau semakin tidak
memahami ancaman-ancaman baru terhadap
kesehatan reproduksi.

Urbanisasi, perubahan struktur keluarga yang


semakin kecil (keluarga inti) dan perubahan
sosial ekonomi lainnya mempunyai dampak
pada perubahan sistem tradisional. Sistem
tradisional pada masa lampau mempersiapkan

Multimedia Materi KRR

27
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

remaja menghadapi peran reproduksinya


untuk masa depan.

Media massa dan teknologi informasi


membawa banyak informasi penting di satu
pihak tetapi juga dapat membawa berbagai
berita menyesatkan di lain pihak. Banyak
informasi yang diterima remaja simpang siur
bahkan menyesatkan. Informasi yang
menonjolkan seks di berbagai media massa,
seperti majalah, koran, tabloid, televisi, sampai
internet, memicu kehidupan seksualitas remaja
cenderung semakin aktif.

Sayang dimana-mana, remaja masih terus


dihalangi untuk memperoleh informasi dan
pelayanan kesehatan reproduksi yang mereka
butuhkan demi memperoleh kesehatan
reproduksi dan kehidupan seksual yang baik.

Karena itulah negara yang harus menyediakan


informasi baik dan benar agar dapat diakses
oleh remaja dari sumber dan dengan cara yang
benar.

4. Kesehatan reproduksi berdampak jangka


panjang

Keputusan-keputusan menyangkut kesehatan


reproduksi mempunyai konsekuensi atau
akibat-akibat jangka panjang dalam
perkembangan dan kehidupan sosial remaja.
Kesehatan, pendidikan dan persiapan untuk
dunia kerja saling berkaitan. Contoh:
Kehamilan tak diharapkan (KTD) bisa langsung
mengganggu kehidupan seorang remaja
perempuan, membatasinya dari pendidikan
lebih lanjut. Tertular HIV karena hubungan
seksual yang tidak aman bisa mengakhiri
sebuah masa depan yang sehat dan cerah pada
seorang remaja. Berbagai Risiko ini bisa
berakibat serius secara medis, psikologis,
sosial, dan ekonomi.

Multimedia Materi KRR

28
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

5. Status KRR yang rendah akan merusak


masa depan remaja

Kebanyakan remaja dimanapun menjadi aktif


secara seksual pada usia pubertas. Berbagai
penelitian di berbagai negara maupun di
Indonesia sendiri menunjukkan bahwa banyak
sekali anak dan remaja yang sudah mulai aktif
secara seksual pada usia 10 – 19 tahun.

Remaja perempuan biasanya lebih rentan


dibandingkan laki-laki. Di beberapa tempat,
masih banyak remaja perempuan yang
menikah pada usia dini dan mempunyai anak
pada usia dini; sementara di tempat-tempat
lain, remaja perempuan menunda pernikahan
tetapi sudah aktif secara seksual sebelum
menikah. Pengalaman seksual remaja biasanya
dilakukan dalam situasi dimana mereka rentan
terpapar pada kekerasan dan pemaksaan
seksual, Infeksi Menular Seksual (IMS) dan
kehamilan tak diharapkan (KTD). Semua faktor
tersebut mengancam kesehatan mereka di
masa depan.

6. Kesepakatan Internasional

Masyarakat Internasional terus menerus


mengukuhkan pentingnya memperjuangkan
hak remaja untuk memperoleh informasi dan
pelayanan KRR. Indonesia telah meratifikasi
dan menandatangani kesepakatan internasional
(ICPD) pada tahun 1994. Artinya Indonesia
terikat untuk melaksanakan semua
kesepakatan yang tercantum di dalamnya.
Salah satu kesepakatan yang harus dijalankan
adalah memenuhi HAK remaja untuk
memperoleh informasi dan pelayanan KRR
yang dibutuhkan remaja.

Multimedia Materi KRR

29
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

Data: Keadaan Alamiah


1. Perkembangan biologis remaja
Semakin Panjangnya rentang masa lajang

Salah satu penyebab aktifitas seksual remaja


adalah panjangnya rentang waktu antara
kematangan seksual yang dialami remaja dewasa
ini (usia 12-13 sudah matang secara seksual
karena perbaikan gizi dan gaya hidup) dengan usia
menikah semakin tinggi. Kalau dahulu usia
menikah dimulai ketika remaja matang secara
seksual (usia 15, 16, 17) maka dewasa ini usia
pernikahan menjadi di atas 19 tahun. Pada
rentang waktu itulah remaja yang telah matang
secara seksual tetapi kurang mendapatkan
informasi mengenai seksualitas, mudah terjerumus
dalam perilaku seksual yang berisiko.

Data: Perilaku Berisiko


1. Remaja & Kehidupan Seksual
a. Seks Pranikah

Hasil survey UNFPA, tahun 2000 mengenai jumlah


penduduk usia 20-24 tahun yang melakukan
hubungan seks pranikah di beberapa kota besar:

• Manado,Surabaya,Malang,Denpasar 26–29%
• Bandung 20,2 %
• Bogor 30 %
• Sukabumi 26,5 %

(Sumber: UNFPA, 2002:118)

Sebagian remaja mengakui secara langsung


pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah.
Laki-laki 5% , perempuan <1%. (Hasil Survey
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia/SKRRI,
2002-2003: 81). Hasil temuan survei ini relatif
kecil jika dibandingkan dengan hasil penelitian
lain, mungkin karena remaja malu mengatakan
hal yang sebenarnya.

39% atau 4 dari 10 remaja laki-laki usia 15-24


tahun menyatakan bahwa pertama kali mereka

Multimedia Materi KRR

30
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

melakukan hubungan seks disebabkan saling


menyukai pasangan seksualnya, sementara 33 %
atau 3 dari 10 menyatakan mereka ingin
tahu/coba-coba. Pengaruh teman sebaya (peer
group) cukup kuat dalam mendorong remaja
melakukan hubungan seks. 14% atau 1 dari 7 laki-
laki merasa ditekan oleh sebayanya untuk
melakukan hubungan seks (Sumber: SKRRI, 2002-
2003 : 81-82).

Penelitian dengan cara menanyakan pengalaman


”teman lain” menunjukkan angka yang lebih besar.
Presentase remaja laki-laki yang punya teman
laki-laki yang pernah berhubungan seksual adalah
34,9%, sedang yang mempunyai teman
perempuan yang sudah pernah melakukan
hubungan seks sebelum menikah adalah 24%.
Remaja perempuan yang punya teman laki-laki
yang pernah melakukan hubungan seksual
sebelum menikah adalah 14,4% dan yang
menyatakan punya teman perempuan yang pernah
melakukan hubungan seksual sebelum menikah
adalah 31,2%n (Sumber: UNFPA, 2002:118).

Menurut SKKRI, 2002-2003, laki-laki dan


perempuan, responden yang lebih tua (20-24
tahun), tinggal di perkotaan, dan berpendidikan
tinggi SLTP ke atas cenderung lebih banyak yang
mengatakan bahwa, mereka mempunyai teman
yang sudah pernah melakukan hubungan seks pra-
nikah. Semakin tinggi pendidikan semakin banyak
teman yang pernah melakukan hubungan seks
pra-nikah (Sumber: SKKRI, 2002-2003:80).

Semua data tersebut menunjukkan bahwa


sebagian remaja Indonesia sudah berperilaku
seksual aktif.

b. Kehamilan Tak Diinginkan (KTD)

Setiap tahun sekitar 15 juta perempuan di bawah


usia 20 tahun melahirkan. Jumlah ini sekitar 10
dari seluruh kelahiran yang terjadi di dunia.
Kehamilan ini kebanyakan tak diharapkan (KTD)
karena tidak direncanakan (Sumber: FHI, 2000).

Multimedia Materi KRR

31
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

Memang di beberapa budaya masyarakat, remaja


dinikahkan secara dini dan perlu membuktikan
kesuburannya dengan cara segera hamil. Tetapi
dewasa ini remaja lebih banyak mempunyai
kesempatan untuk menunda pernikahan dan lebih
banyak kesempatan untuk memperoleh pendidikan
tinggi.

Risiko kematian akibat kehamilan pada remaja


perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan dewasa. Demikian juga risiko medis
atau kesehatan jauh lebih tinggi pada remaja
dibandingkan perempuan dewasa. Hal ini
disebabkan alat-alat reproduksi pada remaja di
bawah usia 16 tahun biasanya belum berkembang
sempurna. Akibatnya dapat terjadi perdarahan dan
infeksi serta komplikasi medis lainnya.

Kehamilan Tak Diinginkan (KTD) dapat terjadi


karena berbagai sebab seperti :

• remaja aktif secara seksual tanpa kontrasepsi


• klinik tidak menyediakan kontrasepsi
• pelayan kesehatan enggan melayani
• hukum & peraturan tdk mendukung
• remaja sendiri enggan mencari
• malu, khawatir dan takut

Sebuah penelitian di Jawa Barat dan Bali pada


tahun 1995 menunjukkan bahwa hubungan
seksual telah dimulai pada usia 12-17 tahun di
Jawa Barat dan 15-19 tahun di Bali. Di Jabar
ditemukan 6,9% remaja sudah pernah mengalami
kehamilan di luar nikah dan di Bali 5,1%
(Sumber: UNFPA, 2002:118)

c. Aborsi

Kehamilan Tak Diinginkan (KTD) pada remaja


perempuan seringkali berakhir dengan
pelaksanaan aborsi. Perkiraan angka nasional
kejadian aborsi adalah sekitar 2 juta kasus per
tahun. Angka ini berarti 37 aborsi per 1000 wanita
usia 15-49 tahun 53% dilakukan di perkotaan.
(Sumber: Budi Utomo et.al, 2001)

Multimedia Materi KRR

32
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

Karena KUHP dan UU Kesehatan melarang aborsi,


maka aborsi sering dilakukan secara tidak aman
dengan risiko kesehatan yang lebih besar bahkan
mengancam jiwa pelakunya.

Aborsi yang tidak aman biasanya dilakukan karena


berbagai alasan seperti tidak tersedianya
pelayanan kesehatan reproduksi yang dapat
dijangkau remaja, tidak tersedia pelayanan yang
aman, ketakutan dan kekhawatiran untuk mencari
pelayanan, terlambat datang untuk mencari
perawatan, biaya mahal, dll.

Keterlambatan mencari pertolongan atau upaya


melakukan aborsi dengan cara tidak aman sangat
membahayakan kesehatan bahkan dapat
mengakibatkan kematian. Komplikasi akibat aborsi
tak aman antara lain : infeksi, perdarahan,
keracunan akibat obat-obatan yang digunakan,
kerusakan organ reproduksi, dll. Selain akibat
medis dan kesehatan, remaja perempuan yang
melakukan aborsi tak aman juga dapat mengalami
risiko psikologis dan sosial seperti rasa bersalah,
ketakutan, digunjingkan, dikucilkan dll. Upaya-
upaya pencegahan kehamilan dapat mengurangi
risiko KTD dan aborsi tak aman.

d. Kekerasan Seksual

Di beberapa negara, banyak remaja, terutama


perempuan mengalami kekerasan seksual.
Pemerkosaan adalah bentuk yang paling sering
terjadi, tetapi masih banyak bentuk kekerasan
seksual lainnya yang sering terjadi pada remaja
antara lain :

• Pemerkosaan
• Pelecehan
• Ancaman seksual
• Pelacuran paksa

Bentuk-bentuk kekerasan seperti ini sering


mengakibatkan luka-luka fisik, kehamilan tak
diharapkan, IMS dan trauma psikologis. Mereka
yang pernah mengalami kekerasan seksual mudah
mengalami kehilangan kepercayaan diri dan

Multimedia Materi KRR

33
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

masalah psikologis lainnya, cenderung lebih


mudah melakukan hubungan seks dibandingkan
remaja yang tidak mengalami, cenderung lebih
berperilaku seksual berisiko seperti mempunyai
pasangan seks lebih dari satu.

Berdasarkan data dari Lembaga yang biasa


menangani korban kekerasan seksual Rifka Annisa
Women Crisis Center, 50% dari kasus yang
ditangani sampai tahun 2000 berusia 15-20 tahun
dan berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Korban kekerasan seksual sebagian besar adalah
pelajar (66,7%) dan belum menikah (Sumber:
UNFPA, 2002:129). Dampak dari kekerasan
seksual tidak hanya fisik tetapi juga psikis berupa
stress, trauma, malu, dll.

2. Remaja dan HIV/AIDS


a. Gambaran Umum

Infeksi HIV akan berkembang menjadi AIDS yaitu


“Acquired Immunodeficiency Syndrome”, sebuah
situasi dimana sistem kekebalan tubuh menurun
sehingga menyebabkan terjadinya berbagai
infeksi oportunistik pada tubuh yang sudah
kehilangan kekebalan. AIDS muncul beberapa
tahun setelah orang tertular HIV dan biasanya
berakhir fatal dengan kematian. Beberapa jenis
obat sudah ditemukan yang dapat memperlambat
munculnya AIDS, tetapi obat-obatan tersebut
masih sangat mahal dan umumnya tidak tersedia
di negara sedang berkembang. Belum tersedia
vaksin anti AIDS sampai saat ini.

HIV/AIDS bukan masalah kesehatan semata tetapi


juga masalah sosial, agama, budaya, ekonomi.
Senjata paling ampuh terhadap HIV/AIDS adalah
pencegahan . Setiap orang yang bekerja dengan
remaja harus memahami kebutuhan mendesak
untuk menjalankan berbagai strategi efektif untuk
pencegahan HIV.

Penderita Global

Hampir setengah dari semua infeksi HIV di seluruh


dunia terjadi pada remaja berusia 25 tahun ke

Multimedia Materi KRR

34
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

bawah. Di beberapa negara, hampir 60 persen dari


semua infeksi baru HIV terjadi pada remaja, dan
dua kali lebih banyak pada perempuan
dibandingkan laki-laki.

Secara global, jumlah orang yang hidup dengan


HIV/AIDS terus meningkat. Sebagian dari
penderita adalah remaja. Lebih dari 10 juta remaja
tertular HIV di dunia. Setiap tahun 42% dari
infeksi baru HIV terjadi di kalangan remaja usia
produktif, yaitu antara 15 – 24 tahun (Sumber:
FHI, 2000).

Penderita Nasional

HIV/AIDS merupakan masalah bagi Indonesia.


Bahkan laporan AIDS Epidemic Update
menyebutkan bahwa Indonesia sejak tahun 2002
telah berubah status dari negara dengan tingkat
prevalensi rendah menjadi negara dengan status
wilayah terkonsentrasi. Hal itu berarti sudah ada
kelompok dalam masyarakat yang tingkat
prevalensi HIV/AIDS sudah lebih besar dari 5
persen (AIDS EPIDEMIC UPDATE 2003, UNAIDS-
WHO). Sebagian besar yang terkena adalah usia
produktif termasuk remaja : kelompok umur 15-29
tahun: 7 persen dan usia 20-29 tahun: 51,7
persen (Sumber: Profil Kesehatan Reproduksi
Indonesia, 2003).

> Kasus HIV

Grafik di samping menunjukkan perkembangan


kasus HIV dan kumulatifnya di Indonesia mulai
tahun 1987 sampai Juni 2004. Kasus HIV pertama
yang tercatat pada tahun 1987 sebanyak 4 kasus.
Sejak ditemukan pertama kali, penyebaran
HIV/AIDS meningkat tajam setiap tahun. Sampai
tahun 1991 jumlah kasus yang tercatat relatif
stabil, kecuali pada tahun 1988 (5 kasus) dan
tahun 1991 (6 kasus). Tetapi mulai 1992 kasus
HIV yang tercatat mulai melonjak, yaitu 18 kasus
sampai yang tertinggi tahun 2001 dengan 732
kasus, dan 2864 kasus pada tahun 2004.
(Sumber: Ditjen PPM&PL Depkes, 2004)
Percepatan perkembangannya terlihat bertambah

Multimedia Materi KRR

35
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

dari tahun 1992, dan bertambah lebih tajam lagi


mulai tahun 1999. Dan mulai mengalami
perlambatan mulai tahun 2003.

> Kasus AIDS

Grafik di samping menunjukkan perkembangan


kasus AIDS dan Kumulatifnya di Indonesia mulai
tahun 1987 sampai Juni 2004. Kasus AIDS yang
tercatat lebih rendah dari kasus HIV yang tercatat.
Hal ini wajar, karena berdasarkan fase
perkembangannya, AIDS memang berlangsung
lebih lama sejak seseorang terinfeksi HIV.

Kasus AIDS pertama yang tercatat pada tahun


1987 sebanyak 2 kasus. Kasus AIDS yang tercatat
selalu mengalami peningkatan kecuali pada tahun
1999 mengalami penurunan kasus, dari 74 pada
tahun 1998 menjadi 47 kasus; dan pada tahun
2004 dari 355 kasus pada tahun 2003 menjadi 154
kasus. Kasus AIDS yang tercatat tertinggi adalah
pada tahun 2003 sebanyak 355 kasus. (Sumber:
Ditjen PPM&PL Depkes, 2004)

Percepatan perkembangannya terlihat bertambah


dari tahun 2000. Dan mulai mengalami
perlambatan mulai tahun 2004.

> Perkiraan (estimasi)

Sesuai dengan angka global, secara nasional pun


angka penderita HIV/AIDS terus meningkat.
Jumlah yang dilaporkan hanya merupakan “Puncak
Gunung Es””. Prediksi Jumlah penderita
sebenarnya adalah seratus kali dari jumlah yang
dilaporkan. Data terakhir (2004) menunjukkan
jumlah pengidap HIV/AIDS sebesar 4389 (Sumber:
Ditjen PPM&PL Depkes, 2004). Namun
sesungguhnya jumlah tersebut sekitar 100 kali
lebih banyak. Prediksi jumlah pengidap HIV/AIDS
di Indonesia yaitu 130 ribu, bukan 4389 (yang
dilaporkan secara resmi).

b. Kasus AIDS berdasarkan usia

Grafik menunjukkan kumulatif kasus AIDS di


Indonesia berdasarkan golongan umur s/d 30 Juni
2004. Dari grafik terlihat bahwa kelompok umur
Multimedia Materi KRR

36
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

yang paling tinggi adalah kelompok 20-29 tahun


diikuti kelompok 30-39 tahun. hal ini menunjukkan
bahwa kasus AIDS paling banyak terjadi pada
kelompok kaum muda usia produktif yaitu 20- 39
tahun. (Sumber: Ditjen PPM&PL Depkes, 2004).
Kita tahu bahwa HIV berkembang menjadi AIDS
antara 5 – 10 tahun. Artinya HIV sudah menulari
kaum muda 5 – 10 tahun sebelum usia 20 tahun
atau pada usia yang sangat muda. Sekali lagi hal
ini menunjukkan bahwa remaja sangat rentan
terhadap penularan HIV/AIDS. Penularan pada
remaja antara lain terjadi melalui: hubungan seks
heteroseksual, pengunaan NAPZA melalui jarum
suntik, hubungan seks homoseksual.

c. Kasus HIV/AIDS meninggal

Banyak kasus HIV/AIDS di Indonesia tidak


terekam/tercatat, sehingga tidak dapat diketahui
pasti jumlah penderita yang sudah meninggal
karena AIDS. Data kumulatif kasus AIDS yang
tercatat menunjukkan bahwa untuk Propinsi Papua
misalnya 149 orang dari 404 kasus sudah
meninggal; di Propinsi DKI Jakarta 102 dari 358
penderita sudah meninggal; di Jawa Timur 66 dari
213 penderita sudah ; di Jawa Barat 30 dari 117
penderita sudah meninggal (Sumber: Ditjen
PPM&PL Depkes, 2004). Data ini menunjukkan
bahwa penderita AIDS sudah hampir pasti akan
meninggal karena belum tersedianya obat-obatan
yang memadai.

d. Penularan HIV/AIDS

Kumulatif kasus AIDS di Indonesia berdasarkan


cara penularan s/d 30 Juni 2004 menunjukan
bahwa cara penularan HIV/AIDS paling tinggi
adalah melalui hubungan seksual heteroseksual
(antar jenis kelamin berbeda); kedua melalui
penggunaan NAPZA dengan jarum suntik
(kebiasaan menggunakan arum suntik yang tidak
steril dan/atau bergantian antar pengguna
NAPZA); ketiga melalui hubungan seksual
homoseksual (sesama jenis kelamin). Penularan
juga terjadi melalui proses kelahiran (perinatal)

Multimedia Materi KRR

37
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

dan transfusi darah. Angka yang cukup tinggi


(172) menunjukkan penularan tidak diketahui
dengan cara apa (Sumber: Ditjen PPM&PL Depkes,
2004). Semua ini menunjukan bahwa HIV/AIDS
adalah masalah perilaku berisiko, bukan hanya
sekedar masalah medis. Karena menyangkut
perilaku maka intervensi harus dilakukan terhadap
perilaku. Salah satu intervensi adalah
menyediakan informasi dan pelayanan KRR yang
tepat.

Lalu lintas penularan

Gambar di atas menunjukkan betapa luasnya


persebaran HIV/AIDS di masyarakat dari individu
kepada individu lain dan dari kelompok kepada
kelompok lain, melalui berbagai cara. Sebagai
contoh : HIV menyebar dari laki-laki pelanggan
penjaja seks kepada istrinya yang sebetulnya tidak
berperilaku berisiko. Istri akan menularkan HIV
pada anak yang dikandungnya. Penjaja seks yang
tertular HIV akan menularkan HIV kepada
pelanggan-pelanggan lainnya. Pelanggan yang
satu akan berhubungan seks dengan berbagai
penjaja seks lain. Penularan HIV akan terjadi dari
pelanggan kepada sejumlah penjaja seks dan dari
sejumlah penjaja seks kepada sejumlah
pelanggan. Dari pelanggan kepada sejumlah istri
dan anak. HIV juga menular sera lus di kalangan
pada pengguna NAPZA melalui jarum suntik.
Jarum suntik yang tidak steril atau dipakai secara
bergantian oleh sejumlah anggota kelompok
pengguna dengan mudah menyebar dari satu
individu kepada individu lain dan juga kepada
anggota kelompok lain. Pengguna NAPZA yang
sudah terinfeksi dengan mudah akan mendapat
Multimedia Materi KRR

38
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

dan memberi HIV kepada pasangan seksualnya


(penjaja seks, istri, teman, dll)

3. Remaja dan NAPZA


a. Gambaran umum pengguna Napza

Situasi penyalahgunaan NAPZA di Indonesia sudah


sangat mengkhawatirkan terutama karena
Pengguna NAPZA tiap tahun meningkat. Bakolak
(Badan Koordinasi Pelaksanaan Inpres, sekarang
menjadi Badan Narkotika Nasional) menyatakan
0,0065% dari penduduk (sekitar 220 juta) yaitu
sekitar 130.000 orang adalah pengguna NAPZA.
Angka tersebut diperkirakan hanya sebagian kecil
dari angka sesungguhnya. Jumlah sesungguhnya
diduga sekitar 10 kali lipat yaitu +1,3 juta
(sumber: UNFPA, 2002).

Penelitian menemukan bahwa angka kematian di


antara pengguna NAPZA sebesar 17,16%, kelainan
paru-paru 53,57%, kelainan fungsi hati 55,10%
dan hepatitis 56,63%. Hingga kini belum
ditemukan upaya penanggulangan
penyalahgunaan NAPZA secara memuaskan baik
dari sudut pencegahan, terapi maupun rehabilitasi.
Angka kekambuhan masih tinggi karena
penyalahgunaan NAPZA merupakan sebuah proses
gangguan mental adiktif (sumber: UNFPA,
2002:126)

b. Remaja pengguna narkoba

Penelitian menunjukkan bahwa usia paling rentan


untuk penyalahgunaan NAPZA adalah antara 15-25
tahun. 8 % remaja laki-laki dan kurang dari 1%
remaja perempuan usia 15-24 tahun pernah
menggunakan narkoba (sumber: SKRRI, 2002-
2003:63).

Pemakaian NAPZA di Indonesia telah


mengakibatkan perubahan-perubahan dalam
strategi nasional untuk mencegah penularan HIV
sejak terbukti bahwa peningkatan jumlah
HIV/AIDS sangat dip[engaruhi oleh peningkatan
penggunaan NAPZA melalui jarum suntik. Di
Indonesia sangat sedikit informasi yang tersedia

Multimedia Materi KRR

39
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

mengenai jumlah absolut penggunaan narkotika


suntikan. Laporan dari kepolisian dan rumah sakit
ketergantungan obat mengidentifikasikan bahwa
telah terjadi peningkatan yang sangat
mengkhawatirkan pada jumlah penggunaan
narkotika suntikan dalam beberapa tahun terakhir.

Data dari RSKO (Rumah Sakit Ketergantungan


Obat) di Jakarta menunjukkan peningkatan
mengkhawatirkan dalam jumlah pengguna NAPZA
jarum suntik : 48 – 65% dari penyalahguna NAPZA
menggunakan jarum suntik (IDU = Injecting Drug
Use) Penyebaran HIV melalui jarum suntik (pada
penggunaan NAPZA) menempati urutan kedua
setelah hubungan heteroseksual. 80.000 –
120.000 infeksi HIV di Indonesia dan 60%
penularan melalui narkotika suntikan (IDU)
(Sumber: UNFPA, 2002:92).

Dari 142 kasus AIDS di kalangan penguna NAPZA


di DKI Jakarta, 133 kasus (94%) adalah laki-laki
dan 9 kasus perempuan (6%). Berdasarkan
kelompok umur dari 142 kasus tersebut, 95 kasus
(66,90%) pada umur 20- 29 tahun; 20 kasus
(14,08%) pada umur 15-19 tahun (Sumber:
UNFPA, 2002:89).

Kegagalan penanganan IDU meningkatkan jumlah


HIV/AIDS.

c. Remaja pengguna alkohol

Laki-laki lebih banyak yang pernah minum alkohol


dibandingkan perempuan. Laki-laki kelompok usia
15-19 tahun yang pernah minum alkohol sebesar
27% sedangkan kelompok usia 20-24 tahun
sebesar 44%. Perempuan dari kelompok usia 15-
24 tahun yang pernah minum alkohol adalah 2%
sedangkan dari kelompok usia 20-24 tahun
sebesar 3%. Data lain mengungkapkan 34% laki-
laki pernah mabuk, 1 % diantaranya minum
alkohol setiap hari dan 16% minum sekali-sekali.
Laki-laki dari kelompok usia yang lebih tua ,
tinggal di perkotaan, dan berpendidikan relatif
lebih tinggi ternyata cenderung lebih sering
minum alkohol dibandingkan kelompok usia yang

Multimedia Materi KRR

40
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

lebih muda, di perdesaan dan berpendidikan lebih


rendah. Laki-laki mulai minum alkohol pada usia
yang lebih muda dibandingkan perempuan.
(Sumber: SKRRI, 2002:61).

Data: Pengetahuan Kespro


1. Pengetahuan tentang reproduksi manusia
Penelitian menunjukkan pengetahuan remaja
mengenai kesehatan reproduksi dan cara-cara
melindungi dirinya terhadap risiko kesehatan
reproduksi seperti pencegahan KTD, IMS,
HIV/AIDS masih relatif rendah.

Sumber pengetahuan remaja mengenai seksualitas


adalah antara lain majalah, film, bacaan
pornografi, dll.

a. Pengetahuan remaja tentang Ciri Akil


Baligh

Remaja laki-laki yang mengetahui ciri-ciri akil balik


pada anak laki-laki adalah sebesar 82,9%,
sementara remaja perempuan yang mengetahui
ciri akil balik 79%. Remaja laki-laki yang
mengetahui ciri-ciri akil balik perempuan sebesar
72%, sedangkan remaja perempuan yang
mengetahui ciri-ciri akil balik perempuan adalah
89,3%. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada
remaja laki-laki maupun perempuan yang tidak
mengetahui ciri-ciri akil balik dari kelompok jenis
kelaminnya sendiri, apalagi dari kelompok jenis
kelamin lainnya. Masih banyak remaja merasa
tahu tetapi ternyata dalam penelitian memberi
jawaban yang salah. Masih kurangnya
pengetahuan remaja mengenai ciri-ciri akil balik
menunjukkan bahwa masih diperlukan pemberian
informasi tentang ciri-ciri akil baligh dan
konsekuensinya (berdasarkan Data Survai
Kesehatan Reproduksi Indonesia 2002)

Semua remaja perlu mempelajari sistem


reproduksi laki dan perempuan, siklus haid, masa
subur, kehamilan. Dengan mengetahui hal ini
maka remaja dapat lebih siap menghadapi perilaku

Multimedia Materi KRR

41
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

seksual dan dapat membicarakannya dengan


terbuka. Selain itu juga diperlukan pengetahuan
mengenai nilai-nilai dan norma sosial – budaya
sehubungan dengan aspek-aspek seperti
kehamilan, kontrasepsi, dll.

b. Pengetahuan remaja tentang Masa Subur

Masih banyak remaja baik laki-laki maupun


perempuan yang tidak mengerti masa subur
seorang perempuan. Remaja laki-laki yang tahu
dengan benar soal masa subur perempuan hanya
32,3 % sedangkan perempuan yang mengetahui
dengan benar soal masa subur lebih kecil lagi yaitu
29%. Rendahnya pengetahuan remaja mengenai
masa subur menunjukkan pula rendahnya
pengetahuan mereka mengenai adanya masa-
masa di mana kemungkinan hamil pada
perempuan lebih tinggi.

Fakta ini menunjukkan betapa pentingnya


meningkatkan pengetahuan remaja mengenai
risiko kehamilan. (Sumber: SKRRI, 2002:28)

c. Pengetahuan remaja tentang Anemia

80% remaja perempuan pernah mendengar


tentang anemia, dan 60% remaja laki-laki pernah
mendengar tentang anemia. Dari yang pernah
mendengar, 44% laki-laki punya pengetahuan
yang benar mengenai anemia, sementara 65%
perempuan mengetahui dengan benar mengenai
anemia. Hanya 42,12% remaja laki-laki yang
mengetahui penyebab anemia, sementara 62,88%
perempuan tahu penyebabnya. Seimbang dengan
pengetahuan mengenai sebab, maka mereka yang
tahu cara mengatasi anemia adalah 46,62% laki-
laki dan 65,92% perempuan (Sumber: SKRRI,
2004:30-31).

Data menunjukkan bahwa sebagian remaja laki


maupun perempuan tidak paham mengenai
anemia dan karena itu merupakan sasaran
pemberian KIE. KIE bagi remaja dapat dilakukan
dengan berbagai cara di sekolah maupun luar
sekolah.

Multimedia Materi KRR

42
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

d. Pengetahuan remaja tentang resiko


kehamilan dari sekali berhubungan seks

Data menunjukkan bahwa masih cukup banyak


remaja yang belum tahu bahwa satu kali
melakukan hubungan seks dapat menyebabkan
kehamilan. Remaja laki-laki usia 15-19 tahun yang
tahu bahwa seorang perempuan dapat hamil
dengan sekali berhubungan seksual adalah 41.0%
sedangkan perempuan 45.5%. Kelompok usia 20-
24 tahun yang tahu bahwa seorang perempuan
dapat hamil dengan sekali berhubungan seksual,
laki-laki 51.8%; perempuan 57.6%. Artinya
kelompok yang lebih tua lebih banyak yang
mengerti dibandingkan kelompok yang lebih muda.
Perbedaan tingkat pengetahuan antara laki-laki
dan perempuan tidak terlalu berbeda.

Berdasarkan tempat tinggalnya, remaja laki-laki di


perkotaan yang tahu bahwa seorang perempuan
dapat hamil dengan sekali berhubungan seksual
54.0% dan perdesaan 35.5%; sedangkan
perempuan di perkotaan yang tahu bahwa seorang
perempuan dapat hamil dengan sekali
berhubungan seksual 54.4% dan perdesaan
40.4%. Jelas ada perbedaan tingkat pengetahuan
antara remaja di perkotaan dan perdesaan.

Data menunjukkan sebagian remaja mengerti


bahwa seorang perempuan dapat hamil dengan
sekali berhubungan seksual, tetapi jumlah yang
sama ternyata belum mengerti. Mengingat bahwa
yang menyatakan tidak bisa hamil dan yang
menyatakan tidak tahu apakah bisa hamil atau
tidak jika melakukan hubungan seks hanya sekali
saja masih cukup banyak maka tentunya program
peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi
masih harus dilanjutkan. Terutama untuk remaja
perempuan sebagai orang yang berisiko
mengalami kehamilan semestinya lebih menyadari
bahaya melakukan hubungan seksual (Sumber:
SKRRI, 2002:29)

Multimedia Materi KRR

43
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

2. Pengetahuan tentang HIV/AIDS


a. Pernah mendengar HIV/AIDS

Remaja usia 15-29 tahun yang pernah mendengar


tentang HIV/AIDS cukup tinggi, terdiri atas 82%
laki-laki dan 87,8%. Beberapa penelitian serupa
menunjukkan tren yang serupa (Sumber: UNFPA,
2002:65).

b. Percaya ada cara menghindari HIV/AIDS

Apakah pernah mendengar tentang HIV/AIDS saja


sudah cukup?. Jumlah remaja laki-laki yang
percaya bahwa ada cara untuk menghindari
HIV/AIDS hanya 53,8% dan perempuan 61,4%
(Sumber: UNFPA, 2002:65). Hal ini berarti bahwa
sebagian remaja yang pernah mendengar tentang
HIV/AIDS tidak percaya bahwa ada cara untuk
menghindari HIV/AIDS. Karena itu bagi mereka
masih sangat diperlukan pemberian Informasi
bahwa ada cara untuk menghindari HIV/AIDS.

c. Tahu cara menghindari HIV/AIDS

Perempuan

Sebagian remaja tahu satu atau lebih cara


untuk menghindari HIV/AIDS. Tetapi masih
lebih banyak remaja yang tidak mengetahui
cara-cara menghindari HIV/AIDS. Remaja
perempuan usia 15-24 tahun yang tahu cara
menghindari HIV/AIDS dengan menggunakan
kondom 18%; dengan membatasi pasangan
seksual 24%; dan mereka yang tahu 2 atau 3
cara menghindari HIV/AIDS hanya 9 %.
(Sumber: SKRRI, 2002:69)

Kurangnya pengetahuan remaja perempuan


mengenai cara menghindari HIV/AIDS
merupakan sebuah tanda bahaya. Pemberian
informasi mengenai berbagai cara menghindari
HIV/IDS mutlak diberikan kepada remaja
perempuan usia 15-24 tahun.

Multimedia Materi KRR

44
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

Laki-laki

Masih lebih banyak remaja yang tidak


mengetahui cara-cara menghindari HIV/AIDS.
Remaja laki-laki usia 15-24 tahun yang tahu
cara menghindari HIV/AIDS dengan
menggunakan kondom lebih tinggi daripada
remaja perempuan yaitu 34%; dengan
membatasi pasangan seksual 16%; dan
mereka yang tahu 2 atau 3 cara menghindari
HIV/AIDS hanya 10 %. (Sumber: SKRRI,
2002:70)

Sama halnya dengan remaja perempuan,


banyak remaja laki-laki yang belum mengerti
mengenai cara-cara menghindari HIV/AIDS.
Pemberian informasi mengenai berbagai cara
menghindari HIV/IDS mutlak diberikan kepada
remaja laki-laki usia 15-24 tahun.

3. Pengetahuan tentang IMS


a. Pernah mendengar IMS

IMS atau Infeksi Menular Seksual tidaklah sama


dengan HIV walaupun HIV termasuk salah satu
IMS. IMS yang diderita seseorang akan
mempertinggi peluang orang tersebut tertular HIV.
Selain mempertinggi peluang tertular HIV, adanya
IMS juga membawa banyak akibat lain pada
penderitanya. Karena itu, remaja harus memiliki
pengetahuan yang memadai mengenai IMS dan
faktanya masih banyak remaja laki-laki maupun
perempuan yang belum pernah mendengar
tentang IMS. Hanya 40% remaja laki-laki dan 34
% remaja perempuan yang pernah mendengar
tentang IMS. Pengetahuan tentang IMS lebih
rendah pada remaja yang lebih muda dan yang
berpendidikan lebih rendah (Sumber: SKRRI,
2002:74).

b. Bisa menyebutkan jenis IMS

Ada beberapa jenis IMS yang banyak dialami oleh


remaja yang aktif secara seksual. Jenis-jenis yang
paling sering terjadi adalah antara lain : Syphilis,
Gonore, Herpes Genitalis dan lain-lain.

Multimedia Materi KRR

45
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

Pengetahuan remaja laki-laki mengenai jenis IMS


ini sebagai berikut :

Syphilis : 34,3%; Gonore : 10,9%; Herpes


Genitalis : 0,6%; Lainnya : 2,9%.

Sedangkan perempuan yang mengetahui jenis-


jenis IMS jumlahnya lebih kecil dari remaja laki-
laki :

Syphilis : 22%; Gonore : 9,4%; Herpes Genitalis :


2,5%; Lainnya : 7,2%. (Sumber: SKRRI,
2002:76).

Rendahnya pengetahuan remaja laki-laki maupun


perempuan mengenai jenis maupun berbagai
gejala IMS menunjukkan perlunya informasi dan
juga pelayanan yang memadai bagi remaja
menyangkut IMS.

4. Pengetahuan tentang NAPZA


Penelitian menunjukkan bahwa penyalahgunaan
NAPZA mulai dari rokok, alkohol dan narkotika di
kalangan remaja tidak diimbangi dengan
pengetahuan tentang seluk beluk NAPZA dan
akibatnya. Remaja yang tahu bahwa salah satu
dampak merokok adalah impotensi hanya 13,7%
dan yang tahu bahwa merokok mengakibatkan
gangguan pada kehamilan dan janin hanya 13,2%.
Yang tahu dampak minuman keras dapat
menyebabkan impotensi dan kemandulan hanya
3,9% dan menyebabkan kelahiran anak cacat
hanya 1,9%. Remaja yang tahu bahwa NAPZA
dapat mengakibatkan gangguan alat reproduksi
pria hanya 2,4% dan gangguan alat reproduksi
wanita hanya 2,8%. (LDUI, 2002)

Pengetahuan yang sangat rendah mengenai


dampak penyalahgunaan NAPZA terhadap fisik dan
mental dapat sangat membahayakan remaja.
Ketidaktahuannya dapat menyebabkan mereka
terjerumus sebelum sadar apa yang terjadi pada
dirinya. Informasi dan pelayanan yang tepat akan
membantu mereka terhindar atau keluar dari jerat
NAPZA.

Multimedia Materi KRR

46
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

Kebijakan – Program – Strategi


1. Kebijakan
a. Yang seharusnya dilakukan.

> Pemenuhan Hak

Keadaan ideal yang perlu dicapai yaitu remaja


diberi akses maksimal pada:

1. Informasi

• Pelayanan dan pemberian informasi yang


sesuai mengenai be4rbagai aspek
kesehatan termasuk kesehatan reproduksi
(seksualitas, HIV/AIDS, NAPZA)
2. Pelayanan:

• Layanan kesehatan terpadu yang ramah


remaja (youth friendly). Di dalam
pelayanan terpadu ini termasuk pelayanan
fisik (medis) maupun psikologis (konseling,
terapi) serta rehabilitasi

• Pendidikan keterampilan hidup (life skill


education) untuk membekali remaja
menjalani kehidupan yang sehat.

> Dukungan Stakeholder

Kebijakan dan program KRR tidak mungkin


terlaksana tanpa dukungan para ”stakeholder”
atau pihak-pihak yang bertangungjawab.
Stakeholder harus mengusahakan terjadinya hal-
hal berikut :

• Pengakuan adanya masalah KRR (Seks pra-


nikah, KTD, Aborsi, HIV/AIDS).

• Pendidikan publik melalui kerjasama antara


pemerintah dengan media massa.

• KRR masuk dalam Program pembangunan


Nasional dan Daerah.

• Koordinasi lintas sektor (KPA/KPAD,


BNN/BNP, DIKNAS, DEPKES, DEPAG,
DEPSOS, BKKBN, LSM) untuk kebijakan.

Multimedia Materi KRR

47
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

• Pelayanan KRR yang terpadu (terinterasi)


menyangkut berbagai aspek yang
diperlukan remaja. Di dalam kebijakan
pelayanan KRR aspek-aspek yang perlu
diperhatikan antara lain : hubungan
personal, nilai-nilai moral, tangungjawab,
kesetaraan gender.

• Memasukan soal gender di dalam program


kesehatan reproduksi merupakan peluang
untuk menekankan pentingnya
keseimbangan peran dan tanggung jawab
antara laki-laki dan perempuan. Dalam
program konseling penyedia jasa juga
dapat menyampaikan pentingnya
tanggungjawab laki-laki dalam kesehatan
reproduksi. Sering laki-laki tidak
memperdulikan isu kesehatan sampai
mereka sendiri mengalami salah satu IMS
dan harus mengunjungi fasilitas kesehatan.
Melibatkan laki-laki dalam program dan
diskusi kesehatan reproduksi akan
berdampak sangat positif, karena selama
ini masalah kesehatan reproduksi dianggap
urusan perempuan.

b. Yang Saat Ini Telah Dilakukan

> Kebijakan

Kebijakan KRR pada dasarnya dapat


dibedakan menjadi dua tingkatan, yaitu pada
tingkat Nasional dan pada tingkat Daerah.

Pada tingkat Nasional, dalam Program


Pembangunan Nasional (Propenas) Kebijakan
mengenai KRR sudah ada. Apalagi dengan
adanya Komitmen Internasional melalui ICPD di
mana Indonesia termasuk negara yang
menanda-tangani di dalamnya.

Sedangkan pada tingkat Daerah, dengan


adanya Otonomi Daerah, kebijakan mengenai
KRR perlu ditegaskan pada Program
Pembangunan Daerah (Propeda), tentunya
dengan penyesuaian pada situasi dan kondisi

Multimedia Materi KRR

48
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

lokal. Tentunya hal ini perlu menjadi perhatian


para stakeholder lokal.

> Sektor Pelaksana

Eksekutor atau pelaksana program-program


KRR pun terbagi menjadi dua sektor, yaitu
sektor pemerintah dan sektor non Pemerintah.

Pada sektor pemerintah, pelaksanaan Program


KRR dilakukan oleh 5 instansi, yaitu BKKBN,
Depkes, Diknas, Depag dan Depsos. Kelima
instansi ini melaksanakan apa yang disebut
sebagai Program Lintas Sektoral, disamping
juga mengembangkan program-program yang
bersifat internal.

Pada sektor non Pemerintah, LSM maupun


organisasi-organisasi yang bergerak di bidang
KRR pun perlu berpartisipasi mengembangkan
program-program KRR. Justru seringkali sektor
ini lebih dekat dan lebih mudah diraih oleh
remaja. Selain mengembangkan program-
program secara internal, tiap LSM atau tiap
organisasi dapat saling berinteraksi maupun
bermitra dengan sektor Pemerintah, program
yang berbasis Kemitraan cenderung memiliki
tingkat keberhasilan yang tinggi.

> Dana

Seperti halnya dengan kebijakan di atas,


masalah dana pun terbagi menjadi dua
tingkatan, yaitu pada tingkat Nasional dan
pada tingkat Daerah.

Pada tingkat Nasional dana untuk


melaksanakan Program KRR tersedia dalam
APBN, walau bila dibandingkan dengan
permasalahan yang ada, dirasakan dana
tersebut masih sangat minim. Namun
demikian, dengan tersedianya alokasi dana
untuk Program KRR, paling tidak, terlihat
komitmen Pemerintah untuk ‘meraih’ remaja.

Pada tingkat Daerah, dana yang menunjang


Program KRR dapat dilihat pada APBD. Dengan
adanya Otonomi Daerah, tiap daerah memiliki
Multimedia Materi KRR

49
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

wewenang untuk menetapkan alokasi


pengeluaran untuk Program KRR. Besar
kecilnya komitmen Pemerintah Daerah pada
permasalahan KRR dapat tercermin dari alokasi
dana untuk program tersebut.

2. Program
a. Program Berbasis Sekolah

Banyak remaja bisa dijangkau di sekolah-sekolah.


Program ini harus dimulai sedini mungkin karena
berbagai alasan. Karena banyak anak putus
sekolah dan di berbagai tempat banyak anak
perempuan tidak bersekolah. Di Indonesia, 30 %
dari jumlah anak sekolah SD tidak masuk ke SLTP
karena berbagai alasan. Dengan demikian,
sebaiknya program-program kesehatan reproduksi
bagi remaja sudah dimulai di sekolah dasar
sebelum anak putus sekolah atau tidak
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Program kesehatan reproduksi sebaiknya bisa
diterapkan di berbagai jenis sekolah yang berbeda-
beda dan dimulai sejak pendidikan dasar.

Kurikulum pendidikan seks hendaknya mencakup


aspek kesehatan umum, aspek seksualitas, HIV
dan NAPZA, hubungan antar individu seperti
komunikasi dan keterampilan negosiasi,
pembinaan kepercayaan diri, dan lain-lain.
Pembahasan harus seimbang, tidak terlalu luas
sehingga banyak hal khusus (KTD, IMS, Aborsi dll)
tidak terbahas, dan jangan terlalu khusus sehingga
banyak hal umum tidak terbahas (pubertas,
perubahan emosional dan sosial)

Di samping pelajaran, sekolah hendaknya juga


menyediakan pelayanan lain seperti konseling
kesehatan reproduksi. Untuk itu diperlukan
pelatihan dan persiapan khusus bagi staf di
sekolah.

Pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah sudah


menjangkau jutaan remaja. Karena kebanyakan
remaja berada di sekolah, maka mengintegrasikan
pendidikan kesehatan reproduksi ke dalam

Multimedia Materi KRR

50
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

kurikulum sekolah merupakan strategi yang sangat


penting. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
ketakutan terhadap pendidikan kesehatan
reproduksi justru akan memicu aktifitas seks
tidaklah beralasan. Menyediakan informasi dasar
mengenai kesehatan reproduksi dan menjelaskan
kepada mereka mengenai pentingnya pendidikan
seksualitas dapat membantu mereka merasa
nyaman dan justru mendukung usaha-usaha
seperti itu. Di Belanda, pendidikan seks adalah
universal, informasi tersebar luas, dan pelayanan
tersedia karena dilihat sebagai hak asasi. Remaja
memulai aktifitas seksualnya tidak terlalu dini,
lebih sedikit mempunyai pasangan dan jauh lebih
siap menghadapi seks dibandingkan remaja di
Amerika. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya
angka KTD, aborsi, dan penularan IMS.

Pendidikan semakin berhasil bila dimulai dari orang


tua dan guru-guru. Pelatihan guru dan penyediaan
bahan-bahan yang sesuai dengan informasi yang
dibutuhkan atau dicari remaja merupakan kunci
keberhasilan program pendidikan kesehatan
reproduksi bagi remaja. Remaja biasanya tidak
mencari perawatan medis yang mereka butuhkan.
Karena itu pusat-pusat pelayanan kesehatan di
sekolah atau yang berhubungan dengan sekolah
merupakan jawaban yang dibutuhkan remaja.

Program KRR yang dilakukan melalui jalur sekolah


memiliki tiga bentuk, yaitu:

1. Informasi

Yaitu transfer pengetahuan mengenai KRR


khususnya untuk siswa (remaja) yang
dilakukan melalui:

- Intrakurikuler

Memberikan pengetahuan mengenai KRR


di dalam jam belajar, artinya informasi
KRR dapat diintegrasikan dalam
kurikulum mata pelajaran, misalnya
melalui biologi, pendidikan jasmani, dll.

- Ekstrakurikuler

Multimedia Materi KRR

51
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

Memberikan pengetahuan mengenai KRR


di luar jam belajar, artinya informasi KRR
diberikan melalui aktifitas pasca belajar,
misalnya melalui pramuka, PMR, dll.

2. Pelayanan

Yaitu memberikan bantuan atas


permasalahan seputar KRR yang dihadapi
melalui:

- UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)


- Bimbingan dan Konseling

3. Pendidikan Keterampilan Hidup

Yaitu usaha mendidik siswa (remaja)


mengenai Keterampilan hidup (life skill) baik
yang diintegrasikan dalam kurikulum maupun
melalui kegiatan pasca belajar (Intrakurikuler
maupun Ekstrakurikuler).

b. Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan


Reproduksi Remaja (PIK-KRR)

Yaitu Program KRR yang umumnya dilaksanakan


oleh sektor Non Pemerintah, namun dapat juga
bermitra dengan Pemerintah. PIK-KRR merupakan
salah satu bentuk program menjangkau remaja
secara lebih luas, di masyarakat, meliputi
beberapa fungsi:

1. Pemberian Informasi seputar KRR

2. Pelayanan Konseling atas permasalahan


seputar KRR

3. Pendidikan Keterampilan Hidup (Life Skill


Education)

Menjangkau remaja berbeda dengan menjangkau


orang dewasa. Kebanyakan remaja tidak mencari
pelayanan atas inisiatip sendiri. Program remaja
hendaknya membantu remaja untuk mencari
pelayanan yang mereka butuhkan. Ketika
merancang program, para perancang dan pembuat
kebijakan hendaknya mempertimbangkan
kebudayaan dan tradisi, tetapi di lain sisi juga
terus memperjuangkan dan melakukan advokasi

Multimedia Materi KRR

52
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

untuk menuntut terpenuhinya kebutuhan remaja


akan pelayanan kesehatan reproduksi.

Program KRR yang berhasil biasanya memenuhi


beberapa kriteria :

1) mengidentifikasi dengan cermat ciri-ciri remaja


berdasarkan usia, jenis kelamin, status
sekolah, dll. kemudian menganalisis kebutuhan
khusus kelompok-kelompok tersebut, dan
akhirnya mengembangkan strategi yang sesuai
dengan kebutuhan khas setiap kelompok
tersebut.

2) melibatkan remaja di dalam proses


perencanaan dan pelaksanaan program sampai
pada evaluasi program.

3) bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan


agama, guru, kepala sekolah dan orang tua,
karena hal ini akan mengurangi
kesalahpahaman mengenai program bagi
remaja.

4) menggunakan bahan-bahan yang dirancang


atau paling tidak diuji coba di kalangan remaja.
Tujuannya adalah memastikan bahwa bahan-
bahan tersebut memang sesuai dan mudah
dipahami oleh remaja.

5) Pelayanan harus disediakan di tempat-tempat


dimana remaja berada dan mudah dijangkau
baik dalam lokasi, waktu, biaya, dan hal-hal
praktis lainnya yang bagi remaja penting
diperhatikan.

6) Sangatlah penting menggunakan alat-alat


evaluasi agar proyek yang berhasil dapat
direplikasi atau dilakukan di tempat lain dan
dapat bertahan.

Pemerintah dan donor seyogyanya memberikan


dana yang memadai untuk pengembangan
program-program skala kecil yang berhasil.

Pendirian dan pengembangan pusat-pusat


informasi dan pelayanan KRR dapat dilakukan di

Multimedia Materi KRR

53
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

berbagai tempat yang sudah ada dan mudah


dijangkau oleh remaja, seperti:

• di sekolah, Pondok Pesantren


• di Puskesmas
• di pusat-pusat kegiatan remaja
• pusat-pusat rehabilitasi NAPZA
• shelter/pusat krisis

Klinik atau pusat pelayanan kesehatan standar


(Puskesmas, Puskesmas Pembantu) yang
memberikan pelayanan KB, pemeriksaan
kehamilan, kelahiran, dll. mempunyai peluang
yang baik untuk memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi kepada remaja. Para pelayan kesehatan
dapat memberikan informasi kesehatan reproduksi
pada para remaja yang datang dan melakukan
konseling mengenai masalah-masalah kesehatan
reproduksi yang dialami remaja. Rujukan kepada
pelayanan lain di tempat lain juga penting bagi
remaja. Tidak selamanya semua jenis pelayanan
harus berada di bawah satu atap. Yang penting
remaja tahu harus pergi ke mana jika ingin
mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi.

Analisis terhadap berbagai kajian yang ditujukan


untuk mengurangi perilaku berisiko di kalangan
remaja meliputi beberapa aspek umum :

ƒ Memberikan informasi dasar yang akurat


ƒ Diarahkan pada upaya mengurangi perilaku
seksual yang berisiko
ƒ Membahas tekanan kelompok yang sering
mendorong remaja berperilaku seksual aktif
ƒ Memperkuat nilai-nilai individual dan
kelompok untuk menolak perilaku seksual
yang tidak aman

Rancangan program atau metode pelatihan

ƒ Menyedikan contoh dan model bagi remaja


untuk mempraktekan keterampilan
komunikasi dan negosiasi
ƒ Pelatihan para pelatih/fasilitator dan
melibatkan remaja/peserta pelatihan dalam
proses pembelajaran

Multimedia Materi KRR

54
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

ƒ Dalam proses ada latihan-latihan


berkelompok yang cukup mendalam
ƒ Waktu yang cukup

Orang dewasa atau orang tua pada umumnya


tidak menyetujui kegiatan seks di kalangan
remaja yang belum menikah. Para penyedia jasa
pelayanan tentu mempunyai nilai-nilai personal
atau religius mengenai seksualitas yang
mempengaruhi mereka ketika mendamping
remaja. Kebanyakan pelayan kesehatan kesulitan
melihat masalah remaja dari sudut pandang
remaja itu sendiri. Akibatnya remaja cenderung
tidak akan mengatakan bahwa mereka sudah aktif
secara seksual dan membutuhkan pelayanan
kesehatan reproduksi baik dalam bentuk
pencegahan terhadap KTD dan IMS maupun
perawatan.

Pelayan kesehatan umumnya bersikap


“menghakimi” ketika berhadapan dengan remaja
belum menikah yang mengalami kehamilan, tanpa
peduli pada situasi kehamilan tu sendiri. Banyak
pelayan kesehatan yang tidak membantu ketika
remaja mencari pertolongan menyangkut masalah
kesehatan reproduksinya.

> Pelayanan KRR yang ”ramah remaja”

Pelayanan KRR yang “akrab bagi remaja “ adalah


pelayan yang memiliki ciri-ciri berikut :

• jam pelayanan yang sesuai

• ruangan yang nyaman dan terjaga


kerahasiaannya

• penyedia jasa yang sensitif, ramah,


menghormati hak remaja, memahami &
mendukung KRR

• Pendidikan seksual dan pelayanan kesehatan


melalui sistem pelayanan kesehatan
masyarakat juga dapat dijangkau oleh remaja
yang berada di luar sekolah.

• Pelayanan kesehatan bagi remaja jangan


hanya menyentuh aspek medis dari

Multimedia Materi KRR

55
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

kesehatan reproduksi, melainkan juga


menyangkut hubungan dan nilai-nilai.

• Pendidik sebaya (peer educator) bisa


melengkapi usaha-usaha klinis dengan
menyediakan seseorang untuk diajak bicara,
dan menjadi penghubung dengan sumber-
sumber informasi dan pelayanan lainnya
seperti konseling dll.

• Pelayanan yang ramah bagi remaja sangat


dibutuhkan. Di klinik maupun sekolah-
sekolah, diperlukan pelatihan bagi para
penyedia jasa pelayanan yang terdiri atas
orang-orang dewasa agar mereka bisa
memahami sifat dan kebutuhan remaja dan
melayani mereka dengan sebaik-baiknya
(peka, tidak menghakimi, penuh pengertian,
menjaga kerahasiaan, ramah).

Para pelayan remaja seperti guru, dokter, perawat,


dll. membutuhkan ketrampilan teknis yang baik.
Pelayan yang secara teknis dianggap kompeten
dan dapat dipercaya dapat memperoleh
kepercayaan remaja. Karena itu para pelayan perlu
terus menerus mengembangkan pengetahuan dan
memperluas wawasan mengenai berbagai hal
menyangkut remaja. Masalah yang dihadapi
remaja umumnya saling berkaitan satu sama lain.
Misalnya, kesehatan reproduksi berkaitan dengan
penggunaan NAPZA dan berkaitan dengan masalah
keluarga. Para pelayan hendaknya tahu bagaimana
menanggapi persoalan remaja tersebut dengan
tepat, atau bila perlu merujuk pada orang lain
yang lebih tepat.

Para pelayan remaja hendaknya juga melakukan


refleksi terhadap nilai-nilai pribadinya. Mereka
harus menyadari nilai-nilai itu karena seringkali
nilai-nilai tersebut mempengaruhi sikap dan
hubungan mereka dengan remaja yang mereka
layani.

Idealnya semua pelayan remaja memperoleh


pelatihan mengenai keterampilan komunikasi yang

Multimedia Materi KRR

56
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

diperlukan dalam konseling. Sayang kebanyakan


penyedia jasa tidak pernah mendapat pelatihan

semacam itu.

c. Pemberdayaan Masyarakat

Melibatkan LSM dan berbagai kelompok


masyarakat madani yang peduli KRR dalam
pelayanan sangat bermanfaat. Di beberapa negara
tetangga LSM dan kelompok masyarakat dilibatkan
untuk menjangkau dan melayani remaja di sekolah
maupun di luar sekolah. Mengusahakan
pemenuhan kebutuhan remaja bukan hanya
tanggungjawab pemerintah semata. Orang tua,
guru, tokoh masyarakat, institusi agama, semua
perlu terlibat bersama.

Pemerintah dan lembaga non pemerintah perlu


bekerja sama dalam kemitraan yang sejajar untuk
memberdayakan semua komponen masyarakat
agar terlibat dan mendukung keberhasilan prgram
KRR. Program KRR yang baik akan melindungi
Remaja dari kehancuran. Proram KRR yang baik
akan mendukung keberhasilan pembangunan
bangsa dan negara.

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh


lembaga-lembaga masyarakat madani demi
berhasilnya proram KRR adalah antara lain :

• Pendidikan KRR pada remaja melalui sekolah


(intra & ekstra kurikuler) dan luar sekolah

• Pelatihan KRR pada orang tua (BKR)

• Pelatihan keterampilan hidup (life-skill) bagi


remaja di sekolah dan luar sekolah.

• Pelatihan keterampilan kerja (vocational skill)


bagi remaja

Banyak LSM yang mendapat kritik karena


dianggap mengkampanyekan perilaku seksual aktif
melalui pemberian informasi kesehatan reproduksi
dan sebagian karena membagikan kondom.
Sesungguhnya LSM tidak demikian mudahnya
melakukan pembagian kondom, kecuali pada
remaja yang berperilaku risiko tinggi. Kebanyakan
Multimedia Materi KRR

57
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

program LSM justru diarahkan pada kegiatan-


kegiatan remaja seperti drama, olahraga,
pelatihan keterampilan, tutorial, dll. Melalui
berbagai kegiatan tersebut informasi kesehatan
reproduksi dapat disampaikan kepada remaja.
Bahkan berbagai LSM keagamaan sudah mulai
melakukan berbagai penyuluhan kesehatan
reproduksi. LSM yang mendampingi anak di luar
sekolah pun dapat menerapkan program-program
di mana remaja itu berada. Melalui para
penjangkau dan pendidik sebaya, para remaja
sendiri dapat menyampaikan informasi,
memberikan pelayanan konseling, dan bila dirasa
sangat perlu membagikan kondom kepada remaja
lainnya.

Beberapa LSM melayani remaja yang sudah


bermasalah seperti mengalami kehamilan tak
diharapkan. LSM seperti ini juga berhasil menekan
pemerintah untuk memberlakukan kebijakan tidak
mengeluarkan remaja perempuan yang hamil.
Mereka memberikan pelayan bagi remaja yang
mengalami kehamilan, kelahiran dan harus
mengasuh anak.

d. Informasi KRR melalui media massa

Di seluruh dunia, remaja gemar dan akrab dengan


radio, TV, video, film dan buku komik. Media ini
dapat menjadi cara efektif untuk menjangkau
remaja. Program-program yang efektif telah
berhasil menggunakan media untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan reproduksi
pada remaja. Sinetron di TV misalnya dapat
menyampaikan pesan-pesan yang didengar atau
dilihat oleh remaja. Demikian juga hotline melalui
telepon terbukti berhasil membantu remaja
memperoleh informasi yang mereka butuhkan dari
remaja sebaya maupun orang dewasa secara
rahasia dan tidak menghakimi.

Kelompok drama, wayang, konser dan hiburan


lainnya juga efektif untuk menjangkau remaja
karena sarana tersebut bisa menjadi ajang untuk
mengekspresikan pesan-pesan yang lebih menarik

Multimedia Materi KRR

58
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

dan mudah diterima remaja dibandingkan pesan-


pesan yang disampaikan oleh orang tua atau orang
dewasa lainnya. Komputer juga sudah menjadi
bagian penting yang dapat menjadi saran
informasi bagi remaja.

Masih banyak saluran lain yang dapat digunakan


secara kreatif untuk menjangkau komunitas
remaja agar informasi dan pelayanan kesehatan
reproduksi dapat diakses oleh remaja.

Peran pemerintah dan lembaga non-pemerintah


adalah mengontrol media massa agar menjadi
sumber informasi yang baik dan bear, bukan justru
menyampaikan pesan-pesan yang menjerumuskan
remaja dalam perilaku berisiko terhadap kesehatan
reproduksinya.

3. Strategi
Beberapa strategi efektif untuk mengembangkan
program yang tepat sasaran bagi remaja adalah :

a. Remaja dilibatkan dalam program mulai


perencanaan sampai evaluasi
b. Program dikembangkan sesuai dengan kondisi
masing-masing daerah
c. Tokoh masyarakat, tokoh agama dan orang tua
dilibatkan dalam pengembangan program
d. Pengembangan program melalui pendekatan
lintas sektoral
e. Program disesuaikan dengan karakteristik
kelompok sasaran (usia, jenis kelamin,
wilayah, dll).

Sekian,
Terima Kasih

Multimedia Materi KRR

59
Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

DAFTAR ACUAN
Budi Utomo Et.al (2001). Study Report. Incidence And Social-Psychological Aspects
Of Abortion In Indonesia : A Community Based In 10 Major Cities And 6 Districts,
Year 2000. Center For Health Research University Of Indonesia, Jakarta.

Family Health International (FHI) (2000). Reproductive Health Of Young Adult:


Contraception, Prenancy, And Sexually Transmited Diseases. USA.

Laporan Ditjen PPM&PL Depkes, tahun 2004

Profil Kesehatan Reproduksi Indonesia, 2003

SDKI (Survei Dasar Kesehatan Ibu Di 10 Kabupaten). Survey Kesehatan Ibu:


Pendekatan Kemitraan dan Pendekatan Keluarga tahun 2002, Jakarta 2003

SKRRI (Survey Kesehatan Kesehatan Reproduksi Remaja 2002-2003). Indonesia


Young Adult Reproductive Health Survey 2002-2003

UNFPA (United Nations Population Fund) (2002). (Penyunting : Iswarati &


Rahmadewi). Buku Sumber Untuk Advocacy. Keluarga Berencana, Kesehatan
Reproduksi, Gender Dan Pembangunan Kependudukan. Diterbitkan atas
kerjasama antara Direktorat Advokasi dan KIE, BKKBN dan UNFPA didukung
dana proyek UNFPA No. INS/01/P11 tahun 2002

Multimedia Materi KRR

60
Lampiran Handout Presentasi Informasi Penunjang Advokasi KRR

█ Pengantar

Saat mengembangkan materi ini, sepenuhnya kami menyadari bahwa banyak sekali
keterbatasan yang akan dihadapi pengguna materi ini di lapangan. Oleh karena
materi ini berbasis komputer, kami memahami sepenuhnya bahwa masih banyak
keterbatasan di lapangan berkaitan dengan ketersediaan fasilitas komputer maupun
LCD (fasilitas proyektor untuk komputer).

Namun kami selaku Tim Penyusun berusaha untuk tidak bersifat menunggu. Karena
bila selalu menunggu keadaan menjadi ideal, bisa jadi kami tidak akan kerja.
Dengan kata lain bila kita selalu menunggu kapan kita sebagai bangsa bisa maju
menghadapi perkembangan media yang semakin cepat berkembang.

Daripada menunggu, kami selaku Tim Penyusun justru berusaha menyiasati materi
yang akan dihasilkan agar dapat dipergunakan dalam berbagai keterbatasan fasilitas
yang mungkin terjadi. Dengan demikian kita sebagai bangsa tidak tertinggal dalam
perkembangan media, namun di sisi lain, materi yang dihasilkan juga tetap
digunakan dalam berbagai keterbatasan yang mungkin ada.

Untuk itu, Lampiran Hand-out Presentasi ini kami sertakan dalam usaha
memberikan alternatif bentuk presentasi berbeda. Bila penggunaan CD-Rom hanya
terbatas dengan fasilitas komputer dan LCD, maka Lampiran Hand-out
Presentasi ini diharapkan dapat menjadi penunjang dikala komputer dan LCD tidak
tersedia.

Lampiran Hand-out Presentasi ini dapat digunakan oleh advokator yang ingin
melakukan presentasi advokasi Kesehatan Reproduksi Remaja dengan hanya
menggunakan OHP (Over Head Projetor), yaitu dengan cara mem-foto copy
Lampiran Hand-Out ini ke dalam transparan.

Atau bila ternyata OHP pun tidak tersedia, advokator yang ingin melakukan
presentasi advokasi KRR dapat memperbanyak (fotocopy) Lampiran Hand-Out
Presentasi ini, lalu membagikan pada peserta.

Demikian pengantar dari kami, selanjutnya kami ucapkan selamat berpresentasi.

Sukses Selalu,

Tim Penyusun

Multimedia Materi KRR

Anda mungkin juga menyukai