Anda di halaman 1dari 6

Evaluasi Penyuluhan Hipertensi di Lingkungan Manongkoki II dan Pa’bentengan

Kelurahan Manongkoki, Kabupaten Takalar

High prevalence of Hypertension disease in the environment of Manongkoki II and


Pa’bentengan, Takalar district

Achmad Nugraha Nurdin, Asrul, Ayunita Chaerunnisa, Dwi Wulansari Patanduk,


Nur’Asmawati, Siti Rahma Ramadany, Sri Rezki Saputri M, Wulan Purnamasari dan
Jumriani Ansar,S.Km,M.Kes, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Hasanuddin.

ABSTRAK
Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang ditandai oleh meningkatnya
tekanan darah dalam tubuh, peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat keberhasilan
program yang telah dilakukan pada saat PBL II di Lingkungan Manongkoki II dan Pa’bentengan.
Bahan yang digunakan ialah kertas post test dan alat tulis. Metode yang dilakukan dalam
mengevaluasi yaitu secara door to door dan wawancara langsung dengan menggunakan post-test.
Hasil evaluasi program penyuluhan hipertensi dan pemeriksaan tekananan darah di Kelurahan
Manongkoki khususnya Lingkungan Manongkoki II dan Pa’bentengan memperoleh hasil presentase
dari pre test 1 ke post test 2 mengalami peningkatan. Hasil uji Wilcoxon antara hasil pre test PBL II
dengan post test PBL III menunjukkan nilai p = 0,001 (p<0.05) maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah penyuluhan. Demikian pula untuk uji
perbedaan hasil post test PBL II dengan post test PBL III menggunakan uji Wilcoxon yang diperoleh
nilai p= 0,831 (p >0.05) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan responden
sesaat setelah penyuluhan dengan beberapa bulan setelah penyuluhan. Hal ini dapat dikatakan bahwa
program intervensi penyuluhan tentang penyakit Hipertensi di Lingkungan Manongkoki II dan
Pa’bentengan berhasil karena terdapat peningkatan dari pre test 1 ke post tes 1 maupun dari pre test 1
ke post test 2 yang berarti terdapat peningkatan pengetahuan responden sebelum dan setelah
penyuluhan penyakit hipertensi dan semua masyarakat yang telah diberikan pre post test bersedia
untuk dilakukan evaluasi dengan mengisi post test 2 pada PBL III.
Kata kunci: Evaluasi, Hipertensi, Tekanan Darah

ABSTRACT
Hypertension is a circulatory system characterized by blood pressure in the body, an increase in
systolic blood pressure of more than 140 mmHg and a diastolic blood pressure of more than 90
mmHg. The purpose of this study is to study the level of success of the program that has been carried
out in PBL II in the Manongkoki II and Pa'bentengan Environment. Materials used for post test paper
and stationery. The method used in the evaluation is door to door and direct interview using post-test.
The results of the evaluation of the hypertension extension program and blood pressure examination
in Manongkoki Village specifically for Manongkoki II and Pa'bentengan Environments increased the
percentage of pre test 1 to post test 2. The Wilcoxon test results between the results of PBL II pre test
and PBL III post test showed p = 0.001 (p <0.05), so it can be concluded what is meant between
knowledge before and after renewal. Likewise for the difference test of PBL II post test results with
PBL III post test using the Wilcoxon test which obtained p = 0.831 (p> 0.05) which means it is not in
accordance with the respondent's level of knowledge shortly after the change with several months
after renewal. This can be explained by the counseling intervention program on Hypertension in
Manongkoki II and Pa'bentengan Environment successfully because of the increase from pre-test 1 to
post-test 1 to post-test 1 to post test 2 related to the benefits of increasing respondents' assistance
before and as disease supporters hypertension and all people who were given pre post test were given
an evaluation with post test 2 in PBL III..
Keywords: Evaluation, Hypertension, Blood Pressure
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang cukup banyak
mengganggu kesehatan masyarakat. Banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya menderita
hipertensi. Hal ini disebabkan gejalanya yang tidak nyata dan pada stadium awal belum meninggalkan
gangguan yang serius pada kesehatannya. Hipertensi sering kali berakibat fatal dan apabila tidak di
tangani dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, kerusakan organ tubuh tersebut antara lain
jantung, ginjal, mata dan pembuluh darah. Kerusakan atau komplikasi tersebut tergantung pada
ukuran tekanan darah, lama diderita, penanganannya dan faktor resiko lain.(1)
Hipertensi 90% tidak diketahui secara pasti faktor penyebabnya, namun dari berbagai
penelitian telah di temukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Salah
satunya adalah gaya hidup yang tidak sehat, contohnya adalah konsumsi garam yang tinggi, makanan
berlebihan, minum alkohol dan merokok. Selain gaya hidup, tingkat stress diduga berpengaruh
terhadap peningkatan tekanan darah. seseorang mengalami stres katekolamin yang ada di dalam tubuh
akan meningkat sehingga mempengaruhi mekanisme aktivitas saraf simpatis, dan terjadi peningkatan
saraf simpatis, ketika saraf simpatis meningkat maka akan terjadi peningkatan kontraktilitas otot
jantung sehingga menyebabkan curah jantung meningkat, keadaan inilah yang cenderung menjadi
faktor mencetus hipertensi.(1)
Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami peningkatan. Tidak hanya di
Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa
menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6
milyar menjelang tahun 2025. Kurang lebih 10- 30% penduduk dewasa di hampir semua negara
mengalami penyakit hipertensi, dan sekitar 50-60% penduduk dewasa dapat dikategorikan sebagai
mayoritas utama yang status kesehatannya akan menjadi lebih baik bila dapat dikontrol tekanan
darahnya.(2)
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan jumlah penderita hipertensi akan terus
meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah pada 2025 mendatang diperkirakan
sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi. WHO menyebutkan negara ekonomi berkembang
memiliki penderita hipertensi sebesar 40% sedangkan negara maju hanya 35%, kawasan Afrika
memegang posisi puncak penderita hipertensi, yaitu sebesar 40%. Kawasan Amerika sebesar 35% dan
Asia Tenggara 36%. Kawasan Asia penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal
ini menandakan satu dari tiga orang menderita hipertensi. Sedangkan di Indonesia cukup tinggi, yakni
mencapai 32% dari total jumlah penduduk.(2)
Di Kelurahan Manongkoki khususnya Lingkungan Manongkoki II dan Pa’bentengan,
pada penyuluhan Hipertensi disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan antara sebelum dan
sesudah penyuluhan. Demikian pula untuk uji perbedaan hasil post test PBL II dengan post test PBL
III menggunakan uji Wilcoxon yang diperoleh nilai p= 0,831 (p >0.05) yang berarti bahwa tidak
terdapat perbedaan tingkat pengetahuan responden sesaat setelah penyuluhan dengan beberapa bulan
setelah penyuluhan. Hal ini dapat dikatakan bahwa program intervensi penyuluhan tentang penyakit
Hipertensi di Lingkungan Manongkoki II dan Pa’bentengan berhasil karena terdapat peningkatan dari
pre test 1 ke post tes 1 maupun dari pre test 1 ke post test 2 yang berarti terdapat peningkatan
pengetahuan responden sebelum dan setelah penyuluhan penyakit hipertensi dan semua masyarakat
yang telah diberikan pre post test bersedia untuk dilakukan evaluasi dengan mengisi post test 2.
Agar tekanan darah tetap normal

BAHAN DAN METODE


Evaluasi ini dilakukan di dua lingkungan di kelurahan Manongkoki, Kecamatan
polongbankeng Utara, Kabupaten Takalar yakni lingkungan Manongkoki II dan Pa’bentengan
penelitian ini dilakukan mulai tanggal 13 sampai 14 Desember 2018. Evaluasi ini dilaksanakan
dengan Evaluasi dilakukan melalui observasi dengan cara melakukan pengamatan langsung di
lapangan, pemberian post test dan menggunakan kuesioner, baik secara langsung pada masyarakat
sekitar maupun melalui wawancara mendalam (in-depth interview) di masyarakat.

HASIL
Jumlah peserta penyuluhan Hipertensi dilihat dari distribusi menurut jenis kelamin di
Manongkoki II dan Pa’bentengan yang mengikuti pre test maupun post test paling banyak responden
perempuan yaitu 25 orang (96,2%) dan paling sedikit responden laki-laki sebanyak 1 orang (3.8%).
Subjek evaluasi ini merupakan masyarakat Kelurahan Manongkoki khususnya di Lingkungan
Manongkoki II dan Pa’bentengan. Analisis yang digunakan adalah analisi uji Wilcoxon (non-
parametric test). Karena jumlah responden dari penyuluhan Hipertensi di Lingkungan Manongkoki
dan Pa’bentengan sebanyak 26 orang < 30 dan hanya satu kelompok, yaitu kelompok intervensi maka
uji yang digunakan ialah uji Wilcoxon (non-parametric test). Dengan melihat hasil Berdasarkan Tabel
1, menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan antara perbandingan pre test PBL II dengan post test
PBL III begitupun dengan perbandingan antara hasil post test PBL II dengan post test PBL III
menunjukkan tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada tingkat pengetahuan responden dengan
kategori cukup yaitu dari 26 orang (100%) menjadi 26 orang (100%).

PEMBAHASAN
Evaluasi penyuluhan Hipertensi dilakukan dengan memberikan kuesioner berupa post test
untuk mengetahui peningkatan pengetahuan masyarakat. Metode evaluasi yang dilakukan adalah
dengan memberikan post test. Target evaluasi yaitu mayarakat di Lingkungan Manongkoki II dan
Pa’bentengan yang telah mengisi pre post test pada saat penyuluhan di PBL II. Tujuan dari evaluasi
intervensi ini adalah untuk mengukur tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit Hipertensi.
Indikator keberhasilan evaluasi penyuluhan Hipertensi yaitu adanya peningkatan pengetahuan
responden sebelum dan setelah intervensi dan alat ukur keberhasilan yang digunakan saat penyuluhan
adalah pembagian kuesioner post-test yang diberikan pada saat evaluasi. Untuk mengukurnya
digunakan metode scoring atau pemberian angka dari setiap jawaban yang dipilih dan dianalisis
menggunakan Uji Wilcoxon melalui aplikasi SPSS.
Untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan tingkat pengetahuan responden sebelum
penyuluhan, setelah penyuluhan dan beberapa bulan setelah penyuluhan maka perlu dilakukan uji
analisis yang sesuai. Karena jumlah responden dari penyuluhan Hipertensi di Lingkungan
Manongkoki dan Pa’bentengan sebanyak 26 orang < 30 dan hanya satu kelompok, yaitu kelompok
intervensi maka uji yang digunakan ialah uji Wilcoxon (non-parametric test). Hasil uji Wilcoxon
antara hasil pre test PBL II dengan post test PBL III menunjukkan nilai p = 0,001 (p<0.05) maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah penyuluhan.
Demikian pula untuk uji perbedaan hasil post test PBL II dengan post test PBL III menggunakan uji
Wilcoxon yang diperoleh nilai p= 0,831 (p >0.05) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat
pengetahuan responden sesaat setelah penyuluhan dengan beberapa bulan setelah penyuluhan.
Hal ini dapat dikatakan bahwa program intervensi penyuluhan tentang penyakit Hipertensi di
Lingkungan Manongkoki II dan Pa’bentengan berhasil karena terdapat peningkatan dari pre test 1 ke
post tes 1 maupun dari pre test 1 ke post test 2 yang berarti terdapat peningkatan pengetahuan
responden sebelum dan setelah penyuluhan penyakit hipertensi dan semua masyarakat yang telah
diberikan pre post test bersedia untuk dilakukan evaluasi dengan mengisi post test 2 pada PBL III.

KESIMPULAN DAN SARAN


Distiribusi tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan penyakit hipertensi
di Lingkungan Mankongkoki II dan Pa’bentengan, Kelurahan Manongkoki menunjukkan
bahwa tidak terjadi perbedaan antara perbandingan pre test PBL II dengan post test PBL III
begitupun dengan perbandingan antara hasil post test PBL II dengan post test PBL III menunjukkan
tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada tingkat pengetahuan responden dengan kategori cukup
yaitu dari 26 orang (100%) menjadi 26 orang (100%). Adapun saran yang dapat diberikan setelah
dilakukannya program penyuluhan penyakit hipertensi diharapkan masyarakat menjaga pola makan
dan pola hidup sehat untuk mengurangi dampaknya, setidaknya selalu memeriksakan kesehatan di
puskesmas terdekat setidaknya satu bulan sekali.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang memberikan bantuan
materil maupun non-materil, secara langsung maupun tidak langsung selama kami melakukan
penelitian di Kelurahan Manongkoki, Kabupaten Takalar, khususnya di Lingkungan Manongkoki II
dan Pa’bentengan. Kepada Ibu Dg. Nurung dengan kami ucapkan banyak terima kasih yang telah
mengizinkan Kelompok 2 menjadikan rumahnya sebagai posko kami, Terima kasih kami kepada
Kepala Kelurahan, Kepala Lingkungan Manongkoki II dan Pa’bentengan, Iman Kelurahan
Manongkoki, Iman Lingkungan Manongkoki II dan Pa’bentengan, Pegawai Pustu, Kader, Tokoh
Masyarakat Kelurahan Manongkoki serta Masyarakat Kelurahan Manongkoki yang telah menerima
kami dengan baik dan diperlakukan dengan baik pula.

DAFTAR PUSTAKA
1. Khotimah., 2013., Stress
SebagaiFaktorTerjadinyaPeningkatanTekananDarahPadaPenderitaHipertensi,
JurnalEduhealth, UniversitasPesantrenTinggiDarulUlumJombang, Volume. 3 No. 2
2. Destiani ,Destian., dkk., 2015.,
EvaluasiPenggunaanObatAntihipertensiPadaPasienRawatJalan di
FasilitasKesehatanRawatJalanPadaTahun 2015 denganMetode ATC/DDD, JurnalFarmaka,
UniversitasPadjajaran, Hal. (19)-(25)
3. PUSKESMAS PEMBANTU KELURAHAN MANONGKOKI, 2018. KAB.TAKALAR.

LAMPIRAN
Tabel 1
Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Hipertensi di Lingkungan Manongkoki II dan Pa’bentengan Kelurahan
Manongkoki Tahun 2018
Tingkat Pre-Test Post-Test Nilai p Post-Test Post-Test Nilai p
Pengetahuan PBL II PBL III PBL II PBL III
Hipertensi n % n % n % n %
Kurang 0 0 0 0 0.001 0 0 0 0 0.831
Cukup 26 0 26 100 < 0.05 26 100 26 100 > 0.05
Total 26 100 26 100 26 100 26 100
Sumber : Data Primer, 2018

Anda mungkin juga menyukai