ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko utama terjadinya penyakit kardiovaskuler dan menyumbang
kematian tertinggi di dunia termasuk di Indonesia. Keberhasilan terapi tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas
pelayanan kesehatan dan sikap, namun juga dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat
antihipertensi dan melakukan kontrol rutin untuk memeriksakan kondisi dan tekanan darahnya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien minum obat antihipertensi dan control kembali sesuai
anjuran/jadwal di Puskesmas Bantul II.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional yang dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2019.
Jumlah sampel 65 rseponden dan teknik pengambilan sampel secara accidental sampling. Pengukuran tingkat
kepatuhan minum obat menggunakan kuesioner MMAS-8 dan pengukuran tingkat kepatuhan kontrol kembali ke
dokter menggunakan kuesioner tambahan. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan disajikan dalam bentuk
tabulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi di Puskesmas
Bantul II 36,8% masuk kategori rendah, 12,3% masuk kategori sedang dan 50,7% masuk kategori tinggi. Tingkat
kepatuhan untuk kontrol kembali ke dokter 4,6% masuk kategori tidak patuh, 24,6% masuk kategori kurang patuh
dan 70,8% masuk kategori patuh.
ABSTRACT
Hypertension is one of the main risk factors for cardiovascular disease and contributes to the highest
mortality in the world, including in Indonesia. The success of therapy is not only influenced by the quality of
health services and attitude but also influenced by the level of patient compliance in taking anti-hypertensive
drugs and carrying out routine controls to check their condition and blood pressure. The study aims to determine
the level of compliance of patients taking anti-hypertensive drugs and revisits according to the
recommendation/schedule at the Bantul II Health Center.
The research is an observational descriptive study conducted on June-July 2019. The number of samples
is 65 respondents and the sampling technique is accidental sampling. Measuring the level of adherence to taking
medication using the MMAS-8 questionnaire and measuring the level of compliance with returning to the doctor
using an additional questionnaire. Data were qualitatively analyzed and presented in tabulated form.
The results showed that the level of adherence to the use of anti-hypertensive drugs at the Bantul II Health
Center was 36,8% in the low category, 12,3% in the medium category and 50,7% in the high category. The level
of compliance for revisits to the doctor was 4,6% in the non-adherent category, 24,6% in the less compliant
category and 70,8% in the obedient category.
Tabel 5. Karateristik responden berdasarkan menggunakan obat tunggal sebesar 84,6%. Hal
riwayat penyakit penyerta ini selaras dengan penelitian Untari et al.
Frekuensi, n (%) (2015) di Puskesmas Siantan Hilir Pontianak
Karakteristik
(n=65) sebanyak 72,83% pasien menggunakan obat
Riwayat Penyakit antihipertensi tunggal. Demikian juga hasil
Penyerta
penelitian Chusna et al. (2014) di RSUD dr.
Ada 18 (27,7)
Doris Sylvanus Palangkaraya bahwa dari 114
Tidak ada 47 (72,3)
responden sebanyak 71 responden
menggunakan obat tunggal. Penggunaan obat
Berdasarkan tabel 5 pasien hipertensi di hipertensi tunggal tentu akan lebih
puskesmas Bantul II didominasi oleh hipertensi meningkatkan kepatuhan pasiien dibanding
tunggal, tidak ada penyakit penyerta. Hal ini obat kombinasi.
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Putri
et al. (2016) di RSUP Sanglah Denpasar, bahwa Tingkat Kepatuhan Pasien dalam Minum Obat
pasien hipertensi didominasi oleh hipertensi Antihipertensi
tanpa penyakit penyerta. Hasil yang sama juga
ditunjukkan oleh Falupi (2013). Hasil berbeda Tabel 7. Tingkat kepatuhan minum obat
ditunjukkan oleh Cahyani (2018) dalam antihipertensi
penelitiannya di Puskesmas Wirobrajan Frekuensi, n (%)
Yogyakarta. Pasien hipertensi tanpa penyakit Tingkat Kepatuhan
(n=65)
penyerta sebanyak 32 % sedangkan pasien Rendah 24 (36,8)
hipertensi dengan penyakit penyerta berupa Sedang 8 (12,3)
DM sebesar 40%, penyakit penyerta berupa Tinggi 33(50,7)
gout sebesar 8%, penyakit penyerta lain
sebanyak 20%. Adanya penyakit penyerta Tabel 7. Menunjukkan bahwa tingkat
membuat terapi menjadi lebih komplek, obat kepatuhan minum obat pasien hipertensi di
yang harus diminum lebih banyak sehingga Puskesmas Bantul II termasuk kategori tinggi
dapat mempengaruhi kepatuhan penderitanya. sebanyak 50,7%. Hal ini selaras dengan hasil
penelitian Mutmainah et al. (2010) dimana nilai
Tabel 6. Karateristik responden berdasarkan kepatuhan tinggi sebesar 69,6%. Berbeda
jenis obat yang diminum dengan hasil penelitian Ningrum dan Sudyasih
(2018) di Puskesmas Sayegan Sleman dimana
Frekuensi, n (%) pasien lebih banyak yang tingkat kepatuhan
Karakteristik
(n=65) minum obat hipertensi dalam kategori sedang
Jumlah Obat sebanyak 45,8%. Penelitian yang dilakukan
Anti Hipertensi oleh Santummkul et al. (2014) di Instalasi
Tunggal 55 (84,6) rawat jalan RSUD dr. Moewardi menunjukkan
Kombinasi 10 (15,4) bahwa sebagian besar pasien hipertensi tingkat
kepatuhannya sedang sebesar 50,56%.
Berdasarkan tabel 6 pasien hipertensi di
Puskesmas Bantul II lebih banyak yang
Tabel 8. Tingkat Kepatuhan Minum Obat Berdasarkan Kondisi Sosio-demografi dan Klinis Responden
Frekuensi, n (%)
Karakteristik Tingkat Kepatuhan (n=65)
Rendah Sedang Tinggi
Usia Responden
Dewasa (>19 tahun) 20(30,8) 7 (10,8) 27 (41,5)
Lansia (>65 tahun) 4 (6,2) 1 (1,5) 6 (9,2)
Jenis Kelamin
Pria 10 (15,4) 3 (4,6) 7 (10,8)
Wanita
14 (21,5) 5 (7,7) 26 (40)
Pendidikan Responden
Dasar (SD-SMP) 7 (10,8) 3 (4,6) 16 (24,6)
Frekuensi, n (%)
Karakteristik Tingkat Kepatuhan (n=65)
Rendah Sedang Tinggi
Lanjutan (SMA-Magister (S2) 17 (26,15) 5 (7,7) 17 (26,15)
Pekerjaan Responden
Bekerja 15 (23,1) 6 (9,2) 19 (29,2)
Tidak Bekerja 9 (13,9) 2 (3,1) 14 (21,5)
Jumlah Obat Antihipertensi
Tunggal 20 (30,8) 8 (12,3) 27 (41,5)
Kombinasi 4 (6,2) 0 (0) 6 (9,2)
Berdasarkan usia responden, sebagian banyak jumlah obat yang harus diminum
besar baik dewasa maupun lansia mempunyai semakin rendah tingkat kepatuhan. Beberapa
tingkat kepatuhan minum obat yang tinggi. alasan yang mungkin adalah pasien merasa
Menurut Sinuraya et al. (2018) usia tidak bosan atau takut efek samping obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan minum obat. mungkin timbul akibat minum obat yang
tingkat kepatuhan berdasarkan jenis kelamin bermacam-macam.
menunjukkan bahwa wanita memiliki tingkat
kepatuhan yang lebih tinggi dibanding pria. Tingkat Kepatuhan Kontrol kembali ke
Hasil ini serupa dengan penelitian yang Dokter
dilakukan oleh Sinuraya et al. (2018) bahwa
perempuan memiliki tingkat kepatuhan lebih Tabel 9. Tingkat Kepatuhan Kontrol Kembali
tinggi dibanding laki-laki. Tingkat Frekuensi, n (%)
Tingkat kepatuhan minum obat berdasar Kepatuhan (n=65)
tingkat pendidikan tidak menunjukkan Patuh 46 (70,8)
perbedaan yang berarti. Hal ini berbeda dengan Kurang Patuh 16 (24,6)
hasil penelitian yang dilakukan oleh Permana et Tidak Patuh 3 (4,6)
al. (2019) yang menunjukkan bahwa
pendidikan berpengaruh signifikan terhadap Berdasarkan tabel 9. Tingkat
kepatuhan minum obat antihipertensi. Tingkat kepatuhan kontrol kembali ke dokter pasien
kepatuhan berdasar pekerjaan ternyata juga hipertensi di Puskesmas Bantul II sebagian
tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Hal besar (70,8%) masuk dalam kategori patuh dan
ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan hanya sebagian kecil (4,6%) saja yang tidak
oleh Ningrum et al. (2016) yang menunjukkan patuh. Kepatuhan untuk kontrol kembali ke
bahwa pendidikan mempengaruhi kepatuhan dokter sangat penting untuk mengetahui
minum obat antihipertensi. Orang dengan perkembangan kondisi klinis pasien. Pasien
pendidikan rendah beresiko empat kali lebih yang terpantau kondisi klinisnya akan
tidak patuh dalam menjalani pengobatan mengurangi resiko komplikasi penyakit yang
hipertensi. Menurut Liberty et al. (2017) jenis lebih berat. Kedekatan dan komunikasi yang
kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis baik antara pasien dan dokter yang merawatnya
pekerjaan tidak berpengaruh secara signifikan juga memberikan dukungan moral yang baik
terhadap kepatuhan berobat pasien hipertensi. kepada pasien. Keberhasilan mengendalikan
Kepatuhan minum obat pada pasien tekanan darah merupakan usaha bersama antara
dengan obat tunggal lebih tinggi dibanding pasien dan dokter yang menanganinya.
pasien yang minum obat kombinasi. Semakin
Tabel 10. Tingkat Kepatuhan Kontrol Kembali Berdasarkan Sosio-Demografi dan Kondisi Klinis
Responden
Frekuensi, n (%)
Kontrol Kembali (n=65)
Karakteristik
Tidak Kurang Patuh
Patuh Patuh
Usia Responden
Dewasa (>19 tahun) 3(4,6) 13 (20) 38 (58,5)
Lansia (>65 tahun) 0 (0) 3 (4,6) 8 (12,3)
Frekuensi, n (%)
Kontrol Kembali (n=65)
Karakteristik
Tidak Kurang Patuh
Patuh Patuh
Jenis Kelamin
Pria 1 (1,5) 7 (10,8) 11 (17)
Wanita
3 (4,6) 9(13,8) 34 (52,3)
Pendidikan Responden
Dasar (SD-SMP) 2 (3,1) 7 (10,8) 17 (26,2)
Lanjutan (SMA-Magister (S2) 1 (1,5) 9 (13,8) 29 (44,6)
Pekerjaan Responden
Bekerja 2 (3,1) 11 (17) 27 (41,5)
Tidak Bekerja 1 (1,5) 5 (7,7) 19 (29,2)
Jumlah Obat Antihipertensi
Tunggal 1 (1,5) 13 (20) 41 (63,1)
Kombinasi 2 (3,1) 3 (4,6) 5 (7,7)