Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Setya Medika p-ISSN Cetak : 2528-7621

Vol.6, No.1: 30-36 e-ISSN Online: 2579-938X

Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Antihipertensi Di Puskesmas Bantul


II Yogyakarta
Compliance Level of Antihipertension Medicine Usage at Puskesmas Bantul II Yogyakarta
Dewi Wulandari 1, Trilestari2, Nurul Kusumawardani3
1
UPT Bantul II Gandekan Bantul Yogyakarta
2
Farmasi, Politeknik Kesehatan Bhakti Setya Indonesia, Yogyakarta
3
Farmasi, Universitas Alma Ata Yogyakarta
Corresponding author: Trilestari ; Email: trilestari@poltekkes-bsi.ac.id
Submitted: 23-07-2021 Revised: 23-07-2021 Accepted: 25-07-2021

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko utama terjadinya penyakit kardiovaskuler dan menyumbang
kematian tertinggi di dunia termasuk di Indonesia. Keberhasilan terapi tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas
pelayanan kesehatan dan sikap, namun juga dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat
antihipertensi dan melakukan kontrol rutin untuk memeriksakan kondisi dan tekanan darahnya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien minum obat antihipertensi dan control kembali sesuai
anjuran/jadwal di Puskesmas Bantul II.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional yang dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2019.
Jumlah sampel 65 rseponden dan teknik pengambilan sampel secara accidental sampling. Pengukuran tingkat
kepatuhan minum obat menggunakan kuesioner MMAS-8 dan pengukuran tingkat kepatuhan kontrol kembali ke
dokter menggunakan kuesioner tambahan. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan disajikan dalam bentuk
tabulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi di Puskesmas
Bantul II 36,8% masuk kategori rendah, 12,3% masuk kategori sedang dan 50,7% masuk kategori tinggi. Tingkat
kepatuhan untuk kontrol kembali ke dokter 4,6% masuk kategori tidak patuh, 24,6% masuk kategori kurang patuh
dan 70,8% masuk kategori patuh.

Kata kunci: hipertensi, kepatuhan, MMAS-8.

ABSTRACT

Hypertension is one of the main risk factors for cardiovascular disease and contributes to the highest
mortality in the world, including in Indonesia. The success of therapy is not only influenced by the quality of
health services and attitude but also influenced by the level of patient compliance in taking anti-hypertensive
drugs and carrying out routine controls to check their condition and blood pressure. The study aims to determine
the level of compliance of patients taking anti-hypertensive drugs and revisits according to the
recommendation/schedule at the Bantul II Health Center.
The research is an observational descriptive study conducted on June-July 2019. The number of samples
is 65 respondents and the sampling technique is accidental sampling. Measuring the level of adherence to taking
medication using the MMAS-8 questionnaire and measuring the level of compliance with returning to the doctor
using an additional questionnaire. Data were qualitatively analyzed and presented in tabulated form.
The results showed that the level of adherence to the use of anti-hypertensive drugs at the Bantul II Health
Center was 36,8% in the low category, 12,3% in the medium category and 50,7% in the high category. The level
of compliance for revisits to the doctor was 4,6% in the non-adherent category, 24,6% in the less compliant
category and 70,8% in the obedient category.

Keywords: hypertension, obedience, MMAS-8

(D. Wulandari et al., 2021) 30


Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Setya Medika p-ISSN Cetak : 2528-7621
Vol.6, No.1: 30-36 e-ISSN Online: 2579-938X

PENDAHULUAN Populasi dalam penelitian ini adalah


Hipertensi merupakan salah satu faktor semua pasien hipertensi di Puskesmas Bantul II
resiko utama terjadinya penyakit sebanyak 140 pasien. Sampel dalam penelitian
kardiovaskuler dan menyumbang kematian ini adalah sebagian pasien hipertensi di
tertinggi di dunia termasuk di Indonesia. Gejala Puskesmas Bantul II yang mampu mewakili
hipertensi biasanya tidak dirasakan, sehingga populasi. Jumlah sampel dihitung dengan
disebut silence disease. Kondisi tersebut rumus Setiadi (2007) pada persamaan (1).
menyebabkan orang-orang sering tidak
menyadari jika memiliki tekanan darah yang n=
……………………………..(1)
meningkat dan tidak melakukan pemeriksaan
n = jumlah sampel minimal
maupun terapi. Hipertensi sebaiknya dideteksi N = jumlah populasi
sejak awal dan mendapat terapi yang tepat d = taraf kesalahan pada tingkat kepercayaan yang
untuk mencegah komplikasi dan menurunkan diinginkan (0,1)
angka kematian. Adapun komplikasi hipertensi Berdasarkan rumus tersebut maka perhitungan
dapat berupa angina (iskemia), serangan jumlah sampel pada persamaan (2).
jantung, stroke dan gagal ginjal (Suhadi et al.,
n = = 58,33 pasien
2016)
Hasil pelaporan Dinas Kesehatan ………..(2)
Kabupaten Bantul pada tahun 2018 tentang Karena n adalah jumlah sampel minimal maka
distribusi 10 besar penyakit di Puskesmas se- pengambiln sampel dilebihkan hingga 65
kabupaten Bantul tahun 2017 menunjukkan pasien. Teknik sampling yang digunakan
bahwa penyakit hipertensi menempati urutan ke adalah accidental sampling. Kriteria inklusi :
dua setelah nasofaringitis akut (common cold) pasien hipertensi dengan ICD-110, berusia 19-
yaitu sebesar 37.692 kasus. Di Puskesmas 90 tahun, bisa membaca dan menulis.
Bantul II sendiri Hipertensi masuk dalam Instrumen yang digunakan dalam
kategori 10 besar penyakit tiap bulannya penelitian ini ada 2 macam yaitu kuesioner
(Dinkes Bantul, 2018). tentang kepatuhan minum obat kuesioner
Keberhasilan terapi hipertensi tidak (MMAS-8) berisi 8 pertanyaan dan kuesioner
hanya dipengaruhi oleh kualitas pelayanan tentang kepatuhan kontrol ke dokter terdiri dari
kesehatan, sikap, namun juga dipengaruhi 4 pertanyaan. Kuesioner merupakan kuesioner
tingkat kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi tertutup dengan jawaban ya dan tidak. Skor
obat antihipertensi dan melakukan kontrol rutin penilaian MMAS-8 dibagi menjadi 3 kategori,
untuk melakukan pemeriksaan kondisi dan yaitu kepatuhan tinggi bila skor 8, kepatuhan
tekanan darahnya. Oleh karena itu diperlukan sedang bila skor 6-7, dan kepatuhan rendah bila
suatu upaya optimalisasi terapi hipertensi, salah skor <6. Skor penilaian kuesioner kepatuhan
satunya dengan cara peningkatan kepatuhan kontrol kembali ke dokter dibagi 3 kategori,
pasien dalam mengkonsumsi obat hipertensi yaitu patuh bila skor 4, kurang patuh bila skor
dan kontrol rutin ke dokter. 2-<4, dan tidak patuh bila skor <2. Hasil
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui penelitian disajikan dalam bentuk tabel
tingkat kepatuhan pasien hipertensi di distribusi frekuensi.
Puskesmas Bantul II Yogyakarta dalam hal
minum obat antihipertensi dan kontrol kembali HASIL DAN PEMBAHASAN
ke dokter. Puskesmas Bantul II terletak di Desa
Geblag Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul
METODE PENELITIAN yang letaknya di tengah pedesaan dengan luas
Penelitian ini merupakan penelitian wilayah kerja sebesar 100,74m2.
deskriptif observasional. Pengambilan data
dilakukan pada bulan Juni-Juli 2019 di
Puskesmas Bantul II. Subyek penelitian adalah
pasien penderita hipertensi di Puskesmas
Bantul II dan obyek penelitian adalah
kepatuhan pasien minum obat antihipertensi
dan kontrol kembali ke dokter sesuai jadwal.

(D. Wulandari et al., 2021) 31


Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Setya Medika p-ISSN Cetak : 2528-7621
Vol.6, No.1: 30-36 e-ISSN Online: 2579-938X

Karakteristik Responden Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan


tingkat pendidikan
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan Frekuensi, n (%)
usia Karakteristik
(n=65)
Frekuensi (%)
Karakteristik Pendidikan
(n=65) Responden
Usia Responden
 Dasar (SD-SMP) 26 (40)
 Dewasa (>19 tahun) 54 (83,1)
 Lanjutan (SMA- 39 (60)
 Lansia (>65 tahun) 11 (16,9) Magister (S2)
Berdasarkan tabel 1. Pasien hipertensi di
Puskesmas Bantul II di dominasi oleh usia Berdasarkan tabel 3. penderita hipertensi
dewasa (> 19 tahun) sebesar 83,1%. Hal ini di Puskesmas Bantul II didominasi oleh pasien
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh yang berpendidikan lanjutan (SMA-Magister)
Sari (2015) di Puskesmas Kasihan I, bahwa usia sebesar 60%. Hal ini serupa dengan penelitian
pasien hipertensi didominasi oleh usia yang telah dilakukan oleh Sinuraya et al. (2018)
pertengahan (41-60 tahun) sebesar 78,7%. Hal di fasilitas kesehatan tingkat pertama kota
serupa juga disampaikan oleh Azhar dan Bandung bahwa hipertensi banyak dialami oleh
Darussalam (2017) bahwa pasien hipertensi di pasien yang memiliki tingkat pendidikan tinggi.
Puskesmas Gamping I Sleman di dominasi usia Berbeda dengan hasil penelitian Saputra et al.
26-65 tahun sebesar 86,8%. (2011) bahwa di RSUD Jombang penderita
hipertensi didominasi oleh pasien dengan
Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan SD sebesar 47,2% SMP
jenis kelamin
13,1%, SMA 18,3%, D3 3,3% dan S1 sebesar
Frekuensi, n (%)
Karakteristik 18,1%.
(n=65)
Jenis Kelamin
Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan
 Pria 20 (30,8)
pekerjaan
 Wanita 45 (69,2)
Frekuensi, n
Karakteristik (%)
Berdasarkan tabel 2 penderita hipertensi (n=65)
di Puskesmas Bantul II didominasi oleh wanita Pekerjaan Responden
sebesar 69,2%. Resiko terjadinya hipertensi  Bekerja 40 (61,5)
pada wanita akan meningkat seiring dengan  Tidak Bekerja 25 (38,5)
bertambahnya usia. Terutama wanita yang telah
mengalami menopause. Hal ini terjadi karena Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pasien
pada saat menopause terjadi penurunan hormon hipertensi di Puskesmas Bantul II didominasi
estrogen dan progesteron yang sebelumnya oleh responden yang bekerja sebesar 61,5%.
berperan menjaga tekanan darah. Pada saat Hal ini selaras dengan penelitian yang
kedua hormon ini mengalami penurunan wanita dilakukan oleh Sinuraya et al. ((2018) di
akan lebih rentan terkena hipertensi. fasilitas kesehatan tingkat pertama kota
Hasil serupa juga dilaporkan oleh Bandung bahwa hipertensi banyak dialami oleh
Smantummkul (2014) bahwa di RSUD dr. mereka yang bekerja sebesar 51,8%. Menurut
Moewardi pasien hipertensi juga didominasi Hazwan dan Pinatih (2015) penderita hipertensi
oleh wanita sebesar 55,05%. Hasil penelitian di Puskesmas Kintamani I didominasi oleh
oleh Sinuraya et al. (2018) juga menunjukkan mereka yang bekerja sebanyak 58%. Bekerja
bahwa hipertensi lebih banyak dialami oleh tentu akan meningkatkan resiko stres akibat
wanita sebesar 53,1%. beban pekerjaan, hal ini tentu meningkatkan
resiko terjadinya hipertensi.

(D. Wulandari et al., 2021) 32


Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Setya Medika p-ISSN Cetak : 2528-7621
Vol.6, No.1: 30-36 e-ISSN Online: 2579-938X

Tabel 5. Karateristik responden berdasarkan menggunakan obat tunggal sebesar 84,6%. Hal
riwayat penyakit penyerta ini selaras dengan penelitian Untari et al.
Frekuensi, n (%) (2015) di Puskesmas Siantan Hilir Pontianak
Karakteristik
(n=65) sebanyak 72,83% pasien menggunakan obat
Riwayat Penyakit antihipertensi tunggal. Demikian juga hasil
Penyerta
penelitian Chusna et al. (2014) di RSUD dr.
 Ada 18 (27,7)
Doris Sylvanus Palangkaraya bahwa dari 114
 Tidak ada 47 (72,3)
responden sebanyak 71 responden
menggunakan obat tunggal. Penggunaan obat
Berdasarkan tabel 5 pasien hipertensi di hipertensi tunggal tentu akan lebih
puskesmas Bantul II didominasi oleh hipertensi meningkatkan kepatuhan pasiien dibanding
tunggal, tidak ada penyakit penyerta. Hal ini obat kombinasi.
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Putri
et al. (2016) di RSUP Sanglah Denpasar, bahwa Tingkat Kepatuhan Pasien dalam Minum Obat
pasien hipertensi didominasi oleh hipertensi Antihipertensi
tanpa penyakit penyerta. Hasil yang sama juga
ditunjukkan oleh Falupi (2013). Hasil berbeda Tabel 7. Tingkat kepatuhan minum obat
ditunjukkan oleh Cahyani (2018) dalam antihipertensi
penelitiannya di Puskesmas Wirobrajan Frekuensi, n (%)
Yogyakarta. Pasien hipertensi tanpa penyakit Tingkat Kepatuhan
(n=65)
penyerta sebanyak 32 % sedangkan pasien Rendah 24 (36,8)
hipertensi dengan penyakit penyerta berupa Sedang 8 (12,3)
DM sebesar 40%, penyakit penyerta berupa Tinggi 33(50,7)
gout sebesar 8%, penyakit penyerta lain
sebanyak 20%. Adanya penyakit penyerta Tabel 7. Menunjukkan bahwa tingkat
membuat terapi menjadi lebih komplek, obat kepatuhan minum obat pasien hipertensi di
yang harus diminum lebih banyak sehingga Puskesmas Bantul II termasuk kategori tinggi
dapat mempengaruhi kepatuhan penderitanya. sebanyak 50,7%. Hal ini selaras dengan hasil
penelitian Mutmainah et al. (2010) dimana nilai
Tabel 6. Karateristik responden berdasarkan kepatuhan tinggi sebesar 69,6%. Berbeda
jenis obat yang diminum dengan hasil penelitian Ningrum dan Sudyasih
(2018) di Puskesmas Sayegan Sleman dimana
Frekuensi, n (%) pasien lebih banyak yang tingkat kepatuhan
Karakteristik
(n=65) minum obat hipertensi dalam kategori sedang
Jumlah Obat sebanyak 45,8%. Penelitian yang dilakukan
Anti Hipertensi oleh Santummkul et al. (2014) di Instalasi
 Tunggal 55 (84,6) rawat jalan RSUD dr. Moewardi menunjukkan
 Kombinasi 10 (15,4) bahwa sebagian besar pasien hipertensi tingkat
kepatuhannya sedang sebesar 50,56%.
Berdasarkan tabel 6 pasien hipertensi di
Puskesmas Bantul II lebih banyak yang

Tabel 8. Tingkat Kepatuhan Minum Obat Berdasarkan Kondisi Sosio-demografi dan Klinis Responden
Frekuensi, n (%)
Karakteristik Tingkat Kepatuhan (n=65)
Rendah Sedang Tinggi
Usia Responden
 Dewasa (>19 tahun) 20(30,8) 7 (10,8) 27 (41,5)
 Lansia (>65 tahun) 4 (6,2) 1 (1,5) 6 (9,2)
Jenis Kelamin
 Pria 10 (15,4) 3 (4,6) 7 (10,8)
 Wanita
14 (21,5) 5 (7,7) 26 (40)
Pendidikan Responden
 Dasar (SD-SMP) 7 (10,8) 3 (4,6) 16 (24,6)

(D. Wulandari et al., 2021) 33


Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Setya Medika p-ISSN Cetak : 2528-7621
Vol.6, No.1: 30-36 e-ISSN Online: 2579-938X

Frekuensi, n (%)
Karakteristik Tingkat Kepatuhan (n=65)
Rendah Sedang Tinggi
 Lanjutan (SMA-Magister (S2) 17 (26,15) 5 (7,7) 17 (26,15)
Pekerjaan Responden
 Bekerja 15 (23,1) 6 (9,2) 19 (29,2)
 Tidak Bekerja 9 (13,9) 2 (3,1) 14 (21,5)
Jumlah Obat Antihipertensi
 Tunggal 20 (30,8) 8 (12,3) 27 (41,5)
 Kombinasi 4 (6,2) 0 (0) 6 (9,2)

Berdasarkan usia responden, sebagian banyak jumlah obat yang harus diminum
besar baik dewasa maupun lansia mempunyai semakin rendah tingkat kepatuhan. Beberapa
tingkat kepatuhan minum obat yang tinggi. alasan yang mungkin adalah pasien merasa
Menurut Sinuraya et al. (2018) usia tidak bosan atau takut efek samping obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan minum obat. mungkin timbul akibat minum obat yang
tingkat kepatuhan berdasarkan jenis kelamin bermacam-macam.
menunjukkan bahwa wanita memiliki tingkat
kepatuhan yang lebih tinggi dibanding pria. Tingkat Kepatuhan Kontrol kembali ke
Hasil ini serupa dengan penelitian yang Dokter
dilakukan oleh Sinuraya et al. (2018) bahwa
perempuan memiliki tingkat kepatuhan lebih Tabel 9. Tingkat Kepatuhan Kontrol Kembali
tinggi dibanding laki-laki. Tingkat Frekuensi, n (%)
Tingkat kepatuhan minum obat berdasar Kepatuhan (n=65)
tingkat pendidikan tidak menunjukkan Patuh 46 (70,8)
perbedaan yang berarti. Hal ini berbeda dengan Kurang Patuh 16 (24,6)
hasil penelitian yang dilakukan oleh Permana et Tidak Patuh 3 (4,6)
al. (2019) yang menunjukkan bahwa
pendidikan berpengaruh signifikan terhadap Berdasarkan tabel 9. Tingkat
kepatuhan minum obat antihipertensi. Tingkat kepatuhan kontrol kembali ke dokter pasien
kepatuhan berdasar pekerjaan ternyata juga hipertensi di Puskesmas Bantul II sebagian
tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Hal besar (70,8%) masuk dalam kategori patuh dan
ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan hanya sebagian kecil (4,6%) saja yang tidak
oleh Ningrum et al. (2016) yang menunjukkan patuh. Kepatuhan untuk kontrol kembali ke
bahwa pendidikan mempengaruhi kepatuhan dokter sangat penting untuk mengetahui
minum obat antihipertensi. Orang dengan perkembangan kondisi klinis pasien. Pasien
pendidikan rendah beresiko empat kali lebih yang terpantau kondisi klinisnya akan
tidak patuh dalam menjalani pengobatan mengurangi resiko komplikasi penyakit yang
hipertensi. Menurut Liberty et al. (2017) jenis lebih berat. Kedekatan dan komunikasi yang
kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis baik antara pasien dan dokter yang merawatnya
pekerjaan tidak berpengaruh secara signifikan juga memberikan dukungan moral yang baik
terhadap kepatuhan berobat pasien hipertensi. kepada pasien. Keberhasilan mengendalikan
Kepatuhan minum obat pada pasien tekanan darah merupakan usaha bersama antara
dengan obat tunggal lebih tinggi dibanding pasien dan dokter yang menanganinya.
pasien yang minum obat kombinasi. Semakin

Tabel 10. Tingkat Kepatuhan Kontrol Kembali Berdasarkan Sosio-Demografi dan Kondisi Klinis
Responden
Frekuensi, n (%)
Kontrol Kembali (n=65)
Karakteristik
Tidak Kurang Patuh
Patuh Patuh
Usia Responden
 Dewasa (>19 tahun) 3(4,6) 13 (20) 38 (58,5)
 Lansia (>65 tahun) 0 (0) 3 (4,6) 8 (12,3)

(D. Wulandari et al., 2021) 34


Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Setya Medika p-ISSN Cetak : 2528-7621
Vol.6, No.1: 30-36 e-ISSN Online: 2579-938X

Frekuensi, n (%)
Kontrol Kembali (n=65)
Karakteristik
Tidak Kurang Patuh
Patuh Patuh
Jenis Kelamin
 Pria 1 (1,5) 7 (10,8) 11 (17)
 Wanita
3 (4,6) 9(13,8) 34 (52,3)
Pendidikan Responden
 Dasar (SD-SMP) 2 (3,1) 7 (10,8) 17 (26,2)
 Lanjutan (SMA-Magister (S2) 1 (1,5) 9 (13,8) 29 (44,6)
Pekerjaan Responden
 Bekerja 2 (3,1) 11 (17) 27 (41,5)
 Tidak Bekerja 1 (1,5) 5 (7,7) 19 (29,2)
Jumlah Obat Antihipertensi
 Tunggal 1 (1,5) 13 (20) 41 (63,1)
 Kombinasi 2 (3,1) 3 (4,6) 5 (7,7)

Berdasarkan tabel 10. tingkat kepatuhan Tercapainya Target Terapi Pasien


kontrol kembali ke dokter berdasarkan usia, Hipertensi di Puskesmas Wirobrajan
ternyata tidak terlihat berpengaruh. Begitu pula Yogyakarta, Pharmed, 1 (2): 10-16.
dengan jenis kelamin, tingkat pendidikan, Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, (2018).
pekerjaan dan jumlah obat yang diminum. Profil Kesehatan Kabupaten Bantul.
Menurut Koizer (2016) kepatuhan pasien Falupi, K. N. (2013), Hubungan Pengetahuan
dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya Tentang Hipertensi Dengan Kepatuhan
adalah motivasi untuk sembuh, keyakinan, Meminum Obat Pada Pasien Hipertensi
disabilitas, kepuasan terhadap layanan di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah
kesehatan, biaya pengobatan, efek samping Sakit “X” Tahun 2013, Naskah
obat, pemahaman terhadap penyakit, hambatan Publikasi, Fakultas Farmasi Universitas
akses ke pelayanan dan lain-lain. Muhammadiyah Surakarta.
Hazwan, A. & Pinatih, G.N.I. (2017),
KESIMPULAN Gambaran Karakteristik Penderita
Tingkat kepatuhan penggunaan obat Hipertensi dan Tingkat Kepatuhan
antihipertensi di Puskesmas Bantul II 36,8% Minum Obat di Wilayah Kerja
masuk kategori rendah, 12,3% masuk kategori Puskesmas Kintamani I, Intisari Sains
sedang dan 50,7% masuk kategori tinggi. Medis, 8(2): 130-134.
Tingkat kepatuhan untuk kontrol kembali ke Liberty, I.A., Pariyana, Roflin, E., & Waris, L.
dokter 4,6% masuk kategori tidak patuh, 24,6% (2017), Determinan Kepatuhan Berobat
masuk kategori kurang patuh dan 70,8% masuk Pasien Hipertensi Pada Fasilitas
kategori patuh. Kesehatan Tingkat I, Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Pelayanan
UCAPAN TERIMAKASIH Kesehatan, 1(1): 58-65.
Ucapan terimakasih kepada kepala Kozier, B. (2016), Buku Ajar Fundamental
Puskesmas Bantul II, Politeknik Kesehatan Keperawatan Konsep, Proses, & Praktik
Bhakti Setya Indonesia yang telah membantu edisi 7, Jakarta: EGC.
penelitian ini. Mutmainah, N & Rahmawati, M. (2010),
Hubungan Antara Kepatuhan
DAFTAR PUSTAKA Penggunaan Obat dan Keberhasilan
Azhar, I. (2017). Gambaran Karakteristik Terapi Pada Pasien Hipertensi di Rumah
Pasien Hipertensi di Puskesmas Sakit Daerah Surakarta Tahun 2010,
Gamping 1 Sleman Yogyakarta, Skripsi, Pharmacon, 11(2): 51-56.
Stikes Jendral Achmad Yani Ningrum, S.P., Sudyasih, T. & Sugiyanto,
Yogyakarta. (2018), Hubungan Dukungan Keluarga
Cahyani, F.M. (2018), Hubungan Kepatuhan Dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien
Minum Obat Antihipertensi Terhadap Hipertensi di Puskesmas Seyegan

(D. Wulandari et al., 2021) 35


Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Setya Medika p-ISSN Cetak : 2528-7621
Vol.6, No.1: 30-36 e-ISSN Online: 2579-938X

Sleman Yogyakarta, Naskah Publikasi, Smatummkul, C. (2014), Tingkat Kepatuhan


UNISA Yogyakarta. Penggunaan Obat Antihipertensi Pada
Pramana, G.A., Dianingati, R.S., & Saputri, Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat
N.E. (2019), Faktor Faktor Yang Jalan Rumah Sakit X Pada Tahun 2014,
Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Naskah Publikasi, Fakultas Farmasi
Pasien Hipertensi Peserta Prolanis di Universitas Muhammadiyah Surakarta
Puskesmas Pringapus Kabupaten Sinuraya, R.K., Destiani, D.P., Puspitasari,
Semarang, Indonesian Journal of I.M., & Diantini, A. (2018), Pengukuran
Pharmacy and Natural Product, 2(1):52- Tingkat Kepatuhan Pengobatan Pasien
58. Hipertensi di Fasilitas Kesehatan
Putri, L.S.A., Satriyasa, B.K. & Jawi, I.M. Tingkat Pertama di Kota Bandung,
(2019), Gambaran Pola Penggunaan Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 7(2):
Obat Antihipertensi Pada Pasien 124-133
Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUP Suhadi, R., Hendra, P., Wijoyo, Y., Virginia,
Sanglah Denpasar Tahun 2016, Jurnal D.M., Setiawan, C.H., & Baryadi, P.
Medika Udayana, 8(6): 1-8. (2016), Seluk Beluk Hipertensi :
Sari, R. A. P. (2015), Gambaran Kontrol Peningkatan Kompetensi Klinis untuk
Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Pelayanan Kefarmasian, Sanata Dharma
Puskesmas Kasihan 1 Bantul University Press, Yogyakarta
Yogyakarta, Naskah Publikasi, Fakultas Untari, E.K., Agilina, A.R. dan Susanti, R.
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, (2018), Evaluasi Rasionalitas
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Penggunaan Obat Antihipertensi di
Setiadi. (2007), Konsep dan Penulisan Riset Puskesmas Siantan Hilir Pontianak
Keperawatan, Graha Ilmu, Yogyakarta. Tahun 2015, Pharmaceutical Sciences
and Research, 5(1) : 32-39

(D. Wulandari et al., 2021) 36

Anda mungkin juga menyukai