Anda di halaman 1dari 8

Journal of Pharmaceutical Science and Medical Research

Vol. 2, No.2, Agustus 2019, hal 67 – 74


ISSN (print): 2614-4840 ISSN (online): 2614-4840
Avaliable online at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/pharmed ◼ 67

Tingkat Pengetahuan Program CERDIK dan Informasi Obat Pada


Pasien Hipertensi Di Puskesmas Purwosari dan Puskesmas
Purwodiningratan Surakarta
Risma Sakti Pambudi1, Khotimatul Khusna2
1,2)
Prodi Farmasi, Fakultas Sains,Teknologi, dan Kesehatan, Universitas Sahid
Surakarta, Jl. Adi Sucipto no 154, Jajar, Laweyan, Surakarta.
e-mail: 1)rismasaktip@gmail.com, 2)Khotimatul.usahid@gmail.com

Abstrak
Kesehatan merupakan kebutuhan pokok hidup manusia dan pemerintah bertanggung jawab
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata. Salah satu upaya pemerintah
adalah program CERDIK. Program CERDIK terdiri dari Cek Kesehatan secara berkala,
Enyahkan asap rokok, Rajin Olahraga, Diet, Istirahat yang cukup dan Kelola stress Program ini
dilaksanakan untuk mencegah kematian akibat penyakit tidak menular dengan cara
menekankan pada aspek promotif dan preventif. Selain itu pelayanan informasi obat juga
merupakan upaya meningkatkan pelayan kesehatan masyarakat. Penyakit Hipertensi
merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masuk dalam 10 penyakit terbesar di Kota
Surakarta. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui tingkat pengetahuan pasien hipertensi
pada Program CERDIK dan Informasi Obat di Puskesmas Purwosari dan Puskesmas
Purwodiningratan Surakarta.
Penelitian merupakan penelitian deskriptif observasional menggunakan kuisoner pada pasien
hipertensi di Puskesmas Purwosari dan Puskesmas Purwodiningratan Surakarta selama
periode Mei-Agustus 2019. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam
bentuk diagram dan tabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien hipertensi di Puskesmas Purwosari dan
Puskesmas Purwodiningratan Surakarta terdiri dari perempuan 63,73% dan laki-laki 36,27%
dengan pendidikan terakhir tertinggi adalah sarjana (S1) sebesar 34,31%. Responden memiliki
tingkat pengetahuan baik (58,82%), cukup baik (37,25%) dan buruk (3,92%).

Kata kunci: CERDIK, Hipertensi, Obat, Puskesmas

A Level of Knowledge about CERDIK Program and Drug Information on


Hypertension Patients in Puskesmas Purwosari and Puskesmas
Purwodiningratan Surakarta

Abstract
Health is a basic necessity of human life and the government is responsible for administering
equitable health efforts. One of the government's efforts is CERDIK program. The CERDIK
Program consists of a complete Health Check, Get rid of cigarettes, Exercise Diligently, Balanced
dietary, Get enough rest and stress management.This program was implemented to prevent
deaths from non contagious diseases by discussing about promotive and preventive programs. In
addition, drug information services are also an effort to improve public health services.
Hypertension is one of the non contagious diseases that is one of the 10 biggest diseases in the
city of Surakarta. Therefore, the authors wants to observe patient knowledge of CERDIK program
and Drug Information on hypertenstion Patients in Puskesmas Puskesmas Purwosari and
Puskesmas Purwodiningratan Surakarta.
The study was an observational descriptive study with questionnaire methods given to
hypertenstion patients at Puskesmas Purwosari and Puskesmas Purwodiningratan Surakarta
during May-August 2019. The data obtained were analyzed descriptively and presented in the
form of diagrams and tables. The results showed that respondent consisted of 63.73% women

Received August 23, 2019; Revised August 28, 2019; Accepted August 31, 2019
68 ◼ ISSN: 2614-4840

and 36.27% men with the highest completed education being bachelor (S1) of 34.31%.
Respondent have a good level of knowledge (58.82%), average (37.25%) and bad (3.92%).

Keywords: CERDIK, hypertension, Drug, Puskesmas

Pendahuluan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang
bersifat mutlak dan pemerintah bertanggung jawab merencanakan,
menyelenggarakan, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya
kesehatan yang merata. Salah satu upaya pemerintah adalah program
CERDIK untuk mengendalikan Penyakit Tidak Menular (PTM). Program ini
dilaksanakan untuk mencegah kematian akibat penyakit tidak menular
dengan cara menekankan pada aspek promotif dan preventif. Selain itu
pelayanan informasi obat juga merupakan upaya meningkatkan pelayanan
kesehatan masyarakat. Dalam menggunakan obat, masyarakat perlu
menerapkan gerakan masyarakat hidup sehat mengingat adanya
peningkatan penyakit tidak menular (PTM) tiap tahunnya.
Presentase kematian penyakit tidak menular sebesar 60% dan 43%
Kesakitan. Tahun 2014 pola kematian akibat penyakit tidak menular semakin
meningkat dari 37% menjadi 57%. Di Indonesia kematian kasus penyakit tidak
menular terus meningkat. Penyakit tidak menular merupakan salah satu
penyebab kematian terbesar pada semua kelompok umur.1 Penyakit tidak
menular (PTM) merupakan masalah kesehatan yang menjadi perhatian dalam
dunia kesehatan karena merupakan salah satu penyebab dari kematian.2
Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang
ke orang yang memiliki durasi yang panjang dan pada umumnya berkembang
secara lambat.3 Penyakit yang tergolong ke dalam PTM antara lain adalah
Penyakit kardiovaskuler (hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke),
diabetes melitus serta kanker.4
Hipertensi merupakan jenis penyakit tidak menular yang dapat
mengakibatkan penyakit komplikasi yang mempengaruhi kesakitan dan
kematian.2 Penyakit hipertensi menyebabkan morbiditas dan mortilitas
sebesar 20-50% dari total kematian. Tahun 2025 penderita hipertensi
diprediksi akan meningkat dari 26,4% jiwa menderita menjadi 29,2%.5
Prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi dan merupakan salah satu
penyakit tidak menular yang masuk dalam 10 penyakit terbesar di Kota
Surakarta. Tahun 2016 jumlah kasus hipertensi sebesar 59.028 kasus, kasus
meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 52.637 kasus.6
Puskesmas merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang melayani
kesehatan perorangan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
yang bersifat non spesialistik (primer) yang meliputi pelayanan rawat jalan
dan rawat inap.7 Kurangnya pemahaman masyarakat tentang obat seperti
cara penyimpanan obat, interaksi obat, efek samping dan pola perilaku
hidup sehat seringkali terjadi pada masyarakat sehingga dapat
menyebabkan kesehatan baru seperti munculnya komplikasi penyakit hipertensi.
Dari paparan di atas maka diperlukan penelitian mengenai tingkat
pengetahuan pasien hipertensi pada Program CERDIK dan informasi obat di
Puskesmas Purwosarid dan Pusekesmas Purwodiningratan Surakarta. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan
Program CERDIK dan Informasi obat sehingga bisa menjadi evaluasi program
Pharmed Vol. 2, No. 2, Agustus 2019: 67 – 74
Pharmed ISSN: 2614-6118 ◼ 69

kesehatan pemerintah dalam menciptakan kesadaran masyarakat akan hidup


sehat. Penelitian ini perlu dilakukan karena Program CERDIK dan informasi
obat yang dilaksanakan oleh pemerintah sangat bermanfaat dalam
meningkatkan pengetahuan dan kualitas hidup pasien hipertensi serta
mewujudkan peran serta masyarakat dalam mencegah dan mengendalikan
komplikasi penyakit hipertensi.

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan
analisis deskriptif pada pasien hipertensi di Puskesmas Purwosari dan
Puskesmas Purwodiningratan Surakarta selama periode Mei-Agustus 2019.
Sampel diambil dengan teknik non random sampling yaitu secara purposive
sampling. Berdasarkan hasil purposive sampling terdapat dua puskesmas
tempat dilakukan penelitian yaitu Puskesmas Purwosari dan Puskesmas
Purwodiningratan. Besar sampel dihitung dengan rumus solvin. Berdasarkan
perhitungan maka diperoleh besar sampel minimal 96 responden.
Data dikumpulkan melalui pengisian kuisoner dari responden secara
langsung. Kuisoner yang digunakan dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih
dahulu kepada 30 responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan
responden penelitian. Uji validitas dilakukan menggunakan analisis product
moment, data yang telah dianalisis kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel.
Kuesioner dikatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel. Uji validitas juga
dilakukan menggunakan uji validitas muka, yaitu dengan mengukur item-item
dalam kuesioner dengan melihat tata bahasa. Uji validitas ini dilakukan untuk
melihat apakah pertanyaan yang diajukan mudah dipahami oleh orang secara
umum. Sedangkan uji reliabilitas menggunakan analisis alpha cronbach, yaitu
kuisioner dikatakan reliabel apabila nilai α > 0,600. Data yang didapat
selanjutnya dianalisis menggunakan analisis univariate dengan memanfaatkan
aplikasi SPSS.
Pada saat memberi kuisoner Responden diberikan penjelasan untuk
kesediaan pasien dan diminta untuk mengisi informed consent. Pasien dipandu
oleh peneliti dalam mengisi kuisoner. Data yang sudah dikumpulkan kemudian
dianalisis dengan cara mengkategorikan hasil kuesioner tingkat pengetahuan
pasien menjadi kategori kurang, cukup dan baik. Tingkat pengetahuan
(presentase) dihitung dengan cara skor aktual dibagi dengan skor ideal dan dikali
100%. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atau kuesioner yang telah
diajukan. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atas seluruh responden
diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi. Tingkat pengetahuan
dikatakan baik apabila memiliki interval 75–100%, cukup apabila memiliki interval
55–74%, dan buruk apabila memiliki interval ≤55%. Setelah perhitungan
persentase skor aktual dari sampel, kemudian akan dihitung persentase untuk
setiap kategori tingkat pengetahuan baik, cukup dan buruk. Penyajian data
ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram batang.8

Hasil dan Pembahasan


Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan untuk
melihat tingkat pengetahuan Program CERDIK dan Informasi Obat Pada Pasien
Hipertensi di Pusksesmas Purwosari dan Puskesmas Purwodiningratan.

Tingkat Pengetahuan Program CERDIK dan Informasi Obat Pada Pasien Hipertensi Di
Puskesmas Purwosari dan Puskesmas Purwodiningratan Surakarta (Risma Sakti Pambudi)
70 ◼ ISSN: 2614-4840

Penelitian ini sudah melewati proses review dari Komite Etik Kesehatan RSUD
Dr. Moewardi Surakarta dan telah dinyatakan layal etik. Program CERDIK
merupakan langkah preventif yang dibuat oleh pemerintah dengan tujuan
meningkatkan masyarakat dapat terhindar dari penyakit tidak menular (PTM).
Langkah preventif ini dilakukan oleh puskesmas yang merupakan sarana
pelayanan kesehatan yang bertugas dalam memberikan upaya promotif dan
preventif dalam meningkatkan upaya tersebut maka pasien juga perlu
mengetahui informasi obat yang dikonsumsi dengan baik. Tingkat Pengetahuan
pasien diketahui melalui jawaban kuisoner responden.
Penelitian dilakukan selama Mei-Agustus 2019 dengan besar sampel 102
responden dari dua puskesmas yaitu puskesmas purwosari dan
purwodiningratan. Puskesmas tersebut dipilih berdasarkan data kunjungan
pasien hipertensi dari dinas kesehatan surakarta. Kunjungan tertinggi tahun
2017 dari dinas kesehatan sebanyak 2.623 untuk puskesmas purwodiningratan
dan 2.069 puskesmas purwosari. Responden merupakan pasien hipertensi yang
melakukan pengobatan di puskesmas tersebut baik pasien yang mengikuti
program prolanis dan tidak mengikuti program prolanis. Dari penelitian
didapatkan informasi karakteristik responden yaitu usia, jenis kelamin, dan
pendidikan terakhir (Tabel 1).
Tabel 1. Karakteristik Responden di Puskesmas Purwosari dan Purwodiningratan
Karakteristik Jumlah (n) Presentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 37 36,27
Perempuan 65 63,73
Usia
>40 tahun 4 3,92
41-50 tahun 8 7,84
51-60 tahun 29 28,43
61- 70 tahun 46 45,10
71-80 tahun 12 11,76
>80 tahun 3 2,94
Pendidikan Terakhir
SD 17 16,67
SMP 13 12,75
SMA 32 31,37
STM 1 0,98
D3 4 3,92
Sarjana (S1) 35 34,31

Prolanis 57 55,88
Non Prolanis 45 44,12

Berdasarkan data karakteristik responden didapatkan hasil bahwa 63,73%


(n=65) responden berjenis kelamin perempuan. Jumlah responden perempuan di
penelitian ini tinggi yaitu sebanyak 65 dari 102 responden sama halnya dengan
penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa proporsi jenis kelamin pasien
hipertensi tertinggi adalah perempuan sebanyak 75 dari 95 responden. 9 Penyakit
hipertensi dapat terjadi pada semua usia, semakin bertambah usia maka risiko
meningkat. Perempuan dengan usia lebih dari 50 tahun memiliki risiko yang
tinggi terhadap penyakit hipertensi karena kadar estrogen menurun sehingga
kadar HDL (high density lipoprotein) juga turun dan dapat mempengaruhi

Pharmed Vol. 2, No. 2, Agustus 2019: 67 – 74


Pharmed ISSN: 2614-6118 ◼ 71

terjadinya proses aterosklerosis. Dinding arteri menebal karena terdapat kolagen


sehingga pembuluh darah akan menyempit.10 Pada penelitian ini responden
tertinggi adalah kategori usia 61-70 tahun sejumlah 46 responden (45,10%).
Responden penelitian memiliki jenjang pendidikan yang berbeda, mulai
dari SD hingga Sarjana Strata 1 (S-1). Jenjang pendidikan tertinggi adalah S1
(34,31%), tingginya jenjang pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan dan
intelektual sehingga mudah dalam menyerap informasi dan memiliki pola pikir
yang baik terhadap penyakitnya. Selain itu usia juga mempengaruhi
perkembangan kemampuan. Usia diatas 50 tahun memiliki perkembangan
kemampuan yang tinggi. 11 Pengetahuan responden yang baik dapat membantu
dalam mengelola penyakit hipertensi yang diderita sehingga komplikasi dapat
dihindari. Informasi mengenai penyakit hipertensi dan pencegahannya
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan pasien. Sarana
informasi bisa didapatkan dari penyuluhan, brosur, banner, radio, maupun
televisi.
Tingkat pengetahuan pasien hipertensi diketahui dari hasil kuisoner
tentang Program CERDIK dan penggunaan obat. Kuisoner telah dilakukan uji
validitas dengan r tabel > 0.361 sejumlah 18 soal valid dan diuji realibilitasnya
dengan hasil > 0.6. Kuisoner ini terdiri dari pengetahuan responden terhadap
Program CERDIK yaitu Cek Kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok,
Rajin Olahraga, Diet, Istirahat yang cukup dan Kelola stress. Selain itu kuisoner
juga melihat pengetahuan pasien tentang obat hipertensi terkait fungsi obat,
nama obat, waktu minum obat, penggunaan obat dan hal yang boleh dilakukan
responden pada saat konsumsi obat hipertensi. Hasil kuisoner tingkat
pengetahuan pasien mengenai Program CERDIK dan Penggunaan Obat
Hipertensi di Puskesmas Purwosari dan Purwodiningratan dapat dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 1. Tingkat Pengetahuan Program CERDIK dan Informasi Obat Pasien Hipertensi di Puskesmas
Purwosari dan Purwodiningratan

Tingkat pengetahuan responden tentang Program CERDIK dan Informasi


Obat di Puskesmas Surakarta dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup dan
buruk. Kategori dihitung dari skor aktual yang merupakan jawaban responden
dan dibandingkan dengan nilai skor ideal. Nilai tersebut diubah menjadi
Tingkat Pengetahuan Program CERDIK dan Informasi Obat Pada Pasien Hipertensi Di
Puskesmas Purwosari dan Puskesmas Purwodiningratan Surakarta (Risma Sakti Pambudi)
72 ◼ ISSN: 2614-4840

presentase. Dari hasil tersebut dapat dikategorikan sesuai dengan ketetapan


nilai kategori. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai responden memiliki tingkat
pengetahuan baik sebesar 58,82%, cukup baik 37,25 dan pengetahuan buruk
3,92%. Salah satu Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan pasien
mengenai program CERDIK dan informasi obat adalah fasilitas pelayanan
lingkungan sekitar. Dengan adanya penyuluhan mengenai program CERDIK dan
media lain seperti banner, brosur,dan kegiatan prolanis maka dapat membantu
dalam meningkatkan pengetahuan responden. Selain itu kontribusi apoteker
dalam memberikan informasi terkait obat dan non obat pada saat penyerahan
obat juga termasuk faktor penting, sehingga penyakit hipertensi dapat terkendali
dan mencegah terjadinya komplikasi. Pasien prolanis di puskesmas mengikuti
banyak kegiatan yang dapat membantu dalam meningkatkan pengetahuan
tentang penyakitnya. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan peserta
Polanis dalam menjalani pengobatan di puskesmas.12 Program pengelolaan
penyakit kronis (Prolanis) merupakan sistem yang memadukan antara
penatalaksanaan pelayanan kesehatan dan komunikasi bagi sekelompok peserta
dengan kondisi penyakit tertentu melalui upaya penanganan penyakit secara
mandiri. Kegiatan yang dilakukan berupa senam pagi, konsultasi, dan edukasi
yang terjadwal. Dari hasil penelitian 55,88% responden merupakan peserta
program Prolanis di Puskesmas tersebut.
Program CERDIK terdiri dari Cek Kesehatan secara berkala, Enyahkan
asap rokok, Rajin Olahraga, Diet, Istirahat yang cukup dan Kelola stress. Cek
kesehatan berkala dalam hal ini adalah mengukur tekanan darah. Mengukur
tekanan darah diperlukan pada pasien hipertensi untuk mengontrol tekanan
darah secara berkala serta dapat mendeteksi awal risiko komplikasi hipertensi.
Rutin Mengukur tekanan darah yaitu lebih dari satu kali serta didukung dengan
menghindari faktor yang dapat menyebabkan hipertensi dan komplikasinya.13
Selain itu faktor lain adalah rokok. Kebiasaan merokok dapat mempengaruhi
hipertensi.14 Oleh karena itu diperlukan edukasi agar dapat menghindari
kebiasan merokok karena merokok memiliki risiko 2,7 kali lebih besar terhadap
terjadinya hipertensi.15
Rajin Olahraga merupakan salah satu faktor yang dapat membantu dalam
mengontrol tekanan darah. Salah satu olahraga yang dilaksanakan oleh
puskesmas adalah dengan senam lansia yang dilakukan setiap hari jumat untuk
pasien prolanis puskesmas tersebut. Senam dapat mempengaruhi tekanan
darah pada lansia. 16Selain senam, aktifitas fisik atau berolahraga secara rutin
juga dapat mengontrol tekanan darah.17 Rajin berolahraga dan makan dengan
pola makan yang sehat perlu dilakukan untuk mengontrol tekanan darah. Pola
makan yang tidak sehat seperti garam dan lemak dapat mempengaruhi
kesehatan dan memicu perkembangan penyakit hipertensi. Selain itu pola tidur
memiliki pengaruh lebih besar terhadap penyakit hipertensi dibandingkan dengan
umur dan jenis kelamin.
Pola tidur yang buruk memiliki risiko 9,022 kali lebih besar terserang
hipertensi dibandingkan dengan yang memiliki pola tidur baik. 18 Hal ini karena
terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada pasien
hipertensi.19 Pola tidur yang baik dan mengelola pikiran agar tidak stres
merupakan faktor yang penting juga dalam menjaga kesehatan. Stres dapat
memicu terjadinya kenaikan tekanan darah dengan cara menstimulasi saraf
simpatis dan curah jantung yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.

Pharmed Vol. 2, No. 2, Agustus 2019: 67 – 74


Pharmed ISSN: 2614-6118 ◼ 73

Salah satu faktor penyebab terjadinya hipertensi dibagi menjadi dua bagian yaitu
yang pertama faktor yang tidak bisa dikendalikan seperti umur, jenis kelamin,
genetik dan yang kedua faktor yang bisa dikendalikan seperti obesitas, nutrisi
dan stress.20
Dalam meningkatkan langkah promotif dan preventif dibutuhkan peran
tenaga kesehatan di lingkungan sekitar khususnya apoteker untuk meningkatkan
pengetahuan terkait terapi pengobatan dan non obat yaitu pola hidup yang
sehat. Langkah tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pasien
hipertensi tentang pengobatan dan pola hidup yang sehat. Dari penelitian
didapatkan tingkat pengetahuan yang baik, cukup dan buruk. Akan tetapi upaya
promotif dan preventif tetap diberikan secara berkala.

Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Tingkat
pengetahuan pasien hipertensi di Puskesmas Purwosari dan Purwodiningratan
memiliki tingkat pengetahuan baik sebesar 58,82%, cukup baik 37,25% dan
pengetahuan buruk 3,92% dengan jumlah pasien terbanyak adalah wanita
(63,73%), peserta Prolanis (55,88%) dengan Jenjang pendidikan tertinggi
adalah S1 (34,31%).

Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan RI. (2007). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
2. Jansje H, V. Ticoalu & Yoseph L Samodra. ( 2018). Prevalensi Penyakit
Tidak Menular Pada Tahun 2012-2013 di Kecamatan Airmadidi Kabupaten
Minahasa Utara Sulawesi Utara, Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas
Sam Ratulangi, 2 (1)
3. Departemen Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
4. Bustan, M.N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka
Cipta
5. Lasianjayani T & Martini S. (2014). Hubungan Antara Obesitas dan Perilaku
Merokok Terhadap Kejadian Hipertensi, Jurnal Berkala Epidemiologi, 2(3).
6. Dinas Kesehatan Kota Surakarta. (2017). Profil Kesehatan Kota Surakarta
2017. Surakarta: Dinas Kesehatan Kota Surakarta.
7. Kementrian Kesehatan RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada
Jaminan Kesehatan Nasiona. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
8. Arikunto A. (2010). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek (ed revisi).
Jakarta: Rineka Cipta.
9. Pramestuti HR & Silviana N. (2016). Tingkat Pengetahuan Pasien Hipertensi
tentang Penggunaan Obat di Puskesmas Kota Malang, Jurnal Farmasi Klinik
Indonesia, 5(1).26-34.
10. Hajjar I, Kotchen TA. (2205). Trends in prevalence, awareness, treatment,
and control of hypertension in the United States. JAMA, 290(2), 199-206.
https://doi.org/10.1001/jama.290.2.199

Tingkat Pengetahuan Program CERDIK dan Informasi Obat Pada Pasien Hipertensi Di
Puskesmas Purwosari dan Puskesmas Purwodiningratan Surakarta (Risma Sakti Pambudi)
74 ◼ ISSN: 2614-4840

11. Notoatmojo S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :


Rineka Cipta.
12. Purnamasari VD. (2017). Pengetahuan Dan Persepsi Peserta Prolanis
Dalam Menjalani Pengobatan Di Puskesmas. Preventia, 2(1).
13. Baradiro M. (2008). Klien Gangguan Kardiovaskuler : Seri Asuhan
Keperawatan, Jakarta: EGC.
14. Setyanda Y.O.G, Sulastri D., & Lestari Y. (2015). Hubungan Merokok dengan
Kejadian Hipertensi pada Laki-Laki Usia 35-65 Tahun di Kota Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 4(2), 434-440.
15. Irwanda TM, Nugroho BS, & Wicaksono A. (2012). Hubungan Antara
Merokok dan Hipertensi Pada Pasien Pria Di Instalasi Rawat Jalan Klinik
Penyakit Dalam RSUD Dr. Soedarso Pontianak. Skripsi. Universitas
Tanjungpura Pontianak.
16. Hernawan T & Rosyid FN. (2017). Pengaruh Senam Hipertensi Lansia
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Panti
Wreda Darma Bhakti Kelurahan Pajang Surakarta. Jurnal Kesehatan, 10(1),
26-31.
17. Hasanudin, Ardiyani VM, & Perwiraningtyas P. (2018). Hubungan Aktivitas
Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Masyarakat Penderita Hipertensi Di
Wilayah Tlogosuryo Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota
Malang. Nursing News, 3(1), 787-799.
18. Martini S, Roshifanni S & Marzela F. (2018). Pola Tidur yang Buruj
Meningkatkan Risiko Hipertensi. Jurnal MKMI, 14(3), 297-303.
http://dx.doi.org/10.30597/mkmi.v14i3.4181
19. Asmarita I. (2014). Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah
Pada Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
20. Joyce, M. B & Jane, H. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
Salemba M

Pharmed Vol. 2, No. 2, Agustus 2019: 67 – 74

Anda mungkin juga menyukai