Oleh:
DINIX OKTAVIAN MINANGSARI
J 310 150 113
Abstract
1
attention to inclusion and exclusion criteria. Data collection was obtained by
screening form MST, MUST and NRS 2002. Data processing was displayed in the
table frequency distribution. Results is screening MST was better for predicting
malnutrition risk on respondents chronic kidney disease with hemodialisa,
hematemesis, chelpagia and fistula. Screening MUST was better for predicting
malnutrition risk on respondents colic abdomen and febris, while screening NRS
2002 better for predicting malnutrition risk on respondents melena. Conclusion is
there is a difference between MST, MUST and NRS 2002 for predicting
malnutrition risk screening method for NRS 2002 in inpatient with various
diseases in internal medicine wards at RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo
Keywords: MST, MUST, Malnutrition Risk, NRS 2002
1. PENDAHULUAN
Malnutrisi memiliki pengertian berupa keadaan patologis dimana tubuh
kelebihan atau kekurangan zat gizi secara relatif maupun absolut (Mardalena,
2017). Pada pasien rawat inap malnutrisi dapat berdampak pada gangguan
imunitas yang menyebabkan meningkatnya morbiditas, mortalitas dan dapat
pula meningkatkan lama waktu rawat inap (Susetyowati, 2014). Sebanyak
75% pasien di salah satu rumah sakit Australia dinyatakan mengalami
malnutrisi (Bauer., and Sandra Capra, 2003). Indonesia sendiri pada tahun
2004 menurut Susetyowati sebanyak 20-60% pasien rawat inap di rumah
sakit berisiko malnutrisi.
Penilaian status gizi awal untuk malnutrisi di Indonesia dilakukan
dengan menggunakan metode skrining gizi yang merupakan tahap preskripsi
diet awal. Skrining gizi merupakan proses penilaian status gizi yang cepat,
sederhana, mudah, efisien, murah, valid dan reliable. Skrining gizi dilakukan
pada awal pasien masuk rumah sakit minimal dalam kurun waktu 1 x 24 jam
(Kemenkes RI, 2013). Skrining gizi dapat dilakukan menggunakan alat
skrining, alat skrining yang banyak digunakan rumah sakit di Indonesia untuk
pasien rawat inap dewasa menurut Herawati, dkk (2014) antara lain:
Malnutrition Screening Tools (MST), Malnutrition Universaal Screening
Tools (MUST) dan Nutrition Risik Screening 2002 (NRS 2002).
Data penelitian pendahuluan di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo, di
bangsal penyakit dalam ruang cempaka II memiliki pasien pada bulan
Februari hingga April 2018 pasien rawat inap dewasa dibangsal penyakit
2
dalam tercatat sebanyak 178 pasien, dimana 54 pasien mengalami malnutrisi
dan 124 pasien tidak malnutrisi. Masih terdapatnya pasien malnutrisi ini
menandakan bahwa masih adanya pasien berisiko malnutrisi sejak awal
masuk rumah sakit yang belum terdeteksi, sehingga skrining gizi berperan
penting untuk mengantisipasi terjadinya risiko malnutrisi pada pasien.
Berdasarkan dari uraian tersebut penelitian ini dilakukan di bangsal
penyakit dalam ruang Cempaka II RSUD Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo
yang memiliki pasien dengan berbagai karakteristik penyakit yang bervariasi,
dimana antar alat skrining dapat memberikan hasil yang berbeda pada setiap
penyakit. Maka dari itu dilakukan penelitian untuk melihat proporsi dalam
mendeteksi risiko malnutrisi alat skrining pada berbagai penyakit yang ada di
bangsal penyakit dalam. dan bermaksud untuk membandingkan skrining gizi
mana diantara MST skrining yang digunakan di RSUD Ir. Soekarno dengan
skrining gizi MUST dan NRS 2002 yang paling banyak digunakan rumah
sakit di Indonesia dibandingkan alat skrining lainnya.
2. METODE
Penelitian ini dilakukan di bangsal penyakit dalam RSUD Ir. Soekarno
Sukoharjo dengan menggunakan metode observasional dan desain cross
sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan cara consequtive
sampling dengan sampel sebanyak 48 responden yang telah memenuhi
kriteria inklusi sebagai berikut: berusia dewasa 18-60 tahun, dirawat kurang
dari 48 jam, mampu berkomunikasi dengan baik dan memiliki anggota badan
yang utuh. Variable terikat dalam penelitian ini adalah hasil skrining NRS
2002 dan variable bebas adalah hasil skrining MST dan MUST. Data diambil
dengan cara wawancara menggunakan form skrining dan melakukan
pengukuran ulna serta lingkar lengan atas. Analisis Univariat dilakukan
degan menggunakan tabel distirbusi frekensi untuk mengetahui distribusi
responden berdasarkan jenis kelamin, usia, IMT, tingkat keparahan penyakit,
risiko malnutrisi berdasarkan MST, MUST, NRS 2002 dan tingkat keparahan
penyakit.
3
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo terletak di Jalan dr. Moewardi 71, Sukoharjo,
Jawa Tengah. Rumah sakit dengan motto kerja yaitu “kesembuhan dan
kepuasan anda adalah komitmen pelayanan kami” ini menjadi rumah sakit
rujukan pemerintah daerah Sukoharjo bagi kurang lebih 21 Puskesmas (12
UPT DKK Sukoharjo). Pelayanan yang diberikan RSUD Ir. Soekarno salah
satunya adalah instalasi rawat inap yang memiliki 4 kelas perawatan diantara
lain kelas VIP, kelas I, kelas II dan kelas III.
Pelayanan gizi pada pasien rawat inap berupa penyediaan asupan
makan pasien sesuai diet yang sudah ditetapkan, penyesuaian diet apabila ada
perubahan kondisi pasien, adanya pemberian edukasi berupa konseling gizi
dengan media berupa leaflet gizi pada pasien maupun keluarga pasien dan
skrining gizi pada masa awal pasien dirawat. Skrining gizi yang digunakan
untuk pasien rawat inap adalah skrining MST, dimana proses skrining
dilakukan oleh perawat yang telah mendapat edukasi dan praktek oleh ahli
gizi bangsal perawatan RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo.
3.2 Karakteristik Responden
Berikut ini merupakan karakteristik responden yang ada dalam penelitian:
Tabel 1. Karakteristik Responden
Uraian Jumlah (n) Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 26 54,2
Perempuan 22 45,8
Jumlah 48 100
Usia:
18-40 tahun 22 45,8
41-60 tahun 26 54,2
Jumlah 48 100
IMT:
Gemuk 5 10.4
Kurus 11 22.9
Normal 32 66.7
4
Jumlah 48 100
Tingkat Keparahan Penyakit
B20 1 2.1
Chelpagia 1 2.1
chronic kidney 8 16.7
diseasdengan
hemodialisa
Colic abdomen 9 18.8
Colic renal 2 4.2
DCA dehidrasi 1 2.1
stomatitis
Diabetes 3 6.3
mellitus
Dyspnea 1 2.1
Fatigue 1 2.1
Febris 6 12.5
Fistula 1 2.1
Hematemesis 2 4.2
Hemaptoe 1 2.1
Hiperglikemia 2 4.2
Hipertensi 1 2.1
Melena 3 6.3
Paraparese 1 2.1
Vomitus 4 8.3
Total 48 100
5
3.3 Analisis Univariat
3.3.1 Distribusi Risiko Malnutrisi Berdasarkan Skrining MST
6
mengemukakan bahwa MUST membutuhkan keakuratan dalam
perhitungan BMI dan persentase penurunan berat badan, dimana
perhitungan ini dapat menjadi salah satu faktor utama yang dapat
mempengaruhi hasil skrining. Dalam penelitian ini sebanyak 11 responden
memiliki IMT kurang ini memiliki risiko malnutrisi oleh skrining MUST,
nilai IMT yang kurang pada skrining MUST akan mendapatkan skor 1
dimana skor 1 pada skrining MUST sudah termasuk kedalam kategori
berisiko malnutrisi
3.3.3 Distribusi Risiko Malnutrisi Berdasarkan Skrining NRS 2002
7
3.3.4 Distribusi Risiko Malnutrisi Berdasarkan Tingkat Keparahan
Penyakit
Dapat dilihat bahwa tabel 5 menunjukan distribusi malnutrisi berdasarkan
tingkat keparahan penyakit:
Tabel 5. Distribusi Risiko Malnutrisi Berdasarkan Tingkat Keparahan
Penyakit
MST MUST NRS 2002
Tidak Tidak Tidak
Diagnosis Berisiko Berisiko Berisiko
Berisiko Berisiko Berisiko
(n) (n) (n)
(n) (n) (n)
B20 1 0 1 0 1 0
Chelpagia 1 0 0 1 0 1
chronic kidney 3 5 2 6 1 7
diseasdengan
hemodialisa
Colic abdomen 2 7 3 6 2 7
Colic renal 0 2 0 2 0 2
DCA dehidrasi 0 1 0 1 0 1
stomatitis
Diabetes mellitus 1 2 1 2 1 2
Dyspnea 0 1 0 1 0 1
Fatigue 0 1 0 1 0 1
Febris 3 3 4 2 3 3
Fistula 1 0 0 1 0 1
Hematemesis 2 0 1 1 1 1
Hemaptoe 0 1 1 0 0 1
Hiperglikemia 2 0 2 0 2 0
Hipertensi 1 0 1 0 1 0
Melena 0 3 0 3 1 2
Paraparese 1 0 1 0 1 0
Vomitus 1 3 2 2 1 3
Jumlah 19 29 19 29 15 33
8
berkurangnya asupan nutrisi, adanya gangguan penyerapan nutrisi dan
peningkatan kebutuhan energi yang digunakan untuk memperbaiki imunitas
(Adiningsih dan Mirna, 2018). Responden dengan diagnosis hiperglikemia
sebanyak 2 responden dan diabetes mellitus sebanyak 2 responden dinyatakan
memiliki risiko malnutrisi karena adanya penurunan berat badan secara
drastic dimana hal ini dapat meningkatkan risiko malnutrisi (Perkeni, 2015).
Hipertensi dan parapase merupakan diagnosis yang juga dinyatakan
berisiko malnutrisi oleh ketiga skrining gizi, karena responden menyatakan
adanya penurunan berat badan dan mendapat skor risiko untuk skrining MST,
persentase penurunan berat badan dapat ditentukan sehingga pada skrining
MUST mendapatkan skor dan dinyatakan berisiko malnutrisi. untuk skrining
NRS 2002 kedua responden ini juga mendapat skor berisiko pada parameter
penurunan berat badan pada tahap skrining lanjut I.
Tidak adanya risiko malnutrisi yang dideteksi oleh ketiga skrining
terdapat pada responden dengan diagnosis colic renal, DCA dehidrasi
stomatitis, dyspnea dan fatigue. Responden dengan diagnosis ini tidak
menyatakan adanya perubahan berat badan, penurunan nafsu makan dan
memiliki nilai IMT normal, sehingga ketiga skrining tidak menyatakan
adanya risiko malnutrisi pada responden tersebut.
Responden dengan diagnosis chepalgia dan fistula hanya dinyatakan
memiliki risiko malnutrisi dengan menggunakan skrining MST, dimana
responden menyatakan adanya penurunan berat badan yang ditandai dengan
baju menjadi longgar, karena tidak diketahui perubahan berat badan maka
untuk skrining MUST tidak dapat menentukan persentase penurunan berat
badan, dan untuk NRS 2002 tidak dapat menentukan skor kehilangan berat
badan. Responden dengan diagnosis hemaptoe hanya dinyatakan memili
risiko malnutrisi oleh skrining MUST karena memiliki nilai IMT kurang,
sedangkan untuk skrining MST tidak menyatakan adanya penurunan nafsu
makan maupun berat badan dan untuk skrining NRS 2002 tidak mendapat
skor pada tahap lanjut I.
9
Responden dengan diagnosis vomitus sebanyak 2 responden
dinyatakan berisiko malnutrisi oleh MUST karena mendapat skor pada nilai
IMT yang kurang, dan 1 responden dinyatakan berisiko oleh NRS 2002 juga
karena mendapat skor berisiko pada tahap lanjut I yaitu memiliki nilai IMT
kurang dan 1 responden dinyatakan berisiko oleh MST karena memiliki
penurunan berat badan dan penurunan nafsu makan. Sebanyak 2 responden
dengan diagnosis hematemesis dan 2 responden colic abdomen dinyatakan
memiliki risiko malnutrisi oleh skrining MST karena menyatakan adanya
mual muntah dan nyeri hingga menurunnya nafsu makan yang menyebabkan
adanya perubahan berat badan. Pada skrining MUST 3 responden colic
abdomen dan 1 responden hematemesis dinyatakan memiliki risiko malnutrisi
karena adanya perubahan berat badan yang diketahui sehingga persentase
penurunan berat badan pada responden mendapat skor risiko malnutrisi,
sedangkan untuk skrining NRS pada tahap lanjut I 2 responden colic
abdomen dan 1 responden hematemesis juga mendapat skor risiko malnutrisi
untuk parameter penurunan berat badan.
Responden dengan diagnosis febris pada penelitian sebanyak 3
responden dinyatakan berisiko oleh skrining MST karena menyatakan adanya
penurunan nafsu makan karena mual muntah yang menyebabkan adanya
penurunan berat badan. 4 responden febris dinyatakan berisiko oleh MUST
karena memiliki skor pada persentase perubahan berat badan dan 3 responden
dinyatakan berisiko oleh NRS 2002 karena pada tahap lanjut I memiliki skor
risiko pada parameter perubahan berat badan pula. Responden dengan
diagnosis chronic kidney diseas dengan hemodialisa pada penelitian ini
sebaanyak 3 responden dinyatakan memiliki risiko malnutrisi oleh MST
karena adanya penurunan berat badan dan penurunan nafsu makan pasca
hemodialisa. Sebanyak 2 responden memiliki persentase penurunan berat
badan yang cukup tinggi pasca hemodialisa dan 1 responden memiliki skor
penurunan berat badan pada tahap lanjut I dan skor risiko pada tahap lanjut II.
10
4. PENUTUP
Pada penelitian di bangsal penyakit dalam RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo
untuk skrining MST mendeteksi risiko malnutrisi diagnosis chronic kidney
diseas dengan hemodialisa dan hematemesis lebih banyak dibandingkan
dengan skrining lainnya. Responden chelpagia dan fistula adalah diagnosis
yang hanya dinyatakan berisiko malnutrisi oleh MST. Skrining MUST baik
dalam menentukan risiko malnutrisi untuk responden colic abdomen dan
febris dibandingkan kedua skrining lainnya, diagnosis hemaptoe juga
menjadi satu-satunya diagnosis yang dinyatakan berisiko oleh skrining
MUST. Skrining NRS 2002 menjadi satu-satunya skrining yang menyatakan
risiko malnutrisi pada diagnosis melena.
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, Setyo dan Mirna Widiyanti. 2018. Risiko Malnutrisi Terhadap CD4 +
Oranf Dengan HIV/AIDS yang Menjalani Terapi Antiretroviral di Mimika.
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol.30. No1 Februari 2018
Mardalena, Ida. 2017. Dasar-dasar Ilmu Gizi dalam Keperawatan Konsep dan
Penerapan Pada Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Pusta Baru Press
11