Anda di halaman 1dari 7

PENGETAHUAN DAN PERSEPSI PESERTA PROLANIS

DALAM MENJALANI PENGOBATAN DI PUSKESMAS

Vivien Dwi Purnamasari


Fakultas Ilmu Kesehatan, Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata
Kediri
Email: vinyd3@gmail.com

Abstract: PROLANIS was a system of health services and proactive approach that can be
implemented in an integrated manner involving participants, health facilities, and BPJS.
Presence of PROLANISTS would encourage participants with chronic illness to achieve optimal
quality of life with an indicator of 75% had good results on a specific examination. The
purpose of this reasearch was to analyzing correlation between knowledge and perceptions of
PROLANIS participants with PROLANIS adherence in treatment at Puskesmas. This research
design used correlational method with Cross Sectional approach. The population of this
research was 101
PROLANIS’s participants who have met the inclusion criteria. Samples were taken with total
sampling with total of 101 participants. Univariate and bivariate analysis (Chi Square) was
used in this research. The results showed PROLANIS adherence level was only 48.5%. In
bivariate analysis, knowledge (p = 0,002), and perception (p = 0,008) correlated to PROLANIS
adherence at Puskesmas Kota Kediri. The conclusion is knowledge and perception level
correlated to PROLANIS’s participants compliance in treatment at Puskesmas. Suggestion in this
research is Puskesmas officer can give information related to illness clearly and accurately to
PROLANIS’s participants and their family.
Key words : Adherence PROLANIS, Knowledge, Perception

Abstrak: PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang
dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS. Adanya
kepatuhan PROLANIS akan mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas
hidup optimal dengan indikator 75% memiliki hasil yang baik pada pemeriksaan spesifik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan persepsi peserta
PROLANIS dengan kepatuhan PROLANIS dalam menjalani pengobatan di Puskesmas. Desain
penelitian ini menggunakan metode korelasional dengan pendekatan Cross Sectional.
Populasi penelitian ini adalah 101 peserta PROLANIS yang telah memenuhi kriteria
inklusi. Sampel diambil dengan total sampling dengan jumlah 101 peserta. Pada penelitian
ini menggunakan analisa univariat, dan analisa bivariat (Chi Square). Hasil penelitian
menunjukkan tingkat kepatuhan PROLANIS hanya sebesar 48,5%. Pada analisis bivariat
diperoleh tingkat pengetahuan (p=0,002), persepsi (p=0,008) memiliki hubungan dengan
kepatuhan PROLANIS di Puskesmas Kota Kediri. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat
hubungan tingkat pengetahuan dan persepsi dengan kepatuhan peserta PROLANIS dalam
menjalani pengobatan di Puskesmas. Saran pada penelitian ini adalah petugas Puskesmas dapat
memberikan informasi terkait penyakit yang diderita dengan jelas dan akurat kepada peserta dan
keluarga peserta PROLANIS.

Kata Kunci : Kepatuhan PROLANIS, pengetahuan, persepsi


Program pengelolaan penyakit rupiah biaya pengobatan DM dengan
kronis (PROLANIS) adalah suatu komplikasi setiap bulannya kepada para
sistem pelayanan kesehatan dan peserta. Nilai total biaya perawatan
pendekatan proaktif yang dilaksanakan yang dikeluarkan ASKES untuk para
secara terintegrasi yang melibatkan pesertanya yang mengalami DM masuk
peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS. dalam kategori empat besar. Bersama
Penyakit kronis tidak mudah dihadapi dengan DM, ada penyakit jantung,
bukan hanya karena sifat penyakitnya gagal ginjal terminal, kanker, dan
atau perawatannya, melainkan karena hipertensi. Setelah melihat keadaan
penyakit itu harus diderita untuk waktu tersebut, akhirnya ASKES mengubah
yang lama. Penyakit Kronis yang haluan strategi penanganan kesehatan.
dialami oleh masyarakat dewasa ini Awalnya penanganan kesehatan lebih
akan memberikan dampak dan beban banyak berfokus pada kuratif dan
bagi keluarga, bila penanganan rehabilitatif. Namun sekarang promotif
dilakukan secara tidak intensif dan dan preventifl yang menjadi fokus dari
berkelanjutan. Manfaat penanganan pemeliharaan kesehatan. Untuk
yang intensif bagi penderita adalah merealisasikan keseimbangan antara
dapat mengenal tanda bahaya dan pelayanan dan pembiayaan itu, ASKES
tindakan segera bila mengalami menggandeng PERKENI sebagai mitra
kegawatdaruratan. Dengan berlakunya kerja dalam pelaksanaan PROLANIS.
Jaminan Kesehatan Nasional sejak Pemilihan PERKENI didasarkan pada
Januari 2014, sesuai amanah Undang- alasan bahwa ASKES lebih
Undang No. 40 Tahun 2004 tentang menitikberatkan PROLANIS dalam
Sistem Jaminan Sosial Nasional dan penanganan penyakit DM, sebuah mata
Undang-Undang Nomor 24 Tahun rantai dari keahlian klinis para dokter
2011 tentang BPJS, maka Fasilitas spesialais endrokrinologi (Levesque et
Kesehatan Tingkat Pertama al, 2013)
(Puskesmas) sebagai garda terdepan penderita Diabetes Mellitus (DM)
dalam memberikan pelayanan kepada terbanyak di dunia. Di Indonesia
masyarakat dapat melaksanakan diperkirakan jumlah diabetisi mencapai
PROLANIS, melalui kerjasama dengan
14 juta orang pada tahun 2006, dimana
BPJS untuk melakukan pembinaan bagi
penderita penyakit kronis.(BPJS, 2010). hanya 50% yang menyadari mengidap
Indonesia merupakan negara Diabetes Mellitus (DM) dan diantaranya
keempat yang memiliki jumlah sekitar 30% yang datang berobat secara
Hipertensi juga merupakan penyebab teratur (Depkes RI, 2013) Menurut
kematian ke- 3 di Indonesia pada laporan Riskesdas tahun 2013 prevalensi
semua umur dengan proporsi kematian DM di Indonesia sebesar 1,5%. Menurut
6,8%. Prevalensi Hipertensi menurut
hasil penelitian yang dilakukan oleh
hasil Riskesdas Indonesia tahun 2013
di Indonesia yang didapat melalui DiabCare di Indonesia, diketahui bahwa
pengukuran pada umur ≥ 18 tahun 47,2% memiliki kendali yang buruk
sebesar 25,8%, tetapi yang terdiagnosis pada glukosa darah plasma puasa > 130
oleh tenaga kesehatan atau riwayat mg/dl pada penderita DM tipe 2 (WHO,
minum obat hanya sbesar 2012). Penderita Hipertensi juga
9,5%.(Litbangkes Kemenkes RI, 2013). belum
PT. ASKES, paling banyak terdiagnosis dan terjangkau pelayanan
menanggung hingga Rp 10-15 juta
kesehatan di masyarakat.
METODE responden dan berada di tempat pada
saat penelitian. Instrumen pengumpulan
Jenis penelitiannya adalah Explanatory data penelitian ini berbentuk kuesioner
Research, dengan pendekatan Cross terstruktur dengan wawancara. Semua
sectional. (Notoatmodjo, 2002). Sampel responden diwawancarai tentang
diambil dari populasi adalah semua kepatuhan PROLANIS. Variabel
populasi yang dijadikan sampel atau independen yang diteliti usia, jenis
total populasi yaitu 101 dari 9 kelamin, status pekerjaan, tingkat
Puskesmas yang ada di Kota Kediri pengetahuan, dan persepsi peserta
untuk penelitian kuantitatif. Kriteria PROLANIS tentang kepatuhan
populasi adalah usia antara 46-65 tahun; menjalani pengobatan.
tidak mengalami komplikasi DM tipe II
dan Hipertensi, bersedia
menjadi

HASIL PENELITIAN
1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di Puskesmas
Kota Kediri
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
Kelompok Umur
Lansia (46-64 tahun) 40 39,6
Manula (≥65 tahun) 61 60,4
Jenis Kelamin
Laki-laki 36 35,6
Perempuan 65 64,4
Status Pekerjaan
Masih Bekerja 16 15,8
Tidak Bekerja 85 84,2

2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan, Persepsi Responden


dan Kepatuhan PROLANIS
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Pengetahuan
Buruk 58 57,43
Baik 43 42,57
Persepsi
Kurang 54 53,5
Baik 47 46,5
Kepatuhan
Tidak Patuh 52 51,5
Patuh 49 48,5
Sebagian besar usia responden Sebagian besar responden
dalam penelitian ini 60,4% yaitu manula mempunyai pengetahuan yang buruk
(≥65 tahun) sedangkan 39,6% adalah tentang PROLANIS yaitu sebanyak 58
usia lansia (46-64 tahun). Responden responden (57,43%). Responden
dalam penelitian ini sebagian besar mempunyai persepsi yang buruk
perempuan (64,4%). Pada masa tentang PROLANIS yaitu sebanyak 54
pengobatan responden dalam penelitian responden (53,5%). Sebagian besar
ini sebagian besar tidak bekerja tidak responden tidak patuh terhadap
bekerja adalah 84,2%.
PROLANIS di Puskesmas yaitu sebanyak 52 responden (48,5%)

3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Persepsi dengan Kepatuhan PROLANIS


Tidak Patuh Pat uh Jumlah
Variabel p-value
n % n % N %
Pengetahuan
Buruk 38 65,51 20 34,49 58
100
Baik 14 32,56 29 67,44 43 0,002
Persepsi
Kurang 35 64,81 19 35,19 54
Baik 17 36,17 30 63,83 47 100 0,008
Berdasarkan tabel 3 dengan kepatuhan PROLANIS di
menunjukkan bahwa responden yang Puskesmas Kota Kediri.
tidak patuh dalam PROLANIS lebih
banyak dijumpai pada kelompok PEMBAHASAN
responden yang memiliki pengetahuan Pelaksanaan PROLANIS
buruk (65,51%) dibandingkan dengan dilaksanakan berdasarkan Buku
kelompok responden yang memiliki Panduan Pelaksanaa PROLANIS sesuai
pengetahuan baik (32,56%). Sedangkan dengan Peraturan No.12 Tahun 2013
responden yang patuh dalam tentang Jaminan Kesehatan.
PROLANIS lebih banyak dijumpai pada Berdasarkan dasar tersebut diketahui
kelompok responden yang memiliki bahwa pelaksana PROLANIS di
pengetahuan baik (67,44%) Puskesmas baru terlaksana yaitu
dibandingkan dengan kelompok penyuluhan kesehatan, pemeriksaan
responden yang memiliki pengetahuan kesehatan, senam PROLANIS, dan
buruk (34,49%). Hasil uji chi square pemberian obat. Tata laksana kegiatan
dengan taraf signifikansi 5% diperoleh pada Puskesmas berbeda karena tidak
nilai p-value 0,002 yang berarti bahwa ada SOP untuk PROLANIS.
nilai p < 0,05, jadi Ho ditolak, sehingga Kepatuhan peserta PROLANIS
kesimpulannya ada hubungan antara di Puskesmas ditunjukkan dengan
tingkat pengetahuan dengan kepatuhan peserta PROLANIS rutin mengikuti
PROLANIS di Puskesmas Kota Kediri semua kegiatan PROLANIS di
Responden yang tidak patuh Puskesmas yang dilakukan setiap bulan
dalam PROLANIS lebih banyak di Puskesmas. Kegiatan-kegiatan
dijumpai pada kelompok responden tersebut antara lain adalah konsultasi
yang memiliki persepsi kurang (64,81%) medis peserta PROLANIS, mengikuti
dibandingkan dengan kelompok edukasi kelompok peserta PROLANIS,
responden yang memiliki persepsi baik senam yang dilakukan pagi hari. Tujuan
(36,17%). Sedangkan responden yang PROLANIS adalah mendorong peserta
patuh dalam PROLANIS lebih banyak penyandang penyakit kronis mencapai
dijumpai pada kelompok responden kualitas hidup dan dapat mencegah
yang memiliki persepsi baik (63,83%) timbulnay komplikasi penyakit. Menurut
dibandingkan dengan kelompok Skinner (dalam Purwanta, 2006)
responden yang memiliki persepsi perilaku kesehatan (health behavior)
kurang (35,19%). Hasil uji chi square termasuk kepatuhan dalam menjalankan
dengan taraf signifikansi 5% diperoleh pengobatan adalah respons seseorang
nilai p value 0,008 yang berarti bahwa terhadap stimulus atau objek uang
nilai p < 0,05, jadi Ho ditolak, sehingga berkaitan dengan sehat-sakit,penyakit,
kesimpulannya ada hubungan dan faktorfaktor yang mempengaruhi
persepsi sehat-sakit (kesehatan). Smet (dalam
Cramer,(1991) mendefinisikan menjalani pengobatan di
kepatuhan(ketaatan) sebagai tingkat Puskesmas. Hasil penelitian
penderita melaksanakan cara menunjukkan bahwa (51,5%)
pengobatan dan perilaku yang responden dikategorikan tidak
disarankan oleh dokternya atau yang patuh terhadap PROLANIS dan
lain. Penelitian ini untuk mengetahui (48,5%) responden dikategorikan
kepatuhan peserta PROLANIS dalam patuh terhadap PROLANIS.
Pengetahuan Terhadap Kepatuhan dengan teori Lawrence Green yang
PROLANIS Di Puskesmas
menyatakan bahwa perilaku patuh itu
Pengetahuan dapat diartikan
dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai kumpulan informasi yang
predisposisi, salah satunya pengetahuan
dipahami, diperoleh dari proses belajar
responden. Hasil penelitian ini diperkuat
selama hidup dan dapat dipergunakan
oleh penelitian yang telah dilakukan
sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian
(Annisa & Ansar, 2013) yang
diri, baik terhadap diri sendiri maupun
menunjukkan bahwa ada hubungan
lingkungan. Pengetahuan tentang suatu
antara pengetahuan dengan kepatuhan
objek dapat diperoleh dari pengalaman
berobat . Hal ini dikarenakan dengan
guru, orang tua, teman, buku dan media
mensosialisasikan pentingnya menjalani
massa. Penderita yang mempunyai
pengobatan yang teratur bagi penderita
pengetahuan tinggi cenderung lebih
hipertensi, penyuluhan kesehtan
patuh berobat daripada penderita yang
mengenai penyakit hipertensi dan DM ,
berpengetahuan rendah
pemberian brosur tentang penyakit
(Notoatmodjo,
hipertensi dan DM. Hal ini secara tidak
2003). Penderita yang mempunyai
langsung mampu meningkatkan
tingkat pengetahuan baik akan dapat
pengetahuan bagi peserta PROLANIS
menjadi guru yang baik bagi dirinya,
sehingga dapat memotivasi peserta
dengan pengetahuan yang dimiliki akan
untuk patuh dalam melakukan semua
mempengaruhi kepatuhan peserta
kegiatan dalam PROLANIS.
tersebut untuk lebih patuh dalam
Persepsi terhadap Kepatuhan
PROLANIS dan dapat melakukan
PROLANIS di Puskesmas
semua kegiatan yang ada dalam
Persepsi adalah kemampuan
PROLANIS karena dapat memberi
otak dalam menerjemahkan stimulus
manfaaat bagi kesehatan dalam dirinya.
atau proses untuk menerjemahkan
Kepatuhan adalah kesesuaian
stimulus yang masuk ke dalam alat
antara perilaku pasien dengan ketentuan
indera manusia. Persepsi manusia
yang diberikan obat sesuai jangka waktu
terdapat perbedaan sudut pandang dalam
yang ditentukan dan rutin kontrol ke
penginderaan (Notoatmodjo, 2003)
Instansi. Lamanya proses pengobatan
Persepsi mempunyai sifat subjektif
kadang membuat penderita jenuh
karena bergantung pada kemampuan dan
sehingga beresiko mengalami putus obat
keadaan masing-masing individu
yang bisa menjadikan pengobatan tidak
sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh
tuntas hingga akhirnya penderita sulit
individu yang satu dengan yang lain.
disembuhkan.
Dengan demikian persepsi merupakan
Berdasarkan hasil analisis
proses perlakuan individu yaitu memberi
bivariat menunjukkan bahwa ada
tanggapan, arti,gambaran atau
hubungan antara pengetahuan responden
penginterpretasian terhadap apa yang
dengan kepatuhan PROLANIS yaitu p-
dilihat, didengar, atau dirasakan oleh
value sebesar (0,002). Hal ini sesuai
indranya dalam bentuk sikap, pendapat
dan tingkah laku atau disebut prilaku
individu.
Berdasarkan analisis bivariat
menunjukkan adanya hubungan antara
persepsi responden dengan kepatuhan
dalam PROLANIS yaitu p-value sebesar
(0,008). Menurut di lapangan dari 101
responden diperoleh responden yang
patuh karena mempunyai persepsi baik
(63,83%) sedangkan responden yang
tidak patuh karena persepsi yang kurang
(64,81%). Sehingga bisa disimpulkan dipengaruhi oleh konsep yang
responden patuh dalam PROLANIS jika dibuat pasien terhadap
mempunyai persepsi yang baik tentang penyakitnya.
Konsep tersebut
PROLANIS bagi kesembuhan
berupa
penyakitnya. Persepsi sangatlah
pemahaman. Proses memahami 2. Petugas Puskesmas melakukan
diartikan dapat menginterpretasikan pemantauan kesehatan baik dalam
obyek secara benar (Notoatmojo, 2003). bentuk home visit atau dalam
Persepsi seseorang dalam bentuk sms kepada peserta
menangkap informasi dan peristiwa- PROLANIS yang tidak bisa hadir
peristiwa menurut Kotler pada waktu PROLANIS tersebut.
(Gunadarma,
2011) dipengaruhi oleh tiga faktor,
DAFTAR PUSTAKA
yaitu: orang yang membentuk persepsi
itu sendiri, khususnya kondisi intern
Annisa, A.F.N. & Ansar, J.(2013).
(kebutuhan, kelelahan, sikap, minat, FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
motivasi, harapan, pengalaman DENGAN KEPATUHAN
masa laludan kepribadian, yang kedua BEROBAT HIPERTENSI PADA
adalah stimulus yang berupa obyek LANSIA DI PUSKESMAS
maupun peristiwa tertentu (benda, PATTINGALLOANG KOTA
orang, proses dan lain-lain), dan yang MAKASSAR. , 1, pp.1–11.
terakhir adalah stimulus dimana BPJS. (2010). Panduan praktis
pembentukan persepsi itu terjadi baik PROLANIS (Program pengelolaan
tempat, waktu, suasana (sedih, gembira penyakit kronis). BPJS Kesehatan,
dan lain-lain). pp.3–6.
Cramer. (1991). Compliance and
KESIMPULAN MedicalPractice Clinical Trial.
Berdasarkan hasil penelitian maka Dari http://www.pudmed.guv.
dapat
Depkes RI. (2013). Profil Kesehatan
disimpulkan
Indonesia Tahun 2013, Jakarta:
1. Sebagian besar responden dalam
Departemen Kesehatan.
kategori tidak patuh PROLANIS di
Dinas Kesehatan Kota Kediri.
Puskesmas Kota
(2015).Profil Kesehatan Kota
Kediri
Kediri Tahun 2015.
2. Ada hubungan Tingkat
Gunadarma.(2011). Psikologi Umum.
pengetahuan dengan kepatuhan
Dari
peserta PROLANIS dalam
http://elearning.gunadarma.ac.id/
menjalani pengobatan di Puskesmas
doc
Kota Kediri
modul/psikologi_umum_1/Bab_3
3. Ada hubungan persepsi mempunyai .pdf.
hubungan dengan kepatuhan Levesque, J.-F., Harris, M.F. & Russell,
peserta PROLANIS dalam G.(2013). Patient-centred access
menjalani pengobatan di Puskesmas to health care: conceptualising
Kota Kediri access at the interface of health
systems and populations.
SARAN International journal for equity in
1. Petugas Puskesmas dapat
health, 12(1), p.18. Available at:
memberikan informasi terkait
http://www.equityhealthj.com/cont
dengan penyakit yang diderita oleh
ent/12/1/18.
peserta PROLANIS dengan jelas Litbangkes Kemenkes RI. (2013). Riset
dan akurat dengan cara Kesehatan Dasar. , pp.1–306.
memberikan waktu konsultasi yang Notoatmodjo, soekidjo. (2002).
lebih lama kepada peserta Metodologi Penelitian Kesehatan
PROLANIS. P. R. Cipta, ed., Jakarta.
Notoatmodjo, soekidjo. (2003).
Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Remedan, A. et al., (2015). An Adama Referral Hospital,
Assessment of Adherence of Ethiopia. Gjmr, 15(1), pp.29–
Patients to Anti-Hypertensive 36.
Runtukahu, R.F., Rompas,
Medication and Factors for Non-
S. &
Adherence in Oromia Region
Pondaag, L.. (2015). ANALISIS KECAMATAN LANGOWAN
FAKTOR-FAKTOR YANG TIMUR. , 3.
BERHUBUNGAN DENGAN Violita, F. (2015). HIPERTENSI DI
KEPATUHAN MELAKSANAKAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS
DIET PADA PENDERITA SEGERI. , p.2015.
HIPERTENSI DI WILAYAH WHO. (2012). About Diabetes
KERJA PUSKESMAS WOLAANG [Internet]. Available from:
http:www.who.int/diabetes/action_
online/basics/en/index3.html

Anda mungkin juga menyukai