Anda di halaman 1dari 9

GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN KELUARGA

DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI DIABETES


MELITUS DI KELURAHAN KALIBANTENG SEMARANG

Nama penulis *) Dosen **) Dosen ***)


*)
Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
**)
Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
***)
Dosen Jurusan Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang

……..@gmail.com (alama email penulis yg bisa dihubungi)

ABSTRAK
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat
dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal
melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan. Penyakit diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat
menimbulkan berbagai komplikasi. Pencegahan terjadinya komplikasi harus dilakukan sejak dini.
Pencegahan komplikasi dapat dilakukan dengan pengelolaan yang baik. Keluarga memiliki fungsi
perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan yang baik dan benar memerlukan pengetahuan yang cukup.
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran pengetahuan keluarga dengan kemampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang mengalami diabetes melitus di kelurahan Kalibanteng, Semarang.
Metodologi dalam penelitian ini menggunakan penelitian korelasi yang mana untuk mengetahui hubungan
2 variabel. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 orang. Hasil yang didapat setelah dilakukan penelitian
adalah Karakteristik pengetahuan keluarga diketahui sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang
baik tentang diabetes melitus yaitu sebanyak 65 orang (81,3%), sedangkan yang memiliki pengetahuan
cukup sebanyak 12 orang (15%) dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 3 orang (3,8%) di
kelurahan Kalibanteng. Sedangkan hasil untuk karakteristik kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang mengalami diabetes melitus diketahui sebagian besar responden memiliki kemampuan baik
yaitu sebanyak 73 orang (91,3%) dan yang memiliki kemampuan kurang sebanyak 7 orang (8,8%) di
kelurahan Kalibanteng Semarang.

DESCRIPTION OF THE KNOWLEDGE OF THE FAMILY WITH THE ABILITY OF


THE FAMILY TO CARE FOR FAMILY MEMBERS WITH DIABETES MELLITUS IN
KALIBANTENG VILLAGE, SEMARANG
ABSTRACT
Community Nursing is a professional nursing service aimed at the community with an
approach to high-risk groups in an effort to achieve optimal health degrees through
disease prevention and health improvement by ensuring affordability of needed health
services and involving clients as partners in planning, implementing, and evaluating
nursing services. . Diabetes mellitus is a disease that can cause various complications.
Prevention of complications must be done early. Prevention of complications can be done
with good management. The family has a health care function. Good and correct health
care requires sufficient knowledge. This study aims to determine the description of family
knowledge and the family's ability to care for family members who have diabetes mellitus
in Kalibanteng village, Semarang. The methodology in this study uses correlation
research which is to determine the relationship between 2 variables. The sample in this
study were 80 people. The results obtained after the research were characteristic of
family knowledge, it was known that most respondents had good knowledge about
diabetes mellitus, namely as many as 65 people (81.3%), while those who had sufficient
knowledge were 12 people (15%) and those who had less knowledge were as much as 3
people (3.8%) in the Kalibanteng village. While the results for the characteristics of the
family's ability to care for family members who have diabetes mellitus, it is known that
most of the respondents have good abilities, as many as 73 people (91.3%) and 7 people
(8.8%) who have less ability in Kalibanteng Village, Semarang.
Key words: family knowledge, family ability to care for family members with diabetes
mellitus

PENDAHULUAN sekitar 171 juta dan diprediksikan akan


meningkat dua kali, 366 juta jiwa tahun
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan 2030. Di Asia Tenggara terdapat 46 juta
keperawatan profesional yang ditujukan pada tahun 2010 diperkirakan meningkat
kepada masyarakat dengan pendekatan menjadi hingga 119 juta jiwa. Di Indonesia
pada kelompok resiko tinggi dalam upaya dari 8,4 juta pada tahun 2008 diperkirakan
pencapaian derajat kesehatan yang optimal menjadi 21,3 juta pada tahun 2030.
melalui pencegahan penyakit dan Indonesia merupakan urutan kelima
peningkatan kesehatan dengan menjamin didunia sebagai negara dengan jumlah
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang penderita diabetes melitus terbanyak
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai setelah Bangladesh, Bhutan, Cina, India
mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan Bustan (2007), dalam (Ernawati dan
evaluasi pelayanan keperawatan. Salah satu Nasution, 2012). Riskesdas (2010, dalam
penyakit yang banyak dialami oleh Ernawati dan Nasution, 2012) juga
masyarakat adalah Diabetes Mellitus. menyatakan bahwa pada tiga daerah di
Diabetes Mellitus merupakan penyakit Indonesia memiliki tingkat prevalensi
yang ditandai oleh meningkatnya kadar Diabetes Melitus diatas 1,5% akibat dari
gula darah yang lebih tinggi dari batas gaya hidup dan pola makan.
normal yang terjadi karena kelainan sekresi Penatalaksanaan Diabetes Mellitus menurut
insulin, kerja insulin atau keduanya konsensus PERKENI (Perkumpulan
sehingga memerlukan upaya penanganan Endokrinologi Indonesia) pada tahun 2002
yang tepat dan serius. Kelainan sekresi terdiri dari empat pilar yaitu edukasi atau
insulin tersebut disebabkan oleh gaya penyuluhan gizi, perencanaan makan,
hidup yang tidak sehat. Gaya hidup yang latihan jasmani, dan intervensi
tidak sehat dapat menjadi pemicu utama farmakologis. Penatalaksanaan keempat
meningkatnya penyakit Diabetes Mellitus pilar tersebut secara baik,maka kadar gula
di Indonesia. darah dapat dipertahankan senormal
Menurut organisasi kesehatan dunia mungkin dan dapat menurunkan insiden
(WHO) pada tahun 2010 menunjukkan komplikasi Diabetes Mellitus serta dapat
jumlah penderita diabetes melitus di dunia memperlambat progresifitasnya.
Berdasarkan penelitian (Waspadji, 2017) sebanyak 100 orang. Pengambilan sampel
Keberhasilan pasien Diabetes Mellitus pada penelitian ini menggunakan purpose
untuk menjaga kestabilan gula darah tidak sampling berdasarkan kriteria inklusi dan
lepas dari dukungan keluarga. Dukungan kriteria eksklusi sehingga didapatkan sampel
keluarga sangat penting untuk memotivasi pada penelitian ini sebanyak 80 orang.
pasien dalam menjalankan pengobatan HASIL DAN PEMBAHASAN
ataupun diit. Pentingnya edukasi dan Karakteristik Responden Penelitian Tabel
pendekatan keluarga merupakan 4.1 Distribusi Frekuensi Responden
serangkaian pelayanan kesehatan yang Berdasarkan Jenis Kelamin
terencana dan terarah untuk menggali,
meningkatkan dan mengarahkan peran Variabel Frequency Percent
serta keluarga agar dapat memanfaatkan Laki-Laki 26 32.5
Valid Perempuan 54 67.5
potensi/ sumber yang ada guna
Total 80 100.0
menyembuhkan anggota keluarga dan
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga Berdasarkan tabel 4.1 ditinjau dari
yang mereka hadapi. karakteristik jenis kelamin diketahui
Salah satu bentuk aktivitas pelayanan sebagian besar responden pada penelitian
kedokteran dengan pendekatan keluarga ini, berjenis kelamin perempuan dengan
adalah bentuk yang tepat untuk jumlah 54 orang (67,5%) sedangkan laki-
menyelesaikan masalah diabetes mellitus laki berjumlah 26 orang (32,5%) di
dalam keluarga, yaitu untuk mengerti kelurahan Kalibanteng.
kemampuan sosial, psikologikal yang ada,
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden
sehingga keluarga dapat menjadi mitra
Berdasarkan Usia
kerja dalam penyembuhan dan
Variabel Frequency Percent
menyelesaikan masalah diabetes mellitus dan
< 40 Tahun 63 78.8
resikonya.
Valid > 40 Tahun 17 21.3
Studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 Total 80 100.0
orang keluarga pasien Diabetes Mellitus Berdasarkan tabel 4.2 ditinjau dari
didapatkan hasil: keluarga pasien dengan karakteristik usia diketahui sebagian besar
pengetahuan baik sebanyak 2 orang (20%), responden pada penelitian ini, usia < 40
keluarga pasien dengan pengetahuan cukup tahun lebih banyak yaitu 63 orang (78,8%)
sebanyak 8 orang (80%), terhadap peran dibandingkan dengan usia >40 tahun yaitu
keluarga dalam perawatan orang dengan 17 orang (21,3%) di kelurahan Kalibanteng.
Diabetes Mellitus. Berdasarkan hal-hal
yang telah disebutkan di atas, penulis Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden
tertarik untuk melakukan penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan
mengenai gambaran pengetahuan keluarga
dengan kemampuan keluarga dalam Variabe Frequency Percent
merawat anggota keluarga yang mengalami SD 5 6.3
diabetes melitus di kelurahan Kalibanteng SMP 11 13.8
Semarang. Valid SMA 58 72.5
METODELOGI Perguruan Tinggi 6 7.5
Metodologi dalam penelitian ini Total 80 100.0
menggunakan penelitian korelasi yang mana Berdasarkan tabel 4.3 ditinjau dari
untuk mengetahui hubungan antara 2 karakteristik tingkat pendidikan diketahui
variabel. Populasi dalam penelitian ini sebagian besar responden pada penelitian
ini, tingkat SMA lebih banyak yaitu 58
orang (72,5%), SMP sebanyak 11 orang Bagian terakhir membahas keterbatasan
(13,8%), Perguruan Tinggi sebanyak 6 penelitian.
orang (7,5%), dan SD sebanyak 5 orang Jenis kelamin
(6,3%) di kelurahan Kalibanteng.
Senada dengan hasil tersebut, Burns, et.al
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden (2013) dalam hasil penelitiannya juga
Berdasarkan Pengetahuan Keluarga mengatakan bahwa dari 2057 anggota
Berdasarkan tabel 4.4 ditinjau dari Variabel Frequency Percent
karakteristik pengetahuan keluarga diketahui Baik 65 81.3
sebagian besar responden pada penelitian ini Cukup 12 15.0
Valid
memiliki pengetahuan yang baik tentang Kurang 3 3.8
diabetes mellitus sebanyak 65 orang Total 80 100.0
(81,3%), sedangkan yang memiliki keluarga yang dilakukan survei, diperoleh
pengetahuan cukup sebanyak 12 orang dua pertiga responden penelitiannya adalah
(15%) dan yang memiliki pengetahuan perempuan.
kurang tentang diabetes mellitus sebanyak 3
orang (3,8%) di kelurahan Kalibanteng. Liu, et.al (2009) mengatakan bahwa anggota
keluarga perempuan lebih memiliki toleransi
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden terhadap semua kesulitan dalam menghadapi
Berdasarkan Kemampuan Keluarga pasien DIABETES MELITUS tanpa
Merawat Anggota Keluarga Yang keluhan karena keyakinan mereka bahwa
Mengalami Diabetes Melitus merawat pasien DIABETES MELITUS
merupakan tugas keluarga.
Variabel Frequency Percent
Baik 73 91.3 Rintala et.al (2013) mengatakan bahwa
Valid Kurang 7 8.8 perempuan lebih bertanggung jawab
Total 80 100.0 terhadap kegiatan rutin keluargadan mereka
mungkin berpengalaman tentang manajemen
Berdasarkan tabel 4.5 ditinjau dari diri pasien DIABETES MELITUS.
karakteristik kemampuan keluarga merawat Berdasarkan hal tersebut responden
anggota keluarga yang mengalami diabetes perempuan lebih memiliki toleransi terhadap
melitus diketahui sebagian besar responden perawatan pasien DIABETES MELITUS
pada penelitian ini memiliki kemampuan dan pencegahan komplikasi dibandingkan
baik sebanyak 73 orang (91,3%) dan responden laki-laki. Sehingga mereka akan
memiliki kemampuan kurang sebanyak 7 berusaha mencari informasi terkait
orang (8,8%) di kelurahan Kalibanteng. DIABETES MELITUS dan pencegahan
komplikasinya. Data penelitian
Pembahasan menunjukkan bahwa responden tersebut
berusaha mendapatkan informasi dari tim
Pada Bab ini menjelaskan tentang kesehatan yang mereka temui. Oleh karena
pembahasan yang berkaitan dengan itu pengetahuan anggota keluarga
kesenjangan setelah melakukan penelitian perempuan tentang pencegahan luka
dengan membandingkan teori, jurnal terkait diabetes lebih baik dibandingkan anggota
dan hasil penelitian. Pembahasan pertama keluarga laki-laki.
tentang karakteristik responden seperti usia,
jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Usia
Prevalensi diabetes mellitus sering muncul Stanley & Beare, (2009) menambahkan
setelah usia lanjut terutama setelah berusia bahwa individu mengalami proses penuaan.
45 tahun (Hadibroto et ala, 2010). Menurut Teori biologis menjelaskan bahwa terjadi
Goldberg dan Coon (2009) yang perubahan pada proses fisik penuaan dan
menyatakan bahwa usia sangat erat psikologis. Hal ini sesuaidengan perolehan
kaitannya dengan kenaikan kadar glukosa hasil penelitian dimana responden usia
darah, sehingga semakin meningkatnya usia dewasa memiliki pengetahuan baik lebih
maka prevalensi DIABETES MELITUS dan rendah (57,5%) dibandingkan usia remaja.
gangguan toleransi gula darah semakin
meningkat. Proses menua yang berlangsung Menurut Creator (2010) Insiden diabetes
setelah usia 30 tahun mengakibatkan adalah 1,1 per 1000 orang/tahun pada wanita
perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia. dan 1,2 per 1000 orang/tahun pada laki-laki.
Menurut Rven dan De Fronzo dalam Sedangkan menurut hasil Riskesdas (2013)
Rahmadiliyani (2009) pada usia lanjut prevalensi perempuan lebih tinggi daripada
terjadi penurunan fungsi pankreas dan laki-laki, hal ini dikarenakan beberapa faktor
sekresi insulin yang berkurang, Menurunnya rsiko seperti obesitas, kurang
toleransi glukosa pada usia lanjut aktivitas/latihan fisik, usia dan riwayat
berhubungan dengan berkurangnya DIABETES MELITUS saat hamil,
sensitivitas sel perifer terhadap insulin menyebabkan tingginya kejadian diabetes
sehingga menyebabkan peningkatan kadar melitus pada perempuan (Radi, 2017)
gula darah pada usia lanjut.
Tingkat pendidikan
Hasil penelitian Burns, et.al (2013)
Yusra (2010) menambahkan bahwa
diperoleh bahwa rentangusia anggota
pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki
keluarga pasien DIABETES MELITUS
akan memberikan kecendrungan terhadap
adalah 31–57yang diperolehbahwa sebanyak
pengontrolan gula guna mencegah
37,1% anggota keluarga mengalami
komplikasi. Hal ini sesuai dengan hasil yang
kebingungan dalam merawat dan membantu
diperoleh bahwa anggota keluarga dengan
pasien DIABETES MELITUS. Usia tersebut
pendidikan tinggi akan memiliki
menunjukkan bahwa usia responden
pengetahuan yang lebih baik dibandingkan
termasuk kedalam usia dewasa. Namun pada
anggota keluarga dengan pendidikan dasar.
penelitian yang dilakukan di wilayah kerja
Sehingga responden anggota keluarga pasien
Puskesmas Pisangan diperoleh bahwa
DIABETES MELITUS dengan kemampuan
rentang usia anggota keluarga pasien
kognitif yang baik akan memiliki konsep
DIABETES MELITUS adalah 18–63
pencegahan luka yang lebih baik pula untuk
tahunyang terbagi menjadi usia remaja dan
mencegah terjadinya luka diabetes.
usia dewasa.
Hasil Penelitian yang diperoleh oleh Burns
Penelitian Yusra (2010) menyebutkan dalam
et.al (2013) diperoleh bahwa anggota
hasilpenelitiannya bahwa secara normal
keluarga dengan perguruan tinggi sebanyak
seiring bertambahnya usia seseorang terjadi
53,5%. Hal ini selaras dengan hasil
perubahan baik, fisik, psikologis bahkan
penelitian yang diperoleh bahwa anggota
intelektual.Hal inidikarenakan usia remaja
keluarga dengan pendidikan perguruan
berada pada puncak perkembangannya,
tinggi memiliki pengetahuan yang lebih baik
dibuktikan dengan hasil penelitian
(66,7%) dibandingkan pendidikan dasar dan
menunjukkan bahwa usia remaja memiliki
pendidikan menengah.
pengetahuan baik terbesar (70%).
Menurut Notoatmodjo (2013) seseorang dilakukan pada kaki normal ataupun dengan
yang berpendidikan lebih tinggi akan gangguan neuropati atau neuroiskemi namun
mempunyai pengetahuan yang lebih luas belum ada luka. Sehingga peluang untuk
dibandingkan dengan seseorang yang tingkat terjadinya luka diabetes dapat diminimalisir
pendidikannya lebih rendah. Sutanegoro dan atau dicegah sejak dini oleh anggota
Suastika dalam Gultom (2011) mengatakan keluarga pasien diabetes mellitus.
bahwa pendidikan merupakan dasar utama
untuk keberhasilan pengobatan. Berdasarkan penelitian tentang perilaku dari
Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo
Gambaran Pengetahuan Keluarga Dengan (2009) mengatakan bahwa pengetahuan atau
Kemampuan Keluarga Dalam Merawat kognitif merupakan domain yang sangat
Anggota Keluarga Yang Mengalami penting untuk terbentuknya tindakan atau
Diabetes Melitus perilaku seseorang. Pengetahuan penderita
tentang diabetes melitus merupakan sarana
Deteksi dini/ deteksi awal masuk kedalam yang dapat membantu penderita
pencegahan sekunder yang bertujuan untuk menjalankan penanganan diabetes melitus
mencegah terjadinya komplikasi luka selama hidupnya sehingga semakin baik
diabetes. Kontrol metabolik merupakan penderita mengerti tentang penyakitnya
salah satu pencegahan sekunder, meliputi semakin mengerti bagaimana harus
kontrol gula darah (PERKENI, 2009).Kadar berperilaku dalam penanganan penyakitnya
gula darah yang tinggi dapat menyebabkan (Waspadji, 2014)
kerusakan saraf dan pembuluh darah
(Medline Plus, 2014). Sehingga anggota Perilaku merupakan suatu kegiatan atau
keluarga perlu untuk mengetahui deteksi aktivitas organisme yang bersangkutan.
awal pada pasien diabetes melitus sebagai Perilakku kesehatan adalah suatu respon
langkah awal untuk mencegah terjadinya terhadap stimulus atau obyek yang bekaitan
komplikasi diabetes melitus yang berakibat dengan sakit dan penyakit (Notoatmodjo,
fatal seperti amputasi pada luka kaki 2009). Hasil konsesus PERKENI (2011)
diabetes. perilaku pasien yang diharapkan adalah
mengikuti pola makan sehat, meningkatkan
Penelitian Sunarmi (2010) diperoleh bahwa kegiatan jasmani, menggunakan obat
5 dari 7 anggota keluarga membawa pasien diabetes dan obat-obatan dalam keadaan
diabetes melitus ke rumah sakit setelah kaki khusus secara aman dan teratur, melakukan
mengalami luka lebih dari tujuh hari dan pemantauan gula darah mandiri dan
telah mengalami infeksi, yang ditandai memanfaatkan data yang ada, melakukan
dengan adanya pus. perawatan kaki secara berkala, memiliki
kemampuan untuk mengenal dan memahami
Hodge et.al (2012) yang mengatakan bahwa
keadaan sakit akut yang tepat, mempunyai
keluarga mengalami kebingungan akibat
ketrampilan mengatasi masalah yang
ketidaktahuan anggota keluarga terkait
sederhana, dan mampu memanfaatkan
informasi yang akan mereka berikan kepada
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
pasien diabetes melitus. Anggota keluarga
beranggapan bahwa deteksi awal tidak Edukasi diabetes melitus adalah pendidikan
penting dilakukan karena pasien diabetes dan pelatihan mengenai pengetahuan dan
melitus tidak memiliki luka. keterampilan bagi pasien diabetes melitus
guna menunjang perubahan perilaku,
PERKENI (2009) mengatakan bahwa
meningkatkan pemahaman pasien tentang
deteksi awal pada pasien diabetes melitus
penyakitnya, sehingga tercapai kesehatan Berdasarkan hasil penelitian dan
yang optimal, penyesuaian keadaan pembahasan yang telah diuraikan dari
psikologis dan peningkatan kualitas hidup penelitian disimpulkan sebagai berikut:
(Soegondo et al, 2009). 1. Karakteristik pengetahuan keluarga
diketahui sebagian besar responden
Perilaku diet diperoleh gambaran dalam pada penelitian ini memiliki
rentang satu minggu rata-rata pengetahuan yang baik tentang
mengkonsumsi sayur 5 hari, konsumsi tinggi diabetes mellitus sebanyak 65 orang
gula 2 hari, membatasi porsi makan nasi 6 (81,3%), sedangkan yang memiliki
hari, mengganti nasi dengan rendah gula 3 pengetahuan cukup sebanyak 12
hari dan konsumsi makanan yang digoreng orang (15%) dan yang memiliki
atau bersantan 4 hari. Diet diabetes melitus pengetahuan kurang tentang diabetes
sangat dianjurkan untuk mempertahankan mellitus sebanyak 3 orang (3,8%) di
kadar glukosa darah mendekati normal, kelurahan Kalibanteng.
mencapai kadar serum lipid yang optimal, 2. Karakteristik kemampuan keluarga
dan menangani komplikasi akut serta merawat anggota keluarga yang
meningkatkan kesehatan secara keseluruhan mengalami diabetes melitus
(Sukardji, 2009). Berdasarkan PERKENI diketahui sebagian besar responden
(2016) makanan yang tidak dianjurkan pada pada penelitian ini memiliki
penderita diabetes melitus adalah makanan kemampuan baik sebanyak 73 orang
yang banyak mengandung gula, makanan (91,3%) dan memiliki kemampuan
berlemak/goreng-gorengan dan makanan kurang sebanyak 7 orang (8,8%) di
banyak mengandung garam. kelurahan Kalibanteng.
SARAN
Perilaku Exercise/latihan fisik Berdasarkan
perilaku exercise/latihan fisik yang terdiri Saran yang dapat diberikan sesuai dengan
dari 3 pernyataan, diperoleh gambaran hasil penelitian adalah sebagai berikut :
dalam rentang 1 minggu rata-rata pasien
diabetes melitus melakukan senam 4 hari, 1. Bagi Peneliti
senam dilakukan minimal 30 menit dan Hasil penelitian dapat dijadikan
istirahat apabila lemas 6 hari. Menurut penanganan lebih lanjut mengenai
PERKENI (2016) pasien diabetes melitus sikap, pengetahuan dan perilaku
dianjurkan latihan atau olahraga secara terhadap pencegahan diabetes.
teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang 2. Bagi Anggota Keluarga
lebih 30 menit. Latihan Fisik pada pasien Anggota keluarga terutama yang
diabetes melitus bertujuan untuk memiliki risiko tinggi terhadap
mengendalikan berat badan, kadar gula diabetes diharapkan dapat
darah, tekanan darah dan yang paling mengaplikasikan pola hidup yang
penting memicu pengaktifan produksi baik dalam kehidupan sehari-hari
insulin dan membuat kerjanya menjadi lebih untuk pencegahan diabetes. Jika pola
efisien. Kecuali untuk pasien diabetes hidup yang baik telah dilakukan,
melitus yang tidak terkontrol akan diharapkan hal ini bisa menurunkan
meningkatkan kadar gula darah. prevalensi diabetes di masa
mendatang.
SIMPULAN 3. Bagi kelurahan Kalibanteng
Petugas kesehatan di kelurahan
Kalibanteng hendaknya lebih
meningkatkan edukasi kepada Irianto. (2014). Epidemiologi Penyakit
masyarakat mengenai diabetes Menular dan Tidak Menular Panduan
melitus dan pencegahannya untuk Klinis. Bandung: Alfabeta
meningkatkan pengetahuan
masyarakat agar mampu Junaidi. (2014). Stroke Waspadai
memperbaiki atau mempertahankan Ancamannya. Yogyakarta : ANDI
pola hidup yang baik.
Kemenkes. (2014). Profil Kesehatan
Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI
DAFTAR PUSTAKA
_______. (2015). Profil Kesehatan
Armaidi Darmawan. (2016). Sistem Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI
Neurobehaviour. Jakarta : Salemba
Lumbantonbing. (2013). Buku Saku
Medika
Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Bakri. (2018). Ertensi dan Ginjal:
Markam. (2012). Pengantar Psikologi
Dalam Rangka Purna Bakti Prof.
Klinis. Jakarta: UI Press
Dr.Harun Rasyid Lubis, Sp.PD-KGH.
Medan: USU Press, 19-31 Mary. (2011). Seri Asuhan keperawatan
Kesehatan Mental. Psikiatri. Jakarta :
Brunner & Suddarth. (2011). Buku Ajar
EGC
Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta: EGC Masriadi. (2016). Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Trans
Bustan. (2017). Epidemiologi : penyakit
Info Media
tidak menular. Cetakan 2. Jakarta :
Rineka Cipta Muttaqin, Arif. (2018). Buku Ajar
Asuhan Keperawatan Klien dengan
Dalimartha. (2018). Atlas Tumbuhan
Gangguan Persarafan. Jakarta :
Obat Indonesia, hal 49-51. Jakarta:
Salemba Medika
Puspa Swara
Price & Wilson. (2016). Patofisiologi :
Depkes. (2015). Profil Kesehatan
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Provinsi Jawa Tengah
Volume 2 Ed/6 Jakarta : Salemba
Gan. (2011). Farmakologi dan Terapi, Medika
Edisi IV. Jakarta: Penerbit Falkultas
Sudoyo, Aru. (2016). Buku Ajar
Kedokteran Universitas Indonesia
Penyakit Departemen Ilmu Penyakit
Harsono. (2016). Pengelolaan Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan
Pelajar Indonesia

Herdman & Kamitsuru. (2015). Tarwoto. (2013). Kebutuhan Dasar


Diagnosis Keperawatan Definisi & manusia dan Proses Keperawatan.
Klasifikasi. Edisi 10. Jakarta: EGC Jakarta : Salemba Medika
Triwibowo. (2013). Biologi Molekuler.
Yogyakarta: Erlangga
Triyanto. (2014). Pelayanan
Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi
Secara. Terpadu. Yogyakarta: Graha
Ilmu
WHO. (2012). A global brief on
hypertension (silent killer, global public
health erisis). World Health
Organization, 9-15.
_______. (2014). Insidensi stroke tahun
2013.

Anda mungkin juga menyukai