Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-

0830 Vol. 2 No.1 Edisi Mei-Oktober 2019


https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===================================================================================
========
Received: 02 Oktober 2019 :: Accepted: 08 Oktober 2019:: Published: 31 Oktober 2019

FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT DI PUSKESMAS

MUHAMMAD SYAFI’I1, DINA ANDRIANI2

1,2
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NURUL HASANAH Jl.
Ahmad Yani, Pulo Kemiri Kecamatan Babussalam
Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara Provinsi Aceh
Email : syafiijulio@gmail.com

DOI : https://doi.org/10.35451/jkf.v2i1.281

Abstract
Gastritis is a health problem that is still very common in the community.
gastritis is an inflammation or bleeding in the gastric mucosa caused by
irritation, infection, and irregularities in eating patterns. Based on
observations at the Lak-Lak Public Health Center in Ketambe Sub-District,
Southeast Aceh Regency, the number of gastritis sufferers in January to March
2019 totaled 128 people and to date the factors associated with the incidence
of gastritis in this region are not yet clearly known. This study aims to
determine the factors associated with gastritis in patients seeking treatment at
the Lak-Lak Public Health Center in Ketambe District, Southeast Aceh Regency
in 2019. This study used a cross sectional approach. The results of the study
using the Chisquare test based on factors of eating habits and coffee drinking
habits are factors associated with gastritis because of the p-value of ≤ 0,05.
While smoking habits, alcohol consumption habits and stress are factors that
are not related to gastritis due to the p-value ≥ 0,05.

Keywords : Eating Habits, Coffee Drinking habits, Smoking Habits, Alcohol


Consumption Habits, Stress. Menurut Arikah dan Muniroh (2015),
dalam lingkungan masyarakat tidak
jarang ditemukan seseorang mengalami
1. PENDAHULUAN penurunan produktivitas, keadaan
Kesehatan merupakan salah satu tersebut tentunya dialami oleh orang
faktor yang harus diperhatikan oleh yang menderita sakit. Salah satu
setiap makhluk hidup khususnya penyakit yang sangat sangat lazim
manusia. Kesehatan mencakup ditemukan di lingkungan masyarakat
keadaan fisik, mental, dan sosial yaitu penyakit gastritis. gastritis
sehingga setiap orang yang sehat merupakan salah satu gangguan
akan memungkinkan hidup produktif pencernaan akibat pola makan, dan
secara sosial dan ekonomi. hampir 10 persen penduduk dunia
Kesehatan menjadi hal yang sangat menderita gastritis.
perlu diperhatikan khususnya pada Gastritis merupakan masalah
anak-anak, remaja, maupun orang kesehatan yang masih sangat banyak
tua. Sebab, apabila seseorang tidak ditemukan di lingkungan masyarakat
menjaga kesehatan maka akan (Putri dkk, 2010). Penyakit gastritis
menurunkan produktivitas dan biasa dikenal dengan penyakit maag.
bahkan dapat meningkatkan angka gastritis ini merupakan suatu
kematian (Benita, 2012). peradangan atau pendarahan pada

52
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-
0830 Vol. 2 No.1 Edisi Mei-Oktober 2019
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===================================================================================
========
Received: 02 Oktober 2019 :: Accepted: 08 Oktober 2019:: Published: 31 Oktober 2019

mukosa lambung yang disebabkan oleh kesehatan dan menjaga gaya hidup
faktor iritasi, infeksi, dan terutama dari apa yang dikonsumsi,
ketidakteraturan dalam pola makan, penggunaan obat-obatan, stres, infeksi
misalnya telat makan, makan terlalu bakteri, serta pola makan dan minum
banyak, makan cepat, makan makanan yang kurang baik. Untuk dapat
yang terlalu banyak bumbu pedas, meningkatkan derajat kesehatan
mengkonsumsi protein tinggi, kebiasaan masyarakat yaitu menyelenggarakan
mengkonsumsi makan-makanan pedas, pelayanan kesehatan yang prima dan
dan minum kopi terlalu berlebihan sebaiknya mendeteksi lebih awal
(Huzaifah, 2017). faktorfaktor yang berhubungan dengan
Gastritis termasuk proses inflamasi penyebab penyakit tersebut.
atau gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi 2. METODE
pada mukosa dan submukosa lambung. Jenis penelitian ini adalah jenis
Penyakit gastritis dapat menyerang penelitian deskriptif korelasional.
seluruh lapisan masyarakat dari semua Penelitian ini akan dilaksanakan di
tingkat usia maupun jenis kelamin, akan Puskesmas Lak-Lak, beramat di Jalan
tetapi dari beberapa survei menunjukkan Kutacane – Blangkejeren Desa Lak-Lak
bahwa gastritis paling sering menyerang Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh
usia produktif Tenggara Provinsi Aceh. Teknik
(Tussakinah dkk, 2018). pengambilan sampel dalam penelitian ini
Berdasarkan data dari badan menggunakan teknik Accidental
penelitian kesehatan Dunia World Health Sampling dengan jumlah sampel dalam
Organization (WHO) yang dikutip oleh penelitian ini ketika dilakukannya
Huzaifah (2017) menemukan bahwa, penelitian yaitu berjumlah 35 orang.
beberapa negara yang mengalami angka
persentase kejadian gastritis tertinggi di 3. HASIL
dunia diantaranya adalah inggris 22%, 1). Analisis Univariat
China 31%, Jepang 14.5%, Kanada Tabel 1. Distribusi Frekuensi
35%, dan Perancis Karakteristik Responden Berdasarkan
29.5%. Umur, Jenis Kelamin Pendidikan, dan
Arikah dan Muniroh (2015) Pekerjaan
menemukan bahwa, di Indonesia angka
Karakteristik
kejadian Gastritis pada masyarakat F %
Responden
tergolong masih sangat tinggi yaitu
sebesar 40,8 persen dan angka kejadian Umur
gastritis di beberapa daerah di Indonesia 17 – 26 9 25,7
masih cukup tinggi dengan angka 27 – 36 13 37,1
kejadian 274.396 kasus dari 37 – 46 8 22,9
238.452.952 jiwa penduduk. Sehingga, 47 – 56 5 14,3
rata-rata disetiap daerah di Indonesia Total 35 100
persoalan yang menyangkut penyakit ini Jenis Kelamin
masih belum terpecahkan. Laki-Laki 11 31,4
Menurut Huzaifah (2017), walaupun
Perempuan 24 68,6
sampai saat ini resiko penyakit gastritis
Total 35 100
ini masih sangat tinggi dan masalahnya
Pendidikan
belum terpecahkan, namun yang terjadi
di kalangan usia muda maupun SD 4 11,4
masyarakat luas ternyata masih banyak SMP 8 22,9
yang tidak terlalu memperhatikan SMA 14 40,0

53
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-
0830 Vol. 2 No.1 Edisi Mei-Oktober 2019
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===================================================================================
========
Received: 02 Oktober 2019 :: Accepted: 08 Oktober 2019:: Published: 31 Oktober 2019

Perguruan Tinggi 9 25,7 Berdasarkan tabel 3 diatas dapat


Total 35 100 dilihat bahwa, frekuensi responden yang
Pekerjaan tidak memiliki kebiasaan merokok
adalah berjumlah 27 orang (77.1 %)
Petani 24 68,6
sementara frekuensi responden yang
PNS 7 20,0
memiliki kebiasaan merokok adalah
Pelajar/Mahasiswa 4 11,4
berjumlah 8 orang (22.9 %).
Total 35 100
Berdasarkan tabel 1. diatas dapat Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden
dilihat bahwa responden berusia 17-26 Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
tahun berjumlah 9 orang (25,7 %), usia Alkohol
27-36 tahun berjumlah 13 orang (37.1
Kebiasaan
%), usia 37-46 tahun berjumlah 8 orang
Mengkonsumsi F %
(22.9 %), dan berusia 47-56 tahun
Alkohol
berjumlah 5 orang (14.3 %).
Mengkonsumsi
Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki 1 2,9
Alkohol
berjumlah 11 orang (3.4 %) dan
Tidak
perempuan berjumlah 24 orang (68.6
Mengkonsumsi 34 97,1
%). Berdasarkan pendidikan, responden Alkohol
yang berpendidikan SD berjumlah 4 Total 35 100
orang (11.4 %), SMP berjumlah 8 orang Berdasarkan tabel 4. diatas dapat
(22.9 %), SMA berjumlah 14 orang (40 dilihat bahwa, frekuensi responden yang
%) dan Perguruan tinggi berjumlah 9 tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi
orang (25.7 %), dan berdasarkan alkohol adalah berjumlah 34 orang
pekerjaan, responden bekerja sebagai (97,1 %) dan frekuensi responden yang
petani berjumlah 24 orang (68.6 %), memiliki kebiasaan mengkonsumsi
PNS berjumlah 7 orang (20 %), dan alkohol adalah berjumlah 1 orang (2,9
pelajar/mahasiswa berjumlah 4 orang %).
(11.4 %).
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Minum Kopi
Berdasarkan Kebiasaan Makan
Kebiasaan
Kebiasaan f %
f % Minum Kopi
Makan
Minum
Baik 7 20 20 57,1
Kopi
Tidak Baik 28 80 Tidak
Total 35 100 Minum 15 42,9
Berdasarkan tabel 2. diatas dapat Kopi
dilihat bahwa, berdasarkan kebiasaan Total 35 100
makan pada kategori tidak baik Berdasarkan tabel 5. dapat dilihat
berjumlah 28 orang (80 %) sementara bahwa, frekuensi responden yang tidak
kategori baik berjumlah 7 orang (20 %). memiliki kebiasaan minum kopi adalah
berjumlah 20 orang (57,1 %) dan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden frekuensi responden yang memiliki
Berdasarkan Kebiasaan Merokok kebiasaan tidak minum kopi adalah
Kebiasaan Merokok f % berjumlah 15 orang (42,9 %).
Merokok 8 22,9
Tidak Merokok 27 77,1 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden
Total 35 100 Berdasarkan Stres

54
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-
0830 Vol. 2 No.1 Edisi Mei-Oktober 2019
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===================================================================================
========
Received: 02 Oktober 2019 :: Accepted: 08 Oktober 2019:: Published: 31 Oktober 2019

Stres f % Yang Berobat Di Puskesmas


Stres 21 60,0 Berdasarkan tabel 8. dapat diketahui
Tidak Stres 14 40,0 bahwa responden yang tidak memiliki
kebiasaan merokok, beresiko
Total 35 100
Berdasarkan tabel 6. diatas dapat
dilihat bahwa, frekuensi responden yang
tidak mengalami stres adalah berjumlah
21 orang (60 %) sementara frekuensi
responden yang mengalami tidak stres
adalah berjumlah 14 orang (40 %). mengalami kejadian gastritis sebanyak
25 responden (78,1 %), sedangkan
2). Analisis Bivariat responden yang memiliki kebiasaan
Tabel 7. Hubungan Kebiasaan Makan merokok, beresiko mengalami kejadian
Dengan Kejadian Gastritis Pada Pasein gastritis sebanyak 7 responden (21,9
Yang Berobat Di Puskesmas %). Sementara respoden yang tidak
memiliki kebiasaan merokok, tidak
beresiko mengalami kejadian gastritis
sebanyak 2 responden (66,7 %)
sedangkan responden yang memiliki
kebiasaan merokok, tidak beresiko
mengalami kejadian gastritis sebanyak 1
Berdasarkan tabel 7. di atas dapat
responden (33,3 %). Jadi, dapat
diketahui bahwa respoden yang
diketahui bahwa paling responden yang
memiliki kebiasaan makan baik, beresiko
tidak memiliki kebiasaan merokok
mengalami kejadian gastritis sebanyak 5
beresiko mengalami kejadian gastritis
responden (15,6 %), sedangkan
yaitu sebanyak 25 responden (78,1 %).
responden yang memiliki kebiasaan
Berdasarkan hasil penghitungan
makan tidak baik, berisiko mengalami
didapatkan nilai Person Chi-Square sig.
kejadian gastritis sebanyak 27
sebesar p=0,651. Artinya adalah nilai
responden (84,4 %). Sementara
pvalue lebih besar dari 0.05 (p>0,05).
responden yang memiliki kebiasaan
Jadi, dari hasil penelitian tersebut maka
makan baik, tidak berisiko mengalami
dapat ditarik kesimpulan bahwa
kejadian gastritis sebanyak 2 responden
kebiasaan merokok tidak berhubungan
(66,7 %) sedangkan responden yang
dengan kejadian gastritis di Puskesmas.
memiliki kebiasaan makan tidak baik,
tidak berisiko mengalami kejadian
gastritis sebanyak 1 responden (33,3
%). Berdasarkan hasil penghitungan
didapatkan nilai person chi-square sig.
sebesar 0.036. Artinya adalah nilai yang
diperoleh tersebut lebih kecil dari 0,05
(p<0,05). Jadi, dari hasil penelitian
tersebut maka dapat ditarik kesimpulan Tabel 9. Hubungan Kebiasaan Konsumsi
bahwa kebiasaan minum kopi Alkohol Dengan Kejadian Gastritis Pada
berhubungan dengan kejadian gastritis Pasein Yang Berobat Di
di Puskesmas. Puskesmas

Tabel 8. Hubungan Kebiasaan Merokok


Dengan Kejadian Gastritis Pada Pasein

55
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-
0830 Vol. 2 No.1 Edisi Mei-Oktober 2019
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===================================================================================
========
Received: 02 Oktober 2019 :: Accepted: 08 Oktober 2019:: Published: 31 Oktober 2019

Berdasarkan tabel 9. dapat sebanyak 20 responden (62,5 %),


diketahui bahwa responden yang tidak sedangkan responden yang tidak
memiliki kebiasaan konsumsi alkohol, memiliki kebiasaan minum kopi,
beresiko mengalami kejadian gastritis beresiko mengalami kejadian gastritis
sebanyak 31 responden (96,9 %), sebanyak 12 responden (37.5 %).
sedangkan responden yang memiliki Sementara respoden yang memiliki
kebiasaan konsumsi alkohol, beresiko kebiasaan tidak minum kopi, tidak
mengalami kejadian gastritis hanya beresiko mengalami kejadian gastritis
sebanyak 1 responden (3,1 %). sebanyak 3 responden (100 %). Jadi,
Sementara respoden yang tidak dapat diketahui bahwa paling banyak
memiliki kebiasaan konsumsi alkohol, responden memiliki kebiasaan minum
tidak beresiko mengalami kejadian kopi beresiko mengalami kejadian
gastritis sebanyak 3 responden (100 gastritis yaitu berjumlah 20 responden
%), sedangkan responden yang tidak (62,5 %). Berdasarkan hasil
memiliki kebiasaan konsumsi alkohol, penghitungan didapatkan nilai person
tidak ada beresiko mengalami kejadian chi-square sig. sebesar 0.036. Artinya
gastritis sebanyak 1 responden (33,3 adalah nilai yang diperoleh tersebut
%). Jadi, dapat diketahui bahwa paling lebih kecil dari 0.05 (p<0.05). Jadi, dari
banyak responden tidak memiliki hasil penelitian tersebut maka dapat
kebiasaan mengkonsumsi alkohol ditarik kesimpulan bahwa kebiasaan
beresiko mengalami kejadian gastritis minum kopi berhubungan dengan
yaitu berjumlah 31 responden (96,9 kejadian gastritis di Puskesmas.
%). Berdasarkan hasil penghitungan
didapatkan nilai person chi-square sig. Tabel 11. Hubungan Stres Dengan
sebesar 0.756. Artinya adalah nilai Kejadian Gastritis Pada Pasein Yang
yang diperoleh tersebut lebih besar dari Berobat Di Puskesmas
0.05 (p>0.05). Jadi, dari hasil
penelitian tersebut maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kebiasaan konsumsi
alkohol tidak berhubungan dengan
kejadian gastritis di Puskesmas.

Berdasarkan tabel 11. di atas dapat


diketahui bahwa responden yang stres,
beresiko mengalami kejadian gastritis
Tabel 10. Hubungan Kebiasaan
sebanyak 18 responden (56,3 %),
Minum Kopi Dengan Kejadian Gastritis
sedangkan responden yang tidak
Pada Pasein Yang Berobat Di Puskesmas
mengalami stres, beresiko mengalami
kejadian gastritis sebanyak 14
responden (43,8 %). Sementara
respoden yang stres, tidak beresiko
mengalami kejadian gastritis sebanyak 3
responden (100 %). Jadi, dapat
diketahui bahwa paling banyak
responden stres beresiko mengalami
Berdasarkan tabel 10. di atas dapat kejadian gastritis yaitu berjumlah 18
diketahui bahwa responden yang responden (56,3 %). Berdasarkan hasil
memiliki kebiasaan minum kopi, penghitungan didapatkan nilai person
beresiko mengalami kejadian gastritis chi-square sig. sebesar 0,139. Artinya

56
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-
0830 Vol. 2 No.1 Edisi Mei-Oktober 2019
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===================================================================================
========
Received: 02 Oktober 2019 :: Accepted: 08 Oktober 2019:: Published: 31 Oktober 2019

adalah nilai yang diperoleh tersebut karena makanan menentukan kerja


lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Jadi, dari tubuh setiap hari.
hasil penelitian tersebut maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa tidak ada 2) Hubungan Kebiasaan Merokok
hubungan stres dengan kejadian Dengan Kejadian Gastritis Pada
gastritis pada pasien yang berobat di Pasien Yang Berobat Di Puskesmas
Puskesmas. Analisis bivariat tentang hubungan
kebiasaan merokok dengan kejadian
4. PEMBAHASAN gastritis di Puskesmas Lak-Lak
1) Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh
Kejadian Gastritis Pada Pasien Yang Tenggara Tahun 2019 dari 35 orang
Berobat Di Puskesmas pasien yang mengalami kejadian
Hasil uji hipotesis dengan gastritis, ternyata mayoritas dari mereka
menggunakan uji chi-square (x²) pada tidak mempunyai kebiasaan merokok
kemaknaan 95% (α 0,05) dengan yaitu berjumlah 25 orang. Hasil uji
bantuan SPSS, diperoleh nilai p=0.035. hipotesis dengan menggunakan uji chi-
Pengujian ini dapat dilihat bahwa nilai p square (x²) pada kemaknaan 95% (α
(0.035) yang diperoleh lebih kecil dari α 0,05) dengan bantuan SPSS, diperoleh
(0,05). Jadi, ini berarti bahwa ada nilai p=0,651. Pengujian ini dapat dilihat
hubungan kebiasaan makan dengan bahwa nilai p (0,651) yang diperoleh
kejadian gastritis di Puskesmas Lak-Lak lebih besar dari α (0,05). Jadi, ini berarti
Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh bahwa tidak ada hubungan kebiasaan
Tenggara Tahun 2019. Hasil penelitian merokok dengan kejadian gastritis di
ini menunjukkan bahwa adanya Puskesmas Lak-Lak Kecamatan Ketambe
kemiripan dengan penelitian yang Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2019.
dilakukan sebelumnya di wilayah kerja Hasil penelitian ini sejalan dengan hasl
Puskesmas Tarok kota Payakumbuh penelitian yang dilakukan oleh Lumiwu
tahun 2017 oleh Tussakinah dkk (2018), dkk (2015) dimana, hasil uji statistik
dimana didapat suatu kesimpulan menggunakan uji-chi square diperoleh
terdapatnya hubungan antara pola nilai probabilitas (p value) sebesar
makan dengan kekambuhan gastritis. 0,614. Angka ini lebih besar dari 0,05.
Hasil penelitian ini mengingatkan Sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak
bahwa setiap orang harus menjaga terdapat hubungan antara merokok
kebiasaan makan sesuai dengan yang dengan kejadian gastritis.
dianjurkan. Dimana, membiasakan Kebiasaan merokok merupakan
makan secara teratur setiap waktunya, bukan faktor yang berhubungan
mengurangi mengkonsumsi jenis-jenis kejadian gastritis di wilayah di
makanan pedas dan menghindari Puskesmas Lak-Lak Kecamatan Ketambe
minuman yang bersoda. Apabila faktor Kabupaten Aceh Tenggara karena
kebiasaan makan telah dijaga sesuai reponden pada penelitian ini mayoritas
dengan waktunya maka kejadian berjenis kelamin perempun dan tidak
gastritis akan dapat terhindari sehingga merokok. Walaupun kebiasaan merokok
kualitas kesehatan akan meningkat pula. bukan salah satu factor yang
Menurut Megawati dan Nosi (2014), berhubungan dengan kejadian gastritis
kebiasaan makan terbagi dalam 3 waktu di lokasi penelitian ini, namun merokok
yaitu sarapan pagi, makan siang dan juga tentunya secara tidak langsung
makan malam. Ketiga waktu makan sangat berdampak terhadap kejadian
makan tersebut tidak boleh diabaikan gastritis. Menurut Rukmana (2018),
dalam gaya hidup merokok ternyata
secara tidak langsung dapat merangsang

57
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-
0830 Vol. 2 No.1 Edisi Mei-Oktober 2019
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===================================================================================
========
Received: 02 Oktober 2019 :: Accepted: 08 Oktober 2019:: Published: 31 Oktober 2019

produksi asam lambung secara dalam Rukmana (2018), mengkonsumsi


berlebihan dan penurunan daya tahan alkohol yang berlebihan dapat
tubuh juga. Oleh karena itu, untuk menyebabkan peradangan mukosa
menghindari kejadian gastritis dan lambung. Disamping itu, menurut
penyakit lainnya maka konsumsi rokok Rukmana (2018), dalam gaya hidup
juga harus diatur dan dikurangi. mengkonsumsi alkohol akan
merangsang produksi asam lambung
3) Hubungan Kebiasaan Konsumsi secara berlebihan dan penurunan daya
Alkohol Dengan Kejadian Gastritis tahan tubuh. Oleh karena itu, untuk
Pada Pasien yang Berobat menghindari resiko kejadian gastritis
Di Puskesmas dan terciptanya derajad kesehatan yang
Analisis bivariat tentang hubungan lebih baik maka minuman jenis alkohol
kebiasaan konsumsi alkohol dengan harus dihindari.
kejadian gastritis di Puskesmas Lak-Lak
Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh 4) Hubungan Kebiasaan Minum Kopi
Tenggara Tahun 2019, dari 35 orang Dengan Kejadian Gastritis Pada
pasien yang mengalami kejadian Pasien Yang Berobat Di Puskesmas
gastritis ternyata mayoritas dari mereka Hasil uji hipotesis dengan
tidak mempunyai kebiasaan konsumsi menggunakan uji chi-square (x²) pada
alkohol yaitu berjumlah 31 orang. Hasil kemaknaan 95% (α 0,05) dengan
uji hipotesis dengan menggunakan uji bantuan SPSS, diperoleh nilai p=0,036.
chi-square (x²) pada kemaknaan 95% Pengujian ini dapat dilihat bahwa nilai p
(α 0,05) dengan bantuan SPSS, (0,036) yang diperoleh lebih kecil dari α
diperoleh nilai p=0,756. Pengujian ini (0,05). Jadi, ini berarti bahwa ada
dapat dilihat bahwa nilai p (0,756) yang hubungan antara kebiasaan minum kopi
diperoleh lebih besar dari α (0,05). Jadi, dengan kejadian gastritis di Puskesmas
ini berarti bahwa tidak ada hubungan Lak-Lak Kecamatan Ketambe Kabupaten
kebiasaan konsumsi alkohol dengan Aceh Tenggara Tahun 2019. Artinya
kejadian gastritis di Puskesmas Lak-Lak adalah seseorang yang tidak minum kopi
Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh ternyata sangat banyak mengalami
Tenggara Tahun 2019. kejadian gastritis.
Hasil penelitian tersebut di atas Hasil penelitian diatas ini sejalan
ternyata bertolak belakang dengan dengan hasil penelitian yang dilakukan
pendapat Misnadiarly (2009) dalam oleh Lumiwu dkk (2015), melalui uji
Rukmana (2018), yang bahwa salah satu statistik dengan menggunakan uji
faktor yang menyebabkan seseorang chisquare untuk menganalisis hubungan
mengalami kejadian diare yaitu karena antara konsumsi kopi dengan kejadian
mengkonsumsi alkohol yang berlebihan. gastritis menghasilkan nilai probabilitas
Sementara tidak adanya hubungan (p value) sebesar 0,001. Dari angka
kebiasaan konsumsi alkohol dengan tersebut dapat dinyatakan bahwa
kejadian gastritis dilokasi penelitian ini adanya hubungan antara konsumsi kopi
karena responden penelitian rata-rata dengan kejadian gastritis. yang berarti
tidak mengkonsumsi alkohol. Namun bahwa konsumsi kopi merupakan faktor
demikian, seseorang yang risiko yang mempengaruhi kejadian
mengkonsumsi alkohol sangat rentan gastritis. Hasil penelitian Suarnianti
terhadap kejadian gastritis karena (2013) dalam Lumiwu dkk (2015) yang
konsumsi alkohol yang berlebihan akan menemukan dan menyatakan bahwa
menyebabkan gangguan pada lambung seseorang yang mengkonsumsi kopi
dan saluran pencernaan lainnya. memiliki risiko 9,609 kali lebih besar
Menurut Brunner dan Sudarth (2006) menderita gastritis dibandingkan dengan

58
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-
0830 Vol. 2 No.1 Edisi Mei-Oktober 2019
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===================================================================================
========
Received: 02 Oktober 2019 :: Accepted: 08 Oktober 2019:: Published: 31 Oktober 2019

responden yang tidak mengkonsumsi fatologis dalam jaringan organ tubuh


kopi. Mengkonsumsi kopi yang tidak manusia malalui saraf otonom. Sebagai
sesuai dengan ketentuan dan terlalu akibatnya akan timbul penyakit adaptasi
berlebiahan meminum kopi maka yang berupa gastritis. Oleh karena itu,
tentunya akan berdampak negatif penderita harus lebih rileks dan
terhadap kesehatan tubuh. Oleh karena menghindari stres, karena stres dapat
itu, untuk menghindari kejadian memproduksi asam lambung yang
gastritis, maka masyarakat yang berlebihan.
terbiasa mgngkonsumsi kopi harus lebih
memperhatikan waktu minum kopi dan 5. KESIMPULAN
berusaha membatasi komposisi kopi Berdasarkan hasil analisa dan
yang dikonsumsi. pembahasan terhadap hasil penelitian
maka dapat disimpulkan bahwa :
5) Hubungan Stres Dengan Kejadian 1. adanya hubungan faktor kebiasaan
Gastritis Pada Pasien Yang Berobat makan dan kebiasaan minum kopi
Di Puskesmas dengan kejadian gastritis pada pasien
Hasil uji hipotesis dengan yang berobat di Puskesmas Lak-Lak
menggunakan uji chi-square (x²) pada Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh
kemaknaan 95 % (α= 0,05) dengan Tenggara Tahun 2019 dimana
bantuan SPSS, diperoleh nilai p=0,139. diperoleh nilai p=0,035 dan faktor
Pengujian ini dapat dilihat bahwa nilai p kebiasaan minum kopi diperoleh nilai
(0,139) yang diperoleh lebih besar dari p=0,036.
α (0,05). Jadi, ini berarti bahwa tidak 2. Sementara faktor kebiasaan merokok,
ada hubungan antara stres dengan kebiasaan konsumsi alkohol dan stres
kejadian gastritis di Puskesmas Lak-Lak tidak berhubungan dengan kejadian
Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh gastritis pada pasien yang berobat di
Tenggara Tahun 2019. Hasil penelitian Puskesmas Lak-Lak Kecamatan
ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Ketambe Kabupaten Aceh Tenggara
Rukmana (2018), nilai p-value diperoleh Tahun 2019 karena faktor kebiasaan
sebesar 0,021 artinya bahwa terdapat merokok diperoleh nilai p=0,651,
hubungan antara faktor stres dengan faktor kebiasaan konsumsi alkohol
frekuensi kekambuhan gastritis. nilai p=0,756 dan faktor stres
Disamping itu, hasil penelitian ini juga diperoleh nilai p=0,139.
ternyata tidak sejalan dengan hasil
penelitian Megawati dan Nosi (2014), 6. SARAN
yang dilakukan pada pasien yang di Agar tenaga kesehatan di lingkup
rawat di RSUD Labuang Baji Makassar, puskesmas Lak-Lak Kecamatan Ketambe
dari hasil uji statistik didapatkan nilai p= Kabupaten Aceh Tenggara memberikan
0,008. Artinya adalah faktor stres penyuluhan kepada masyarakat secara
mempengaruhi kejadian gastritis. berkala tentang faktor-faktor penyebab
Menurut Rukmana (2018), stres kejadian gastritis. Selain itu, perlu
biasanya diawali dengan perasaan dilakukan kajian lebih lanjut tentang
jengkel dan marah, sulit berkonsentrasi, solusi pencegahan dan penanganan
sulit tidur, sering mengalami jantung penyakit gastritis.
berdebar-debar saat keadaan cemas, raa DAFTAR PUSTAKA
sakit kepala sehingga selera makan
berkurang. Apabila stres dibiarkan maka Arikah & L. Muniroh. (2015). RIWAYAT
tubuh akan terbiasa menyesuaikan diri MAKANAN YANG MENINGKATKAN
dan bertahan hidup dalam tekanan. ASAM LAMBUNG SEBAGAI FAKTOR
Kondisiini menyebabkan perubahan

59
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-
0830 Vol. 2 No.1 Edisi Mei-Oktober 2019
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===================================================================================
========
Received: 02 Oktober 2019 :: Accepted: 08 Oktober 2019:: Published: 31 Oktober 2019

RISIKO GASTRITIS. JURNAL GIZI Gastritis Di Sman 1 Ngaglik.


INDONESIA, (JGI). Vol, 38(1), 920. Skripsi. Program Studi Ilmu
Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Medikal Bedah Edisi Kesehatan. Universitas Aisyiyah
8 Volume 2. EGC, Jakarta. Yogyakarta.
Benita, N.R. (2012). PENGARUH Sirait, R., & Lubis, I. (2018). Pengaruh
PENYULUHAN TERHADAP Kepatuhan dan Motivasi Penderita
TINGKAT PENGETAHUAN
TB Paru Terhadap Tingkat
KESEHATAN
REPRODUKSI PADA REMAJA SISWA Kesembuhan Pengobatan di
SMP KRISTEN GERGAJI. Karya Tulis Puskesmas Tanjung Morawa
Ilmiah. Program Pendidikan Sarjana Kabupaten Deli Serdang Tahun
Kedokteran. Fakultas Kedokteran.
2017. Jurnal kesehatan
Universitas Diponegoro.
Lumiwu, F. O.R. Pinontoan & B.T. Rataq. masyarakat & gizi (jkg), 1(1),
4349.https://doi.org/10.35451/jkg
(2015). Faktor-Faktor Yang
.v 1i1.85.
Berhubungan Dengan Kejadian
Suarniati. (2013). Hubungan antara
Gastritis Di Wilayah Kerja
konsumsi cafein dengan kejadian
Puskesmas Talawid Kecamatan
gastritis di rsu. Islam faisal
Siau Barat Selatan Kabupaten
maksassar. Jurnal ilmiah kesehatan
Sitaro Tahun 2015. Skripsi.
diagnosis, (JIKD), Vol, 3(2).
Fakultas Kesehatan Masyarakat
http://fmipa.umri.ac.id/wpcontent/
Universitas Sam Ratulangi Manado.
uploads/2016/06/DienFadilah-
Misnadiarly. (2009). Mengenal Penyakit
Gastritis.
Organ Cerna ; Gastritis (Dyspepsia
Tussakinah, W., MASRUL, & I.R.
atau Maag). Pustaka Populer BURHAN. (2018). Hubungan Pola
OBDA, Jakarta. Makan Dan Tingkat Stres
Mardiansyah, M. (2019). KUALITAS Terhadap Kekambuhan Gastritis Di
PELAYANAN PUSKESMAS Wilayah Kerja Puskesmas Tarok
TERHADAP PENGGUNA PROGRAM Kota Payakumbuh Tahun 2017.
BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS Jurnal Kesehatan Andalas, (JKA).
PAGURAWAN. JURNAL KESEHATAN Vol,
MASYARAKAT & GIZI (JKG), 1(2), 7(2).https://doi.org/10.25077/jka.
16- v7.i2.p217-225.2018.
20.https://doi.org/10.35451/jkg.v
1i2.115
Megawati, A. D. & H. Nosi. (2014).
Beberapa Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian
Gastritis Pada Pasien Yang Di
Rawat Di RSUD Labuang Baji
Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehata
Diagnosis, (JKD). Vol, 4(6),
709715.
Putri, R.S.M., H. Agustin & Wulansari.
(2010). Hubungan Pola Makan Dengan
Timbulnya Gastritis Pada Pasien Di
Universitas Muhammadiyah Malang
Unit Medical Center (UMC). JURNAL
KEPERAWATAN, (JKEP). VOL , 1(2).,
156-164.
Rukmana, L.N. (2018). Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kekambuhan

60

Anda mungkin juga menyukai