Pendahuluan
Gastritis merupakan gangguan kesehatan pada saluran pencernaan yang paling banyak dialami
oleh setiap orang dan merupakan penyakit yang sering ditemui di klinik berdasarkan gejala
klinisnya (Rizky et al., 2019). Gastritis lebih populer dengan sebutan penyakit maag. Gastritis
merupakan peradangan atau pembengkakan pada mukosa lambung yang ditandai dengan rasa
tidak nyaman di perut bagian atas, rasa mual, muntah, nafsu makan berkurang, atau sakit kepala
(Hernanto, 2018). Kasus gastritis menunjukkan angka yang cukup tinggi diberbagai negara.
Menurut World Health Organization (2016) mennyatakan bahwa gastritis seringkali terjadi pada
orang-orang yang memiliki pola makan yang tidak teratur dan mengkonsumsi makanan yang
merangsang asam lambung. Prevalensi angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 583,635 kasus gastritis dari jumlah penduduk setiap
tahunnya. Prsentase kejadian gastritis menurut WHO sering terjadi pada remaja 76% dan sisanya
adalah lansia 23% dan biasanya disebabkan karena faktor degeneratif (Mardalena, 2017).
Remaja adalah suatu tahap antara masa kanakkanak dengan masa dewasa. Masa ini biasanya
diawali pada usia 14 tahun pada lakilaki dan 10 tahun pada perempuan. Pada masa ini remaja
mengalami banyak perubahan antaranya perubanahan fisik, menyangkut pertumbuhan dan
kematanagan organ produksi, perubahan intelektual, perubahan saat bersosialisasi, dan
perubahan kematanagan kepribadian termasuk emos (Ayu, 2016).
Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2019, persentase penyakit gastitis
dibeberapa negara yaitu, 69% di Afrika, 78% di Amerika Selatan, dan 51% di Asia. Kejadian
penyakit gastritis didunia mencapai 1.8 juta hingga 2.1 juta penduduk setiap tahunnya.
Sedangkan kejadian gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap
tahunnya (Azer & Akhondi, 2020). Menurut WHO tahun 2017, persentase angka kejadian
gastritis di Indonesia adalah 40.8% dan mencapai prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952
jiwa penduduk di beberapa daerah di Indonesia.
Penyakit tidak menular biasanya disebabkan oleh gaya hidup yang tidak teratur. Salah satu
penyakit tidak menular yang disebabkan oleh gaya hidup adalah gastritis (Sitompul et al., 2021).
Gastritis merupakan salah satu faktor utama yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat(Nurcholish Anshari, 2019). Gastritis masih menjadi masalah sosial dan kesehatan
masyarakat baik di negara maju maupun berkembang (Dávila-collado et al., 2020). Ini adalah
penyebab mendasar yang mempengaruhi status sosial ekonomi individu, perilaku kesehatan, dan
standar hidup seperti gaya hidup, kondisi hidup, perilaku, dan kebiasaan (Firdous et al.,
2016).Secara global, 50,8% populasi dinegara berkembang menderita gastritis (Toscano et al.,
2018) .
Penyakit gastritis atau yang sering dikenal sebagai penyakit maag merupakan penyakit yang
sangat mengganggu. Biasanya penyakit gastritis terjadi pada orangorang yang mempunyai pola
makan yang tidak teratur dan memakan makanan yang merangsang produksi asam lambung.
Pola makan disuatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor atau
pun kondisi setempat antara lain faktor budaya, agama/kepercayaan, status sosial ekonomi, hal-
hal yang disukai atau tidak disukai, rasa lapar, nafsu makan, rasa kenyang dan kesehatan.
Berbicara tentang makanan berarti membicarakan saluran pencernaan yaitu dimulai dari mulut,
kerongkongan, esofagus, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Masing-masing bagian
saluran makanan ini dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit karena pola makan yang
salah. Pola makan yang tidak sehat, dapat menyebabkan gangguan pencernaan. Salah satu
penyakit yang dapat timbul pada lambung adalah gastritis (Nurminda 2018)
Frekuensi makan pada gastritis yang kurang baik yaitu pada saat perut harus diisi,tetapi dibiarkan
kosong atau di tunda pengisiannya,asam lambung akan mencerna lapisan mukosa
lambung,sehingga timbul rasa nyeri. lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap
waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam
darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu
jumlah asam lambung terstimulasi. Bila seseorang terlambat makan dampai 2- jam maka asam
lambung yang di produksi semakin banyak dan berlebih sehingga daPorsi makan yang baik
adalah teratur makan pagi,selingan pagi,makan siang,selingan siang dan makan malam. Porsi
makan yang baik harus teratur,lebih baik makan dalam jumlah jumlah sedikit tapi sering dan
teratur daripada makan dalam porsi banyak tapi tidak teraturpat mengiritasi mukosa lambung
serta menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium.
Jenis jenis makanan yang tidak di perbolehkan untuk penderita gastritis yaitu mengkonsumsi
makanan instan,pedas,makanan yang keasamannya tinggi,makanan yang banyak mengandung
lemak/goring-gorengan, minuman yang mengandung soda yang dapat meningkatkan produksi
asam lambung dan pada akhirnya kekuatan dinding lambung menurun serta menimbulkan luka
pada dinding lambung dan menyebabkan gastritis. Porsi makan yang baik adalah teratur makan
pagi,selingan pagi,makan siang,selingan siang dan makan malam. Porsi makan yang baik harus
teratur,lebih baik makan dalam jumlah jumlah sedikit tapi sering dan teratur daripada makan
dalam porsi banyak tapi tidak teratur.
Kafein sering dijumpai dalam minuman seperti kopi dan teh yang dikonsumsi oleh
masyarakat luas dan tergolong stimulansia terhadap CNS (SSP). Minuman yang
mengandung kafein umumnya dikonsumsi untuk menambah semangat, meningkatkan
konsentrasi, dan mengurangirasa lelah. Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia masih sangat
rendah mengenai pentingnya menjaga kesehatan lambung, padahal gastritis akan sangat
mengganggu aktivitas sehari-hari, baik bagi remaja maupun orang dewasa. Gastritis atau dikenal
dengan sakit maag merupakan peradangan (pembengkakan) dari mukosa lambung yang
disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Penyakit gastritis dapat berbahaya jika dibiarkan terus
menerus akan merusak fungsi lambung dan dapat meningkatkan risiko untuk terkena kanker
lambung hingga menyebabkan kematian (Saydam, 2011).
Berdasarkan data dari profil dinas kesehatan nasional pada tahun 2021 gastritis
merupakan 10 besar penyakit dengan posisi peringkat ke 5 pasien rawat inap dan posisi
ke 6 rawat jalan di rumah sakit. Rata - rata pasien yang datangke unit pelayanan
kesehatan baik di Puskesmas maupun Rumah Sakit mengalami keluhan yang berhubungan
dengan nyeri ulu hati. Sedangkan data dari dinas kesehatan kota Semarang tahun 2021
tercatat sebanyak 29292 pasien gastritis yang mendatangi Puskesmas untuk melakukan
pengobatan sedangkan tahun sebelumnya yaitu tahun 2020 tercatat 22785 kasus gastritis di
Puskesmas kota Semarang.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian
sebagai berikut :
Apakah ada hubungan pola makan dan konsumsi minuman berkafein dengan kejadian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pola makan (frekuensi makan, jenis makan, dan porsi makan)
makan dan konsumsi minuman berkafein dengan kejadian gastritis pada pasien
2. Praktis
a. Masyarakat Untuk masyarakat yaitu agar keseharian masyarakat maknan-
makanan dengan berpola makan yang benar dan sehat.
b. Pendidikan Manfaatnya yaitu sebagai bahan masukan dan pengetahuan dalam
materi kuliah tentang pola makan dengan kejadian gastritis
c. Peneliti Dapat memperluas ilmu pengetahuan, dan lebih memahamai dalam
menambah kemampuan untuk menganalisis teori
Originalitas
Tabel 1.1 Originalitas
Perbedaan dalam penelitian ini adalah tempat penelitian, waktu penelitian, dan
jumlah sampel dimana dalam penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian di
Puskesmas Tlogosari kulon Semarang dengan waktu penelitian tahun 2022.