Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang umumnya diderita oleh

kalangan remaja, yang disebabkan oleh berbagai faktor misalnya tidak teraturnya

pola makan, gaya hidup dan salah satunya yaitu meningkatnya aktivitas sehingga

mahasiswa tidak sempat untuk mengatur pola makannya (Novitasary, 2016 ).

Penyakit ini terjadi karena ketidaksesuaian lambung dengan makanan yang

dimakan seperti makanan yang pedas atau makanan yang memiliki kadar lemak

tinggi, sehingga produksi asam lambung tidak terkontrol. Penyakit gastritis dapat

menyerang dari semua tingkat usia maupun jenis kelamin (Hartati, 2014).

Pola hidup yang salah adalah sekelompok penyakit yang mempunyai factor

risiko yang sama sebagai hasil dari pejanan selama beberapa dekade. Penyakit

kronik diakibatkan oleh pola makan yang tidak sehat, merokok, kurang latihan

atau kurang gerak, juga stress emosional yang merupakan penyebab dari penyakit

kronik tersebut (Novitasary, 2016 ).

Menurut World Health Organization (WHO) 2012, melakukan tinjauan

terhadap beberapa Negara dunia dan mendapatkan hasil persentase angka kejadian

gastritis di dunia, yaitu Amerika 47%, Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%,

Kanada 35%, Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari

jumlah penduduk setiap tahunnya (Nage, 2018).


2

Angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO cukup tinggi dengan

prevelensi 274.452.952 jiwa penduduk. Berdasarkan profil kesehatan di Indonesia

tahun 2011, merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada

pasien. Rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus

(4,9%) (Nage, 2018).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan kota Kendari tahun 2014. Penderita

gastritis menempati urutan ke 7 dari 20 penyakit terbesar

dengan jumlah penderita sebesar 6.321 orang. Berdasarkan pengambilan

data awal yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara pada tahun 2015 penderita gastritis yang berkunjung sebanyak 544

orang, pasien rawat jalan sebanyak 156 orang, dan pasien rawat inap sebanyak

129 orang, sedangkan pada tahun 2016 jumlahnya meningkat hingga pasien

pengunjung sebanyak 601 orang, pasien rawat jalan sebanyak 175 orang, dan

pasien rawat inap sebanyak 178 orang. Dengan meningkatnya penyakit gastritis

ini khusunya penderita gastritis tersering adalah usia 18-60 tahun (Suriani, 2017).

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan pola makan dengan terjadinya Gastritis pada

mahasiswa Kedokteran Universitas Halu Oleo ?

C. Tujuan penelitian
3

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan terjadinya gastritis pada

mahasiswa Kedokteran Universitas Halu Oleo.

2. Tujuan khusus

a) Mengetahui pola makan pada mahasiswa Kedokteran Universitas Halu

Oleo.

b) Mengetahui gambaran prevalensi mahasiswa Kedokteran Universitas

Halu Oleo yang terkena Gastritis.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terhadap

pengembangan ilmu kedokteran tentang faktor pencetus Gastritis terutama

pada mahasiswa Kedokteran Universitas Halu Oleo.

2. Manfaat Aplikatif

Agar mahasiswa maupun masyarakat dapat mengetahui bahwa pola

makan yang tidak sesuai dan pola makan dapat menimbulkan Gastritis.

3. Manfaat Metodologis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pengembangan

penelitian lebih lanjut kepada yang berminat untuk mengembangkan

penelitian dalam lingkup yang sama.


4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Variabel

1. Pola Makan

Pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau

sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam

konsumsi pangan setiap hari yang meliputi frekuensi makan, porsi makan,

dan jenis makan yang berdasarkan faktor – faktor sosial, budaya dimana

mereka hidup (Diasta, 2016).

Makanan modern merupakan produk berbagai olahan makanan yang

memiliki daya pikat tersendiri karena lebih praktis, cepat dalam penyajian dan

mengandung gensi baku sebagaian golongan masyarakat, seperti hotdog,

burger, pizza, fried chicken, ice cream dan berbagai merek dagang sangat

gencar diiklankan melalui media massa. Tetapi disisi lain dapat menimbulkan

berbagai penyakit (Kadir A, 2016).

Usia remaja merupakan peralihan pola masa anak, namun pada usia

remaja telah mendapatkan berbagai pengarahan dan bimbingan orang tua

tentang makanan yang harus dikonsumsi guna pemenuhan kebutuhan yang

mulai banyak aktifitasnya baik di sekolah maupun dirumah. Pola makan

remaja yang perlu dicermati adalah tentang frekuensi makan, jenis makan dan

porsi makan (Diasta, 2016).


5

Pola makan yang baik pada remaja seharusnya adalah dengan makan

sesuai waktunya, makan dengan nutrisi yang cukup dan seimbang,

mengkonsumsi buah dan sayuran sehat dan bergizi, memilih makanan yang

direbus bukan digoreng, mengurangi makanan cepat saji atau makanan instan

dan menghindari minuman bersoda (Kadir A, 2016).

Pola Makan terdiri dari Frekuensi makan,Jenis makan, dan Porsi makan :

a) Frekuensi makan

Frekuensi makan merupakan seringnya seseorang melakukan kegiatan

makan dalam sehari baik makanan utama maupun makanan selingan.

Menurut Suhardjo (2002) dalam frekuensi makan dikatakan baik bila

frekuensi makan setiap harinya 3 kali makanan utama atau 2 kali makanan

utama dengan 1 kali makanan selingan, dan dinilai kurang bila frekuensi

makan setiap harinya 2 kali makan utama atau kurang. Pada umumnya setiap

orang melakukan makanan utama 3 kali yaitu makan pagi, makan siang, dan

makan malam atau sore. Ketiga waktu makan tersebut yang paling penting

adalah makan pagi, sebab dapat membekali tubuh dengan berbagai zat

makanan terutama kalori dan protein berguna untuk pertumbuhan dan

perkembangan remaja. Pola makan yang tidak normal dapat diidentifikasi

kembali menjadi 2, yakni: makan dalam jumlah sangat banyak (binge eating

disorder) mirip dengan bulimia nervosa di mana orang makan dalam jumlah

sangat banyak, tetapi tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang

telah dimakan sehingg di dalam tubuh terjadi penumpukan kalori dan makan
6

di malam hari (night-eating syindrome), kurang nafsu makan di pagi hari

digantikan dengan makan berlebihan, agitasi dan isomnia di malam harinya.

b) Jenis makanan

Jenis makanan yang dikonsumsi remaja dapat dikelompokan menjadi

dua yaitu makanan utama dan makanan selingan. Makanan utama adalah

makanan yang dikonsumsi seseorang berupa makan pagi, makan siang, dan

makan malam yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah dan

minuman. Makanan pokok adalah makanan yang dianggap memegang

peranan penting dalam susunan hidangan. Pada umumnya makanan pokok

berfungsi sebagai sumber energi (kalori) dalam tubuh dan memberi rasa

kenyang. Makanan pokok yang biasa dikonsumsi yaitu nasi, roti, dan mie

atau bihun.

c) Porsi makan

Jumlah atau porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan

yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Jumlah (porsi) makanan sesuai

dengan anjuran makanan bagi remaja menurut. Jumlah (porsi) standar bagi

remaja antara lain : makanan pokok berupa nasi, roti tawar, dan mie instant.

Jumlah atau porsi makanan pokok antara lain : nasi 100 gram, roti tawar 50

gram, mie instant untuk ukuran besar 100 gram dan ukuran kecil 60 gram.

Lauk pauk mempunyai dua golongan lauk nabati dan lauk hewani, jumlah

atau porsi makanan antara lain : daging 50 gram, telur 50 gram, ikan 50 gram,

tempe 50 gram (dua potong), tahu 100 gram (dua potong). Sayur merupakan
7

bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, jumlah atau porsi

sayuran dari berbagai jenis masakan sayuran antara lain : sayur 100 gram.

Buah merupakan suatu hidangan yang disajikan setelah makanan utama

berfungsi sebagai pencuci mulut. Jumlah porsi buah ukuran 100 gram, ukuran

potongan 75 gram. Dalam menyusun menu seimbang diperlukan pengetahuan

bahan makanan, karena nilai gizi setiap bahan makanan tiap kelompok tidak

sama sebagai berikut:

1) Golongan makanan pokok

Jenis padi-padian merupakan bahan makanan pokok yang

memiliki kadar protein lebih tinggi dari umbi-umbian. Jika bahan

makanan pokok yang digunakan berasal dari umbi-umbian maka harus

disertai lauk dalam jumlah yang lebih besar. Porsi makanan pokok yang

dianjurkan dalam sehari untuk remaja adalah sebanyak 300-500 gram

beras atau sebanyak 3-5 piring nasi dalam sehari.

2) Golongan protein

Lauk sebaiknya terdiri dari campuran hewani dan nabati. Lauk

hewani memiliki nilai biologi yang tinggi dibandingkan nabati. Porsi lauk

yang dianjurkan untuk remaja dalam sehari adalah sebanyak 100 gram

atau dua potong ikan daging atau ayam, sedangkan porsi nabati dalam

sehari sebanyak 100-150 gram atau 4-6 potong tempe. Tempe dapat

diganti dengan tahu atau kacang-kacangan kering.

3) Golongan sayuran-sayuran
8

Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral. Sayuran daun

berwarna hijau dan orange mengandung lebih banyak provitamin A,

selain itu sayuran berwarna hijau juga kaya kalsium, zat besi, asam folat,

dan vitamin C. semakin hijau warna sayuran, semakin banyak

mengandung gizi. Setiap hari dianjurkan mengkonsumsi sayuran yang

terdiri dari sayuran daun, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna jingga.

Porsi sayuran dalam bentuk tercampur dianjurkan juga untuk remaja

dalam sehari 150-200 gram atau sebanyak 1,5-2 mangkok dalam keadaan

matang.

4) Golongan buah-buahan

Buah berwarna kuning banyak mengandung provitamin A,

sedangkan buah yang kecut pada umumnya kaya vitamin C. porsi buah

yang dianjurkan untuk remaja dalam sehari adalah 2-3 potong, dapat

berupa papaya atau buah-buahan lain.

5) Lain-lain

Menu yang disusun biasanya mengandung gula dan minyak,

sebagai penyedap dan pemberi rasa gurih. Penggunaan gula biasanya

sebanyak 25-35 gram/hari (2 ½ - 3 ½ sendok makan), sedangkan minyak

sebanyak 25-50 gram/hari (2 ½ - 5 sendok makan).

2. Gastritis

Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa

lambung akibat infeksi kuman Helicobacter pylori (HP) atau proses


9

autoimunologis.Gastropati dapat digambarkan sebagai suatu patologi yang

menampilkan luka epitel dan regenerasi baik iritasi endogen atau eksogen. Di

Negara berkembang prevalensi infeksi HP pada orang dewasa mendekati 90%

(Simadibrata, 2014) (Senturk, 2014).

Gastritis erosif adalah jenis gastritis yang sering tidak menyebabkan

peradangan yang signifikan tetapi bisa menghilangkan lapisan perut dimana

bisa akut atau kronis.Hubungan antara gastritis dan gejalanya tidak

jelas. Istilah gastritis mengacu khusus pada inflamasi abnormal dilapisan

lambung. Orang yang punya gastritis dapat mengalami rasa sakit atau tidak

nyaman di perut bagian atas, tetapi banyak orang dengan gastritis tidak

memiliki gejala apa pun (Y Lee, 2018).

a) Penyebab :

1) Bakteri,

Helicobacter pylori (H. pylori) merupakan penyebab sebagian

besar kasus gastritis kronis yang tidak menentu. H. pylori adalah bakteri

yang menginfeksi lambung lapisan yang terutama ditularkan dari orang ke

orang. Di daerah yang miskin sanitasi, H. pylori dapat ditularkan melalui

makanan atau air yang terkontaminasi;

2) NSAID,

Penggunaan lama obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID) seperti

aspirin dan ibuprofen;


10

3) Agen Lain,

− Alkohol, kokain, dan radiasi.

− Cedera traumatis, penyakit kritis, parah luka bakar, dan operasi besar

juga bisa menyebabkan gastritis erosif akut. Gastritis jenis ini disebut

gastritis stres.

− Gangguan autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel

sehat di lapisan perut.

− Beberapa penyakit pencernaan dan gangguan,seperti penyakit Crohn dan

merusak anemia;

b) Gejala :

− Ketidaknyamanan perut bagian atas atau nyeri

− Mual

− Muntah

Sebagian besar bentuk gastritis nonspesifik yang kronis tidak

menimbulkan gejala. Namun, kronis gastritis merupakan faktor risiko untuk

ulkus peptikum penyakit, lambung polip, dan jinak dan tumor lambung

maligna. Beberapa orang dengan gastritis  H. pylori kronis atau autoimun

gastritis mengembangkan gastritis atrofi. Gastritis atrofik menghancurkan sel-

sel di stomlining yang menghasilkan asam pencernaan dan enzim. Gastritis

atrofi dapat menyebabkan dua jenis kanker: kanker lambung dan lambung

jaringan limfoid terkait mukosa limfoma (MALT).


11

B. Kerangka Teori

POLA MAKAN

Frekuensi Makan Jenis Makanan Porsi Makan

Tidak Teratur Konsumsi Dalam porsi besar


Makanan Pedas
berlebihan

Produksi asam Refluks isi lambung


lambung Rasa panas dan
meningkat nyeri ulu hati
Kekuatan dinding
Mengiritasi
lambung menurun
mukosa lambung Iritasi pada
lambung

GASTRITIS

Gambar 1.1
C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka teori diatas maka didapatkan suatu hipotesis yaitu :


12

Ha : Ada hubungan antara pola makan terhadap timbulnya Gastritis pada

mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Halu Oleo.

H0 : Tidak ada hubungan antara pola maka terhadap timbulnya Gastritis pada

mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Halu Oleo.

D. Kerangka Konsep

KARAKTERISTIK INDIVIDU: STRESS

a.Jenis Kelamin

b.Umur

c.Sosial Ekonomi

GASTRITIS

PERILAKU

a. Kebiasaan makan
- Frekuensi makan
- Jenis makanan
- Porsi makanan

b. Merokok

c. Alkohol PENYAKIT
d. Minum Obat Anti Inflamasi
INFEKSI

Non Steroid

Gambar 2.1
: Tidak diteliti
13

: Diteliti

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan analitik observasional dengan metode cross

sectional, dimana obyek penelitian hanya diobservasi sekali dan pengukuran

dilakukan terhadap status karakter atau variabel obyek pada saat pemeriksaan

dengan cara pendekatan dan pengumpulan data sekaligus pada satu waktu.

Penelitian ini mencari adanya hubungan antara variabel independen pola makan

dan perilaku dengan variabel dependen gastritis.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan September

hingga Oktober 2019.

2. Lokasi Penelitian

. Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Fakultas Kedokteran

Universitas Halu Oleo

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa aktif di Fakultas Kedokteran

Universitas Halu Oleo.


14

2. Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan yaitu mahasiswa Kedokteran Universitas

Halu Oleo angkatan 2017.

3. Kriteria Sampel

a) Kriteria Inklusi

 Mahasiswa angkatan 2017 Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

 Bersedia menjadi responden.

b) Kriteria Ekslusi

 Tidak mengisi kuisioner secara lengkap.

 Tidak mengembalikan lembar kuisioner.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang disesuaikan

tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka konsep dan teori yang telah

dibuat.Instrumen pengumpulan data terdiri dari 2 bagian yaitu:

1. Kuesioner pola makan

Bagian kedua kuesioner untuk mengetahui kebiasaan frekuensi makan,

jenis makan, dan porsi makan. Untuk mengukur frekuensi makan (makan

utama dan makan selingan). Berisi 8 pertanyaan positif yang akan diisi oleh

responden. Penilaiannya menggunakan skala Likert. Penilaian untuk

pertanyaan frekuensi yaitu:

Selalu =5
15

Sering =4

Kadang-kadang =3

Jarang =2

Tidak pernah =1

Skoring alat ukur frekuensi makan dilakukan dengan cara menghitung

skor mean dengan cara menjumlah nilai pertanyaan, lalu dari jumlah tersebut

dicari nilainya. Sedangkan jenis makan dan porsi makan menggunakan skala

Gutman. Pertanyaan terdiri dari pernyataan positif dan negative. Responden

menjawab dengan jawaban benar atau salah. Pernyataan positif, pada

responden menjawab benar diberi nilai 1, dan jika salah diberi nilai 0.

Pernyataan negative pada responden menjawab benar diberi nilai 0, jika salah

diberi nilai 1.

2. Kuesioner Gastritis

Bagian ketiga kuesioner untuk mengetahui kejadian gastritis. Berisi 11

pertanyaan dengan menggunakan skala Gutman yaitu jika jawaban “Ya”

mendapatkan nilai 1 dan jika jawaban “Tidak” mendapatkan nilai 0.

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Definisi Operasional

a) Pola Makan

Pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau

sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam

konsumsi pangan setiap hari yang meliputi frekuensi makan, porsi makan, dan
16

jenis makan yang berdasarkan faktor – faktor sosial, budaya dimana

merekahidup. Sehingga kajian yang mempengaruhi pola makan dapat meliputi

kegiatan dalam memilih pangan, cara memperoleh, menyimpan dan beberapa

yang dimakan dan sebagainya.

b) Gastritis

Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung

yang dapat disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter pylori (HP).

2. Kriteria Objektif

a) Pola Makan

1) Frekuensi Makan

Untuk mengukur frekuensi makan (makan utama dan makan selingan).

Berisi 8 pertanyaan positif yang akan diisi oleh responden. Penilaiannya

menggunakan skala Likert dengan total skor:

Baik = 20-40

Kurang = 08-20

2) Jenis Makan dan Porsi Makan

Jenis makan dan porsi makan menggunakan skala Gutman. Pertanyaan

terdiri dari pernyataan positif dan negative dengan 4 pertanyaan jenis makan

dan 5 pertanyaan porsi makan. Responden menjawab dengan jawaban benar

atau salah. Pernyataan positif, pada responden menjawab benar diberi nilai 1,

dan jika salah diberi nilai 0. Pernyataan negative pada responden menjawab

benar diberi nilai 0, jika salah diberi nilai 1.


17

b) Gastritis

Berisi 11 pertanyaan dengan menggunakan skala Gutman yaitu jika

jawaban “Ya” mendapatkan nilai 1 dan jika jawaban “Tidak” mendapatkan

nilai 0.

F. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik masing masing variabel yang di teliti. Data univariat ini terdisi

atas usia, jenis kelamin, responden perilaku pola makan dan responden

gastritis.

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat ini bertujuan untuk mencari hubungan pola makan dan

perilaku dengan terjadinya gastritis pada mahasiswa aktif di Fakultas

Kedokteran Universitas Halu Oleo. Pada analisis bivariat ini menggunakan

tabel tabulasi silang yang dimana untuk menganalisis hubungan antara dua

variabel atau lebih. Pada uji hubungan pola makan dan perilaku dengan

terjadinya gastritis memakai uji statistik chi square.


18

G. Alur Penelitian

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Haluoleo


Angkatan 2017

Pembagian dan pengisian kuisioner


pola makan dan perilaku

Pengelolaan dan analisis


data

Hasil dan
kesimpulan

H. Etika Penelitian

Hal-hal yang terkait dengan etika dengan penelitian dalam penelitian ini adalah :

1. Sebelum melakukan penelitian maka peneliti akan meminta izin pada

berbagai instansi terkait.

2. Berusaha menjaga kerahasiaan identitas pasien yang diperoleh oleh peneliti,

sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian

yang dilakukan.
19

3. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak

yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai