Anda di halaman 1dari 8

PEMODELAN MATEMATIKA

PENGATURAN POLA MAKAN


PADA MANUSIA

KELOMPOK 11 : 1. WANDAH SALSABILA (G20120040


: 2. NILUH ANJELINA PATRICYA,T. (G20120044)
: 3. MUH. BACHTIAR ARIFIN (G20120038)

PRODI MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
OKTOBER, 2022
A. Latar Belakang Masalah
Pada era saat ini, dalam pengaturan pola makan sangat minim masyarakat yang
melakukanya. Apalagi di usia ketika seseorang beranjak ke jenjang perkuliahan, dimana
hal tersebut merupakan waktu yang tepat untuk beraktifitas penuh. Beratnya kewajiban
untuk belajar dan beraktivitas, membuat mahasiswa lebih menyukai segala sesuatu yang
serba cepat dan praktis sehingga lupa akan pentingnya kesehatan, seperti mengkonsumsi
makanan siap saji yang kandungan gizinya tidak lengkap bahkan lebih banyak
mengandung lemak.
Menurut beberapa dokter, jika kandungan kalori dan kolesterol yang tinggi dan rendah
serat serta tidak diimbangi dengan aktivitas fisik atau olahraga biasanya akan
menyebabkan lemak mudah terbentuk dalam tubuh sehingga dapat menimbulkan
berbagai penyakit serta ancaman obesitas.
Setelah penyakit mulai menyerang, barulah kita sadar kalau ada yang salah dengan
gaya hidup. Salah satu yang paling berpengaruh adalah pola makan. Oleh karena itu, kita
harus bisa mengatur pola makan yang sehat dan seimbang. Pengaturan pola makan yang
sehat dan seimbang perlu diimbangi dengan olahraga dan istirahat
cukup. Melalui pengaturan pola makan yang baik, perkembangan penyakit dapat dicegah.
Berdasarkan hal tersebut, kami membuat laporan ini agar masyarakat khususnya
mahasiswa mengenal lebih jauh mengenai pentingnya pola makan sehat dan seimbang
bagi tubuh.
1
B. Pola Makan Sehat dan Seimbang.

1. Pengertian
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai suatu sistem, cara kerja
atau usaha untuk melakukan sesuatu (Depdiknas, 2001). Dengan demikian, pola
makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan
kegiatan makan secara sehat.

Berikut definisi dan pengertian pola makan dari beberapa sumber buku:
 Menurut ”Andi (2011) pola makan sehat adalah suatu cara atau usaha dalam
pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan
penyakit”.
 Menurut Khumaidi (1994), pola makan adalah cara-cara individu dan kelompok
individu memilih, mengkonsumsi dan menggunakan makanan-makanan yang
tersedia, yang didasarkan kepada faktor-faktor sosial dan budaya dimana individu
hidup. 
 Menurut Notoatmodjo (2007), pola adalah respon seseorang terhadap makanan
sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan,
persepsi, sikap, dan praktik terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung
di dalamnya (zat gizi), pengolahan makanan dan sebagainya.
Jadi kami mengambil kesimpulan bahwa pengertian pola makan sehat dan
seimbang yaitu pola makan yang teratur di mana makanan yang dikonsumsi
mengandung zat-zat gizi yang jumlahnya sesuai dengan asupan gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh.

2. Komponen dan Dimensi Pola Makan


Komponen pola makan terdiri dari tiga komponen yaitu; jenis, frekuensi, dan jumlah
makanan.
a. Jenis makan. Jenis makan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap
hari terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah yang
dikonsumsi setiap hari. Makanan pokok adalah sumber makanan utama di negara
indonesia yang dikonsumsi setiap orang atau sekelompok masyarakat yang terdiri
dari beras, jagung, sagu, umbi-umbian, dan tepung. 
b. Frekuensi makan. Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari
meliputi makan pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan.
c. Jumlah makan. Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan dalam
setiap orang atau setiap individu dalam kelompok.
Terdapat tiga dimensi pola makan pada seseorang, yaitu sebagai berikut:
a. External eating, adalah menanggapi rangsangan yang berhubungan dengan
makanan (dari segi bau, rasa, dan penampilan makanan) tanpa keadaan internal
lapar dan kenyang. 
b. Emotional eating, mengacu pada makan dalam hal menanggapi emosi negatif
(seperti rasa takut, cemas, marah, dan sebagainya) dalam rangka menghilangkan
stres sementara mengabaikan sinyal fisiologis internal kelaparan. 
c. Restrained eating, merupakan tingkat pembatasan makanan secara sadar atau
kognitif (mencoba untuk menahan diri dari makan dalam rangka untuk
menurunkan atau mempertahankan berat badan tertentu).

3. Pengaturan Pola Makan Sehat

a. Cukup Kuantitas. Maksudnya, banyaknya makanan yang dimakan oleh setiap


orang tergantung pada berat badan, jenis kelamin, usia dan jenis kesibukan orang
tersebut. Contohnya, pelajar olahragawan tentu membutuhkan asupan makanan
yang lebih banyak dibanding pelajar biasa. 
b. Proporsional. Jumlah makanan yang dikonsumsi sesuai dengan proporsi makanan
sehat seimbang, yaitu karbohidrat 60%, lemak 25%, protein 15%, dan cukup
kebutuhan vitamin, air dan mineral. 
c. Cukup Kualitas. Perlu mempertimbangkan kualitas makanan, seperti kadar
proporsionalnya, rasa dan penampilannya. 
d. Sehat dan Higienis. Makanan harus steril atau bebas dari kuman penyakit. Salah
satu upaya untuk mensterilkan makanan tersebut adalah dengan cara mencuci
bersih dan memasak hingga suhu tertentu sebelum dikonsumsi. 
e. Makanan segar dan bukan suplemen. Sayur-sayuran dan buah-buahan segar
lebih menyehatkan dibanding makanan pabrik, junk food, ataupun fast food.
f. Cara masak jangan berlebihan. Misalnya, sayur yang direbus terlalu lama
dengan suhu tinggi justru menyebabkan kehilangan vitamin dan mineral pada
sayur tersebut.
g. Teratur dalam penyajian. Penyajian makan tetap teratur setiap hari. Jangan
membiasakan makan kapan ingat karena dapat menyebabkan gangguan
pencernaan, seperti sakit maag atau buang air tidak lancar. 
h. Frekuensi lima kali sehari. Misalnya, tiga kali makan utama (pagi, siang, dan
malam) dan dua kali makan selingan. Ingat, makanan yang dikonsumsi tersebut
tetap disesuaikan dengan kapasitas lambung.
i. Minum enam gelas air sehari. Tubuh memerlukan 2.550 liter air per hari.
Kebutuhan air tersebut didapat dari makanan sebanyak 100 ml, sisa metabolisme
sebanyak 350 ml dan yang berasal dari air minum sebanyak 1.200 liter (6 gelas).
Untuk itu, dianjurkan meminum air sebanyak gelas air setara dengan 1.200 liter.
C. Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan

Menurut Dirjen Binkesmas Depkes RI (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi pola


makan adalah sebagai berikut:
a. Budaya
Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi. Demikian pula
letak geografis mempengaruhi makanan yang diinginkannya. Sebagai contoh, nasi
untuk orang-orang Asia dan Orientalis, pasta untuk orang-orang Italia, curry (kari)
untuk orang-orang India merupakan makanan pokok. Makanan laut banyak disukai
oleh masyarakat sepanjang pesisir Amerika Utara. Sedangkan penduduk Amerika
bagian Selatan lebih menyukai makanan goreng-gorengan.
b. Agama/Kepercayaan
Agama/kepercayaan juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi. Sebagai
contoh, agama Islam dan Yahudi Orthodoks mengharamkan daging babi. Agama
Roma Katolik melarang makan daging setiap hari, dan beberapa aliran agama
(Protestan) seperti Adven melarang pemeluknya mengkonsumsi teh, kopi atau
alkohol.
c. Status Sosial Ekonomi 
Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi oleh status
sosial dan ekonomi. Sebagai contoh, orang kelas menengah ke bawah atau orang
miskin di desa tidak sanggup membeli makanan jadi, daging, buah dan sayuran yang
mahal. Pendapatan akan membatasi seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang
mahal harganya.
d. Personal Preference 
Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap kebiasaan makan
seseorang. Orang seringkali memulai kebiasaan makannya sejak dari masa kanak-
kanak hingga dewasa. Misalnya, ayah tidak suka makan kai, begitu pula dengan anak
laki-lakinya. Ibu tidak suka makanan kerang, begitu pula anak perempuannya.
Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap makanan tergantung asosiasinya
terhadap makanan tersebut.
e. Rasa Lapar, Nafsu Makan, dan Rasa Kenyang 
Rasa lapar umumnya merupakan sensasi yang kurang menyenangkan karena
berhubungan dengan kekurangan makanan. Sebaliknya, nafsu makan merupakan
sensasi yang menyenangkan berupa keinginan seseorang untuk makan. Sedangkan
rasa kenyang merupakan perasaan puas karena telah memenuhi keinginannya untuk
makan. Pusat pengaturan dan pengontrolan mekanisme lapar, nafsu makan dan rasa
kenyang dilakukan oleh sistem saraf pusat, yaitu hipotalamus.
f. Kesehatan 
Kesehatan seseorang berpengaruh besar terhadap kebiasaan makan. Sariawan atau
gigi yang sakit seringkali membuat individu memilih makanan yang lembut. Tidak
jarang orang yang kesulitan menelan, memilih menahan lapar dari pada makan
D. Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan adalah sistem informasi spesifik yang ditujukan untuk
memecahkan masalah tertentu yang harus dipecahkan. Suatu sistem informasi berbasis
komputer yang menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk membantu manajemen
dalam menangani berbagai permasalahan yang terstruktur dengan menggunakan data dan
model [3]. Sistem Pendukung Keputusan merupakan sistem informasi interaktif yang
menyediakan informasi, pemodelan, dan manipulasi data. Sistem ini digunakan untuk
membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang semiterstruktur dan situasi yang
tidak terstruktur, dimana tidak seorang pun tahu secara pasti bagaimana keputusan
seharusnya dibuat. [4].

1. Metode Simple Additive Weighting (SAW)


Metode Simple Additive Weighting (SAW) dikenal dengan istilah metode penjumlahan
terbobot [5]. Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari
rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut. Metode SAW membutuhkan
proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan
dengan semua rating alternatif yang ada [6]. Metode SAW ini mengharuskan pembuat
keputusan menentukan bobot bagi setiap atribut. Skor total untuk alternatif diperoleh
dengan menjumlahkan seluruh hasil perkalian antara rating (yang dapat dibandingkan
lintas atribut) dan bobot tiap atribut. Rating tiap atribut haruslah bebas dimensi dalam
arti telah melewati proses normalisasi matriks sebelumnya proses pengambilan
keputusan adalah memilih suatu alternatif.

Kelebihan metode Simple Additive Weighting (SAW) adalah:


 Menentukan nilai bobot setiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan proses
perankingan yang akan menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah alternatif.
 Penilaian akan lebih tepat karena didasarkan pada nilai kriteria dari bobot
preferensi yang sudah ditentukan.
 Adanya perhitungan normalisasi matriks sesuai dengan nilai atribut (antara nilai
benefit dan cost).
Langkah-langkah penyelesaian metode Simple Additive Weighting (SAW) adalah :
a. Menentukan kriteria-kriteria yang akan dijadikan acuan dalam pengambilan data,
yaitu Ci.
b. Menentukan rating kecocokan pada makanan yang bergizi seimbang pada setiap
kriteria.
c. Membuat matriks susunan makanan berdasarkan kriteria(Ci), kemudian
melakukan normalisasi matriks berdasarkan kandungan gizi yang disesuaikan
dengan jenis makanan sehingga diperoleh matriks ternormalisasi R.
d. Hasil akhir diperoleh dari proses perankingan yaitu penjumlahan dari perkalian
matriks ternormalisasi R dengan vektor bobot sehingga diperoleh nilai dengan gizi
seimbang yang dipilih sebagai alternatif terbaik (Ai) sebagai solusi.
Rumus untuk melakukan normalisasi Metode Simple Additive Weighting (SAW) adalah:
Jika j atribut keuntungan (benefit)

Jika j atribut biaya (cost).

Dimana:
Rij : Rating kinerja ternormalisasi
Maxi : Nilai maksimum dari setiap baris dan kolom
Mini : Nilai minimum dari setiap baris dan kolom
Xij : Baris dan kolom dari matriks matriks dengan rij adalah rating kinerja
ternormalisasi dari alternatif Ai pada atribut Cj; i=1,2,...,m dan j=1,2,...,n.

Nilai preferensi untuk setiap alternative (Vi) diberikan sebagai:

Dimana:
Vi : Nilai akhir dari alternatif
Wj : Bobot yang telah ditentukan
Rij : Normalisasi matriks
Jumlah Kalori, Protein, Karbohidrat, Vitamin, Lemak pada laki-laki

No. Waktu Jenis Makanan Protein Karbohidrat Vitamin Lemak Kalori


Roti Gandum 13 41 0,2 3,4 247
Susu 3,4 5 1,5 1 42
1. pagi
Telur 13 1,1 1,2 11 155
Pisang 1,1 23 9,1 0,3 88
Jumlah 30,5 70,1 12 15,7 532
Nasi 2,7 28 0,1 0,3 130
Daging Ayam 27 0 2,7 14 239

2. Siang Kacang Panjang 2,8 8 18,8 0,4 47


Tahu 8 1,9 0 4,8 76
Apel 0,3 14 4,6 0,2 52
Air Mineral 0 0 0 0 0
Jumlah 40,8 51,9 26,2 19,7 544
Ubi Kayu 1,4 38 0,1 0,3 159
Ikan 22 0 7,1 12 205

3. Malam Bayam 2,9 3,6 28,3 0,4 23


Semangka 0,6 8 8,1 0,2 30
Jus 0,2 13 15,5 0 54
Jumlah 27,1 62,6 59,1 12,9 471

Anda mungkin juga menyukai