Anda di halaman 1dari 16

ITS101

Supply Chain Management


Transkrip
Minggu 1: Definition and Scope of Supply Chain Management
Video 1: Perkenalan Dosen
Video 2: Sekilas tentang Kursus Supply Chain Management
Video 3: Apa Itu Supply Chain Management
Video 4: Supply Chain Management dan Daya Saing - Part 1
Video 5: Supply Chain Management dan Daya Saing Part 2
Video 6: Proses-proses Supply Chain Management
Video 7: Kolaborasi Pada Supply Chain Management
Video 8: Tantangan Supply Chain Management Part 1
Video 9: Tantangan Supply Chain Management Part 2
Video 1: Perkenalan Dosen
Siswa IndonesiaX, selamat datang di kursus saya tentang Supply Chain Management. Saya,
Nyoman Pujawan, guru besar di bidang Supply Chain Management Engineering dari ITS, akan
bersama Anda selama empat minggu ke depan. Saya sangat menyukai pembahasan tentang
Supply Chain Mangement. Saya sudah belajar tentang Supply Chain Management sejak saya
kuliah, walaupun dengan nama yang berbeda saat itu. Saya melakukan banyak riset yang
terkait dengan Supply Chain Management dan Logistik. Saya menulis buku tentang Supply
Chain Mangement. Saya juga punya sekitar 30 artikel dalam jurnal internasional yang
membahas berbagai aspek yang terkait dengan Supply Chain Management.
Supply Chain Management adalah ilmu yang sangat penting. Bisa diterapkan oleh berbagai
macam perusahaan untuk menciptakan daya saing mereka di pasar. Hampir tidak ada
perusahaan yang memproduksi produk dan mengirimkan produk itu ke pasar akan bisa lepas
dari praktik-praktik Supply Chain Management. Apalagi, jika kita bicara tentang konteks
Indonesia, di mana kita berada di negara kepulauan yang biaya logistiknya relatif masih
sangat mahal dengan infrastruktur yang tidak terlalu bagus. Maka, cara mengelola Supply
Chain Management dan Logistik yang sangat baik sangat diperlukan apabila kita ingin
bersaing di pasar.
Selama empat minggu ke depan, saya akan mengajak Anda untuk membahas berbagai aspek
tentang Supply Chain Mangement. Setiap minggu Anda akan mendengarkan video yang
berdurasi total sekitar 50 menit sampai satu jam yang terbagi dalam beberapa sesi. Setiap
minggu Anda bisa mengikuti tes dan di akhir kursus akan ada tes akhir yang perlu Anda ikuti
untuk mendapatkan sertifikat jika Anda menginginkannya.
Silakan baca instruksi dan Course Outline yang tersedia di website. Saya tunggu partisipasi
Anda dalam kuliah selama empat minggu ke depan. Sampai jumpa.
Video 2: Sekilas tentang Kursus Supply Chain Management

Halaman 1 dari 16

ITS101
Siswa IndonesiaX, selamat datang di kursus saya tentang Supply Chain Management. Di mana
pun Anda berada, semoga Anda dalam keadaan sehat walafiat. Saya akan mengajak Anda
selama empat minggu ke depan untuk mempelajari sesuatu yang sangat menarik yang
mungkin sudah Anda tunggu-tunggu sejak cukup lama, yaitu, bagaimana perusahaanperusahaan mengelola bisnisnya, mengantarkan produk dari hulu sampai ke hilir, yaitu,
bagaimana produk itu mengalir dari pabrik sampai ke distributor kemudian sampai ke toko
yang melibatkan, tentu saja, proses transportasi dan penyimpanan.
Dalam empat minggu ke depan, ada empat bahasan atau pokok yang akan kita bicarakan. Di
minggu pertama, kita akan mempelajari bagaimana atau apa yang disebut Supply Chain
Management dan kenapa Supply Chain Management ini penting bagi perusahaan.
Di minggu kedua, kita akan mempelajari apa yang kita sebut sebagai Supply Chain Strategy,
yaitu bagaimana perusahaan memilih strategi yang tepat dalam memberikan pelayanan
kepada pelanggan supaya produk bisa tepat waktu sampai ke pelanggan dengan kualitas
yang bagus, tidak terlambat dan lain sebagainya. Pada minggu ketiga, kita akan masuk ke
pembahasan yang kita sebut sebagai Demand Management.
Demand Management, pada prinsipnya, adalah bagaimana perusahaan itu mengelola
permintaan supaya pola permintaan yang dihadapi perusahaan atau yang diterima oleh
perusahaan adalah permintaan yang lebih stabil, yang lebih mudah dipenuhi dengan cost
yang lebih rendah. Dan, pada minggu keempat, kita akan mempelajari apa yang kita sebut
sebagai Physical Distribution.
Physical Distribution, pada hakekatnya, adalah bagaimana produk itu secara fisik mengalir
dari pabrik sampai ke toko. Jadi, ada beberapa tahapan yang akan dilalui di sana. Mulai dari
pabrik yang mengirimkan produk itu ke distributor, distributor mungkin akan menyimpan
selama beberapa waktu di gudang, kemudian gudang akan mendistribusikannya sampai ke
toko. Empat bahasan itu yang akan kita diskusikan selama empat minggu.
Bagi Anda yang mengikuti kuliah-kuliah ini atau kursus ini, Anda diharapkan akan bisa
memiliki dua hal nantinya. Yang pertama, Anda diharapkan memiliki kemampuan untuk
memahami konsep-konsep dari Supply Chain Management ini serta metode-metode atau
teknik-teknik yang ada di dalamnya, dan yang kedua, terutama bagi Anda yang sudah bekerja,
diharapkan bisa menggunakan sebagian dari tools atau teknik yang Anda pelajari untuk
melakukan perbaikan di dalam perusahaan Anda, untuk menciptakan flow dari barang yang
lebih efisien dari hulu sampai ke hilir. Kita akan pelajari satu per satu. Sebentar lagi, kita akan
masuk ke modul yang pertama.
Video 3: Apa Itu Supply Chain Management
Kita akan masuk ke bahasan yang pertama tentang Apa Itu Supply Chain Management? Ada
dua kata yang sangat penting dalam Supply Chain Management ini, yang pertama adalah
supply, yang dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai pasokan, yang kedua adalah
chain, yang dalam Bahasa Indonesia kita kenal sebagai rantai.
Jadi, rantai pasokan. Rantai pasokan apa? Ini adalah rantai pasokan barang, di mana barang
itu mengalir dari hulu sampai ke hilir sebagai sebuah rantai, mengikuti sejumlah pelaku atau
sejumlah pihak. Seperti yang tadi saya katakan, ada pabrik di hulu yang memproduksi. Di
Halaman 2 dari 16

ITS101
hulunya lagi, ada supplier yang memasok material. Kemudian, pabrik akan mengirimkan
produk itu ke distributor.
Mungkin distributor akan mengirimkan ke wholesaler, kemudian wholesaler akan
mengirimkan produk itu ke toko. Jadi, ada sejumlah pemain atau sejumlah organisasi yang
terlibat dalam supply chain dan masing-masing organisasi ini mungkin beroperasi di tempat
yang berbeda-beda, bahkan, di negara yang berbeda-beda.
Jadi, supply chain bisa menjadi sangat kompleks, melewati batas-batas negara, bahkan,
batas-batas benua, panjangnya bisa sangat panjang, beribu-ribu mil, sehingga mengelola
supply chain membutuhkan satu metode, satu kecermatan dan dibutuhkan kerja sama yang
baik antara satu pelaku dengan pelaku yang lainnya.
Ambil saja contoh, jika kita bicara soal pakaian yang kita gunakan atau kita bicara soal
makanan yang kita makan sehari-hari atau apa saja yang ada di sekitar kita, seperti jam
tangan, komputer yang kita gunakan, handphone. Semua itu sebetulnya melalui proses
panjang ini, melalui supply chain. Perusahaan mana pun yang bisa mengelola supply chain
dengan baik, mereka akan kompetitif di pasar, mereka akan menang di dalam persaingan.
Sebetulnya jika kita bicara, contohnya, kita bicara soal garment atau pakaian yang kita
gunakan. Yang pertama, ada pihak-pihak yang bertugas untuk memproduksi barang baku.
Mereka menyiapkan benang dan lain sebagainya. Di stage kedua, ada perusahaan yang
memproduksi benang itu menjadi kain, yaitu perusahaan-perusahaan tekstil.
Di fase ketiga, ada perusahaan garment yang mengubah tekstil menjadi pakaian. Kemudian,
setelah menjadi pakaian akan didistribusikan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki
brand, yaitu brand owner, bisa jadi, ini adalah global brand owner yang akan menjual
produknya di negara-negara mana pun mereka beroperasi. Bisa saja produk itu diproduksi di
Indonesia, kemudian dipasarkan di Eropa atau di Amerika melalui jaringan toko atau jaringan
retail.
Saudara sekalian, pemirsa IndonesiaX, sebetulnya yang kita kelola dalam supply chain bukan
hanya aliran barang. Dari tadi saya katakan, itu adalah flow fisik dari hulu sampai ke hilir. Tapi,
sebetulnya ada tiga hal yang mengalir. Di samping barang, supply chain juga mengelola aliran
informasi.
Lalu satu hal lagi, supply chain juga mengelola aliran uang. Yang sangat penting di antara tiga
hal ini, yang ingin saya garis bawahi adalah aliran informasi. Supply chain yang bagus, dewasa
ini, sangat bergantung bagaimana mereka mengelola aliran informasi. Mereka yang bisa
mengirim dengan lebih cepat, yang memiliki on time delivery lebih tinggi, saya lihat semua
adalah perusahaan-perusahaan yang mampu menangangi flow informasi dengan baik.
Saya akan beri contoh tentang apa itu flow informasi. Jika saya bekerja di pabrik dan bisa
memantau perkembangan penjualan dari toko, dan tahu berapa stok yang tersisa di toko,
maka saya bisa meramalkan kebutuhan ke depan dengan lebih akurat, saya bisa menentukan
berapa barang yang akan dikirim ke toko dan saya bisa menentukan berapa yang harus saya
produksi hari ini, misalnya.
Begitu juga, jika saya bekerja di pabrik, saya juga membutuhkan informasi flow material dari
supplier. JIka saya tahu status order saya sudah sampai di mana sekarang, apakah ada
Halaman 3 dari 16

ITS101
kemungkinan akan terlambat atau on time, itu akan sangat membantu saya yang bekerja di
pabrik untuk membuat keputusan.
Jadi, syarat kunci di dalam supply chain adalah how to manage information. Pergerakan
barang sepenuhnya diatur oleh informasi. Jadi, objective dari supply chain untuk
mengirimkan value kepada pelanggan sangat bergantung pada how to manage information.
Video 4: Supply Chain Management dan Daya Saing Part 1
Siswa IndonesiaX, selamat jumpa kembali. Pada saat ini, kita akan membahas kenapa supply
chain itu penting untuk menciptakan daya saing perusahaan. Kenapa perusahaan harus
mengimplementasikan supply chain management untuk membuat produk menjadi available
dengan lebih tepat waktu di pasar dengan harga yang lebih kompetitif, dengan harga yang
tetap bagus di pasar.
Jadi, jika kita bicara soal daya saing, sebenarnya kuncinya adalah produk itu available at the
right place, in the right quantity, juga pada waktu yang tepat.
At least, tiga hal tersebut harus dipenuhi. Kenapa supply chain ini menjadi sangat penting?
Karena seperti yang kita bahas dari awal, supply chain inilah yang sebetulnya membuat
produk, memproduksi barang, di mana cost akan banyak terlibat di sana, quality juga akan
diciptakan atau dijaga di situ.
Kemudian, kecepatan juga menjadi unsur yang penting. Jadi, jika produksi bisa dilakukan
dengan cycle time yang lebih pendek akan menciptakan kecepatan yang lebih baik. Jika
kualitasnya bisa lebih bagus, itu akan membuat quality competitiveness di pasar.
Demikian juga, di fase lain dari supply chain jika kita bicara tentang distribusi atau bicara
tentang penyimpanan. Quality, kecepatan maupun on time delivery, semua itu juga
dipengaruhi oleh bagaimana kita mengelola proses-proses fisik, mengelola proses-proses
yang ada di lapangan, mendistribusikan barang itu sampai ke toko sehingga di toko barang
tersebut tersedia sesuai apa yang diinginkan oleh pelanggan.

Saya akan mengilustrasikan, ada satu studi yang rutin dilakukan atau sebuah kajian yang rutin
dilakukan oleh Gartner. Gartner adalah sebuah consulting company yang setiap tahun
mencoba membuat ranking perusahaan-perusahaan yang dianggap memiliki praktik supply
chain management yang bagus.
Di sana ada, misalnya kita lihat hasil dari 2014, di enam urutan pertama ada Apple, ada
McDonald, ada Amazon yang menjual buku dan lain sebagainya secara online, ada Unilever,
ada P&G, ada Samsung Electronic dan beberapa list lain di bawahnya, ada 25 perusahaan,
jadi, enam perusahaan yang saya sebutkan adalah enam perusahaan teratas.
Pertanyaannya, atas dasar apa Gartner mengklasifikasikan perusahaan-perusahaan ini
sebagai perusahaan-perusahaan yang praktik supply chain management-nya bagus. Ada dua
aspek penilaian.

Halaman 4 dari 16

ITS101
Yang pertama adalah penilaian kualitatif yang merupakan judgement dari para expert.
Mereka menggunakan keahlian internal dan eksternal mereka. Para expert ini ditanya
perusahaan-perusahaan mana yang kira-kira memiliki supply chain management yang bagus.
Jadi, mereka memberikan judgement.
Kira-kira 50% dari skor berasal dari qualitative judgment dari para expert. Lalu 50% lainnya
berasal dari kinerja yang bisa diukur secara kuantitatif, yang ada angkanya. Tiga angka atau
performance kuantitatif yang digunakan, yang pertama adalah turnover ratio dari inventory.
Turnover ratio dari inventory ini mengukur kecepatan perputaran barang. Seberapa cepat
barang itu bisa berputar atau mengalir dari inventory, kemudian berubah menjadi sales,
menjadi penjualan.
Jika ada perusahaan yang memiliki banyak inventory, tapi penjualannya sedikit, maka
turnover ratio-nya akan rendah. Sebaliknya, jika kita menyimpan persediaan sedikit, tapi bisa
menghasilkan revenue yang besar, berarti turnover ratio-nya tinggi. Semakin tinggi turnover
ratio, berarti semakin bagus kinerja supply chain perusahaan itu. Karena intinya, supply chain
ini adalah mengelola aliran dari produk. Itu kinerja pertama yang diukur. Kinerja kedua yang
diukur adalah return on asset.
Supply chain yang bagus, artinya yang memiliki asset kecil, tapi menghasilkan revenue yang
besar. Supply chain punya berbagai macam asset. Ada pabrik yang mungkin investasinya
besar di situ, ada mesin-mesin di dalamnya, ada bangunan dan lain sebagainya sehingga asset
value-nya besar. Kemudian, mungkin ada kapal di situ jika perusahaan memiliki kapal, ada
pesawat kargo, mungkin ada truk dan lain sebagainya.
Semua itu adalah asset. Jika kita punya asset yang nilainya besar, tetapi revenue-nya kecil,
berarti return on asset-nya rendah. Kita ingin hal sebaliknya terjadi. Supply chain ingin punya
revenue besar walaupun assetnya tidak terlalu besar. Itu hal kedua yang dilihat oleh Gartner.
Yang ketiga adalah pertumbuhan revenue.
Prinsipnya begini, kenapa ini juga penting bagi supply chain? Jika supply chain kita bagus,
artinya produk itu selalu ada, inovasi yang kita buat terkirim secara tepat waktu sehingga akan
menciptakan sales yang lebih tinggi.
Ketika demand lebih tinggi, permintaan lebih tinggi, pertanyaannya, mampukah kita
mengirim barang lebih banyak sesuai dengan permintaan tadi? Mampukah kita memproduksi
lebih banyak sesuai dengan permintaan tadi? Jadi, kemampuan perusahaan untuk mengikuti
ritme pasar yang meningkat ini, mengirimkan produk sesuai dengan permintaan pasar yang
meningkat dari tahun ke tahun, itu adalah capability yang sangat penting yang harus dimiliki
oleh suppy chain.
Seringkali kita lihat, perusahaan memiliki permintaan naik, tetapi mereka tidak memiliki
cukup armada transport untuk mengirim, misalnya. Jadi, mereka tak mampu menunjang
revenue growth. Saya mau tunjukkan, slide yang saya tunjukkan tadi atau ilustrasi yang saya
tunjukkan tadi menunjukkan betapa pentingnya supply chain management untuk
menciptakan daya saing bagi perusahaan.
Video 5: Supply Chain Management dan Daya Saing Part 2

Halaman 5 dari 16

ITS101
Hal kedua yang juga sangat terkait adalah apa ciri-ciri dari perusahaan yang memiliki supply
chain management yang bagus. Jika mengikuti konsep dari Supply Chain Council, Supply
Chain Council punya satu metodologi yang disebut sebagai SCOR. SCOR singkatan dari Suply
Chain Operation Reference.
Mereka mendefinisikan ada lima aspek yang penting dimiliki oleh supply chain agar supply
chain berjalan dengan baik. Yang pertama adalah Reliability. Reliability artinya, dalam Bahasa
Indonesia, adalah kehandalan. Handal.
Supply chain perlu handal. Handal artinya apa? Barang yang kita produksi, barang yang kita
kirim ke pelaggan, spesifikasinya sesuai dengan quality yang diminta oleh pelanggan. Jadi, itu
adalah kemampuan kita menciptakan kualitas sesuai dengan harapan pelanggan. Itu yang
pertama. Yaitu, menunjukkan reliability.
Jadi, produk kita tidak terlalu jauh terdeviasi bahkan mungkin sama sekali tidak terdeviasi
dari apa yang diinginkan oleh pelanggan secara teknis, secara kualitas. Kemudian, reliability
juga mencerminkan kemampuan kita untuk mengirimkan barang secara on time. Jadi, kita
bisa memenuhi harapan waktu. Jika kita bilang akan mengirim dalam dua minggu, kita akan
lakukan dalam dua minggu.
Jika kita bilang dua hari, kita selesaikan dalam dua hari. Jadi, kita punya promised date dan
actual delivery date. Seberapa jauh deviasi antara actual delivery date dengan promised date
menunjukkan reliability kita dari sisi waktu. Supply chain sangat penting untuk menjaga
supaya janji waktu kita bisa dipenuhi oleh actual delivery kita.
Itu yang pertama, reliability. Yang kedua adalah responsiveness, artinya, kecepatan.
Responsiveness itu mengukur kecepatan. Customer responsiveness artinya kita mampu
memenuhi order dari pelanggan dengan lebih cepat.
Jika tahun lalu, pagi kita terima order, mungkin baru lusa kita bisa deliver barangnya, berarti
order cycle time kita dua hari. Bagaimana supaya tahun ini order cycle time turun menjadi
satu hari misalnya? Pagi kita terima ordernya, besok pagi kita sudah deliver barangnya. Ini
adalah order responsiveness.
Kecepatan kita di dalam memenuhi order dari pelanggan. Semakin cepat tentu saja semakin
baik. Jika competitor kita bisa dua hari, apa kita bisa dua hari atau kurang dari itu? Itu
menunjukkan responsiveness, dimensi yang kedua. Yang ketiga yang juga penting adalah
agility. Agility adalah ukuran kemampuan kita untuk bisa fleksibel dan adaptif. Kita tahu
bahwa supply chain itu tidak berada di ruang-ruang kosong.
Ruang yang tidak dipengaruhi oleh faktor luar karena pada intinya supply chain itu berada di
dunia nyata yang mana perubahan lingkungan akan selalu terjadi. Demand yang tiba-tiba
naik, misalnya. Demand juga tiba-tiba bisa turun. Jadi, permintaan bisa naik, bisa turun.
Sekarang, pertanyaannya, mampukah kita sebagai anggota-anggota supply chain ini bisa
menyesuaikan dengan perubahan yang ada di lapangan.
Jadi, ketika demand kita naik, kita bisa deliver lebih tinggi, produksi kita bisa meningkat. Jika
misalnya demand turun, apa kita bisa menyesuaikan diri namun dengan tetap sustainable
secara bisnis.

Halaman 6 dari 16

ITS101
Ini penting sekali. Ada beberapa perusahaan mungkin menaik-turunkan kapasitas sangat
sulit, tapi ada perusahaan yang menaik-turunkan kapasitas produksi relatif mudah. Ini adalah
ukuran seberapa agile kita, seberapa fleksibel kita dalam merespon perubahan yang terjadi di
lapangan. Itu yang ketiga. Yang keempat, supply chain management yang bagus juga dicirikan
oleh proses efisiensi.
Apa artinya? Proses kita dalam membeli material, proses kita dalam memproduksi barang,
proses kita dalam mengirim barang, sedapat mungkin cost-nya dibuat rendah. Bagaimana
kita menekan biaya ini? Proses kita supaya efisien. Ini penting sekali karena, tentu saja, apa
pun barang yang kita jual, walaupun mungkin cost tidak selalu menjadi pertimbangan utama,
tapi cost selalu penting.
Walaupun bukan kriteria pertama, tapi mungkin menjadi kriteria kedua bagi pelanggan untuk
membeli produk kita. Jadi, bagaimana kita menunjang daya saing harga ini di pasar melalui
proses yang efisien di sepanjang supply chain itu adalah kemampuan yang sangat penting
bagi supply chain. Dan, yang terakhir adalah asset productivity. Tadi saya sudah katakan
bahwa supply chain itu mengelola asset.
Ada pabrik, ada mesin produksi yang ada di dalam pabrik itu, ada bangunan, ada forklift yang
mungkin ada di dalam gudang yang merupakan asset, ada kapal, ada truk, dan berbagai alat
transportasi yang lainnya. Ini adalah asset. Bagaimana kita bisa menghasilkan revenue yang
lebih besar dengan asset yang relatif lebih kecil? Ini merupakan ukuran yang juga sangat
penting supaya asset kita produktif menghasilkan revenue.
Itu lima hal. Dari lima hal itu sebetulnya jika kita klasifikasikan, ada yang mencerminkan
kepentingan customer. Ada tiga macam, yaitu reliability, responsiveness dan agility yang
mencerminkan kepentingan pelanggan. Artinya, pelanggan ingin mereka bisa mendapatkan
barang sesuai dengan janji dari sisi waktu dan kualitas. Kemudian, mereka ingin kecepatan
yang lebih tinggi.
Mereka ingin kita bisa merespon perubahan. Itulah sifat pelanggan. Namun di sisi lain, kita tak
mau merespon semua itu dengan cost yang terlalu tinggi, utilisasi asset kita akhirnya rendah
dan lain sebagainya.
Sehingga dari sisi perusahaan yang mengelola supply chain ini, mereka ingin bisa
mengirimkan apa yang diinginkan oleh pelanggan, tetapi dengan proses yang efisien, artinya
dengan cost yang rendah, dan asset yang dimiliki menjadi produktif.
Jadi, dua hal itu yang saya kira cukup penting sehingga jika kita simpulkan, sebetulnya sangat
penting bagi perusahaan untuk memuaskan pelanggan, artinya untuk deliver value kepada
pelanggan dengan baik, tetapi di sisi lain kita tetap efisien, tetap bisa menjaga proses kita
tetap acceptable dari sisi asset productivity and process efficiency.
Satu lagi, saya ingin menunjukkan, ada satu studi yang juga cukup menarik, kaitannya dengan
daya saing dari perusahaan, jadi, ada studi yang dilakukan oleh kolega dari Amerika, yang
mencoba mengklasifikasikan perusahaan-perusahaan yang dianggap sebagai best in class
dengan perusahaan-perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan yang berada sedikit
di bawahnya. Comparable company.

Halaman 7 dari 16

ITS101
Jadi, perusahaan-perusahaan yang selama ini dipersepsikan oleh publik sebagai perusahaan
yang kinerjanya sedikit di bawah ini diklasifikasikan kemudian dilihat kinerja-kinerja
finansialnya.
Yang sangat menarik yang ingin saya highlight di sini adalah ada satu temuan dari sisi besaran
gross profit yang bisa dicapai oleh dua kategori perusahaan ini. Yang menarik ternyata, jika
kita lihat gross profit-nya, ternyata comparable company yang dianggap sedikit lebih di
bawah itu, gross profit-nya lebih tinggi dibandingkan dengan top class company.
Jadi, sekitar 45% untuk comparable company, sekitar 40% untuk top company. Namun yang
kita lihat juga sangat menarik itu, bahkan lebih penting dari yang sebelumnya, adalah net
margin karena sebetulnya yang penting adalah net margin.
Walaupun perusahaan-perusahaan comparable company ini bisa mencapai gross margin
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan top company, ternyata menyisakan net margin
yang lebih rendah. Yaitu, kira-kira 7% untuk comparable company dan 10% untuk top
company.
Apa artinya? Artinya, walaupun kita menghasilkan revenue yang besar, tetapi jika masih ada
cost yang tinggi untuk administrasi, untuk supply chain, yang terkait di dalamnya adalah
untuk cost of capital dari barang yang ada di inventory dan lain sebagainya, tentu akhirnya
hal ini akan menyebabkan kinerja finansial kita akan lebih rendah.
Jadi, sangat penting bagi perusahaan, sebagai kesimpulan dari yang kita lihat di sini adalah
memiliki proses-proses supply chain yang efisien supaya financial performance kita juga
bagus.
Video 6: Proses-proses Supply Chain Management
Siswa IndonesiaX, kita berjumpa kembali dalam kursus Supply Chain Management ini. Pada
saat ini, kita akan membahas tentang proses-proses yang ada di sepanjang supply chain. Ada
beberapa versi yang bisa kita lihat yang mendefinisikan proses-proses di sepanjang supply
chain ini.
Namun, saya akan menggunakan satu pendekatan yang dibuat oleh yang disebut sebagai
Supply Chain Council, mengikuti definisi apa yang mereka sebut sebagai SCOR, yaitu Supply
Chain Operation Reference. Di situ ada lima proses utama yang dikategorikan di dalam supply
chain.
Yang pertama adalah proses planning. Yaitu proses perencanaan. Jadi, supply chain ini
sebetulnya harus dibuat atau dieksekusi berdasarkan rencana karena kita lihat bahwa supply
chain ini kompleks, melibatkan material yang banyak, kemudian nanti produknya akan
didistribusikan ke banyak lokasi, ke banyak tempat, maka, harus ada perencanaan yang baik.
Jadi, ada perencanaan produksi, perencanaan pengiriman, perecanaan pembelian material
dan lain sebagainya. Planning adalah proses atau aktivitas yang sangat penting dalam supply
chain.
Yang kedua, ada proses yang disebut sebagai procurement atau sourcing. Yaitu, proses yang
terkait dengan bagaimana bahan baku itu diperoleh atau input yang digunakan di dalam
Halaman 8 dari 16

ITS101
perusahaan kita. Bagaimana cara memperolehnya dan dari mana diperolehnya dengan harga
berapa dan lain sebagainya.
Yang ketiga, tentu saja yang juga merupakan inti, adalah proses produksi. Bagaimana barang
itu dibuat? Mulai dari bahan baku, barangkali mungkin menjadi barang setengah jadi lebih
dulu, kemudian menjadi finish product.
Itulah proses produksi. Kemudian, berikutnya adalah proses distribusi yaitu bagaimana
barang itu dialirkan atau dikirim dari pabrik sampai ke pelanggan. Dan, yang terakhir, yang
juga menarik dan juga penting dalam supply chain adalah bagaimana return dari produk itu
ditangani.
Jadi, produk yang kembali dari end-customer atau produk yang kembali dari toko dengan
berbagai alasan itu juga harus kita kelola dengan baik. Ada juga yang mengklasifikasikan
bahwa proses-proses dalam supply chain itu menjadi dua, yaitu proses yang disebut sebagai
physical process, seperti proses produksi, proses pengiriman, proses penyimpanan dan lain
sebagainya. Yang satu lagi adalah proses yang disebut sebagai market mediation.
Bagi saya atau bagi Anda semua, barangkali hal pertama bukan sesuatu yang baru karena dari
tadi kita sudah bicara bahwa supply chain management itu terkait dengan bagaimana barang
itu mengalir dari hulu sampai ke hilir. Namun, yang juga sangat penting sebetulnya adalah
bagaimana memastikan bahwa apa yang kita produksi, apa yang kita simpan dan apa yang
kita kirim itu terkait dengan ramalan permintaan atau terkait dengan demand yang ada di
pelanggan.
Jadi, jika kita lihat di situ ada dua klasifikasi proses dan fokus dari tiap perusahaan ini tidak
sama. Ada perusahaan yang sangat fokus pada physical process, tetapi tidak banyak
melakukan market mediation process. Ambil saja contoh jika kita bicara soal semen atau
bicara soal air mineral atau garam.
Produk-produk ini sangat didominasi oleh proses fisik, tetapi hampir tidak ada atau sangat
sedikit aktivitas yang terkait dengan mediasi pasar. Anda tidak pernah lihat, misalnya, ada
iklan garam di televisi atau iklan garam di surat kabar, tetapi hampir setiap minggu, Anda akan
melihat ada iklan tentang ponsel baru, tentang produk-produk baru lainnya yang sangat
inovatif.
Jadi, ada pabrik atau ada produk yang sangat dominan mengerjakan proses-proses fisik,
tetapi relatif tidak mengerjakan market mediation. Namun, ada juga perusahaan atau produk
yang aktivitas mediasi pasarnya cukup besar atau cukup intens, terutama produk-produk
yang dikategorikan sebagai produk inovatif yang memiliki life cycle pendek yang memiliki
banyak sekali peluncuran produk baru dari waktu ke waktu.
Video 7: Kolaborasi Pada Supply Chain Management
Siswa IndonesiaX, kita berjumpa kembali dalam kursus Supply Chain Management ini. Tadi
kita sudah membahas beberapa hal pada video-video sebelumnya. Sekarang kita akan
mempelajari lebih jauh. Ada prinsip yang sangat penting dalam supply chain management,
yaitu kolaborasi.

Halaman 9 dari 16

ITS101
Kolaborasi yang artinya, kurang lebih, adalah kerja sama dalam Bahasa Indonesia. Ini
sebetulnya adalah fondasi yang sangat penting yang membedakan bagaimana perusahaan
zaman dulu mengelola supply chain-nya dengan pengelolaan supply chain di era modern ini.
Saya berikan ilustrasi yang pertama. Jika kita bicara pada proses-proses supply chain yang
terjadi di perusahaan yang sifatnya tradisional, maka, fungsi satu dengan fungsi yang lainnya
sangat kuat, berdiri sendiri-sendiri, dipisahkan tembok-tembok penghambat atau temboktembok penghalang yang sangat kuat. Artinya, kolaborasi antar fungsinya sangat rendah.
Jadi, banyak orang yang mengatakan itu sebagai Silo Model.
Kita seperti berada di dalam silo. Jika kita berada di dalam silo, berarti kita tidak tahu apa
yang terjadi di dunia luar. Kita akan sangat terisolasi. Informasi yang kita miliki tidak akan bisa
dibaca atau tidak akan bisa diketahui oleh orang lain. Bagian distribusi mengerjakan
pekerjaannya sendiri, dengan datanya sendiri, dengan tujuannya sendiri.
Bagian sales juga begitu. Mereka punya objective sendiri, punya KPI sendiri yang jika itu
tercapai belum tentu akan membuat bagian atau fungsi lain akan lebih baik. Bagian
production juga begitu. Bagian material control juga demikian. Dan, bagian purchasing juga
berdiri sendiri.
Yang dari dulu sampai sekarang sangat terkenal adalah bagaimana orang sales dan orang
operation memiliki conflict of interest yang berbeda-beda dan dalam tradisional supply chain,
conflict of interest yang berbeda-beda itu cukup terpelihara dan menyebabkan inefficiency di
dalam perusahaan.
Sales tugasnya adalah menjual barang. Artinya, semakin banyak barang yang dijual,
kinerjanya akan semakin baik. Volume atau nilai penjualannya akan menentukan apakah
orang sales akan dapat bonus atau tidak.
Kemudian, jika misalnya ada dinamika pasar, ada market yang berubah, naik atau turun, atau
ada customer order yang direvisi atau ada permintaan tambahan kiriman dan lain sebagainya,
orang sales sedapat mungkin akan memenuhi kebutuhan atau permintaan pelanggan itu.
Artinya, akan banyak terjadi perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh orang sales untuk
bisa memenuhi apa yang diminta oleh customer terhadap apa yang terjadi secara internal.
Orang operation, yang dalam hal ini paling banyak, barangkali, mewakili atau diwakili oleh
kepentingan orang produksi punya interest yang berbeda. Orang production atau orang
operation ingin agar proses produksinya atau operation process-nya efisien. Jika kita ingin
efisien, sedapat mungkin perubahan yang terjadi itu sedikit.
Jika misalnya sekarang ada customer order minta produk A sepuluh buah, kemudian besok
direvisi menjadi produk B 12 buah, tentu, orang sales mungkin akan berupaya untuk
mengatakan ya kepada pelanggan, tetapi orang produksi dengan perubahan itu mungkin
karena materi yang sudah disiapkan, sistem produksi atau fasilitas produksi sudah disiapkan
untuk memproduksi A, maka, ketika menjadi perubahan ke produk B, ada banyak cost yang
akan terjadi di situ.
Mesin harus di set-up ulang, mungkin material yang berbeda akan dibutuhkan sehingga di situ
akan terjadi apa yang disebut sebagai conflict of interest antara orang operation dan orang
sales.
Halaman 10 dari 16

ITS101
Oleh karena itu, maka karena conflict of interest ini sebetulnya costly, banyak menimbulkan
biaya, banyak menimbulkan inefficiency karena masing-masing punya ego sendiri-sendiri,
maka, sekarang ada konsep baru yang dikenal dengan Sales and Operation Planning atau
yang disebut sebagai S & OP.
Singkatannya adalah S & OP. Ada kata and agar tidak tertukar dengan SOP. Sales and
Operation Planning, seperti maknanya, atau seperti kata yang tertulis di situ sebetulnya
menjembatani kepentingan antara sales dan operation.
Bagaimana supaya conflict of interest yang tadi bisa dijembatani melalui kolaborasi yang
lebih baik di antara dua divisi ini? Supaya apa yang dijual oleh orang sales dan apa yang
diproduksi oleh orang production memang betul-betul ingin memaksimalkan benefit bagi
perusahaan, bukan untuk menciptakan benefit bagi fungsinya masing-masing.
Jadi, sales and operation planning ini adalah sebuah approach baru di mana bagian sales dan
bagian operation secara bersama-sama menentukan target-target, mungkin bertemu setiap
bulan.
Menentukan target dan bertemu kembali setiap bulan untuk mengevaluasi
perkembangannya. Itu contoh pertama kolaborasi yang terjadi sekarang di dalam dunia
supply chain.
Contoh yang kedua. Saya punya contoh kedua. Bagaimana kolaborasi ini terjadi dalam proses
merancang produk? Jika sebelumnya, sales and operation planning dilakukan secara internal,
yaitu antara fungsi dalam supply chain, jika dalam merancang produk, kolaborasi itu terjadi
secara internal maupun eksternal dengan melibatkan supplier.
Secara internal, kita sebut dengan istilah concurrent engineering, yaitu bagian produksi,
bagian desain dan bagian lainnya bekerja sama untuk menghasilkan desain baru.
Ambil contoh ketika kita melihat bagaimana sebuah mobil baru itu dikembangkan atau
didesain, maka, jika yang membuat hanya orang desain saja, orang yang mengerti aspek
desain, maka, mungkin banyak aspek-aspek lainnya yang akan tidak dimasukkan dalam
desain itu, misalnya, mungkin hasil desain itu akan sulit dikerjakan di lantai produksi.
Manufacturability-nya akan rendah.
Akan sulit bagi fasilitas produksi yang kita punya untuk mengerjakan desain itu. Mungkin ada
bentuk-bentuk yang terlalu rumit, mungkin ada material yang dibutuhkan yang terlalu mahal,
sehingga produk itu harganya akan mahal di pasaran.
Oleh karena itu, pada saat kita merancang produk, dibutuhkan masukan dari orang
manufacturing yang mengerti proses. Dibutuhkan juga masukan dari orang logistik yang
mengerti packaging, misalnya. Atau yang mengerti dimensi palet. Kemudian, dibutuhkan juga
masukan dari supplier.
Ini sudah proses eksternal, tidak lagi merupakan proses internal di perusahaan kita.
Dibutuhkan masukan dari supplier yang akan memproduksi komponen-komponen atau part
yang akan digunakan untuk memproduksi produk yang kita produksi. Misalnya, di industri
otomotif, yang dikerjakan oleh perusahaan mobil ini hanya merakit.
Halaman 11 dari 16

ITS101
Bisa jadi hanya 20% atau 30% dari value added yang ada dalam industri otomotif itu
dikerjakan di assembly plant. Jadi, di pabrik perakitan. Selebihnya, hampir semua proses itu
ada di supplier.
Akan sangat sulit atau akan sangat rumit dan bermasalah nantinya jika misalnya supplier
tidak terlibat sejak awal. Oleh karena itu, supplier tidak hanya memasok komponen, tetapi
juga dilibatkan sejak fase desain sehingga apa yang diproduksinya nanti memang sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh pabrik yang akan merakit komponen-komponen itu
menjadi produk.
Ini disebut sebagai early supplier involvement. Artinya apa? Supplier harus terlibat lebih awal,
tidak sekedar memasok sesuatu yang desainnya sudah jadi, tapi ikut sejak awal, yaitu sejak
fase desain. Inilah dua contoh yang saya kira cukup relevan ketika kita bicara kolaborasi
dalam supply chain.
Video 8: Tantangan Supply Chain Management Part 1
Selamat berjumpa kembali, siswa IndonesiaX. Membicarakan tentang supply chain
management sangat menarik, banyak sekali orang yang suka berdiskusi tentang supply chain
management, banyak sekali tulisan-tulisan yang enak dibaca. Dalam kenyataannya,
sebetulnya, jika kita melihat proses supply chain management di lapangan, bisa jadi, itu
merupakan proses yang sangat kompleks.
Proses yang melibatkan kegiatan-kegiatan yang seringkali menyebabkan stress. Bayangkan,
kita lihat kita harus menangani barang di gudang, kita harus mengirimkan produk itu dengan
cepat, kita harus mendapatkan material dengan cepat dari supplier dan supplier itu mungkin
tersebar di berbagai negara, melewati proses impor dan ekspor yang bisa jadi sangat
kompleks. Banyak pekerjaan-pekerjaan kasar yang terlibat di dalamnya.
Transportasi yang melibatkan, tentu saja, berbagai macam moda transportasi, seperti kapal,
pesawat, truk dan lain sebagainya yang sehari-harinya merupakan proses yang penuh dengan
tantangan. Jadi, supply chain management ini sebetulnya di atas terlihat sangat menarik,
sangat berpengaruh terhadap strategi performance perusahaan, tetapi di bawah adalah
proses-proses yang sangat rumit, banyak melibatkan pekerjaan-pekerjaan yang kasar,
berbagai macam tantangan ada di dalamnya.
Seiring dengan semakin kompleksnya supply chain, juga dengan tekanan kompetisi yang
semakin ketat di pasar, semakin ketat di lapangan, banyak perusahaan yang mencari cara
yang inovatif, cara yang lebih baik dalam mengelola aliran dari produk ini supaya bisa
dinikmati dengan lebih baik oleh pelanggan.
Salah satu yang dilakukan oleh berbagai macam perusahaan adalah model yang disebut
sebagai outsourcing. Outsourcing ini sebetulnya adalah bagaimana kita mengalihkan
sebagian proses yang tadinya dikerjakan di dalam, kemudian dilemparkan kepada pihak
ketiga atau diserahkan kepada pihak ketiga yang dianggap sebagai pihak yang lebih mampu
untuk mengerjakannya.

Halaman 12 dari 16

ITS101
Secara tradisional, sebetulnya perusahaan-perusahaan mengelola supply chain dengan
pendekatan yang disebut sebagai vertical integration. Integrasi vertical. Apa artinya? Hampir
semua proses dari hulu sampai ke hilir dikerjakan oleh perusahaan yang memiliki ikatan
kepemilikan yang sama.
Saya punya pabrik, saya punya pemasok material, saya punya distributor, saya juga punya
armada transportasi. Dari hulu sampai hilir, kita yang mengerjakan semuanya. Ini yang kita
sebut sebagai vertical integration.
Tentu ada plus dan minusnya jika kita bicara soal vertical integration. Tentu saja, jika bicara
soal hal positifnya, kita bisa melihat dari sisi control kita yang lebih baik. Karena kita
mengerjakan semua, manajer kita yang mengerjakan atau mengelola semua atau anak buah
kita yang mengerjakan semuanya, maka, kendali kita terhadap proses-proses tadi akan lebih
baik.
Begitu kita masuk ke model outsourcing, di mana kita melibatkan pihak ketiga, misalnya,
dalam menyimpan barang, dalam mendistribusikan, bahkan, dalam memproduksi, maka,
kontrol ini akan mulai sedikit demi sedikit melemah karena kita melepaskan kegiatan itu
kepada pihak ketiga, tetapi kemudian muncul tantangan baru.
Bagaimana dengan melibatkan pihak ketiga yang lebih banyak kita tetap bisa mensinkronkan
kegiatan-kegiatan di dalam supply chain ini? Jadi, perubahan dari vertical integration menuju
ke model outsourcing di satu sisi akan membawa kebaikan, karena mungkin kita akan bisa
memilih pemain-pemain yang terbaik yang ada di luar sana, misalnya dari pemilik gudang
yang mampu mengelola kegiatan pergudangan yang lebih baik dari yang kita kerjakan secara
internal, armada transportasi yang kita miliki mungkin tidak akan bisa mengerjakan sebaik
perusahaan logistik yang ada di luar sana.
Jadi, kita akan mendapatkan best talent, artinya mereka-mereka yang bisa mengerjakan
pekerjaan yang lebih baik dari kita. Itu hal positifnya.
Namun, seperti yang saya sampaikan tadi, kita akan sedikit kehilangan kontrol, oleh karena
itu, tantangan yang kita hadapi ketika pindah dari vertical integration menuju outsourcing
adalah bagaimana dengan melibatkan pihak ketiga, kita tetap bisa mensinkronkan kegiatankegiatan atau proses-proses dari hulu sampai hilir ini. Ini tantangan yang pertama.
Video 9: Tantangan Supply Chain Management Part 2
Kita lihat tantangan yang kedua. Tantangan yang kedua adalah karena kita melihat supply
chain semakin panjang. Melibatkan global movement dari barang. Barang yang mungkin
materialnya ada di satu negara, kemudian proses menjadi barang setengah jadi ada di negara
yang lain, kemudian menjadi finish product ada di negara lain lagi serta dipasarkan di negara
yang berbeda juga.
Saya pernah melihat satu contoh produk yang sederhana sebetulnya, yaitu sepatu. Saya
pernah melihat ada sepatu yang diproduksi di Indonesia hanya sebagian dari sepatu itu
sendiri.

Halaman 13 dari 16

ITS101
Bukan seluruh sepatunya dikerjakan atau diproduksi di Indonesia. Hanya bagian bawah dari
sepatunya. Kemudian barang dipindah ke negara lain untuk digabung dengan bagian yang
lain menjadi sepatu yang utuh, dari situ kemudian dipasarkan ke berbagai negara yang akan
membutuhkan atau yang akan membeli sepatu tadi.
Jadi, ini akan melibatkan global process atau movement dari material yang melibatkan
berbagai macam negara dan ini adalah satu tantangan sendiri karena bisa jadi dengan adanya
perpindahan produk lintas negara, kita akan terlibat dengan aturan perdagangan yang
berbeda.
Kita akan terlibat dengan time zone yang berbeda. Saya pernah bekerja di sebuah perusahaan
di mana kita membeli material dari Eropa, kemudian kita gunakan material itu di Indonesia.
Kita tahu bahwa beda waktu antara Indonesia dan Eropa antara sekitar tujuh sampai delapan
jam, sehingga kita misalnya pagi di sini bekerja, mereka masih tidur di sana.
Kemudian, jika kita ada masalah, kita menunggu sampai besok karena mereka belum bangun
saat kita menemukan masalah itu di sini. Ini adalah salah satu tantangan karena kita bekerja
lintas negara, kita membuat supply chain itu mengalir dengan jarak yang sangat jauh
melewati batas-batas negara yang berbeda zona waktunya dan perbedaan zona waktu itu
mungkin cukup jauh antara satu dengan yang lainnya.
Pertanyaannya, kenapa perusahaan-perusahaan sudah tahu bahwa ini hal yang kompleks
dan tidak mudah ditangani, tapi kenapa perusahaan-perusahaan masih melakukan ini?
Kenapa supply chain tends to be going global? Kenapa perusahaan-perusahaan menyebarkan
proses-proses ini di berbagai negara? Tentu ada alasannya. Salah satu alasannya adalah
untuk mencari yang disebut sebagai cost competitiveness.
Jadi, kita ingin supaya total cost dalam supply chain kita lebih rendah. Karena ternyata jika
kita lihat seperti misalnya biaya untuk memproduksi satu buah baju. Jika dilakukan di negara
maju seperti Amerika, cost-nya bisa sangat tinggi.
Sehingga banyak sekali perusahaan-perusahaan yang menjual garment di Amerika atau di
Eropa, mereka mengerjakan proses produksinya di negara-negara ketiga seperti Indonesia,
Vietnam, Bangladesh dan lain sebagainya. Perusahaan yang membeli garment dari
Bangladesh bisa mendapatkan harga per bajunya hanya sekitar, katakanlah, di bawah empat
dolar.
Namun, jika produksi itu dilakukan di Amerika, mungkin production cost-nya sendiri sudah di
atas sepuluh dolar atau di atas 12 dolar. Jadi, jika kita hitung-hitung, memproduksi, misalnya,
di Bangladesh, ditambah biaya kirim ke Amerika masih lebih murah dibandingkan jika baju itu
diproduksi di Amerika.
Ini yang menjadi salah satu alasan kenapa supply chain itu sekarang cenderung untuk bekerja
lintas negara, karena untuk menciptakan cost competitiveness. Jadi, ini dilakukan untuk
menciptakan cost competitiveness. Ini tentu saja adalah sebuah tantangan.
Bagaimana kita mengelola flow dari barang yang melintas negara, beda zona waktu,
kemudian barangkali negara-negara ini juga punya beda budaya agar bisa lancer mulai dari
ujung hulu sampai ke ujung hilir? Itulah tantangan yang kedua, yaitu karena supply chain itu
panjang dan melewati batas-batas negara.
Halaman 14 dari 16

ITS101
Yang ketiga, tantangan berikutnya yang akan kita lihat adalah karena variasi produk yang
semakin banyak. Ini juga tantangan yang tidak mudah.
Jika kita lihat sekarang, banyak sekali perusahaan-perusahaan yang awalnya hanya memiliki
lima atau enam jenis produk, sekarang karena tuntutan pelanggan, keinginan pelanggan yang
semakin bervariasi, mereka kemudian menciptakan produk menjadi 20, 30 jenis dan lain
sebagainya.
Begitu produk semakin bervariasi, semakin banyak, kita sebagai pelanggan mungkin suka.
Ada banyak pilihan pada saat kita berbelanja.
Kita pergi ke supermarket dan ada banyak pilihan sikat gigi yang tersedia, banyak pasta gigi
yang tersedia, sabun ada bermacam jenis, makanan ada bermacam-macam. Variasi itu
menyenangkan pelanggan. Namun, jangan lupa, variasi itu sebetulnya menciptakan
kompleksitas yang luar biasa dalam supply chain.
Ambil contoh misalnya kita bicara soal produksi. Antara pabrik yang memproduksi satu jenis
barang dengan pabrik yang memproduksi tiga jenis barang, kompleksitasnya jauh berbeda.
Karena ketika kita memproduksi tiga jenis barang, maka, yang terjadi adalah mungkin ketika
kita akan memproduksi produk yang kedua, lintasan untuk yang pertama dimatikan lebih
dulu. Ada proses set-up untuk mengganti dari satu produk ke produk yang lain.
Begitu proses set-up terjadi kita akan kehilangan waktu karena waktu set-up itu adalah waktu
yang tidak produktif. Kemudian, skala ekonomi kita akan turun.
Jika kita memproduksi satu barang sebanyak 1000 unit, dengan masing-masing barang 300,
300 dan 400 unit, jumlahnya sama-sama 1000 unit, tetapi cost per unit akan lebih rendah jika
memproduksi 1000 barang dalam satu jenis karena skala ekonominya lebih bagus.
Jadi, variasi dari produk menciptakan kompleksitas juga berpotensi menciptakan cost yang
lebih tinggi. Itu adalah tantangan yang ketiga. Variasi yang lebih banyak menciptakan
kompleksitas di dalam supply chain, di dalam kegiatan produksi, di dalam kegiatan
pengiriman, mereka yang mengelola gudang, inventaris dan sebagainya. Semua
pekerjaannya akan lebih kompleks jika variasi produknya meningkat. Itu juga tantangan.
Yang terakhir, saya akan mengajak Anda untuk melihat ketidakpastian. Karena di dunia ini
hampir tidak ada yang pasti jika bicara soal supply chain. Barang datang dari supplier tidak
bisa kita pastikan. Apakah akan datang hari ini pukul sepuluh atau besok atau mungkin lusa?
Kita tidak bisa pastikan.
Jadi, karena ini melewati proses yang sangat panjang, melewati berbagai hambatan yang
saya sampaikan tadi, maka, kedatangan material dari supplier itu tidak pasti. Waktunya tidak
pasti. Setelah barang itu datang, mungkin juga setelah kita cek, ada yang rusak.
Kualitasnya juga mungkin tidak pasti. Tidak 100% bisa kita gunakan. Kemudian jika kita bicara
soal membeli material dari supplier, harganya ada yang naik dan turun juga. Ada
ketidakpastian harga. Jadi, jika kita bicara soal hulu saja, sudah ada ketidakpastian waktu
kedatangan, ada ketidakpastian kualitas dari barang yang kita terima dari supplier, ada juga
ketidakpastian dari sisi, misalnya, kualitas tadi, kemudian dari sisi harga.
Halaman 15 dari 16

ITS101
Jadi, harga bisa naik turun jika kita bicara soal harga dari supplier. Itu di hulu. Di hilir ada lebih
banyak ketidakpastian. Jika kita bicara soal ketidakpastian pasar juga ada banyak
ketidakpastian yang terjadi. Permintaan barang naik dan turun. Demand bisa naik, bisa turun.
Itu adalah salah satu bentuk ketidakpastian yang sangat besar pengaruhnya terhadap supply
chain. Ketika permintaan kita turun, pertanyaannya, masih bisakah kita memproduksi secara
efisien jika volume produksi kita turun 20%? Di beberapa industri, ini sangat sulit.
Ambil contoh, misalnya di industri semen yang kapasitas produksinya sulit dinaikkan atau
diturunkan, maka, permintaan yang naik turun ini akan menimbulkan cost yang cukup besar
jika ini akhirnya berakibat pada pengurangan kapasitas. Jadi, ada demand uncertainty.
Ketidakpastian dari pasar. Ketidakpastian itu bisa dari sisi jumlahnya, bisa dari jenisnya jika
kita mengirim berbagai macam produk yang berbeda.
Bisa juga mungkin suatu saat barang itu dibutuhkan di wilayah A, tetapi tidak dibutuhkan di
wilayah B, jadi, ada mixed of region yang mungkin akan membutuhkan barang yang Anda
produksi, barang yang Anda jual dan demand itu tidak steady antara satu wilayah dengan
wilayah yang lainnya. Ambil contoh misalnya saat di satu wilayah itu panas, di wilayah yang
lain dingin, maka, kebutuhan pakaian akan berbeda mengikuti musim ini.
Jadi, ada ketidakpastian dari sisi demand di masing-masing wilayah. Ada spatial dimension,
yaitu dimensi region. Ada dimensi kuantitas. Ada dimensi waktu. Itu jika kita bicara soal sisi
hilir. Secara internal pun masih ada ketidakpastian. Pabrik mungkin tiba-tiba breakdown atau
rusak, misalnya.
Lalu tidak ada spare part. Itu adalah ketidakpastian. Tenaga kerja tiba-tiba menjadi tidak
produktif dan tiba-tiba berdemonstrasi karena tidak puas, misalnya. Inilah sesuatu yang tidak
pasti secara internal. Kemudian, mungkin di luar sana ada ketidakpastian politik, regulasi dan
lain sebagainya.
Jadi, sebenarnya jika kita mengelola supply chain, kita harus sangat mengerti berbagai
macam ketidakpastian yang bisa terjadi di sepanjang supply chain ini. Ada yang terjadi di hilir,
ada yang terjadi di tengah, ada yang di hulu, sehingga mengelola supply chain membutuhkan
cara-cara untuk mengatasi uncertainty dan salah satu yang biasanya dilakukan oleh
perusahaan adalah melalui apa yang disebut sebagai risk management.
Jadi, mereka memiliki manajemen pengelolaan risiko. Itulah kira-kira, saudara-saudara
peserta IndonesiaX, beberapa tantangan yang biasanya kita hadapi dalam mengelola supply
chain.

Halaman 16 dari 16

Anda mungkin juga menyukai