Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH ANTROPOLOGI GIZI DAN MAKANAN

Pola dan Kebiasaan Makan Masyarakat serta Faktor


yang Mempengaruhinya
Oleh :
Kelompok 5
Meli Nofriyanti 1711221007
Yohana 1711221010
Jihan Alfira 1711222006
Liya Putri Rahmaniya 1711222014
Natasya Ardina Pratiwi 1711222019
Sheisvi Noviaresika Putri 1711223002
Hana Fauziyyah 1711223007
Zakia Ulva 1711223011
Rasyid Avicena 1711229001

Dosen Mata Kuliah :


Hafifatul Auliya Rahmy, SKM, MKM.
dr. Ulya Uti Fasrini, M.Biomed.
Dr. Syahrial S.K.M., M.Biomed.
dr. Zulkarnain Agus,. M.P.H.,M.Sc., SpGK.

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2019

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat disusun dengan baik sampai selesai. Ucapan terimakasih kepada tim dosen
pembimbing mata kuliah Antropologi Gizi dan Makanan. Tidak lupa kami juga
mengucapkan terima kasih kepada orang tua atas bantuan baik materi maupun
semangat sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman, kami yakin masih banyak kekurangan dan kekhilafan dalam makalah
ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 18 September 2019

Kelompok 5

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 1

DAFTAR ISI........................................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................ 3

1.1. Latar Belakang..................................................................................................... 3

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4

1.3. Tujuan ................................................................................................................. 4

BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................................... 5

BAB 3 PENUTUP ............................................................................................................... 17

3.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 17

3.2. Saran ................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pola makan atau kebiasaan makan ialah cara seseorang atau kelompok
memilih dan mengonsumsi sebagai tanggapan terhadap fisiologi, psikologi, sosial,
dan budaya. Pola makan merupakan susunan beragam pangan dan hasil olahannya
yang biasa dimakan oleh seseorang yang dicerminkan dalam jumlah, jenis,
frekuensi, dan sumber bahan makanan (Harper, Deaton, Driskel, 1986).

Pola makan dinilai secara kualitatif mencakup apa yang dimakan dan
kuantitatif meliputi jenis, jumlah dan frekuensi yang dimakan. Pangan merupakan
kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi agar dapat mempertahankan hidup
dan melaksanakan kewajiban dalam kehidupan. Berbeda dengan kebutuhan hidup
lainnya, kebutuhan pangan hanya dibutuhkan secukupnya sebab kelebihan atau
kekurangan pangan akan menimbulkan masalah gizi dan penyakit (Suhardjo, 1989).

Ketersediaan bahan pangan di suatu daerah berpengaruh pada pola


konsumsi makan masyarakat setempat. Suatu daerah akan menggunakan hasil
alamnya untuk mencukupi semua kebutuhan masyarakatnya. Kebutuhan pangan
masyarakat antara satu daerah dengan daerah lain yang memiliki berbagai macam
perbedaan. Konsumsi bahan makanan yang dilakukan secara terus menerus
diikatakan sebagai kebiasaan makan yang akan membentuk suatu pola makan.
Kebiasaan makan masyarakat yang berbeda-beda pada dasarnya membentuk pola
makan yang sama. Adapun hidangan yang dikonsumsi sebagai makanan sehari-hari
masyarakat pada umumnya terbagi menjadi tiga macam hidangan yaitu makanan
utama, makanan selingan atau kudapan, dan minuman. Diantara ketiga jenis
hidangan tersebut, makanan utama merupakan hidangan yang menjadi pangan
utama masyarakat karena makanan utamamerupakan makanan yang dikonsumsi
sehari-hari.

3
1.2.Rumusan Masalah

1. Apa itu pola dan kebiasaan makan?


2. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi pola dan kebiasaan makan?
3. Bagaimana kaitan pola makan vegetarian terhadap kesehatan?

1.3.Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Dapat mengetahui apa itu pola dan kebiasaan makan.
2. Dapat mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pola dan kebiasaan
makan.
3. Dapat mengetahui kaitan pola makan vegetarian terhadap kesehatan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pola Makan Dan Kebiasaan Makan


1. Pola Makan
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah
dan jenis makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009). Pengertian pola makan menurut
Handajani adalah tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam
memenuhi makanan yang meliputi sikap, kepercayaan, dan pilihan
makanan, sedangkan menurut Suhardjo pola makan di artikan sebagai cara
seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan
mengkonsumsi makanan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya
dan sosial. Menurut seorang ahli mengatakan bahwa pola makan di
definisikan sebagai karasteristik dari kegiatan yang berulang kali makan
individu atau setiap orang makan dalam memenuhi kebutuhan makanan.
(Sulistyoningsih, 2011). Secara umum pola makan memiliki 3 (tiga)
komponen yang terdiri dari:
 Jenis makan.
Jenis makan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap
hari terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran,
dan buah yang dikonsumsi setiap hari.
 Frekuensi makan.
Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari
meliputi makan pagi, makan siang, makan malam dan makan
selingan (Depkes, 2013). sedangkan menurut Suhardjo (2009)
frekuensi makan merupakan berulang kali makan sehari dengan
jumlah tiga kali makan pagi, makan siang, dan makan malam.
 Jumlah makan.
 Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan dalam
setiap orang atau setiap individu dalam kelompok Willy (2011).

5
Pola makan yang salah akan menimbulkan dampak buruk
meskipun makanan itu merupakan makanan sehat. Tubuh minimal
membutuhkan zat gizi yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral. Setiap makanan mengandung zat gizi tertentu yang
berbeda kadarnya dengan makanan lain, sedangkan tubuh membutuhkan
serangkaian zat gizi dalam kadar tertentu. Kadar gizi pada makanan
harus seimbang atau sesuai dengan gizi yang dibutuhkan tubuh. Gizi
yang masuk dalam tubuh tidak boleh kurang atau berlebih.

2. Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan ialah seseorang atau suatu kebiasaan individu dalam
keluarga maupun di masyarakat yang mempunyai cara makan dalam bentuk
jenis makan, jumlah makan dan frekuensi makan meliputi: karbohidrat, lauk
hewani, lauk nabati, sayur, dan buah yang dikonsumsi setiap hari. Menurut
Sudirman (2010). kebiasaan sarapan pagi merupakan salah satu dasar dalam
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Bahwa kebiasaan sarapan pagi
suatu cara makan seseorang individu atau sekelompok masyarakat yang
baik karena sarapan pagi dapat menambah energi yang cukup dan
beraktifitas untuk meningkatkan produktifitas (Depkes RI, 2008).
Kebiasaan makan yaitu suatu pola kebiasaan komsumsi yang diperoleh
karena terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan adalah tindakan manusia,
dan perasaan apa yang dirasakan mengenai persepsi tentang hal itu. Arisman
(2004) menyatakan bahwa “ kebiasaan makan” adalah sebagai cara individu
dan kelompok memuluh, mengkomsusi, dan menggunakan makanan yang
tersedia yang didasarkan kepada faktor-faktor sosial dan budaya dimana
mereka hidup. Kebiasaan makan adalah berupa apa, oleh siapa, untuk siapa,
kapan dan bagaimana makanan siap diatas meja untuk disantap. Oleh karena
itu kebiasaan makan dapat dipelajari dan di ukur menurut prinsip-prinsip
ilmu gizi melalui pendidikan, latihan dan penyuluhan sejak mansia mulai
mengenal makan untuk kelangsungan hidupnya.

3. Batasan Kebiasan Dan Pola Konsumsi

6
Kebiasaan (habit) adalah pala untuk melakukan tanggapan terhadap
situasi tertentu yang dpelejari oleh seorang individu dan yang dilakukan
secara berulang untuk hal yang sama. Kebiasaan adalah pola perilaku yang
diperoleh dari pola peraktik yang terjadi Kebiasaan makan yaitu suatu pola
kebiasaan komsumsi yang diperoleh karena terjadi berulang-ulang.
Kebiasaan makan adalah tindakan manusia, dan perasaan apa yang
dirasakan mengenai persepsi tentang hal itu. Arisman (2004) menyatakan
bahwa “kebiasaan makan” adalah sebagai cara individu dan kelompok
memuluh, mengkomsusi, dan menggunakan makanan yang tersedia yang
didasarkan kepada factor social dan budaya dimana mereka hidup.
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah
dan jenis makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009).
Membiasakan pola makan yang baik tentu akan membuat tubuh
semakin sehat, tetapi supaya pola makan dan kebiasaan memiliki dampak
yang baik bagi tubuh diperlukan batasan – batasan seperti berikut :
1. Batasan konsumsi Gula
Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI, anjuran
konsumsi gula per hari menurut kelompok umur adalah:
 Umur 1-3 tahun: 2-5 sendok teh
 Umur 4-6 tahun: 2,5-6 sendok teh
 Umur 7-12 tahun: 4-8 sendok teh
 Lebih dari 13 tahun dan dewasa: 5-9 sendok teh
 Lansia: 4-8 sendok teh
2. Batasan Konsumsi Garam
Disarankan untuk membatasi konsumsi garam Anda
sebanyak 5 gram per hari (2000 mg natrium) atau setara dengan 1
sendok teh per hari untuk orang dewasa. Untuk usia yang lebih
muda atau anak-anak, kebutuhan garam per harinya lebih sedikit
dari orang dewasa.
3. Batasan Konsumsi Lemak

7
WHO merekomendasikan asupan lemak tidak lebih dari
30% dari asupan total energi per hari. Ini setara dengan 67 gram
lemak per hari, jika total kebutuhan energi Anda per hari 2000
kalori. Atau, setara dengan 5-6 sendok makan minyak per hari.
Sebenarnya, di Indonesia sendiri Kementerian Kesehatan telah
mengeluarkan rekomendasi batasan konsumsi gula, garam, dan lemak.
Batasan konsumsi ini dinamakan dengan G4G1L5 agar mudah diingat oleh
banyak orang. G4G1L5 merupakan batasan konsumsi gula sebanyak 4
sendok makan/hari, garam sebanyak 1 sendok teh/hari, dan lemak sebanyak
5 sendok makan/hari. G4G1L5 ini diperuntukkan untuk dewasa guna
mencegah risiko Penyakit Tidak Menular (PTM).
Bagaimana jika konsumsi gula, garam dan lemak berlebih ?
Asupan gula, garam, dan lemak yang berlebihan dapat menyebabkan
Anda mengalami kenaikan berat badan, yang dapat mengarah ke Penyakit
Tidak Menular (PTM), seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit
jantung, kanker.
Seperti yang telah Anda ketahui, asupan gula yang berlebihan dalam
waktu lama dapat menyebabkan seseorang mengalami kenaikan berat badan
atau kegemukan. Hal ini meningkatkan risikonya untuk mengalami
diabetes. Diabetes yang tidak terkontrol kemudian dapat menyebabkan
penyakit jantung dan penyakit ginjal.
Jika Anda kelebihan asupan garam, ini dapat meningkatkan risiko
Anda mengalami tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan juga stroke.
Begitu juga dengan kelebihan asupan lemak yang dapat menyebabkan
penumpukan lemak dalam tubuh, yang kemudian dapat menyebabkan
terbentuknya plak pada pembuluh darah. Sehingga, hal ini mengakibatkan
pembuluh darah menyempit, dan pada akhirnya dapat menyebabkan
penyakit jantung.

8
B. FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA DAN
KEBIASAAN MAKAN
Ada banyak faktor yang memengaruhi perilaku makan. Ini dapat
berkisar dari jenis makanan apa yang dikonsumsi hingga apa tujuan seseorang
dengan nutrisi tubuhnya. Jadwal kerja atau sekolah dapat memiliki dampak
besar pada perilaku makan, serta stres, pengaruh teman / keluarga dan suka
atau tidak suka makanan. Ada beberapa cara untuk meningkatkan perilaku
makan meskipun ada beberapa pengaruh ini. Memilih makanan seperti buah-
buahan, sayuran, biji-bijian, daging tanpa lemak dan lemak sehat seperti
kacang-kacangan atau alpukat, dan meminimalkan jumlah makanan olahan
dalam diet akan membantu tetap berada di jalur yang sehat dengan perilaku
makan.
1. Berikut ini adalah beberapa faktor kunci dan tindakan yang harus dihindari
jika Kita mencoba mengendalikan makan berlebihan.
 Stres Emosional.
Temukan cara selain makanan untuk mengatasi stres
emosional. Makanan harus menjadi kenyamanan ketika keluarga dan
teman-teman berkumpul untuk merayakan tidak berurusan dengan
beban stres emosional, keputusasaan dan harga diri yang rendah.
Ketika Kita sedih, stres atau hanya kesal pada dunia, berjalan-jalan,
berolahraga, menelepon teman, atau hanya bertanya pada diri sendiri
sebelum menggigit, "apakah makan ini akan menyelesaikan
masalah?" Mungkin tidak.
 Kemajuan yang buruk / tidak ada kemajuan dalam program
penurunan berat badan Kita.
Tidak ada yang buruk, atau beberapa hari yang tidak disiplin
dari latihan Kita untuk menggagalkan semua kerja keras dan
pengorbanan Kita dan mengirim Kita kembali ke Sisi Gelap Ben dan
Jerry. Jangan biarkan diri Kita jatuh ke dalam siklus "mulai lagi" ini
berulang kali. Tetapkan tujuan, buat rencana, dapatkan bantuan yang
Kita butuhkan dan teruskan sampai Kita mencapai tujuan Kita. Kita

9
harus menerima bahwa akan ada kemunduran sesekali. Biarkan
mereka pergi, dan terus bergerak maju!
 Makan berlebihan karena kontrol porsi yang buruk
Ukur semua yang Kita masukkan ke dalam mulut kita, sampai
kita memiliki gambaran umum tentang apa porsi yang tepat tidak
berhenti menggunakan skala makanan kecil Kita, gelas ukur Kita,
dan sendok ukur Kita.
 Makan berlebihan karena akses ke makanan yang tidak sehat.
Jika tidak ada di rumah Kita, Kita tidak bisa memakannya. Jadi
berhentilah membeli sampah, berhenti menimbun sampah dan
mudah-mudahan Kita akan berhenti memakan sampah. Kita
cenderung keluar ketika Kita memiliki keinginan yang buruk
daripada jika Kita hanya perlu pergi ke dapur untuk membeli kue.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan :
 Tingkat perkembangan teknologi dan komunikasi
Perkembangan teknologi dan komunikasi yang pesat
mempengaruhi jumlah dan jenis pangan, sehingga konsumen
dihadapkan beberapa alternatif pemilihan makanan yang tentunya
akan mempengaruhi perilaku makannya.
 Faktor sosial dan ekonomi
Fungsi makanan bukanlah sekedar kumpulan-kumpulan zat-
zat, tetapi makanan memiliki fungsi sosial. Perkembangan sosial
ekonomi menyebabkan terjadinya perubahan dan pergeseran pola
makan yang merefleksikan pola hidup dan gaya hidup.
 Penampilan makan
Sebelum pemilihan berdasarkan gizi, konsumen lebih tertarik
pada warna, rasa, tekstur, serta tidak lepas dari hedonisme atau
mendapatkan kenikmatan semata-mata. Perilaku makan sudah
lebih rumit lagi, tidak hanya mengutamakan kesegaran dan
kelezatan, tetapi juga cara penampilan, penyajian, dan keeksotisan
tanpa mempertimbangkan nilai gizinya.

10
 Pengaruh teman sebaya
Aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah membuat
individu sering dipengaruhi teman sebayanya.
 Tingkat ekonomi
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan makanan yang
akan dikonsumsi konsumen sesuai dengan kemampuan
ekonominya.
 Suasana dalam keluarga
Suasana dalam keluarga yang menyenangkan berpengaruh
pada pola kebiasaan makan. Hal ini mungkin dilandasi oleh ada
atau tidak adanya kebiasaan makan bersama. Oleh karena itu
kebiasaan makan bersama akhirnya luntur karena tiadanya waktu
saling berkumpul, apalagi makan bersama.
 Kemajuan industri makanan
Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia
memeengaruhi pola makan di kota. Khususnya bagi remaja tingkat
menengah keatas, restaurant fast food merupakan tempat yang
tepat untuk bersantai. Makanan yang ditawarkan pun relatif dengan
harga yang terjangkau kantong mereka, servisnya cepat, dan jenis
makanannya memenuhi selera.

C. Studi Kasus Vegetarian


Tubuh sehat adalah impian setiap orang. Namun, orang masih sering tidak
memperdulikan pola hidup sehat yang benar. Mereka seringkali menyepelekan
persoalan pola makan sehat, sehingga pola makan dan jenis makanan yang
dikonsumsi juga tidak teratur. Mulai dari variasi menu hidangan, teratur
komposisi nutrisi, maupun teratur manajemen waktu. Seiring berkembangnya
zaman, saat ini banyak perubahan yang dialami baik itu dalam hal komunikasi,
teknologi, transfortasi dan informasi maka setiap orang tidak mengalami
kesulitan dalam melakukan aktivitas masing-masing. Namun demikian
kemudahan tersebut kadang membuat manusia menjadi sibuk dan melupakan
pentingnya kesehatan.

11
Seseorang akan menyadari betapa pentingnya kesehatan setelah ia merasa
adanya gangguan atau keluhan yang terjadi dalam tubuhnya. Jika penyakit
tersebut semakin parah maka kita baru mengalami penyesalan karena tidak
sungguh-sungguh menjaga kesehatan. Jika kita sudah mengalami hal demikian,
segala aktivitas yang akan kita lakukan menjadi terganggu, bahkan kadang
menjadi berantakan. Oleh karena itu menjaga kesehatan lebih baik
dibandingkan mengobati penyakit. Sudah selayaknya kita senantiasa menjaga
nikmat yang diberikan Tuhan. Salah satu caranya yaitu dengan menjalankan
pola hidup sehat. Salah satu cara atau alternative untuk menjalani pola hidup
sehat adalah dengan cara vegetarian.
Diet vegetarian saat ini sedang menjadi trend di kota-kota besar guna
menjaga kesehatan tubuh. Secara umum, definisi vegetarian adalah orang yang
tidak mengonsumsi segala makanan yang bersumber dari daging hewan (Tony
Sarr, 2014: 42). Diet vegetarian merupakan pola makan yang menghindari
konsumsi daging, terutama daging merah. Kelompok vegetarian hanya focus
mengkonsumsi makanan yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan (nabati),
seperti sayur-sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, maupun
bahan nabati lainnya.
Menu vegetarian menjadi pola makan sehat yang direkomendasikan oleh
ADA (American Dietic Association) sebagai pola makan sehat yang
mencukupisemua unsur nutrisi kebutuhan manusia, serta dapat diterapkan
pada semua kondisi maupun tahap perkembangan individu, (Messina, dalam
Pratiwi 2009). Banyak penelitian yang membuktikan bahwa timbulnya
penyakit degenerative sangat berkaitan dengan pola konsumsi pangan hewani
yang tinggi kolesterol dan lemak jenuh. Diet vegetarian merupakan salah satu
alternatif yang mamp mencegah atau menyembuhkan penyakit-penyakit
degeneratif. Sebuah studi dari Inggris menemukan, diet vegetarian.
Menjadi seorang vegetarian tentunya sangatlah tidak mudah karena harus
menyeleksi setiap makanan yang dikonsumsi oleh tubuhnya. Di sisi lain,
seorang vegetarian hidup dalam lingkungan tidak sepenuhnya mendukung
perilaku vegetarian dan dia harus memiliki kemampuan yang adaptif terhadap
lingkungannya agar dapat bertahan dengan perilaku tersebut. Makanan

12
vegetarian yang sempurna adalah makanan bagi yang benar-benar sadar akan
kesehatan. Selain itu pada vegetarian hal yang paling penting diketahui adalah
bahwa setiap vegetarian ada baiknya mengetahui pola makanan yang tepat atau
baik untuk menu vegetarian yang sempurna demi memperoleh segala gizi yang
diperlukan tubuh.
Kata vegetarian mengacu pada pola makan tanpa daging hewani. Produk-
produk hewani lainnya seperti susu sapi, telur ayam dan madu dihindari oleh
sebagian orang vegetarian yang percaya bahwa pola makan seharusnya
berdasarkan atas makanan-makanan nabati. Berikut adalah klasifikasi
vegetarian
a) Vegan
Vegan kadang diartikan sebagai vegetarian murni, atau vegetarian
total. Vegan (istilah yang mengambil suku kata pertama dan terakhir
dari kata “vegetarian”) tidak memakan produk hewani apapun.
b) Vegetarian Lacto
Vegetarian Lacto adalah tipe vegetarian yang mengonsumsi bahan
pangan nabati dan berpantang makan daging ternak, daging unggas,
ikan, dan telur beserta produk olahannya namun masih mengonsumsi
susu.
c) Vegetarian Ovo
Vegetarian Ovo adalah tipe vegetarian yang berpantang makan
daging ternak, daging unggas, ikan dan susu beserta produk olahannya
namun masih mengonsumsi telur.
d) Vegetarian Lacto-Ovo
Vegetarian Lacto-Ovo adalah tipe vegetarian yang paling umum
ditemui. Tipe ini tidak mengonsumsi segala jenis daging, baik daging
ternak ataupun daging unggas dan juga ikan. Namun, mereka masih
mengonsumsi susu dan telur.
e) Pseudo-vegetarian
Karena kepercayaan yang salah bahwa vegetarian adalah orang
yang hanya menghindari “daging merah” maka banyak orang yang

13
menyebut dirinya sebagai vegetarian walaupun memakan daging ayam
dan ikan secara rutin.
f) Semi Vegetarian atau Flexitarian
Flexitarian adalah tipe vegetarian yang hanya mengonsumsi
daging sekali atau dua kali dalam seminggu atau pada saat-saat tertentu
saja.
g) Fruitarian
Fruitarian adalah tipe vegetarian yang hanya mengonsumsi buah-
buahan sebagai makanan sehari-hari.
Adapun beberapa studi kasus vegetarian yang telah diangkat adalah
sebagai berikut:

1. Ni Gusti Ayu Sanggrayani Astadi (2015)


Dengan penelitian yang berjudul “Tingkat Konsumsi Energi Protein
Dan Status Gizi Vegetarian Di Asram Sri Radha Gopisvara Madhava
Banyuning Singaraja Bali” hasil penelitian ini menjelaskan pengetahuan
mereka mengenai vegetarian baik dilihat dari hasil asupan kosumsi
energi dan protein pada komunitas vegetarian baik, meskipun mereka
tidak mengonsumsi protein hewani tidak menjadikan komunitas
vegetarian kekurangan protein. Jenis karbohidrat yang dikonsumsi oleh
responden dalam penelitian ini adalah hampir 100% responden
mengkonsumsi jenis karbohidrat yang berasal dari biji-bijian dan umbi
seperti nasi, ubi jalar, singkong dan jagung. Pada jenis karbohidrat yang
berasal dari biji-bijian yaitu nasi merupakan menu pokok. Jenis protein
yang dikonsumsi oleh responden pada penelitian ini adalah protein yang
berasal dari nabati dan susu sapi. Hampir 100% responden
mengkonsumsi protein jenis nabati sepeti protein yang berasal dari
kacang-kacangan.
2. Meyni F. Saragih (2009)
Dengan penelitian yang berjudul “Vegetarian Suatu Kajian
Kebiasaan Makan Pada Umat Budha Maitreya” dari penelitian ini
terdapat pengetahuan bahan makanan yang dimakan setiap harinya,
pengetahuan mengenai adanya larangan dari Budha Maitereya untuk

14
makan daging, menyebabkan penganut kepercayaan ini memilih pola
makan vegetarian dengan mengatur pola makan yang baik dan
menghindari konsumsi hewani. Menurut pengetahuan dan keyakinan
yang dianut menjauhakan konsumsi dari hewani, dapat mendekatkan diri
pada Tuhan, mengasihi hewan, dan untuk mendapatkan pikiran yang
jernih. Serta bertambahnya pengetahuan tentang penyakit dan asupan
makanan semakin terjaga. Pengetahuan bahan makan yang dimakan
setiap harinya sangatlah tinggi, dimana mereka mengatur pola makan
yang baik, serta keuntungan menjadi vegetarian memilik segudang
manfaat dalam kesehatan. Dalam memenuhi kebutuhan akan nutrisi
dalam tubuh seseorang harus mengetahui kandungan apa saja yang
terdapat dalam makanan yang dia makan. Begitu halnya umat Budha
Maitreya, mereka mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang
vegetarian. Pengetahuan tersebut diperoleh dari orang tua yang di
turunkan secara turun temurun juga mereka dapat dari buku-buku yang
sekarang ini banyak membahas tentang vegetarian. Umat Budha
Maitreya juga mendapatkan pengetahuan dari seminar-seminar yang
sering dilakukan di vihara tentang makanan vegetarian.
3. Suryani (2011)
Dengan penelitian yang berjudul “Perilaku Mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Terhadap Pola
Makan Vegetarian Tahun 2011”. Hasil dari penelitian ini menjelaskan
karakteristik mahasiswa FKM USU memiliki pengaruh yang lebih besar
terhadap pola makan vegetarian daripada sumber informasi. Kelompok
referensi teman sangat mempengaruhi mahasiswa FKM USU
dibandingkan dengan kelompok referensi lainnya seperti keluarga dan
tokoh idola (orang yang disenangi). Tindakan mahasiswa FKM USU
terhadap pola makan vegetarian masih berada pada tingkat persepsi, jadi
masih kurang pengetahuan mereka mengenai manfaat vegetarian. Hal itu
berarti mereka masih mengenal dan memilih pola makan vegetarian
tetapi belum mau menjalankannya.

15
Adapun kerangka berpikir penganut vegetarian dapat dilihat pada
bagan di atas.

16
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi mempertahankan kesehatan,
status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Sedangkan
kebiasaan makan dapat diartikan sebagai suatu kebiasaan individu dalam keluarga
maupun di masyarakat yang mempunyai cara makan dalam bentuk jenis makan,
jumlah makan dan frekuensi makan meliputi: karbohidrat, lauk hewani, lauk nabati,
sayur,dan buah yang dikonsumsi setiap hari. Ada banyak faktor yang memengaruhi
perilaku makan. Ini dapat berkisar dari jenis makanan apa yang dikonsumsi hingga
apa tujuan seseorang dengan nutrisi tubuhnya. Jadwal kerja atau sekolah dapat
memiliki dampak besar pada perilaku makan, serta stres, pengaruh teman / keluarga
dan suka atau tidak suka makanan.

Salah satu pola makan yang berkembang dikalangan masyarakat milenial


dalah vegetarian. Diet vegetarian merupakan pola makan yang menghindari
konsumsi daging, terutama daging merah. Kelompok vegetarian hanya focus
mengkonsumsi makanan yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan (nabati), seperti
sayur-sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, maupun bahan nabati
lainnya. Selain itu pada vegetarian hal yang paling penting diketahui adalah bahwa
setiap vegetarian ada baiknya mengetahui pola makanan yang tepat atau baik untuk
menu vegetarian yang sempurna demi memperoleh segala gizi yang diperlukan
tubuh.

3.2. Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak ditemui
kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik agar kami dapat
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

0
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, F, 1989. Antropologi Kesehatan. Jakarta.

Fatah, Nurul. 2017. “Hubungan Pola Makan Terhadap Pertumbuhan


Pertumbuhan Anak Usia Sekolah”. Diakses dari
http://repository.ump.ac.id/3856/3/Nurul%20Fatah%20BAB%20II.
pdf (15 September 2019)

Febriyanto, Bagus Nuswantoro. 2011. “Konsep Diri Pelaku Vegetarian


(Studi Kasus Pada Pelaku Vegetarian Di Wilayah Kota Semarang
Tahun 2011)”. Universitas Negeri Semarang. Jurusan Psikologi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Rahayu, Trisna. 2017. “Pengetahuan Tentang Vegetarian Dan Pola Makan
Pengunjung Di Restoran Loving Hut Jalan Demangan Baru No. 16
Yogyakarta”. Universitas Negeri Yogyakarta. Program Studi
Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta
Sanggraya, Ni Gusti Ayu. 2015. “Tingkat Konsumsi Energi Protein Dan
Status Gizi Vegetarian Di Asram Sri Sri Radha Gopisvara Madhava
Banyuning Singaraja Bali”. Universitas Negeri Yogyakarta.Program
Studi Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta.
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai