Anda di halaman 1dari 16

Kata Pengantar

Puji syukur kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-NYA

penulis dapat membuat makalah ini. Dengan ketetapan dan izin-NYA, makalah ini disusun

sehingga prakarsa pemikiran yang ada merupakan ciptaan Sang Khalik. Namun apabila

ada kesalahan, hal tersebut merupakan kesalahan penulis. Sholawat dan salam mari kita

panjatkan, semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini terinspirasi dari impelementasi Hukum Pidana yang memanfaatkan ilmu

kedokteran. Hukum Pidana sendiri dapat dibagi menjadi hukum pidana materil dan hukum

pidana formil. Hukum pidana materil memuat substansi hukum pidana itu sendiri, yakni

aturan-aturan yang memuat perbuatan apa saja yang dapat dihukum, jenis hukuman dan

syarat dalam menjatuhkan hukuman. Sedangkan hukum pidana formil, sering disebut

hukum acara pidana, yakni hukum yang menegakkan hukum pidana materil.

Eratnya hubungan hukum pidana materil dan hukum pidana formil diibaratkan

seperti sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Hal ini bermakna bahwa

keduanya saling membutuhkan dikarenakan apabila ada pelanggaran hukum pidana materil,

dalam rangka menegakkannya maka dipergunakanlah hukum pidana formil. Begitu juga

sebaliknya, apabila tidak ada pelanggaran hukum pidana materil, maka hukum pidana

formil tidak dijalankan.

Dewasa ini penerapan ilmu kedokteran forensik dikalangan masyarakat semakin

banyak digunakan. Perkembangan ilmu kedokteran forensik yang semakin maju,

menjadikan ilmu kedokteran forensik banyak dipergunakan bagi kepentingan peradilan dan
dalam perkembangannya ilmu kedokteran forensik juga digunakan dibidang non peradilan.

Dalam beberapa permasalahan ilmu kedokteran forensik sering digunakan untuk penentuan

kematian seseorang sebagai individu. Dalam hal ini selain untuk penentuan kematian dan

sebab kematian diperlukan beberapa pemeriksaan forensik, seperti pemeriksaan dalam,

pemeriksaan luar dan pemeriksaan penunjang, yang kemudian hasil interpretasi semua

pemeriksaan tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan mengenai penyebab kematian.

Definisi Kematian juga tercantum dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor

36 Tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 117 yang berbunyi : “Seseorang dikatakan mati

apabila fungsi sistem jantung, sirkulasi, dan sistem pernafasan terbukti telah berhenti secara

permanen, atau kematian batang otak telah dapat dibuktikan ”.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara Hukum yang dibunyikan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD

1945 menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum” yang artinya Indonesia

merupakan negara hukum Negara berdasarkan atas hukum ditandai dengan beberapa asas

diantaranya adalah bahwa semua perbuatan atau tindakan seseorang baik individu maupun

kelompok, rakyat maupun pemerintah harus didasarkan pada ketentuan hukum dan

peraturan perundang-undangan yang sudah ada sebelum perbuatan atau tindakan itu

dilakukan atau didasarkan pada peraturan yang berlaku.

Indonesia sebagai negara berdasarkan atas hukum harus didasarkan hukum yang

baik dan adil tanpa membeda-bedakan. Hukum yang baik adalah hukum yang demokratis,

yaitu didasarkan pada kehendak rakyat sesuai dengan kesadaran hukum rakyat. Sedangkan

yang dimaksud dengan hukum yang adil adalah hukum yang memenuhi maksud dan tujuan

hukum yaitu keadilan.

Hukum yang baik dan adil perlu untuk dijunjung tinggi karena bertujuan untuk

melegitimasi kepentingan tertentu, baik kepentingan penguasa, rakyat maupun kelompok.

Oleh karena itu suatu negara yang menyatakan bahwa negaranya merupakan negara hukum.

Negara hukum menurut UUD 1945 adalah negara yang berdasarkan pada kedaulatan
hukum. Negara itu sendiri merupakan subjek hukum, dalam arti rechstaat (Indonesia ialah

negara yang berdasar atas hukum).

Bicara soal hukum tak lepas kepada manusianya, pengertian manusia adalah

makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, setiap makhluk ciptaan Tuhan pasti akan

kembali kepada Tuhan. Kembali disini bisa dikatakan dalam artian sedih, senang atau

bahkan matipun kembali kepada Tuhan. Karena, Tuhan yang menciptakan dan Tuhan yang

mengambil nyawa makhluknya.

Manusia lah yang merealisasikan hukum itu sendiri, baik itu cara merealisasikan

secara positif ataupun negatif. Jika merealisasikan hukum secara positif itu artinya

Indonesia sebagai negara hukum juga terealisasikan. Tetapi jika merealisasikan hukum

secara negatif jadinya hukum di negara Indonesia tersebut bisa digunakan untuk hal apasaja

yang jadi permasalahannya.

Indonesia juga sering terjadi yang namanya pembunuhan, pembunuhan yaitu

hilangnya nyawa seseorang oleh orang lain dengan cara apapun dan disengaja. Hal ini yang

menjadikan saya untuk membahas kematian seseorang dimata hukum dan kedokteran.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kematian?

2. Apa pengertian kematian menurut para ahli?

3. Bagaimana cara, sebab dan mekanisme kematian?


1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa pengertian dari kematian.

2. Mengetahui apa pengertian menurut para ahli.

3. Mengetahui bagaimana cara, sebab dan mekanisme kematian.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Isi

A. Pengertian Kematian

Kematian adalah salah satu siklus kehidupan yang pasti dilalui oleh setiap manusia.

Kematian atau mati, merupakan berakhirnya proses kehidupan seluruh tubuh manusia.

Proses ini terdiri dari mati secara klinis (somatik) dan mati seluler. Mati somatik adalah

terhentinya fungsi ketiga sistem vital penunjang kehidupan (sistem serebro spinal,

kardiovaskilar, dan pernafasan) yang bersifat irreversible. Mati seluluer adalah hilangnya

secara total seluruh aktivitas metabolisme tingkat seluler terutama respirasi aerobik.

Perubahan postmortem terjadi disaat kematian seluler berjalan. Adapun macam-macam

kematian :

Kematian dibagi menjadi beberapa jenis, jenis-jenis kematian tentu akan

mempengaruhi rasa berduk cita atau duka cita pada seseorang. Terdapat 2 jenis kematian

antara lain kematian yang tiba-tiba dan kematian yang diantisipasi (Ann dan Lee,2001)

a. Kematian yang di antisipasi

Menurut Ann dan Lee (2001) dapat dipahami sebagai reaksi akan kesadaran terhadap

kehilangan di waktu yang akan datang. Beberapa orang percaya bahwa kematian yang telah

diketahui terlebih dahulu atau diantisipasi terlebih dahulu dapat memudahkan orang-orang

untuk mengatasi duka cita daipada kematian secara tiba-tiba.


Jika seseorang mengetahui bahwa saudara atau orang yang terdekat akan meninggal

dunia, maka secara tidak langsung memberi waktu untuk menyelesaikan urusan beberapa

urusan dengan orang tersebut. Sehingga orang yang akan ditinggalkan dapat menjadi lebih

mudah untuk mengatasi duka cita daripada orang yang ditinggalkan pada kematian tiba-tiba

(Niven, 2013).

b. Kematian Mendadak

Pada kematian mendadak dapat muncul dalam konteks tertentu misalnya, perang

mengakibatkan suatu keadaan tertentu yang melengkapi kematian, dan keadaan ini

mempengaruhi sikap seseorang dalam mengatasi rasa berduka cita.

Seseorang yang kehilangan karena kematian secara mendadak biasanya menginginkan

informasi secepatnya dan biasanya yang detail mengenai penyebab kematian, guna

membantu orang yang kehilangan untuk segera merasakan kehilangan. Selain itu kematian

yang mendadak bukan hanya tidak diduga-duga tetapi menyebabkan orang yang

ditinggalkan idak menyelesaikan urusan-urusan yang belum selesai dengan orang yang

meninggal (Niven,2013).

B. Kematian Menurut Para Ahli

Menurut Papalia (2008) kematian merupakan fakta biologis, akan tetapi juga

memiliki aspek sosial, kultural, historis, religius, legal, psikologi, perkembangan, medis,

dan etis. Aspek-aspek tersebut memiliki keterkaitan antar satu sama lain.

Keterkaitan antara kematian dan kehilangan juga memiliki keterkaitan walaupun

keduanya merupakan pengalaman universal, namun ada dua hal tersebut memiliki konteks
kultural dan religius inilah yang mempengaruhi aspek pskilogis dari perkembangan dari

kematian. Seperti bagaimana orang-orang yang sama usia menghadapikematian pada diri

sendiri dan kematian orang-orang beradaa di dekat orang tersebut (Papalia:2008).

Menurut Santrock (2002) mendefenisikan kematian dengan cukup spesifik yaitu

berakhirnya fungsi biologis tertentu, seperti pernafasan dan tekanan darah serta kakunya

tubuh, hal-hal tersebut dianggap cukup jelas sebagai tanda-tanda kematian.

Menurut Islam, kematian adalah sebagai sebuah transisi atau perpindahan ruh

untuk memasuki kehidupan baru yang lebih agung dan abadi. Islam secara tegas

mengajarkan bahwa tiada seorang pun yang bisa menemani dan menolong perjalanan arwah

kecuali akumulasi dari amal kebaikan kita sendiri selama di dunia (Hidayat,2006).

Pada dekade terakhir ini, banyak ahli yang mendefenisikan mengenai kematian,

menurut salah satu tokoh islam, Ath-Thaba’thabai (dalam El-Shafa,2010) kematian

dimaknai sebagai kematian jasad, maksudnya lebih ditekankan pada aspek keberadaan jasad

yang membujur kaku (diam) karena terlepas dari ruh.

Menurut Harun Nasution menjelaskan bahwa kematian adalah terpisahnya tubuh

halus atau yang disebut dengan astral body atau body lichaam dengan tubuh kasar. Menurut

Harun, antara tubuh halus dengan tubuh manusia (El-Shafa,2010).

Berdasarkan pengertian-pengertian dari para ahli seperti yang disebutkan di atas,

maka saya menegaskan bahwa kematian yaitu berakhirnya fungsi biologis tertentu, seperti

pernafasan dan tekanan darah serta kakunya tubuh dikarenakan terlepasnya ruh dan jasad

manusia.
C. Cara, Sebab, dan Mekanisme Kematian

Manner of death atau cara kematian, biasanya menjelaskan bagaimana kematian itu

terjadi. Secara umum cara kematian dapat dikategorikan menjadimati wajaratau natural

death dan mati tidak wajar atau unnatural death. Penjelasannya dapat diuraikan sebagai

berikut:

a) Mati Wajar atau Natural Death

Suatu kematian disebut wajar jika orang tersebut berada dalam perawatan seorang

dokter, diagnosis penyakitnya telah diketahui dan kematiannya diduga karena penyakitnya

tersebut. Pada kematian yang terjadi dalam perawatan di Rumah Sakit atau dalam perawatan

seorang dokter, umumnya dokter dapat memastikan bahwa kematian tersebut kematian

wajar. Pada kasus ini, dokter yang memeriksa pasien terakhir kali atau dokter yang merawat

dapat langsung memberikan surat keterangan kematian dan jenazahnya dapat langsung

diserahkan pada keluarganya.

b) Mati Tidak Wajar atau Unnatural Death

Setiap kematian yang terjadi akibat kekerasan atau keracunan termasuk kematian

yang tidak wajar. Cara kematian pada kematian tidak wajar adalah pembunuhan, bunuh diri

dan kecelakaan. Pada kasus kematian tidak wajar, hendaknya segera dilaporkan ke

penyidik, sesuai dengan Pasal 108 KUHAP. Adapun yang termasuk dalam kategori kasus

yang harus dilaporkan ke penyidik adalah kematian yang terjadi didalam tahanan atau

penjara, kematian terjadi bukan karena penyakit, kematian bukan karena hukuman mati dan
penemuan mayat, yang penyebab dan informasi mengenai kematiannya tidak ada atau tidak

jelas. Ada beberapa kesimpulan mengenai cara-cara kematian diantaranya adalah sebagai

berikut:

1) Pada pemeriksaan sepintas lalu dari luar saja pada korban tidak ditemukan tanda-

tanda kekerasan. Keadaan TKP nya rapi; dalam lemari ditemukan obat-obatan

dan rontgen foto yang menandakan korban sakit paru-paru. Cara kematian korban

diduga adalah wajar.

2) Bunuh diri.

a) Jika dokter kebetulan melihat sendiri peristiwanya, maka dokter dalam hal ini

bertindak sebagai saksi, bukan sebagai ahli. Dokter dapat berkesimpulan bahwa

jelas kejadian tersebit merupakan bunuh diri.

b) Jika dokter menemukan keadaan TKP rapi dan lukaluka pada tubuh korban

adalah luka-luka klasik bunuh diri, ia dapat berkesimpulan bahwa peristiwa

tersebut biasanya merupakan peristiwa bunuh diri.

3) Pembunuhan. Jika dokter menemukan keadaan TKP porak-poranda dan luka-luka

pada korban tidak sesuai dengan luka-luka klasik bunuh diri, ia dapat

berkesimpulan bahwa peristiwa tersebut merupakan pembunuhan.

4) Kecelakaan. Jika dokter menemukan keadaan TKP rapi dan diatas meja terdapat

alat setrika yang dibongkar, sedangkan dalam tangan korban terdapat kawat

listrik yang bocor yang berhubungan dengan arus listrik, ia dapat berkesimpulan

bahwa peristiwa tersebut menurut dugaan adalah suatu kecelakaan.


5) Cara kematian tidak jelas. Dari pemeriksaan TKP dan pemeriksaan luar pada

korban belum dapat diambil kesimpulan tentang cara kematian. Selanjutnya

adalah sebab kematian yakni setiap luka cedera atau penyakit yang

mengakibatkan rangkaian gangguan fisiologis tubuh yang berakhir dengan

kematian pada seseorang. Misalnya luka tembak pada kepala, luka tusuk pada

dada, intoksidasi sianida, tuberkulosis paru, adenokarsinoma pada paru-paru, dan

aterosklerosiskoronaria. Dari pemeriksaan luka dapat diambil kesimpulan benda

apa yang menyebabkan, misalnya:

 Karena persentuhan benda tumpul;

 Karena persentuhan benda tajam;

 Karena tembakan;

 Ledakan granat dan sebagainya.

Terdapat perbedaan penggunaan hubungan sebab kematian dengan mekanisme

kematian antara di klinik dan patologi forensik, dimana jika di klinik mekanisme mati

karena sebab mati (misalnya: syok hemorhagik karena luka tusuk abdomen). Sedangkan di

patologi forensik sebab mati berakibat pada mekanisme mati (misalnya: luka tusuk

abdomen yang merobek aorta mengakibatkan pendarahan hingga syok).

Penulisan seperti ini sesuai dengan teori sebab akibat yang sesuai dengan logika

kedokteran, yaitu keadaan yang memulai suatu rangkaian akibat dianggap sebagai sebab.

Ada 2 jenis sebab-akibat dalam hukum:


a. Penyebab Langsung atau Proximate Cause yakni sebuah peristiwa yang

menyebabkan suatu peristiwa, terutama cedera karena kelalaian atau tindakan

salah, dengan sengaja melakukan suatu tindakan. Misalnya: apabila tidak

menerobos lampu merah, maka tabrakan tidak akan terjadi.

b. But for Test. Pada penyebab ini sangat mudah untuk ditunjukkan dan bukan

merupakan suatu kelalaian. Misalnya: apabila tidak ada salju, maka kecelakaan

mobil tidak akan terjadi. Berikutnya tentang mekanisme kematian. Maksudnya di

sini adalah suatu keadaan gangguan fisiologis dan biokimiawi yang disebabkan

oleh sebab kematian, sehingga menyebabkan kematian seseorang. Misalnya:

pendarahan, septikimia, asfiksia, fibrilasi jantung atau aritmia jantung, dan lain-

lain. Secara umum, mekanisme kematian dapat digolongkan menjadi lima besar

yaitu: pendarahan, mati lemas, refleksi vagal, emboli, dan kerusakan organ vital.

Ada sebuah pemikiran bahwa suatu keterangan tentang mekanisme kematian dapat

diperoleh dari beberapa penyebab kematian dan sebaliknya. Jadi, jika seseorang meninggal

karena pendarahan masif, itu dapat dihasilkan dari luka tembak, luka tusuk, tumor ganas

dari paru yang masuk ke pembuluh darah, dan seterusnya. Kebalikannya adalah bahwa

penyebab kematian, sebagai contoh: luka tembak pada abdomen, dapat menghasilkan

banyak kemungkinan mekanisme kematian yang terjadi, contohnya: pendarahan atau

peritonitis.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Kematian adalah kematian yaitu berakhirnya fungsi biologis tertentu, seperti

pernafasan dan tekanan darah serta kakunya tubuh dikarenakan terlepasnya ruh

dan jasad manusia.

b. Kematian dibagi menjadi 2, yaitu : Kematian yang di antisipasi dan Kematian

yang tidak diantisipasi atau secara tiba-tiba.

c. Pengelompokan kematian ada 2, yaitu : Kematian wajar atau natural death dan

Kematian tidak wajar.

d. Cara-cara kematian ada 5, yaitu : Kematian wajar atau tidak adanya tanda-

tandakekerasan, Kematian karena bunuh diri, Kematian karena pembunuhan,

Kematian karena kecelakaan, Kematian yang tidak jelas.

Anda mungkin juga menyukai