Puji syukur kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-NYA
penulis dapat membuat makalah ini. Dengan ketetapan dan izin-NYA, makalah ini disusun
sehingga prakarsa pemikiran yang ada merupakan ciptaan Sang Khalik. Namun apabila
ada kesalahan, hal tersebut merupakan kesalahan penulis. Sholawat dan salam mari kita
Makalah ini terinspirasi dari impelementasi Hukum Pidana yang memanfaatkan ilmu
kedokteran. Hukum Pidana sendiri dapat dibagi menjadi hukum pidana materil dan hukum
pidana formil. Hukum pidana materil memuat substansi hukum pidana itu sendiri, yakni
aturan-aturan yang memuat perbuatan apa saja yang dapat dihukum, jenis hukuman dan
syarat dalam menjatuhkan hukuman. Sedangkan hukum pidana formil, sering disebut
hukum acara pidana, yakni hukum yang menegakkan hukum pidana materil.
Eratnya hubungan hukum pidana materil dan hukum pidana formil diibaratkan
seperti sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Hal ini bermakna bahwa
keduanya saling membutuhkan dikarenakan apabila ada pelanggaran hukum pidana materil,
dalam rangka menegakkannya maka dipergunakanlah hukum pidana formil. Begitu juga
sebaliknya, apabila tidak ada pelanggaran hukum pidana materil, maka hukum pidana
menjadikan ilmu kedokteran forensik banyak dipergunakan bagi kepentingan peradilan dan
dalam perkembangannya ilmu kedokteran forensik juga digunakan dibidang non peradilan.
Dalam beberapa permasalahan ilmu kedokteran forensik sering digunakan untuk penentuan
kematian seseorang sebagai individu. Dalam hal ini selain untuk penentuan kematian dan
pemeriksaan luar dan pemeriksaan penunjang, yang kemudian hasil interpretasi semua
36 Tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 117 yang berbunyi : “Seseorang dikatakan mati
apabila fungsi sistem jantung, sirkulasi, dan sistem pernafasan terbukti telah berhenti secara
PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara Hukum yang dibunyikan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD
1945 menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum” yang artinya Indonesia
merupakan negara hukum Negara berdasarkan atas hukum ditandai dengan beberapa asas
diantaranya adalah bahwa semua perbuatan atau tindakan seseorang baik individu maupun
kelompok, rakyat maupun pemerintah harus didasarkan pada ketentuan hukum dan
peraturan perundang-undangan yang sudah ada sebelum perbuatan atau tindakan itu
Indonesia sebagai negara berdasarkan atas hukum harus didasarkan hukum yang
baik dan adil tanpa membeda-bedakan. Hukum yang baik adalah hukum yang demokratis,
yaitu didasarkan pada kehendak rakyat sesuai dengan kesadaran hukum rakyat. Sedangkan
yang dimaksud dengan hukum yang adil adalah hukum yang memenuhi maksud dan tujuan
Hukum yang baik dan adil perlu untuk dijunjung tinggi karena bertujuan untuk
Oleh karena itu suatu negara yang menyatakan bahwa negaranya merupakan negara hukum.
Negara hukum menurut UUD 1945 adalah negara yang berdasarkan pada kedaulatan
hukum. Negara itu sendiri merupakan subjek hukum, dalam arti rechstaat (Indonesia ialah
Bicara soal hukum tak lepas kepada manusianya, pengertian manusia adalah
makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, setiap makhluk ciptaan Tuhan pasti akan
kembali kepada Tuhan. Kembali disini bisa dikatakan dalam artian sedih, senang atau
bahkan matipun kembali kepada Tuhan. Karena, Tuhan yang menciptakan dan Tuhan yang
Manusia lah yang merealisasikan hukum itu sendiri, baik itu cara merealisasikan
secara positif ataupun negatif. Jika merealisasikan hukum secara positif itu artinya
Indonesia sebagai negara hukum juga terealisasikan. Tetapi jika merealisasikan hukum
secara negatif jadinya hukum di negara Indonesia tersebut bisa digunakan untuk hal apasaja
hilangnya nyawa seseorang oleh orang lain dengan cara apapun dan disengaja. Hal ini yang
menjadikan saya untuk membahas kematian seseorang dimata hukum dan kedokteran.
PEMBAHASAN
2.1 Isi
A. Pengertian Kematian
Kematian adalah salah satu siklus kehidupan yang pasti dilalui oleh setiap manusia.
Kematian atau mati, merupakan berakhirnya proses kehidupan seluruh tubuh manusia.
Proses ini terdiri dari mati secara klinis (somatik) dan mati seluler. Mati somatik adalah
terhentinya fungsi ketiga sistem vital penunjang kehidupan (sistem serebro spinal,
kardiovaskilar, dan pernafasan) yang bersifat irreversible. Mati seluluer adalah hilangnya
secara total seluruh aktivitas metabolisme tingkat seluler terutama respirasi aerobik.
kematian :
mempengaruhi rasa berduk cita atau duka cita pada seseorang. Terdapat 2 jenis kematian
antara lain kematian yang tiba-tiba dan kematian yang diantisipasi (Ann dan Lee,2001)
Menurut Ann dan Lee (2001) dapat dipahami sebagai reaksi akan kesadaran terhadap
kehilangan di waktu yang akan datang. Beberapa orang percaya bahwa kematian yang telah
diketahui terlebih dahulu atau diantisipasi terlebih dahulu dapat memudahkan orang-orang
dunia, maka secara tidak langsung memberi waktu untuk menyelesaikan urusan beberapa
urusan dengan orang tersebut. Sehingga orang yang akan ditinggalkan dapat menjadi lebih
mudah untuk mengatasi duka cita daripada orang yang ditinggalkan pada kematian tiba-tiba
(Niven, 2013).
b. Kematian Mendadak
Pada kematian mendadak dapat muncul dalam konteks tertentu misalnya, perang
mengakibatkan suatu keadaan tertentu yang melengkapi kematian, dan keadaan ini
informasi secepatnya dan biasanya yang detail mengenai penyebab kematian, guna
membantu orang yang kehilangan untuk segera merasakan kehilangan. Selain itu kematian
yang mendadak bukan hanya tidak diduga-duga tetapi menyebabkan orang yang
ditinggalkan idak menyelesaikan urusan-urusan yang belum selesai dengan orang yang
meninggal (Niven,2013).
Menurut Papalia (2008) kematian merupakan fakta biologis, akan tetapi juga
memiliki aspek sosial, kultural, historis, religius, legal, psikologi, perkembangan, medis,
dan etis. Aspek-aspek tersebut memiliki keterkaitan antar satu sama lain.
keduanya merupakan pengalaman universal, namun ada dua hal tersebut memiliki konteks
kultural dan religius inilah yang mempengaruhi aspek pskilogis dari perkembangan dari
kematian. Seperti bagaimana orang-orang yang sama usia menghadapikematian pada diri
berakhirnya fungsi biologis tertentu, seperti pernafasan dan tekanan darah serta kakunya
Menurut Islam, kematian adalah sebagai sebuah transisi atau perpindahan ruh
untuk memasuki kehidupan baru yang lebih agung dan abadi. Islam secara tegas
mengajarkan bahwa tiada seorang pun yang bisa menemani dan menolong perjalanan arwah
kecuali akumulasi dari amal kebaikan kita sendiri selama di dunia (Hidayat,2006).
Pada dekade terakhir ini, banyak ahli yang mendefenisikan mengenai kematian,
dimaknai sebagai kematian jasad, maksudnya lebih ditekankan pada aspek keberadaan jasad
halus atau yang disebut dengan astral body atau body lichaam dengan tubuh kasar. Menurut
maka saya menegaskan bahwa kematian yaitu berakhirnya fungsi biologis tertentu, seperti
pernafasan dan tekanan darah serta kakunya tubuh dikarenakan terlepasnya ruh dan jasad
manusia.
C. Cara, Sebab, dan Mekanisme Kematian
Manner of death atau cara kematian, biasanya menjelaskan bagaimana kematian itu
terjadi. Secara umum cara kematian dapat dikategorikan menjadimati wajaratau natural
death dan mati tidak wajar atau unnatural death. Penjelasannya dapat diuraikan sebagai
berikut:
Suatu kematian disebut wajar jika orang tersebut berada dalam perawatan seorang
dokter, diagnosis penyakitnya telah diketahui dan kematiannya diduga karena penyakitnya
tersebut. Pada kematian yang terjadi dalam perawatan di Rumah Sakit atau dalam perawatan
seorang dokter, umumnya dokter dapat memastikan bahwa kematian tersebut kematian
wajar. Pada kasus ini, dokter yang memeriksa pasien terakhir kali atau dokter yang merawat
dapat langsung memberikan surat keterangan kematian dan jenazahnya dapat langsung
Setiap kematian yang terjadi akibat kekerasan atau keracunan termasuk kematian
yang tidak wajar. Cara kematian pada kematian tidak wajar adalah pembunuhan, bunuh diri
dan kecelakaan. Pada kasus kematian tidak wajar, hendaknya segera dilaporkan ke
penyidik, sesuai dengan Pasal 108 KUHAP. Adapun yang termasuk dalam kategori kasus
yang harus dilaporkan ke penyidik adalah kematian yang terjadi didalam tahanan atau
penjara, kematian terjadi bukan karena penyakit, kematian bukan karena hukuman mati dan
penemuan mayat, yang penyebab dan informasi mengenai kematiannya tidak ada atau tidak
jelas. Ada beberapa kesimpulan mengenai cara-cara kematian diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Pada pemeriksaan sepintas lalu dari luar saja pada korban tidak ditemukan tanda-
tanda kekerasan. Keadaan TKP nya rapi; dalam lemari ditemukan obat-obatan
dan rontgen foto yang menandakan korban sakit paru-paru. Cara kematian korban
2) Bunuh diri.
a) Jika dokter kebetulan melihat sendiri peristiwanya, maka dokter dalam hal ini
bertindak sebagai saksi, bukan sebagai ahli. Dokter dapat berkesimpulan bahwa
b) Jika dokter menemukan keadaan TKP rapi dan lukaluka pada tubuh korban
pada korban tidak sesuai dengan luka-luka klasik bunuh diri, ia dapat
4) Kecelakaan. Jika dokter menemukan keadaan TKP rapi dan diatas meja terdapat
alat setrika yang dibongkar, sedangkan dalam tangan korban terdapat kawat
listrik yang bocor yang berhubungan dengan arus listrik, ia dapat berkesimpulan
adalah sebab kematian yakni setiap luka cedera atau penyakit yang
kematian pada seseorang. Misalnya luka tembak pada kepala, luka tusuk pada
Karena tembakan;
kematian antara di klinik dan patologi forensik, dimana jika di klinik mekanisme mati
karena sebab mati (misalnya: syok hemorhagik karena luka tusuk abdomen). Sedangkan di
patologi forensik sebab mati berakibat pada mekanisme mati (misalnya: luka tusuk
Penulisan seperti ini sesuai dengan teori sebab akibat yang sesuai dengan logika
kedokteran, yaitu keadaan yang memulai suatu rangkaian akibat dianggap sebagai sebab.
b. But for Test. Pada penyebab ini sangat mudah untuk ditunjukkan dan bukan
merupakan suatu kelalaian. Misalnya: apabila tidak ada salju, maka kecelakaan
sini adalah suatu keadaan gangguan fisiologis dan biokimiawi yang disebabkan
pendarahan, septikimia, asfiksia, fibrilasi jantung atau aritmia jantung, dan lain-
lain. Secara umum, mekanisme kematian dapat digolongkan menjadi lima besar
yaitu: pendarahan, mati lemas, refleksi vagal, emboli, dan kerusakan organ vital.
Ada sebuah pemikiran bahwa suatu keterangan tentang mekanisme kematian dapat
diperoleh dari beberapa penyebab kematian dan sebaliknya. Jadi, jika seseorang meninggal
karena pendarahan masif, itu dapat dihasilkan dari luka tembak, luka tusuk, tumor ganas
dari paru yang masuk ke pembuluh darah, dan seterusnya. Kebalikannya adalah bahwa
penyebab kematian, sebagai contoh: luka tembak pada abdomen, dapat menghasilkan
peritonitis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
pernafasan dan tekanan darah serta kakunya tubuh dikarenakan terlepasnya ruh
c. Pengelompokan kematian ada 2, yaitu : Kematian wajar atau natural death dan
d. Cara-cara kematian ada 5, yaitu : Kematian wajar atau tidak adanya tanda-