Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN

“ISSUE ETIK, MASALAH ETIK DAN DILEMA ETIK”

Dosen Pengampu: Ns. I Ketut Labir, SST, S. Kep., M. Kes.

OLEH:

Kelompok 2

Nama Kelompok:

1. Gek Putu Fanny Wirayani (08)


2. Gusti Ayu Made Ria Saha Dewi (09)
3. Gusti Ayu Teristalyka Merata Putri (10)
4. I Gede Eka Suryantika (11)
5. I Gusti Ayu Agung Maestri Vitaradina (13)
6. Ni Kadek Sari Asih (24)
7. Ni Kadek Sinta Dewi (25)
8. Ni Made Ayu Widiari (33)

Tk. 1.2 D-III Keperawatan

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAB DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkatnya sehingga
kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Issue Etik, Masalah Etik
Dan Dilema Etik” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas pada dosen mata kuliah Etika Keperawatan yang telah memberikan
tugas sehingga dapat menambah wawasan serta pengetahuan dalam bidang studi yang
ditekuni. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
pembimbing dan pihak yang telah berkontribusi sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Ns. I Ketut Labir, SST, S. Kep., M. Kes selaku dosen pengampu mata kuliah
Etika Keperawatan
2. Serta teman-teman kami yang senantiasa memberikan doa serta dukungan
kepada kami.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun referensi bagi seluruh
pembaca.

Jembrana, 30 Agustus 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. iii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................................................................ 2
BAB II ....................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Etik .............................................................................................................................. 3
2.2 Issue Masalah Aborsi .................................................................................................................... 5
2.3 Issue Masalah Adopsi Anak ......................................................................................................... 10
2.4 Issue Masalah Kematian ............................................................................................................. 11
2.5 Masalah Etik ................................................................................................................................ 12
2.6 Bagian-Bagian Dari Masalah Etik ................................................................................................ 13
2.7 Dilema Etik .................................................................................................................................. 14
2.8 Dilema Etik Yang Sering Terjadi .................................................................................................. 14
2.9 Kerangka Pemecahan Dilema Etik .............................................................................................. 15
BAB III .................................................................................................................................................... 20
PENUTUP ............................................................................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 20
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat
dunia, juga mempengaruhi munculnya masalah/penyimpangan etik sebagai akibat
kemajuan teknologi/ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus
kesejahteraan ini tidak dapat dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan
keperawatan. Dalam hal ini bidang yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas
Mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap
kemungkinan terjadinya penyimpangan etik. Istilah etik yang kita gunakan sehari-hari
pada hakikatnya berkaitan dengan falsafah moral yaitu menganai apa yang dianggap baik
atau buruk di masyarakat dalam kurun waktu tertentu, sesuai dengan perubahan atau
perkembangan norma atau niali. Dikatakan kurun waktu tertentu karena etik dan moral
bisa berubah dengan lewatnya waktu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari etik?
2. Apa yang dimaksud dengan issue absorsi?
3. Apa yang dimaksud dengan issue masalah adopsi anak?
4. Apa yang dimaksud dengan issue masalah kematian?
5. Apa yang dimaksud dengan masalah etik?
6. Apa saja bagian-bagian dari masalah etik?
7. Apa yang dimaksud dengan dilema etik?
8. Bagaimana dilema etik yang sering terjadi?
9. Bagaimana kerangka pemecahan dilema etik?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang pengertian etik
2. Mengetahui tentang issue absorbi
3. Mengetahui tentang issue masalah adopsi anak
4. Mengetahui tentang issue masalah kematian
5. Mengetahui tentang masalah etik
6. Mengetahui bagian-bagian dari masalah etik
7. Mengetahui tentang dilema etik
8. Mengetahui tentang dilema etik yang sering terjadi

1
9. Mengetahui tentang kerang pemecahan dilema etik
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah:
1 Bagi Penulis
Membantu penulis mengetahui dan memahami secara lebih mendalam mengenai issue
etik, masalah etik dan dilema etik.
2 Bagi Pembaca
Bagi pembaca membantu pembaca dalam mengetahui tentang materi mengenai issue
etik, masalah etik dan dilema etik.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etik
Etik atau ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang artinya adat, kebiasaaan,
perilaku, atau karakter. Sedangkan menurut kamus webster, etik adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Dari pengertian di atas, etika
adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup
di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang
menentukan tingkah laku yang benar, yaitu : a) baik dan buruk, b) kewajiban dan
tanggung jawab (Ismani,2001). Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum. Pertama,
etik mengacu pada metode penyelidikan yang membantu orang memahami moralitas
perilaku manuia; yaitu, etik adalah studi moralitas. Ketika digunakan dalam acara ini,
etik adalah suatu aktifitas; etik adalah cara memandang atau menyelidiki isu tertentu
mengenai perilaku manusia. Kedua, etik mengacu pada praktek, keyakinan, dan standar
perilaku kelompok tertentu (misalnya : etik dokter, etik perawat). Etika berbagai profesi
digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia (yang
memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi. Moral, istilah ini berasal dari
bahasa latin yang berarti adat dan kebiasaan.
Pengertian moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan
“standar perilaku” dan nilai-nilai” yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi
anggota masyarakat di mana ia tinggal. Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal,
diketahui, diulang, serta menjadi suatu kebiasaan didalam masyarakat, baik berupa kata-
kata atau suatu bentuk perbuatan yang nyata. Adapun tipe etik antara lain:
▪ Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam
etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik
difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu
kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theology. Pada
lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas
treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada
manusia. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua
tindakan moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan
kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi
semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam
bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian
pelayanan kesehatan Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada
dilema yang menyangkut perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan
prinsip etik terhadap masalah-masalah Pelayanan Kesehatan.
▪ Clinical ethics/Etik klinik. Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang
lebih memperhatikan pada masalah etik selama pemberian pelayanan pada
klien. Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau penolakan, dan

3
bagaimana seseorang sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang
bermanfaat (sia-sia).
▪ Nursing ethics/Etik Perawatan. Bagian dari bioetik, yang merupakan studi
formal tentang isu etik dan dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta
dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.
Selain itu ada juga teori-teori etik yakni:
▪ Utilitarian. Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari
konsekwensi atau akibat tindakan Contoh : Mempertahankan kehamilan yang
beresiko tinggi dapat menyebabkan hal yang tidak menyenangkan, nyeri atau
penderitaan pada semua hal yang terlibat, tetapi pada dasarnya hal tersebut
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya.
▪ Deontologi. Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-
prinsip tersebut antara lain autonomy, informed consent, alokasi sumber-
sumber, dan euthanasia.
Dan adapun prinsip-prinsip issue etik dalam keperawatan:
1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip
otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak
klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
2. Berbuat Baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip
ini dengan otonomi.
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4. Tidak Merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien.
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity

4
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan
yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian,
terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran
seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau
adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu
memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh
tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan
saling percaya.
6. Menepati Janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang
untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan,
menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan
bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan
penderitaan.
7. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada
seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh
klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga
kesehatan lain harus dihindari.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
2.2 Issue Masalah Aborsi
isu adalah suatu hal yang terjadi baik di dalam maupun di luar organisasi yang
apabila tidak ditangani secara baik akan memberikan efek negatif terhadap organisasi
dan berlanjut pada tahap krisis.isu juga dapat diartikan sebagai masalah yang harus dikaji
kebenarannya dan mesti harus dipecahkan penyelesaiannya . Adapun salah satu isu
kesehatan yang menyebar di masyarakat yaitu tindakan absorsi. Secara medis, aborsi
adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan mencapai usia 20
minggu atau berat bayi kurang dari 500 gr, yaitu sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan secara mandiri. Aborsi berarti terhentinya kehamilan yang terjadi di antara
saat tertanamnya sel telur yang sudah (blastosit) di rahim sampai kehamilan 28 minggu.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas, di mana masa gestasi belum
mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr. Aborsi (abortion) berasal dari kata

5
bahasa Latin abortio ialah pengeluaran hasil konsepsi dari uterus secara prematur pada
umur di mana janin itu belum bisa hidup di luar kandungan pada umur 24
minggu.Sedangkan dalam pengertian moral dan hukum, aborsi berarti pengeluaran janin
sejak adanya konsepsi sampai dengan kelahirannya yang mengakibatkan kematian. Dan
adapun pengertian absorsi menurut para ahli:
➢ Menurut Eastman
Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan di mana fetus belum
sanggup berdiri sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus
itu beratnya 400-1000 gr atau kehamilan kurang dari 28 minggu.
➢ Menurut Holmer
Aborsi adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16 di mana
plasentasi belum selesai.
Adapun jenis-jenis absorsi yakni:
➢ Abortus Spontan
Abortus spontan adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan
sebelum janin dapat bertahan. Abortus Spontan, adalah aborsi yang terjadi
dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medicinalis semata-
mata disebabkan oleh faktor alamiah.
➢ Abortus Provokatus
Aborsi provokatus adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat-
obatan maupun alat-alat. Abortus provokatus merupakan istilah lain yang
secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Abortus
provokatus merupakan suatu proses pengakihran hidup dari janin sebelum
diberi kesempatan untuk bertumbuh.
➢ Aborsi Eugenetik
Aborsi eugenetik adalah penghentian kehamilan untuk menghindari kelahiran
bayi cacat atau bayi yang mempunyai penyakit genetis. Eugenisme adalah
ideologi yang diterapkan untuk mendapatkan keturunan hanya unggul atau
baik saja.
Selain itu juga ada beberapa cara tindakan aborsi yang dipraktekkan:
➢ Absorsi Langsung
Aborsi langsung adalah tindakan (intervensi medis) yang tujuannya secara
langsung ingin membunuh janin yang ada di dalam rahim sang ibu.
➢ Absorsi Tak Langsung
Aborsi tak langsung adalah suatu tindakan (intervensi medis) yang
mengakibatkan aborsi, meskipun aborsi sendiri tidak dimaksudkan dan
bukan menjadi tujuan dalam tindakan itu. Misalnya : seorang ibu yang hamil
dan ketahuan mempunyai penyakit kanker rahim ganas dalam kondisi
menghawatirkan. Oleh karena janin ada dalam rahim yang diangkat, maka
janin tersebut ikut terangkat dan ikut mati.
Adapun pelaku aborsi di Masyarakat yaitu:
➢ Menurut Prof. Dr. Sudradji Sumapraja, seorang ahli kebidanan dan
kandungan rahim dari kumpulan obstetri dan ginekologi Indonesia, sebagian
besar pelakunya adalah ibu rumah tangga yang sudah menikah (99,7 %).

6
➢ Biran Affandi, ketua umum perkumpulan Obstetri dan Ginekologi (POGI)
mengatakan bahwa 89% pelaku aborsi adalah ibu-ibu yang sudah menikah,
11% yang belum menikah, 45% yang akan menikah dan 55% yang belum
berencana untuk menikah.
➢ Menurut Prof. Dr. Azrul Azwar, MPH, Depkes dan Kessos pelaku aborsi di
kalangan remaja yang belum menikah hanya 15% - 20%, sebagian besar
adalah ibu yang sudah menikah.
➢ Mengenai umur wanita yang melakukan aborsi, menurut deputi II bidang
kesetaraan gender, Yusuf Supiandi: 51% berusia 20-29 tahun, berusia 30-46
tahun dan 15% berusia di bawah 20 tahun
➢ Menurut Prof. Dr. Budi Utomo, guru besar Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, pelaku aborsi di kota lebih tinggi dari pada di Desa.
Alasan terjadinya Aborsi di Masyarakat yaitu:
➢ Alasan Medis
Tidak bisa disangkal bahwa menggugurkan kandungan adalah suatu cara
membunuh kehidupan manusiawi. Secara medis, aborsi dapat dilakukan
apabila ada indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/janin, yang menderita
penyakit genetik berat dan/cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan.
➢ Alasan Non Medis
Aborsi selain dilakukan oleh wanita yang berstatus menikah, juga yang
single, yang belum menikah dengan berbagai alasan. Anehnya lebih banyak
wanita hamil melakukan aborsi dengan alasan non medis dibandingkan
dengan medis, sepert:
1. Demi karier
2. Tidak cukup waktu untuk merawat
3. Pria yang menghamilinya tidak bertanggung jawab
4. Malu, takut dikucilkan
5. Kehamilan yang terjadi belum dikehendaki, artinya bahwa yang
bersangkutan, belum siap untuk menjadi ibu
6. Umur anak dan jarak kehamilan terlalu dekat
7. Kehamilan yang tidak disetujui oleh keluarga
Alasan non medis tersebut hanya menunjukkan ketidakpedulian seorang
wanita akan janinnya. Ada pun wanita yang belum menikah menjadi hamil, memang
sering menghadapi masalah-masalah yang tidak mudah baginya. Kadang-kadang ia
merasa masih terlalu muda dan bingung untuk menjadi seorang ibu. Ia merasa
pendidikannya terganggu oleh anak yang akan dilahirkan, tempat kerja terancam dan
teman laki-laki akan meninggalkan dia kalau ia tidak menyetujui menggugurkan anak
mereka sebelum kehamilan diketahui. Selain itu ada juga yang merasa kwatir tidak
mampu membesarkan anak karena alasan kesehatan, karena keadaan ekonomi rumah
tangga yang serba kurang, juga anak-anak yang sudah memerlukan perhatian.
Kadang-kadang para suami memaksa istri untuk menggugurkan anak mereka karena
sifat egois atau tidak mau repot, ingin menikmati uang untuk membeli barang dan

7
tidak mau diganggu, ingin masih bebas. Adapun resiko melakukan aborsi, efek aborsi
di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Efek jangka panjang
▪ Rasa sakit yang inters
▪ Terjadi kebocoran uterus
▪ Pendaharan yang banyak
▪ Infeksi
▪ Bagian bayi yang tertinggal di dalam
▪ Shock/Koma
▪ Merusak organ tubuh lain
▪ Kematian
2. Efek Jangka Panjang
▪ Tidak dapat hamil kembali
▪ Keguguran kandungan
▪ Kehamilan
▪ Kelahiran premature
▪ Gejala peradangan di bagian pelvis
▪ Hysteresctom

Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan


maupun keselamatan hidup seorang wanita. Resiko kesehatan terhadap wanita yang
melakukan aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan gangguan
psikologis. Adapun undang-undang Hukum pidana (KUHP)yang mengatur mengenai
tindakan aborsi. KUHP menegaskan bahwa segala macam aborsi dilarang dengan
tidak ada kecualiannya. Pasal-pasal yang berhubungan langsung dengan aborsi
adalah:
➢ Pasal 229 KUHP:
▪ Barang siapa dengan sengaja mengobati seseorang wanita atau
menyuruh seorang wanita supaya diobati dengan memberitahu
atau menerbitkan pengharapan bahwa oleh karena itu pengobatan
itu dapat gugur kandungannya, di pidana penjara selama-lamanya
empat tahun atau denda sebanyak- banyaknya empat puluh lima
ribu rupiah.
▪ Kalau yang bersalah berbuat karena mencari keuntungan atau
melakukan kejahatan itu sebagai mata pencarian atau kebiasaan
atau kalau ia seorang dokter, bidan atau juru obat pidana dapat
ditambah sepertiga.
▪ Kalau yang bersalah melakukan kejahatan itu di dalam
pekerjaannya, maka dicabut haknya melakukan pekerjaan itu
➢ Pasal 346 KUHP:
“seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun”.
➢ Pasal 347 KUHP

8
▪ Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
▪ Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
diancam dengan pidana penjara palng lama lima belas tahun.

Adapun praktek dan legalisir aborsi di Dunia, yakni:


Sebagian besar aborsi di Indonesia dilakukan secara tidak aman karena memang
tidak ada pelayanan aborsi yang legal. Namun ada beberapa negara yang melegalkan
praktek pengguguran kandungan dengan alasan apapun, sebaliknya ada pula yang
melarang aborsi sama sekali. Di seluruh dunia, ada 5 tipe negara tentang hukum
aborsi, yaitu:
1. Negara yang sama sekali melegalkan aborsi untuk alasan apapun,
2. Ngara yang tidak melegalkan aborsi atau hanya legal untuk alasan medis
tertentu yang membahayakan ibu, contohnya adalah Indonesia.
3. Negara yang melegalkan aborsi untuk kasus tertentu, seperti perkosaan, inses
(hubungan seks dengan saudara sendiri) atau janin yang cacat.
4. Negara yang melegalkan aborsi untuk alasan sosial, seperti ibu tidak sanggup
membiayai anaknya atau melindungi ibu dari gangguan kesehatan mental
5. Negara yang melegalkan aborsi dengan usia kandungan berapa pun dan
dengan alasan apapun.

Berikut Negara-Negara yang sangat melegalkan aborsi dengan alasan apapun dan
usia kandungan berapa pun:Albania, Australia, Bahrain, Belarusia, Belgia, Bosnia,
Kamboja, Kanada, China, Kroasia, Kuba, Denmark, Estonia, Jerman, Yunani,
Hungaria, Korea Utara, Latvia,Lithuania, Macedonia, Belanda, Norwegia, Slovenia,
Swedia, Amerika Serikat, Vietnam, Yugoslavia. Sedangkan Negara yang sama sekali
tidak melegalkan aborsi untuk alasan apapun adalah:Chili, El Salvador, Malta,
Vatican, Indonesia

Selain itu juga, ada cara untuk mencegah dan penanggulangan tindakan aborsi di
masyarakat adalah untuk menurunkan perkembangan aborsi pada kaula muda maka
perlu adanya tanggung jawab dari berbagai pihak. Secara implisit, semua elemen
masyarakat harus ikut bekerja sama untuk mencapai hal tersebut. Jika ada salah satu
saja elemen dalam masyarakat yang tidak bekerja sama, dapat dipastikan bahwa
usaha-usaha yang dilakukan tidak akan efektif. Secara eksplisit, setidaknya ada
beberapa pihak yang sangat penting untuk menurunkan perkembangan aborsi pada
pemudi, antara lain:

➢ Orang tua seharusnya dapat memberikan pengawasan, penjagaan, dan


pendidikan yang tepat dengan seks pada anak-anak yang beranjak dewasa.
➢ Pemerintah Pemelntah seharusna menggunakan otoritasnya untuk
mengekang peredaran tayangan-taangan porno di internet. Pemerintah
dapat memblokir situs-situs "berbahaya" dan membuat peraturan-

9
peraturan dengan hukuman yang tegas bagi para pelaku yang
mengedarkan tayangan-taangan porno secara ilegal.
➢ Lembaga pendidikan pendidikan seksual sampai saat ini masih menjadi
sesuatu yang sangat kontroversional. Namun tersedianya informasi dan
pendidikan kesehatan reproduksi untuk para kaula muda dapat membantu
memberikan pengertian pada mereka tentang risiko hubungan seksual
yang tidak aman, serta tersedianya pengetahuan tentang cara-cara untuk
mencegah terjadinya kehamilan yang tidak dinginkan

2.3 Issue Masalah Adopsi Anak


Adopsi anak merupakan mengambil anak orang lain untuk diasuh dan dididik dengan
penuh perhatian, kasih sayang, dan diperlakukan oleh orang tua angkatnya seperti
anaknya sendiri tanpa memberi status anak kandung kepadanya. Istilah adopsi menurut
budaya di masyarakat kita identik dengan pemberian status sebagai anak kandung atau
tidak, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa dalam adopsi anak secara budaya, ada
pihak-pihak yang mengambil anak yang bukan diberi status sebagai anak kandung secara
sah menurut hukum yang ada, namun mereka mengambil anak hanya untuk dipelihara
dan ditanggung kesejahteraan hidupnya. Sedangkan status anak kandung tetap murni
menjadi milik orang tua kandung yang bersangkutan, namun ada pula yang memberikan
status anak kandung terhadap anak yang diadopsinya. Adapun prosedur yang harus
dijalani dalam pengangkatan anak antara lain:

1. Permohonan pengangkatan anak diajukan kepada instansi sosial


kabupaten/kota dengan melampirkan:
➢ Surat penyerahan anak dari orang tua/walinya kepada instansi sosial
➢ Surat penyerahan anak dari instansi sosial propinsi/kabupaten/kota
kepada organisasi sosia
➢ Surat penyerahan anak dari organisasi sosial kepada calon orangtua
angkat
➢ Surat keterangan persetujuan pengangkatan anak dari keluarga suami-
istri calon orangtua angkat
➢ Fotokopi surat tanda lahir calon orangtua angkat
➢ Fotokopi surat nikah calon orangtua angkat
➢ Surat keterangan sehat jasmansi berdasarkan keterangan dari dokter
➢ Pemeritah
➢ Surat keterangan sehat secara mental berdasarkan keterangan dokter
pskiater
➢ Surat keterangan penghasilan dari tempat calon orang
2. Permohonan izin pengangkatan anak diajukan pemohon kepada Dinas
Sosial/Instansi sosial propinsi/kabupaten/kota dengan ketentuan sebagai
berikut:
➢ Ditulis tangan sendiri oleh pemohon di atas kertas bermaterai cukup
➢ Ditandatangani sendiri oleh para pemohon (suami-istri)
➢ Mencantumkan nama anak dan juga asal usul anak yang akan diangkat.

10
3. Dalam hal calon anak angkat tersebut sudah berada dalam asuhan keluarga
calon orangtua angkat dan tidak berada dalam asuhan organisasi sosial, maka
calon orangtua angkat harus dapat membuktikan kelengkapan surat-surat
mengenai penyerahan anak dan orangtua/wali keluarganya yang sah kepada
calon orangtua angkat yang disahkan oleh Instan sisosial tingkat
kabupaten/kota setempat, termasuk surat keterangaan kepolisian dalam hal
latarbelakang dan data anak yang diragukan (domisili anak berasal).
4. Proses penelitian kelayakan
5. Sidang Tim Pertimbangan Izin Pengangkatan Anak (PIPA) daerah,
6. Surat Keputusan Kepala Dinas Sosial/Instansi Sosial Propinsi/Kabupaten/Kota
bahwa calon orangtua angkat dapat diajukan ke Pengadilan Negeri atau
Pengadilan Agama untuk mendapatkan ketetapan sebagai orangtua angkat.

Pengangkatan anak tidak hanya berlaku bagi pasangan suami istri saja, tetapi juga
dibolehkan untuk wanita atau pria yang masih lajang asal memiliki motivasi yang kuat
untuk mengasuh seorang anak. Adapun proses minimal yng harus dijalankan oleh calon
orangtua angkat adalah dengan surat pernyataan orangtua ketika menyerahkan anak.
Bagaimana bila calon anak angkat yang berasal dari Panti Asuhan? yayasan harus
mempunyai surat izin tertulis dari menteri sosial yang menyatakan bahwa yayasan
tersebut telah di izinkan bergerak di bidang kegiatan pengangkatan anak. Dalam hal ini
peneliti menemukan beberapa masalah hukum di Panti Asuhan, seperti yang terjadi
adalah pengangkatan anak ini tidak melalui proses penetapan pengadilan, hanya melalui
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batu. Padahal di dalam pasal 20 Peraturan
Pemerintah nomor 54 tahun 2007 tentang pelaksanaan pengangkatan anak mengenai tata
cara pengangkatan anak harus membuat permohonan pengangkatan anak dan diajukan ke
Pengadilan untuk mendapatkan penetapan seperti yang tercantum dalam pasal itu
³permohonan pengangkatan anak yang telah memenuhi persyaratan. Dinas
Kependududkan dan Catatan Sipil hanya meminta beberapa dokumen-dokumen untuk
kelengkapan persyaratan administrasi, Seperti buku nikah calon orangtua angkat, Kartu
Keluarga calon orangtua angkat, fotocopi akta nikah calon orangtua angkat, dan
beberapa dokumen lain seperti surat keterangan dari RT, RW, Kelurahan sampai dengan
kecamatan yang menjelaskan bahwa calon anak angkat benar tidak lagi memiliki
orangtua dan akan diangkat menjadi anak angkat dan dicatatkan kedalam kartu keluarga
milik orangtua angkatnya.

2.4 Issue Masalah Kematian


Kematian merupakan bagian yang tidak terlepas dari kehidupan manusia.
Kematian merupakan fakta hidup,setiap manusia di dunia pasti akan mati. Kematian
tidak hanya dialami oleh kaum lanjut usia tetapi juga oleh orang-orang yang masih muda,
aak-anak,bahkan bayi. Seseorang dapat meninggal karena sakit, usia lanjut,
kecelakaan,dan sebagainya. Jika seseorang meninggal dunia peristiwa tersebut tidak
hanya melibatkan dirinya sendiri namun juga melibatkan orang lain, yaitu orang-orang
yang ditinggalkan,kematian dapat menimbulkan penderitaan bagi orang-orang yang
mencintai orang tersebut.

11
Ismail (2009) mengatakan bahwa secara medis kematian dapat dideteksi yaitu
ditandai dengan berhentinya detak jantung seseorang. Namun pengetahuan tentang
kematian sampai abad moderen ini masih sangat terbatas. Tidak ada seorangpun yang
tahu kapan dia akan mati. Karena itu tidak sedikit pula yang merasa gelisah dan stress
akibat sesuatu hal yang misterius ini. Dimensi psikologis dari kematian menekankan
pada dinamika psikologi individu yang akan mati maupun orang- orang di sekitar si mati
baik sebelum dan sesudah kematian (Hartini,2007).
Adapun isu kematian diantaranya kematian ibu akibat persalinan merupakan
masalah yang bersifat multidimensional. Kematian ibu akibat persalinan tidak hanya
disebabkan oleh faktor kesehatan sang ibu semata seperti kekurangan gizi, anemia,dan
hipertensi, melainkan juga turut dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti ketersediaan
infrastruktur kesehatan yang memadai, serta kesadaraan keluarga untuk meminta bantuan
tenaga kesehatan dalam proses persalinan artinya, intervensi yang dilakukan oleh
pemerintah harus menyasar lebih dari satu institusi, dan turut melibatkan masyarakat
sipil dalam prosesnya. kematian yang terjadi saat kehamilan, atau selama 42 hari sejak
terminasi kehamilan, tanpa memperhitungkan durasi dan tempat kehamilan, yang
disebabkan atau diperparah oleh kehamilan atau pengelolaan kehamilan tersebut, tetapi
bukan disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan. Adapun Upaya-upaya penurunan
angka kematian ibu(AKI) yaitu:
1. Akses program Keluarga berencana
Memastikan bahwa baik individu maupun pasangan memiliki akses terhadap
informasi, dan layanan keluarga berencana untuk merencanakan waktu,jumlah,dan
jarak kehamilan
2. Perawatan persalinan
3. Memastikan bahwa tenaga kesehatan yang terlibat dalam proses persalinan
memiliki pengetahuan, kemampaun dan alat-alat kesehatan untuk mendukung
persalinan yang aman serta menjamin ketersediaan perawat darurat bagi
perempuan yang membutuhkan, terkait kasus-kasus kehamilan beresiko dan
kompikasi kehamilan
4. HIV dan AIDS medeteksi,mencegah, dan mengendalikan, penularan
IMS,HIV,dan AIDS kepada bayi, menghitung resiko infeksi di masa yang akan
datang menyediakan fasilitas konseling dan tes IMS,HIV,AIDS untuk mendorong
upaya pencegahan dan jika memungkinkan memperluas upaya kontrol pada
kasus-kasus transmisi IMS,HIV,AIDS dari ibu ke bayinya.
Program gerakan sayang ibu(GSI) tujuan utamanya adalah peningkatan kesadaran
masarakat yang kemudian berdampak pada keterlibatan mereka secara aktif dalam
program-program penurunan AKI seperti menghimpun dana bantuan persalinan melalui
tabungan ibu(tabulin),pemetaan ibu hamil dan penugasan donor darah pendamping,serta
penyediaan ambulan Desa.

2.5 Masalah Etik


Masalah etik keperawatan adalah penyimpangan tentang akhlak yang baik dan buruk
yang dilakukan oleh seorang perawat dalam bertindak atau berinteraksi dengan orang
lain, atau dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien.

12
2.6 Bagian-Bagian Dari Masalah Etik
1. Materi Moral Unpreparedness
Moral unpreparednes disebut juga dengan ketidak siapan moral dari seorang perawat
dalam menangani suatu masalah. Dimana perawat masuk kedalam situasi tanpa suatu
persiapan yang matang dalam menangani berbagai masalah dalam suatu situasi.
Faktor penyebab moral unpreparedness. Yaitu kurangnya ilmu pengetahuan pada
perawat itu sendiri mengenai ilmu keperawatan. Perawat harus memiliki ilmu
pengetahuan itu sendiri atau disebut dengan body of knowlegde. Pohon Ilmu ( Body
of Knowledge ) Pohon ilmu dari keperawatan adalah ilmu keperawatan itu sendiri.
Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi harus dikembangkan sesuai
dengan kaidah-kaidah ilmu dan profesi keperawatan, yang harus memiliki landasan
akademik dan landasan professional yang kokoh dan mantap. Pengembangan
pendidikan keperawatan bertolak dari pengertian dasar tentang ilmu keperawatan
seperti yang dirumuskan oleh Konsorsium Ilmu kesehatan (1991) yaitu : ’’ Ilmu
keperawatan mencakup ilmu-ilmu dasar seperti ilmu alam, ilmu social, ilmu perilaku,
ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan, ilmu
keperawatan komunitas dan ilmu keperawatan klinik, yang apluikasinya
menggunakan pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah, ditujukan
untuk mempertahankan, menopang, memelihara dan meningkatkan integritas seluruh
kebutuhan dasar manusia.
Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu yang mempelajari bentuk dan sebab
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui pengkajian mendasar tentang
hal-hal yang melatar belakangi, serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk
mencapai kebutuhan dasar tersebut melalui pemanfaatan semua sumber yang ada dan
potensial. Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi keperawatan
adalah penyimpangan dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-
sosio-spiritual), mulai dari tingkat individu tang utuh (mencakup seluruh siklus
kehidupan), sampai pada tingkat masyarakat, yang juga tercermin pada tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat system organ fungsional sampai sub
seluler atau molekuler. Selain itu juga, adapun contoh dari moral unparedness antara
lain: Pada saat masalah muncul, perawat tidak dapat menangani dengan baik.
misalanya: Perawat kurang pengetahuan yang mendukung untuk bekrja di ICU
sehingga banyak hal yang tidak dapat dilakukan. Dapat beresiko melakukan tidakan
yang berbahaya, alat yang lengkap dan bagaimana menggunakannya.
2. Moral Indifference
Adanya sikap kurang perhatian terdapat kebutuhan moral berkurangnya
keinginan/kemamuan terhadap pasien. Adapun ciri-ciri moral indifference yaitu:
➢ Tidak menguasai dan menerapkan ilmu dasar yang kuat yang diperoleh dalam
wadah pendidikan.
➢ Tidak Kepedulian menggunakan proses berpikir ilmiah setiap kegiatan, yang
tercermin dalam menentukan suatu keputusan yang didasari oleh disiplin
tinggi, bertanggungjawab dan bertanggung gugat.
➢ Tidak berperan secara aktif dalam mengembangkan sistem pelayanan
kesehatan utama sesuai kebutuhan masyarakat.

13
➢ Tidak Menghargai dan mengakui keluhuran martabat manusia dan tidak
membeda-bedakan.
➢ Tidak Mampu memasuki bidang yang lebih luas seperti bidang pendidikan
keperawatan, administrasi keperawatan, kepemimpinan serta penelitian.
3. Moral Amoralisme
Hampir sama dengan moral indifferent ,ditandai dengan tidak adanya perhatian
terhadap moral tidak ada perhatian terhadap masalah moral dan tidak berusaha
menghindari
4. Moral Fanatisme
Kaku dalam mempertahankan pendapat moralnya tanpa mempertimbangkan
kebutuhan moral yang berkembang

2.7 Dilema Etik


Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral
suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi
dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini,sukar
untuk menentukan mana yang benar atau salah serta dapat menimbulkan stress pada
perawat karena perawat tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk
melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan
tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan.
Pada saat berhadapan dengan dilema etik terdapat juga dampak emosional seperti rasa
marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan rasional yang harus
dihadapi, ini membutuhkan kemampuan interaksi dan komunikasi yang baik dari seorang
perawat.
2.8 Dilema Etik Yang Sering Terjadi
1) Agama/ Kepercayaan
Di rumah sakit pastinya perawat akan bertemu dengan klien dari berbagai jenis
agama/ kepercayaan. Perbedaan ini nantinya dapat membuat perawat dan klien
memiliki cara pandang yang berbeda dalam menyelesaikan masalah. Misalnya ada
seorang wanita(non muslim) meminta seorang perawat untuk melakukan abortus.
Dalam ajaran agama wanita itu,tidak ada hukum yang melarang tentang tindak
abortus. Tetapi di satu sisi perawat(muslim) memiliki keyakinan bahwa abortus itu
dilarang dalam agama. Pastinya dalam kasus ini akan timbul dilema pada perawat
dalam pengambilan keputusan.Masih banyak contoh kasus- kasus lainnya yang pasti
muncul di dalam keperawatan.
2) Hubungan perawat dengan klien
➢ Berkata jujur atau tidak. Terkadang muncul masalah-masalah yang sulit untuk
dikatakan kepada klien mengingat kondisi klien. Tetapi perawat harus mampu
mengatakan kepada klien tentang masalah kesehatan klien.

14
➢ Kepercayaan klien. Rasa percaya harus dibina antara perawat dengan
klien.tujuannya adalah untuk mempercepat proses penyembuhan klien.
➢ Membagi perhatian. Perawat juga harus memberikan perhatiannya kepada
klien.tetapi perawat harus memperhatikan tingkat kebutuhan klien.keadaan
darurat harus diutamakan terlebih dahulu. Tidak boleh memandang dari sisi
faktor ekonomi sosial, suku, budaya ataupun agama.
➢ Pemberian informasi kepada klien. Perawat berperan memberikan informasi
kepada klien baik itu tentang kesehatan klien, biaya pengobatan dan juga
tindak lanjut pengobatan
3) Hubungan perawat dengan dokter
➢ Perbedaan pandangan dalam pemberian praktik pengobatan. Terjadi
ketidaksetujuan tentang siapa yang berhak melakukan praktik pengobatan,
apakah dokter atau perawat.
➢ Konflik peran perawat. Salah satu peran perawat adalah melakukan
advokasi,membela kepentingan pasien. Saat ini keputusan pasien dipulangkan
sangat tergantung kepada putusan dokter. Dengan keunikan pelayanan
keperawatan, perawat berada dalam posisi untuk bisa menyatakan kapan
pasien bisa pulang atau kapan pasien harus tetap tinggal.
4) Pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran
yang rasional dan bukan emosional. Terkadang saat berhadapan dengan dilema etik
terdapat juga dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses
pengambilan keputusan rasional yang harus dihadapi. Dalam hal ini dibutuhkan
kemampuan interaksi dan komunikasi yang baik dari seorang perawat.
2.9 Kerangka Pemecahan Dilema Etik
Kerangka pemecahan dilema etik, menurut Kozier and Erb (1989)
A. Mengembangkan Data Dasar
➢ Siapa saja orang-orang yang terlibat dalam dilema etik tersebut seperti
klien, suami, anak, perawat, rohaniawan.
➢ Tindakan yang diusulkan. Sebagai klien dia mempunyai otonomi untuk
membiarkan penyakit menggerogoti tubuhnya walaupun sebenarnya
bukan hal itu yang di inginkannya. Dalam hal ini, perawat mempunyai
peran dalam pemberi asuhan keperawatan, peran advocad (pendidik)

15
serta sebagai konselor yaitu membela dan melindungi klien tersebut
untuk hidup dan menyelamatkan jiwa klien dari ancaman kematian.
➢ Maksud dari tindakan. Dengan memberikan pendidikan, konselor,
advokasi diharapkan klien dapat menerima serta dapat membuat
keputusan yang tepat terhadap masalah yang saat ini dihadapi.
➢ Konsekuensi tindakan yang diusulkan Misalnya pada kasus wanita
yang mengidap kanker payudara dan harus dilakukan pengangkatan
payudara.
Bila operasi dilaksanakan:
✓ Biaya membutuhkan biaya yang cukup besar.
✓ Psikososial: Pasien merasa bersyukur diberi umur yang panjang
(bila operasi itu lancar dan baik) namun klien juga dihadapkan
pada kecemasan akan kelanjutan hidupnya bila ternyata operasi
itu gagal.
✓ Fisik : Klien akan kehilangan salah satu payudaranya.,Begitu
juga sebaliknya jika operasi tidak dilaksanakan.
B. Identifikasi Konflik Akibat Situasi Tersebut
➢ Untuk memutuskan apakah tindakan dilakukan pada klien,perawat
dihadapkan pada konflik tidak menghormati otonomi klien.
➢ Apabila tindakan tidak di lakukan perawat dihadapkan pada konflik
seperti tidak melaksanakan sumpah profesi, tidak melaksanakan kode
etik profesi dan prinsip moral serta tidak melaksanakan perannya
sebagai pemberi asuhan keperawatan.
C. Tindakan Alternatif Terhadap Tindakan Yang Diusulkan
➢ Mengusulkan dalam tim yang terlibat dalam masalah yang dihadapi
klien untuk dilakukannya tindakan atau tidak.
➢ Mengangkat dilema etik kepada komisi etik keperawatan yang lebih
tinggi untuk mempertimbangkan apakah dilakukan atau tidak suatu
tindakan.
D. Menetapkan Siapa Pembuat Keputusan
Pihak- pihak yang terlibat dalam pembuat keputusan antara lain tim kesehatan
itu sendiri, klien dan juga keluarga.
E. Mengidentifikasi Kewajiban Perawat
➢ Menghindarkan klien dari ancaman kematian.

16
➢ Melaksanakan prinsip-prinsip kode etik keperawatan.
➢ Menghargai otonomi klien.
➢ Membuat keputusan
Keputusan yang diambil sesuai dengan hak otonomi klien dan juga dari
pertimbangan tim kesehatan lainnya.
Adapun moral dalam menyelesaikan dilemma etika keperawatan yakni:
❖ Otonomi, Otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan memutuskan. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau
pilihan yang dihargai.
❖ Keadilan, Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
❖ Kejujuran, Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. mengatakan yang sebenarnya kepada pasien tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya salama menjalani
perawatan.
❖ Kerahasiaan, Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah informasi klien dijaga
privasinya. Yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh
dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tak seorangpun dapat memperoleh
informasi kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi
tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga
tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dicegah.
Selain itu, adapun model pemecahan menurut para ahli:
➢ Model pemecahan masalah (Megan,1989). Ada lima langkah-langkah dalam
pemecahan masalah dalam dilema etik yaitu:
▪ Mengkaji situasi
▪ Mendiagnosa masalah etik moral
▪ Membuat tujuan dan rencana pemecahan
▪ Melaksanakan rencana
▪ Mengevaluasi hasil
➢ Kerangka pemecahan dilema etik (Kozier & Erb, 1989) yaitu:
▪ Mengembangkan data dasar. Untuk melakukan ini perawat memerlukan
pengumpulan informasi sebanyak mungkin meliputi :
▪ Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan keterlibatannya

17
▪ Apa tindakan yang diusulkan
▪ Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
▪ Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang
diusulkan.
▪ Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
▪ Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut.
▪ Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut.
▪ Mengidentifikasi kewajiban perawat.
▪ Membuat keputusan.
➢ Model Murphy dan Murphy, yaitu:
▪ Mengidentifikasi masalah kesehatan
▪ Mengidentifikasi masalah etik
▪ Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
▪ Mengidentifikasi peran perawat
▪ Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanakan
▪ Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan
▪ Memberi keputusan
▪ Mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut hingga sesuai dengan
falsafah umum untuk perawatan klien
▪ Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya.
➢ Model Curtin, yaitu:
▪ Mengumpulkan berbagai latar belakang informasi yang menyebabkan
masalah
▪ Identifikasi bagian-bagian etik dari masalah pengambilan keputusan
▪ Identifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan
▪ Identifikasi semua kemungkinan pilihan dan hasil dari npilihan itu
▪ Aplikasi teori, prinsip dan peran etik yang relevan
▪ Memecahkan dilema

18
▪ Melaksanakan keputusan
➢ Model Levine – Ariff dan Gron
▪ Mendefinisikan dilema
▪ Identifikasi faktor-faktor pemberi pelayanan
▪ Identifikasi faktor-faktor bukan pemberi pelayanan
▪ Pasien dan keluarga
▪ Faktor-faktor eksternal
▪ Pikirkan faktor-faktor tersebut satu persatu
▪ Identifikasi item-item kebutuhan sesuai klasifikasi
▪ Identifikasi pengambil keputusan
▪ Kaji ulang pokok-pokok dari prinsip-prinsip etik
▪ Tentukan alternatif-alternatif
▪ Menindak lanjuti
➢ Langkah-langkah menurut Purtillo dan Cassel (1981). Purtillo dan Cassel
menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik, yaitu:
▪ Mengumpulkan data yang relevan
▪ Mengidentifikasi dilema
▪ Memutuskan apa yang harus dilakukan
▪ Melengkapi tindakan
➢ Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson (1981) mengusulkan 10
langkah model keputusan biotis, yaitu:
▪ Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
▪ Mengidentifikasi issue etik
▪ Menentukan posisi moral
▪ Menentukan posisi moral pribadi dan profesional
▪ Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait
▪ Mengidentifikasi konflik nilai yang ada

19
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etik atau ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang artinya adat, kebiasaaan,
perilaku, atau karakter. Sedangkan menurut kamus webster, etik adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Dari pengertian di atas, etika
adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup
di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang
menentukan tingkah laku yang benar, yaitu : a) baik dan buruk, b) kewajiban dan
tanggung jawab (Ismani,2001). Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum. Pertama,
etik mengacu pada metode penyelidikan yang membantu orang memahami moralitas
perilaku manuia; yaitu, etik adalah studi moralitas. Ketika digunakan dalam acara ini,
etik adalah suatu aktifitas; etik adalah cara memandang atau menyelidiki isu tertentu
mengenai perilaku manusia. Kedua, etik mengacu pada praktek, keyakinan, dan standar
perilaku kelompok tertentu (misalnya : etik dokter, etik perawat). Etika berbagai profesi
digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia (yang
memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi. Moral, istilah ini berasal dari
bahasa latin yang berarti adat dan kebiasaan.
Pengertian moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan
“standar perilaku” dan nilai-nilai” yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi
anggota masyarakat di mana ia tinggal. Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal,
diketahui, diulang, serta menjadi suatu kebiasaan didalam masyarakat, baik berupa kata-
kata atau suatu bentuk perbuatan yang nyata.
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau refrensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.
Penulis banyak berhadap pembaca yang memberikan kritik atau saran yang
membangun kepada penulis untuk perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis khususnya juga para pembaca pada umumnya.

20
DAFTAR PUSTAKA
Mufliha Wijayanti. 2015. “ABORSI AKIBAT KEHAMILAN YANG TAKDIINGINKAN
(KTD)”. Tersedia pada: https://media.netili.com/media/publications/57114-ID-aborsi-
akibat-kehamilan-yang-tak-diingin. Diakses, 30 Agustus 2021.
Dede Nasrullah.2019. “Modul Kuliah Etika Keperawatan”. Tersedia pada:
https://repository/.um-surabaya.ac.id/5026/1/ilovepdf_merged_removed_1. Diakses,
30 Agustus 2021
Fikri Abdul. 2015. “ISU ETIK KEPERAWATAN”. Tersedia pada:
https://abdulvickry.blogspot.com/.2015/10/isu-etik-keperawatan.html?m=1. Diakses, 30
Agustus 2021

21
22

Anda mungkin juga menyukai