FAKULTAS KEDOKTERAN
SINGARAJA
2021
1
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena hanya
dengan berkat, rahmat dan karunia-Nya, dan maha suci engkau yang telah
memberi kemudahan dalam menyusun makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah, “Etika dan Hukum Kesehatan” dengan materi Isu Etik dalam Pelayanan
Kebidanan, sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan dengan baik. penulis
juga menyadari bahwa masih memiliki banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini. penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penyusunan kata,sehingga penulis menerima kritik dan saran bagi seluruh
pembaca.
Akhir kata penulis sampaikan semoga makalah ini bisa bermanfaat dan memberi
inspirasi bagi seluruh orang yang membaca. Penulis juga berharap, agar makalah
ini bisa menjadi sumber informasi pencetus dari munculnya pemikiran kecil bagi
kemajuan ilmu pengetahuan, baik di universitas pendidikan ganesha maupun di
lingkungan masyarajat.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Pengertian Isu Etik dalam Pelayanan Kebidanan...........................................2
2.2 Bentuk Isu Etik dalam Pelayanan Kebidanan................................................3
2.3 Isu Etik yang terjadi antara Bidan dengan Klien, Keluarga, Teman Sejawat,
Tim Kesehatan lain dan Organisasi Profesi.........................................................3
2.3.1 Isu Etik Bidan dengan Klien, Keluarga, Masyarakat..............................3
2.3.2 Isu Etik Bidan dengan Teman Sejawat....................................................5
2.3.3 Isu Etik Bidan dengan Team Kesehatan lainnya.....................................6
2.3.4 Isu Etik Bidan dengan Organisasi profesi...............................................7
2.4 Pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etik/moral.....................7
BAB III..................................................................................................................18
PENUTUP..............................................................................................................18
3.1 Kesimpulan...................................................................................................18
3.2 Saran.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
3. Bagimana Isu etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan antara bidan
dengan klien,keluarga,masyarakat,teman sejawat, tim kesehatan lain dan
organisasi profesi ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Isu Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Untuk Memahami Isu etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga,
teman sejawat, tim kesehatan lain dan organisasi profesi
1
BAB II
PEMBAHASAN
Etik atau Etika berasal dari bahasa yunani dari kata “Ethos” yang berarti
kebiasaan – kebiasaan atau tingkah laku manusia.dalam bahasa inggris disebut
“Ethis” yang mempunyai pengertian sebagai ukuran tingkah laku atau peri laku
manusia yang baik, yakni tindakan yang tepat, yang harus dilaksanakan manusia
sesuai dengan moral pada umumnya. Istilah etik yang kita gunakan sehari-hari
pada hakikatnya berkaitan dengan falsafah, dan moral yaitu mengenai apa yang
dianggap baik atau buruk dimasyarakat dalam kurun waktu tertentu,sesuai dengan
perubahan atau perkembangan norma atau nilai dikatakan kurun waktu tertentu,
karena etik dan moral bisa berubah dengan lewatnya waktu. Etik sebagai
kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai benar dan salah
yang dianut suatu organisasi atau masyarakat Kebidanan adalah seni dan praktek
yang mengkombinasikan keilmiahan, filosofi dan pendekatan pada manusia
sebagai syarat atau ketetapan dalam pemeliharaan kesehatan wanita dan proses
reproduksinya yang normal, termasuk kelahiran bayi yang mengikutsertakan
keluarga dan atau orang yang berarti lainnya. (Lang,1979.) Issue etik dalam
pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting yang berkembang di
masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan yang
berhubungan dengan segala aspek kebidanan yang menyangkut baik dan
buruknya.
2
2.2 Bentuk Isu Etik dalam Pelayanan Kebidanan
1. Etika deskriptif, yang memberikan gambaran dan ilustrasi tentang tingakh laku
manusia ditinjau dari nilai baik dan buruk serta hal-hai,mana yang boleh
dilakukan sesuai dengan norma etis yang dianut oleh masyarakat.
2. Etika Normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan manusia,
yang biasanya dikelompokkan menjadi:
b) Etika khusus; terdiri dari Etika sosial, Etika individu dan Etika Terapan.
2.3 Isu Etik yang terjadi antara Bidan dengan Klien, Keluarga, Teman
Sejawat, Tim Kesehatan lain dan Organisasi Profesi
Contoh kasus :
3
Di sebuah desa, ada seorang bidan yang sudah membuka praktek kurang
lebih selama satu tahun. Pada suatu hari datang seorang klien bernama Ny ‘L’ usia
kehamilan 38 minggu dengan keluhan perutnya terasa kenceng kenceng dan terasa
sakit sejak 5 jam yang lalu. Setelah dilakukan VT, didapatkan hasil pembukaan 3
dan ternyata janin dalam keadaan letak sungsang. Oleh karena itu bidan
menyarankan agar di Rujuk ke Rumah Sakit untuk melahirkan secara operasi SC.
Namun keluarga klien terutama suami menolak untuk di Rujuk dengan alasan
tidak punya biaya untuk membayar operasi. Tapi bidan tersebut berusaha untuk
memberi penjelasan bahwa tujuan di Rujuk demi keselamatan janin dan juga
ibunya namun jika tetap tidak mau dirujuk akan sangat membahayakan janin
maupun ibunya. Tapi keluarga bersikeras agar bidan mau menolong persalinan
tersebut.
Sebenarnya, dalam hal ini bidan tidak yakin bisa berhasil menolong
persalinan dengan keadaan letak sungsang seperti ini karena pengalaman bidan
dalam hal ini masih belum begitu mendalam. Selain itu juga dengan di Rujuk agar
persalinan berjalan dengan lancar dan bukan kewenangan bidan untuk menolong
persalinan dalam keadaan letak sungsang seperti ini. Karena keluarga tetap
memaksa, akhirnya bidan pun menuruti kemauan klien serta keluarga untuk
menolong persalinan tersebut. Persalinan berjalan sangat lama karena kepala janin
tidak bisa keluar. Setelah bayi lahir ternyata bayi sudah meninggal. Dalam hal ini
keluarga menyalahkan bidan bahwa bidan tidak bisa bekerja secara profesional
dan dalam masyarakatpun juga tersebar bahwa bidan tersebut dalam melakukan
tindakan sangat lambat dan tidak sesuai prosedur.
tindakan tidak sesuai prosedur dan tidak profesioanl. Selain itu juga
masyarakat menilai bahwa bidan tersebut dalam menangani pasien dengan
4
kelas ekonomi rendah sangat lambat atau membeda-bedakan antara pasien
yang ekonomi atas dengan ekonomi rendah.
Contoh Kasus :
Di suatu desa yang tidak jauh dari kota dimana di desa tersebut ada dua
orang bidan yaitu bidan “A” dan bidan “B” yang sama – sama memiliki BPS dan
ada persaingan di antara dua bidan tersebut.Pada suatu hari datang seorang pasien
yang akan melahirkan di BPS bidan “B” yang lokasinya tidak jauh dengan
BPS bidan “A”. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata pembukaan masih belum
lengkap dan bidan “B” menemukan letak sungsang dan bidan tersebut tetap akan
menolong persalinan tersebut meskipun mengetahui bahwa hal tersebut melanggar
wewenang sebagai seorang bidan demi mendapatkan banyak pasien untuk
bersaing dengan bidan “A”.Sedangkan bidan “A” mengetahui hal tersebut. Jika
bidan “B” tetap akan menolong persalinan tersebut,bidan “A” akan melaporkan
bidan “B” untuk menjatuhkan bidan “B” karena di anggap melanggar wewenang
profesi bidan.
5
3. DILEMA MORA
2. Bidan “B” menolong persalinan tersebut tapi akan dijatuhkan oleh bidan “A”
dengan di laporkan ke lembaga yang berwewenang
4. ETIK adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai
benar dan salah yang dianut suatu organisasi atau masyarakat.
•Contoh Kasus :
Disuatu desa yang ada sebuah BPS, suatu hari ada seorang Ibu berusia 40
Tahun keadaannya sudah lemah. bidan menanyakan kepada keluarga pasien apa
yang terjadi pada pasien. Dan suami pasien menjawab ketika dirumah Px jatuh &
terjadi perdarahan hebat. Setelah itu bidan memberikan pertolongan , memberikan
infuse. Bidan menjelaskan pada keluarga, agar istrinya di bawa ke rumah sakit
untuk dilakukan curretase. Kemudian keluarga px menolak saran bidan tsb, dan
meminta bidan yang melakukan currentase. selang waktu 2 hari px mengalami
perdarahan lagi kemudian keluarga merujuk ke RS. Dokter menanyakan kapeda
suami px, apa yang sebenarnya terjadi dan suami px menjelaskan bahwa 3 hari
yang lalu istrinya mengalami keguguran & di currentase bidan didesanya. dokter
mendatangi bidan terebut. Maka Terjadilah konflik antara bidan & dokter.
6
3. DILEMA : jika tidak segera dilakukan tindakan takutnya merenggut nyawa px
karena BPS jauh dari RS. Dan jika dilakukan tindakan bidan merasa melanggar
kode etik kebidanan & merasa melakukan tindakan diluar wewenangnya.
Contoh Kasus :
Seorang ibu yang ingin bersalin di BPS pada bidan B sejak awal kehamilan
ibu tersebut memang sudah sering memeriksakan kehamilannya. Menurut hasil
pemeriksaan bidan Ibu tersebut mempunyai riwayat hipertensi. Maka
kemungkinan lahir pervaginanya sangat beresiko Saat persalinan tiba. Tekanan
darah ibu menjadi tinggi. Jika tidak dirujuk maka beresiko terhadap janin dan
kondisi si Ibu itu sendiri. Resiko pada janin bisa terjadi gawat janin dan
perdarahan pada ibu. Bidan A sudah mengerti resiko yang akan terjadi. Tapi ia
lebih mementingkan egonya sendiri karena takut kehilangan komisinya dari pada
dirujuk kerumah sakit. Setelah janin lahir Ibu mengalami perdarahan hebat,
sehingga kejang-kejang dan meninggal. Saaat berita itu terdengar organisasi
profesi (IBI), maka IBI memberikan sanksi yang setimpal bahwa dari
kecerobohannya sudah merugikan orang lain. Sebagai gantinya,ijin praktek (BPS)
bidan B dicabut dan dikenakan denda sesuai dengan pelanggaran tersebut.
2. Dilema etik Warga yang mengetahui hal tersebut segera melaporkan kepada
organisasi profesi dan diberikan penangan.
7
Masalah Moral yang Mungkin Terjadi Tuntutan bahwa etik adalah hal
penting dalam kebidanan salah satunya adalah karena bidan merupakan profesi
yang bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat berhubungan dengan
klien sertaharus mempunyai tanggung jawab moral terhadap keputusan yang
diambil. Untuk menjalankan prakit kebidanan dengan baik, serta pengetahuan
yang up to date, tetapi bidan harus mempunyai pemahaman isu etik dalam
pelayanan kebidananan. Menurut Daryl Koehn dalamThe Groun of Professional
Ethies (1994), bahwa bidan dikatakan profesional, bila menerapkan etika dalam
Menjalankan praktik kebidanan. Dengan memahami peran sebagai bidan, akan
meningkatkan tanggung jawab profesionalnya kepada pasien atauklien. Bidan
berada pada posisi yang baik, yaitu memfasilitasi kliendan membutuhkan
peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menerapkan dalam strategi praktik
kebidanan
a. Aborsi
b. Euthanasia
c. Adopsi/pengangkatan
AnakA dopsi berasal dari kata“adaptie” dalam bahasa Belanda. Menurut kasus
hukum berarti pengangkatan seorang anak untuk anak kandungnya sendiri”.
Dalam bahasa malaysia, berarti anak angkat atau mengankat anak. Sedangkan
dalam bahasa Inggris,“edoft”(adaption), berarti pengangkatan anak atau
mengangkat anak. Dalam bahasa Arab disebut”tabanni” yang diartikan dengan
8
“mengambil anak angkat” (Purwoastuti, Endang & Elisabeth SiwiWalyani. 2015:
106).
d. Transplantasi
e. Bayi Tabung
Bayi tabung adalah upaya jalan pintas untuk mempertemukan sel sperma dan sel
telur di luar tubuh (in vitro fertilization). Setelah terjadi konsepsi, hasil tersebut
dimasukkan kembali ke dalam rahim ibu atau embrio transfer sehingga dapat
tumbuh menjadi janin sebagaimana layaknya kehamilan biasa (Purwoastuti,
Endang &Elisabeth Siwi Walyani. 2015: 106)
a. Identifikasi masalah
b.Sintesis
Sintesis adalah tahap proses kreatif di mana bagian-bagian masalah yang terpecah
dibentuk menjadi kesatuan yang menyeluruh. Di sini kreativitas sangat penting.
9
c.Analisis
Analisis adalah tahap dimana kesatuan itu dipecah kembali menjadi bagian-
bagiannya. Kebanyakan edukasi teknik akan fokus pada tahap ini. Kunci dari
analisis adalah menerjemahkan problem fisik tersebut menjadi sebuah model
matematika. Analisis menggunakan logika untuk membedakan fakta dari opini,
mendeteksi kesalahan, membuat keputusan yang berdasarkan bukti, menyeleksi
informasi yang relevan, mengidentifikasi kekosongan dari informasi, dan
mengenali hubungan antar bagian.
d.Aplikasi
e.Komprehensi
Yaitu tahap dimana teori yang sesuai dan data yang berhasil dikumpulkan
disatukan dalam sebuah rumus komprehensif yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah. Jika pada tahapini masalah masih belum selesai, maka
kita dapat kembali padatahap ke tahap sintesis, dan mencoba lagi.
Pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam praktek suatu
profesi dan keberadaannya sangat penting karena akan menentukan tindakan
selanjutnya.Dalam bidang kesehatan khususnya pelayanan kebidanan,
pengambilnkeputusan harus dilakukan melalui pemikiran mendalam, karena objek
yang akan dipengaruhi oleh keputusan tersebut adalah manusia, tidak hanya klien
atau pasien dan keluarganya,tetapi juga tenaga kesehatan(bidan,dokter, perawat
dan lain-lain) serta system pelayanan kesehatan itu sendiri (Soepardan, 2008).
10
langsung dalam proses pengambilan keputusan, diperlukan hubungan yang baik
dengan klien, rekan kerja, dan stokeholder (penyedia layanan kesehatan). Bidan
tidak hanya bertanggung jawab menyediakan layanan, namun juga bertanggung
jawab terhadap penggunaan sumber daya secara efektif. Ciri-ciri keputusan etis
yaitu :
d. Dipengaruhi oleh norma norma, situasi, imun, tabiat, dan lingkungan social
1. Informed Choice
1. Definisi
11
Bila pilihan belum bermasalah dan membahayakan kesejahteraan ibu dan
janin/bayi, dilain pihak hak dan pilihan klien perlu dihormati. Hambatan lain bila
ada keterbatasan option/pilihan dari fasilitas pelayanan yangtersedia. Bila keadaan
demikian maka keamanan, keselamatan dan kesejahteraan wanita dan bayinya
menjadi pertimbangan utama bagi para bidan. (Marimbi, 2009 : 46)
2. Rekomendasia.
b. Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujurdalam bentuk yang
dapat dimengerti oleh wanita denganmenggunakan media alternatif dan
penterjemah kalau perlu, begitu juga tatap muka langsung.
c. Bidan dan petugas kesehatan lain perlu belajar untukmembantu wanita melatih
diri dalam menggunakan haknyadan menerima tanggung jawab untuk
keputusan yang merekaambil sendiri.
3. Informed Concent
12
dalam keadaan emergency. Persetujuantersebut dikenal dengan Informed consent .
Istilah consent adalah dari bahasa latin yaitu consensio. Kemudian di dalam
bahasa inggris menjadi consent yang berarti persetujuan izin, memberi izin
kepadaseseorang untuk melakukan sesuatu (Wahyuningsih, 2008 : 62). Kesadaran
hukum pasien semakin meningkat, pasien sadar akanhak dan kewajibannya dalam
arti bahwa pemberian persetujuan tanpamengetahui tentang apa yang akan
dilaksanakan atas dirinya adalah bertentangan dengan arti dari consent itu
(Wahyuningsih, 2008 : 62). Informed consent telah diakui sebagai langkah yang
paling pentinguntuk mencegah terjadinya konflik dalam masalah etik.
(Marimbi,2009 : 50). Dasar hukum informed concent yaitu :
2. Diatur juga dalam Registrasi dan Praktik bidan pada KepMenKes No. 900/2002
Pasal 25 ayat 2, tentang kewajiban bidan dalam menjalankan kewenangannya
yaitu :
13
sehingga memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengambil
keputusan yang terbaik bagidirinya.
3. Secara hukum informed consent berlaku sejak tahun 1981. PP No.8 Tahun
1981.
5. Pada KepMenKes No. 900/2002, Bab IX, Sanksi, Pasal 42menyebutkan bahwa
bidan yang dengan sengaja; melakukan praktik kebidanan tidak sesuia dengan
ketentuan sebagai mana dimaksudkan dalam pasal 25 ayat (1) dan (2); dipidana
sesuaiketentuan Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996Tentang
Tenaga Kesehatan.
Dalam proses informed consent terdapat dua dimensi yang tercakup di dalamnya,
yaitu :
Dalam hal ini informed consent merupakan perlindungan bagi pasien terhadap
bidan yang berperilaku memasakkan kehendak. Proses informed consent
memuat :
14
b. Informasi tersebut harus dimengerti pasienc.
Menurut Culver and Gert, ada empat komponen yang harus dipahami pada suatu
Consent atau persetujuan :
1. Sukarela (voluntariness)
Sukarela mengandung makna bahwa pilihan yang dibuatatas dasar sukarela tanpa
ada unsur paksaan didasari informasidan kompetensi. Sehingga pelaksanaan
sukarea harus memenuhi unsur informasi yang diberikan sejelas-jelasnya.
(Wahyuningsih.2008 : 62)
2. Informasi (information)
Jika pasien tidak tahu, sulit untuk dapat mendeskripsikan keputusan. Dalam
berbagai kode etik pelayanan kesehatan bahwa informasi yang lengkap
dibutuhkan agar mampu membuat keputusan yang tepat. Kurangnya informasi
atau diskusi pasiensulit mengambil keputusan, bahkan ada rasa cemas dan
bingung.(Wahyuningsih. 2008 : 62)
3. Kompetensi (competence)
15
membutuhkan sesuatu hal untuk mampu membuat keputusan dengan tepat, juga
membutuhkan banyak informasi. (Wahyuningsih. 2008 : 63)
4. Keputusan (decision)
16
2. Kecakapan, artinya bahwa seseorang memiliki kecakapan untukmemberikan
persetujuan, jika orang tersebut mampu melakukantindakan hukum, dewasa,
dan tidak gila.
3. Suatu hal tertentu, objek dalamn persetujuan antara bidan dan pasienharus
disebutkan dengan jelas dan terperinci. Misalnya dalam persetujuan ditulis
dengan jelas identitas pasien meliputi: nama, jeniskelamin, alamat, suami atau
wali. Kemudian yang terpenting harusdilampirkan identitas yang memberikan
persetujuan.
4. Suatu sebab yang halal, maksudnya adalah isi persetujuan tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang, tata tertib, kesusilaannorma dan hukum.
(Purwoastuti, E. 2015: 144). Akhirnya bahwa manfaat informed consent adalah
untukmengurangi kejadian malpraktek dan agar bidan lebih berhati-hati
danalur pemberian informasi benar-benar dilakukan dalam memberikan
pelayanan kebidanan. (Puji Wahyuningsih, Heni.2008 : 73).
1. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan
dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuksemua prosedur yang
akan dilakukan bidan.
2. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa
asuhan kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang
sesungguhnya dan merupakan aspek otonomi pribadi menentukan ‘pilihannya
sendiri’
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etik ialah suatu cabang ilmu filsafat. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa etik adalah disiplin yang mempelajari tentang baik atau buruk sikap
tindakan manusia. Isu moral adalah merupakan topic yang penting berhubungan
dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari hari menyangkut kasus abortus,
euthanasia, keputusan untuk terminasi kehamilan.Isu moral juga berhubungan
dengan kejadian di luar biasa dalam kehidupansehari-hari, seperti menyngkut
konflik, malpraktik, perang dsb. Dilema merupakan suat keadaan di mana
dihadapkan pada dua alternatif,yang kelihatannya sama atau hampir sama dan
membutuhkan pemecahanmasalah. Dilema moral adalah suatu keadaan di mana
dihadapkan pada duaalternatif pilihan, yang kelihatannya sama atau hampir sama
danmembutuhkan pemecahan masalah.
3.2 Saran
Dalam makalah ini terdapat penjelasan tentang “issue etik yang terjadi dalam
pelayanan kebidanan (issue moral)” berharap agar mahasiswi dapat mengetahui
issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan khususnyaissue moral sesuai
dengan pmbahasan yang ada dalam makalah ini
18
DAFTAR PUSTAKA
Purwoastuti Endang, dkk. Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan Yogaykarta :2015.
Ristica, dkk. 2014. Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan
Yogyakarta : Deepublish.
19