Anda di halaman 1dari 23

ISU ETIK DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Dosen Pengampu : Ketut Espana Giri, S.ST., M.Kes

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. LUH SHERLY BUDI SAPITRI 2006091025

2. MADE RAHAYU RATNA DEWI 2006091026

3. KADEK NADIYA CIPTA SARI 2006091027

4. PUTU NOVIANTI 2006091028

5. KADEK DIAN WIDIARTINI 2006091042

PROGRAM STUDI DIPLOMA KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2021

1
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena hanya
dengan berkat, rahmat dan karunia-Nya, dan maha suci engkau yang telah
memberi kemudahan dalam menyusun makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah, “Etika dan Hukum Kesehatan” dengan materi Isu Etik dalam Pelayanan
Kebidanan, sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan dengan baik. penulis
juga menyadari bahwa masih memiliki banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini. penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penyusunan kata,sehingga penulis menerima kritik dan saran bagi seluruh
pembaca.

Akhir kata penulis sampaikan semoga makalah ini bisa bermanfaat dan memberi
inspirasi bagi seluruh orang yang membaca. Penulis juga berharap, agar makalah
ini bisa menjadi sumber informasi pencetus dari munculnya pemikiran kecil bagi
kemajuan ilmu pengetahuan, baik di universitas pendidikan ganesha maupun di
lingkungan masyarajat.

Singaraja, 04 November 2021

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Pengertian Isu Etik dalam Pelayanan Kebidanan...........................................2
2.2 Bentuk Isu Etik dalam Pelayanan Kebidanan................................................3
2.3 Isu Etik yang terjadi antara Bidan dengan Klien, Keluarga, Teman Sejawat,
Tim Kesehatan lain dan Organisasi Profesi.........................................................3
2.3.1 Isu Etik Bidan dengan Klien, Keluarga, Masyarakat..............................3
2.3.2 Isu Etik Bidan dengan Teman Sejawat....................................................5
2.3.3 Isu Etik Bidan dengan Team Kesehatan lainnya.....................................6
2.3.4 Isu Etik Bidan dengan Organisasi profesi...............................................7
2.4 Pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etik/moral.....................7
BAB III..................................................................................................................18
PENUTUP..............................................................................................................18
3.1 Kesimpulan...................................................................................................18
3.2 Saran.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Issue adalah topik yang menarik untuk didiskusikan dan sesuatu yang
memungkinkan setiap orang mempunyai pendapat. Pendapat yang timbul akan
bervariasi, isu muncul dikarenakan perbedaan nilai-nilai dan kepercayaan. Issue
adalah masalah pokok yang berkembang di suatu masyarakat atau suatu
lingkungan yang belum tentu benar, yang membutuhkan pembuktian. Etik
merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia
dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah
penyelesaiannya baik atau buruk (Jones, 1994). Issue etik adalah topik yang
cukup penting untuk dibicarakan sehingga mayoritas individu akan mengeluarkan
opini terhadap masalah tersebut sesuai dengan asas ataupun nilai yang berkenaan
dengan akhlak, nilai benar salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Isu Etik dalam Pelayanan Kebidanan ?

2. Bagimana bentuk isu etik dalam Pelayanan Kebidanan ?

3. Bagimana Isu etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan antara bidan
dengan klien,keluarga,masyarakat,teman sejawat, tim kesehatan lain dan
organisasi profesi ?

4. Bagimana Pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etik/moral ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Isu Etik dalam Pelayanan Kebidanan

2. Untuk memahami bentuk isu etik dalam pelayanan kebidanan

3. Untuk Memahami Isu etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga,
teman sejawat, tim kesehatan lain dan organisasi profesi

4. Untuk memahami pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema


etik/moral

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Isu Etik dalam Pelayanan Kebidanan


Issue adalah suatu berita yang tidak belum tentu benar kerjasamanya,
dimana berita itu bisa benar atau salah. Issue dapat menimbulkan pro dan kontra
terhadap suatu hal, yang masing-masing memiliki argumentasi atau issue
merupakan topic yang menarik untuk didiskusikan, argumentasi yang timbul akan
bervariasi, issue muncul karena adanya perbedaan nilai-nilai dan kepercayaan. Isu
merupakan gosip atau kabar yang belum pasti, bukan merupakan kenyataan dan
lebih kearah negatif.

Etik atau Etika berasal dari bahasa yunani dari kata “Ethos” yang berarti
kebiasaan – kebiasaan atau tingkah laku manusia.dalam bahasa inggris disebut
“Ethis” yang mempunyai pengertian sebagai ukuran tingkah laku atau peri laku
manusia yang baik, yakni tindakan yang tepat, yang harus dilaksanakan manusia
sesuai dengan moral pada umumnya. Istilah etik yang kita gunakan sehari-hari
pada hakikatnya berkaitan dengan falsafah, dan moral yaitu mengenai apa yang
dianggap baik atau buruk dimasyarakat dalam kurun waktu tertentu,sesuai dengan
perubahan atau perkembangan norma atau nilai dikatakan kurun waktu tertentu,
karena etik dan moral bisa berubah dengan lewatnya waktu. Etik sebagai
kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai benar dan salah
yang dianut suatu organisasi atau masyarakat Kebidanan adalah seni dan praktek
yang mengkombinasikan keilmiahan, filosofi dan pendekatan pada manusia
sebagai syarat atau ketetapan dalam pemeliharaan kesehatan wanita dan proses
reproduksinya yang normal, termasuk kelahiran bayi yang mengikutsertakan
keluarga dan atau orang yang berarti lainnya. (Lang,1979.) Issue etik dalam
pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting yang berkembang di
masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan yang
berhubungan dengan segala aspek kebidanan yang menyangkut baik dan
buruknya.

2
2.2 Bentuk Isu Etik dalam Pelayanan Kebidanan
1. Etika deskriptif, yang memberikan gambaran dan ilustrasi tentang tingakh laku
manusia ditinjau dari nilai baik dan buruk serta hal-hai,mana yang boleh
dilakukan sesuai dengan norma etis yang dianut oleh masyarakat.

2. Etika Normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan manusia,
yang biasanya dikelompokkan menjadi:

a) Etika umum; yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan


kondisi manusia untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan
berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip moral.

b) Etika khusus; terdiri dari Etika sosial, Etika individu dan Etika Terapan.

A. Etika sosial menekankan tanggungjawab sosial dan hubungan


antarsesama manusia dalam aktivitasnya,

B. Etika individu lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban manusia


sebagai pribadi,

C. Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesi

2.3 Isu Etik yang terjadi antara Bidan dengan Klien, Keluarga, Teman
Sejawat, Tim Kesehatan lain dan Organisasi Profesi

2.3.1 Isu Etik Bidan dengan Klien, Keluarga, Masyarakat


Issue etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga dan masyarakat
mempunyai hubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu
tindakan. Seorang bidan dikatakan profesional bila ia mempunyai kekhususan
sesuai dengan peran dan fungsinya yang bertanggung jawab menolong persalinan.
Dengan demikian penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi dalam praktek
kebidanan misalnya dalam praktek mandiri, bidan yang bekerja di RS, RB atau
institusi kesehatan lainnya. Dalam hal ini bidan yang praktek mandiri menjadi
pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali
pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.

Contoh kasus :

3
Di sebuah desa, ada seorang bidan yang sudah membuka praktek kurang
lebih selama satu tahun. Pada suatu hari datang seorang klien bernama Ny ‘L’ usia
kehamilan 38 minggu dengan keluhan perutnya terasa kenceng kenceng dan terasa
sakit sejak 5 jam yang lalu. Setelah dilakukan VT, didapatkan hasil pembukaan 3
dan ternyata janin dalam keadaan letak sungsang. Oleh karena itu bidan
menyarankan agar di Rujuk ke Rumah Sakit untuk melahirkan secara operasi SC.
Namun keluarga klien terutama suami menolak untuk di Rujuk dengan alasan
tidak punya biaya untuk membayar operasi. Tapi bidan tersebut berusaha untuk
memberi penjelasan bahwa tujuan di Rujuk demi keselamatan janin dan juga
ibunya namun jika tetap tidak mau dirujuk akan sangat membahayakan janin
maupun ibunya. Tapi keluarga bersikeras agar bidan mau menolong persalinan
tersebut.

Sebenarnya, dalam hal ini bidan tidak yakin bisa berhasil menolong
persalinan dengan keadaan letak sungsang seperti ini karena pengalaman bidan
dalam hal ini masih belum begitu mendalam. Selain itu juga dengan di Rujuk agar
persalinan berjalan dengan lancar dan bukan kewenangan bidan untuk menolong
persalinan dalam keadaan letak sungsang seperti ini. Karena keluarga tetap
memaksa, akhirnya bidan pun menuruti kemauan klien serta keluarga untuk
menolong persalinan tersebut. Persalinan berjalan sangat lama karena kepala janin
tidak bisa keluar. Setelah bayi lahir ternyata bayi sudah meninggal. Dalam hal ini
keluarga menyalahkan bidan bahwa bidan tidak bisa bekerja secara profesional
dan dalam masyarakatpun juga tersebar bahwa bidan tersebut dalam melakukan
tindakan sangat lambat dan tidak sesuai prosedur.

1. KONFLIK : keluarga terutama suami menolak untuk di rujuk ke Rumah sakit


dan melahirkan secara operasi SC dengan alasan tidak punya biaya untuk
membayar operasi.

2. ISSU : Di mata masyarakat, bidan tersebut dalam pelayanan atau melakukan

tindakan tidak sesuai prosedur dan tidak profesioanl. Selain itu juga
masyarakat menilai bahwa bidan tersebut dalam menangani pasien dengan

4
kelas ekonomi rendah sangat lambat atau membeda-bedakan antara pasien
yang ekonomi atas dengan ekonomi rendah.

3. DILEMA : Bidan merasa kesulitan untuk memutuskan tindakan yang tepat


untuk menolong persalinan Resiko Tinggi. Dalam hal ini letak sungsang
seharusnya tidak boleh dilakukan oleh bidan sendiri dengan keterbatasan alat
dan kemampuan medis. Seharusnya ditolong oleh Dokter Obgyn, tetapi dalam
hal ini diputuskan untuk menolong persalianan itu sendiri dengan alasan
desakan dari kelurga klien sehingga dalam hatinya merasa kesulitan untuk
memutuskan sesuai prosedur ataukah kenyataan di lapangan.

2.3.2 Isu Etik Bidan dengan Teman Sejawat


Isu Etik adalah topic yang cukup penting untuk dibicarakan sehingga
mayoritas individu akan mengeluarkan opini terhadap masalah tersebut sesuai
dengan asas ataupun nilai yang berkenaan dengan akhlak, niali benar salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat.

Contoh Kasus :

Di suatu desa yang tidak jauh dari kota dimana di desa tersebut ada dua
orang bidan yaitu bidan “A” dan bidan “B” yang sama – sama memiliki BPS dan
ada persaingan di antara dua bidan tersebut.Pada suatu hari datang seorang pasien
yang akan melahirkan di BPS bidan “B” yang lokasinya tidak jauh dengan
BPS bidan “A”. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata pembukaan masih belum
lengkap dan bidan “B” menemukan letak sungsang dan bidan tersebut tetap akan
menolong persalinan tersebut meskipun mengetahui bahwa hal tersebut melanggar
wewenang sebagai seorang bidan demi mendapatkan banyak pasien untuk
bersaing dengan bidan “A”.Sedangkan bidan “A” mengetahui hal tersebut. Jika
bidan “B” tetap akan menolong persalinan tersebut,bidan “A” akan melaporkan
bidan “B” untuk menjatuhkan bidan “B” karena di anggap melanggar wewenang
profesi bidan.

1. ISSU MORAL: seorang bidan melakukan pertolongan persalinan normal.

2. KONFLIK MORAL: menolong persalinan sungsang untuk nendapatkan pasien


demi persaingan atau dilaporkan oleh bidan “A”.

5
3. DILEMA MORA

1. Bidan “B” tidak melakukan pertolongan persalinan sungsang tersebut namun


bidan kehilangan satu pasien.

2. Bidan “B” menolong persalinan tersebut tapi akan dijatuhkan oleh bidan “A”
dengan di laporkan ke lembaga yang berwewenang

4. ETIK adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai
benar dan salah yang dianut suatu organisasi atau masyarakat.

2.3.3 Isu Etik Bidan dengan Team Kesehatan lainnya


Pengertian Yaitu perbedaan sikap etika yang terjadi pada bidan dengan
tenaga medis lainnya. Sehingga menimbulkanketidak sepahaman atau
kerenggangan social.

•Contoh Kasus :

Disuatu desa yang ada sebuah BPS, suatu hari ada seorang Ibu berusia 40
Tahun keadaannya sudah lemah. bidan menanyakan kepada keluarga pasien apa
yang terjadi pada pasien. Dan suami pasien menjawab ketika dirumah Px jatuh &
terjadi perdarahan hebat. Setelah itu bidan memberikan pertolongan , memberikan
infuse. Bidan menjelaskan pada keluarga, agar istrinya di bawa ke rumah sakit
untuk dilakukan curretase. Kemudian keluarga px menolak saran bidan tsb, dan
meminta bidan yang melakukan currentase. selang waktu 2 hari px mengalami
perdarahan lagi kemudian keluarga merujuk ke RS. Dokter menanyakan kapeda
suami px, apa yang sebenarnya terjadi dan suami px menjelaskan bahwa 3 hari
yang lalu istrinya mengalami keguguran & di currentase bidan didesanya. dokter
mendatangi bidan terebut. Maka Terjadilah konflik antara bidan & dokter.

1. ISSUE ETIK : Mall Praktek Bidan melakukan tindakan diluar wewenangnya.

2. KONFLIK : bidan melakukan currentase diluar wewenangnya sehingga


terjadilah konflik antara bidan & dokter.

6
3. DILEMA : jika tidak segera dilakukan tindakan takutnya merenggut nyawa px
karena BPS jauh dari RS. Dan jika dilakukan tindakan bidan merasa melanggar
kode etik kebidanan & merasa melakukan tindakan diluar wewenangnya.

2.3.4 Isu Etik Bidan dengan Organisasi profesi


Issue etik yang terjadi antara bidan dan organisasi profesi adalah suatu topic
masalahyang menjadi bahan pembicaraan antara bidan dengan organisasi profesi
karena terjadinyasuatu hal-hal yangmenyimpang dari aturan-aturan yang telah
ditetapkan.

Contoh Kasus :

Seorang ibu yang ingin bersalin di BPS pada bidan B sejak awal kehamilan
ibu tersebut memang sudah sering memeriksakan kehamilannya. Menurut hasil
pemeriksaan bidan Ibu tersebut mempunyai riwayat hipertensi. Maka
kemungkinan lahir pervaginanya sangat beresiko Saat persalinan tiba. Tekanan
darah ibu menjadi tinggi. Jika tidak dirujuk maka beresiko terhadap janin dan
kondisi si Ibu itu sendiri. Resiko pada janin bisa terjadi gawat janin dan
perdarahan pada ibu. Bidan A sudah mengerti resiko yang akan terjadi. Tapi ia
lebih mementingkan egonya sendiri karena takut kehilangan komisinya dari pada
dirujuk kerumah sakit. Setelah janin lahir Ibu mengalami perdarahan hebat,
sehingga kejang-kejang dan meninggal. Saaat berita itu terdengar organisasi
profesi (IBI), maka IBI memberikan sanksi yang setimpal bahwa dari
kecerobohannya sudah merugikan orang lain. Sebagai gantinya,ijin praktek (BPS)
bidan B dicabut dan dikenakan denda sesuai dengan pelanggaran tersebut.

1. Issue etik : Terjadi malpraktek dan Pelangaran wewenang Bidan

2. Dilema etik Warga yang mengetahui hal tersebut segera melaporkan kepada
organisasi profesi dan diberikan penangan.

2.4 Pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etik/moral


Masalah–masalah etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan

A. Masalah-masalah yang terjadi

7
Masalah Moral yang Mungkin Terjadi Tuntutan bahwa etik adalah hal
penting dalam kebidanan salah satunya adalah karena bidan merupakan profesi
yang bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat berhubungan dengan
klien sertaharus mempunyai tanggung jawab moral terhadap keputusan yang
diambil. Untuk menjalankan prakit kebidanan dengan baik, serta pengetahuan
yang up to date, tetapi bidan harus mempunyai pemahaman isu etik dalam
pelayanan kebidananan. Menurut Daryl Koehn dalamThe Groun of Professional
Ethies (1994), bahwa bidan dikatakan profesional, bila menerapkan etika dalam
Menjalankan praktik kebidanan. Dengan memahami peran sebagai bidan, akan
meningkatkan tanggung jawab profesionalnya kepada pasien atauklien. Bidan
berada pada posisi yang baik, yaitu memfasilitasi kliendan membutuhkan
peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menerapkan dalam strategi praktik
kebidanan

a. Aborsi

Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janinmencapai viabilitas


dengan usia kehamilan < 22 minggu dan bera janin <500 gram (Purwoastuti,
Endang & Elisabeth Siwi Walyani.2015: 106).

b. Euthanasia

Euthanasia adalah praktik pencabutan kehidupan manusia melalui cara yang


dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang
minimal, biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan
(Purwoastuti, Endang& Elisabeth Siwi Walyani. 2015: 106).

c. Adopsi/pengangkatan

AnakA dopsi berasal dari kata“adaptie” dalam bahasa Belanda. Menurut kasus
hukum berarti pengangkatan seorang anak untuk anak kandungnya sendiri”.
Dalam bahasa malaysia, berarti anak angkat atau mengankat anak. Sedangkan
dalam bahasa Inggris,“edoft”(adaption), berarti pengangkatan anak atau
mengangkat anak. Dalam bahasa Arab disebut”tabanni” yang diartikan dengan

8
“mengambil anak angkat” (Purwoastuti, Endang & Elisabeth SiwiWalyani. 2015:
106).

d. Transplantasi

Transplantasi organ adalah transplantasi atau pemindahanseluruh atau sebagian


organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain, ataudari suatu tempat ke tempat yang
lain pada tubuh yang sama.Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ
yang rusakatau tak berfungsi pada penerimaan dengan organ lain yang masih
berfungsi dari donor. Donor organ dapat merupakan orang yang masih hidup
ataupun telah meninggal (Purwoastuti, Endang &Elisabeth Siwi Walyani. 2015:
106).

e. Bayi Tabung

Bayi tabung adalah upaya jalan pintas untuk mempertemukan sel sperma dan sel
telur di luar tubuh (in vitro fertilization). Setelah terjadi konsepsi, hasil tersebut
dimasukkan kembali ke dalam rahim ibu atau embrio transfer sehingga dapat
tumbuh menjadi janin sebagaimana layaknya kehamilan biasa (Purwoastuti,
Endang &Elisabeth Siwi Walyani. 2015: 106)

B. Pendekatan penyelesaian masalah

Pendekatan penyelesaian masalah teknik perlu dilakukan dengan cara yang


bertahap dan berurutan. Langkah-langkah awal bersifat kualitatif dan umum, dan
langkah-langkah berikutnya lebih bersifat kuantitatif dan spesifik

a. Identifikasi masalah

Agar masalah dapat diselesaikan, pertama-tama perlu diidentifikasi terlebih


dahulu apa sebenarnya esensi dari masalah tersebut, agar langkah berikutnya
tepat.

b.Sintesis

Sintesis adalah tahap proses kreatif di mana bagian-bagian masalah yang terpecah
dibentuk menjadi kesatuan yang menyeluruh. Di sini kreativitas sangat penting.

9
c.Analisis

Analisis adalah tahap dimana kesatuan itu dipecah kembali menjadi bagian-
bagiannya. Kebanyakan edukasi teknik akan fokus pada tahap ini. Kunci dari
analisis adalah menerjemahkan problem fisik tersebut menjadi sebuah model
matematika. Analisis menggunakan logika untuk membedakan fakta dari opini,
mendeteksi kesalahan, membuat keputusan yang berdasarkan bukti, menyeleksi
informasi yang relevan, mengidentifikasi kekosongan dari informasi, dan
mengenali hubungan antar bagian.

d.Aplikasi

Aplikasi adalah proses dimana informasi yang cocok danakurat diidentifikasi


untuk penerapan pada permasalahan yanghendak dipecahkan.

e.Komprehensi

Yaitu tahap dimana teori yang sesuai dan data yang berhasil dikumpulkan
disatukan dalam sebuah rumus komprehensif yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah. Jika pada tahapini masalah masih belum selesai, maka
kita dapat kembali padatahap ke tahap sintesis, dan mencoba lagi.

1. Pengambilan keputusan yang etis

Pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam praktek suatu
profesi dan keberadaannya sangat penting karena akan menentukan tindakan
selanjutnya.Dalam bidang kesehatan khususnya pelayanan kebidanan,
pengambilnkeputusan harus dilakukan melalui pemikiran mendalam, karena objek
yang akan dipengaruhi oleh keputusan tersebut adalah manusia, tidak hanya klien
atau pasien dan keluarganya,tetapi juga tenaga kesehatan(bidan,dokter, perawat
dan lain-lain) serta system pelayanan kesehatan itu sendiri (Soepardan, 2008).

Keterlibatan bidan yang kurang dalam proses pengambilan keputusan sebenarnya


menimbulkan berbagai masalah, seperti adanya jarak antara bidan dan ibu,
padahal hubungan baik antara bidan dan ibu merupakan komponen penting dalam
mencapai keberhasilan proses perawatan ibu dan bayi. Agar bidan dapatterlibat

10
langsung dalam proses pengambilan keputusan, diperlukan hubungan yang baik
dengan klien, rekan kerja, dan stokeholder (penyedia layanan kesehatan). Bidan
tidak hanya bertanggung jawab menyediakan layanan, namun juga bertanggung
jawab terhadap penggunaan sumber daya secara efektif. Ciri-ciri keputusan etis
yaitu :

a. Mempunyai pertimbangan tentang apa yang benar dan salah

b. Sering menyangkut pilihan yang sukar

c. Tidak mungkn diletakkan

d. Dipengaruhi oleh norma norma, situasi, imun, tabiat, dan lingkungan social

Dasar seseorang dalam membuat atau mengambil keputusan adalah :

a. Ketidaksanggupan artinya membiarkan kejadian berlalu, tanpa berbuat apa-apa.

b. Keterpaksaan, karena suatu krisis, yang menuntut sesuatu untuksegera


dilakukan.

c. Pengambilan keputusan dapat ditangguhkan.

C. Informed choice dan informed consent.

1. Informed Choice

1. Definisi

Informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan


alternatif asuhan yang akan dialaminya.Menurut Kode Etik Bidan Internasional
tahun 1993 bidan harus menghormati hak informed choice ibu dan meningkatkan
penerimaan ibu tentang pilihan asuhan dan tanggung jawab terhadap hasil dari
pilihannya. Profesi bidan dikontrol oleh kerangka kerja yang rinci darilegislasi
primer maupun sekunder dalam upaya untuk melindungi masyarakat. Bidan
menghormati wanita sebagai pribadi dan memperlakukan mereka dengan rasa
hormat. Dalam pelayanan kebidanan,bidan berperan dalam memfalitasi pilihan
pasien.

11
Bila pilihan belum bermasalah dan membahayakan kesejahteraan ibu dan
janin/bayi, dilain pihak hak dan pilihan klien perlu dihormati. Hambatan lain bila
ada keterbatasan option/pilihan dari fasilitas pelayanan yangtersedia. Bila keadaan
demikian maka keamanan, keselamatan dan kesejahteraan wanita dan bayinya
menjadi pertimbangan utama bagi para bidan. (Marimbi, 2009 : 46)

2. Rekomendasia.

a. Bidan harus terus meningkatkan pengetahuan danketrampilannya dalam


berbagai aspek agar dapat membuatkeputusan klinis dan secara teoritis agar
dapat memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan kliennya.

b. Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujurdalam bentuk yang
dapat dimengerti oleh wanita denganmenggunakan media alternatif dan
penterjemah kalau perlu, begitu juga tatap muka langsung.

c. Bidan dan petugas kesehatan lain perlu belajar untukmembantu wanita melatih
diri dalam menggunakan haknyadan menerima tanggung jawab untuk
keputusan yang merekaambil sendiri.

d. Dengan memfokuskan asuhan yang berpusat pada wanita dan berdasarkan


fakta, diharapkan bahwa konflik dapat ditekan serendah mungkin.

e. Tidak perlu takut akan konflik tetapi menganggapnya sebagaisuatu kesempatan


untuk saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang obyektif,
bermitra dengan wanita darisystem asuhan dan suatu tekanan positif terhadap
perubahan.(Marimbi, 2009 : 48)

3. Informed Concent

Latar belakang diperlukannya Informed consent adalah karenatindakan


medik yang dilakukan bidan, hasilnya penuh denganketidakpastian dan
unpredictable (tidak dapat diperhitungkan secaramatematik), sebab dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain yang beradadiluar kekuasaan bidan, seperti perdarahan post
partum, shock,asfiksia neonatorum (Wahyuningsih, 2008 : 62).Sehingga
persetujuan pasien bagi setiap tindakan medik menjadimutlak diperlukan, kecuali

12
dalam keadaan emergency. Persetujuantersebut dikenal dengan Informed consent .
Istilah consent adalah dari bahasa latin yaitu consensio. Kemudian di dalam
bahasa inggris menjadi consent yang berarti persetujuan izin, memberi izin
kepadaseseorang untuk melakukan sesuatu (Wahyuningsih, 2008 : 62). Kesadaran
hukum pasien semakin meningkat, pasien sadar akanhak dan kewajibannya dalam
arti bahwa pemberian persetujuan tanpamengetahui tentang apa yang akan
dilaksanakan atas dirinya adalah bertentangan dengan arti dari consent itu
(Wahyuningsih, 2008 : 62). Informed consent telah diakui sebagai langkah yang
paling pentinguntuk mencegah terjadinya konflik dalam masalah etik.
(Marimbi,2009 : 50). Dasar hukum informed concent yaitu :

1. Pasal 53 pada UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatanmenetapkan sebagai


berikut :

a. Ayat 2, Tenaga kesehatan dalam melakukan

Tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standar profesi dan menghormati


hak pasien.

b. Ayat 4, Ketentuan mengenai standar profesi dan hak pasien sebagaimana


dimaksudkan dalam Ayat (2) ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
Penjelasan Pasal 53 UU No. 23/92Tentang Kesehatan

c. Ayat 2, Standar profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai


petunjuk dalam menjalankan profesisecara baik. Tenaga kesehatan yang
berhadapan dengan pasien dalam melaksanakan tugasnya harus
menghormati hak pasien.Yang dimaksud dengan hak pasien adalah hak atas
informasi,hak untuk memberikan persetujuan, hak atas rahasia kedokteran
dan hak atas pendapat kedua. (Wahyuningsih. 2008: 63)

2. Diatur juga dalam Registrasi dan Praktik bidan pada KepMenKes No. 900/2002
Pasal 25 ayat 2, tentang kewajiban bidan dalam menjalankan kewenangannya
yaitu :

a. Memberikan informasi. Informasi mengenai pelayanan atautindakan yang


diberikan dan efek samping yang di timbulkan perlu di berikan secara jelas,

13
sehingga memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengambil
keputusan yang terbaik bagidirinya.

b. Meminta persetujuan yang akan dilakukan. Pasien berhakmengetahui dan


mendapat penjelasan mengenai semuatindakan yang dilakukan kepadanya.
Persetujuan dari pasien dan orang terdekat dalam keluarga perlu dimintakan
sebelumtindakan dilakukan. (Wahyuningsih. 2008 : 63).

3. Secara hukum informed consent berlaku sejak tahun 1981. PP No.8 Tahun
1981.

4. Informed consent dikukuhkan menjadi lembaga hukum, yaitudengan


diundangkannya Persatuan Menteri Kesehatan No. 585Tahun 1989 Tentang
Persetujuan Tenaga medik. Dalam PeraturanMenteri kesehatan No. 585 Tahun
1989 ini dalam Bab I, KeputusanUmum, Pasal 1 (a) menentapkan apa yang
dimaksud denganInfomed Consent; Persetujuan tindakan medik adalah
persetujuanyang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar
penjelasanmegenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap
pasientersebut. (Wahyuningsih. 2008 : 64)

5. Pada KepMenKes No. 900/2002, Bab IX, Sanksi, Pasal 42menyebutkan bahwa
bidan yang dengan sengaja; melakukan praktik kebidanan tidak sesuia dengan
ketentuan sebagai mana dimaksudkan dalam pasal 25 ayat (1) dan (2); dipidana
sesuaiketentuan Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996Tentang
Tenaga Kesehatan.

Dalam proses informed consent terdapat dua dimensi yang tercakup di dalamnya,
yaitu :

1. Dimensi yang menyangkut hukum

Dalam hal ini informed consent merupakan perlindungan bagi pasien terhadap
bidan yang berperilaku memasakkan kehendak. Proses informed consent
memuat :

a. Keterbukaan informasi dari bidan kepada pasien.

14
b. Informasi tersebut harus dimengerti pasienc.

Memberikan kesempatan kepada pasien untuk memberikankesempatan yang


terbaik.

2. Dimensi yang menyangkut etikDari proses informed consent terkandung nilai-


nilai etik sebagai berikut :

a. Menghargai melakukan intervensi melainkan membantu.

b. Tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien biladibutuhkan


atau diminta sesuai dengan informasi yang telahdiberikan.

c. Bidan menggali keinginan pasien baik yang dirasakan secarasubyektif


maupun sebagai hasil pemikiran yang rasional.(Marimbi, 2009 : 51)

Menurut Culver and Gert, ada empat komponen yang harus dipahami pada suatu
Consent atau persetujuan :

1. Sukarela (voluntariness)

Sukarela mengandung makna bahwa pilihan yang dibuatatas dasar sukarela tanpa
ada unsur paksaan didasari informasidan kompetensi. Sehingga pelaksanaan
sukarea harus memenuhi unsur informasi yang diberikan sejelas-jelasnya.
(Wahyuningsih.2008 : 62)

2. Informasi (information)

Jika pasien tidak tahu, sulit untuk dapat mendeskripsikan keputusan. Dalam
berbagai kode etik pelayanan kesehatan bahwa informasi yang lengkap
dibutuhkan agar mampu membuat keputusan yang tepat. Kurangnya informasi
atau diskusi pasiensulit mengambil keputusan, bahkan ada rasa cemas dan
bingung.(Wahyuningsih. 2008 : 62)

3. Kompetensi (competence)

Dalam konteksconsent kompetensi bermakna suatu pemahaman bahwa seseorang

15
membutuhkan sesuatu hal untuk mampu membuat keputusan dengan tepat, juga
membutuhkan banyak informasi. (Wahyuningsih. 2008 : 63)

4. Keputusan (decision)

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, dimana merupakan persetujuan


tanpa refleksi. Pembuatan keputusan merupakan tahap terakhir proses pemberian
persetujuan.Keputusan penolakan pasien terhadap suatu tindakan harus divalidasi
lagi apakah karena pasien kurang potensi. Jika pasien menerima suatu tindakan,
beritahulah juga prosedur tindakan dan buatlah senyaman mungkin.
(Wahyuningsih. 2008 : 63)

Informed consent harus dilakukan setiap kali akan melakukantindakan


medis, sekecil apapun tindakan tersebut. Menurut Departemen Kesehatan (2002),
informed consent dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu :

1. Implied ConsentPersetujuan yang dinyatakan tidak langsung. Contohnya saat


bidan akan mengukur tekanan darah ibu, ia hanya mendekati si ibudengan
membawa sfigmomanometer tanpa mengatakan apapun dansi ibu langsung
menggulung lengan bajunya (meskipun tidakmengatakan apapun, sikap ibu
menunjukkan bahwa ia tidakkeberatan terhadap tindakan yang akan dilakukan
bidan)

2. Express ConsentPersetujuan yang dinyatakan dalam bentuk tulisan atau


secaraverbal. Sekalipun persetujuan secara tersirat dapat diberikan,namun
sangat bijaksana bila persetujuan pasien dinyatakan dalam bentuk tertulis,
karena hal ini dapat menjadi bukti yang lebih kuatdi masa datang. Contoh
persetujuan untuk pelaksanaan sesar.(Purwoastuti, E. 2015: 143)

Syarat sah perjanjian atau consent meliputi :

1.Adanya kata sepakat, sepakat dari pihak tanpa paksaan, tipuanmaupun


kekeliruan. Dalam hal perjanjian antara bidan dan pasien,kata sepakat harus
diperoleh dari pihak bidan dan pasien setelahterlebih dahulu bidan memberikan
informasi kepada pasien sejelas- jelasnya.

16
2. Kecakapan, artinya bahwa seseorang memiliki kecakapan untukmemberikan
persetujuan, jika orang tersebut mampu melakukantindakan hukum, dewasa,
dan tidak gila.

3. Suatu hal tertentu, objek dalamn persetujuan antara bidan dan pasienharus
disebutkan dengan jelas dan terperinci. Misalnya dalam persetujuan ditulis
dengan jelas identitas pasien meliputi: nama, jeniskelamin, alamat, suami atau
wali. Kemudian yang terpenting harusdilampirkan identitas yang memberikan
persetujuan.

4. Suatu sebab yang halal, maksudnya adalah isi persetujuan tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang, tata tertib, kesusilaannorma dan hukum.
(Purwoastuti, E. 2015: 144). Akhirnya bahwa manfaat informed consent adalah
untukmengurangi kejadian malpraktek dan agar bidan lebih berhati-hati
danalur pemberian informasi benar-benar dilakukan dalam memberikan
pelayanan kebidanan. (Puji Wahyuningsih, Heni.2008 : 73).

Berikut adalah perbedaan antara informed choice dan informedconcent, yaitu :

1. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan
dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuksemua prosedur yang
akan dilakukan bidan.

2. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa
asuhan kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang
sesungguhnya dan merupakan aspek otonomi pribadi menentukan ‘pilihannya
sendiri’

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etik ialah suatu cabang ilmu filsafat. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa etik adalah disiplin yang mempelajari tentang baik atau buruk sikap
tindakan manusia. Isu moral adalah merupakan topic yang penting berhubungan
dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari hari menyangkut kasus abortus,
euthanasia, keputusan untuk terminasi kehamilan.Isu moral juga berhubungan
dengan kejadian di luar biasa dalam kehidupansehari-hari, seperti menyngkut
konflik, malpraktik, perang dsb. Dilema merupakan suat keadaan di mana
dihadapkan pada dua alternatif,yang kelihatannya sama atau hampir sama dan
membutuhkan pemecahanmasalah. Dilema moral adalah suatu keadaan di mana
dihadapkan pada duaalternatif pilihan, yang kelihatannya sama atau hampir sama
danmembutuhkan pemecahan masalah.

3.2 Saran
Dalam makalah ini terdapat penjelasan tentang “issue etik yang terjadi dalam
pelayanan kebidanan (issue moral)” berharap agar mahasiswi dapat mengetahui
issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan khususnyaissue moral sesuai
dengan pmbahasan yang ada dalam makalah ini

18
DAFTAR PUSTAKA
Purwoastuti Endang, dkk. Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan Yogaykarta :2015.

Ristica, dkk. 2014. Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan
Yogyakarta : Deepublish.

Wahyuningsih, Heni Puji. 2008. Etika Profesi Kebidanan Yogyakarta :


KatalogDalam Terbitan.

19

Anda mungkin juga menyukai