Dianjukan oleh :
Kelompok 5
Pembimbing Lapangan,
Menyetujui Pembimbing,
Tim Penguji
Tanda
No Nama Penguji NIP
Tangan
197908022006041008
1. Ni Komang Sulyastini S.ST., M.Pd
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya-lah penulis Dapat Menyelesaikan Laporan Studi Kasus Yang
Berjudul Asuhan Kebidanan Pada Prempuan ‘KS’ P3A0 Partus Spontan
Belakang Kepala Nifas Hari Pertama Dengan Riwayat Laserasi Grade II
Tanggal 07 November 2022 di RSUD Buleleng. Laporan ini diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat menyelesaikan praktek klinik kebidanan II. Dalam
menyelesaikan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa
moral maupun material dari berbagai pihak. untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
a. Bapak Dr. I Nyoman Jampel M.Pd selaku Rektor Universitas
Pendidikan Ganesha
b. Bapak Prof. Dr. M.Ahmad Djojosugito, dr., SpOT(K), MHA, MBA.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................iii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................2
1.3 Tujuan .........................................................................................................2
1.4 Manfaat .......................................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..........................................................................5
2.1 Kajian Teori Kasus...................................................................................... 5
2.2 Kajian Teori Asuhan Kebidanan.................................................................22
BAB III ASUHAN KEBIDANAN ..................................................................28
3.1 Subjektif .....................................................................................................28
3.2 Objektif .......................................................................................................32
3.3 Analisa ........................................................................................................34
3.4 Penatalaksanaan ..........................................................................................34
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................37
4.1 Data Subjektif ..............................................................................................37
4.2 Data Objektif ................................................................................................ 38
4.3 Analisa .......................................................................................................... 40
4.4 Penatalaksanaan ............................................................................................ 40
BAB V PENUTUP ...........................................................................................42
5.1 Simpulan .....................................................................................................42
5.2 Saran ........................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 45
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 46
BAB I
PENDAHULUAN
Dari rumusan masalah tersebut memiliki tujuan umum dan khusus sebagai
berikut:
1. Tujuan Umum
Dapat memberikan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas “LS” P2A0 Partus
Spontan Belakang Kepala Nifas Hari Pertama Dengan Riwayat Laserasi
Grade II Tanggal 7 November 2022 di RSUD Buleleng”.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengumpulan data Subyektif pada Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Nifas “LS” P2A0 Partus Spontan Belakang Kepala Nifas Hari
2
Pertama Dengan Riwayat Laserasi Grade II Tanggal 7 November 2022 di
RSUD Buleleng”.
b. Dapat melakukan pengumpulan data Obyektif Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Nifas “LS” P2A0 Partus Spontan Belakang Kepala Nifas Hari Pertama
Dengan Riwayat Laserasi Grade II Tanggal 7 November 2022 di RSUD
Buleleng”.
c. Tanggal 07 November 2022
d. Dapat menganalisa data pada Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas “LS”
P2A0 Partus Spontan Belakang Kepala Nifas Hari Pertama Dengan
Riwayat Laserasi Grade II Tanggal 7 November 2022 di RSUD Buleleng”.
e. Dapat melakukan penatalaksanaan pada Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Nifas “LS” P2A0 Partus Spontan Belakang Kepala Nifas Hari Pertama
Dengan Riwayat Laserasi Grade II Tanggal 7 November 2022 di RSUD
Buleleng”.
1.4 Manfaat
3
Universitas Pendidikan Ganesha dan nantinya dapat dijadikan sebagai
pedoman pembelajaran awal bagi mahasiswa selanjutnya khususnya dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Mertasari (2020), Post partum adalah masa yang dimulai dari
lahirnya plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum)
terakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil), masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu karena perubahan yang
terjadi pada ibu nifas tidak akan sama atau persis kembalinya traktus
reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil.
2. Tahapan Masa Nifas
5
gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat
kontraksi otot-otot polos uterus (Ambarwati, 2017:29).
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
palpasi untuk meraba di mana TFU-nya (tinggi fundus uteri).
Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras dengan
TFU 2 jari di bawah pusat, setelah 12 jam TFU 1 jari bawah pusat,
2 hari berikutnya uterus tidak berkurang, setelah 2 hari berikutnya
uterus mengecil 1 cm perhari hingga hari ke 14 tidak teraba lagi.
Involusi uterus ada Involusi uterus ada 3 yaitu:
(1) Autolisis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uerus, dimana enzim proteolitik akan
memendekan jaringan otot yang sempat mengendur hingga
10 kali panjangnya dari semua dalam 5 kali lebar dari semula
selama kehamilan. Proses proeolitik adalah proses
pemecahan protein yang hasil pemecahan akan diabsorpsi
dan sisanya dikeluarkan melalui urine.
(2) Atofi Jaringan
Merupakan penciutan jaringan akibat reaksi terhadap
penghentian produksi ekstrogen yang menyertai pelepasan
plasenta
(3) Efek oksitosin
Peran oksitosin adalah untuk menimbulkan kontraksi dan
retraksi otot uteri sehingga akan mengkompres pembuluh
darah yang menyebabkan kurangnya suplay darah ke uterus.
Proses ini untuk mengurangi tempat implantasi plasenta serta
mengurangi pendarahan. Dengan involusi uterus ini maka
lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta
akan menjadi neuritis (layu/mati). Desidua yang mati akan
keluar bersama sisa cairan yang disebut lochea yang berakhir
dalam waktu 3-6 minggu. Luka pada bekas implantasi
plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium.
6
Berikut tabel perubahan yang normal didalam uterus selama post partum:
7
3) Lochea serosa: Lokhea ini berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah
lagi karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi
plasenta, keluar hari ke 7-14 pasca persalinan.
4) Lochia alba: Cairan putih yang tejadi pada hari setelah 2 minggu. Lokhea
ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks,
dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung
selama 2-6 minggu post partum.
5) Lokhea yang menetap pada awal periode post partum menunjukkan
adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh
tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa yang
berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai
dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar
cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”.
Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut “lokhea statis”.
b. Perubahan Serviks
Menurut Prawirohardjo (2016) servik setelah melahirkan pada bagian
ektoserviks (porsio) akan terlihat memar, sedikit koyak.Beberapa hari
setelah persalinan, osteum eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-
pinggirnya tidak rata tetapi retak. Akhir minggu pertama hanya dapat
dilalui oleh 1 jari dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas
dari kanalis servikalis. Setelah post partum, OUE lebih besar dan ada
retak serta robekan pada pinggirannya.
c. Perubahan pada Perineum, Vulva, dan Vagina
Menurut Pusdiknakes (2017) berkurangnya sirkulasi progesterone
mempengaruhi otot-otot panggul, perineum, vagina dan vulva. Proses ini
membantu pemulihan ke arah tinisitas/elastisitas normal dari ligamentum
otot rahim. Semua ini merupakan proses bertahap yang akan berguna
apabila ibu melakukan ambulasi dini, senam nifas, dan mencegah
timbulnya konstipasi.Sarwono Prawiradirdjo (2017) mengemukakan
bahwa luka-luka pada jalan lahir seperti bekas episiotomi yang telah
dijahit, luka pada vagina dan serviks, bila tidak seberapa luas lukanya,
umumnya akan sembuh dengan baik, kecuali bila terdapat infeksi.
8
Umumnya. dinding vagina akan kembali setelah 6-8 minggu dan rugae
akan timbul kembali kira-kira minggu ke-4.
d. Perubahan pada Sistem Gastrointestinal
1. Nafsu makan
Setelah pemulihan sempurna dari analgetik, anastesi, dan kelelahan,
kebanyakan ibu nifas merasa cepat lapar.
2. Motilitas
Penurunan tonus otot dan motilitas traktus gastrointestinal
berlangsung hanya beberapa waktu setelah persalinan. Penggunaan
analgetik dan anastesiyang berlebih dapat memerlambat pemulihan
motilitas usus.
3. Pengosongan Usus
Pengosongan usus secara spontan terlambat 3-5 hari setelah
persalinan karena dehidrasi dan kurang makan serta pembengkakan
perineal yang disebabkan oleh episiotomi.
e. Perubahan Sistem Urinaria
1. Sensitivitas kandung kemih terhadap cairan kadang-kadang
menghilang. Hal ini disebabkan karena oedema yang disebabkanoleh
trauma kandung kencing.
2. Gangguan BAK dalam 6-8 jam.
3. Kadang-kadang terjadi hematuria.
4. ±40% pada ibu nifas mengalami protein urea non patologis sampai
hari kedua post partum.
5. Serta jumlah urine yang keluar dapat melebihi 3000 m/hari sebagai
suatu cara tubuh untuk megurangi cairan ekstraseluler.
f. Perubahan Sistem Muskuloskeletal (Diatasis Recti Abdominalis)
Dinding perut menjadi lembek dan kendor, karena peregangan abdomen
secara bertahap pada waktu hamil. Bila peregangan berlebihan terkadang
menimbulkan otot-otot dinding perut terpisah.
g. Perubahan Sistem Endokrin
9
Estrogen dan progesteron serta prolaktin menurun secara cepat, kadar
prolaktin pada ibu menyusui akan meningkat secara bertahap karena
rangsangan dari isapan bayi.
h. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
1. Volume Darah
Perubahan pada volume darah terjadi dalam 3-4 minggu setelah
persalinan.
2. Cardiac Output
Cardiac output terus meningkat selama kala I dan kala II persalinan
dan tetap tinggi sampai 48 jam post partum, kemudian kembali
kembali pada keadaan sebelum hamil 2-3 minggu.
3. Komponen Darah
Hb, HT, Eritrosit, mendekati keadaan sebelum melahirkan dan
berangsur-angsur kembali ke keadaan sebelum hamil.
ii. Perubahan tanda-tanda vital
1. Suhu
Suhu pada 24 jam pertama post partum meningkat sampai 38°C
akibat dari dehidrasi persalinan. Jika berturut-turut selama dua hari
suhu ≥38°C harus dipikirkan adanya kemungkinan infeksi
(Manuaba, 1998). Infeksi dapat dikarenakan febris puerpuralis,
infeksi traktus genetalis, mastitis, dan infeksi sistemik.
2. Nadi
6-8 jam post partum umumnya terjadi bradikardi sebagai suatu
konsekuensi dari peningkatan cardiac output. Setelah 3 bulan post
partum, nadi kembali seperti sebelum hamil. Nadi dianggap normal
yakni antara 50-70 kali/menit.nadi yang cepat mengindikasikan
hipovolemia sekunder dan perdarahan.
3. Respirasi
Respirasi segera menjadi normal seperti sebelum hamil.
4. Tekanan Darah
Tensi ibu tetap stabil. Jika terjadi penurunan tekanan sistolik 20
mmHg atau lebih pada saat ibu berubah posisi dari tidur terlentang
10
keposisi duduk mungkin merupakan gangguan sementara pada
komponen kardivaskuler terhadap penurunan tekanan vaskuler
panggul. Kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dengan diastolik 15
mmhg, terutama bila disertai sakit kepala atau perubahan
penglihatan, dapat dicurigai adanya preeklamsia. Berkeringat dan
menggigil mungkin disebabkan oleh vasomotor instability, bila
disertai panas berarti untuk membantu pengeluaran jumlah sisa atau
kelebihan cairan tubuh.
j. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologis pada ibu disebbabkan kesan pertama, penyesuaian
emosional, post partum blues menjadi orang tua merupakan hal kritis
yang disebut fase honeymoon yaitu fase kritis setelah anak lahir dimana
terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah, dan anak. Berikut ada 3 fase
pada masa nifas:
1. Fase Taking In
Perhatian ibu terutama pada kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan
ketergantungan (berlangsung selama 2 hari). Ibu tidak menginginkan
kontak dengan bayinya tetapi bukan tidak memperhatikan. Dalam
fase ini yang diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya, bukan
cara merawat bayinya. Ibu mengenang pengalaman melahirkan yang
baru dialaminya untuk memulihkan tenaga memerlukan tidur dan
asupan nutrisi yang adekuat.
2. Fase Taking Hold
Fase ini berlagsung selama 10 hari dimana ibu berusaha mandiri dan
berinisiatif, perhatian terhadap kemampuan mengaasi fungsi
tubuhnya, ingin belajar tentang perawatan dirinya dan bayinya, serta
timbul rasa kurang percaya diri sehingga perlu dibimbing.
3. Fase Letting Go
Ibu merasa bahwa bayinya merupakan bagian dari dirinya, mendapat
peran dan tanggung jawab baru. Terjadi peningkatan kemandirian
dalam perawatan diri sendiri dan bayinya serta penyesuaian dalam
hubungan keluarga termasuk bayi.
11
4. Kebutuhan Ibu Pada Masa Nifas
1) Kebersihan diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh \
b. Menganjurkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air, pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan
daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang,
kemudian membersihkan daerah disekitar anus. Nasehati ibu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai BAK/BAB.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut/ kain pembalut setidaknya 2
kali sehari.
d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelamin.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada
ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka
2) Istirahat
a. Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebihan
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga
secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi
bayi tidur
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hari :
a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri.
3) Latihan
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul
kembali normal sehingga ibu akan merasa lebih kuat dan ini
menyebabkan otot perutnya menjadi kuat
b. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu seperti:
12
a) Dengan tidur terlentang dimana lengan disamping, menarik otot
perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat
dagu kedada, 1-2 kali hitungan relax dan ulangi 10 kali.
b) Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel)
c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kebcangkan otot-otot pantat dan
panggul ditahan sampai 5 hitungan, kendorkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali. Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk
setiap gerakan, setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih
banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan
setiap gerakan sebanyak 30 kali.
4) Gizi
Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali ibu menyusui)
d. Suplemen zat besi harus diminum untuk menambah zat besi
setidaknya selama 40 hari pasca bersalin
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bias memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI
5) Perawatan payudara
a. Menjaga payudara tetap kering dan bersih
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar
pada sekitar putting setiap kali selesai menyusui. Menyususi tetap
dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak lecet
d. Apabila lecetnya sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam.
ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok
e. Untuk menghilangkan nyeri dapat minum parasetamol 1 tablet setiap
4-6 jam
f. Apabila payudara bengkak, akibat bendungan ASI, lakukan :
13
a) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hangat selama 5 menit
b) Lakukan pemijatan pada daerah punggung ibu dari sekitar
vertebra torakalis ke 6 hingga ke vertebra servikalis 7.
c) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga
putting susu menjadi lunak
d) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali, apabila tidak dapat
menghisap seluruh ASI dikeluarkan dengan tangan
e) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
f) Payudara dikeringkan
6) Hubungan Perkawinan (Rumah Tangga)
a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri, begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1-2 jarinya kedalam
vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak
merasakan ketidaknyamanan, maka aman untuk memulai hubungan
suami istri kapan saja ibu siap
b. Banyak budaya yang memilih tradisi menunda hubungan suami istri
sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari (6 minggu)
setelah persalinan, keputusan tergantung pada perasaan
bersangkutan.
7) Keluarga Berencana
a. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil lagi setiap pasangan harus menentukan sendiri
kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan keluarganya
b. Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya
dijelaskan dahulu kepada ibu :
c. Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya
a) Kelebihan atau keuntungan
b) Kekurangannya
c) Efek samping
d) Bagaimana menggunakan metode ini
14
e) Kapan metode itu dapat dimulai digunakan untuk wanita pasca
salin yang menyusui
d. Jika seorang ibu atau pasangan telah memiliki metode KB tertentu
ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk
mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu atau
pasangan ibu dan melihat apakah metode tersebut bekerja dengan
baik
5. Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Masa Nifas dan Penanganannya
a. Nyeri Setelah Melahirkan (After Pain)
Nyeri mencekram dibagian bawah perut oleh karena kontraksi dan
relaksasi terus menerus. Nyeri terjadi pada hari ke 3-4 dan biasanya
berkurang intensitasnya pada hari ke-8 setelah persalinan.
b. Infeksi luka episiotomi
Luka menjadi nyeri, panas, merah dan bengkan. Jahitan mudah lepas dan
suhu tubuh meningkat serta luka mengeluarkan nanah.
a. Kunjungan I
Dilakukan pada 6 jam-3 hari setelah persalinan.
Tujuannya:
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika
berlanjut
16
c) Memberi konseling pada ibu atau keluarga untuk mencegah
perdarahan akibat atonia uteri
d) Pemberian ASI awal
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil atau sehat.
b. Kunjungan II
Dilakukan 4 hari- 28 hari setelah persalinan.
Tujuannya:
a) Memastikan involusi uterus berjalan atau normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal
c) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak menunjukkan
tanda-tanda ada penyulit
d) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari
c. Kunjungan III
Dilakukan setelah 29hari-42 hari setelah persalinan.
Tujuannya:
a) Memastikan involusi uterus berjalan lancar atau normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal
c) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak menunjukkan
tanda-tanda ada penyulit
d) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
17
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari.
f) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi
alami
g) Memberikan konseling untuk KB secara dini
h) Memberikan KIE tentang latihan pengencangan otot perut.
i) Menanyakan apakah ibu sudah haid.
Asuhan Masa Nifas dan Menyusui yakni:
a. Ibu nifas dan keluarga diminta mempelajari dan menerapkan buku KIA
dalam perawatan nifas dan bayi baru lahir di kehidupan sehari-hari,
termasuk mengenali tanda bahaya pada masa nifas dan bayi baru lahir.
Jika ada keluhan atau tanda bahaya, harus segera memeriksakan diri dan
atau bayinya ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
b. KIE yang disampaikan kepada ibu nifas pada kunjungan pasca salin
(kesehatan ibu nifas):
2.1.2. Perineum
1. AnatomiPerineum
Perineum adalah otot, kulit, dan jaringan yang terdapat diantara vulva dan
anus, panjangnya rata-rata 4 cm (Irianto, 2017). Jaringan yang utama menopang
perineum adalah diafragma pelvis dan urogenital. Diafragma pelvis terdiri dari
muskulus levator ani dan muskulus koksigis di bagian posterior serta selubung
fasia dari otot- otot ini. Muskulus levator ani membentuk sabuk otot yang lebar
bermula dari permukaan posterior ramus pubis superior, permukaan dalam spina
ishiaka dan dari fasiaobturatorius.Serabut otot berinsersi pada tempat-tempat
sekitar vagina dan rektum yang membentuk spingter. Diafragma urogenitalis
terletak di sebelah luar diafragma pelvis, yaitu daerah segitiga antara tuberositas
iskial dan simpisis pubis. Diafragma urogenital terdiri dari muskulus perinialis
transversalisprofunda, muskulus konstriktor uretra dan selubung fasia interna
daneksterna.Persatuan antara mediana levatorani yang terletak antara anus dan
vagina diperkuat oleh tendon sentralis perineum, tempat bersatu bulbokavernosus,
muskulus perinialis transversalis superfisial dan spingter ani eksterna. Jaringan ini
yang membentuk korpus perinialis dan merupakan pendukung utama perineum
sering mengalami luka selama persalinan. Infeksi pada luka robekan perineum
merupakan infeksi masa nifas yang paling sering ditemukan pada genetalia
eksterna.
3. Klasifikasi LaserasiPerineum
19
Terdapat empat derajat laserasi perineum, yang pada masing-masing derajat
memiliki tingkat keparahan yang berbeda-beda. Adapun empat derajat laserasi
perineum (Sukarni K & ZH, 2015), sebagai berikut:
6. Dampak LaserasiPerineum
Terjadinya laserasi perineum dapat menimbulkan beberapa dampak yang,
antara lain :
a. Pada 10% ibu merasa nyeri dan tidak nyaman, akan berakhir 3-18 bulan
setelah pelahiran
b. Sebanyak 20% ibu akan mengalami dispareuni superfisial (nyeri pada
daerah genital bagian luar saat berhubungan intim) sekitar 3bulan
c. Sebanyak 3-10% ibu melaporkan mengalami inkontinensia usus,
biasanya mengalami masalahflatus
d. Sebanyak 20% ibu mengalami inkontinensiaurine
e. Kerusakan spingter anal terjadi pada 36% setelah pelahiran pervaginam
f. Jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan perdarahan dan bisa
mengalami syok hipovolemik akibat perdarahan. Menilai kehilangan
darah yaitu dengan cara memantau tanda vital, mengevaluasi asal
perdarahan (Sumarah dkk.,20013).
g. Infeksi pasca persalinan juga berisiko terjadi sebab luka tidak segera
menyatu sehingga timbul jaringan parut selain itu, laserasi perineum
21
dapat dengan mudah terkontaminasi feses terutama derajat 3 dan 4
karena lokasinya dekat dengan anus (Mochtar,2013).
7. Penanganan LaserasiPerineum
Periksa terlebih dahulu keadaan laserasi secara keseluruhan untuk mengetahui
tingkat keparahan laserasi, kemudian dilakukan teknik penjahitan laserasi
perineumdisesuaikan dengan derajat laserasinya.Tindakan yang dilakukan untuk
menangani laserasi perineum, sebagai berikut:
a. Laserasi DerajatSatu
Pada laserasi derajat dua, tiga dan empat dilakukan tindakan penjahitan.
Tujuan penjahitan robekan perineum adalah untuk menyatukan kembali
jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.
2.2. Kajian Teori Pendokumentasian Kebidanan
1.
2.
2.1.
2.2.
22
disusun
2. O (Data Objektif) Merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Halen Varney pertama (pengkajian data),
terutama yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
diagnostik lain
3. A (Analisa) merupakan langkah ini merupakan pendokumentasian
hasil analisis dan intrepretasi ( kesimpulan) dari data subjektif dan
objektif. Karena keadaan klien yang setiap saat bisa mengalami
perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data
subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan
menjadi sangat dinamis. Di dalam analisis menuntut bidan untuk
sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka
mengikuti perkembangan klien. Analisis yang tepat dan akurat
mengikuti perkembangan data klien akan menjamin cepat
diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus diikuti dan diambil
keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data adalah melakukan
interpretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup diagnosis,
masalah kebidanan, dan kebutuhan. meliputi :tindakan mandiri,
tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien.
4. P (Penatalaksanaan) adalah mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuan
penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien
seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya.
Pelaksanan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan
keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien. Dalam
penatalaksanaan juga harus mencantumkan evaluasi yaitu tafsiran
dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektivitas
asuhan atau hasil pelaksanaan tindakan. Untuk
mendokumentasikan proses evaluasi ini, diperlukan sebuah catatan
23
perkembangan, dengan tetap mengacu pada metode SOAP
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
24
1.
2.
3.
Pendidikan : SMP SD
3. Keluhan Utama
Ibu masih dirawat di rumah sakit karena masih memerlukan perawatan dan
ibu mengeluh masih merasa nyeri pada jahitan di jalan lahirnya.
4. Riwayat Pernikahan
Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan ibu yang pertama, ibu mengatakan
status pernikahannya sah dimata hukum dan agama, lama pernikahan 9 tahun,
dan ibu sudah memiliki 1 orang anak.
5. Riwayat Kesehatan
25
Ibu mengatakan bahwa ibu, suami maupun keluarganya tidak sedang atau
pernah menderita penyakit riwayat penyakit seperti hepatitis, hipertensi,
jantung, asma, epilepsi, diabetes militus, tuberkulosis, human
immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syndrome (HIV/AIDS),
penyakit menular seksual dari keluarga ibu maupun suami tidak memiliki
riwayat keturunan kembar.
6. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
27
Ibu mengatakan saat ini sudah buang air kecil dan belum buang air
besar sejak pasca persalinan.
4) Istirahat Tidur
Ibu mengatakan sudah sempat beristirahat setelah bersalin selama ± 2
jam, namun ibu sering terbangun karena bayi menangis ingin
menyusui dan karena ibu merasa nyeri pada jaritan di jalan lahir.
5) Aktivitas
Ibu mengatakan saat ini sudah bisa miring ke kiri dan ke kanan, sudah
bisa duduk dan berjalan ke kamar mandi sendiri.
6) Personal Hygiene
Ibu mengatakan setelah bersalin, ibu sudah sempat membasuh
wajahnya dan gosok gigi serta membersihkan alat genetalianya.
7) Perilaku Seksual
Ibu mengatakan akan melakukan hubungan seksual ketika ibu sudah
siap dan suami memaklumi hal tersebut.
b. Psikologis
1) Perasaan Ibu Saat Ini
Ibu mengatakan sangat senang dengan kelahiran bayinya, ibu
merasakan tidak ada rasa cemas karena ibu memperoleh dukungan
dari suami maupun keluarga.
2) Penerimaan Terhadap Kelahiran Saat Ini
Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat menerima dan senang
dengan kelahiran anaknya.
c. Sosial
Ibu mengatakan pengambilan keputusan di dalam keluarga diambil oleh
suami selaku kepala keluarga dengan sudah melakukan diskusi secara
kekeluargaan.
d. Budaya
Ibu mengatakan tidak ada budaya dan adat istiadat atau kebiasaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi selama masa nifas.
12. Pengetahuan Ibu
28
Ibu mengatakan sudah mengetahui tanda-tanda bahaya pada masa nifas,
tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir, cara perawatan bayi baru lahir, cara
perawatan payudara, mobilisasi secara dini, kebutuhan nutrisi, dan cara
menyusui yang baik dan benar. Namun, ibu mengatakan kurang mengetahui
mengenai kebutuhan istirahat dan tidur yang baik pasca bersalin.
13. Perencanaan Keluarga Berencana
Ibu mengatakan saat ini ibu belum memiliki rencana untuk memilih alat
kontrasepsi yang akan digunakan.
1.
2.
3.
3.1.
29
2) Telinga : Bentuk simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
pengeluaran sekret, dan tidak ada gangguan pendengaran.
3) Mata : Bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema pada
kelopak mata, conjungtiva berwarna merah muda, dan sklera berwarna
putih.
4) Hidung : Bersih, tidak ada polif, dan tidak ada pengeluaran
sekret.
5) Bibir : Bibir berwarna kemerahan dan lembab.
6) Mulut dan gigi: Bersih, tidak ada caries pada gigi, gusi tidak berdarah,
tidak ada sariawan, tidak ada gigi berlubang, dan lidah bersih.
b. Leher : Tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran pada kelenjar tiroid, tidak ada pelebaran pada vena jugularis.
c. Dada : Tidak ada dyspneu/orthopneu/thacypneu, pergerakan
nafas teratur, tidak ada wheezing dan tidak ada nyeri dada.
d. Payudara
1) Bra : Bersih, kering, dan menopang.
2) Payudara : Bentuk simetris kiri dan kanan, bersih, puting susu
menonjol, tidak nyeri pada saat menyusui, tidak sakit saat
disentuh/tekan, tidak ada celah-celah dan lecet, terdapat pengeluaran
kolustrum, dan tidak ada bengkak pada payudara.
e. Abdomen
1) Dinding abdomen : Tidak ada linea alba dan linea nigra, tidak ada
striae livide dan striae albican.
2) Kandung kemih : Kandung kemih teraba tidak penuh.
3) Uterus : Tinggi fundus uteri teraba 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik.
4) Diastasis recti : Tidak ada diastasi recti abdominalis.
5) Costa Vertebra Ange Tenderness (CVAT) : Tidak terdapat nyeri
pada pinggang kiri dan kanan.
f. Anogenital
30
1) Vulva dan vagina : Vulva bersih, tidak ada pembengkakan, vagina
terdapat lochea rubra, tidak ada oedema, varises atau tanda-tanda
infeksi, pedarahan 50 cc dan tidak aktif.
2) Perineum : Terdapat jaritan utuh pada perineum dengan keadaan basah
dan tidak ada tanda infeksi.
3) Anus : Tidak ada varises dan hemoroid pada anus.
g. Ekstremitas
1) Atas : Bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema pada
tangan, warna kuku kemerahan, dan keadaan kuku bersih.
2) Bawah : Bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema pada
kaki, tidak ada varises pada kaki, warna kuku kemerahan, keadaan
kuku bersih, reflek patella pada kaki kiri dan kanan positif (+) dan
tanda Homan pada kaki kiri dan kanan negatif (-).
7. Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan pemeriksaan.
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3. ANALISA
1. Diagnosa Kebidanan : P3A0 partus spontan belakang kepala nifas 1
hari dengan riwayat laserasi perineum grade II.
2. Masalah :
31
3.4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan. Ibu paham dan
sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Meminta persetujuan secara lisan kepada klien mengenai tindakan yang
akan dilakukan. Ibu menyetujui tindakan selanjutnya.
3. Menjelaskan kepada ibu bahwa bahwa nyeri pada jaritan jalan lahir yang
ibu alami merupakan hal normal, karena selesai dilakukan heacting pada
jalan lahir ibu dan akan segera mereda beberapa hari kedepan. Ibu sudah
mengerti dan mengetahui penyebab nyeri pada jalan lahir.
4. Memberikan KIE pada ibu mengenai kebutuhan istirahat dan tidur yang
baik setelah bersalin. Ibu sudah mengerti dan mampu mengulang kembali
penjelasan yang telah disampaikan serta bersedia mengikuti saran yang
dianjurkan.
5. Mengingatkan ibu kembali cara mencegah pendarahan seperti massase
fundus uteri. Ibu paham dan dapat menerapkan penjelasan yang diberikan
6. Memberikan KIE pada ibu mengenai cara perawatan luka perinium. Ibu
paham dan dapat menerapkan penjelasan yang diberikan
7. Memberitahukan pada ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi dengan
selalu memakaian selimut dan topi pada bayi. Ibu paham dan mengerti
dari penjelasan yang di berikan.
8. Memberitahu ibu mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas. Ibu mengerti
dan mampu mengulang kembali penjelasan yang telah diberikan.
9. Mengingatkan ibu tentang tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir. Ibu
mengerti dan mampu mengulang kembali penjelasan yang telah
diberikan.
10. Memberikan suplemen Cefadroxil 2x500mg, Sf 2x300mg, Asam
Mefenamat 3x500mg serta meminta ibu untuk mengonsumsi obat yang
diberikan. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia
untuk mengonsumsi obat yang diberikan.
11. Memberitahukan pada ibu untuk memanggil petugas apabila memerlukan
bantuan. Ibu bersedia untuk memanggil petugas apabila ibu memerlukan
bantuan.
32
12. Melakukan pendokumentasian terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Tindakan sudah didokumentasikan pada rekam medik.
BAB IV
PEMBAHASAN
1.
2.
3.
4.
Setelah Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas ‘KS’ P3A0 Partus Spontan
Belakang Kepala Nifas Hari Pertama Dengan Riwayat Laserasi Grade II Tanggal
07 November 2022 Di RSUD Buleleng, penulis akan membahas tentang
kesenjangan yang terdapat dalam tinjauan teori dengan kenyataan yang penulis
temukan sejak melakukan pengkajian data subjektif, pengkajian data objektif,
analisis diagnosa pasien, penatalaksanaan, dan evaluasi yang didokumentasikan
berdasarkan SOAP, penulis uraikan sebagai berikut:
4.1. Data Subjektif
Berdasarkan pengkajian data subjektif yang didapatkan pada Ibu Nifas “KS”
bahwa ibu pasca persalinan anaknya yang kedua secara spontan belakang kepala
pada tanggal 7 November 2022 pada puku 02.40 dan plasenta lahir lengkap pada
pukul 02.45 wita. Dari pengkajian yang dilakukan, Ibu “KS” mengatakan bahwa
ibu merasa nyeri pada jalan lahir, dan ibu mengatakan sudah buang air kecil
namun belum buang air besar sejak pasca persalinan.
33
Pada pengkajian yang dilakukan kepada ibu KS, Ibu KS mengeluh nyeri pada
jaritan jalan lahir. Nyeri pada jalan lahir merupakan hal fisiologis disebabkan oleh
adanya jaritan pada perineum ibu, biasanya nyeri yang ibu rasakan akan pulih
secara perlahan. Nyeri pada jalan lahir diakibatkan oleh terputusnya jaringan saraf
dan jaringan otot vagina pada ibu nifas. Untuk mengatasi rasa nyeri yang ibu
rasakan, ibu nifas diberikan paracetamol sebagai pereda rasa nyeri (Hutabalian,
2014).
Pada ibu nifas 1 hari post partum, ibu yang sudah mampu buang air kecil
namun belum bisa berkeinginan untuk buang air besar adalah hal fisiologis.
Normalnya seorang ibu nifas mampu melakukan buang air kecil secara spontan
setelah 3-4 jam post partum. Apabila ibu tidak mampu berkemih secara spontan
selama selang waktu kurang dari 6 jam, maka dilakukan pemasangan kateter atau
kateterisasi (Jannah Nurul, 2013). Pada sistem pencernaan ibu nifas, akan tertunda
selama 2-3 hari setelah melahirkan. Ibu nifas yang belum berkeinginan untuk
buang air besar disebabkan oleh kerja tonus otot usus yang menurun selama
proses persalinan sampai awal masa post partum (Jannah Nurul, 2015). Oleh
karena itu sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu yang
berangsur-angsur untuk kembali normal. Apabila ibu nifas tidak mampu BAB
kurang dari 3 hari, maka ibu harus diberikan supositoria.Sehingga tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktik.
Dari pengkajian yang dilakukan, ibu “KS” mengatakan bahwa ibu sudah
mampu miring kiri dan miring kanan, duduk serta sudah mampu untuk berjalan ke
kamar mandi sendiri. Ibu nifas dengan kemampuan mobilisasi dini yang baik
merupakan hal yang fisiologis dan sangat diharapkan di awal masa post partum.
Hal tersebut dikarenakan, mobilisasi secara dini sangat penting untuk dilakukan
oleh ibu nifas untuk melancarkan peredaran darah, memulihkan otot-otot panggul,
dan perut, melancarkan sistem pencernaan dan sistem eliminasi, serta
mempercepat pemulihan pasca bersalin. Hal tersebut didukung oleh pernyataan
Bahiyatun (2020) yang menyatakan bahwa pada persalinan normal, ibu
diperbolehkan dan diharapkan sudah bisa melakukan mobilisasi dini untuk mandi
dan ke WC dengan bantuan orang lain, yaitu pada 1 atau 2 jam setelah persalinan.
Jika ibu belum melakukan rentang gerak dalam tahapan mobilisasi dini selama 1
34
atau 2 jam setelah persalinan, ibu nifas tersebut dapatt dikatakan sebagai (Late
Ambulation).Sehingga normalnya ibu nifas 4 jam sudah mampu melakukan
mobilisasi mandiri jalan ke kamar mandi. Pada kasus diatas didapatkan bahwa ibu
sudah mampu miring ke kiri dan ke kanan, serta bisa jalan ke kamar mandi
sendiri, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus.
Berdasarkan uraian tersebut, dari pengkajian yang dilakukan oleh penulis
pada data subjektif sesuai dengan teori yang ada. Oleh karena itu, tidak ada
kesenjangan antara teori dengan asuhan yang telah diberikan kepada ibu nifas.
4.2. Data Objektif
Berdasarkan data objektif yang telah diuraikan penulis, pada pembahasan ini
akan membahas mengenai data fokus pemeriksaan fisik yang telah dilakukan
diantaranya yaitu TTV (Tanda-tanda vital), pemeriksaan fisik khususnya pada
bagian payudara, abdomen dan genetalia. Berdasarkan pengkajian didapatkan data
objektif yaitu, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 82 x/menit, pernapasan
20x/menit, suhu 36,7ºC, payudara: bentuk payudara simetris, payudara bersih,
putting susu menonjol, tidak ada benjolan, abdomen: terdapat striae albican dan
linea nigra, tidak ada luka bekas operasi, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi
kuat, Genetalia: tidak ada perdarahan aktif, terdapat lochea rubra, tidak ada
odema, dan tidak ada varises, pada perineum; terdapat bekas luka jahitan, dan
tidak ada tanda-tanda infeksi.
Menurut Mertasari dan Sugandini (2020), melakukan pemeriksaan fisik pada
ibu nifas bertujuan untuk mengetahui atau mendeteksi masalah yang mungkin
terjadi pada ibu terutama pada trias nifas (payudara, abdomen, dan genetalia).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa tinggi fundus uteri ibu yaitu 2 jari
di bawah pusat, hal tersebut sesuai dengan teori (Ambarawati, 2012) karena pada
setelah plasenta lahir sampai 24 jam tinggi fundus uteri akan berada pada 2 jari di
bawah pusat.Pada pemeriksaan genetalia juga didapatkan bahwa luka jahitan
terpaut bagus dan didapatkan pengeluaran lokhea berwarna merah pekat dimana
hal tersebut sesuai teori dalam 1 hari masa nifas terjadi pengeluaran lochea Rubra,
lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa postpartum cairan
yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta
didinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.
35
Berdasarkan uraian tersebut pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada
data objektif sesuai dengan teori yang ada. Oleh karena itu, tidak ada kesenjangan
antara teori dengan asuhan yang telah diberikan kepada ibu nifas.
4.
4.1.
4.2.
4.3. Analisa
Berdasarkan pengkajian yang didapatkan pada pada Ibu Nifas “KS” P3A0
Partus Spontan Belakang Kepala Nifas Harin Pertama Dengan Riwayat Laserasi
Perineum Grade II Tanggal 7 November 2022 di RSUD Buleleng, didapatkan
bahwa dalam data subjektif saat ini ibu tidak memiliki keluhan. Ibu bersalin
dengan spontan tanpa adanya penyulit, bayi lahir tanggal 7 November 2022 pukul
02.40 wita dengan gerak aktif, tangis kuat. Ibu mengatakan ini merupakan anak
ketiga.
Dalam data objektif didapatkan bahwa pada keadaan payudara didapatkan
bersih, puting susu menonjol, terdapat pengeluaran ASI, dan tidak ada bengkak
pada payudara. Pada keadaan abdomen tidak ada bekas operasi, TFU teraba 2 jari
di bawah pusat. Pada keadaan anogenital didapatkan bahwa vulva bersih, tidak
ada pembengkakan, vagina terdapat lochea rubra, tidak ada tanda-tanda infeksi,
pendarahan ± 50 cc dan tidak aktif, terdapat laserasi grade II pada perineum
dengan keadaan basah dan tidak ada tanda infeksi. Berdasarkan data subjektif dan
data objektif yang ada, maka didapatkan assessment yakni Asuhan Kebidanan
pada Perempuan “KS” P3A0 Partus Spontan Belakang Kepala Nifas 1 hari dengan
Riwayat Laserasi Perineum Grade II di RSUD Buleleng tanggal 7 November
2022. Pada tahap analisa ini tidak terjadi penyimpangan antara teori dengan yang
terjadi dilapangan.
4.4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan efisien dan meningkatkan
mutu asuhan klien. Setelah ditegakkan diagnose maka dapat dilakukan
penatalakasanan sesuai kasua yaitu memberitahu hasil pemeriksaan, meminta
persetujuan secara lisan kepada klien mengenai asuhan yang akan diberikan.
Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mengenai gizi yang
36
baik,mencegah hipotermi pada bayi, perawatan perinium.Mengingatkan ibu
mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas dan bayi baru lahir. Memberikan
suplemen Cefadroxil, SF, dan Asam Mefenamat. Memberitahukan pada ibu untuk
memanggil petugas apabila memerlukan bantuan. Melakukan pendokumentasi
terhadap tindakan yang dilakukan pada rekam medis.
Berdasarkan penatalaksanaan yang telah dilakukan tersebut sudah sesuai
dengan teori yang ada, dimana berdasarkan teori menurut Nurwiandani, 2018
dalam menyusun rencana asuhan secara menyeluruh harus mengacu kapada
diagnosa, masalah asuhan serta kebutuhan yang telah sesuai dengan kondisi klien
saat diberi asuhan. Pada penatalaksanan yang diberikan pada ibu nifas sudah ada
perbadingan teori dan asuhan yang diberikan, dimana tidak ada kesenjangan
antara asuhan yang diberikan dengan teori yang ada dan sudah sesuai dengan teori
yang ada.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada simpulan ini berisi jawaban atas rumusan masalah dan tujuan khusus
5.1.1 Data Subjektif Dari data subjektif yang di peroleh dapat disimpulkan bahwa
ibu masih dalam masa perawatan dan ibu memiliki keluhan nyeri pada
daerah jahitan perinium, ini merupakan persalinan yang ketiga pada tanggal
7 November 2022.
5.1.2 Dari data objektif yang dapat disimpulkan bahwa hasil pemeriksaan trias
nifas, payudara terdapat pengeluaran kolostrum, TFU teraba 2 jari dibawah
pusat, uterus teraba kuat, kontraksi baik, terdapat jaritan utuh di perinium
dengan kondisi basah, dan terdapat pengeluaran lochea rubra.
37
5.1.3 Analisa yang didapatkan yaitu diagnosa P3A0 Partus Spontan Belakang
Kepala Nifas hari pertama dengan Riwayat Laserasi Perinium Grade II dan
masalah ibu tidak mengetahui kebutuhan istirhat tidur dan nyeri pada jahitan
jalan lahir.
5.1.4 Penatalaksanaan Pada kasus Perempuan “KS” P3A0 Partus Spontan
Belakang Kepala Nifas Hari Pertama Dengan Riwayat Laserasi Grade II
dilakukan asuhan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan ibu yaitu
menginformasikan hasil pemeriksaan, meberikan KIE mengenai pemenuhan
istirahat dan tidur, memberikan KIE mengenai perawatan luka perinium,
menjaga kehangan bayi, tanda-tanda bahaya masa nifas, tanda-tanda
bahasaya pada bayi, memberikan suplemen zemoxil, ramabion, dan fenamin,
serta melakukan pendokumentasian.
5.2 Saran
38
5.2.2. Bagi Pasien/Klien
Untuk pasien ibu nifas diharapkan bisa mengetahui secara dini dan
mengikuti saran yang dianjurkan mengenai pencegahan hipotermi pada
bayi, teknik menyusui yang baik dan benar, tanda-tanda bahaya pada masa
nifas dan bayi baru lahir, serta mengetahui secara dini mengenai mobilisasi
mandiri serta mampu memberikan informasi tersebut kepada keluarga dan
orang terdekat.
5.2.3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan bahan acuan proses
pembelajaran mengenai asuhan kebidanan kegawatdaruratan dan
disarankan juga kepada institusi untuk memperbanyak menyediakan
sumber-sumber kepustakaan diperpustakaan sehingga memudahkan
mahasiswa dalam membuat tugas, makalah, dan lain sebagainya.
5.2.4. Bagi Tempat Praktek
Untuk bidan maupun tenaga kesehatan lainnya diharapkan mampu untuk
terus mempertahankan mutu pelayanan terhadap pasien terutama pada ibu
nifas.
39
DAFTAR PUSTAKA
Ari, Kurniawan. 2016. Asuhan kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Hutabalian. 2013. Perawatan Masa Nifas.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Indah, Dewi. 2017. Asuhan Keperawaan Konsep Nifas. Yogyakarta: UMP.
Jannah, Nurul. 2013. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Karina. 2015. Buku Ibu Post Partum. Yogyakarta: Mitra Cendika Press.
Lochkhart dan Saputra. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Fisiologi dan
Patologis. Tangerang Selatan: Bina Putra Aksara.
Marmi. 2018. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Peuperium care”.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mertasari dan Sugandini. 2020. Asuhan Masa Nifas dan Menyusui. Depok:
Rajawali Printing.
Safitri, Yuniar. 2016. Masa Nifas Fisiologis: ECG.
Watieka, Haniah. 2017. Media Ilmu kesehatan. Yogyakarta: ECG.
40
PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
Bisma Barat No.25 A Telp (0362) 7001042, Fax (0362) 2134 Kode Pos 81117
NIP. 197908022006041008
41
PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
Bisma Barat No.25 A Telp (0362) 7001042, Fax (0362) 2134 Kode Pos 81117
NIP. 196312311983101001
NIP.196604251988012002
43