Anda di halaman 1dari 65

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY”N” DENGAN

BENDUNGAN ASI POST PARTUM DI PRAKTIK


MANDIRI BIDAN HJ RISMAWATI, S.ST
TANGGAL 19 JUNI 2022

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH:

AINUN FAHIRA S
NIM. 02.19.011

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SALEWANGANG MAROS


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2022

2
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “N” DENGAN
BENDUNGAN ASI POST PARTUM DI PRAKTIK MANDIRI
BIDAN HJ RISMAWATI, S.ST TANGGAL 19 JUNI 2022

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan


Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi Dlll Kebidanan
STIKes Salewangang Maros

OLEH:

AINUN FAHIRA S
02.19.011

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SALEWANGANG MAROS


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Tugas Akhir ini Telah Dipertahankan di


Depan Tim Penguji Ujian Laporan Tugas Akhir
Program Studi Dlll Kebidanan
STIKes Salewangang Maros

Tanggal 13 Juli 2022

Oleh Tim Penguji

1. Feby Purnamasari, S.ST., M.Keb (........................)

2. Saleha, S.ST., M.Keb (........................)

3. Musliha Mustary, SKM.,M.Kes (........................)

4. Selvia, S.ST.,M.Kes (........................)

ii
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. ’’N‘’ DENGAN


BENDUNGAN ASI POST PARTUM DI PRAKTIK
MANDIRI BIDAN HJ. RISMAWATI S.ST

Disusun dan diajukan oleh:

AINUN FAHIRA.S
0219011

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian dibentuk dalam rangka


Penyelesaian Studi DIII Kebidanan Stikes Salewangang Maros
pada tanggal 8 September 2022 dan dinyatakan telah
memenuhi syarat kelulusan.

Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Selvia,S.ST.,M.Kes Musliha Mustary ,S.KM.,M.Kes


NIDN.0928058501 NIDN. 0903098101

Ketua Program Studi Ketua


DIII Kebidanan STIkes Salewangang Maros

Saleha, S.ST.,M.Keb Dr. H. Syafruddin, SE., MM


NIDN. 0912119301 NIDN. 0924067503

iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua

berkat dan rahmatnya sehingga dapat terselesaikan Laporan Tugas

Akhir yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Pada Ny. “N” Dengan

Bendungan Asi Post Partum Di Praktik Mandiri Bidan Hj.

Rismawati, S.ST Tanggal 19 Juni 2022 “ Sebagai salah satu syarat

menyelesaikan pendidikan Ahli Madya kebidanan pada Program Studi

DIII Kebidanan STIKes Salewangang Maros. Dalam hal ini, penulis

banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada

kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr H.Syafruddin, SE., MM selaku ketua STIKes

Salewangang Maros, yang telah memberikan kesempatan

menyusun Laporan Tugas Akhir ini.

2. Ibu Saleha, S.ST., M.Keb selaku Ketua Program Studi DIII

Kebidanan yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan

Tugas Akhir ini.

3. Ibu Selvia, S.ST., M.Kes selaku pembimbing utama yang telah

memberikan bimbingan sehingga Laporan tugas akhir ini dapat

terselesaikan.

4. Ibu Musliha Mustary, S.KM.,M.Kes selaku pembimbing pendamping

yang telah memberikan bimbingan sehingga Laporan Tugas Akhir.

iv
5. Ibu Hj. Rismawati, S.ST yang telah memberikan kesempatan untuk

melakukan penyusunan Laporan Tugas Akhir di BPM HJ.

Rismawati, S.ST.

6. Bapak, Ibu, Kakak dan adikku atas cinta, dukungan dan doa yang

selalu diberikan sehingga Laporan Tugas Akhir ini selesai pada

waktunya.

7. Rekan sengangkatan dan pihak-pihak yang terkait dan banyak

membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan

pahala atas segala amal baik yang telah diberikan dan semoga

Laporan Tugas Akhir ini berguna bagi semua yang memanfaatkan.

Maros, 7 Juli 2022

Penulis

8.

v
Riwayat Hidup

A. Identitas Penulis

1. Nama : Ainun Fahira S

2. Nim : 02.19.011

3. Tempat Tanggal Lahir : Pangkep, 24 Maret 2001

4. Suku : Makassar

5. Agama : Islam

6. Jenis Kelamin : Perempuan

7. Anak Ke : Pertama

8. Alamat : Pangkep

9. Telepon : 085340316009

B. Identitas Orang Tua

1. Ayah : Sabir Dg Serang

2. Ibu : Ramlah S

C. Riwayat Pendidikan

1. Tamat TK Pertiwi Ranting Labakkang Tahun 2007

2. Tamat SD Negri ½ Pangkajene Tahun 2013

3. Tamat SMP Negeri 2 Pangkajene Tahun 2016

vi
4. Tamat SMK Negeri 7 Pangkep Tahun 2019

5. Tahun 2019 Masuk Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Salewangang

Maros dan mengambil Program Dlll Kebidanan Dan sampai

sekarang

vii
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................i
Halaman Persetujuan.............................................................................ii
Halaman Pengesahan.............................................................................iii
Kata Pengantar....................................................................................... iv
Riwayat Hidup.........................................................................................vi
Daftar Isi................................................................................................ viii
Daftar Tabel ............................................................................................x
Daftar Singkatan.....................................................................................xi
Daftar Lampiran......................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................4
1.4 Manfaat.............................................................................................5
1.5 Sasaran, Tempat dan Waktu Asuhan...............................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................7
2.1 Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas................................................7
2.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas................................................................8
2.3 Peran Bidan Dalam Masa Nifas.........................................................9
2.4 Tahapan Masa Nifas .........................................................................10
2.5 Perubahan Masa Nifas......................................................................11
2.6 Tinjauan Khusus Tentang Bendungan ASI........................................12
BAB III TINJAUAN KASUS.....................................................................22
3.1 Asuhan Kebidanan Post Partum........................................................22
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................34
4.1 Standar l. Pengkajian Data................................................................34
4.2 Standar ll. Merumuskan Diagnosa.....................................................36
4.3 Standar lll. Merumuskan Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan......37
4.4 Standar lV. Penatalaksanaan............................................................41
4.5 Standar V. Evaluasi Asuhan Kebidanan............................................42

viii
BAB V PENUTUP.....................................................................................44
5.1 Kesimpulan........................................................................................44
5.2 Saran.................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................47
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusio

Tabel 3.1 Pencatatan SOAP asuhan kebidanan post partum pada

Ny.”N” dengan bendungan ASI hari Ketujuh post partum di

PMB Hj.Rismawati .S.ST pada Tanggal 25 Juni 2022

Tabel 3.2 Pencatatn SOAP Asuhan Kebidanan Post Partum pada Ny”N”

dengan Bendungan ASI hari sepuluh Di PMB

HJ.Rismawati.S.ST pada tanggal 28 juni 2022

x
DAFTAR SINGKATAN

PNC : Postnatal Care

ASI : Air Susu Ibu

BB : Berat Badan

PB : Panjang Badan

TD : Tekanan Darah

TFU : Tinggi Fundus Uteri

HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir

HTP : Hari Tapsiran Persalinan

ASEAN : Association of Southeast Asian Nations

KEMENKES : Kementrian Kesehatan

xi
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Pengajuan Judul

Lampiran 2 : Lembar Konsultasi Laporan Tugas Akhir

Lampiran 3: Surat Pernyataan Persetujuan

Lampiran 4: Lembar Kunjungan Rumah

Lampiran 5: Surat Pengantar Penelitian

Lampiran 6: Surat Keterangan Selesai Penelitian

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa nifas, ibu akan melewati fase menyusui yaitu salah

satu cara yang dalam memberikan makanan yang ideal bagi

pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat. Akan tetapi,

menyusui tidak selamanya dapat berjalan dengan normal, tidak sedikit

ibu mengeluh seperti adanya pembengkakan payudara akibat

penumpukan ASI, karena pengeluaran ASI yang tidak lancar atau

pengisapan yang kurang baik oleh bayi. Masalah pada masa nifas

masih banyak terjadi pada ibu postpartum, salah satu masalah yang

sering terjadi adalah bendungan ASI, bendungan ASI akan

menggangu proses pemberian ASI kepada bayi (Yanti, 2017).

Bendungan ASI adalah yang tidak segera dikeluarkan yang

menyebabakan berjalannya aliran vena dan limfe sehingga aliran susu

menjadi terhambat dan tertekan oleh gangguan air susu ibu sehingga

terjadi peningkatan aliran vena dan limfe yang menyebabakan

pembengkakan payudara. Bendungan ASI paling sering terjadi pada

hari kedua sampai hari kesepuluh masa nifas (Fitriana. 2016)

Pada tahun 2014 di Amerika Serikat persentase perempuan

menyusui yang mengalami bendungan ASI rata-rata sebanyak 8.242

(87,05%) dari 12.765 ibu nifas pada tahun 2015 ibu yang mengalami

bendungan ASI sebanyak 7198 (66,87%) dari 10.764 ibu nifas dan
2

pada tahun 2016 terdapat ibu yang mengalami bendungan ASI

sebanyak 6543 (66,34%) dari 9.862 ibu nifas (WHO, 2017).

Menurut data Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)

pada tahun 2014 disimpulkan bahwa presentase cakupan kasus

bendungan ASI pada ibu nifas di 10 negara yaitu Indonesia, Thailand,

Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos,

Myanmar dan Kamboja tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2015

terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 95.698

(66,87%) ibu nifas, serta pada tahun 2016 ibu yang mengalami

bendungan ASI sebanyak 76.543 (71,10%) dengan angka tertinggi

terjadi di Indonesia (37, 12 %) (Depkes RI, 2017).

Menurut penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan RI pada tahun 2018 kejadian bendungan ASI di Indonesia

terbanyak terjadi pada ibu-ibu bekerja sebanyak 16% dari ibu

menyusui (Kemenkes, 2019).

Menunjukkan kejadian Bendungan ASI berdasarkan keadaan

puting susu dimana dari 23 orang ibu nifas dengan puting susu bagus,

terdapat 4 (17,4%) ibu nifas yang mengalami bendungan ASI dan 19

(82,6%) ibu nifas Yang tidak mengalami bendungan ASI sedang dari 7

orang dengan puting susu kurang bagus, terdapat 4 (51,1%) ibu nifas

yang mengalami bendungan ASI dan 3 (42,9%) ibu nifas yang tidak

mengalami bendungan ASI. Wanita post partum mengalami


3

bendungan ASI Pada tahun 2019, sebanyak 82,6% ibu nifas yang

mengalami bendungan ASI di wilayah Makassar.

Peningkatan kejadian bendungan ASI sangat mempengaruhi

terhadap masa nifas karena dapat menjadi faktor keberhasilan dalam

memberikan ASI Kepada bayinya ( Manuaba IBG, 2014)

Bendungan ASI dapat terjadi dikarenakan faktor frekuensi

pemberian ASI yang tidak teratur. Ardyan (2014) dalam penelitiannya

mengatakan bahwa frekuensi dan durasi pemebrian ASI mempunyai

hubungan dengan terjdinya bendungan ASI pada ibu nifas karena

pada payudara terdapat vena limpatik yang mengalirkan produksi air

susu, jika frekuensi dan durasi pemberian ASI optimasl, maka

pengosongan payudara dapat secara sempurna, aliran vena limpatik

lancar, sehingga mencegah terjadinya payudara bengkak atau

bendungan ASI pada payudara. (Ardyan, 2014)

Data yang diperoleh dari hasil pencatatan dan pelaporan Di

Praktek Mandiri Bidan Hj. Rismawati. S.ST, Jumlah ibu yang

melahirkan pada tahun 2021 sebanyak 219 orang sedangkan ibu nifas

yang mengalami bendungan ASI di Praktek Mandiri Bidan Hj.

Rismawati. S.ST adalah sebanyak 5 (2,28%) kasus dan ibu nifas yang

tidak mengalami bendungan ASI sebanyak 214 orang (97,7%). Pada

periode januari- Desember 2021 didapatkan ada 5 (2,28%) ibu nifas

yang mengalami bendungan ASI Pada tahun 2021 ( Data Sekunder


4

dari pencatatan dan pelaporan di buku partus PMB Hj. Rismawati.

S.ST)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penulisan ini yaitu Bagaimana Asuhan

Kebidanan pada Ny “N” Dengan Bendungan ASI Post Partum Di

Praktek Mandiri Bidan Hj. Rismawati. S.ST

1.3 Tujuan Umum

Untuk menerapkan Asuhan Kebidanan Pada Ny “N” Dengan

Bendungan ASI Post Partum, dengan mengacu pada KEPMENKES

No. 938/MENKES/SK/VIII/2007 Tentang Standar Asuhan Kebidanan.

1.3.1 Tujuan Khusus

1. Mampu melaksanakan pengkajian secara lengkap dengan

mengumpulkan semua data meliputi data subjektif dan data

objektif pada Ny. “N” Dengan Bendungan ASI Post Partum di

Praktek Mandiri Bidan Hj. Rismawati S.ST.

2. Mampu melakukan perumusan diagnosa dan atau masalah

kebidanan pada Ny. “N” Dengan Bendungan ASI Post Partum di

Praktek Mandiri Bidan Hj. Rismawati S.ST.

3. Mampu merencanakan Asuhan yang menyeluruh sesuai dengan

tindakan segera pada Ny. “N” Dengan Bendungan ASI Post

Partum di Praktek Mandiri Bidan Hj. Rismawati S.ST.


5

4. Mampu melakukan implementasi data dasar yang meliputi

diagnose kebidanan, masalah dan kebutuhan pada Ny. “N”

Dengan Bendungan ASI Post Partum di Praktek Mandiri Bidan Hj.

Rismawati S.ST.

5. Mampu mengevaluasi hasil tindakan asuhan kebidanan pada Ny.

“N” Dengan Bendungan ASI Post Partum di Praktek Mandiri Bidan

Hj. Rismawati S.ST.

6. Mampu melakukan pencatatan asuhan kebidanan pada Ny. “N”

Dengan Bendungan ASI Post Partum di Praktek Mandiri Bidan Hj.

Rismawati S.ST.

1.4 Manfaat Penulisan

Pada bagian ini dijelaskan manfaat dari asuhan kebidanan yang

dilakukan, guna peningkatan mutu pelayanan kebidanan,

meningkatkan kualitas lulusan dalam pemberian asuhan kebidanan

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai pertimbangan

masukan untuk menambah wawasan tentang kasus yang diambil.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Institusi

Hasil Studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai

masukan dalam memberikan asuhan kebidanan komprehensif

pada mata kuliah kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir

dan keluarga berencana


6

2. Bagi Profesi

Sebagai sumbangan teoritis maupun aklikatif bagi profesi

bidan dalam asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil,

bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana.

3. Bagi Klien dan Masyarakat

Agar klien maupun masyarakat bias melakukan deteksi

yang mungkin timbul pada masa kehamilan, persalinan maupun

pada masa nifas sehingga memungkingkan segera mencari

pertolongan.

1.5 Sasaran, Tempat dan Waktu Asuhan Kebidanan

1. Sasaran

Sasaran subjek asuhan kebidanan ditujukan kepada ibu

dengan memperhatikan continuity of care mulai hamil, bersalin,

nifas, neonatus dan KB.

2. Tempat

Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan pada

ibu adalah semua lahan praktik yang telah memiliki MOU dengan

STIKes Salewangang Maros, atau Tempat lain yang terjangkau

atas persetujuan pembimbing.

3. Waktu

Waktu yang diperlukan mulai dari penyusunan LTA pada akhir

semester v dan memberikan asuhan kebidanan di semester IV

dengan mengacu pada kalender akademik Prugram Studi Dlll

Kebidanan STIKes Salewangang Maros.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas

2.1 Pengertian Masa Nifas

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu, pelayanan

pasca persalinan harusterselenggara pada masa itu untuk

memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya

pencegahan, detektif dini dan pengobatan kompikasi dan penyakit

yang mungkin terjadi, serta penyediaan pemberian ASI, cara

menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.

(Sarwono, 2014)

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran

bayi, plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan

kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu

kurang lebih 6 minggu. Masa nifas (puerperineum), berasal dari

bahasa lain yaitu, puer yang artinya bayi dan parous yang artinya

melahirkan atay berarti masa sesudah melahirkan atau berarti

masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa nifas adalah

penataklasanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari

saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam

keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum

hamil. Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu


8

selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah

selesainya persalinan dan berakhir setelah alat reproduksi kembali

seperti keadaan sebelum hamil atau tidak hamil sebagai akibat dari

adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan.

(Sarwano, 2010).

2.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

Selama bidan memberikan asuhan sebaiknya bidan mengetahui

apa tujuan dari pemberian asuhan pada ibu masa nifas, tujuan

diberikannya asuhan pada ibu selama masa nifas antara lain untuk:.

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologi

dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat

penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka

kesehatanibu dan bayi selalu terjaga

2. Melaksanakan skirining yang komprehensif ( menyeluruh) dimana

bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu

masa nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian data subjektif,

objektif, maupun penunjang.

3. Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka harus

menganalisa data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini

dapat mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi

4. Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat


9

langsung masuk kelangkah berikutnya sehingga tujuan diatas

dapat dilaksanakan

5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi

kepada bayinya dab perawatan bayi sehat

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena

merupakan masa kritis baik maupun bayinya. Diperkirakan bahwa

60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan

50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama ( Rukiyah,

dkk, 2012:2)

2.3 Peran bidan dalam masa nifas

1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa

nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan

fisik dan fisiologis selama masa nifas.

2. Memberikan dukungan serta memantau kesehatan fisik ibu dan

bayi

3. Mendukung dan memantau kesehatan fisiologis, emosional, sosial

serta memberikan semangat pada ibu

4. Serta promotor hubunngan antara ibu dan bayi serta keluarga

membantu ibu dalam menyusui bayinya dan mendorong ibu untuk

menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman

5. Membangun rasa kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai

ibu.
10

6. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

7. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenai tanda - tanda bahaya, menjaga

gizi yang baik serta melakukan kebersihan diri

2.4 Tahapan Masa Nifas

Menurut Maryunani (2015) Masa nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu:

a. Puerperium intermedial ( periode Immediate postpartum)

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Masa

segera setelah plasenta lahir sampai kepulihan dimana ibu sudah

diperbolehkan mobilisasi jalan. Masa pulih/kepulihan dimana ibu

telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan

b. Puerperium intermedial (periode Early Postpartum 24 jam- 1

minggu)

Masa kepulihan menyelutuh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8

minggu. Peran bidan pada masa ini bidan memastikan involusi uteri

dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau

busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan

serta ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.

c. Remote Puerperium ( Periode Late Postpartum, 1 minggu – 5

minggu)

Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila selma hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Masa ini bisa berlangsung 3 bulan bahkan lebih.


11

2.5 Perubahan masa nifas

a. Perubahan Uterus

Involusi uteri adalah proes uterus kembali ke kondisi sebelum

hamil. Uterus biasanya berada di organ pelvik pada hari ke-10

setelah persalinan. Involusi uteri lebih lambat proses Autolisprotein

dan Sitoplasma miometrium. Hasil dari menurunkan ukuran uterus

harus kehilangan sel-sel dalam jumlah basar.

Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan

endometrium dan miometrium pada tempat plasenta diserap oleh

sel-sel glanulosa sehingga salaput basal endometrium kembali

dibentuk (Heryani, 2012).

Tabel 1.1

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusio

Involusi TFU Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr

Plasenta lahir 2 jari dibawah pusat 750 gr

1 minggu Pertengahan pusat –simpisis 500 gr

2 minggu Tidak teraba diatas simpisis 350 gr

6 minggu Normal 50 gr

8 minggu Normal seperti sebelum hamil 30 gr

(Sumber: Heryani, 2012)


12

2.5 Tinjauan Khusus Tentang Bendungan ASI

2.5.1 Pengertian Bendungan ASI

Bendungan ASI adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada

payudara dalam rangka mepersiapakan diri untuk laktasi. Hal ini

bukan disebabkan overdistensi dari saluran sistem laktasi.

Bendungan terjadi akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan

vena sebelum laktasi ( Walyani, 2016).

ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi. ASI Memiliki

kandungan yang baik tidak terdapat dalam susu formula. Komposisi

ASI selalu berubah sesuai dengan kebutuhan bayi prematur

maupun bayi yang cukup bulan sehingga bayi diberi ASI akan

memiliki status gizi yang lebih baik jika dibandingkan dengan yang

diberi susu formula maupun makanan tambahan lain. ASI

memberikan gizi yang paling baik sesuai dengan kebutuhan bayi,

melindungi dari berbagai infeksi, memberikan hubungan kasih

sayang yang mendukung semua aspek perkembangan bayi,

termasuk kesehatan dan kecerdasan bayi ( Sugiono, 2015).

Bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya pembengkakan

pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga

menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri di sertai kenaikan

suhu badan (Maryunani, 2015).

Cara paling aman agar payudara tidak membengkak adalah

dengan menyusukan bayi segera setelah lahir. Jika payudara masih


13

terasa berat, maka keluarkan ASI dengan cara manual atau

menggunakan pompa. Perlunya perawatan pasca melahirkan

sebelum menyusui agar payudara tidak lembek serta mudah

ditangkap oleh bayi (Andina,2018).

2.5.2 Etiologi

Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak

kontinyu, sehingga sisa ASI terkumpulan pada daerah duktus.Hal ini

dapat terjadi pada hari ke tiga setelah melahirkan. Selain itu,

penggunaan bra yang ketat serta keadaan puting susu yang tidak

bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus (Marmi, 2015).

Bendungan ASI biasanya terjadi pada payudara ibu yang

memiliki produksi ASI banyak, jikaa diraba terasa keras dan

terkadang menimbulkan nyeri serta seringkali disertai peningkatan

suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan di

payudara dan demam (Andina,2018).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:

1. Pengosongan mammae yang tidak sempurna (dalam masa

laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi

ASI-nya berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai

menyusui payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat

sisa ASI didalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak

dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).


14

2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (pada masa laktasi, bila ibu

tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak

aktif menghisap,maka akan menimbulkan bendungan ASI).

3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (teknik yang salah

dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet

dan menimbulkan rasa nyer pada saay bayi menyusu. Akibatnya,

ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).

4. Puting susu terbenam (puting susu terbenam akan menyulitkan

bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting

dan areola, bayi tidak mau menyusui dan akibatnya terjadi

bendungan ASI).

5. Puting susu terlalu panjang (puting susu yang panjang

menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi

tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus aktif terus

untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya, ASI tertahan dan

menimbulkan bendungan ASI) (Rukiyah, 2012).

2.5.3 Patofisiologi

Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sukar

di susu oleh bayi karena kalang payudara lebih menonjol, puting

lebih datar dan sukar di hisap oleh bayi. Bila keadaan sudah

demikian, kulit pada payudara nampak lebih mengkilat, ibu merasa

demam dan payudara ibu terasa nyeri.Oleh karna itu sebelum

disusukan pada bayi, ASI harus diperas dengan tangan/pompa


15

terlebih dahulu agar payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih

mudah menyusu (Mansyur, 2014).

Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara

penuh. Pada payudara bengkak: payudara odema, sakit, puting

susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan ASI tidak

keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam. Sedangkan

pada payudara penuh: payudara terasa berat, panas dan keras. Bila

ASI dikeluarkan tidak ada demam (Marmi, 2015).

2.5.4 Penatalaksanaan Bendungan ASI

Penatalaksanaan Kasus pada ibu nifas dengan bendungan ASI

adalah:

1. Cara menyusui yang baik dan benar

Menurut Maryunani (2015), cara menyusui yang baik dan benar

adalah sebagai berikut:

a. Sebelum menyusui, keluarkan sedikit ASI untuk mengolesi

puting ibu agar bayi mencium aromanya dan lebih berselera

menyusu.

b. Susui bayi setiap kali ia menginginkannya dan selama yang

ia mau.

c. Saat menyusui, letakan bayi dalam pangkuan sedemikian

rupa hingga wajah dan tubuhnya menghadap ke payudara

ibu. Posisinya harus lurus searah dari telinga, hidung, dan

badannya. Dagunya menempel di payudara ibu.


16

d. Duduklah dalam posisi yang nyaman dan tegak, jangan

membungkuk, kalau perlu sangga tubuh bayi dengan bantal.

Ibu yang baru saja menjalani persalinan dengan operasi

sesar tak perlu khawatir karena posisi bayi berada di atas

perut.

e. Jika payudara menyusu pada payudara kiri, letakkan

kepalanya di siku lengan kiri ibu. Lengan kiri bayi bebas ke

arah payudara. Begitu pula sebalikya.

f. Topanglah payudara dengan meletakan ibu jari tangan ibu

diatas puting dan keempat jari menyangga payudara.

g. Usai menyusui, bayi akan melepaskan isapannya. Kalau tidak

lepaskan puting dengan memasukan jari kelingking ibu ke

mulut bayi melalui sudut mulut atau tekan dagu bayi agar

bibir bawahnya terbuka. Jangan langsung menarik puting

terlalu kuat selagi masih berada didalam mulut bayi karena

akan membuatnya lecet.

h. Bila puting lecet, lakukan kompres dingin di payudara dan

tetaplah menyusui bayi. Usai menyusui, usapkan tetesan ASI

untuk pelumasan dan pelindungan. Jika menggunakan obat

dokter, seka puting dengan air atau waslap basah yang

lembut setiap kali menyusui.


17

2.5.5 Perawatan Payudara

Menurut Wahyuni dan Purwoastuti (2015), perawatan

payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama

pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancar ASI.

Perawatan payudara adalah perawatan payudara setelah

melahirkan dan menyusui yang merupakan suatu cara yang

dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan

lancar. Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil

sampai masa menyusui. Hal ini dikarenakan payudara merupakan

satu-satu penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi

yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin.

1. Tujuan perawatan payudara

2. Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari

infeksi.

3. Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet.

4. Untuk menonjolkan puting susu yang terbenam.

5. Menjaga bentuk buah dada tetap bagus.

6. Untuk mencegah terjadinya penyumbatan.

7. Untuk memperbanyak produksi ASI.

8. Untuk mengetahui adanya kelainan.

Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai

sedini mungkin yaitu 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan.Hal itu

dilakukan 2 kali sehari (Wahyuni dan Purwoastuti, 2015).


18

1. Langkah-langkah perawatan payudara yaitu:

a. Persiapan Alat

1) Baby oil secukupnya.

2) Kapas secukupnya.

3) Waslap 2 buah.

4) Handuk bersih 2 buah.

5) Bengkok.

6) Dua baskom berisi air (hangat dan dingin).

7) Bra yang bersih dan terbuat dari katun untuk menyokong

payudara.

b. Persiapan ibu

Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan keringkan

dengan handuk.

1) Baju ibu dibuka.

2) Letakkan handuk diatas pangkuan ibu dan tutuplah payudara

dengan handuk, buka handuk pada daerah payudara.

c. Pelaksanaan perawatan payudara

1) Puting susu dikompres dengan menggunakan kapas minyak

selama 3-4 menit, kemudian bersihkan dengan kapas minyak

tadi.

2) Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari, dan jari

telunjuk diputar kedalam dengan kapas minyak tadi.


19

d. Penonjolan puting susu yaitu:

1) Puting susu cukup di tarik sebanyak 20 kali.

2) Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap.

e. Memakai pompa puting susu.

Pengurutan payudara:

1) Telapak tangan petugas diberi baby oil kemudian diratakan.

2) Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, lakukan gerakan kecil

dengan dua atau tiga jari dengan tangan kanan, mulai dari

pangkal payudara berakhir dengan gerakan spiral pada daerah

puting susu.

3) Buatlah gerakan memutar sambil menekan dari pangkal

payudara dan berakhir pada puting susu diseluruh bagian

payudara (lakukan gerakan seperti ini pada payudara kanan).

4) Kedua telapak tangan diantara kedua payudara, urutlah dari atas

sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduanya

perlahan. Lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali.

5) Sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan

lainnya mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah

pangkal payudara ke arah puting susu. Lakukan gerakan ini

sekitar 30 kali.

6) Merangsang payudara dengan air hangat dan dingin secara

bergantian.
20

7) Setelah itu usahakan menggunakan BH yang longgar atau

khusus, yang dapat menopang payudara


BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “N” DENGAN BENDUNGAN ASI

POST PARTUM DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN HJ. RISMAWATI S.ST.

DI LINGKUNGAN LEKOALA KABUPATEN

MAROS TANGGAL 19 JUNI 2022

No. Register : 009/RMT/VI/2022

Tanggal Pengkajian : 19 Juni 2022, Pukul 09.30 Wita

Tanggal Partus : 16 Juni 2022, Pukul 03.08 Wita

Nama Pengkaji : Ainun Fahira S

A. Identitas Istri / Suami

Nama : Ny ‘’N‘’ / Tn ‘’ K ‘’

Umur : 18 Tahun / 28 Tahun

Nikah / Lamanya :1 kali / ± 1 Tahun

Suku : Makassar / Makassar

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Karyawan Swasta

Alamat : Desa Lekoala Kec. Marusu Kab. Maros

Golongan Darah : O/-


22

B. Data Biologis

1. Keluhan utama

Ibu mengeluh payudaranya terasa bengkak, merah, nyeri

dan terasa keras sejak tanggal 19 Juni 2022 pukul 08.00 wita, ibu

mengatakan ASI nya belum keluar, ibu mengatakan suhu badanya

terasa panas, ibu mengatakan bayinya malas menyusu dan ibu

merasa cemas dengan keadaanya.

C. Riwayat Kesehatan Lalu

Ibu mengatakan tidak pernah ada riwayat penyakit jantung,

hipertensi, asma dan DM, ibu mengatakan tidak riwayat penyakit

menular, ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan

dan obat-obatan.

D. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Pemerikasaan Fisik

a. Kepala

Kulit kepala bersih, tidak ada benjolan, dan nyeri tekan

b. Mata

Konjungtiva merah muda, sklera tidak ikhterus

c. Hidung

Tidak ada secret dan polip, simetris kiri dan kanan


23

d. Mulut dan Gigi

Bibir merah muda, tidak pecah-pecah dan gigi tidak ada yang

tanggal

e. Telinga

Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen

f. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe, kelenjar

jugularis.

g. Esktremitas Atas

Kuku bersih, tidak ada oedema pada punggung tangan

h. Payudara

Simetris kiri dan kanan, kemerahan, bengkak disertai rasa nyeri

saat dipalpasi dan tidak ada pengeluaran ASI saat dipencet

i. Abdomen

Tidak ada luka bekas operasi

j. Ekstremitas Bawah

Simetris kiri dan kanan, tidak ada varises, tidak ada oedema.

k. Observasi TTV : TD : 120/80 mmHg

N : 80x/ menit

S : 37,5 °C

P : 20x/ menit
24

C. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar

1. Pola Nutrisi

a. sebelum post partum

Ibu mengatakan Makan 2-3 kali sehari dengan porsi 1 piring

nasi, sayur, ikan dan kadang-kadang buah, serta minum 7-8

gelas sehari dengan air putih, susu dan teh

b. selama post partum

Ibu mengatakan sudah makan selama pengkajian dengan porsi

1 piring nasi, sayur, lauk pauk dan buah-buahan minum air putih

dan 1 gelas teh

2. Pola Istirahat

a. Sebelum post partum

Ibu mengatakan Tidur siang ± 1-2 jam dan Tidur malam ± 7-8

jam

b. Selama post partum

Ibu megatakan Tidur siang ± 1 jam dan tidur malam 3 jam

3. Pola Eliminasi

a. Sebelum post partum

Ibu BAB 1x sehari

Ibu BAK 6-7x sehari

b. Selama post partum

Ibu belum BAB

Ibu telah BAK


25

4. Personal Hygiene

a. Sebelum post partum

Mandi 1x sehari, sikat gigi 3x sehari, keramas 2x seminggu, dan

ganti baju 2x sehari.

b. Selama post partum

Selama pengkajian ibu belum mandi dikerenakan demam

STANDAR II PERUMUSAN DIAGNOSA DAN ATAU MASALAH

Diagnosa: Ny ‘’N’’ Post partum

Masalah: Bendungan ASI

STANDAR III PERENCANAAN

Potensial tidak terjadi Mastitis

1.Tujuan

a. Bendungan ASI dapat teratasi

b. Bayinya dapat menyusui pada ibunya dengan baik

c. Tidak terjadi Mastitis

2. Kriteria keberhasilan

a. Bendungan ASI telah teratasi

b. Payudara ibu tidak bengkak, dan sikat gigi

c. Ibu dapat menyusui bayinya secara on demand


26

3. Rencana Asuhan

Tanggal 19 Juni 2022, jam 09.30 wita

a. Sampaikan kepada ibu tentang kondisinya sekarang bahwa ibu

mengalami bandungan ASI

Rasional : Dengan menjelaskan mengenai keadaan yang

dialaminya maka ibu akan mengerti sehingga ibu

akan bersifat kooperatif terhadap tindakan dan

anjuran petugas kesehatan

b. Observasi Tanda-tanda vital

Rasional : Tanda- tanda vital dapat memberikan gambaran

dalam menentukan tindakan selanjutnya.

c. Anjurkan ibu untuk menyusui bayi secara on demand dikedua

payudaranya secara bergantian.

Rasional : Agar nutrisi bayi tercukupi dan tidak terjadi

penampungan ASI yang berlebihan.

d. Berikut penjelasan kepada ibu cara mengatasi keluhan yang

dirasakan ketika seperti:

1) Menyangga payudara dengan bebas atau bra yang pas

2) Kompres payudara menggunakan kain basah/hangat selama

5 menit

3) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting

4) Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga puting

menjadi lunak
27

Rasional : Dengan menjelaskan cara mengatasi keluhan

kepada ibu, akan tidak terlalu merasakan

keluhan yang dialami dan akan membantu

petugas kesehatan dalam proses

penyembuhannya.

e. Anjurkan ibu cara melakukan perawatan payudara

1) Tempatkan kedua tangan diantara kedua payudara kemudian

utut keatas lalu kesamping kemudian urut kebawah hingga

menyanggah payudara kemudian sentakkan kebawah

payudara secara perlahan

2) Telapak tangan kiri menopan payudara kiri dan jari-jari tangan

saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan

mengurut payudara dari pangkal kearah puting, demikian pula

payudara kanan

3) Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian

jari tangan kanan dikepalkan lalu buku-buku jari tangan kanan

mengurut dari pangkal kearah puting.

Rasional : Dengan melakukan perawatan payudara dapat

meningkatkan produksi ASI dan mempercepat proses

penggosongan saluran dan kelenjar susu sehingga

ASI menjadi lancar.

f. Ajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik dan benar, yaitu:

1) Usahakan pada saat menyusui ibu dalam keadaan tenang


28

2) Memasukkan semua aerola mammae kedalam mulut bayi

3) Ibu dapat menyusui dengan cara duduk atau berbaring sesuai

kenyaman dengan santai dan dapat menggunakan sandaran

( bantal) pada punggung

4) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas, jari yang lain

menopang dibawah payudara

5) Berikan ASI pada bayi secara teratur dengan selang waktu 2-3

jam atau dengan cara on demand. Setelah salah satu payudara

mulai terasa kosong. Sebaiknya ganti pada payudara yang

satunya.

6) Serelah selesai menyusui oleskan ASI kepayudara, biarkan

kering sebelum kembali memakai bra, langkah ini berguna

untuk mencegah lecet pada puting

7) Sendawakan bayi tiap kali habis menyusui untuk mengeluarkan

udara dari lambung bayi agar bayi tidak kembung dan muntah.

Rasional : Bayi akan tampak tenang karena mudah menghisap

ASI, pemenuhan nutrisi bayi cukup dan mencegah

terjadinya puting susu lecet dan tidak terasa nyeri

g. Anjurkan ibu untuk mengonsumsi sayuran hijau dan makanan

bergizi

Rasional : Dengan mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan

bergizi akan dapat memperbanyak dan memperlancar

ASI misalnya daun katup, bayam dll.


29

h. Berikan terapi obat paracetamol 500 mg 3X1 per oral

Rasional : Paracetamol adalah salah satu obat yang masuk

kedalam analgesik(pereda nyeri) dan antipiretik

(penurun demam)

i. Lakukan pendokumentasikan

Rasional : Pencatatan yang baik dapat menjadi pegangan jika

terjadi sesuatu pada pasien

STANDAR VI. Implementasi Asuhan Kebidanan

Tanggal 19 Juni 2022, jam 10.00 wita

a. Menyampaikan kepada ibu tentang kondisinya sekarang bahwa

ibu mengalami bendungan ASI

Hasil : ibu telah mengetahui tentang kondisinya sekarang

b. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand di

kedua payudaranya secara bergantian

Hasil: ibu bersedia melakukan

c. Memberikan penjelasan kepada ibu cara mengatasi keluhan yang

dirasakan seperti:

1. Menyanggah payudara dengan bebat atau bra yang pas

2. Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat

selama 5 menit

3. Urut payudara dari arah pangkal menuju puting

4. Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga puting

menjadi lunak
30

Hasil : ibu bersedia melakukannya

e. Menganjurkan kepada ibu cara melukakan perawatan payudara

Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

f. Mengajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik dan benar

Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

g. Menganjurkan ibu untuk mengkomsumsi sayuran hijau dan

makanan yang bergizi

Hasil: ibu bersedia mengkomsumsi sayuran dan makanan yang

bergizi

h. Memberikan terapi obat paracetamol 500mg 3x1 per oral

Hasil : obat telah diberikan

i. Melakukan pendokumentasian

Hasil: telah dilakukan pendokumentasian

STANDAR VII. Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan

Tanggal 25 Juni 2022, jam 14.00 wita

a. Bendungan ASI telah teratasi

b. Bayi menyusui pada ibunya dengan baik

c. Ibu dalam keadaan baik

d. Tanda – tanda vital dalam batas normal

a. TD: 120/80 mmHg

b. N: 80x/menit

c. S: 35,5°C

d. P: 20x/menit
31

Tabel 3.1 Pencatatan SOAP asuhan kebidanan post partum pada Ny.”N”

dengan bendungan ASI hari ketujuh post partum di PMB

Hj.Rismawati .S.ST pada Tanggal 27 Juni 2022

S Ibu mengatakan bengkak dan nyeri pada payudarannya sudah

berkurang

O 1. Tanda-tanda Vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 37,5 ° C

Pernapasan : 20x/menit

2. Payudara

Payudara tidak tampak merah lagi, pembengkakan sudah

berkurang, dan masih sedikit nyeri bila diplapasi, pengeluaran

ASI belum terlalu banyak.

3. Abdomen

TFU pertengahan pusat simphysis, tidak ada nyeri tekan pada

perut bagian bawah.

4. Genetalia

Tampak pengeluaran lokia sanguinolenta

A Ny. “N” Post partum kedelapan dengan bendungan ASI

P 1. Memberitahu ibu bahwa kondisinya sudah mulai membaik

Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

2. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya secara on


32

demand

Hasil : ibu bersedia menyusui bayinya

3. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara

Hasil: ibu bersedia melakukan perawatan payudara

4. Menganjurkan ibu untuk mengkomsumsi Menganjurkan ibu

untuk mengkonsumsi sayuran hijau seperti bayam, daun

kelor, kacang-kacangan dan makanan yang bergizi seperti

nasi, ubi, ikan, susu, dan tempe tahu

Hasil: ibu bersedia mengkonsumsi sayuran seperti bayam,

daun kelor, sawi hijau dan kacang-kacangan dan memakan

makanan yang bergizi seperti nasi, ubi, ikan, telur, tempe,

dan tahu

5. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkomsumsi obat yang

telah diberikan

Hasil : ibu bersedia meminum obat yang telah diberikan

6. Melakukan pendokumentasian

Hasil : pendokumentasian telah dilakukan


33

Tabel 3.2 Pencatatn SOAP Asuhan Kebidanan Post Partum pada Ny”N”

dengan Bendungan ASI hari keempat belas Di PMB

HJ.Rismawati.S.ST pada tanggal 28 juni 2022

S Ibu mengatakan payudaranya sudah tidak bengkak dan nyeri lagi

O 1. Tanda-tanda Vital

Tekanan darah : 120/90 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,5 ° C

Pernapasan : 20x/menit

2. Payudara

Payudara tidak tampak bengkak lagi, tidak ada nyeri tekan

saat palpasi, pengeluaran ASI lancar.

3. Abdomen

TFU sudah tidak teraba lagi, tidak ada nyeri tekan pada perut

bagian bawah.

4. Genetalia

Tampak pengeluaran lokia alba

A Ny” N” Post partum hari ketujuh belas dengan bendungan ASI

tertasi

P 1. Menyampaikan kondisi ibu bahwa keadaanya sudah membaik

dan keadaan payudaranya sudah sembuh

Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan ibu

merasa sangat senang


34

2. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI esklusif kepada

bayinya selama 6 bulan

Hasil : ibu bersedia melakukannya

3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau seperti

bayam, daun kelor, kacang-kacangan dan makanan yang

bergizi seperti nasi, ubi, ikan, susu, dan tempe tahu

Hasil: ibu bersedia mengkonsumsi sayuran seperti bayam,

daun kelor, sawi hijau dan kacang-kacangan dan memakan

makanan yang bergizi seperti nasi, ubi, ikan, telur, tempe, dan

tahu

4. Melakukan pendokumentasian

Hasil : telah dilakukan pendokumentasian


BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan pembahasan Asuhan kebidanan

pada Ny “N” post partum dengan bendungan ASI di PMB Hj.

Rismawati. S.ST. Asuhan ini dilakukan selama sebanyak dua kali

asuhan di Ruang Perawatan Post NatalCare dan asuhan yang

dilanjutkan di rumah klien selama 3 hari.

Dalam hal ini, pembahasan akan diuraikan secara narasi

berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan dengan empat standar

yaitu: pengumpulan data subjektif, pengumpulan data objektif,

merencanakan tindakan asuhan kebidanan dan melakukan

tindakan asuhan kebidanan.

Standar I: Pengkajian data

Data yang diambil dari studi kasus Ny.”N” dengan

bendungan ASI Selama klien diPMB HJ. Rismawati.S.ST dan pada

saat di rumah klien meliputi: Ibu mengeluh payudaranya terasa

bengkak, merah, nyeri panas dan terasa keras sejak tanggal 19 juni

2022 pukul 09.30 wita, ibu mengatakan suhu badannya terasa

panas dan ibu mengatakan bayinya malas menyusu. Ini merupakan

persalinan pertama ibu. Ibu melahirkan di PMB Hj.Rismawati.S.ST

pada tanggal 16 juni 2022 pukul 03.08 wita, dengan berjenis

kelamin laki-laki, berat badan 3.000 gram, dan ditolong oleh bidan

dan mahasiswa. Ibu tidak ada riwayat penyakit menular, menurun


35

ataupun menular. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan

umum ibu baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 100/60

mmHg, nadi 80x/menit suhu 37,5° C, pernapasan 20x/menit.

Identifikasi data dasar merupakan proses asuhan kebidanan

yang ditujukan untuk pengumpulan informasi baik fisik, psikososial

dan spritual. Informasi yang diperoleh mengenai data-data tersebut

penulis dapatkan dengan mengadakan wawancara langsung dari

klien dan keluarganya serta sebagian bersumber dari pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang/laboratorium (Nurhayati, dkk,

2013).

Bendungan ASI adalah terkumpulnya ASI didalam payudara

akibat

penyempitan duktus laktiferus atau kelenjar yang tidak dikosongkan

dengan sempurna pada saat menyusui bayi atau karena kelainan pada

puting susu (Rukiyah,Yulianti, 2012)

Bendungan ASI terjadi pada hari ke 3-7 setelah persalinan

(Kemenkes RI, 2013). Tanda dan gejala yang muncul pada ibu

dengan bendungan ASI adalah payudara bengkak, keras, nyeri bila

ditekan, warnanya kemerahan, suhu tubuh sampai 37,7°C(Rukiyah,

Yulianti 2012:)

Berdasarkan uraian diatas terdapat persamaan antara teori

dengan gejala yang timbul pada kasus bendungan ASI. Data kasus

yang ditemukan pada Ny”N” dengan bendungan ASI merasakan


36

nyeri dan demam serta gejala-gejala lainnya yang timbul berupa

bengkak dan terasa panas. Begitupula terhadap teori yang

ditemukan yang menjelaskan bahwa dampak yang akan

ditimbulkan jika bendungan ASI tidak teratasi yaitu akan terjadi

mastitis dan abses payudara. Hal ini membuktikan bahwa tidak

ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

Standar ll. Merumuskan Diagnosa

Berdasarkan pada kasus Ny”N” diperoleh yaitu G1 P1 A0 post

partum dengan bendungan ASI. Ibu mengatakan melahirkan pada tanggal

16 juni 2022 pukul 03.08 wita. Pada pemeriksaan fisik ditemukan TFU 2

jrbpst, tampak pengeluaran lokia sanguinolenta pada jalan lahir ibu.

Berdasarkan teori Maryunani, Setelah proses persalinan

berakhir terjadi proses involusi uteri yang ditandai dengan

penurunan tinggi fundus uteri yang terjadi berangsur-angsur, uterus

ibu yang baru melahirkan masih membesar, jika diraba dari luar

tinggi fundus uteri kira – kira 1 jari bawah pusat. Pada hari ketiga,

kira – kira 2 atau 3 jari bawah pusat.Hari kelima, pada pertengahan

antara pusat dan simphysis.Hari kesembilan, kira – kira 1 jari di

atas simphysis dan setelah hari kesepuluh, biasanya uterus

tersebut dari luar tidak teraba lagi (Maryunani, 2009).

Menurut Astutik, lokia sanginolenta berwarna merah kuning

berisi darah dan lender yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7

pasca persalinan (Astutik, 2015).


37

Ibu mengeluh payudaranya terasa bengkak, merah, nyeri

dan terasa keras sejak tanggal 19 Juni 2022 pukul 09.30 wita, ibu

mengatakan suhu badannya terasa panas dan ibu mengatakan

bayinya malas menyusu. Ini merupakan persalinan pertama ibu dan

tidak perna keguguran. Ibu melahirkan di PMB Hj.Rismawati.S.ST

Pada tanggal 16 juni 2022 pukul 03.08 wita dengan jenis kelamin

laki-laki, berat badan lahur 3000 gram, dan ditolong oleh bidan dan

mahasiswa. Ibu tidak ada riwayat penyakit menular, menurun

Pada pemeriksaan fisik didaptkan keaadaan umum ibu baik

kesadaran composmentis, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi

80x/menit, suhu 37,5 ° C, pernapasan 20x/menit.

Berdasarkan teori menurut Rukiyah dan Yulianti, tanda dan

gejala yang muncul pada ibu dengan bendungan ASI adalah

payudara bengkak, keras, nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan,

suhu tubuh sampai 37,7°C (Rukiyah, Yulianti 2012).

Demam yang dialami oleh ibu merupakan gejala yang

berasal dari gejala bendungan ASI saja karena pada saat dilakukan

pemeriksaan fisik tidak ada ditemukan suatu masalah lain yang

dapat menimbulkan demam pada ibu. Berdasarkan data yang

diperoleh dari pengkajian data tidak ada perbedaan dengan

tinjauan kepustakaan yang ditemukan pada kasus.

Standar lll. Perumusan Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan


38

Dalam konsep dasar manajemen asuhan kebidanan rencana

tindakan harus disetujui oleh klien, oleh karena itu sebelumnya

harus disesuaikan dengan klien semua tindakan yang diambil

berdasarkan rasional yang releven yang diakui kebenarannya

secara situasi dan kondisi tindakan yang dapat dianalisa secara

teoritis

Adapun sasaran/target dalam rencana asuhan pada kasus

ini berfokus untuk mencegah terjadinya komplikasi pada ibu

dengan penanganan yang cepat dan tepat serta payudara ibu

kembali normal. Bila diagnosis bendungan ASI ditegakkan rencana

asuhan yang akan diberikan adalah memberitahu ibu hasil

pemeriksaan, diskusikan penyebab dan penatalaksanaannya,

rekomendasikan untuk segera diintervensi.

Pada tempat pengambilan kasus yaitu di PMB Hj.

Rismawati. S.S, ibu nifas diberikan penjelasan mengenai

pentingnya perawatan payudara, teknik menyusui yang baik dan

benar , dan menyusui bayinya tanpa dijadwal atau secara on

demand untuk mencegah terjadinya bendungan ASI.

Rencana tindakan yang telah disusun yaitu menyampaikan

kepada ibu tentang kondisinya sekarang bahwa ibu mengalami

bendungan ASI, mengobservasi tanda-tanda vital, menganjurkan

ibu untuk menyusui bayinya secara on demand dikedua

payudaranya secara bergantian, memberikan penjelasan kepada


39

ibu cara mengatasi keluhan yang dirasakan seperti; menyanggah

payudara dengan bebat atau bra yang pas, kompres payudara

dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5 menit, urut

payudara dari arah pangkal menuju putting, keluarkan ASI dari

bagian depan payudara sehingga putting menjadi lunak,

mengajarkan kepada ibu cara melakukan perawatan payudara,

mengajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik dan benar,

benar, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan

makanan yang bergizi, memberikan terapi obat paracetamol 500

mg 3x1 per oral. Perawatan payudara merupakan upaya untuk

merangsang sekresi hormon oksitosin untuk menghasilkan ASI

sedini mungkin dan memegang peranan penting dalam

menghadapi masalah menyusui. Teknik pemijatan dan rangsangan

pada putting susu yang dilakukan pada perawatan payudara

merupakan latihan semacam efek hisapan bayi sebagai pemicu

pengeluaran ASI (Sari, 2014)

Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusu

dengan adekuat dan posisi bayi pada payudara saat menyusui

salah. Sehingga hal ini akan menyebabkan putting susu lecet dan

ASI tidak keluar optimal sehingga terjadi pembendungan air susu

pada payudara yang selanjutnya dapat menyebabkan

pembengkakan.
40

Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan

bendungan ASI menurut kemenkes RI, sanggah payudara ibu

dengan bebat atau bra yang pas, kompres payudara dengan

menggunakan kain basah/hangat selama 5 menit, urut payudara

dari arah pangkal menuju putting, keluarkan ASI dari bagian depan

payudara sehingga putting menjadi lunak, susukan bayi 2-3 jam

sekali sesuai keinginan bayi (on demand feeding) dan pastikan

bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar, pada masa-

masa awal atau bila bayi yang menyusui tidak mampu

mengosongkan payudara, mungkin diperlukan pompa atau

pengeluaran ASI secara manual dari payudara, letakkan kain

dingin/kompres dingin dengan es pada payudara setelah menyusui

atau setelah payudara dipompa, bila perlu berikan parasetamol 3x1

500 mg per oral untuk mengurangi nyeri, lakukan evaluasi setelah 3

hari (Kemenkes RI, 2013).

Durasi pemberian ASI mempunyai peranan terhadap

terjadinya bendungan ASI karena durasi menyusui berkaitan

dengan refleks prolaktin yang merupakan hormon laktogenik yang

penting untuk memulai dan mempertahankan sekresi ASI. Stimulasi

isapan bayi akan mengirim pesan ke hipotalamus yang

merangsang hipofisis anterior untuk melepas prolaktin, suatu

hormon yang meningkatkan produksi ASI oleh sel-sel alveoler

kelenjar mamaria. Jumlah prolaktin yang disekresikan dan jumlah


41

ASI yang diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulasi isapan

yaitu frekuenasi, intensitas dan lama bayi menghisap (Ardyan,

2014).

Bendungan ASI pada ibu nifas dapat terjadi jika air susu

yang diproduksi oleh payudara tidak segera diberikan pada bayi

atau tidak segera dikosongkan. Untuk mencegah terjadinya

bendungan ASI pada ibu nifas yaitu dengan menyusui bayi secara

teratur tanpa jadwal (on demand), tidak membatasi waktu

pemberian ASI dan perawatan payudara secara teratur (Ardyan,

2014).

Seorang bidan harus mempunyai pengetahuan yang baik

agar dapat melaksanakan pencegahan atau penanganan segera

pada ibu post partum sesuai kebijakan dan prosedur tetap serta

menyempurnakan kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas

pelayanan kebidanan khususnya pada ibu dengan bendungan ASI.

Uraian tersebut tampak adanya persamaan antara teori dengan

rencana tindakan yang dilakukan pada kasus Ny “N”.

Standar lV. Penatalaksanaan

Rencana tindakan yang sudah dibuat pada Ny”N” sudah

dilaksanakan di PMB Hj.Rismawati tanggal 19 juni 2022, dalam

penatalaksanaan tindakan asuhan kebidanan, penulis tidak

menemukan hambatan yang berarti adanya kerjasama dan


42

penerimaan yang baik dari klien dan keluarga serta dukungan

bimbingan dan arahan dari pembimbing lahan praktek.

Pada studi kasus Ny “N” dengan bendungan ASI, semua

tindakan yang direncanakan terlaksana dengan baik. Pemantauan

pertama yang dilakukan dirumah pasien, mengobservasi tanda-

tanda vital, menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on

demand, menjelaskan pada ibu cara mengatasi keluhannya seperti;

menyanggah payudara dengan bebat atau bra yang pas, kompres

payudara dengan menggunakan air hangat selama 5 menit, urut

payudara dari arah pangkal menuju putting, keluarkan ASI dari

bagian depan payudara sehingga putting menjadi lunak,

mengajarkan ibu cara melakukan perawatan payudara,

mengajarkan ibu teknik menyusui yang baik dan benar,

menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan

makanan yang bergizi serta memberikan terapi obat seperti

paracetamol 500 mg 3x1 per oral.

Pada pemantauan kedua yang dilakukan dirumah ibu

asuhan yang diberikan mengobservasi tanda-tanda vital,

menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara secara on

demand, menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan

payudara, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau

dan makanan bergizi, menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi

obat yang telah diberikan. Pemantauan ketiga yang dilakukan


43

dirumah klien, asuhan yang diberikan menganjurkan ibu untuk

memberikan ASI eksklusif kepada bayinya selama 6 bulan,

menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi, ibu

mengerti dengan yang dijelaskan dan akan melakukan apa yang

dianjurkan.

Pelaksana ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan secara

mandiri atau sebagian lagi kolaburasi dengan aggota tim kesehatan

lainnya atau sebagian lagi dengan pola konsultasi maupun rujukan.

Walau bidan tidak melakukannya sendiri, namun bidan tetap

memikul tanggung jawab untuk mengarahkan penatalaksaannya.

Dalam tahap ini penulis melakukan asuhan kebidanan

selama satu hari di bidan praktek dan 3 hari berkunjung dirumah

klien. Berdasarkan perencanaan yang telah disusun sesuai

kebutuhan klien, sehingga tidak ada kesenjangan antara tinjauan

pustaka dengan kasus yang ada.

Langkah VII: Evaluasi Asuhan Kebidanan

Hasil evaluasi setelah melakukan asuhan kebidanan selama

1 hari di PMB Hj.Rismawati.S.ST dan 3 kali berkunjung dirumah

klien. Ibu tidak mengalami komplikasi, bendungan ASI telah teratasi

yang ditandai dengan keadaan payudara ibu telah normal dan bayi

telah menyusu dengan baik. Keberhasilan asuhan ini juga ditandai

dengan pemahaman ibu mengenai cara melakukan perawatan

payudara serta teknik menyusui yang baik dan benar serta


44

menyusu bayinya secara on demand. Kondisi kesehatan ibu yang

sudah membaik dimana bendungan payudara tidak menjadi

mastitis.

Berdasarkan tinjauan pustaka dan pada kasus Ny”N” post

partum dengan bendungan ASI di lahan praktek maka didapatkan

adanya kesamaan. Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses

manajemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian

tujuan, membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria

yang diidentifikasi, memutuskan apakah tujuan telah dicapai atas

tidak dengan tindakan yang sudah diimplementasikan.

Proses evaluasi merupakan langkah dari proses manajemen

asuhan kebidanan pada tahap ini penulis tidak mendapatkan

permasalahan atau kesenjangan pada evaluasi menunjukkan

masalah teratasi tanpa adanya komplikasi.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah mempelajari teori dan pengalaman langsung dilahan

praktek melalui kasus Ny.’’N’’ dengan post partum Di PMB Hj.

Rismawati.S.ST Tanggal 19 Juni 2022, maka pada bab ini penulis

menarik kesimpulan dan saran.

1. Melaksanakan pengkajian dengan mengumpulkan informasi akurat,

relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien pada Ny’’ N’’ di PMB Hj. Rismawati.S.ST Tahun 2022

dengan pengumpulan data subjektif, dan data objektif sehingga

didapatkan data pada Ny ‘’N’’ dengan bendungan asi.

2. Perumusan diagnosa/masalah kebidanan dengan menganalisis

data yang diperoleh pada pengkajian menginterpretasikannya

secara akurat danlogis untuk menegakkan diagnosa pada Ny ‘’N’’

dengan bendungan asi di PMB Hj. Rismawati

3. Rencana asuhan yang dilakukan di PMB Hj.Rismawati.S.ST dalam

menangani klien dengan Bendungan ASI Hari ketujuh post partum

di PMB Hj.Rismawati.S.ST Pada tanggal 19 juni 2022 dengan hasil

merencanakan asuhan berdasarkan diagnosa/masalah kebidanan

yang dapat terjadi.


45

4. Mengimplementasikan rencana asuhan kebidanan dengan

melaksanakan rencana secara komprehensif, efektif, efisien dan

aman yang dilakukan di PMB Hj.Rismawati.S.ST

5. Melaksanakan tindakan asuhan yang telah direncanakan pada Ny’’

N’’ Dengan Bendungan ASI Post Partum Di PMB Hj. Rismawati.

S.ST Tanggal 19 Juni 2022 dengan hasil yaitu semua tindakan

yang telah direncakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik

tanpa adanya hambatan.

6. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada Ny’’N’’

Dengan Bendungan ASI Post Partum Di PMB Hj. Rismawati. S.ST

Tanggal 19 Juni 2022 Dengan hasil yaitu asuhan yang telah

diberikan berhasil dengan ditandai keadaan payudara ibu telah

normal dan bayi telah menyusu dengan baik.

5.2 Saran

Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahan kasus penelitian

memberikan sedikir masukan atau saran yang diharapkan dapat

bermanfaat

1. Untuk Klien

Menganjurkan ibu teknik menyusui yang baik dan benar secara on

demand dan cara perawatan payudara serta mengkomsumsi

makanan yang bergizi agar terhindar dari Bendungan ASI.


46

2. Untuk Bidan

Dalam Melakukan tugas sebagai bidan untuk memberikan tindakan

perlu mengetahui rasional setiap tindakan yang diberikan kepada

klien dan harus dengan persetujuan klien, serta bidan dapat

melakukan tindakan perlu membina hubungan yang baik antara

klien ataupun keluraga sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.

3. Untuk institusi

Untuk mendaptakan hasil yang diinginkan perlu kiranya penerapan

asuhan kebidanan dalam pemecahan masalah lebih ditingktkan

dan dikembangkan, mengingat proses tersebut sangat bermanfaat

dalam membina tenaga bidan guna mengciptakan tenaga

kesehatan yang berpotensi dan profesional.


DAFTAR PUSTAKA

Ardyan, Ratna Nevyda. (2014). Hubungan Frekuensi Dan Durasi


Pemberian Dengan Kejadian Bendungan ASI Pada Ibu. 20 Juli
2022

Depkes RI. (2017). Panduan Manajemen Laktasi:Diet Gizi Masyarakat.


Jakarta: Depkes RI.

Fitriana. (2016). Gambaran bendungan ASI pada ibu nifas. Prodi DIII 2000
EPOK Universitas Pendidikan Indonesia. 14 Agustus 2022

Heryani, Reni. (2012). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui.


Jakarta: Trans Info Media.

Maryunani, A. (2015). Inisiasi Menyusu Dini ASI Eksklusif dan Manajemen


Laktasi. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kansungan & Keluarga


Berencana.Jakarta: EGC.

Mansyur, A. K. (2014). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Malang: Selaksa


Media.

Marni. (2015). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas Peurperium Care.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rukiah, Aiyeyeh, dkk. (2013). Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: CV


Trans Info Media.

Sarwono. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Sugiono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

WHO (Word Health Organitation). (2017). Word Health Statistics. Diakses


tanggal

Walyani, E. S. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui.


Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Yanti, Sundawati. (2014). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung: PT


Refika Aditama.
Lampiran 1 : Lembar Pengajuan Judul

Lampiran 2 : Surat Pengantar Penelitian


49

Lampiran 3 : Surat Keterangan Selesai Penelitian


50

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai