Anda di halaman 1dari 121

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NY.”R”G3P2A0H2 36-37 MINGGU KEHAMILAN


NORMAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMBOK
KABUPATEN SIJUNJUNG
TAHUN 2022

Laporan Tugas Cotinuity of Care (COC)

Oleh:
MARLENI KARES
2115901276

PROGRAM PROFESI BIDAN PRODI KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI TAHUN AJARAN
2022/2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “R” G3P2A0H2

UK 36-37 Minggu DI PUSKESMAS GAMBOK


KABUPATEN SIJUNJUNG

Laporan Siklus Continuity Of Care

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui


Tanggal

Disusun oleh:

MARLENI KARES
2115901276

Menyetujui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

Edrawati,S.ST Widya Nengsih,S.ST,M.Kes


LEMBAR PENGESAHAN
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “R” G3P2A0H2

UK 36-37 Minggu DI PUSKESMAS GAMBOK


KABUPATEN SIJUNJUNG

Disusun oleh :

MARLENI KARES
2115901276

Telah diseminarkan di depan penguji


Pada tanggal

Mengetahui,
Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

Edrawati,S.ST Widya Nengsih,S.ST,M.Kes

Ketua Prodi Kebidanan


Universitas Fort De Kock

Febriniwati Rifdi, S.SiT.M.Biomed

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,

karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas komprehensif yang

berjudul “Manajemen Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.”R”G3P2A0H2 36-37

Minggu Kehamilan Normal Di Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kabupaten

Sijunjung Tahun 2022”.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Widya Nengsih,S.ST,M.Kes selaku

pembimbing Akademik dan Ibu Edrawati,S.ST selaku pembimbing Lahan yang telah banyak

memberikan arahan, masukan serta bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

Tugas Akhir ini tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini peneliti juga mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan baik berupa bimbingan, dorongan dan

nasehat-nasehat sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas CoC ini, yaitu kepada:

1. Ibu Dr. Hj. Ns. Evi Hasnita, S.Pd, M.Kes selaku ketua Rektor Universitas Fort De Kock

Kota Bukittinggi.

2. Ibu Oktavianis, S,ST, M.Biomed, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Fort De

Kock Kota Bukittinggi.

3. Ibu Febriniwati Rifdi, S,ST, M.Biomed, selaku Ka. Program Profesi Kebidanan Universitas

Fort De Kock Kota Bukittinggi.

4. Bapak/ibu Dosen beserta staf Prodi Profesi Kebidanan Fort De Kock Bukittunggi yang

memberikan arahan, pengetahuan dan bimbingan.

iv
5. Ibu Reza Ramadhani selaku responden atas kerjasama nya yang baik.

6. Teristimewa untuk Suami dan anak-anak tercinta yang selalu memberikan dukungan dan

semangat sehingga dapat menyelesaikan tugas CoC ini.

7. Orang Tua, dan teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat, motivasi

kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat

bagi pengembangan ilmu.

Muaro Sijunjung, Januari 2023

Penulis

v
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN
PERNYATAAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS......................................................................................... 5


A. Pengertian Continuity of Care .................................................................................... 5
B. Konsep Dasar Kehamilan ........................................................................................... 5
C. Konsep Dasar Persalinan ............................................................................................ 15
D. Konsep Dasar Nifas .................................................................................................... 31
E. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir................................................................................... 43
F. Konsep Dasar Keluarga Berencana ............................................................................ 48
G. Pendokumentasian SOAP........................................................................................... 53
H. Manajemen Kebidanan Varnay .................................................................................. 54

BAB III TINJAUAN KASUS .............................................................................................. 57


A. Askeb Kehamilan........................................................................................................ 57
B. Askeb Persalinan ........................................................................................................ 67
C. Askeb Bayi Baru Lahir ............................................................................................... 81
D. Askeb Nifas ................................................................................................................ 87
E. Askeb Keluarga Berencana......................................................................................... 95

BAB IV PEMBAHASAAN ................................................................................................. 102


A. Asuhan Kebidanan Kehamilan ................................................................................... 102
B. Asuhan Kebidanan Persalinan .................................................................................... 104
C. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir........................................................................... 108
D. Asuhan Kebidanan Nifas ............................................................................................ 109
E. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana .................................................................... 111

BAB V PENUTUP ................................................................................................................ 112


A. Kesimpulan ................................................................................................................. 112
B. Saran ........................................................................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan berkesinambungan atau Continuity of Care merupakan pelayanan asuhan
kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada perempuan sepanjang masa kehamilan,
persalinan dan masa nifas yang berlaku untuk semua perempuan baik dengan risiko ringgi
maupun risiko rendah dalam setiap kondisi termasuk dalam bidang obstetric. Pelayanan
asuhan kesehatan yang dapat diberikan bidan berupa pelayanan mandiri, kolaborasi
ataupun rujukan. Pelayanan Kebidanan diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga
dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Mortensen dkk, 2019).
Dampak yang akan timbul jika tidak dilakukan asuhan kebidanan
berkesinambungan adalah dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi pada ibu dan
bayi yang tidak ditangani dengan cepat sehingga dapat menyebabkan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) meningkat. AKI dan AKB merupakan salah
satu dari lima fokus masalah yang ditetapkan oleh kementrian kesehatan dan menjadi
indikator derajat kesehatan di suatu negara (Kemenkes RI, 2020).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 di dunia tercatat
810 ibu meninggal setiap hari atau 295.000 kematian dalam waktu 1 tahun. WHO
mencatat setiap hari ada sekitar 7.000 kematian bayi baru lahir atau sekitar 2,5 juta anak
meninggal pada bulan pertama kehidupannya. Mayoritas dari semua kematian neonatal
(75%) terjadi selama minggu pertama kehidupan dan sekitar 1 juta bayi baru lahir
meninggal dalam 24 jam pertama (WHO, 2019).
Menurut Ketua Komite Ilmiah International Conference on Indonesia Family
Planning and Reproductive Health (ICIFPRH), Meiwita Budhiharsana, AKI di Indonesia
hingga tahun 2019 masih tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 24 per
1000 kelahiran hidup. Angka ini masih melampaui target yang di sajikan dalam
Sustainable Development Goals yaitu 70/100.000 kelahiran hidup. Angka kematian
neonatus di Indonesia juga terbilang masih diatas target Sustainable Development Goals

1
2

(SDGs) yaitu 12/1000 kelahiran hidup (Susiana, 2019). Menurut Profil Kesehatan
Sumatera Barat 2019 AKI di Provinsi SUMBAR pada tahun 2018 adalah 119 per 100.000
kelahiran hidup, dan AKB 2018 121 kasus.
AKI dan AKB dapat disebabkan oleh beberapa komplikasi yang terjadi selama
hamil, bersalin, nifas dan komplikasi pada bbl. Komplikasi yang dapat timbul pada
kehamilan diantaranya meliputi anemia, perdarahan, hipertensi, preklamsi/eklamsi,
oedema pada wajah dan kaki, dan lain-lain. Komplikasi yang timbul pada persalinan
meliputi distosia, inersia uteri, perdarahan, prolap tali pusat, ketuban pecah dini (KPD)
dan lain-lain. Komplikasi yang mungkin timbul pada masa nifas meliputi, bendungan
ASI, mastitis, abses payudara dan lain-lain. Komplikasi yang mungkin timbul pada bayi
baru lahir meliputi berat badan lahir rendah (BBLR), asfiksia, kelainan kongenital, tetanus
neonatorum, dan lain-lain (Perriman dkk, 2018)
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menurunkan AKI yaitu dilaksanakan
program SIJARI EMAS yaitu pengembangan sistem rujukan maternal neonatal lewat
program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival). Upaya lainnya adalah
mengintegrasikan indikator kesehatan ibu dan anak dalam Standar Pelayanan Minimal
(SPM) di bidang kesehatan. Selain itu upaya komprehensif yang dilakukan untuk
memperbaiki status kesehatan ibu dan anak adalah dengan dilaksanakannya conditional
cash transfer dengan sasaran keluarga miskin dan rentan melalui Program Keluarga
Harapan (PKH). Kegiatan PKH mencakup pendidikan anak, kesehatan ibu dan balita,
pelaksanaan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS), mencakup pemenuhan fasilitas kesehatan dasar dan meningkatkan
kompetensi tenaga kesehatan terutama bidan untuk dapat memberikan penanganan
kesehatan anak, serta pelayanan bagi penyandang disabilitas dan lansia di atas 70 tahun
(Kementerian PPN, 2017).
Meskipun pemerintah telah melaksanakan program tersebut, namun pada
kenyataan praktik dilapangan ditemukan beberapa masalah seperti kurangnya peran aktif
ibu, suami, keluarga dan masyarakat sehingga ibu, suami, keluarga dan masyarakat tidak
mengenali tanda bahaya dan terlambat ke fasilitas kesehatan. Selain itu, akses terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan dan penyediaan fasilitas PONEK, PONED dan posyandu
3

juga belum merata dan belum seluruhnya terjangkau oleh masyarakat menyebabkan
program-program tersebut dinilai kurang efektif dalam menurunkan AKI (Rohmatin,
2018). Salah satu kunci terwujudnya Program Indonesia Sehat yaitu penguatan pelayanan
kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi
sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan
Continuity Of Care dan intervensi berbasis resiko kesehatan (Kemenkes RI, 2015).
Bidan sebagai pemberi asuhan kehamilan memiliki posisi strategis untuk berperan
dalam upaya percepatan penurunan AKI dan AKB, sehingga bidan tidak hanya cukup
memberikan asuhan sesuai standar saja, tetapi juga memiliki kualifikasi berdasarkan atas
filosofi asuhan kebidanan yang menekankan asuhannya terhadap perempuan (Women
Centered Care). Salah satu upaya yang dilakukan bidan untuk meningkatkan
kualifikasinya yaitu dengan menerapkan asuhan kebidanan berkelanjutan atau Continuity
of Care (Kemenkes RI, 2015). Continuity of care adalah model praktik asuhan kebidanan
yang mana bidan sebagai pemimpin, perencana dan pemberi pelayanan secara
berkelanjutan dari masa prakonsepsi hingga pasca melahirkan dengan mengutamakan
kebutuhan ibu sehingga tercipta hubungan saling percaya antara bidan dan ibu (Sandall et
al., 2017).
Berdasarkan uraian diatas, penulis penting untuk melakukan asuhan kebidanan
yang komprehensif pada “Ny.Y” kehamilan normal di wilayah kerja Puskesmas
Gambok Tahun 2022”
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pelayanan asuhan kebidanan secara komprehensif selama masa
kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus sampai dengan pelayanan
kontrasepsi yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dengan menggunakan
Manajemen Varney dan SOAP pada Ny.R kehamilan normal di wilayah kerja Puskesmas
Gambok Tahun 2022”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada saat kehamilan, persalinan, bayi baru
lahir, nifas, neonatus sampai dengan pelayanan kontrasepsi dengan menggunakan
4

Manajemen Varney dan SOAP. Pada Ny. “R” di wilayah kerja Puskesmas
Gambok Tahun 2022”
2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan asuhan kebidanan ibu hamil trimester III Pada “Ny.R di wilayah
kerja Puskesmas Gambok Tahun 2022”
b. Melakukan asuhan kebidanan ibu bersalin Pada “Ny.R di wilayah
kerja Puskesmas Gambok Tahun 2022”
c. Melakukan asuhan kebidanan ibu nifas Pada “Ny.R di wilayah
kerja Puskesmas Gambok Tahun 2022”
d. Melakukan asuhan kebidanan BBL pada “By. Ny.R di wilayah
kerja Puskesmas Gambok Tahun 2022”
e. Melakukan asuhan kebidanan Keluarga Berenca Pada“Ny.R di wilayah
kerja Puskesmas Gambok Tahun 2022”
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Continuity of Care


1. Pengertian Continuity of Care
Continuity of Care (CoC) dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai asuhan
yang berkesinambungan. Bidan diakui sebagai seorang profesional yang bertanggung
jawab dan akuntabel yang bekerja dalam kemitraan dengan wanita selama kehamilan,
persalinan dan periode postpartum. Jadi, asuhan berkesinambungan adalah strategi
kesehatan efektif yang memungkinkan perempuan untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan tentang kesehatan mereka dan perawatan kesehatan mereka
selama siklus hidupnya (Bohren, 2017).
Continuity of Care adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang
terus-menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan
dengan kualitas pelayanan dari waktu kewaktu yang membutuhkan hubungan terus
menerus antara pasien dengan tenaga profesional kesehatan.Layanan kebidanan harus
disediakan mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan
melahirkan sampai enam mingggu pertama postpartum (Pratami, 2014).
2. Peran Bidan dalam Continuity of Care
Bidan menjadi kunci dalam pelayanan terhadap perempuan selama daur
kehidupan. Layanan kebidanan didasarkan pada pemenuhan kebutuhan perempuan,
memberikan rasa nyaman dan bersikap yang baik serta kemampuan komunikasi yang
baik. Pentingnya mendengarkan dari pihak perempuan memungkinkan dapat
berkontribusi dalam pengambilan keputusan. Membangun hubungan kepercayaan
sehingga perempuan merasa berdaya guna terhadap kondisi dirinya (Ningsih, 2017).
Bidan sebagai pemberi asuhan memiliki posisi strategis untuk berperan dalam
upaya percepatan penurunan AKI dan AKB, sehingga bidan tidak hanya cukup
memberikan asuhan sesuai standar saja, tetapi juga harus memiliki kualifikasi
berdasarkan atas filosofi asuhan kebidanan yang menekankan asuhannya terhadap

5
6

perempuan (women centered care). Salah satu upaya yang dapat dilakukan bidan untuk
meningkatkan kualifikasi bidan adalah dengan menerapkan model asuhan kebidanan
berkelanjutan (Continuity of Care) (Jannah, 2019).
3. Asuhan Kebidanan pada Continuity of Care
Asuhan kebidanan continuity of care adalah asuhan yang mengutamakan
kesinambungan pelayanan bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seseorang
yang professional yang sama atau dari satu team kecil tenaga professional, agar
perkembangan kondisi mereka setiap saat dapat terpantau dengan baik serta
membangun rasa percaya dan lebih terbuka karena kedekatan hubungannya dengan
pemberi asuhan (Sunarsih, 2020).
Model asuhan kebidanan secara terus menerus dan berkelanjutan (Continuity of
Care) merupakan sebuah contoh praktik terbaik karena mampu meningkatkan
kepercayaan perempuan terhadap bidan, menjamin dukungan terhadap perempuan
secara konsisten sejak hamil, persalinan dan nifas (Maharani, dkk, 2018).
B. Konsep Dasar Kehamilan
a) Definisi Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekoloigi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari fase fertilitas hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan men
urut kalender internasional. Kehamilan berlangsung dalam tiga trimester, trimester satu
berlangsung dalam 13 minggu, trimester kedua 14 minggu (minggu ke-14 hingga ke-
27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke 40)
b) Fisiologi Kehamilan
Selama kehamilan, ibu hamil mengalami perubahan signifikan pada anatomi dan
fisiologis tubuh dengan tujuan untuk mengakomodasi janin yang sedang berkembang.
Perubahan ini dimulai setelah konsepsi hingga kelahiran nantinya.
Penting untuk memahami perubahan fisiologis normal terjadi pada kehamilan
karena ini akan membantu membedakan adaptasi yang nantinya dapat dilakukan ibu
(Somapillay dkk,2016).
Perubahan yang terjadi diantaranya:
7

a. Perubahan Hematologi
Volume plasma meningkat secara progresif sepanjang kehamilan normal (Rodger
dkk, 2015). Sebagian besar peningkatan mencapai 50% dan terjadi pada usia
kehamilan 34 minggu dan sebanding dengan berat lahir bayi. Dikarena ekspansi
dalam volume plasma lebih besar daripada peningkatan massa sel darah merah,
terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin dan jumlah sel darah merah.
b. Perubahan Jantung
Perubahan dalam sistem kardiovaskular terjadi dari awal kehamilan, sehingga pada
usia kehamilan delapan minggu, curah jantung telah meningkat sebesar 20%.
Umumnya, curah jantung meningkat sekitar 40% selama kehamilan. Maksimal
curah jantung ditemukan pada usia kehamilan sekitar 20–28 minggu dan ada
penurunan minimal saat aterm
c. Perubahan Sistem Pernapasan
Ada peningkatan permintaan oksigen yang signifikan selama kehamilan normal
yakninya sebesar 20%. Ada 40-50% peningkatan ventilasi yang sebagian besar
disebabkan oleh peningkatan volume tidal. Kehamilan terkadang dapat
menyebabkan sesak napas. Ini fisiologis dan sebagian besar terjadi saat trimester
ketiga tetapi dapat mulai kapan saja selama kehamilan. Secara umum, sesak napas
hadir saat istirahat atau saat berbicara.
d. Perubahan Metabolisme
Glukosa 12 Sel beta pankreas yang mensekresi insulin mengalami hyperplasia
sehingga terjadi peningkatan sekresi insulin dan peningkatan sensitivitas insulin
pada awal kehamilan, diikuti oleh resistensi insulin progresif. Resistensi insulin ibu
dimulai pada trimester kedua dan memuncak pada trimester ketiga.
e. Perubahan pada Tulang
Terjadi lordosis berlebihan pada ibu, umumnya saat menginjak usia kehamilan tua.
Selain itu juga terjadi kelonggaran sendi di ligamen anterior dan longitudinal serta
pelebaran dan peningkatan mobilitas sendi sakroiliaka dan simfisis pubis
8

c) Ketidaknyaman pada ibu hamil dan cara mengatasinya


Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem dalam tubuh ibu, yang semuanya
membuthkan adaptasi, baik fisik maupun psikologis. Meskipun normal tetap perlu
diberikan pencegahan dan perawatan.
1. Ketidaknyaman pada Trimester I
Tabel 2.1 Ketidaknyamanan pada Trimester I

No. Ketidaknyamanan Cara mengatasi


1. Mual dan muntah a) Melakukan pengaturan pola makan
b) Menghindari stress
c) Meminum air jahe
d) Menghindari meminum kopi (kafein),
tembakau dan alcohol
2. Hipersaliva a) Mengkonsumsi vitamin B6 1,5 mg/hari
b) Menikat gigi
c) Menghisap perment yang mengandung mint
d) Berkumur
3. Pusing a) Istirahat dan tidur
b) Mengurangi aktivitas dan menghemat energi
c) Kolaborasi dengan dokter kandungan
4. Mudah lelah a) Melakukan pemeriksaan kadar zat besi
b) Menganjurkan ibu untuk beristirahat siang hari
c) Menganjurkan ibu untuk minum lebih banyak
a) Menganjurkan ibu untuk olahraga ringan
b) Mengkonsumsi makanan seimbang
5. Peningkatan a) Latihan kegel
frekuensi berkemih b) Menganjurkan ibu untukbuang air kecil secara
teratur
c) Menghindari penggunaan pakaian yang ketat
6. Konstipasi a) Konsumsi makanan berserat
9

b) Terapi faramakologi berupa laxatif oleh dokter


kandungan
7. Heartburn a) Menghindari makan tengah malam
b) Menghindari makan porsi besar
c) Memposisikan kepala lebih tinggi pada saat
telentang
d) Tidak mengkonsumsi rokok dan alcohol
Sumber: Irianti, Bayu, dkk (2013)
2. Ketidaknyamanan pada Trimester II
Tabel 2.2 Ketidaknyamanan pada Trimester II
No. Ketidaknyamanan Cara mengatasi
1. Pusing a) Cukup istirahat
b) Menghindari berdiri secara tiba-tiba dari
posisi duduk
c) Hindari berdiri pada waktu yang lama
d) Jangan lewatkan waktu makan
e) Berbaring miring kiri
2. Sering berkemih a) Menyarankan ibu untuk banyak minum
disiang hari dan mengurangi minum
malam hari
b) Menyarankan ibu untuk buang air kecil secara
teratur
c) Menghindari penggunaan pakaian ketat
3. Nyeri perut bawah a) Menghindari berdiri secara tiba-tiba dari
posisi jongkok
b) Mengajarkan ibu posisi tubuh yang baik
4. Nyeri punggung a) Memberitahu ibu untuk menjaga posisi
Tubuhnya
b) Menganjurkan ibu untuk melakukan exercise
selama hamil
c) Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas
serta menambah stirahat selama hamil
5. Flek kehitaman a) Anjurkan ibu untuk menggunakan lotion
pada wajah dan b) Menganjurkan ibu untuk menggunakan bra
sikatrik dengan ukuran besar
10

c) Anjurkan ibu untuk diet seimbang


d) Anjurkan ibu untuk menggunakan pelembab
kulit
6. Sekret vagina a) Mengganti celana dalam bila basah atau
berlebih lembab
b) Memelihara kebersihan alat reproduksinya
7. Konstipasi a) Mengkonsumsi makanan yang berserat
b) Memenuhi kebutuhan hidrasinya
c) Melakukan olahraga ringan secara rutin
8. Penambahan berat Memberikan contoh makanan yang baik
badan dikonsumsi
9. Pergerakan janin Mengejarkan kepada ibu untuk merasakan
gerakan janin
10. Perubahan a) Memberikan ketenangan pada ibu dengan
Fisiologis memberikan informasi yang
b) Memberikan motivasi dan dukungan kepada ibu
c) Melibatkan orang terdekat dan atau keluarga
pada setiap asuhan
Sumber: Irianti, Bayu, dkk (2013)
3. Ketidaknyamanan pada Trimester III
Tabel 2.3 Ketidaknyamanan pada Trimester III

No. Ketidaknyamanan Cara mengatasi


1. Sering buang air a) Ibu hamil disarankan untuk tidak minum saat
kecil 2-3 jam sebelum tidur
b) Kosongkan kandung kemih sesaat sebelum
Tidur
c) Agar kebutuhan air pada iu hamil tetap
terpenuhi, sebaiknya minum lebih banyak
pada siang hari
2. Pegal-pegal a) Sempatkan untuk berolahraga
b) Senam hamil
c) Mengkonsumsi susu dan makanan yang kaya
kalsium
11

d) Jangan berdiri/duduk/jongkok terlalu lama


3. Haemorroid a) Anjurkan istiraha tiap 30 memit
b) Hindari konstipasi
c) Makan-makanan yang berserat dan banyak
minum
d) Gunakan kompres es atau air hangat
e) Bila mungkin gunakan jari untuk memasukkan
haemorroid ke dalam anus dengan pelan-pelan
f) Usahakan BAB dengan teratur
g) Ajarkan ibu dengan posisi knee chest 15
menit/hari
h) Senam kegel untuk menguatkan perineum dan
mencegah haemorroid
i) Konsul ke dokter sebelum meggunakan obat
haemorroid
4. Kram dan nyeri a) Lemaskan bagian yang kram dengan cara
pada kaki Mengurut
b) Pada saat bangun tidur, jari kaki diletakkan
sejajar dengan tumit untuk mencegah kram
mendadak
c) Meningkatkan asupan kalsium
d) Meningkatkan asupan air putih
e) Melakukan senam ringan
f) Istirahat cukup
5. Gangguan a) Latihan nafas melalui senam hamil
Pernafasan b) Tidur dengan bantal tinggi
c) Makan tidak terlalu banyak
d) Konsultasi dengan dokter apabila ada kelainan
6. Oedema a) Meningkatkan periode istirahat dan berbaring
12

dengan posisi miring kiri


b) Meninggikan kaki bila duduk
c) Meningkatkan asupan protein
d) Menganjurkan untuk minum 6-8 gelas cairan
sehari untuk membantu diuresis natural
e) Menganjurkan kepada ibu untuk cukup
Berolahraga
7. Perubahan libido a) Informasikan pada pasangan bahwa masalah
ini normal dan dipengaruhi oleh hormom
esterogen atau kondisi psikologis
b) Menjelaskan pada ibu dan suami untuk
mengurangi frekuensi hubungan seksual
selama masa kritis
c) Menjelaskan kepada keluarga perlu
pendekatan dengan memberikan kasih sayang
pada ibu
Sumber: (Hutahaean, Serri, 2013)

d) Standar Pelayanan Asuhan Kehamilan


Kunjungan ibu hamil adalah kontak antar ibu hamil dan petugas kesehatan yang
memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah
kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas
pelayanan tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan
dirumah. Selama kehamilan keadaan ibu dan janin harus selalu di pantau jika terjadi
penyimpangan dari keadaan normal dapat dideteksi secara dini dan diberikan penanganan
yang tepat. Oleh karena itu ibu hamil diharuskan memeriksakan diri secara berkala selama
kehamilannya. Dalam penerapan praktik sering dipakai standar minimal pelayanan
Antenatal Care yang disebut “10 T”, yaitu :
1. Timbang berat badan dan ukur Tinggi badan
2. Ukur tekanan darah
3. Nilai Status gizi (Mengukur LILA)
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Tentukan presentasi janin dan DJJ
6. Skrining status imunisasi TT
13
7. Pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama hamil

8. Pemeriksaan Laboratorium(Triple E,Hb,Protein Urine,glukosa)


9. Tatalaksana Kasus/penanganan kasus
10. Temu wicara/konseling
Berdasarkan standar, pemeriksaan kehamilan dilakukan berulang dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
2. Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan.
3. Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan
4. Setiap minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai dengan bersalin. Jadwal
pemeriksaan Antenatal Care adalah (1) Trimester I dan II setiap bulan sekali, dan (2)
Trimester III setiap dua minggu sekali sampai ada tanda kelahiran.
Menurut Prawirohardjo (2016), frekuensi ANC diharapkan paling kurang 8 kali (7-9)
sehingga pengawasan ibu dan janin dapat dilaksanakan dengan optimal. Pemeriksaan
kehamilan tersebut dilaksanakan dengan jadwal dan kegiatan sebagai berikut :
Kunjungan 1 (0-12 minggu) kunjungan II, pada kunjungan ini dilakukan :
1. Anamnesis lengkap, termasuk mengenai riwayat obstetric dan ginekologi
2. Pemeriksaan fisik; tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh, bunyi jantung,
bunyi pernafasan, reflek patella, edema dan lain-lain.
3. Pemeriksaan obstetric; usia kehamilan, tinggi fundus uteri, DJJ (kehamilan lebih
12 minggu)
4. Pemeriksaan laboratorium; urine lengkap, darah (Haemoglobin, leukosit, diff,
Golongan darah, Rhesus, dan gula darah).
5. Penilaian status gizi, dilihat dari keseimbangan antara berat badan (BB) dan tinggi
badan (TB).
6. Penilaian resiko kehamilan.
7. KIE pada ibu hamil tentang kebersihan diri dan gizi ibu hamil.

Kunjungan III, 28-32 minggu, pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan,
laju pertumbuhan janin, kelainan cacat bawaan.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Anamnese meliputi keluhan dan perkembangan yang dirasakan oleh ibu.
2. Pemeriksaan fisik dan obstetric
3. Pemeriksaan dengan USG, Biometri janin. (besar dan usia kehamilan), aktifitas
janin, kelainan, cairan ketuban dan letak plasenta.
4. Penilaian resiko kehamilan dan pemeriksaan laboratorium.
14
5. KIE tentang perawatan payudara.
6. Pemberian imunisasi.
Kunjungan IV kehamilan 34 minggu. Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko
kehamilan dan pemeriksaan laboratorium ulang. Kegiatan adalah :
1. Anamnese keluhan dan gerakan janin.
2. Pengamatan gerak janin
3. Pemeriksaan fisik dan obstetric (pemeriksaan panggul dalam bagi kehamilan
pertama).
4. Penilaian resiko kehamilan.
5. Pemeriksaan laboratorium ulang : Hb, Ht, dan gula darah.
6. Nasehat senam hamil, perawatan payudara dan gizi.
Kunjungan V (36 minggu), kunjungan VI (38 minggu), kunjungan VII (40 minggu) (2
minggu 1 kali). Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, aktifitas janin
dan pertumbuhan yang secara klinis :
1. Anamnese meliputi keluhan, gerakan janin dan keluhan
2. Pemeriksaan laboratorium ulang (Hb dan gula darah).
3. Pemeriksaan fisik dan obstetrik.
4. Penilaian resiko kehamilan.
5. USG ulang pada kunjungan IV
6. KIE tentang senam hamil, perawatan payudara, dan persiapan persalinan.
7. Pengawasan penyakit yang menyertai kehamilan dan komplikasi trimester III
8. Penyuluhan diet sehat 5 sempurna.

Kunjungan VIII 41 minggu, kunjungan IX 42 minggu (1 minggu sekali).


Pemeriksaan terutama ditujukan kepada penilaian, kesejahteraan janin dan fungsi
plasenta serta persiapan persalinan. Kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Anamnese meliputi keluhan dan lain-lain.
2. Pengamatan gerak janin.
3. Pemeriksaan fisik dan obstetric.
4. Pemeriksaan USG yaitu pemeriksaan yang memantau keadaan jantung janin
sehubungan dengan timbulnya kontraksi.
5. Memberi nasehat tentang tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan dan rencana
untuk melahirkan.
6. Sesuai standar kunjungan ibu hamil diatas maka semakin tua umur kehamilan harus
semakin sering memeriksakan kehamilannya, resiko kehamilannya semakin tinggi,
semakin tinggi pula kebutuhan untuk memeriksakan kehamilannya.
15

C. Konsep Dasar Persalinan


1. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviksa dan janin tutun ke jalan
lahir. Proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2016)
2. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain:
1. Passenger
Malpresentasi atau malformasi janin dapat mempengaruhi persalinan normal. Pada
faktor passenger, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yakni ukuran
kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Karena plasenta juga harus
melalui jalan lahir, maka ia dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin
2. Passage away
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul,
vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya
lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul
ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan
dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku.
3. Power
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan
mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat,
kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul. Ibu melakukan
kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan
4. Position
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi tegak
memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang,
memberi rasa nyaman, dan memperbaki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi
berdiri, berjalan, duduk dan jongkok.
5. Psychologic
Proses persalinan adalah saat yang menegangkan dan mencemaskan bagi wanita
dan keluarganya. Rasa takut, tegang dan cemas mungkin mengakibatkan proses
kelahiran berlangsung lambat. Pada kebanyakan wanita, persalinan dimulai saat
terjadi kontraksi uterus pertama dan dilanjutkan dengan kerja keras selama jamjam
16
dilatasi dan melahirkan kemudian berakhir ketika wanita dan keluarganya memulai
proses ikatan dengan bayi.
3. Tanda-Tanda Persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah :
a. Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang mempunyai
sifat sebagai berikut:
1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
3) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya makin besar.
4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
5) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi. Kontraksi uterus yang
mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan
serviks.
b. Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya pengeluaran lendir dan
darah sebagai tanda pemula.
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai
dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya
selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair
darah terputus.
d. Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini
terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau
pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan
merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada
pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan
Walaupun demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air
ketuban keluar.
17

4. Tahapan Persalinan
1) Kala I persalinan
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap 10 cm.
Kala 1 persalinan terdiri dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif. Menurut JNPK-
KR (2017), kala I dibagi menjadi :
a) Fase laten
Di mulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4
cm, pada umumnya fase laten berlangsung antara 6 hingga 8 jam
b) Fase aktif
Di mulai pada frekuensi dan lama kontrasi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika tiga kali lebih dalam waktu
10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), dari pembukan 4 cm
hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan
kecepatan rata-rata 1 cm per jam (Nulipara atau primigravida).
2) Kala II Persalinan
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
Menurut JNPK-KR (2017), gejala dan tanda kala II persalinan adalah:
a) Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya kontraks
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/ vagina
c) Perineum menonjol
d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif)
yang hasilnnya adalah pembukaan serviks telah lengkap atau terlihatnya kepala
bayi melalui introitus vagina. Pada kondisi ini, ibu dan penolong mulai disiapka
18

pada proses pertolongan persalinan. Pemilihan posisi yang nyaman dan efektif juga
ditentukan. Posisi mengedan yang efektif berupa posisi setengah duduk, posisi
jongkok atau posisi miring kiri (JNPKR, 2017).
3) Kala III Persalinan
Kala III persalinan dimulai saat proses kelahiran bayi selesai dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Manajemen aktif Kala III terdiri dari tiga
langkah utama :
a) Pemberian suntik oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali
c) Masase fundus uteri Salah satu hal penting yang dilakukan pada kala III adalah
Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Prinsip pemberian air susu ibu (ASI) dimulai sedini mungkin dan dilakukan secara
eksklusif. Prinsip IMD dilakukan segera setelah bayi lahir dan tali pusat dijepit.
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke
kulit ibu. Kemudian tutupi kepala bayi dengan topi dan selimuti badan bayi.
Biarkan kontak kulit ke kulit ini berlangsung setidaknya satu jam atau lebih,
bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri apabila sebelumnya tidak berhasil.
Menyusu dalam satu jam pertama kelahiran penting untuk proses menyusui
selanjutnya. Kegiatan ini akan merangsang produksi ASI serta memperkuat reflek
hisap bayi. Reflek hisap bayi yang paling kuat adalah reflek hisap dalam beberapa
jam pertama setelah lahir (Direktorat Bina Kesehatan Ibu, 2012).
4) Kala IV Persalinan
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi
keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa ibu melahirkan
bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke
dunia luar. Petugas/bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi untuk memastikan
bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan mengambil tindakan yang tepat
untuk melakukan stabilisasi (JNPKR, 2017). Segera setelah kelahiran plasenta,
sejumlah perubahan terjadi pada ibu akibat stress dan emosional setelah persalinan.
Hal tersebut akan mereda saat ibu memasuki masa penyembuhan pascapartum dan
19

masa bounding (ikatan). Pada saat yang sama, bidan memiliki serangkaian evaluasi
dan tugas untuk diselesaikan terkait periode intrapartum. Namun fase ini
memerlukan pengkajian dan asuhan yang tepat. Selama periode salah satu aktivitas
terpenting adalah membangun hubungan keluarga (Varney, et.al., 2019).
5. Mekanisme Persalinan
Menurut Varney (2019), mekanisme persalinan normal atau disebut juga sebagai
cardinal movements adalah pergerakan bayi yang terjadi selama persalinan untuk
menyesuaikan dengan ruang pelvis ibu.
1. Engagement
Engagement pada primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan sedangkan
pada multigravida dapat terjadi pada awal persalinan. engagement adalah peristiwa
ketika diameter biparetal (jarak antara dua paretal) melewati pintu atas panggul
dengan sutura sagitalis melintang atau oblik di dalam jalan lahir dan sedikit fleksi.
Masuknya kepala akan mengalami ksulitan bila saat masuk ke dalam panggul dengan
sutura sgaitalis dalam antero posterior. Jika kepala masuk kedalam pintu atas panggul
dengan sutura sagitalis melintang di jalan lahir, tulang parietal kanan dan kiri sama
tinggi, maka keadaan ini disebut sinklitismus. Kepala pada saat melewati pintu atas
panggul dapat juga dalam keadaan dimana sutura sgaitalis lebih dekat ke
promontorium atau ke simfisis maka hal ini disebut asinklitismus.
2. Penurunan kepala Dimulai sebelum persalinan/inpartu. Penurunan kepala terjadi
bersamaan dengan mekanisme lainnya. Kekuatan yang mendukung yaitu: Tekanan
cairan amnion, tekanan langsung fundus ada bokong kontraksi otot-otot abdomen,
ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang belakang janin.
3. Fleksi
1) Gerakan fleksi di sebabkan karena janin terus didorong maju tetapi kepala janin
terlambat oleh serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
2) Kepala janin, dengan adanya fleksi maka diameter oksipito frontalis 12 cm
berubah menjadi suboksipito bregmatika 9 cm.
3) Posisi dagu bergeser kearah dada janin.
20

4) Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba daripada ubun-ubun
besar.
4. Rotasi dalam (putaran paksi dalam)
1) Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran bagian terendah janin dari
posisi sebelumnya kearah depan sampai dibawah simpisis. Bila presentasi belakang
kepala dimana bagian terendah janin adalah ubun-ubun kecil maka ubun-ubun kecil
memutar ke depan sampai berada di bawah simpisis. Gerakan ini adalah upaya
kepala janin untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir yaitu bentuk bidang
tengah dan pintu bawah panggul. Rotasi dalam terjadi bersamaan dengan majunya
kepala. Rotasi ini terjadi setelah kepala melewati Hodge III (setinggi spina) atau
setelah didasar panggul. Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil mengarah ke jam
12.
2) Sebab-sebab adanya putar paksi dalam yaitu: Bagian terendah kepala adalah
bagian belakang kepala pada letak fleksi. Bagian belakang kepala mencari tahanan
yang paling sedikit yang disebelah depan yaitu hiatus genitalis.
5. Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah ekstensi
atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu
bawah panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi
untuk melaluinya. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak nya ke
bawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.
Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju karena
kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah
berturut- turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan
akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran
disebut hypomochlion.
6. Rotasi luar (putaran paksi luar) Terjadinya gerakan rotasi luar atau putar paksi luar
dipengaruhi oleh faktor-faktor panggul, sama seperti pada rotasi dalam.
1) Merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil ke arah punggung janin, bagian
belakang kepala berhadapan dengan tuber iskhiadikum kanan atau kiri, sedangkan
21

muka janin menghadap salah satu paha ibu. Bila ubun-ubun kecil pada mulanya
disebelah kiri maka ubun-ubun kecil akan berputar kearah kiri, bila pada mulanya
ubun-ubun kecil disebelah kanan maka ubun-ubun kecil berputar ke kanan.
2) Gerakan rotasi luar atau putar paksi luar ini menjadikan diameter biakromial janin
searah dengan diameter anteroposterior pintu bawah panggul, dimana satu bahu di
anterior di belakang simpisis dan bahu yang satunya di bagian posterior dibelakang
perineum.
3) Sutura sagitalis kembali melintang.
7. Ekspulsi
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai hypomochlion untuk
kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul lahirlah
trochanter depan dan belakang sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan kelahiran
bahu depan, bahu belakang dan seluruhnya.
6. Asuhan Persalinan Normal
Pengertian asuhan persalinan normal (APN) adalah asuhan yang bersih dan aman dari
setiap tahapan persalinan yaitu mulai dari kala satu sampai dengan kala empat dan
upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermiserta
asfiksia pada bayi baru lahir. Menurut PP IBI (2016) asuhan persalinan normal terdiri
dari 60 langkah:
A. Mengenali Tanda dan Gejala Kala II
1. Mendengar dan melihat tanda kala II persalinan
a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningat pada rectum dan vagina
c. Perineum tampak menonjol
d. Vulva dan sfingter ani membuka

B. Menyiapkan Pertolongan Persalinan


2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan menatalaksanaan komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi, siapkan :
a. Tempat datar, rata bersih, kering dan hangat
22
b. 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi)
c. Alat hisap lendir
d. Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
Untuk ibu :
a. Menggelar kain di perut bawah
ibu
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit
c. Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3. Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.
4. Melepaskan dan menyiapkan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tisu/handuk pribadi
yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
C. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari anterior
(depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
seksama dari arah depan ke belakang
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
c. Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam sarung tangan
tersebut dalam larutan klorin 0,5% selanjutnya langkah ke 9. Pakai sarung tangan
DTT/steril untuk melaksanakan langkah lanjutan.
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
a. Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik, dan
rendam dalam klorin 0,5%, selama 10 menit). Cuci kedua tangan setelah sarung tangan
dilepaskan. Tutup kembali partus set.
23

10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi)
untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal (120-160 x/menit).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b. Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, DJJ, semua temuan pemeriksaan dan
asuhan yang diberikan ke dalam partograf.
D. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Meneran
11. Beritahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin cukup baik,
kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
a. Tunggu timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokementasikan semua temuan yang ada.
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu dan meneran secara benar.
12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin meneran
atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu diposisikan setengah duduk atau posisi
lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau timbul
kontraksi yang kuat.
a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila
caranya tidak sesuai.
c. Bantu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihanya (kecuali posisi berbaring
terlentang dalam waktu yang lama).
d. Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu.
f. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
g. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah pembukaan
lengkap dan dipimpin meneran >120 menit (2 jam) pada primigravida atau >60 menit
(1 jam) pada multigravida
24

14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60 menit.
E. Persiapan untuk Melahirkan
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan
F. Pertolongan untuk Melahirkan Bayi Lahirnya kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan yang
lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi fleksi dan membantu
lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernafas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala
bayi
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong tali
pusat di antara dua klem tersebut.
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara spontan.
Lahirnya Bahu
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparental. Anjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirkan Badan dan Tungkai
23. Setelah bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu belakang, tangan yang lain
menelusuri dan memegang lengan dan siku bayi sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kedua
25

kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu dan jari-jari
lainnya pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk)
G. Asuhan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian (selintas) :
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
c. Apakah bayi bergerak dengan aktif? Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”
lanjut ke langkah resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia. Bila semua jawaban
adalah “YA”, lanjut ke26
26. Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (kecuali
kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain
yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman diperut bagian bawah ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil tunggal)
dan bukan kehamilan ganda (gemeli)
28. Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit (intramuskuler) di
1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
30. Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 2- 3 cm
dari pusat bayi. Gunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan yang lain untuk
mendorong isi tali kearah ibu, dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah di jepit (lindungi perut bayi), dan
pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan lagi
benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi. Luruskan bahu bayi
sehingga dada bayi menempel di dada ibunya. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting susu atau areola mamae ibu.
a. Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi di kepala bayi.
26

b. Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
c. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-
60 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
d. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu.
H. Manajemen Aktif Kala III Persalinan
33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu (diatas simfisis), untuk
mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, teganggakan tali pusat kea rah bawah sambil tangan yang
lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso kranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
kembali prosedur diatas.
a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah dorsal ternyata diikuti
dengan pergeseran tali pusat ke arah distal maka lanjutkan dorongan ke arah kranial
hingga plasenta dapat di lahirkan.
a. Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik secara kuat
terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir ( ke arah bawah-
sejajar lantai-atas).
b. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm
dari vulva dan lahirkan plasenta.
c. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
− Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
− Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika kandung kemih penuh.
− Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
− Ulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
27

− Jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi perdarahan maka
segera lakukan tindakan plasenta manual.
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan. a. Jika selaput ketuban robek,
pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jari-jari tangan atau klem ovum DTT/Steril untuk mengeluarkan selaput yang
tertinggal.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras) a. Lakukan tindakan yang
diperlukan (kompresi bimanual internal, kompresi aorta abdominalis, tampon kondom-
kateter) jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan taktil/masase.
I. Menilai Perdarahan
39. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah dilahirkan lengkap.
Masukkan plasenta kedalam kantung plastik atau tempat khusus.
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila
terjadi laserasi derajat 1 dan 2 yang menimbulkan perdarahan. Bila ada robekan yang
menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.
J. Asuhan Pasca Persalinan
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
42. Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan kateterisasi.
K. Evaluasi
43. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5 %,
bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas di air DTT tanpa melepas sarung
tangan, kemudian keringkan dengan handuk
44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
46. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
28

47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
kali/menit).
a. Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi, resusitasi dan segera merujuk ke
rumah sakit.
b. Jika bayi nafas terlalu cepat atau sesak nafas, segera rujuk ke Rumah Sakit (RS)
Rujukan.
c. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali kontak kulit ibu-
bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut.
L. Kebersihan dan Keamanan
48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
50. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan air DTT.
Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah di ranjang atau di sekitar ibu berbaring.
Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
51. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
53. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik, dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
54. Cuci ke dua tangan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue
atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi.
56. Lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Pastikan kondisi bayi baik, pernapasan
normal, (40-60 kali/menit) dan temperatur stubuh normal (36,5- 37,50C) setiap 15
menit.
57. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1, berikan suntikan hepatitis B di paha kanan
bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktuwaktu dapat
disusukan.
29

58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.

59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan tissue
atau handuk pribadi yang bersih dan kering. M. Dokumentasi
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala
IV persalinan. Observasi Persalinan dengan Menggunakan Partograf. Menurut
Kemenkes RI (2015) observasi persalinan dengan menggunkan partograf dimulai pada
pembukaan 4 cm. kemudian, petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai
berikut :
a. Denyut jantung janin
b. Air ketuban
− U : selaput ketuban utuh
− J : air ketuban jernih
− M : bercampur meconium
− D : bercampur darah
− K : kering
c. Perubahan bentuk kepala janin (molase)
− 0 : sutura masih terpisah
− 1 : sutura menempel
− 2 : sutura tumpang tindih tapi masih bisa diperbaiki
− 3 : sutura tumpang tindih dan tidak bisa diperbaiki
d. Pembukaan serviks, dinilai tiap 4 jam dan ditandai dengan tanda silang
e. Penurunan kepala bayi, menggunakan sistem perlimaan, catat dengan tanda
lingkaran (0). Pada posisi 0/5, sinsiput (S), atau paruh atas kepala berada di simfisis
pubis.
f. Waktu, menyatakan berapa lama penanganan sejak pasien diterima.
g. Jam, catat jam sesungguhnya
h. Kontraksi, frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam lakukan palpasi
untuk hitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya. Lama kontraksi
dibagi dalam hityungan detik : 40 detik.
i. Oksitosin, catat jumlah oksitosin pervolume cairan infus serta jumlah tetes
permenit.
j. Obat yang diberikan.
30
k. Nadi, setiap ½ jam sekali tandai dengan titik besar.
l. Tekanan darah, setiap 4 jam sekali tandai dengan anak panah.
m. Suhu tubuh, setiap 4 jam sekali.
n. Protein, aseton, volume urin, catat setiap ibu berkemih.
D. Konsep Dasar Nifas
1. Pengertian Nifas
Menurut Cunningham et al. (2018) masa nifas adalah masa setelah bayi lahir diikuti
dengan perubahan anatomi dan fisiologi ibu ke bentuk sebelum hamil. Lamanya
masa nifas tidak dapat dipastikan, namun diperkirakan sekitar 4-6 minggu setelah
bersalin. Menurut Prawirohardjo (2016) masa nifas (puerperium) adalah dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu, akan tetapi,
seluruh alat genital baru pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3
bulan.
2. Tahapan Masa Nifas
Menurut Wahyuningsih (2018) terdapat 4 tahapan pada masa nifas, yakni:
1) Periode immediate postpartum, masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan
24 jam. Pada masa ini merupakan fase kritis, sering terjadi insiden perdarahan
postpartum karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan perlu melakukan
pemantauan secara kontinu, yang meliputi kontraksi uterus, pengeluaran lochea,
kandung kemih, tekanan darah dan suhu.
2) Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu), pada fase ini bidan memastikan
involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau
busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat
menyusui dengan baik.
3) Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu), pada periode ini bidan tetap
melakukan asuhan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling perencanaan
KB.
4) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki penyulit atau komplikasi
31

3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


Masa nifas adalah masa dimana kembalinya organ reproduksi ke bentuk tidak
hamil. Perlu diperhatikan bahwa masa nifas hanya mengembalikan ke bentuk tidak
hamil, bukan ke bentuk sebelum hamil (King et al., 2018). Berikut perubahan-
perubahan yang dialami selama masa nifas
1) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali sebelum hamil. Mekanisme involusi uterus secara ringkas sebagai
berikut (Wahyuningsih, 2018)
a. Iskemia miometrium, hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang
terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat
uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
b. Atrofi jaringan yang terjadi sebagai reaksi penghentian hormon estrogen saat
pelepasan plasenta.
c. Autolisis, merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam
otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5
kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Proses autolisis ini
terjadi karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
d. Efek Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus
sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya
suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi suplai darah
pada tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada masa
sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4 minggu, berat uterus
setelah kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat involusi

2) Lochea
Lochea berasal dari bahasa Latin, yang digunakan untuk menggambarkan
perdarahan pervaginam setelah persalinan (Cunningham et al., 2018). Menjelang
akhir minggu kedua, pengeluaran darah menjadi berwarna putih kekuningan yang
terdiri dari mukus serviks, leukosit dan organisme. Proses ini dapat berlangsung
selama tiga minggu, dan hasil penelitian telahmenunjukkan bahwa terdapat variasi
luas dalam jumlah darah, warna, dan durasi kehilangan darah/cairan pervaginam
dalam 6 minggu pertama postpartum.
a. Lochea rubra (cruenta), terdapat 1-3 hari setelah persalinan dan bewarna merah,
berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel dasidua, vernik caseosa,
lanugo, dan mekonium.
b. Lochea sanguinoleta, terdapat 4-7 hari setelah persalinanbewarna merah
kecoklatan dan berlendir, yang berisi darah dan lendir.
c. Lochea serosa berwarna kuning, terdapat 8-14 hari setelah persalinan, dengan
warna kuning kecoklatan, dan berisi serum, leukosit, dan laserasi plasenta.
d. Lochea alba, terdapat setelah 14 hari, cairan putih, dan mengandung leukosit, sel
desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan selaput jaringan yang mati.
3) Ligamen-ligamen
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir, setelah berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali
sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrovleksi, karena
ligamentum rotundum menjadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya
dengan latihan-latihan dan gimnastik pasca persalinan
4) Sistem Pencernaan
Setelah melahirkan kadar progesteron juga mulai menurun. Namun fungsi usus
memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Buang air besar secara spontan
bisa tertunda 2-3 hari setelah ibu melahirkan karena tunus otot usus menurun
selama proses persalinan dan pada waktu pada awal masa postpartum.
5) Sistem Perkemihan
Ibu postpartum dianjukan segera buang air kecil agar tidak mengganggu proses
involusi uterus dan ibu merasa nyaman. Ibu postpartum merasa sulit buang air kecil
karena trauma yang terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan karena tekanan dari kepala bayi. Dinding kandung kemih dapat
mengalami oedema. Selain itu rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat
dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomy menurunkan refleks
berkemih.
6) Tanda-tanda vital

a. Suhu tubuh, pasca melahirkan suhu tubuh dapat menigkat 0,50C dari
keadaan normal. Kenaikan suhu ini akibat kerja keras saat melahirkan,
kehilangan cairan, maupun kelelahan.
b. Nadi, pasca melahirkan denyur nadi dapat menjadi bradikardi maupun
cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/menit harus diwaspadai
kemungkinan infeksi dan perdarahan postpartum.
c. Tekanan darah, pasca melahirkan pada kasus normal tekanan darah
biasanya tidak berubah.

d. Pernapasan, pasca melahirkan nafas biasanya lambat ataupun normal. Hal


ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan dan dalam kondisi
istirahat. Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi

4. Perubahan Psikologis Masa Nifas


Penyebab perubahan psikologis maupun gangguan psikologis pada masa
nifas adalah beberapa hal yang menjadi penyebab ketidakbahagiaan dalam
kehidupan seorang ibu, misalnya status sosial ekonomi rendah, kemiskinan,
kurangnya dukungan sosial, dan kekerasan dalam rumah tangga. Banyak ibu juga
mengalami distress yang tidak seharusnya dan kecemasan karena tidak
mengantisipasi dan mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan psikologis.
Menurut Reva Rubin dalam Wahyuningsih (2018) terdapat 3 tahapan
adaptasi perubahan psikologis dalam masa nifas
1) Periode taking in
Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ketergantungan ibu sangat
menonjol. Pada saat ini ibu mengharapkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi
oleh orang lain. Periode beberapa hari ini merupakan fase menerima yang
disebut dengan taking in phase. Dalam penjelasan klasik Rubin, fase menerima
ini berlangsung selama 2 sampai 3 hari. Ibu akan mengulang-ulang
pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan. Pada saat ini, ibu memerlukan
istirahat yang cukup agar ibu dapat menjalani masa nifas selanjutnya dengan
baik. Membutuhkan nutrisi yang lebih, karena biasanya selera makan ibu
menjadi bertambah. Akan tetapi jika ibu kurang makan, bias mengganggu
proses masa nifas.
2) Periode taking hold
Pada fase taking hold, ibu berusaha keras untuk menguasai tentang
keterampilan perawatan bayi, misalnya menggendong, menyusui, memandikan
dan memasang popok. Pada masa ini ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir
dalam melakukan hal-hal tersebut, cenderung menerima nasihat bidan, karena
ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi.
Pada beberapa wanita yang sulit menyesuaikan diri dengan perannya, sehingga
memerlukan dukungan tambahan.
3) Periode letting go
Periode ini biasanya terjadi “after back to home” dan sangat dipengaruhi oleh
waktu dan perhatian yang diberikan keluarga. Ibu akan mengambil tanggung
jawab terhadap perawatan bayi, ibu harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi
yang sangat tergantung, yang menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan
dan hubungan sosial. Pada fase ini, kegiatan-kegiatan yang ada kadang-kadang
melibatkan seluruh anggota keluarga, tetapi kadang-kadang juga tidak
melibatkan salah satu anggota keluarga. Pada fase ini harus dimulai fase
mandiri (letting go), dimana masing-masing ibu mempunyai kebutuhan
sendiri-sendiri, namun tetap dapat menjalankan perannya dan masing-masing
harus berusaha memperkuat relasi sebagai orang dewasa yang menjadi unit
dasar dari sebuah keluarga.

5. Kebutuhan Dasar Masa Nifas


1) Kebersihan diri
a. Membersihkan daerah vulva dari depan ke belakang setelah buang air
kecil atau besar dengan sabun dan air.
b. Mengganti pembalut minimal dua kali sehari, atau sewaktu-waktu terasa
basah atau kotor dan tidak nyaman
c. Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelamin.
d. Menghindari menyentuh daerah luka episiotomi atau laserasi.
2) Istirahat
a. Beristirahat yang cukup, mengatur waktu istirahat pada saat bayi tidur,
karena terdapat kemungkinan ibu harus sering terbangun pada malam
hari karena menyusui.
b. Kembali melakukan rutinitas rumah tangga secara bertahap.
3) Gizi
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari

b. Diet seimbang (cukup protein, mineral dan vitamin)

c. Minum minimal 3 liter/hari

d. Suplemen besi diminum setidaknya selama 3 bulan pascasalin, terutama


di daerah dengan prevalensi anemia tinggi.

e. Suplemen vitamin A sebanyak 1 kapsul 200.000 IU diminum segera


setelah persalinan dan 1 kapsul 200.000 IU diminum 24 jam kemudian.
4) Menyusui dan merawat payudara

a. Jelaskan kepada ibu mengenai cara menyusui dan merawat payudara.

b. Jelaskan kepada ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif.

c. Jelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda kecukupan ASI dan tentang


manajemen laktasi.
5) Senggama

a. Senggama aman dilakukan setelah darah tidak keluar dan ibu tidak merasa
nyeri ketika memasukkan jari ke dalam vagina.
b. Keputusan tentang senggama bergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
6) Kontrasepsi dan KB, jelaskan kepada ibu mengenai pentingnya
kontrasepsi dan keluarga berencana setelah bersalin
6. Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas
Masa nifas merupakan masa yang kurang kompleks jika dibandingkan dengan
masa kehamilan, akan tetapi masa nifas merupakan masa yang paling rentan terhadap
komplikasi dan masalah-masalah serius (Cunningham et al., 2018). Minta ibu segera
menghubungi tenaga kesehatan bila ibu menemukan salah satu dari tanda berikut
(Wahyuningsih, 2018):
1) Perdarahan berlebihan

2) Sekret vagina berbau

3) Demam

4) Nyeri perut berat

5) Kelelahan atau sesak nafas

6) Bengkak di tangan, wajah, tungkai atau sakit kepala atau pandangan kabur.

7) Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan

7. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas


Menurut Kemenkes RI (2015) asuhan kebidanan yang dapat diberikan pada masa
nifas adalah sebagai berikut
1) Anjurkan ibu untuk melakukan kontrol/kunjungan masa nifas setidaknya
4 kali yaitu:
a. 6-8 jam setelah persalinan (sebelum pulang)
b. 6 hari setelah persalinan

c. 2 minggu setelah persalinan

d. 6 minggu setelah persalinan


Tabel 2.5 Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan Waktu Asuhan
I 6-8 jam - Mencegah perdarahan masa
postpartum nifas oleh karenaatonia uteri.
- Mendeteksi dan perawatan
penyebab lainperdarahan
serta melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.
- Memberikan konseling pada
ibu dan keluargatentang cara
mencegah perdarahan yang
disebabkan atonia uteri.
- Pemberian ASI awal.
- Mengajarkan cara mempererat
hubunganantara ibu dan bayi
baru lahir. Menjaga bayi tetap
- sehat melalui
pencegahanhipotermi. Setelah
- bidan melakukan pertolongan
persalinan, maka bidan harus
menjaga ibu dan bayi untuk 2
jam pertama setelah kelahiran
atau sampai keadaan ibu dan
bayi baru lahir dalam keadaan
baik.
II 6 hari - Memastikan involusi uterus
Postpartum barjalan dengannormal, uterus
berkontraksi dengan baik,
tinggi fundus uteri di bawah
umbilikus, tidakada
perdarahan abnormal.
- Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksidan
perdarahan.
- Memastikan ibu mendapat
istirahat yangcukup.
- Memastikan ibu mendapat
makanan yangbergizi dan
cukup cairan.
- Memastikan ibu menyusui
dengan baik dan benar serta
tidak ada tanda-tanda
kesulitanmenyusui.
- Memberikan konseling tentang
perawatan
bayi baru lahir.
III 2 minggu Asuhan pada 2 minggu post partum
Postpartum sama dengan
asuhan yang diberikan pada
kunjungan 6 hari postpartum.
IV 6 minggu - Menanyakan penyulit-
Postpartum penyulit yang dialamiibu
selama masa nifas.
- Memberikan konseling KB secara
dini.

2) Periksa tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisi perineum, tanda


infeksi, kontraksi uterus, tinggi fundus, dan temperatur secara rutin.
3) Nilai fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit kepala, rasa lelah,
dan nyeri punggung
4) Tanyakan ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana dukungan yang
didapatkannya dari keluarga, pasangan, dan masyarakat untuk perawatan bayinya
5) Tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan masalah
6) Lengkapi vaksinasi tetanus toksoid bila diperlukan

7) Minta ibu segera menghubungi tenaga kesehatan bila ibu menemukan salah
satu tanda bahaya masa nifas
8) Berikan KIE terkait kebutuhan dasar ibu, menyusui (ASI eksklusif) dan
perawatan payudara serta KB pasca salin.
Tabel 2.6 Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) pada Masa Nifas
No Materi KIE Isi pesan
1 Kebutuhan dasar • Kebersihan diri
padamasa nifas • Istirahat
• Gizi
• Senggama
• Mobilisasi
2 ASI Eksklusif • Berikan informasi bahwa ASI
ekslusif diberikan hingga umur 6
bulan dan jika memungkinkan
diteruskan dengan pemberian ASI
tambahan hingga berumur 2 tahun.
• Kekerapan dan lama menyusui
dengan ASI tidak dibatasi (ASI on
demand, yaitu sesering yang bayi
mau, siang dan malam).
• Tidak memberikan susu formula
3 Cara menyusui • Sebelum menyusui, cuci puting ibu
Yangbenar dan buat ibu berada dalam posisi
yang santai. Punggung ibu sebaiknya
diberi sandaran dan sikunya
didukungselama menyusui.
• Posisi yang benar :
o Kepala, leher, dan tubuh bayi
dalam satugaris lurus
o Badan bayi menghadap ke dada ibu
o Badan bayi melekat ke ibu
o Seluruh badan bayi tersangga
dengan baik, tidak hanya leher
dan bahu saja
• Tanda bayi melekat dengan baik:
o Dagu bayi menempel pada payudara
ibu
o Mulut bayi terbuka lebar
o Bibir bawah membuka lebar,
lidah terlihat didalamnya
o Areola juga masuk ke mulut bayi,
tidak hanya puting susu. Areola
bagian atas tampak lebih
banyak/lebar
• Tanda bayi menghisap dengan efektif
o Menghisap secara mendalam dan
teratur
o Kadang diselingi istirahat
o Hanya terdengar suara menelan
o Tidak terdengar suara mengecap
• Setelah selesai
o Bayi melepas payudara secara
spontan
o Bayi tampak tenag dan
mengantuk
o Bayi tampak tidak berminat lagi
pada ASI
• Tanda bayi cukup ASI
o Bayi melepas payudara secara
spontan
o Buang air kecil bayi sebanyak
6x/24 jam
o Buang air besar bayi berwarna
kekuningan (berbiji
o Bayi tampak puas setelah minum
ASI
o Tdak ada aturan ketat mengenai
frekuensi bayi menyusu (biasanya
sebanyak 10-12x/24 jam)
o Payudara terasa lembut dan
kosong setelah menyusui
o Berat badan bayi bertambah

4 KB pasca salin • Metode Amenore Laktasi (MAL)


• AKDR
• Implan
• Kontrasepsi Mantap
• Suntik KB
• Pil KB

E. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir


1. Definisi
Bayi baru lahir(neonatus) adalah bayi yang berusia dibawah 28 hari(Schmidt, 2018).
Neonatus dapat dikatakan normal jika memiliki berat 2.700 sampai 4.000 gram,
panjang 48-53cm ,lingkar kepala 33-35cm (AlWahyuni,2017).
2. Klasifikasi
Bayi baru lahir atau neonatus dibagi dalam beberapa klasifikasi menurut Marmi
(2015),yaitu:
1. Neonatus menurut masa gestasinya :
a) Kurang bulan (preterm infant): 294 hari (42 minggu atau lebih)
b) Cukup bulan (terminfant): 259-294hari(37-42minggu)
c) Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau lebih)
2. Neonatus menurut berat badan lahir:
a) Berat lahir rendah: 4000 gram
b)Berat lahir cukup: 2500-4000gram
c) Berat lahir lebih: >4000gram
3. Perawatan Bayi Baru Lahir
Menurut JNPK-KR dalam Sinta 2019, asuhan segera, aman dan bersih untuk
bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
1. PencegahanInfeksi
a. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi.
b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
c. Pastikansemua peralatandan bahanyangdigunakan,terutama klem, gunting,
penghisap lendir (delee suction) dan benang tali pusat telah didesinfeksii tingkat
tinggi atau steril.
d. Pastikan semua pakaian, handuk,selimut dan kain yang digunakan untuk bayi,
sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur,
termometer,stetoskop.
2. Melakukan penilaian
a. Apakah bayi cukupbulan/tidak
b. Apakah air ketuban bercampurmekonium/tidak
c. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
d.Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas.
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap–megap atau lemah maka segera
lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
3. Pencegahan kehilangan panas mekanisme kehilangan panas:
a. Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendirikarena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
b. Konduksi Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin seperti:meja,t empat tidur.
c. Konveksi Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang
lebih dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui
ventilasi, atau pendingin ruangan.
d. Radiasi Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda–
benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena
benda–benda tersebut menyerap radiasi.
4. Membebaskan jalan napas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak
langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara
sebagai berikut:
a. Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus
dan kepala tidak menekuk.Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke
belakang.
b. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang
dibungkus kassa steril.
c. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kuli tbayi dengan
kain kering dan kasar.
d. Alat penghisap lendir yang steril,tabung oksigen dengan selangnya harus sudah
ditempat
e. Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
f. Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (apgarscore)
g. Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus
diperhatikan.
5. Merawat Tali Pusat
a. Saat kondisi ibu dianggap stabil, klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca
bayilahir.
b. Lakukan penjepitan pertama tali pusat dengan klem logam, +3 cm dari dinding
perut (pangkal pusar) bayi. Dari titik jepitan,dorong isi tali pusat ke arah ibu
(mencegah percikan darah).
c. Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat penjepitan pertama ke
arah ibu.
d. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali
pusat sambil melindungi bayi. Tangan yang lain memotong tali pusat diantara
kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting steril.
e. Ikat tali pusat dengan benang steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali
benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
f. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan kedalaml arutan klonin
0,5%. g. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi Menyusu Dini.
Asuhan dalam merawattali pusat:
a) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau bahan apa
pun ke puntung tali pusat.
b) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga dengan melipat popok di bawah puntung
tali pusat. Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan secara hati-hati dengan air
DTT dan sabun, dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain
bersih.
Beberapa asuhan lain yang dapat diterapkan pada bayi baru lahir menurut
Menurut JNPK-KR/Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI),
Asuhan Persalinan Normal (APN) tahun 2017 adalah:
1. Memberikan vitamin K
Semua bayi baru lahir harus diberi vitamin K1 (Phytomenadione) injeksi 1 mg
secara IM setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu. Suntikan vitamin K1
untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi
baru lahir normal atau cukup bulan. Cara penyuntikan vitamin K1yaitu :
a. Gunakan spuit sekali pakai steril 1mL
b. Jika menggunakan sediaan 10 mg/mL maka masukkan vitamin K1 ke dalam
spuit sebanyak 0,15mL. Suntikan secara IM dipaha kiri bayi bagian antero lateral
sepertiga tengah sebanyak 0,1mL (1mg dosis tunggal).
c. Jika menggunakan sediaan 2mg/mL maka masukkan vitamin K1 kedalam spuit
sebanyak 0,75 mL. Suntikkan secara IM di paha kiri bayi bagian antero lateral
sepertiga tengah sebanyak 0,5mL (1mg dosis tunggal).
2. Memberikan obat tetes atau salep mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata karena klamidia (penyakit
menular seksual), diberikan setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu.
Pencegah infeksi mata tersebut mengandung Tetrasiklin 1%, Eritromisin 0,5%
atau antibiotika lain. Upaya pencegahan infeksimata kurang efektif jika diberikan
> 1 jam setelah kelahiran. Cara pemberian salep atau tetes mata antibiotik yaitu :
a. Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir ) kemudian keringkan. b.
Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian
obat tersebut.
c. Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang paling
dekat dengan hidung bayi menuju kebagian luar mata atau tetes mata.
d. Ujung tabung salep mata atau pipet tetestidak boleh menyentuh mata bayi.
e. Jangan menghapus salep atau tetes mata dari mata bayi dan anjurkan keluarga
untuk tidak menghapus obat-obat tersebut.
3. Pemberian imunisasi Hepatitis B-0
Imunisasi Hepatitis B ke-0 diberikan 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1,
pada saat bayi berumur 2 jam. Imunisasi ini diberikan melalui injeksi
intramuskular. Vaksin ini menggunakan PID (Prefilled Injection Device),
merupakan jenis alat suntik yang hanya bisa digunakan sekali pakai dan telah
berisi vaksin dosis tunggal. Vaksin ini diberikan dengan dosis 0,5 ml. Vaksin
tidak hanya diberikan pada bayi. Vaksin juga diberikan pada anak usia 12 tahun
yang dimasa kecilnya belum diberi vaksin Hepatitis B. Selain itu orang- orang
yang berada dalam rentan risiko Hepatitis B sebaiknya juga diberi vaksin ini.
Bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B yang dapat menyerang dan
merusak hati terutama jalur penularan ibu bayi.
4. Pemberian ASI
Prinsip menyusu dan pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan
eksklusif. Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi
tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi kontak ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit
ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat
menyusu sendiri. Bayi diberi topi dan diselimuti. Ayah atau keluarga dapat
memberikan dukungan dan membantu ibu selama proses ini. Ibu diberi dukungan
untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi jika diperlukan.
5. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
Untuk deteksi dini jika terdapat kelainan pada bayi. Pengkajian fisik pada bayi
dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah pengkajian setelah bayi lahir.
Hal yang dapat dikaji adalah adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan didalam
uterus ke kehidupan luar uterus, yaitu dengan melakukan penilaian APGAR.
Penilaian ini meliputi appearance (warna kulit), pulse (denyut jantung), grimace
(refleks atau respon terhadap rangsang), activity (tonus otot), dan respiratory
effort (usaha bernapas). Tahap kedua adalah pengkajian keadaan fisik bayi baru
lahir. Pengkajian ini dilakukan untuk memastikan bayi dalam keadaan normal
atau tidak mengalami penyimpangan. Kunjungan neonatus dilakukan sebanyak 3
kali:
a. Pada usia 6-48 jam( kunjungan neonatal1)
b. Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal2)
c. Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3)
F. Konsep Dasar Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga Berencana merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan
suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertetu, menghindari kelahiran yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval
diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kehamilan dalam hubungan dengan suami
istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (BKKBN, 2017).
2. Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan keluarga berencana secara umum terbagi menjadi 3, yaitu (Prijatni, 2016):
1) Menunda kehamilan

Menunda kehamilan dianjurkan bagi pasangan usia subur dengan usia istri
kurang dari 20 tahun. Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena
frekuensi hubungan seksual yang masih tinggi pada pasangan muda. Oleh karena
itu, dianjurkan menggunakan kontrasepsi yang memiliki reversibilitas dan
efektifitas tinggi.
2) Menjarangkan kehamilan

Ini biasanya dilakukan pada wanita yang berusia 20-30 tahun karena rentang usia
tersebut merupakan rentang usia terbaik untuk hamil dan melahirkan.
Menjarangkan kehamilan bertujuan agar anak yang telah dilahirkan dapatdirawat
dengan baik dan mendapatkan kasih sayang serta perhatian yang cukup.
Dengan demikian, sebaiknya metode kontrasepsi yang dipilih adalah metode
kontrasepsi yang memiliki efektivitas dan reversibilitas yang tinggi, dapat
dipakai 2 sampai 4 tahun sesuai jarak yang direncanakan, dan tidak menghambat
produksi Air Susu Ibu (ASI).
3) Menghentikan atau mencegah kehamilan

Biasanya dianjurkan pada wanita yang berusia lebih dari 30 tahun. Penggunaan
pil oral kurang dianjurkan karena usia wanita yang relatif tua dan kemungkinan
efek samping serta komplikasi yang ditimbulkan. Sebaiknya metode kontrasepsi
yang dipilih memiliki efektivitas sangat tinggi, dapat dipakai jangka panjang, dan
tidak memperberat penyakit yang diderita.
3. Sasaran Keluarga Berencana
Sasaran Keluarga Berencana adalah pasangan usia subur (PUS) yaitu pasangan suami
istri yang istrinya berumur 25-35 tahun atau pasangan suami istri yang istrinya
berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun
tetapi masih haid (datang bulan) (BKKBN, 2017).
4. Manfaat Keluarga Berencana
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (2017) manfaat dari
Keluarga Berencana adalah sebagai berikut
1) Bagi ibu
Manfaat penggunaan KB bagi ibu yaitu dapat mencegah terjadinya anemia
(kurang darah), mencegah perdarahan yang terlalu banyak setelah persalinan,
mencegah kehamilan tidak diinginkan, mendekatkan ibu terhadap pelayanan
pemeriksaan kesehatan, dan meningkatkan keharmonisan dalam keluarga. Selain
itu juga bermanfaat dalam perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya
kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu dekat serta
peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu
yang cukup untuk mengasuh anak, beristirahat, dan menikmati waktu luang serta
melakukan kegiatan lainnya.
2) Bagi anak
Manfaat penggunaan KB bagi anak yaitu untuk mencegah kurang gizi pada anak,
membuat tumbuh kembang anak terjamin serta lebih optimal menjadi generasi
yang berkualitas, dan untuk kebutuhan ASI eksklusif 6 bulan terpenuhi. Manfaat
lainnya memberikan kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya
lebih baik karena setiap anak memperoleh makanan yang cukup dan
mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya secara penu serta perencanaan
kesempatan pendidikan yang lebih baik.
3) Ekonomi
Manfaat penggunaan KB bagi ekonomi ialah mengurangi biaya kebutuhan
rumah tangga, serta meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga.
4) Sosial budaya
Manfaat penggunaan KB bagi sosial budaya adalah untuk meningkatkan
kesempatan bermasyarakat, dan meningkatkan peran ibu dalam pengambilan
keputusan keluarga.

5. Konseling, Informasi dan Edukasi (KIE) Keluarga Berencana


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 97 Tahun 2014, konseling
merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan KB. Konseling yang baik
dapat membuat klien merasa puas, membantu klien dalam menggunakan
kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB serta mempengaruhi
interaksi antara tenaga kesehatan dan klien yang dapat meningkatkan hubungan dan
kepercayaan yang sudah ada. Teknik konseling yang baik dan informasi yang
memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif sepanjang kunjungan
klien dengan cara yang sesuai dengan budaya yang ada. Dengan adanya informasi
yang lengkap dan cukup akan memberikan keleluasaan kepada klien dalam
memutuskan untuk memilih kontrasepsi (informed choice) yang akan digunakannya.
Langkah-langkah konseling KB dapat diterapkan enam langkah yang sudah
dikenal dengan kata kunci SATU TUJU sebagai berikut:
1) SA : SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan

2) T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya

3) U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan


reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi
4) TU : BanTUlah klien menentukan pilihannya

5) J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya

6) U : perlunya dilakukan kunjungan Ulang

Konseling KB biasanya sudah mulai dilakukan pada saat pemeriksaan


kehamilan. Namun kenyataan di lapangan, masih banyak ibu yang tidak ber-KB
hingga masa suburnya kembali. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Abbas et al.
(2017) didapatkan bahwa konseling KB yang dilakukan saat inpartu kala I fase
laten meningkatkan kepersertaan KB pasca salin 2,5 kali lebih besar dibanding
dengan ibu tanpa konseling KB. Hal ini kemungkinan akibat dari follow up yang
dilakukan secara kontinyu terhadap ibu yaitu pada minggu ke-6, 9 dan ke-12 pasca
persalinannya. Dengan pemantauan terus menerus, ibu selalu ingat dan
menghindari terlambat untuk ber-KB. Jadi, selain pada saat pemeriksaan
kehamilan, pemberian konseling KB pada masa inpartu kala I fase laten juga dapat
menjadi salah satu alternatif.
Pada saat konseling KB diperlukan ABPK (Alat Bantu Pengambil
Keputusan). Konseling dengan menggunakan ABPK oleh tenaga terlatih apabila
diberikan pada saat inpartu tentu sangat efektif dalam ingatan seorang ibu karena
sesaat setelah konseling langsung mengalami persalinan yang mana oleh sebagian
besar ibu dianggap sebagai sesuatu pengalamam yang menyakitkan. Konseling
dengan ABPK memberi kesempatan yang seluas luasnya kepada ibu untuk
memilih dan memakai metode KB yang paling sesuai dengan kebutuhan (informed
choice) dan kondisi mediknya (Abbas et al., 2017).

6. Jenis-Jenis Metode Kontrasepsi

Pembagian jenis-jenis kontrasepsi dalam pelayanan Keluarga Berencana menurut


BKKBN (2017) antara lain:
1) Berdasarkan jangka waktu pemakaiannya :

a. Jangka panjang : AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), AKBK (Alat


Kontrasepsi Bawah Kulit), kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi)
b. Jangka pendek : Suntikan, pil, kondom
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) lebih efektif dibandingkan metode
non MKJP. Namun, jika kontrasepsi tersebut digunakan dengan benar dan
konsisten, maka seluruh jenis metode kontrasepsi akan lebih efektif.
2) Berdasarkan komposisinya :

a. Hormonal : Progestin ( pil, injeksi, implan) dan kombinasi (pil,


injeksi)

b. Non hormonal : Kontrasepsi mantap (Tubektomi dan vasektomi),


AKDR,kondom, Metode Amenorea Laktasi (MAL)
3) Pilihan kontrasepsi pada ibu pasca persalinan dan pasca kegugurandisesuaikan
dengan usia dan kebutuhan reproduksinya, antara lain :
a. Kontrasepsi Mantap (Metode Operasi

Wanita dan Metode Operasi Pria) b. Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) c. Alat

Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) d.

Suntikan KB

e. Pil KB

f. Metode Amenorea Laktasi

G. Pendokumentasian SOAP
1. Pengertian Pendokumentasian SOAP
Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan pelaporan yang
dimiliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk
kepentingan klien, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan
dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung
jawab bidan. Dokumentasi kebidanan juga diartikan sebagai bukti pencatatan dan
pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh
bidan dalam melakukan asuhan kebidanan dan berguna untuk kepentingan klien, tim
kesehatan, serta kalangan bidan sendiri. Pendokumentasian SOAP merupakan
merupakan dokumentasi yang sederhana akan tetapi mengandung semua unsur data
dan langkah yangdibutuhkan dalam asuhan kebidanan, jelas, logis (Handayani, 2017).
2. Unsur-Unsur dalam Pendokumentasian SOAP
Di dalam metode SOAP, terdapat 4 unsur yaitu S adalah data subjektif, O adalah data
objektif, A adalah asessment, P adalah planning
1) Data subjektif

Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien.
Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan
diagnosis. Pada klien yang menderita tuna wicara, dibagian data dibagian data
dibelakang huruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau”X”. Tanda ini akan
menjelaskan bahwa klien adalah penederita tuna wicara. Data
subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
2) Data objektif

Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil


pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium Catatan medik dan
informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini
sebagai data penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis klien dan
fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
3) Assessment

Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi


(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan klien yang setiap
saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data
subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi
sangat dinamis
4) Planning

Planning adalah mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah


dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan

H. Manajemen Kebidanan Varney


A. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien. Menurut Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) (2007) dalam Handayani (2017) manajemen kebidanan adalah
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah
secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
B. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan Varney
Menurut Helen Varney, terdapat tujuh langkah proses manajemen kebidanan, yakni
(King et al., 2018)
1) Pengumpulan data dasar

Dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan


untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Mengumpulkan semua
informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
2) Interpretasi data dasar

Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah klien atau
kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Kata “masalah dan diagnosa” keduanya digunakan karena
beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan kebidanan
terhadap klien. Masalah bisa menyertai diagnosa. Kebutuhan adalah suatu
bentuk asuhan yang harus diberikan kepada klien, baik klien tahu ataupun
tidak tahu.
3) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian


masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Membutuhkan antisipasi, bila
mungkin dilakukan pencegahan. Penting untuk melakukan asuhan yang aman.
4) Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsultaikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5) Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah


sebelumnya. Rencana asuhan yg menyeluruh meliputi apa yang sudah
diidentifikasi dari klien dan dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya.
6) Melaksanakan perencanaan

Melaksanakan rencana asuhan pada langkah ke lima secara efisien dan aman.
Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya.
7) Evaluasi

Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasikan didalam masalah dan diagnose
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS IBU HAMIL PADA Ny. “R” UMUR 25 TAHUN
G3P12A0H2 DENGAN USIA KEHAMILAN 36-37 MINGGU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GAMBOK KABUPATEN SIJUNJUNG
TAHUN 2022

A. P e n g k a j i a n D
ata
No. Register :Kunjungan Pertama (A N C 1
) Nama Pengkaji : Marleni Kares
Tanggal dan Waktu: 20-09-2022 / 10.00 Wib
Tempat : Poli KIA Puskesmas Gambok

I. DATA SUBYEKTIF
1.1 IDENTITAS
Nama Ibu : Ny. “R” Nama Suami : Tn. L
Umur : 25 Tahun Umur : 36 Tahun
Suku/Bangsa : Minang Suku/Bangsa : Minang
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pegawai swasta
Alamat : Jr.Pematang sari bulan, Nagari. Muaro, Kecamatan. Sijunjung, Kabupaten.
Sijunjung.
1.2 ANAMNESIS
1. Alasan datang : Ibu mengatakan ingin memeriksakan Kehamilannya
Keluhan : Ibu mengatakan sakit pinggang
2. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Banyaknya : 3-4 kali ganti pembalut
Lamanya : 7 hari
Sifat darah : encer

57
58

Teratur/tidak : teratur
Dismenorhoe : tidak ada
Fluor albus : tidak ada
HPHT : 07-01-2022
TP : 14.10.2022
3. Riwayat Psikososial
Status Pernikahan : sah
Suami yang ke : pertama
Lama pernikahan : lebih kurang 5 tahun
Respon ibu/keluarga terhadap kehamilan : baik
Jenis kelamin yang diharapkan : perempuan
Bentuk dukungan keluarga : Baik
Adat istiadat yang berhubungan dengan kehamilan : tidak ada
Pengambilan keputusan dalam keluarga : suami
4. Obstetri yang lalu
No Kehamilan Persalinan Anak Nifas KB
UK Penyulit Penolong Jenis Tempat Penyulit BB/P J Umur Lama Perdara
B K Menyusui han
1. 38- Tdk ada Bidan Spontan BPM Tidak 3200/ P 7 tahun 2 tahun Tidak Suntik 3
39 Ada 49 ada Bulan
2. 39-40 Tidak ada bidan spontan BPM Tidak ada3000/ L 4 tahun 2 tahun Tidak Suntik 3
48 ada bln
3 ini

5. Riwayat Nifas Yang Lalu


a. Colostrum : Ada
b. ASI Eksklusif : Ya
c. Lama Menyusui
1) Anak Ke I : 2 Tahun
d. Komplikasi : Tidak ada
e. Luka Perinium : Ada
6. Riwayat kehamilan sekarang
TM I : Mual muntah
TM II : Tidak ada keluhan
59

TM III : Tidak ada keluhan


Imunisasi : TT5
7. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita :
Jantung : tidak ada TBC : tidak ada
DM : tidak ada Hepatitis : tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada
6. Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga :
Jantung : tidak ada TBC : tidak ada
DM : tidak ada Hepatitis : tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada
Gemelli : tidak ada
7. Pola Aktivitas sehari-hari
- Pola Nutrisi
Makan 3x/hari(sepiring sedang nasi+sepotong lauk+2 sdm sayur+buah)
Minum 6-7 gelas/hari(air putih+ 1 gelas susu )
- Pola Istirahat dan tidur
siang hari : tidak ada, malam hari : 7-8 jam
- Pola Eliminasi
BAK → frekuensi 5-6x/hari Warna : kuning
Keluhan : tidak ada
BAB → frekuensi 1x/hari Warna : kuning kecoklatan Konsistensi : lunak
Keluhan : tidak ada
- Pola Kebiasaan
Merokok : tidak ada
Minum alcohol : tidak ada
Obat-obatan : tidak ada
Konsumsi Jamu : tidak ada
8. Riwayat Sosial Budaya
Perkawinan : pertama
status perkawinan : sah
lama perkawinan : 3 tahun
60

Kehamilan ini : direncanakan (ya), diterima (ya)


Tradisi yang mempengaruhi kehamilan : tidak ada
Status Spiritual : pelaksanaan ibadah (ya)
II. DATA OBJEKTIF
2.1 PEMERIKSAAN UMUM
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmhg Suhu : 36,5 C
Nadi : 94x/i RR P : 20X/i
4. Pengukuran
BB sekarang : 65 kg
BB sebelum hamil : 55 kg
TB : 157 cm
LILA : 28 cm
2.2 PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
Kepala : bersih, tidak ada pembengkakan
Wajah : tidak pucat, tidak ada oedema, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
Telinga : simetris, tidak aka kelainan
Mulut : bibir tidak pucat, lidah bersih, tidak ada caries pada gigi
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid, tidak ada pembengkakan kelenjer
limfe dan pembesaran vena jugularis
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Payudara : simteris, papilla menonjol, areola hiperpigmentasi, tidak ada masa
Abdomen :
a. bekas luka operasi : tidak ada
1) Palpasi
Leopold
61

LI: TFU 3 jari dibawah PX (Prosesus Xipoideus), pada perut ibu bagian atas
teraba bundar, lunak dan tidak melenting. Kemungkinan bokong janin.
L II : Pada perut ibu sebelah kiri teraba tonjolan-tonjolan kecil, kemungkinan
ekstermitas janin. Pada perut ibu sebelah kanan teraba panjang, keras dan
memapan kemungkinan punggung janin.
L III : Pada perut ibu bagian bawah teraba bulat, keras dan melenting
kemungkinan kepala janin.
L IV : Belum masuk pintu atas panggul. Konvergen
TFU (Ukuran Mc Donal) : 3 Jari dibawah PX (29cm)
TBBJ : 29 – 12 x 155
: 17 x 155
: = 2,635
Pergerakan Janin : Aktif
2) Auskultasi
a) DJJ : Normal
b) Frekuensi : 138 x/menit
c) Irama : Teratur
d) Intensitas : Kuat
e) Puntum Maksimum : Kuadrat III
Ekstremitas : simetris, tidak oedema, tidak ada kelainan
Genitalia : bersih, tidak oedema, tidak varises, tidak ada kelainan
Anus : tidak hemoroid
Refleks patella kiri : positif
Reflek patella kanan : positif
2.3 PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Darah
Kadar Haemoglobin : 11,1 gr/dl
Golongan darah :O+
- Urine
62

Urine reduksi : tidak dilakukan


Protein urin : Negatif (-)
Pemeriksaan panggul luar : tidak dilakukan
III ASSESMENT
Diagnosa : Ny. R umur 25 tahun G3P2A0H2 usia kehamilan 36-37 minggu janin
tunggal hidup, intrauerin, presentasi kepala, puka, keadaan ibu dan janin baik.
Masalah : tidak ada
Diagnosa potensial : tidak ada
Masalah potensia : tidak ada
Kebutuhan : Asupan Nutrisi, Istrirahat yang cukup, Senam Hamil

IV. PLANNING
1. Jelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
2. Jelaskan tanda bahaya kehamilan
3. Jelaskan tanda –tanda persalinan
4. Jelaskan ketidaknyamanan pada trimester III pada ibu hamil
5. Anjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi seimbang, dan gizi yang baik buat ibu
6. Anjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup
7. Anjurkan ibu untuk minum Tablet tambah darah dan kalsium
8. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang atau apabila ibu ada keluhan
9. Anjurkan ibu untuk senam hamil atau jalan pagi
10. Lakukan pendokumentasian
I. Pelaksanaan
1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan sehat
dengan TD : 120/80 mmHg, nadi : 94 x/i, pernafasan : 20 x/i, suhu : 36,5 C, dan janin
dalam keadaan sehat dengan usia kehamilan 37 minggu lebih 2 hari dengan Djj: 138
x/menit secara teratur.
2. Menjelaskan tanda bahaya kehamilan yaitu, bayi di kandungan gerakannya berkurang
atau tidak bergerak, muntah terus, tidak mau makan, demam tinggi, bengkak kaki tangan
63

dan wajah, atau kaki kepala disertai kejang, air ketuban keluar sebelum waktunya, dan
pendarahan pada hamil muda dan hamil tua.
3. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda persalinan mules semakin kuat dan semakin lama
semakin teratur, keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir dan keluar air-air yang
banyak dari jalan lahir, jika ibu mendapati salah satu tanda tersebut segera pergi ke
fasilitas kesehatan yang sudah direncanakan ibu dan suami.
4. Menjelaskan pada ibu ketidaknyamanan pada trimester III yang dialami ibu, seperti sakit
punggung, pembesaran perut, sering buang air kecil perubahan kadar hormone bengkak
pada tangan dan kaki atau nyeri punggung.
5. Mengajurkan ibu untuk mengkomsumsi makanan gizi seimbang dan teratur serta
mengkomsumsi makanan yang mengandung protein, dan karbohidrat yang cukup seperti
nasi dan umbi-umbian, protein hewani, seperti daging, ikan dan protein nabati seperti
tempe dan tahu, serta sayuran hijau dan buah-buahan. ibu hamil membutuhkan energi
yang memadai sebagai cadangan energi kelak saat proses persalinan
6. Mengajurkan ibu untuk beristirahat dan jangan terlalu memaksakan diri dalam
mengerjakan pekerjaan rumah. Jelaskan pada ibu bahwa istirahat sangat berpengaruh pada
kondisi ibu
7. Menganjurkan ibu untuk minum tablet tambah darah 1 x 1 mengandung zat besi
membantu membentuk hemoglobin, dan novakalk 1 x 1 untuk membantu pertumbuhan
tulang dan gigi dan vitamin C untuk membantu penyerapan tablet tambah darah. Cara
meminum nya menggunakan air putih biasa.
8. Mengajurkan ibu untuk kontrol ulang atau apabila ibu ada keluhan
9. Menganjurkan ibu untuk senam hamil atau jalan pagi memperlancar peredaran darah dan
meluruskan urat-urat.
10. Melakukan pendokumentasian

II. Evaluasi
1. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Ibu telah mengerti tentang tanda bahaya dalam kehamilaN
64

3. Ibu telah telah mengerti tentang Informasi yang dijelas tentang tanda persalinan ,ibu
mengetahui dan mengenali tanda-tanda persalinan.
4. Ibu mengerti tentang apa yang dijelaskan, dan ibu mengerti apa yang dialami nya hal
yang normal bagi ibu hamil
5. Ibu mau dan bersedia mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang untuk memenuhi
asupan nutrisi bagi ibu dan janinnya
6. Ibu mengerti untuk istrirahat cukup
7. Ibu bersedia untuk mengkomsumsi vitamin
8. Ibu mau dan bersedia untuk melakukan kunjungan ulang . Dengan adanya mengontrol
kehamilan secara teratur para petugas kesahatan dapat mengetahui perkembangan janin.
9. Ibu bersedia untuk melakukan senam hamil atau jalan pagi
10. Pendokumentasian telah dilakukan

Asuhan Kebidanan Antenatal Care Kunjungan Ke II


Tanggal : 06 Oktober 2022 Jam : 09.35 Wib
Tempat : Puskesmas Gambok

1. Data Subyektif:
Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Ibu mengatakan HPHT tgl 07.-01-2022
Usia kehamilan : 38- 39 minggu
2. Data Obyektif:
1. TTV : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,7 ⁰C
Pernafasan : 21x/menit
2. BB Sekarang : 66 kg
3. Lila : 27 cm
4. Pemeriksaan fisik khusus
Mata : Conjungtiva merah muda, sklera putih
65

Mamae : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat benjolan, colostrum belum keluar

Abdomen : TFU 3 jari dibawah Prosesus Xipoideus (31 cm) , puka, letak kepala
sudah masuk PAP

Leopold
(a) LI : TFU 3 jari dibawah PX (Prosesus Xipoideus), pada perut ibu
bagian atas teraba bundar, lunak dan tidak melenting. Kemungkinan bokong
janin.
(b) L II : Pada perut ibu sebelah kiri teraba tonjolan-tonjolan kecil.,
kemungkinan ekstermitas janin. Pada perut ibu sebelah kanan teraba
panjang, keras dan memapan kemungkinan punggung janin.
(c) L III : Pada perut ibu bagian bawah teraba bulat, keras dan melenting
kemungkinan kepala janin.
(d) L IV : Belum masuk pintu atas panggul.Konvergen
TBJ : (31-12) x 155 = 2,945
DJJ : 138 x/menit Ekstremitas :
Kaki tidak odema Pemeriksaan Penunjang
: Tidak dilakukan
3. Analisis Data:
Ny.R umur 25 tahun G3P2A0H2 usia kehamilan 38-39 minggu janin tunggal hidup,
intrauerin, presentasi kepala, punggung kanan, keadaan ibu dan janin baik, keadaan jalan
lahir baik.
4. Penatalaksanaan:
No. Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi
1. Jelaskan hasil pemeriksan Menjelaskan kepada ibu hasil Ibu telah
pada ibu Pemeriksaan bahwa ibu mengetahui
dalam keadaan sehat dengan Hasil
TD:110/70 mmHg, nadi : pemeriksaan
80x/i, pernafasan : 21 x/i,
Suhu : 36,7⁰C, dan janin
dalam keadaan sehat dengan
usia kehamilan 37-38 minggu
66

Dengan Djj :138x/menit


secara teratur.
2. Jelaskan persiapan persalinan Menjelaskan persiapan Ibu telah
persalinan perencanaan mengerti dan
penolong persalinan, tempat telah
persalinan, pendamping mempersiapka
persalinan, transportasi saat nnya
melahirkan, pendonor saat
persalinan, kesiapan biaya
saat melahirkan, kepedulian
suami/masyarakat dalam
kesiapan persalinan dan
penanganan komplikasi.

3. Jelaskan tanda tanda t Menjelaskan tanda-tanda Ibu sudah


Persalinan a persalinan yaitu keluar lendir Mengerti
bercampur darah dari jalan tentang tanda-
lahir, keluar cairan ketuban tanda
dari jalan lahir akibat persalinan dan
pecahnya selaput ketuban, jika ibu
mules-mules yang teratur mengalami
timbul semakin sering dan salah satu dari
semakin lama, dan jika ibu penjelasan
mengalami salah satu tanda tersebut ibu
di atas untuk segera pergi ke bersedia untuk
fasilitas kesehatan. segera pergi ke
fasilitas
kesehatan
4. Anjurkan dan anjarkan ibu Menganjurkan dan Ibu bersedia
untuk melakukan gerakan mengajarkan ibu untuk untuk
Kecil melakukan gerakan kecil melakukannya
dirumah, seperti Crescent di rumah
lunge pose, squat pose salah
satu gunanya untuk
membantu mempercepat
pembukaan sebelum
melahirkan.
5. Lakukan pendokumentasian Melakukan Pendokumenta
Pendokumentasian sian telah
dilakukan
67

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN NORMAL PADA NY “R” UMUR 25


TAHUN G3P2A0H2 DENGAN USIAKEHAMILAN 39-40 MINGGU DI
PUSKESMAS GAMBOK KABUPATEN SIJUNJUNG

Pengkajian Data
No. Register : Kunjungan ke-3 (INC)
Nama Pengkaji : Marleni Kares
Tanggal dan Waktu: 12-10-2022/ 11.00 Wib
Tempat : Puskesmas Gambok

I. DATA SUBYEKTIF
1.1 IDENTITAS
Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. L
Umur : 25 Tahun Umur : 26 Tahun
Suku/Bangsa : Minang Suku/Bangsa : Minang
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jr.pematang sari bulan,Nagari Muaro Kecamatan Sijunjung,Kabupaten Sijunjung
1.2 ANAMNESIS
1. Ibu datang ke Puskesmas jam 06.30 wib tanggal 12 Oktober 2022,
Ibu mengatakan perutnya mulai kenceng-kencng dan keluar lendir bercampur darah
pukul 04.00 wib
2. Tanda – Tanda Bersalin
Kontraksi : 2 x 25 detik
Sejak Tanggal : Mulai 12 Oktober 2022
Pukul : 06.30 wib
Frekuensi : 2 x setiap 15 menit
Pengeluaran Per Vaginam
68

Darah Lendir : Ada Warna : Merah


3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Banyaknya : 3-4 kali ganti pembalut
Lamanya : 7 hari
Sifat darah : encer
Teratur/tidak : teratur
Dismenorhoe : tidak ada
Fluor albus : tidak ada
HPHT : 05-1-2022
TP : 12-10-2022
4. Riwayat obstetri yang lalu
N Kehamilan Persalinan Anak Nifas KB
o UK Penyulit Penolo Jenis Tempa Penyul BB/ J Umur Lama Perdara
ng T It PB K Menyus Han
Ui
1. 38-39 Tdk ada Bidan Spontan BPM Tdk 3200 P 7 th 2 tahun Tidak ada Kb
Ada /49 suntik
3 bln
2. 39-40 Tidak ada bidan spontan BPM Tidak ada3000/48 L 4 th 2 th Tidak ada Kb
suntik 3 bl
3 ini

5. Riwayat Nifas Yang Lalu


Colostrum : Ada
ASI Eksklusif : Ya
Lama Menyusui
Anak Ke I : 3,5 Tahun
Anak Ke II : ini
Komplikasi : Tidak ada
Luka Perinium : Ada
69

6. Riwayat kehamilan sekarang


Keluhan : tidak ada
Imunisasi : TT5
-Perkembangan Kehamilan Per Trimester
1) Tempat ANC : Puskesmas
2) ANC Oleh : Bidan
Frekuensi ANC : Teratur
3) Tablet Fe
Konsumsi : Ya
jumlah Tablet Fe : 30 tablet
-USG terakhir tanggal : 06-10-2022
Riwayat USG : Baik
Hasil USG : Normal
-Masalah/Keluhan :
1) Trimester I : Mual muntah
2) Trimester II : Tidak ada
3) Trimester III : Tidak ada
7. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita :
Jantung : tidak ada TBC : tidak ada
DM : tidak ada Hepatitis : tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada
8. Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga :
Jantung : tidak ada TBC : tidak ada
DM : tidak ada Hepatitis : tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada
Gemelli : tidak ada
9. Pola Aktivitas sehari-hari
- Pola Nutrisi
Makan 3x/hari(sepiring sedang nasi+sepotong lauk+2 sdm sayur+buah)
Minum 6-7 gelas/hari(air putih+ 1 gelas susu )
- Pola Istirahat dan tidur
70

siang hari : tidak ada, malam hari : 7-8 jam


- Pola Eliminasi
BAK → frekuensi 5-6x/hari Warna : kuning
Keluhan : tidak ada
BAB → frekuensi 1x/hari Warna : kuning kecoklatan Konsistensi : lunak
Keluhan : tidak ada
- Pola Kebiasaan
Merokok : tidak ada
Minum alcohol : tidak ada
Obat-obatan : tidak ada
Konsumsi Jamu : tidak ada
8. Riwayat Sosial Budaya
Perkawinan : lama perkawinan 3 tahun
Kehamilan ini : direncanakan (ya), diterima (ya)
Tradisi yang mempengaruhi kehamilan : tidak ada
Status Spiritual : pelaksanaan ibadah ya
II. DATA OBJEKTIF
2.1 PEMERIKSAAN UMUM
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital :
TD : 120/70 mmhg Suhu : 36,5 C
Nadi : 78x/i P : 23X/i
4. Pengukuran
BB : 67 kg
TB : 157 cm
LILA : 28
2.2 PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
Kepala : bersih, tidak ada pembengkakan
71

Wajah : tidak pucat, tidak ada oedema, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
Telinga : simetris, tidak aka kelainan
Mulut : bibir tidak pucat, lidah bersih, tidak ada caries pada gigi
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen : tidak ada bekas luka operasi
Ekstremitas : simetris, tidak oedema, tidak ada kelainan
Genitalia : bersih, tidak oedema, tidak varises, tidak ada kelainan
Anus : tidak hemoroid
Ekstremitas : simetris, tidak oedema, tidak ada kelainan
Genitalia : bersih, tidak oedema, tidak varises, tidak ada kelainan
Anus : tidak hemoroid
2. Palpasi
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid, tidak ada pembengkakan kelenjer
limfe dan pembesaran vena jugularis
Dada : simteris, papilla menonjol, areola hiperpigmentasi, tidak ada masa
Abdomen : tidak ada pembengkakan
Genitalia : bersih, tidak varises, tidak ada pembengkakan kel. bartholin
3. Auskultasi
- Tidak ada bunyi sesak pada dada
- Bising usus normal
4. Perkusi
Refleks patella kiri : positif
Reflek patella kanan : positif
2.3 PEMERIKSAAN KHUSUS OBSTETRI
Abdomen
1) Inspeksi
a) Pembesaran Perut : Sesuai dengan usikehamilan
b) Strie Gravidarum : Ada
c) Linea : Nigra
72

d) Kelainan Lain : Tidak ada


2) Palpasi
Leopold
(a)L I : TFU 3 jari dibawah PX (Prosesus Xipoideus), pada perut ibu bagian atas
teraba bundar, lunak dan tidak melenting. Kemungkinan bokong janin.
(b)L II : Pada perut ibu sebelah kiri teraba tonjolan-tonjolan kecil., kemungkinan
ekstermitas janin. Pada perut ibu sebelah kanan teraba panjang, keras dan
memapan kemungkinan punggung janin.
(c)L III: Pada perut ibu bagian bawah teraba bulat, keras dan melenting
kemungkinan kepala janin.
(d)L IV: Sudah masuk pintu atas panggul. Divergen
TBBJ : (31-11) x 155 = 3100 gr
3) Auskultasi
a) DJJ : Normal
b) Frekuensi : 142 x/ menit
c) Irama : Teratur
d) Intensitas : Kuat
e) Puntum Maksimum : Kuadrat III
-Genitalia Luar / Eksterna
1) Kelainan : Tidak ada
2) Pengeluaran : Ada
3) Inspekulo : Tidak ada
4) Vagina : Tidak ada kelainan
5) Portio : Menipis
- Vagina (Toucher) / pukul : 06.35 wib
a) Vagina : Tidak ada kelainan dan massa
b) Portio : Lunak penipisan 50%
c) Pembukaan : 5 cm
d) Ketuban : Selaput ketuban utuh
e) Presentasi : Kepala
73

f) Posisi : UUK
g) Penurunan : 3/5
h) Molase :0
2.4 PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Darah
Kadar Haemoglobin : 12,4 gr/dl
Golongan darah :O+
- Urine
Urine reduksi : tidak dilakukan
Protein urin : Negatif
Pemeriksaan panggul luar : tidak dilakukan
III ASSESMENT
Diagnosa Kebidanan : Ibu G3P2A0H2 usia kehamilan 39-40 minggu, dengan inpartu
kala I
fase aktif
Masalah : tidak ada
Diagnosa potensial : tidak ada
Masalah potensia : tidak ada
I. Interpretasi Data
Data dasar :
➢ Usia kehamilan : 39-40 minggu
➢ Pembukaan : 5 cm
➢ Portio : Lunak dan Penipisan 50%
➢ Ketuban : Selaput ketuban utuh
➢ Penyusupan : Tidak ada
➢ Penumbangan : Tidak ada
➢ Presentasi : Kepala (uuk kiri)
A. Masalah : Tidak ada
B. Kebutuhan : Nutrisi,Dukungan emosional, rasa nyaman
74

II. Antisipasi Diagnosa/ Masalah Potensial : Kala I berjalan dengan normal, dan tidak ada
kejadian kegawatdarurtan ibu dan janin dan tidak didapatkan penyulit
III. Tindakan Segera / Kolaborasi : Tidak ada
IV. Perencanaan Asuhan
1. Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu
2. Lakukan pemantauan untuk kemajuan persalinan (partograf) untuk mengetahui
kondisi pasien
3. Ajarkan pada ibu teknik relaksasi dan mengatur nafas terutama saat kontraksi
4. Beritahu pada keluarga untuk tetap memberikan support pada ibu
5. Persiapan alat-alat partus set
6. Anjurkan ibu untuk mengambil posisi senyaman mungkin
V. Implementasi / Pelaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu berada dalam pembukaan kala
1 fase aktif pada proses persalinan dengan hasil pemeriksaan pembukaan sudah 5 cm
2. Melakukan pemantauan untuk kemajuan persalinan untuk mengetahui kondisi pasien,
yaitu dengan menggunakan patograf
Monitoring Kemajuan Persalinan (Partograf)
VT (Pukul 09.30) VT (Pukul 11 .30)
Pembukaan : 8 cm Pembukaan : 10 cm
Portio : penipisan 80% Portio : penipisan 100%
Ketuban : jernih Ketuban : jernih
Penurunan : 2/5 Penurunan : 1/5
Presentasi : UUK depan Presentasi : UUK depan
3. Mengajarkan pada ibu teknik relaksasi dan mengatur nafas terutama pada saat
kontraksi, seperti tarik nafas dari hidung terus hembuskan secara perlahan
4. Memberitahu pada keluarga untuk tetap memberikan support pada saat ibu serta
memberi asupan seperti makanan dan minuman saat tidak terjadi kontraksi.
5. Mempersiapkan alat-alat partus set dan menyiapkan oat-obatan seperti oksitosin dan
Vit K
75

6. Mengajurkan ibu untuk mengambil posisi senyaman mungkin, seperti miring kiri
untuk mempercepat pembukaan
VI. Evaluasi
1. Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini
2. Hasil terlampir pada lembar patograf
3. Ibu bisa melakukan teknik relaksasi dengan baik
4. Ibu tampak bersemangat menjalani persalinan didampingi dengan keluarga dan ibu
mau makan roti dan teh manis
5. Alat-alat dan obat sudah disiapkan
6. Ibu miring kiri
Kala II Persalinan

Jam : 11.30 Wib


Tanggal : 12 Oktober 2022
1. Data Subjektif:
Ibu mengatakan ingin mengejan dan perutnya semakin bertambah sakit, dan adanya
tekanan pada anus dan rasa ingin BAB.
2. Data Objektif:
a) Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) Keadaan Umum : Baik
3) Tanda-tanda Vital:
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 97 kali/menit
Pernafasan : 21 kali/menit
Suhu : 36,5 0c
Djj : 137x/menit
His : Kuat teratur 5x10’50’’
Genetalia : Perineum menonjol, vulva dan anus membuka, keluar lendir,
ketuban jernih, (VT ∅ 10 cm)
76

a. Analisis Data
Ny “R” umur 25 tahun G3P2A0H2 usia kehamilan 39-40 minggu dengan
inpartu kala II, keadaan Ibu dan janin baik
b. Penatalaksanaan
No. Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi
1. Pastikan kelengkapan alat dan Memastikan kelengkapan Alat dan obat sudah
obat-obatan, dan menyiapkan alat dan obat-obatan dan lengkap dan
diri memakai APD menyiapkan diri memakai dilanjutkan pada
APD pemeriksaan dalam
2. Minta bantua keluarga untuk Meminta bantuan keluarga Ibu didampingi oleh
mendampingi untuk mendampingi dan suaminya
memberikan posisi yang
nyaman pada saat proses
persalinan.
3. Ajarkan pasien cara mengejan Mengajarkan pasien cara Ibu bersedia
yang benar mengejan yang benar mengejan yang
Dengan cara yaitu, Kepala benar
diangkat, posisikan dagu di
atas dada dan tarik kaki
kearah dada, mata di buka
lihat ke perut.
4. Pimpin persalinan apabila ada Mempimpin persalinan Ibu bisa meneran
his apabila ada his, bila tidak dengan baik bila
ada his posisikan ibu Ada his, DJJ
senyaman mungkin normal, dan ibu
dihitung djj, dan diberi bersedia meminum
Minum teh manis

5. Saat kepala janin terlihat pada Saat kepala janin terlihat


Bayi lahir pukul
vulva pada vulva dengan 12.23 Wib jenis
diameter 5-6 cm mulai kelamin laki-laki,
melakukan tindakan menangis spontan,
pertolongan persalinan warna kulit
kemerahan, gerak
aktif.
6. Keringkan tubuh bayi diatas Mengeringkan tubuh bayi Janin tunggal dan
perut ibu diatas perut ibu. suntik oksitosin 1
Memastikan tidak ada janin ampul telah
kembar dan memberitahu disuntikkan 1/3
ibu bahwa akan dilakukan paha kiri luar ibu
pemberian suntik oksitosin.
7. Lakukan pemotongan tali Melakukan pemotongan tali Janin berhasil
77

Pusat pusat kemudian meletakkan mencari puting susu


janin tengkurap didada ibu ibu
untuk proses IMD.

Kala III
Jam : 12.20 Wib
Tanggal : 12 Oktober 2022
1. Data Subjektif:
Ibu mengatakan sudah lega karena bayinya telah lahir, dan ibu masih merasakan
perutnya bagian bawah terasa mules.
2. Data Objektif :
a) Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Baik
TD: 110/70 mmHg, Suhu:36,60c N:93x/I R:23x/i
Palpasi Abdomen : TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, uterus menjadi
globuler
Genetalia : Terlihat tali pusat di vulva
3. Analisis Data
P2A0H2 inpartu kala III
2. Penatalaksaan
No. Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi
1. Pengecekan fundus, ada bayi Pengecekan fundus, ada Plasenta lahir jam
kedua atau tidak bayi kedua atau tidak. 12.30 Wib
Melakukan penyuntikan
oksitosin pada paha kanan
ibu sesudah bayi lahir,
pindah klem pada tali
pusat hingga berjarak 5-10
cm dari vulva.Meletakkan
1 tangan diatas kain pada
perut ibu, ditepi atas
sympisis dengan teknik
kustner dan tangan
menegangkan tali pusat
.
melakukan peregangan
saat ada his.setelah
plasenta tampak di
introitus vagina lalu
memegang plasenta
dengan kedua tangan lalu
memutar sampai selaput
ketuban terpilin.
2. Cek kelengkapan plasenta Mengecek kelengkapan Plasenta lengkap
Plasenta
3. Lakukan massase pada Melakukan massase pada Kontraksi uterus
Fundus fundus, mengevaluasi baik, ada laserasi
pendarahan dan laserasi jalan lahir derajat
jalan lahir. II
Melakukan heacthing Heacting sudah
dilakukan.
4. Pastikan kantung kemih Memastikan kantung Kantung kemih ibu
Kosong kemih kosong kosong
5. Ajarkan ibu atau keluarga Mengajarkan Ibu atau Ibu dan
untuk massage uterus keluarga untuk massage keluarganya bisa
Uterus melakukan
massage uterus
6. Periksa bayi Memeriksa bayi Bayi dalam
Memastikan bayi bisa keadaan baik
bernafas dan tidak ada
Masalah

Kala IV
Jam : 12.30 Wib
Tanggal : 12 Oktober 2022
1. Data Subjektif:
Ibu mengatakan merasa lelah, capek dan masih mules, ibu juga mengatakan masih
keluar darah dari kemaluannya
2. Data Objektif:
a) Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) Keadaan Umum : Baik
3) Tanda-tanda Vital:
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,5 0c
b) Pemeriksaan Fisik Khusus
Perut : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus keras, kantung kemih
kosong
Payudara : Colostrum keluar sedikit, putting susu menonjol
Genetalia : Keluar darah ± 150 cc
3. Analisis Data
P3A0H3 inpartu kala IV
4. Penatalaksanaan
No. Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi
1. Observasi TTV , TFU, kantung Mengobservasi TTV , Telah dilakukan
12.31s/ kemih, kontraksi, jumlah TFU, kantung kemih, hasil terlampir di
d 14.31 Pendarahan kontraksi, jumlah Patograf
Wib pendarahan, 15 menit
selama 1 jam pertama
pasca persalinan dan
setiap 30 menit selama
jam kedua pasca
persalinan.
2. Beritahu hasil pemeriksaan Memberitahu hasil Ibu telah
pada ibu pemeriksaan pada ibu, mengetahui hasil
TTV dalam batas pemeriksaan
normal, kantung kemih
kosong, pendarahan
±150 cc
3. Periksa kembali keadaan bayi Memeriksa kembali Bayi sudah bisa
bayi untuk, untuk menyusui
memastikan bahwa
bayi bernafas dengan
baik.
4. Kontaminasi tempat persalinan Dekontaminasi tempat Tempat tidur
persalinan bersih
5. Berikan asupan nutrisi pada ibu Memberikan asupan Ibu makan nasi
nutrisi pada ibu dan minum teh
Hangat
6. Ajarkan ibu mengenali tanda Mengajarkan ibu Ibu mengerti
bahaya masa nifas mengenali tanda
bahaya masa nifas
yaitu pendarahan lewat
jalan lahir, keluar
cairan berbau dari
jalan lahir, demam,
bengkak dimuka
tangan atau kaki
disertai, sakit kepala
atau kejang, nyeri atau
panas didaerah tungkai
, payudara bengkak
berwarna kemerahan.
7. Cuci tangan Mencuci tangan Tangan sudah
dengan sabun dan air bersih
mengalir.
8. Lengkapi patograf Menglengkapi Patograf terisi
pengisian patograf lengkap
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR NORMAL PADA BAYI NY“R”
UMUR 1 JAM POST PARTUM

Nama pengkaji : Marleni Kares


Tanggal : 12 Oktober 2022
Tempat : Puskesmas Gambok

I. Pengumpulan Data
A. Identitas / Biodata
Nama bayi : Bayi Ny “R”
Tanggal lahir : 12 Oktober 2022
Jam : 12.20 Wib
Jenis kelamin : Perempuan
BB : 3100 gram
PB : 50 cm

Nama Ibu : Ny. “R” Nama suami : Tn.”L”


Umur : 25 tahun Umur : 26 tahun
Suku / bangsa : Minang/Indonesia Suku / Bangsa : Minang/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : petani
Alamat : Jr.Batang Salosah,Nagari Muaro Kecamatan Sijunjung,Kabupaten Sijunjung
B. Anamnesa
Tanggal : 12 Oktober 2022
Pukul : 13.31 wib
a. Riwayat kesehatan ibu sekarang
Perdarahan : Tidak ada
Preeklamsi : Tidak ada
Penyakit kelamin : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
Kebiasaan waktu hamil
Makanan : 3 x /hari
Obat-obatan : Tablet Fe, Vitamin, Kalk
Merokok : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
b. Riwayat kehamilan sekarang
Jenis persalinan : Normal
Ditolong oleh : Bidan
1) Lama persalinan
Kala I : 5 jam
Kala II : 53 menit
Kala III : 8 menit
Kala IV : 2 jam
2) Ketuban
Pecah : Spontan
Warna : Jernih
Bau : Khas
3) Komplikasi persalinan : Tidak ada
-Keadaan bayi baru lahir
Tanda 0 1 2 Skor
Frek. ( ) tidak ada ( √ ) <100 ()
Jantung x/menit >100x/menit

Usaha ( ) tidak ada ( ) lambat,tak (√)

5 Bernafas teratur menangis


Menit Kuat 8
I tonos otot ( ) lumpuh ( ) extr. Flexi
sedikit ( √ ) gerakan
Reflek ( ) tak bereaksi ( ) gerakan aktif
sedikit (√ )menagis

Warna ( ) biru/ pucat ( √ ) tubuh

kemerahan ( ) kemerahan

Frek. ( ) tidak ada ( √ ) <100 ( )


Jantung x/menit >100x/menit

Usaha ( ) tidak ada ( ) lambat,tak (√ ) menangis

5 Bernafas teratur kuat


Menit 9
II tonos otot ( ) lumpuh ( ) extr. Flexi (√ ) gerakan

sedikit aktif
Reflek ( ) tak bereaksi ( ) gerakan (√ )menagis

sedikit
Warna ( ) biru/ pucat ( ) tubuh (√ )

kemerahan, kemerahan
extremitas biru

4) Resusitasi
a. Pengisapan lendir : Tidak ada
b. Rangsangan : Tidak ada
c. Masase jantung : Tidak ada
d. Intubasi endotracheal : Tidak ada
e. Oksigen : Tidak ada
f. Terapi : Tidak ada
C. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum Keadaan
: Baik Suhu :
36,50C
Pernafasan : 48 x/ menit
Nadi : 128 x/ menit
BB : 3100 gr
PB : 50 cm
2. Pemeriksaan khusus
a. Warna kulit : Kemerahan
b. Kepa : Tidak ada caput succedenum
c. Ubun-ubun : Lembek
d. Muka : Simetris, tidak ada pembengkakan
e. Mata : Mata simetris, tidak ada kelainan konginetal
f. Teling : Simetris, terbentuk sempurna, tidak ada pengeluaran
g. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung
h. Abdomen : Tali pusat basah, tidak kemerahan, tidak bau, tidak bengkak, tidak kuning
i. Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada ronchi, tidak wheezing
j. Punggung : Tidak ada spina bifida
k. Ekstermitas: Tidak ada sindaktil, andaktil, polidaktil
l. Genitalia : scrotum sudah turun, tidak ada hipospadia
m. Anus : Berlubang, tidak ada kelainan
3. Reflek
a. Reflek morro : Positif
b. Reflek rooting : Positif
c. Reflek walking : Positif
d. Reflek tonick neck : Positif
e. Reflek graphs : Positif
f. Reflek swallowing : Positif
g. Reflek sucking : Positif
4. Antopometri
a. Lingkar kepala : 34 cm
b. Lingkar dada : 32 cm

5. Eliminasi
Miksi : Ada
Mekonium : Belum ada
II. Interprestasi Data
Diagnosa : Bayi baru lahir aterm umur 1 jam post partum fisiologis
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Asuhan Bayi Baru Lahir
III. Diagnosa Potensial : Tidak ada
IV. Tindakan Segera/Kolaborasi : Tidak ada
V. Intervensi
1. Lakukan pendekatan kepada ibu
2. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
3. Ciptakan keadaan yang hangat dan nyaman
4. Berikan salep mata dan injeksi vitamin K
5. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI Ekslusif
6. Beritahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir
7. Injeksi HB0
VI. Implementasi
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga dengan menyapa sopan dan
santun agar terjalin hubungan saling percaya
2. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan pada bayinya dan melakukan pemeriksaan
antopometri bayi ditimbang 3100 gram, PB 48 cm, LK 34 cm, LD 32 cm
3. Menciptakan keadaan yang hangat dan nyaman dengan membedong dan menyelimut bayi
4. Memberikan salep mata dan injeksi vitamin K 0,1 md di paha kiri bayi.
5. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Ekslusif 0-6 bulan tanpa makanan apapun, dan
memberikan ASI untuk sesering mungkin maksimal 2 jam.
6. Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu tidak mau menyusu, kejang,
bayi lemah bergerak hanya jika di pegang, sesak nafas, pusar kemerahan sampai dinding
perut, demam (suhu tubuh bayi lebih 37,5 ⁰C atau teraba dingin( suhu tubuhh kurang dari
36,5 C).
7. Melakukan Injeksi HB0
VII. Evaluasi
1. Ibu dan keluarga menerima dengan baik
2. Ibu mengerti bahwa keadaan bayinya sehat
3. Bayi terlihat hangat dan nyaman
4. Salep mata dan vita K Sudah diberikan
5. Ibu bersedia dan mengerti pada penjelasan yang disampaikan
6. Ibu mengerti tanda bahaya pada bayi
7. HB0 Sudah diberikan.
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS FISIOLOGIS PADA NY “R’’ UMUR 25
TAHUN P3A0H3 DENGAN 6 JAM POST PARTUM

1. Pengkajian Data
No. Register : Kunjungan Nifas (PNC1)
Nama Pengkaji : Marleni Kares
Tanggal dan Waktu : 12 Oktober 2022 / 19.00 Wib
Tempat : Puskesmas Gambok

A. Identitas / Biodata
Nama : Ny “R” Nama : Tn
“L” Umur : 25 Thn Umur : 26
Thn Suku/ kebangsaan: Minang/Indonesia Suku/Kebangsaan :
Minang Agama : Islam Agam
: Islam Pendidikan : SMA Pendidikan :
SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : petani
Alamat Rumah : Batang Salosah,Nagari Muaro Kecamatan Sijunjung,Kabupaten Sijunjung

B. Anamnesa
Tanggal : 12 Oktober 2022
Pukul : 19.00 Wib
1. Alasan Kunjungan: Ibu mengatakan masih merasa lelah, mengeluh nyeri pada bagian
bekas jahitan dan Colostrum sudah keluar
2. Riwayat Persalinan : Ada
Lama persalinan
Penolo Kompli Keadaan Tali
Tgl jenis Perineum perdarahan Kala Kala Kala Kala
Ng kasi Plasenta Pusat
I II III IV
12
Tidak Ada 11 20 10
Bidan Spontan Normal Normal Normal 2 jam
Oktober ada lasersi Jam menit menit
2022
3. Riwayat Bayi Baru Lahir
Cacat
Tgl Lahir BB/PB JK A/S Anus Reflek Hisap
bawaan
12-10-
Sponta 3100/48 Laki-laki 8/9 Tidak ada Ada Baik
2022

4. Riwayat Post Partum


a. KU : Baik
b. Keadaan Emosional : Composmentis
c. Tanda – Tanda Vital :
TD : 110/70 mmHg
N : 82 x/i
P : 20 x/i
S : 37 0c
d. Payudara
Puting Susu : Menonjol
Pengeluaran : Ada pengeluaran colostrum
e. Uterus
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontaraksi : Baik
f. Pengeluaran Lochea :
Warna : Rubra
Bau : Khas
Jumlah : ±20 cc
g. Prenium : Ada laserasi
h. Kandung Kemih : Kosong
i. Ekstermitas
Oedema : Tidak ada
Reflek patela : Kanan dan kiri positif
j. Genetalia
Varises : Tidak ada
Lasrasi : Ada
C. Interpretasi Data
1. Diagnosa Kebidanan : Ibu P2A0H2 6 jam post partum dengan nifas normal
2. Masalah : Tidak ada
3. Kebutuhan : Tidak ada
D. Antisipasi Diagnosa/ Masalah Potensial : Tidak ada
E. Tindakan Segera / Kolaborasi : Tidak ada
F. Perencanaan Asuhan
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
2. Jelaskan pada ibu tentang tanda bahaya masa nifas pada ibu
3. Beritahu pada ibu untuk makan dan minum
4. Beritahu ibu agar sering melakukan mobilisasi dini
5. Jelaskan pada ibu bahwa saat ini sudah dalam masa nifas
6. Ajarkan ibu untuk menyusui dengan benar
7. Berikan KIE tentang perawatan payudara
8. Beritahu ibu untuk tidak menahan BAB/BAK
9. Berikan terapi oral pada ibu
10. Beritahu ibu untuk kontrol ulang 1 minggu lagi
G. Implementasi / Pelaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaannya baik
2. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya masa nifas yaitu pendarahan lewat jalan
lahir, keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam, bengkak dimuka tangan atau kaki
disertai, sakit kepala atau kejang, nyeri atau panas didaerah tungkai , payudara
bengkak berwarna kemerahan.
3. Memberitahu pada ibu untuk makan dan minum lebih banyak dari porsi sebelumya
dan tidak ada pantang makanan, kecuali ibu mempunyai alergi makanan
4. Memberitahu ibu agar sering melakukan mobilisasi dini yaitu miring kanan kiri dan
duduk
5. Menjelaskan pada ibu bahwa saat ini sudah dalam masa nifas, jadi ibu harus
meningkatkan kebersihan diri
6. Mengajarkan ibu untuk menyusui yang benar yaitu dengan acara posisi yang baik saat
menyusui. Memastikan ibu menyusui bayi secara bergantian dan mengajarkan posisi
yang baik yaitu meletakkan bayi pangkuan ibu dengan posisi ibu duduk, seluruh
daerah hitam harus masuk ke dalam mulut bayi, sebelum dan sesudah menyusui
keluarkan sedikit ASI ke areola ibu agar tidak terjadinya iritasi.
7. Memberikan KIE tentang perawatan payudara atau breast care yaitu menyokong
payudara kiri dengan tangan kiri. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan
jari-jari tangan sisi kelingking mengurut payudara kearah puting susu, gerakan
diulang sebanyak 30 kali untuk tiap payudara. Dilakukan secara bergantian
8. Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAB/BAK
9. Memberikan terapi oral mirasic 3x1 , Amoxillin 3x1, vitamin B12 dan B Compleks
10. Memberitahu ibu untuk kontrol ulang atau jika sewaktu-waktu ada keluhan.

H. Evaluasi
1. Ibu mengerti tentang kondisinya
2. Ibu mengerti tanda bahaya masa nifas
3. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
4. Ibu mengerti dan bersedia melakukan mobilisasi
5. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
6. Ibu mengerti dengan penjelasan petugas kesehatan
7. Ibu paham dan bersedia melakukannya
8. Ibu bersedia
9. Ibu mengerti dan bersedia minum obat tersebut
10.Ibu mengerti dan bersedia melaksanakan ajuran petugas.
Kunjungan Kedua (PNC II) 6 hari post partum

Hari, Tanggal Pengkajian : Minggu, 18 Oktober 2022


Jam : 10.00 Wib

1. Data Subyektif
Ibu mengatakan ASInya sudah keluar dengan lancar, anaknya bisa menyusu dengan baik, dan
ibu sudah BAB lancar setiap hari dan BAK 6-7x/hari
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Baik
Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 87 x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Suhu : 36,5 0c
b. Pemeriksaan Fisik Khusus
Mata : Congjungtiva merah muda, sclera putih
Payudara : Puting susu menonjol, ASI sudah keluar lancar, hiperpigmentasi pada aerola
mamae, tidak ada bendungan ASI
Abdomen :TFU pertengahan simpisis dan pusat, kontraksi uterus baik
Genetalia :Vulva bersih, Lochea sanguniolenta kurang lebih 5 cc-10 cc, tidak ada benjolan
abnormal, jahitan perineum kering, tidak ada tanda-tanda infeksi
Ekstermitas: Tidak odema
3. Analisis Data
Ibu P3A0H3 6 hari post partum dengan nifas normal
4. Penataklaksanaan
No. Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi
1. Beritahu pada ibu hasil Memberitahu pada ibu hasil Ibu mengerti
Pemeriksaan pemeriksaan bahwa keadaan tentang kondisinya
ibu baik.
2. Deteksi ada atau tidak Mendeteksi ada atau tidak tanda Keadaan ibu baik
tanda bahaya pada masa bahaya pada masa nifas tidak ada masalah
nifas pada masa nifas
3. Evaluasi cara Ibu Mengevaluasi cara ibu Ibu sudah menyusui
menyusui menyusui dan memastikan anaknya dengan
cara menyusui ibu sudah baik.
Benar
4. Pastikan Bahwa Ibu Memastikan bahwa ibu makan- Ibu mau
makanan bergizi makanan bergizi, ibu juga Mengkonsumsi
mengatakan rajin makanan bergizi.
mengkonsumsi sayuran hijau
untuk mempelancar ASI nya.
5. Anjurkan ibu istirahat Menganjurkan ibu istirahat Ibu mengerti untuk
yang cukup yang cukup, ibu tidur siang istirahat yang cukup
disaat bayinya tidu dan pada
saat malam hari ibu sering
terbangun karena harus
menyusui anaknya
6. Berikan konseling cara Memberikan konseling pada Ibu mengerti cara
perawatan Payudara ibu cara perawatan payudara perawatan payudara
atau breash care dengan cara yang benar dan
menyokong payudara kiri mau untuk
dengan tangan kiri. Telapak mempraktikannya
tangan kiri menopang dirumah
payudara kiri dan jari-jari
tangan sisi kelingking
mengurut payudara kearah
puting susu, gerakan diulang
sebanyak 30 kali untuk tiap
payudara. Dilakukan secara
Bergantian
7. Berikan Konseling KB Memberikan konseling KB Ibu sudah
secara dini secara dini berdiskus dengan
suami untuk tidak
menggunakan alat
kontasepsi sampai
usia anak
maksiamal 6 bulan
8. Beritahu ibu untuk kontrol Memberitahu ibu untuk kontrol Ibu mengerti dan
ulang ulang 2 minggu kemudian atau bersedia control dan
jika sewaktu-waktu ada melaksanakan
Keluhan anjuran petugas
untuk kunjungan
ulang
Kunjungan Neonatus (KN2) Hari ke 6
Tanggal : 18 Oktober 2022
Jam : 10.00 Wib
1. Data Subyektif
Ibu mengatakan bayinya sehat dan menyusu dengan baik tali pusat sudah lepas, sudah BAB 2-
3x/hari konsintensi lembek, warna kekuningan dan BAK 7-8x/hari warna kuning jernih, pola
aktivitas bayi masih sering tidur.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Baik
Tanda-tanda Vital :
Nadi : 128 x/menit
Pernafasan : 40x/menit
Suhu : 36,5 0c
BB : 3300 gram PB :49
b. Pemeriksaan Fisik
1) Warna kulit : Kemerahan
2) Rambut : Warna hitam, lurus, lembab
3) Mata : Congjungtiva merah muda, sclera putih
4) Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada secret
5) Mulut : Kemerahan, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis
6) Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, tidak wheezing
7) Abdomen : Tali pusat sudah lepas, kering, tidak ada tanda-tanda infeksi
8) Genetalia : Bersih, tidak ada tanda penyulit
9) Ekstermitas : Normal tidak odema
3. Analisis Data
Neonatus aterm 6 hari fisiologis
4. Penataklaksaan
No. Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi
1. Jelaskan hasil pemeriksaan Menjelaskan hasil Ibu mengerti dan
pada bayinya pemeriksaan bahwa merasa senang akan
keadaan bayi sehat. keadaan bayi nya
2. Evaluasi tentang pemberian Mengevaluasi tentang Bayi dapat menyusu
ASI pemberian ASI apakah dengan baik dan
bayi bisa menyusui dengan ASI keluar lancer
baik.
3. Lihat keadaan tali pusat Melihat keadaan tali pusat Tali pusat sudah
dan memastikan tidak lepas, kering, dan
Infeksi tidak ada tanda-
tanda infeksi
4. Ingatkan kembali kepada ibu Mengingatkan kembali Ibu mengerti dan
tentang tanda bahaya kepada ibu tentang tanda Masih
Neonates bahaya neonatus seperti mengingatnya
(kuning,bayi tidak mau
menyusu,tali pusat berbau,
dan bayi panas tinggi)
5. Evaluasi ibu cara perawatan Mengevaluasi ibu cara Ibu mengerti dan
neonates perawatan neonatus yang mau
baik dan benar mempraktikannya
6. Jadwalkan kunjungan ulang Menjadwalkan kunjungan Ibu bersedia
pada ibu ulang 2 minggu lagi pada menyepakati
ibu atau apabila ada kunjungan
keluhan, untuk ke petugas berikutnya
kesehatan terdekat.
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. R P3A0H3 UMUR 25
TAHUN DENGAN AKSEPTOR BARU KB IUD PASCA
SALIN

No.Register : Kunjungan Pertama KB


Tanggal : 18 Oktober 2022
Pukul : 12.33 Wib
Tempat : Puskesmas Gambok

I. Pengkajian Data
Data Subjektif
1. Biodata
Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. A
Umur : 25 Thn Umur : 26 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku bangsa : Minang/ Indonesia Suku bangsa : Minang/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : petani
Alamat : Jr.Pematang sari bulan,Nagari Muaro,Kecamtan sijunjung,Kabupaten sijunjung
2. Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan sudah berdikusi dengan suami dan memutuskan untuk langsung
menggunakan KB IUD setelah melahirkan.
( ) menjarangkan kehamilan
( ) menhentikan kehamilan
( ) waktu pemakaian sudah habis
(✓) Konsultasi dan pemasangan
3. Riwayat Menstuasi
Menarce : 14 Tahun
Siklus : 28 Hari
Lamanya : 6-7 Hari
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
Konsistensi : Cair dan bergumpal
Keluhan : Tidak ada
a. apakah klien sedang haid /Nifas
( ✓) ya
( ) tidak
4. Riwayat Pernikahan
Pernikahan : Pertama
Usia Ibu waktu menikah : 23 Tahun
Usia Suami waktu menikah : 25 Tahun
Lama Pernikahan : 4 tahun
Jumlah Anak :2
5. Riwayat Obstetri
P3 A0 H3
Jenis
Thn Penolong H/M Tempat J/K BB/PB Komplikasi Ket
persainan

1 2015 Normal Bidan H PMB P 3200/48 Tidak ada -

2 2018 Normal Bidan H Puskes L 3100/48 Tidak ada -


mas
3 2022 normal bidan H puskes P 3200/50 Tidak ada -
mas
6. Riwayat Kontrasepsi
Jenis
No Thn Pasang Tempat Lepas Tempat Alasan
Kontrasepsi
Suntik 3 Puskesm Gangguan
1 2015 Bidan Bidan Puskesmas
bulan As Haid
2 2018 Suntik 3 bl bidan puskesmas bidan puskesmas -

3 2022 ini

7. Riwayat Kesehatan
a .Riwayat penyakit ibu
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit DM, jantung, hepatitis, hipertensi dan TBC.
b. Riwayat penyakit kebidanan
Kehamilan ektopik : Tidak ada
Penyakit radang panggul : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
c. Riwayat penyakit keturunan
Ibu tidak ada riwayat keturunan seperti, DM, hipertensi, dan jantung,
d.Riwayat penyakit Keluarga
Penyakit yang diderita keluarga ibu :Tidak ada
Penyakit yang diderita keluarga suami :Tidak ada
8. Pola kegiatan sehari-hari
a. Nutrisi
• Makan
Frekuensi : 3-4 x/sehari
Menu : Nasi, sayur, lauk pauk, buah
Keluhan : Tidak ada
• Minum
Jumlah : 5-6 gelas/ hari
Jenis : Air putih
Keluhan : Tidak ada
b. Eliminasi
• BAB
Frekuensi : 1 x/sehari
Konsistensi : Lunak
Warna : Kuning kecoklatan
Keluhan : Tidak ada
• BAK
Frekuensi : 4-5 x/hari
Warna : Jernih kekuningan
Keluhan : Tidak ada
c. Personal higiene
Mandi : 2x/sehari
Keramas : 3-4 x/seminggu
Sikat gigi : 2 x/sehari
Ganti pakaian dalam : 2-3 x/sehari
Ganti pakaian luar : 2x/sehari
d. Istirahat
Istirahat siang : ½ jam/hari
Tidur malam : 6 - 7 jam/hari
Keluhan : Tidak ada
e. Hubungan seksual
Frekuensi : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
f. Olahraga dan rekreasi
Jenis : Mobilisasi postpartum
g. Kebiasaan sehari-hari
Merokok : Tidak ada
Minuman keras : Tidak ada
Ketergantungan obat : Tidak ada
Jamu-jamuan : Tidak ada
9. Data Psikososial, Ekonomi, Kultural,dan Spiritual
a. Pribadi
Harapan ibu terhadap KB : Ibu mengatakan dengan menggunakan KB IUD sebagai
alat kontrasepsi diharapkan dapat menjarangkan kehamilan .
b. Keluarga
Harapan suami terhadap KB: Suami mengatakan mendukung keputusan istrinya
untuk menggunakan KB IUD dengan harapan dapat menjarangkan kehamilan.
c. Ekonomi Keluarga : Baik
d. Budaya : Adat istiadat tertentu terhadap KB: Baik
Data Objektif
1.Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36,5 ⁰C
100

Nadi : 82x/i
Pernafasan : 22x/i
BB : 63 kg
TB : 155 Cm
2.Pemeriksaan Khusus
Kepala : Kulit bersih, tidak ada benjolan
Muka : Keadaan wajah tidak pucat, tidak ada kelainan
Mata : Kunjugtiva berwarna merah muda, sclera tidak icterus
Hidung : Tidak ada polip
Mulut : Bersih, tidak ada caries
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar, gondok atau tyroid
Dada : Simetris, bersih, tidak ada lecet, ASI belum lancar
Perut : Bersih, TFU 3 jari dibawah pusat, tidak ada bekas operasi
Genetalia Eksterna
1. Pengeluaran pervaginam : Ada
2. Jumlah darah : Normal
3. Bau : Khas
4. Warna : Merah kehitaman
5. Varises : Tidak ada
6. Odema : Tidak ada
Ekstremitas
3. Pemeriksaan obstetri
Vagina : Tidak ada robekan
Servik : Tidak ada robekan
Portio : Tidak ada robekan
4. Pemeriksaan labor
Darah : Tidak dilakukan
Urine : Tidak dilakukan
Papsmear : Tidak dilakukan
101
5. Pemeriksaan Tambahan
USG : Tidak dilakukan
Rontgen : Tidak dilakukan
II. Interpretasi Data
Diagnosa Kebidanan : Ibu umur 25 tahun dengan KB IUD kunjungan pertama
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : pemasangan KB IUD jenis (CuT-380A) perlindungan 5 tahun
III. Antisipasi Diagnosa/ Masalah Potensial : Tidak ada
IV. Tindakan Segera / Kolaborasi : Tidak ada
V. Planning / Perencanaan Asuhan
1. Beritahu hasil pemeriksaan
2. Berikan KIE tentang KB IUD
3. Tanyakan kembali tentang penggunaan KB
4. Lakukan pemasangan KB IUD
5. Beritahu jika ada rasa sakit atau perdarahan pada siklus menstruasi berikutnya
6. Beritahu ibu jadwal kunjungan ulang atau jika ada keluhan
7. Melakukan pendokumentasian
VI. Implementasi / Pelaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik, TD: 110/70 mmHg
Suhu : 36,5 ⁰C, Nadi : 82x/i, Pernafasan : 22x/i, TFU 3 jari dibawah
simpisis.pemeriksaan fisik semuanya normal, khusus pada genetalia tidak ada
kelaanan, kemudian dari data anamnesa tidak kontraindikasidilakukan pemasangan
kontrasepsi IUD.
2. Menjelaskan kepada ibu tentang KB IUD antara lain intra uterin devise merupakan alat
yang terpasang dalam Rahim yang bertujuan untuk menghalangi pertemuan antara sel
telur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi atau dapat dicegah.sebelum
dilakukan pemasangan uterus diukur terlebihdahulukedalamannya dengan ukuran
normal yaitu 6,5-8 cm. dipstikan dengan tidak memiliki riwayat perdarahan yang tidak
diketahui penyebabnya. Selanjutnya ibu juga harus mengecek benang IUD secara
berkala agar IUD tetap pada posisi yang benar dan sesuai. Kontrasepsi IUD dapat
digunakan sampai 5 tahun dengan indikasi yang tepat, usia subur, tidak hamil, dan
102

tidak memiliki riwayat penyskit menurun, penyakit menular, dan penyakit kronis, agar
ibu tidak mendapat masalah setelah pemasangan IUD .
3. Menanyakan kembali penggunaan KB IUD kepada ibu
4. Melakukan pemasangan IUD post plasenta: yaitu dipasang dengan tangan secara
langsug : Pemasang memegang AKDR dengan jari telunjuk dan jari tengah kemudian
dipasang secara perlahan-lahan melalui vagina dan serviks sementara itu tangan yang
lain melakukan penekanan pada abdomen bagian bawah dan mencengkram uterus
untuk memastikan AKDR dipasang ditengah-tengah yaitu di fundus uterus . Tangan
pemasang dikeluarkan perlahan-lahan dari vagina . jika AKDR ikut tertarik keluar
saat tanga pemasang dikeluarkan dari vagina atau AKDR belum terpasang ditempat
yang seharusnya segera dilakukan perbaikan posisi AKDR.
5. Memberitahu bahwa setelah pemasangan IUD akan terasa sedikit nyeri dan dapat
hilang dengan sendirinya,pada siklus selanjutnya biasanya menstruasi akan lebih
banyak.
6. Memberitahu ibu jadwal kunjungan berikutnya atau jika ada keluhan
7. Melakukan pendokumentasian
VII. Evaluasi
1. Ibu mengerti tentang kondisinya
2. Ibu sudah mengerti tentang penjelasan yang diberikan
3. Ibu sudah yakin menggunakan KB IUD
4. Pemasangan AKDR sudah dilakukan
5. Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan
6. Ibu tahu tanggal kembali atau jika ada keluhan
7. Pendokumentasian sudah dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada studi kasus continuity of care ini membahas tentang kesenjangan antara teori

dan hasil dari asuhan kebidanan komprehensif yang telah penulis lakukan mulai dari

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus dan pelayanan kontrasepsi pada Ny.R

usia 25 tahun G3P2A0H2 dengan HPHT 07 Januari 2022 dan tafsiran persalinan 14

Oktober 2022. Kontak pertama dimulai pada tanggal 22 September 2022 di Puskesmas

Gambok yaitu pada usia kehamilan 36-37 Minggu, lalu kontak ke 2 pada tanggal 06

Oktober 2022 pada usia kehamilan sudah 38-39 minggu di Puskesmas Gambok, selang 1

minggu kemudian pasien datang kembali dan melahirkan di Puskesmas Gambok,

pembahasan sebagai berikut:

a) Asuhan Kebidanan Kehamilan

Pada kasus ini penulis mengkaji Umur Ny.R adalah 25 tahun. Hal ini sesuai dengan

Ambarawati (2010) yang menjelaskan bahwa usia reproduktif sehat dimulai dari usia 20

sampai 35 tahun.Usia kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental

dan psikis belum siap sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi

resiko tinggi. Dengan demikian umur Ny.R dapat dikategorikan dalam usia reproduktif

sehat.

Keluhan utama yaitu sakit pinggang. Keluhan yang dialami oleh Ny.R merupakan

ketidaknyamanan yang fisiologi pada akhir kehamilan. Hal ini sesuai dengan Marmi

(2014) yang menjelaskan bahwa sakit pinggang merupakan hal normal yang dialami ibu

10
103

hamil trimester III karena peregangan jaringan penopang rahim (ligamen) akibat

membesarnya kandungan sehingga menyebabkan sakit pinggang.

Pada data objektif didapatkan hasil keadaan umum dan tanda – tanda vital ibu dalam

keadaan normal. Ny.R mengalami kenaikan berat badan sebanyak 12 Kg dari sebelum

hamil 55 kg menjadi 67 kg. Hal ini sesuai dengan Suryati (2011) yang menjelaskan bahwa

kenaikan berat badan pada awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 6,5-16,5 kg.

Dengan demikian dapat dikategorikan kenaikan berat badan Ny.R dalam batas normal.

Tinggi badan Ny.R adalah 157 cm. Hal ini sesuai dengan Suryati (2011) yang

menjelaskan bahwa tinggi badan yang lebih dari 145 cm tidak termasuk beresiko tinggi.

Dengan demikian dapat dikategorikan tinggi badan Ny.Y dalam batas normal.

Ukuran LILA Ny.R adalah 28 cm, hal ini sesuai dengan Pantiawati dan Saryono

(2010) yang menjelaskan bahwa standar minimal untuk lingkar lengan atas pada wanita

dewasa atau usia reproduktif adalah ≥ 23,5 cm. Dengan demikian LILA Ny.R

dikategorikan dalam batas normal. Tinggi fundus uteri Ny. R pada usia kehamilan 39-40

minggu adalah 3 jari di bawah prosesus xypoideus (31 cm). Hal ini sesuai dengan

Walyani (2015) yang menjelaskan bahwa tinggi fundus uteri pada kehamilan 39-40

minggu adalah 3 jari di bawah prosesus xypoideus. Dengan demikian Tinggi Fundus Uteri

Ny.Y dikategorikan dalam batas normal.

Pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil dilakukan tes hemoglobin sebagai salah

satu upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil, pemeriksaan protein urin untuk

mengetahui adanya kandungan protein pada urin, pemeriksaan urinreduksi untuk

mengetahuiapakah ibu menderita diabetes melitus atau tidak, dan tes terhadap penyakit

menular seksual Kemenkes (2015). Pada Ny.R pemeriksaan Hemoglobin terakhir adalah
104

1 bulan yang lalu pada tanggal 12 September 2022 dengan hasil 12,4 gr/% di Puskesmas

Aia Gadang. Dengan demikian dapat dikategorikan kadar Hemoglobin Ny.R masih

dalam batas normal.

Menurut penulis tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan hasil pemeriksaan

Ny.R, Selanjutnya dilakukan evaluasi untuk menilai efektifitas asuhan yang diberikan.

Hasil evaluasi yang didapatkan penulis mengenai penjelasan dan anjuran yang diberikan

bahwa ibu merasa senang dengan informasi yang diberikan, ibu mengerti dan dapat

menyebut kembali tanda bahaya kehamilan TM III, tanda-tanda persalinan, persiapan

persalinan, mengkonsumsi makanan bergizi seimbang,

Dalam pemeriksaan kehamilan yang dilakukan dari kunjungan pertama sampai

kedua berjalan dengan baik dan normal. Penulis melakukan pengawasan selama

kehamilan sehingga proses kehamilan dapat berjalan dengan baik walaupun klien

mengalami beberapa keluhan pada kunjungan pertama namun hal itu dapat diatasi sedini

mungkin.

b) Asuhan Kebidanan Persalinan

Ibu datang dengan keluhan sakit pada perut bagian bawah yang menjalar ke

pinggang sejak pukul 04.30 Wib (10-10-2022) dan keluar lendir bercampur darah dari

jalan lahir pada pukul 04.00 Wib (10-10- 2022). Nyeri pada pinggang menjalar keperut

bawah serta adanya pengeluaran lendir bercampur darah yang dirasakan merupakan hal

fisiologis pada ibu inpartu sesuai dengan Hidayat (2010). yang menjelaskan tanda inpartu

yaitu terjadinya his persalinan yang menyebabkan pinggang terasa sakit yang menjalar

keperut bagian bawah, dan bloodyshow atau pengeluaran lendir bercampur darah melalui

vagina yang berasal dari lender kanalis servikalis karena serviks mulai membuka dan
105

mendatar. Darah berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar servikalis

(servikalis kanalis pecah karena pergeseran ketika serviks membuka). Kala 1 ditandai

dengan lendir bercampur darah, karena serviks mulai membuka dan mendatar, kala

1 adalah tahap terlama, berlangsung 12-14 jam pada primpara dan 6-10 jam pada

multipara berdasarkan teori. Pada Kasus Ny.R mengalami kala 1 1±13 jam, jadi pada

kasus Ny. R sama dengan perkiraan teori.

Proses persalinan Ny.R kala II Pukul 11.30 Wib ibu mengatakan nyeri pada

pinggang yang semakin kuat disertai ada dorongan untuk meneran, serta rasa ingin BAB

dan ada pengeluaran air-air banyak dari jalan lahir. Menurut JNPK-KR (2017) bahwa

tanda dan gejala kala II yaitu ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi,adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vagina.

Persalinan kala III pukul 12.20 Wib, ibu mengatakan perutnya bagian bawah terasa

mules kembali. sesuai dengan Marmi (2012) bahwa setelah bayi lahir kontraksi uterus

beristirahat sebentar, beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan

plasenta dari dindingnya. Menurut Mansyur 2007, lamanya kala III adalah 5-15 menit

setelah bayi lahir. Dalam kasus ini pada Ny.R tidak ada kesenjangan teori dengan

pelaksanaan dimana lamanya kala III pada Ny. R selama 10 menit. Persalinan kala IV ibu

mengatakan lelah, capek perutnya masih terasa mulas, dan masih keluar darah dari

kemaluannya namun kondisi tersebut merupakan kondisi yang normal karena rasa mules

tersebut timbul akibat adanya kontraksi uterus.

Data obyektif pemeriksaan dalam pada pukul 06.30 Wib, didapatkan hasil vulva

vagina tidak ada kelaian, portio teraba tipis , pembukaan 5 cm, kantong ketuban utuh,

presentasi kepala, posisi ubun-ubun kecil, tidak ada molase, kepala turun 3/5 Sesuai yang
106

dijelaskan Hidayat (2010) bahwa fase aktif dimulai dari pembukaan serviks 4 cm hingga

mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm

perjam pada primipara atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm pada multipara, frekuensi dan

lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/

memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40

detik atau lebih. Selama kala I dilakukan observasi his, nadi dan DJJ setiap 30 menit,

dengan hasil his semakin lama frekuensinya semakin sering dan durasinya semakin lama

4- 5 kali dengan durasi 40-45 detik, nadi ibu antara 97 x/menit, dan denyut jantung janin

137 x/menit. Pemeriksaan dalam dilakukan pada saat pertama kali pasien datang yaitu

pada pukul 06.35 Wib Sesuai dengan Saifuddin (2012) yang menjelaskan pemantauan

kala I fase aktif.

Kala II Persalinan hasil inspeksi perinium menonjol, vulva, vagina dan sfingter ani

membuka. Pada pemeriksaan dalam vulva tidak ada oedema dan varises, vagina tidak ada

kelainan, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm (lengkap), ketuban jernih, bagian

terendah janin adalah kepala, posisi ubun-ubun kecil kiri depan, molase tidak ada, turun

hodge IV, His 5 kali dalam waktu 10 menit dengan durasi 50 detik, Denyut jantung janin

137 x/menit. Sesuai dengan Marmi (2012) yang menjelaskan tanda dan gejala kala II yaitu

ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan adanya

peningkatan tekanan pada rektum dan/vaginanya, perium menonjol, vulva vagina dan

sfingter ani membuka.

Kala III Persalinan pada Ny. R dengan hasil inspeksi uterus globuler, Terdapat

tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu uterus membundar, tali pusar memanjang, terdapat

semburan darah dari jalan lahir. Hal ini sesuai dengan Marmi (2012) yang menjelaskan
107

Tanda pelepasan plasenta adalah uterus menjadi bundar, darah keluar secara tiba-tiba, tali

pusar semakin panjang.

Kala IV persalinan keadaan umum ibu baik, kesadaran: composmentis, tekanan

darah 120/80 mmHg, suhu: 36,5 C, nadi:84 kali/menit, fundus teraba keras, Tinggi

Fundus Uteri 2 jari dibawah pusat, perdarahan ±150 cc sesuai dengan Liliyana (2012)

yang menjelaskan kontaksi uterus dikategorikan baik apabila pada fundus teraba keras,

estimasi darah yang keluar < 500 cc. Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri yaitu 2 jari

di bawah pusat dan lochea rubra (Marmi,2012)

Penatalaksanaan Asuhan yang diberikan pada kala I berupa menganjurkan ibu untuk

makan dan minum untuk menambah tenaga pada saat proses persalinan, menganjurkan

ibu untuk tidur miring kiri yang bertujuan meningkatkan sirkulasi darah ke janin dan

seluruh tubuh, sehingga mencegah hipoksia pada janin, menganjurkan keluarga ibu untuk

memberi dukungan pada ibu dengan memijat punggung ibu dan menemani ibu selama

proses persalinan, mengajarkan pada ibu teknik relaksasi dengan menarik nafas dari

hidung dan menghembuskan dari mulut (Marmi,2012).

Asuhan kala II yang diberikan adalah 60 langkah Asuhan Persalinan Normal (APN).

Pada Ny.R kala II pembukaan lengkap pukul 11.30 Wib sampai bayi lahir pada pukul

12.30 Wib. Segera diberikan suntikan oksitosin 10 unit secara IM 1/3 distal lateral paha

kanan atas, pindahkan klem untuk menegangkan tali pusat terkendali, masase fundus.

Sesuai dengan Manajemen Aktif Kala III (PPIBI,2016) yang menjelaskan manajemen

aktif kala III terdiri dari, penyuntikan oksitosin 10 unit secara IM 1/3 distal lateral di paha

atas, peregangan tali pusat terkendali, masase fundus.


108

Kemudian dilakukan peregangan tali pusat terkendali yaitu tangan kiri menekan

uterus secara dorsokranial dan tangan kanan memegang tali pusat, 10 menit kemudian

plasenta lahir spontan pukul 12.30 Wib selaput ketuban lengkap, di dapatkan laserasi pada

mukosa vagina derajat 2 dengan perdarahan aktif dan tindakan yang dilakukan yaitu

dilakukan heacting jelujur dengan chatgutchorimc. Setelah plasenta lahir uterus ibu di

masase selama 15 detik. Uterus berkontraksi dengan baik. Tindakan tersebut sesuai

dengan teori manajemen aktif kala III padateori Midwevery Update (2015) tentang

Asuahan Persalinan Normal (APN). Kala III pelepasan plasenta dan pengeluaran plasenta

berlangsung selama 10 menit dengan jumlah perdarahan ±150 cc, kondisi tersebut normal

sesuai dengan teori (Marmi, 2012) bahwa kala III berlangsung tidak lebih dari 30 menit

dan perdarahan normal yaitu perdarahan yang tidak melebihi 500 cc.

Penatalaksanaannya dilakukan yaitu membersihkan dan memastikan ibu merasa

nyaman, bantu ibu memberikan ASI, menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu

makan dan minum, sesuai dengan asuhan kala IV persalinan (Modul Midwifery

Update,2015).

c) Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Pukul 12.20 Wib bayi lahir spontan pervaginam, segera menangis, usaha napas baik,

tonus otot baik, tubuh bayi tampak kemerahan, jenis kelamin perempuan . Setelah bayi

lahir dilakukan penilaian APGAR skor, didapatkan hasil APGAR skor bayi Ny.R dalam

keadaan normal yaitu 8/9 berat badan 3.100 gram, panjang badan 48 cm. Melakukan

asuhan bayi baru lahir dan bayi dalam kondisi normal, serta Bayi Ny.R diberikan injeksi

vitamin K 0,5 cc/IM, imunisasi hepatitis B 0 hari dan antibiotik berupa salep mata. Hal ini

sesuai dengan teori, bayi baru lahir diberikan vitamin K injeksi 1mg intramuskuler untuk
109

mencegah perdarahan BBL akibat tekanan pada dinding vagina, pemberian imunisasi

hepatitis B 0 hari untuk memberikan kekebalah terhadap penyakit hepatitis dan pemberian

antibiotik untuk pencegahan infeksi (JNPK-KR Depkes RI, 2008).

Kunjungan kedua dilakukan pada hari keenam pasca persalinan, yaitu pada tanggal

16 Oktober 2022, penulis melakukan pemeriksaan pada neonatus, keadaan baik, nadi,

pernafasan serta suhu tubuh neonatus dalam batas normal, tidak terjadi perdarahan pada

tali pusat neonatus , tali pusat sudah lepas, eliminasi baik, dan nutrisi terpenuhi pada

kunjungan kedua.

Penulis berpendapat, karena kondisi bayi yang telah stabil penulis dan bidan segera

memberikan asuhan BBL sebagai upaya untuk mencegah defisiensi vitamin K,

memberikan kekebalan tubuh pada bayi terhadap penyakit hepatitis, dan mencegah

terjadinya infeksi pada mata bayi.

d) Asuhan Kebidanan Nifas

Kunjungan pertama nifas dilakukan pada hari ke pertama pasca persalinan yaitu

pada tanggal 10 Oktober 2022, telah dilakukan pemeriksaan pada Ny.R dan ibu mengeluh

nyeri pada bagian bekas jahitan. Pada pemeriksaan fisik payudara Ny.R telah

mengeluarkan colostrum dan ibu menyusui bayinya. Menurut Prawirohardjo (2010)

setelah lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum maka sekresi hormon

estrogen dan progesteron berkurang, sehingga kerja prolaktin tidak terganggu dalam

proses pengeluaran kolostrum dan air susu.

Menurut penulis tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan hasil pemeriksaan

pada Ny.R. Pengeluaran air susu juga dipengaruhi oleh psikis, rangsangan puting susu

dan gizi yang dikonsumsi ibu. Pada pemeriksan abdomen TFU 2 jari bawah pusat,
110

kontraksi uterus baik, pada pemeriksaan genetalia terdapat pengeluaran lochea yaitu rubra

berwarna merah , jahitan tidak ada masalah seperti lepasnya jahitan, tidak ada luka pada

daerah luka jahitan, tidak mengeluarkan bau, tidak oedema dan tidak mengeluarkan

cairan. Dalam hal ini penulis memberikan pendidikan kesehatan mengenai teknik

menyusui yang baik dan benar, penulis juga memberikan penyuluhan kesehatan tentang

personal hygiene, memberikan KIE tentang nutrisi ibu nifas, kemudian menganjurkan ibu

untuk istirahat yang cukup.

Kunjungan kedua nifas dilakukan pada hari keenam pasca persalinan yaitu pada

tanggal 16 Oktober 2022 dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan adanya tanda-tanda

infeksi masa nifas pada Ibu R. Tekanan darah, nadi, pernafasan serta suhu tubuh Ibu R

dalam batas normal. Nutrisi Ibu R juga terpenuhi dengan baik, mobilisasi ibu cukup baik,

saat ingin berdiri ibu bisa sendiri dan tanpa bantuan. Kunjungan nifas kedua bertujuan

untuk memastikan involusi uterus, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, tidak ada

perdarahan, menilai adanya tanda-tanda infeksi masa nifas, memastikan ibu mendapatkan

nutrisi yang baik, memantau pola istirahat ibu, memastikan ibu melakukan mobilisasi

dini, memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar, memberikan konseling pada ibu

mengenai asuhan pada bayi. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).

Sedangkan pada pemeriksaan bagian genetalia tidak menunjukkan adanya tanda – tanda

infeksi dan tinggi fundus uteri teraba pertengahan simpisis dan pusat. Penurunan TFU

dapat berjalan dengan normal bila ibu melakukan mobilisasi dini. Mobilisasi dini adalah

mobilisasi segera setelah ibu melahirkan dengan membimbing ibu untuk bangun dari

tempat tidurnya. Ibu post partum diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya 24-48 jam

setelah melahirkan.
111

e) Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

Pada asuhan keluarga berencana (KB), penulis melakukan penataklaksanaan. Ny.R

dengan alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) pasca plasenta. Ibu sudah tahu tentang

efek samping menggunakan KB IUD, keuntungan dan kerugian menggunakan KB IUD.

Ibu tetap memilih menggunakan alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) karena dapat

menjarangkan kehamilan sampai 5 tahun.

AKDR Pasca plasenta adalah alat kontrasepsi yang dipasang 10 menit setelah

lahirnya plasenta pada persalinan pervaginam . pemasangan bisa menggunakan ringed

forceps atau secara manual. Pada saat ini serviks masih berdilatasi sehingga

memungknkan untuk penggunaan tangan atu forceps.

AKDR yang digunakan umumnya jenis Cu-T dimasukkan kedalam fundus uteri

dalam 10 menit setelah plasenta lahir.setelah plasenta lahir penolong menjeit AKDR

diujung jari tengah dan telunjuk yang selanjutnya menyusuri sampai ke fundus Pastikan

AKDR diletakkan dengan benar tangan kiri penolong memegang fundus dan menekan ke

bawah . Jangan lupa memotong benang AKDR sepanjang 6 cm sebelum insersi

(Widyastuti 2013).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis mampu melakukan Asuhan Kebidanan Komperhensif pada Ny.R telah

selama lebih kurang 3 minggu yang dimulai dari masa kehamilan trimester 3 sampai KB .

Pemeriksaan kehamilan kontak pertama dan kunjungan kehamilan kedua juga di

Pueskesmas Gambok Kabupaten Sijunjung Tahun 2022.

1. Asuhan Kebidanan Komperhensif pada ibu hamil Ny. “R” dengan kehamilan fisiologis

berjalan dengan lancar

2. Asuhan Kebidanan Komperhensif pada ibu bersalin Ny. “Y” pada persalinan

berjalan dengan normal dan lancar

3. Asuhan Kebidanan Komperhensif pada ibu nifas Ny. “R” pada masa nifas berjalan

dengan normal dan lancar

4. Asuhan Kebidanan Komperhensif pada BBL Ny. “R” BBL berjalan dengan normal

dan sehat

5. Asuhan Kebidanan Komperhensif pada Ibu KB Ny. “R” akseptor KB IUD pasca

salin berjalan lancar

B. Saran

1. Bagi Lahan Praktek

Diharapkan agar petugas kesehatan, khususnya bidan dapat meningkatkan lagi mutu

pelayanan.

112
113

2. Bagi Insitusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi metode penilaian pada mahasiswa dalam melaksanakan

tugasnya dalam menyusun studi kasus. Mendidik dan membimbing mahasiswa agar

lebih terampil dalam memberikan asuhan kebidanan.

3. Bagi Pasien

Diharapkan pada pasien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan keadaan

kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih yakin dan nyaman karena

mendapatkan gambaran tentang pentingnya pengawasan pada saat hamil, bersalin, bayi

baru lahir dan nifas dengan melakukan pemeriksaan rutin dipelayanan kesehatan dan

mendapatkan asuhan secara komperhensif dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Alwahyuni, A. 2017. Manajemen Asuhan Kebidanan pada By" E" dengan Kasus Berat Badan
Lahir Rendah di Puskesmas Jumpadang Baru Makassar 2017 (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

Bohren MA HG, Sakala C, Fukuzawa RK, Cuthbert A.,. Continuous support for women during
childbirth. Cochrane Database of Systematic Reviews 2017;(7).

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana. 2017. Peraturan Kepala Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana No. 24 Tahun 2017. Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana. Jakarta.
Cunningham, F., Leveno, K., Bloom, S., Spong, C., Dashe, J., Hoffman, B., & Casey,B.
(2018).William’s obstetrics(25th ed). New York: Mc Graw Hill Education.

Forster., dkk. 2016. Continuity of care by a primary midwife (caseload midwifery) increases
women’s satisfaction with antenatal, intrapartum and postpartum care: results from
the COSMOS randomised controlled trial. Journal BMC Pregnancy Childbirth.
Vol,16; 2016. PMC4739100

Handayani, S. R. 2017. Dokumentasi Kebidanan. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan


Sumber Daya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
JNPK-KR. 2017. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Buku Saku Pelayanan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta: Kemenkes RI

Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional. 2017. Program SIJARIEMAS. Jakarta:


Kementerian PPN

King, T. L., M. C. Brucker, K. Osborne, dan C. M. Jevitt. 2018. Varney’s Midwifery


Sixth Edition. Jones & Barlett Learning. Burlington.

114
115

Maharani, S. I., Martanti, L. E. & Bahiyatun, B. 2018. Kajian Pemberdayaan Masyarakat


Desa Siaga Dalam Rangka Upaya Penurunan AKI Di Bergas Kabupaten Semarang.
Jurnal Kebidanan. 7(15), 10-16.

Marmi K, R,. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Ningsih, Dewi Andariya. 2017. Continuity of Care Kebidanan. Jurnal Kebidanan. Vol. IV, No. 2
(67-77).

Pratami, Evi. 2014. Konsep Kebidanan Berdasarkan Filosofi dan Sejarah. Magetan: Forum Ilmu
Kesehatan

Prawirohardjo, S. 2016. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Cetakan Ketiga. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

PPIBI. 2016. Buku Acuan Midwifery Update 2016. Jakarta


Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019. www.depkes.go.id (diakses25
oktober 2021)

Sandall, J. (2017). The contribution of continuity of midwifery care to high quality maternity
care. London: The Royal College of Midwives.Soma-
Pillay,P.,Catherine,N.P.,Tolppanen,H.,Mebazaa,A.,Tolppanen,H.,&Mebazaa, A.
(2016). Physiological changes in pregnancy. Cardiovascular journal of Africa, 27(2),
89. doi: 10.5830/CVJA-2016-021

Sunarsih, Tri., Pitriyani. 2020. Asuhan Kebidanan Continuity of Care di PMB Sukani Edi
Munggur Srimartani Piyungan. Midwifery Journal. ISSN 2503-4340. Vol. 5 No. 1 (39-
44).

Wahyuningsih, H. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: Kementrian


Kesehatan RI

World Health Organization (WHO). 2019. Maternal Mortality. [online] Tersedia:


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality
116

akses 27 Oktober 2021pukul 13.34


World Health Organization (WHO). 2020. Suistanble Development Goals (SDGs).
[online] Tersedia:
https://www.who.int/data/gho/data/themes/topics/sdg-target-3-1-maternal- mortality
akses
27 Oktober 2021 pukul 14.40
Susiana, S. 2019. Info Singkat Angka Kematian Ibu: Faktor Penyebab dan
Upaya
Penanganan.Puslit BKD. 11(24).
Perriman, N., Davis, D. L., & Ferguson, S. (2018). What women value in the midwifery
continuity of care model: A systematic review with meta-synthesis. Journal of
Midwifery, 62, 220–
229. https://doi.org/10.1016/j.midw.2018.04.011
Depkes RI. 2009. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Jaringan Nasional Pelatihan
Kesehatan
Reproduksi
Widyastuti L , (2013).Postpartum Contraseptive Use in Indonesia : Resent Patterns and
Determinants BKKBN
Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.Yogyakarta: Pustaka
Baru
Press.
Prawirohadjo. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Saifuddin, Dkk. 2012. BukuAcuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta : Pt. Nbina Pustaka SarwonoPrawihardjo.
Hidayat, Asri &Sujiyatini. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta:
NuhaMedika Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Helen, Varney. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume
2. Jakarta: EGC. Hutahaean, Serri. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba
Medika
Irianti, Bayu. 2014. Asuhan Kebidanan Berbasis Bukti. Jakarta: Sagung Seto
Jannah, N. 2017. Persalinan Berbasis Kompetensi. Jakarta : EGC.
117

Anda mungkin juga menyukai