Anda di halaman 1dari 84

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN KURANG ENERGI KRONIK PADA IBU HAMIL


DENGAN KEJADIAN ABORTUS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KEDUNGADEM
BOJONEGORO

SUSANA DYAH RATNA MADUMURTI


192110036

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020
HUBUNGAN KURANG ENERGI KRONIK PADA IBU HAMIL
DENGAN KEJADIAN ABORTUS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KEDUNGADEM
BOJONEGORO

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan


pada Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik
pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan Cendekia Medika Jombang

SUSANA DYAH RATNA MADUMURTI


192110036

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020

ii
PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul Proposal Skripsi : Hubungan kurang energi kronik pada ibu hamil dengan

kejadian abortus di Wilayah Kerja Puskesmas

Kedungadem Bojonegoro

Nama Mahasiswa : Susana Dyah Ratna Madumurti

NIM : 192110036

TELAH DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING

PADA TANGGAL .............................

Evi Rosita, S.SiT.,M.Keb Sri Sayekti, S.Si., M.Ked


Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Mengetahui,

Ketua STIKes ICMI Ketua Program Studi

H. Imam Fatoni, SKM., MM Ruliati, SST., M.Kes


NIK. 03.04.022 NIK. 02.10.351

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Skripsi ini telah diajukan oleh:

Nama Mahasiswa : Susana Dyah Ratna Madumurti


NIM : 192110036
Judul : Hubungan kurang energi kronik pada ibu hamil dengan
kejadian abortus di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungadem Bojonegoro

Telah berhasil dipertahankan dan diuji dihadapan dewan penguji dan diterima
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi
Diploma IV Bidan Pendidik

Komisi Dewan Penguji,

Ketua Dewan Penguji : Hidayatun Nufus, SsiT, M.Kes ( )

Penguji I : Evi Rosita ( )

Penguji II : Sri Sayekti ( )

Ditetapkan di : JOMBANG

Pada tanggal :

iv
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Susana Dyah Ratna Madumurti
NIM : 192110036
Tempat dan tanggal lahir : Malang, 19 September 1973
Institusi : STIKES ICME JOMBANG
Menyatakan bahwa Program Proposal Skripsi yang berjudul “Hubungan
kurang energi kronik pada ibu hamil dengan kejadian abortus di Wilayah Kerja
Puskesmas Kedungadem Bojonegoro”. Adalah bukanlah hasil karya milik orang
lain baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah
disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
tidak benar saya bersedia mendapatkan sanksi.

Jombang, Mei 2020


Yang menyatakan,

Susana Dyah Ratna Madumurti


192110036

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya
sehingga proposal skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam
penelitian ini ialah “Hubungan kurang energi kronik pada ibu hamil dengan
kejadian abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem Bojonegoro”, sebagai
salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Program Studi DIV Bidan Pendidik
STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada: Bapak H. Imam Fatoni, SKM., MM selaku Ketua STIKes Insan Cendekia
Medika Jombang, Ibu Ruliati, SST., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma
IV Bidan Pendidik STIKes Insan Cendekia Medika Jombang, Ibu Evi Rosita,
S.SiT.,M.Keb selaku pembimbing I, Ibu Sri Sayekti, S.Si., M.Ked sebagai
pembimbing II, serta responden atas kerjasamanya yang baik, Keluargaku atas
cinta, dukungan dan doa yang selalu diberikan, Rekan seangkatan dan pihak-pihak
yang terkait yang banyak membantu, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Semoga Allah memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang
telah diberikan dan semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak yang
memanfaatkan.

Jombang, Mei 2020

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN JUDUL DALAM ..................................................................... ii
PERSETUJUAN PROPOSAL...................................................................... iii
PENGESAHAN PENGUJI ........................................................................... iv
PERNYATAAN ........................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ............................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kehamilan .................................................................. 6
2.2 Konsep Kurang Energi Kronik (KEK) .................................... 30
2.3 Konsep Abortus........................................................................ 41
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual ............................................................... 55
3.2 Hipotesis .................................................................................. 56
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ......................................................................... 57
4.2 Rancangan Penelitian................................................................ 57
4.3 Waktu dan lokasi penelitian ..................................................... 51
4.4 Populasi, Sampel dan Sampling ............................................... 58
4.5 Kerangka Kerja ........................................................................ 60
4.6 Identifikasi Variabel ................................................................. 61

vii
4.7 Definisi Operasional ................................................................ 62
4.8 Pengumpulan dan Analisa Data................................................ 62
4.9 Etika Penelitian......................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 68
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Menentukan Kehamilan Resiko Tinggi Skor Poedji Rochjat. .


48

Tabel 4.1 Definisi operasional hubungan kurang energi kronik pada ibu
hamil dengan kejadian abortus di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungadem Bojonegoro Tahun 2020 ...................................
62

ix
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Gambar Halaman

Gambar 3.1 Kerangka konsep hubungan kurang energi kronik pada ibu
hamil dengan kejadian abortus di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungadem Bojonegoro Tahun 2020..................................
55

Gambar 4.1 Kerangka kerja hubungan kurang energi kronik pada ibu
hamil dengan kejadian abortus di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungadem Bojonegoro Tahun 2020 .................................
60

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar observasi data

Lampiran 2 Lembar Konsultasi

xi
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Lambang
% : Persentase
< : Kurang dari
P : Tingkat signifikansi
Α : Tingkat kemaknaan
& : Dan
- : Sampai dengan
= : Sama dengan
≥ : Lebih dari sama dengan
≤ : Kurang dari sama dengan
H1 : Hipotesis

Daftar Singkatan
D IV : Diploma IV
DepKes : Departemen Kesehatan
ICMe : Insan Cendekia Medika
Kab : Kabupaten
Kec : Kecamatan
M.Kes : Magister Kesehatan
WHO : World Health Organization
IMD : Inisiasi Menyusu Dini
HPK : Hari Pertama Kehidupan
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
PB : Panjang Badan
SD : Standar Deviasi
ANC : Ante Natal Care
KEK : Kurang Energi Kronik
BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SMA : Sekolah Menengah Atas

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diwarnai oleh

rawannya derajat kesehatan ibu dan anak, terutama pada masalah masih tingginya

angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Penyebab kematian ibu dibagi

menjadi kematian langsung dan kematian tidak langsung. Penyebab langsung

yaitu perdarahan, infeksi, dan preeklampsia. Penyebab tak langsung yaitu keadaan

“4 terlalu” (terlalu muda/tua, sering, dan banyak), anemia, dan Kurang Energi

Kronis (KEK) (Saifuddin, 2009). KEK adalah keadaan ibu hamil yang menderita

kekurangan makanan yang berlangsung lama (kronik) dengan berbagai timbulnya

gangguan kesehatan pada ibu hamil (BAPPENAS, 2011). Kurang Energi Kronik

(KEK) merupakan masalah gizi yang paling umum dialami oleh ibu hamil

(Moehji, 2017).

Di dunia, terjadi 208 juta kehamilan dengan 41 juta mengarah ke aborsi

dan 11 juta mengarah ke abortus spontan. Di negara berkembang, 90% abortus

terjadi secara tidak aman, sehingga berkontribusi 11%-13% terhadap kematian

maternal (Kemenkes RI, 2015). Riskesdas tahun 2010 menunjukkan presentase

keguguran di Indonesia sebesar 4% pada kelompok perempuan pernah kawin usia

10–59 tahun. Presentase kejadian abortus spontan di Indonesia berdasarkan

kelompok umur yaitu 3,8% pada kelompok umur 15–19 tahun, 5,8 % pada

kelompok umur 20-24 tahun, 5,8% pada kelompok umur 25-29 tahun dan 5,7%

pada kelompok umur 30-34 tahun (Kemenkes RI, 2015). Presentase kejadian

1
2

abortus spontan di Propinsi Jawa Timur tidak diketahui jumlah yang pasti

mengenai abortus spontan yang tercatat di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur,

dikarenakan abortus tidak terdapat dalam sistem pelaporan Standar Pelayanan

Minimal (SPM) (Permenkes Nomor 04 Tahun 2019). Berdasarkan data hasil pra

survey yang dilakukan di Puskesmas Kedungadem Bojonegoro diketahui bahwa

pada tahun 2019 angka kejadian abortus mencapai 43 kasus (5,5%) dari 782 ibu

hamil (77,4%) (PKM Kedungadem, 2019).

Kondisi ibu hamil KEK merupakan faktor penghambat perkembangan

janin. Pada tahap preembrionik apabila ibu mengalami KEK maka dapat

menjadikan ketidaksempurnaan perkembangan pada janin sehingga bayi

mengalami kelainan kromosom. Kelainan pada kromosom ini terjadi pada saat

proses fertilisasi berlangsung yang mengakibatkan hasil pembuahan (embrio)

yang terbentuk cacat dan keluar dalam bentuk keguguran (Bunga Astria, 2019).

Ibu hamil dengan masalah gizi dan kesehatan berdampak terhadap kesehatan dan

keselamatan ibu dan bayi serta kualitas bayi yang dilahirkan. Kondisi ibu hamil

KEK dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin sehingga berisiko

mengakibatkan terjadi abortus (keguguran), prematur, lahir cacat, Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR) bahkan kematian bayi (Kemenkes RI, 2015). Abortus

adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau

sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum

mampu untuk hidup di luar kandungan (Saifuddin, dkk, 2010). Abortus dapat

berdampak pada terjadinya komplikasi seperti perdarahan, perforasi, infeksi

dalam uterus dan adneksa (infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam

setiap abortus, tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan
3

erat dengan abortus yang tidak aman), dan Syok (pada abortus bisa terjadi karena

perdarahan dan karena infeksi berat (Maryunani dan Puspita, 2013).

Berdasarkan penelitian Eni Subiastutik (2013) diperoleh hasil analisa data

penelitian menunjukkan ada hubungan antara kekurangan energi kronis (KEK)

dengan kejadian abortus di RSD dr.Soebandi bulan Juni-Juli tahun 2013. KEK

menyebabkan pertumbuhan organ-organ kandungan tidak baik, salah satunya

pertumbuhan endometrium yang mengakibatkan hasil konsepsi tidak dapat

berimplantasi dengan baik yang selanjutnya akan berpengaruh selama

berlangsungnya pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

Upaya yang dapat dilakukan oleh bidan untuk mencegah terjadinya

abortus yaitu dengan meningkatkan status gizi pada ibu hamil, yang pertama

dengan usaha promotif yaitu pemberian penyuluhan gizi bagi ibu hamil. Upaya

yang kedua berupa tindakan preventif (pencegahan) terhadap kejadian KEK pada

ibu hamil, yang dapat dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan kesehatan

pada ibu hamil secara teratur (Almatsier, 2011). Upaya yang ketiga adalah

tindakan kuratif (pengobatan) terhadap keadaan KEK yang telah dialami oleh ibu

hamil, yaitu dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). PMT yaitu

pemberian tambahan makanan disamping makanan yang di makan sehari-hari

untuk mencegah kekurangan energi kronis. Pemberian PMT untuk memenuhi

kalori dan protein, serta variasi menu dalam bentuk makanan (Sulistyoningsih,

2011). Dan upaya yang keempat yaitu usaha rehabilitasi (pemulihan kesehatan)

pada ibu hamil KEK yaitu dengan peningkatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga

(UPGK) yang diarahkan pada pemberdayaan keluarga untuk ketahanan pangan

tingkat rumah tangga. Peningkatan variasi dan jumlah makanan, menjaga jarak
4

antara kelahiran paling tidak 2 tahun, penundaan kehamilan pertama, kalau

memungkinkan sampai usia 25 tahun dan mempunyai jumlah anak secukupnya

(Almatsier, 2009). Selain itu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan pada

ibu hamil dapat dilakukan melalui kelas ibu hamil. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan

belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak

(KIA) secara menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal

dan berkesinambungan. Kelas Ibu Hamil merupakan sarana untuk belajar bersama

tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai

kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi

baru lahir, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran (Walyani, 2015).

Dari permasalahan yang telah diuraikan diatas, kasus kejadian Kurang

Energi Kronis (KEK) masih banyak dijumpai pada ibu hamil. Maka dengan uraian

masalah tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan

kurang energi kronik pada ibu hamil dengan kejadian abortus di Wilayah Kerja

Puskesmas Kedungadem Bojonegoro”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

“Apakah ada hubungan antara kurang energi kronik pada ibu hamil dengan

kejadian abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem Bojonegoro?”


5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan kurang energi kronik pada ibu hamil dengan

kejadian abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem Bojonegoro.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi kurang energi kronik pada ibu hamil di Wilayah Kerja

Puskesmas Kedungadem Bojonegoro.

2) Mengidentifikasi kejadian abortus pada ibu hamil di Wilayah Kerja

Puskesmas Kedungadem Bojonegoro.

3) Menganalisis hubungan kurang energi kronik pada ibu hamil dengan kejadian

abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem Bojonegoro.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penulis dapat mengerti dan memahami bahwa kurang energi kronik pada

ibu hamil merupakan salah satu faktor penyebab kejadian abortus. Hasil penelitian

ini dijadikan sebagai referensi dalam pendidikan Kebidanan terutama terkait

tentang hubungan kurang energi kronik dengan kejadian abortus.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Dinas Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan pertimbangan

dalam pengambilan keputusan untuk mencegah kejadian abortus melalui

pemberian makanan tambahan (PMT) khususnya pada ibu hamil KEK.


6

2) Bagi Profesi Kebidanan

Diharapkan penelitian ini memberi masukan bagi profesi (Bidan) dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan dan memberikan informasi untuk

mencegah serta menanggulangi kejadian abortus dengan mendeteksi dini

faktor risikonya.

3) Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan

Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), dan dapat memberikan informasi dalam upaya

meningkatkan kinerja tenaga kesehatan dan stakeholder dalam upaya

pencegahan kejadian abortus.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kehamilan

2.1.1 Pengertian

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine

mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan (Dewi, 2014).

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi

hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam 40 minggu atau

10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan dibagi

dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,

trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13

minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Saifuddin, 2009).

Kehamilan adalah suatu proses merantai yang berkesinambungan dan

terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi

dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta,

dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. Kehamilan dibagi menjadi tiga

trimester, yaitu trimester I (0-12 minggu), trimester II (13-28 minggu), dan

trimester III (29-42 minggu) (Manuaba IAC, 2012).

2.1.2 Tanda-Tanda Kehamilan

1. Tanda dugaan hamil

1) Amenorea (berhentinya menstruasi)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan

folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Lamanya

7
8

amenorea dapat diinformasikan dengan memastikan hari pertama haid

terakhir (HPHT), dan digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan dan

tafsiran persalinan. Tetapi, amenorhea juga dapat disebabkan oleh

penyakit kronik tertentu, tumor pituitari, perubahan dan faktor lingkungan,

malnutrisi, dan biasanya gangguan emosional seperti ketakutan akan

kehamilan.

2) Mual (nausea) dan muntah (emesis)

Pengaruh ekstrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam

lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi

terutama pada pagi hari yang disebut morning sicknes. Dalam batas

tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila terlampau sering dapat

menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut dengan hiperemesis

gravidarum.

3) Ngidam (menginginkan makan tertentu)

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan

yang demikian   disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan–

bulanan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan tuanya

kehamilan.

4) Syncope (pingsan)

Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala(sentral)

menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau

pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada pada tempat yang

ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu.


9

5) Kelelahan

Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan

kecepatan basal metabolisme (basal metabolisme rate-BMR) pada

kehamilan yang akan meningkat seiring pertambahan usia kehamilan

akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi.

6) Payudara Tegang

Estrogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada

payudara, sedangkan progestron menstimulasi perkembangan sistem

alveolar payudara. Bersama somatomamotropin, hormon–hormon ini

menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan perasaan tegang dan

nyeri selama dua bulan pertama kehamilan, pelebaran puting susu, serta

pengeluaran kolostrum.

7) Sering miksi

Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa

penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering, terjadi pada triwulan

pertama akibat desakan uterus kekandung kemih. Pada triwulan kedua

umumnya keluhan ini akan berkurang karena uterus yang membesar

keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala bisa timbul karena

janin mulai masuk kerongga panggul dan menekan kembali kandung

kemih.

8) Konstipasi atau obstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus (tonus

otot menurun) sehingga kesulitan untuk buang air besar (BAB).


10

9) Pigmentasi kulit

Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu.

Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang

melanofor dan kulit.

Pigmentasi ini meliputi tempat – tempat berikut ini:

a. Sekitar pipi: clolasma gravidarum (penghitaman pada daerah dahi,

hidung, pipi, dan leher)

b. Sekitar leher tampak lebih hitam

c. Dinding perut: strie lividae/gravidarum (terdapat pada seorang

primigravida, warnanya membiru), strie nigra, linea alba menjadi lebih

hitam (linea grisae/nigra).

d. Sekitar payudara: hiperpigmentasi aerola mamae sehingga terbentuk

areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda pada tiap wanita, ada

yang merah muda pada wanita kulit putih, coklat tua pada wanita kulit

coklat, dan hitam pada wanita kulit hitam. Selain itu, kelenjar

montgomeri menonjol dan pembuluh darah menifes sekitar payudara.

e. Sekitar pantat dan paha atas: terdapat strie akibat pembesaran bagian

tersebut.

10) Epulis. Hipertropi papila ginggivae/gusi, sering terjadi pada triwulan

pertama.

11) Varises. Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran

pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat. Varises

dapat terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki dan betis, serta payudara.

Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang setelah persalinan.

(Walyani, 2015).
11

2. Tanda kemungkinan (probability sign)

Tanda kemungkinan adalah perubahan – perubahan fisiologis yang

dapat diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada

wanita hamil. Tanda kemungkinan ini terdiri atas hal – hal berikut ini:

1) Pembesaran perut. Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada

bulan keempat kehamilan.

2) Tanda hegar, adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthimus uteri.

3) Tanda goodel, adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil

serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperi

bibir.

4) Tanda chadwick. Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan

mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks.

5) Tanda piscaseck, merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris.

Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu

sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu.

6) Kontraksi braxton hicks, merupakan peregangan sel–sel otot uterus, akibat

meningkatnya actomysin didalam otot uterus. Kontraksi ini tidak

bermitrik, sporadis, tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan delapan

minggu, tetapi baru dapat diamati daeri pemeriksaan abdominal pada

trimester ketiga. Kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya,

lamanya dan kekuatannya sampai mendekati persalinan.

7) Teraba ballottement. Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan

janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan

pemeriksa. Hal iini harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena


12

perabaan bagian seperti bentuk janin saja tidak cukup karena dapat saja

merupakan myoma uteri.

8) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif. Pemeriksaan ini

adalah untuk mendeteksi adanya human cjorionic gonadotropin (hCG)

yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormon

direkresi ini peredaran darah ibu (pada plasma darah), dan dieksresi pada

urine ibu. Hormon ini dapat mulai dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi

dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30 – 60. Tingkat tertinggi pada

hari 60 – 70 usia gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100 – 130

(Walyani, 2015).

3. Tanda pasti (positive sign)

Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan

janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa.

Tanda pasti kehamilan terdiri atas hal – hal berikut ini:

1) Gerakan janin dalam rahim. Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan

jelas oleh pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia

kehamilan sekitar 20 minggu.

2) Denyut jantung janin. Dapat didengar dengan pada usia 12 minggu dengan

menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya dopler). Dengan

stethoscope laenec, DJJ baru dapat didengar pada usia kehamilan 18-20

minggu.

3) Bagian–bagian janin, yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong) serta

bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia
13

kehamilan lebih tua (trimester terakhir). Bagian janin ini dapat dilihat

lebih sempurna lagi menggunakan USG.

4) Kerangka janin. Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun

USG (Walyani, 2015).

2.1.3 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Trimester I, II, dan III

1. Kebutuhan fisik

1) Oksigen

Seorang ibu hamil sering mengeluh tentang rasa sesak dan pendek

nafas. Hal ini disebabkan karena diafragma tertekan akibat membesarnya

rahim. Kebutuhan oksigen meningkat 20%. Ibu hamil sebaiknya tidak

berada di tempat-tempat yang terlalu ramai dan penuh sesak, karena akan

mengurangi masukan oksigen (Nugroho, dkk, 2014).

2) Nutrisi

a. Kebutuhan gizi ibu hamil dengan bb normal. Kebutuhan energi pada

kehamilan trimester I memerlukan tambahan 100 kkal/hari (menjadi

1.900 – 2000 kkal/hari). Ini berarti sama dengan menambah 1 potong

(50 gr) daging sapi atau 2 buah apel dalam menu sehari. Selanjutnya

pada trimester II dan III, tambahan energi yang dibutuhkan meningkat

menjadi 300 kkal/hari, atau sama dengan mengkomsumsi tambahan

100 gr daging ayan atau minum 2 gelas susu sapi cair. Idealnya

kenaikan bb sekitar 500 gr/minggu. Kebutuhan makan ibu hamil

dengan bb normal per hari: Nasi 6 porsi, sayuran 3 mangkuk, buah 4

potong, susu 2 gelas, daging ayam/ikan/telur 3 potong, lemak/minyak

5 sendok teh, gula 2 sendok makan (Nugroho, dkk, 2014).


14

b. Kebutuhan gizi ibu hamil gemuk. Ibu hamil yang terlalu gemuk tak

boleh mengkomsumsi makanan dalamn jumlah sekaligus banyak.

Sebaiknya berangsur-angsur, sehari menjadi 4-5 kali waktu makan.

Penambahan energi untuk ibu hamil gemuk tidak boleh lebih dari 300

kkal/hari. Semestera penambahan berat badan tidak boleh lebih dari 3

kg/bulan atau 1 kg /minggu. Makanan yang harus dikurangi adalah

yang rasanya manis, gurih dan mengandung banyak lemak, seperti

daging sapi, daging ayam dengan kulit, makanan berminyak dan

sejenisnya. Daging boleh dikomsumsi 100 gr atau 1 potong besar/hari.

Buah-buahan yang harus dibatasi adalah durian, nangka, alpukat.

Sedangkan untuk minyak paling banyak 20 gr/hari. Makanan yang

kaya serat lainnya disarankan banyak dikomsumsi. Kebutuhan makan

ibu hamil gemuk per hari: Nasi 2 gelas, sayuran 3 mangkuk, buah 4

potong, susu 4 sendok makan, telur 1 butir, daging  1 potong sedang,

ikan 1 potong sedang, tahu 1 potong sedang, gula pasir 3 sendok

makan, lemak/minyak 3 sendok teh, roti 2 iris (Nugroho, dkk, 2014).

c. Kebutuhan gizi ibu hamil kurus. Pengaturan makanan bagi ibu hamil

kurus  lebih sederhana. Yang harus diperhatikan adala jumlah cairan

yang terkandung dalam makanan. Air, baik air minum, jus atau

makanan yang mengadung kadar air tinggi, selain mudah

mengenyangkan juga memacing timbulnya rasa mual. Supaya

kebutuhan ibu yang terlalu kurus tercukupi, disarankan

mengkomsumsi makanan dengan sedikit kuah. Setelah makan, beri

jeda ½ hingga 1 jam sebelum minum. Mengenai jenis dan jumlah


15

makanan tidak ada pantangannya. Kebutuhan makan ibu hamil kurus

per hari: Nasi 4 gelas, sayuran 3 mangkuk, buah 1 potong, susu 9

sendok makan, telur 2 butir, daging  1 potong sedang, ayam 1 potong

besar, ikan 1 potong sedang, tempe 3 potong sedang, tahu 1 potong

sedang, gula pasir 5 sendok makan, lemak/minyak 5 sendok teh, roti 4

iris, biscuit 6 keping (Nugroho, dkk, 2014).

d. Makanan yang aman dikonsumsi

a) Hindari makan daging/ayam mentah dan setengah matang, cuci

perlengkapan masak dan tangan sebersih mungkin setelah

mengolah bahan tersebut.

b) Hindari ikan mentah seperti sushi.

c) Hindari telur mentah dan makanan yang mengandung telur seperti

mayones, Salmonella sering dijumpai pada telur, produk hasil

ternak, dan daging mentah.

d) Masukkan ke kulkas semua makanan matang, makanan beku dan

produk peternakan.

e) Masak makanan siap saji atau hasil ternak siap makan sampai

matang, jangan memakannya dalam keadaan dingin atau hangat

f) Jangan minum susu sapi, kambing atau biri–biri yang tidak

dipasteurisasi.

g) Cuci dengan seksama buah-buahan, sayuran dan salad.

h) Buang makanan yang berjamur dan kentang yang sudah berakar

(Nugroho, dkk, 2014).


16

3) Personal hygene

Kebersihan diri selama kehamilan penting untuk dijaga oleh seorang ibu

hamil. Personal hygene yang buruk dapat berdampak terhadap kesehatan

ibu dan janin.

a. Sebaiknya ibu hamil mandi, gosok gigi dan ganti pakaian minimal 2

kali sehari.

b. Menjaga kebersihan alat genital dan pakaian dalam.

c. Menjaga kebersihan payudara (Nugroho, dkk, 2014).

4) Pakaian

Pakaian yang baik bagi wanita hamil adalah :

a. Longgar, nyaman, dan mudah dikenakan

b. Gunakan kutang/BH dengan ukuran sesuai ukuran payudara dan

mampu menyangga seluruh payudara

c. Untuk kasus kehamilan menggantung, perlu disangga dengan stagen

atau kain bebat di bawah perut

d. Tidak memakai sepatu tumit tinggi. Sepatu berhak rendah baik untuk

punggung dan postur tubuh dan dapat mengurangi tekanan pada kaki

(Nugroho, dkk, 2014).

5) Eliminasi

Ibu hamil sering buang air kecil  terutama pada trimester I dan III

kehamilan. Sementara frekuensi buang air besar menurun akibat adanya

konstipasi. Kebutuhan ibu hamil akan rasa nyaman terhadap masalah

eliminasi juga perlu mendapat perhatian.


17

a. Ibu hamil akan sering ke kamar mandi terutama saat malam sehingga

mengganggu tidur, sebaiknya intake cairan sebelum tidur dikurangi

b. Gunakan pembalut untuk mencegah pakaian dalam yang basah dan

lembab sehingga memudahkan masuk kuman

c. Setiap habis bab dan bak, cebok dengan baik (Nugroho, dkk, 2014)

6) Seksual

Wanita hamil dapat tetap melakukan hubungan seksual dengan suaminya

sepanjang hubungan seksual tersebut tidak menganggu kehamilan. Ada

beberapa tips untuk wanita hamil yang ingin berhubungan seksual dengan

suaminya:

a. Pilih posisi yang nyaman dan tidak menyebabkan nyeri bagi wanita

hamil

b. Sebaiknya gunakan kondom, karena prostaglandin yang terdapat dalam

semen bisa menyebabkan kontraksi

c. Lakukanlah dalam frekuensi yang wajar, ± 2-3 kali seminggu

(Nugroho, dkk, 2014).

7) Mobilisasi, Bodi Mekanik

Pertumbuhan rahim yang membesar akan menyebabkan peregangan

ligamen-ligamen atau otot-otot sehingga pergerakan ibu hamil menjadi

terbatas dan kadangkala menimbulkan rasa nyeri. Mobilisasi dan bodi

mekanik untuk ibu hamil harus memperhatikan cara- cara yang benar

antara lain:

a. Melakukan latihan/ senam hamil agar otot-otot tidak kaku.

b. Jangan melakukan gerakan tiba-tiba/ spontan.


18

c. Jangan mengangkat secara langsung benda-benda yang cukup berat,

jongkoklah terlebih dahulu baru kemudian mengangkat benda.

d. Apabila bangun tidur, miring dulu baru kemudian bangkit dari tempat

tidur (Nugroho, dkk, 2014).

8) Exercise / Senam Hamil

Pengertian: Senam hamil merupakan suatu program latihan fisik

yang sangat penting bagi calon ibu untuk mempersiapkan saat persalinan.

Senam hamil adalah adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu

hamil, secara fisik atau mental, pada persalinan cepat, aman dan spontan.

Keuntungan: melenturkan otot, memberikan kesegaran,

meningkatkan self exteem dan self image, dan sarana berbagi informasi.

Waktu yang tepat melakukan senam hamil:

a. Jika kandungan mencapai 6 bulan ke atas, lakukan senam hamil,

kecuali ada kelainan tertentu pada kehamilan. Sebelum memutuskan

mengikuti senam hamil, diskusikan kondisi kehamilan dengan dokter

atau bidan.

b. Perempuan hamil yang mengikuti senam hamil diharapkan dapat

menjalani persalinan dengan lancar, dapat memanfaatkan tenaga dan

kemampuan sebaik-baiknya sehingga proses persalinan normal

berlangsung relatif cepat.

c. Sebelum memulai senam hamil, lakukan dulu gerakan pemanasan

sehingga peredaran darah dalam tubuh akan meningkat dan oksigen

yang diangkut ke otot-otot dan jaringan tubuh bertambah banyak, serta


19

dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kejang/luka karena telah

disiapkan sebelumnya untuk melakukan gerakan yang lebih aktif.

Hal-hal penting dalam melakukan Senam: persetujuan

dokter/bidan, senam dengan instruktur, cukup berlatih, pakaian senam, dan

makanan (Nugroho, dkk, 2014).

9) Istirahat dan Tidur

a. Yoga. Yoga adalah olah fisik yang mengandalkan pernafasan dan

pemusatan pikiran. Teknik pengaturan nafas yang dilakukan dalam

yoga menimbulkan rasa relaks dan kelak sangat membantu dalam

proses persalinan. Umumnya kesalahan yang sering terjadi adalah

ketidakmampuan mengatur nafas saat mengedan, dengan yoga

diharapkan ibu tidak kehabisan nafas saat mengedan. Selain itu

gerakan yoga yang lambat  juga dapat mengelola otot tubuh termasuk

otot pelvic sehingga saat bersalin kelak, rasa sakit dapat dikurangi.

b. Tidur. Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat/tidur yang cukup.

Kurang istirahat/ tidur, ibu hamil akan terlihat pucat, lesu dan kurang

gairah. Usahakan tidur malam ± 8 jam dan tidur siang ± 1 jam.

Umumnya ibu mengeluh susah tidur karena rongga dadanya terdesak

perut yang membesar atau posisi tidurnya jadi tidak nyaman. Tidur

yang cukup dapat membuat ibu menjadi relaks, bugar dan sehat.

Solusinya saat hamil tua, tidurlah dengan menganjal kaki (dari tumit

hingga betis) menggunakan bantal. Kemudian lutut hingga pangkal

paha diganjal dengan satu bantal. Bagian punggung hingga pinggang

juga perlu diganjal bantal. Letak bantal bias disesuaikan. Jika ingin
20

tidur miring kekiri, bantal ditaruh sedemikian rupa sehingga ibu

nyaman tidur dengan posisi miring kekiri. Begitu juga bila ibu ingin

tidur posisi ke kanan. Posisi tidur yang paling dianjurkan adalah tidur

miring ke kekiri, posisi ini berguna untuk mencegah varices, sesak

nafas, bengkak pada kaki, serta dapat memperlancar sirkulasi darah

yang penting buat pertumbuhan janin. Bila ibu sulit tidur, cobalah

mendengarkan musik lembut yang akan mengirirng perasaan dan

pikiran menjadi lebih tenang sehingga tubuh dan perasaan jadi lebih

relaks.

c. Mendengarkan musik. Selain menimbulkan perasaan relaks dan

nyaman saat mendengarkan, ternyata alunan musiknya sendiri dapat

memberikan stimulus pada perkembangan janin. Rangsangan ini

diyakini dapat menjadi stimulus awal perkembangan otak janin. Jenis

musik yang dipilih boleh musik klasik, musik daerah yang memiliki

alunan konstan dan menyenangkan, musik rohani dan doa. Semua ini

bermanfaat yang sama untuk relaksasi bagi ibu selama menjalani

kehamilannya dan memberikan rangsangan pra kelahiran yang sangat

baik bagi janin.

d. Meditasi dan berdoa. Berdoa dan meditasi merupakan relaksasi ringan

yang dapat dilakukan semua ibu hamil. Manfaatnya dapat

menenangkan pikiran agar terpusat pada satu hal, yaitu kesehatan

janinnya. Ini akan menolong calon ibusiap secara emosi menghadapi

persalinannya.
21

e. Pijat. Pijat adalah terapi tradisional yang dapat mengusir kelelahan

fisik, memperlancar peredaran darah dan menghilangkan ketegangan

pikiran. Pemijatan yang aman dilakukan pada bagian tubuh leher, kaki,

dan kepala (Nugroho, dkk, 2014).

10) Traveling

a. Umumnya perjalanan jauh pada 6 bulan pertama kehamilan dianggap

cukup aman. Bila anda ingin melakukan perjalanan jauh pada 3 bulan

terakhir kehamilan, sebaiknya dirundingkan dengan dokter.

b. Wanita hamil cenderung mengalami pembekuan darah di kedua kaki

karena lama tidak aktif bergerak. Kalau ingin bepergian dengan mobil

pribadi, buatlah rencana berhenti tiap jam untuk meregangkan badan

dan berjalan-jalan agar sirkulasi darah lancar

c. Gunakan sabuk pengaman

d. Apabila bepergian dengan pesawat udara, ada resiko terhadap janin

antara lain: bising dan getaran, dehidrasi karena kelembaban udara

yang rendah, turunnya oksigen karena perubahan tekanan udara, dan

radiasi kosmik pada ketinggian 30.000 kaki.

e. Wanita hamil yang dilarang melakukan perjalanan yaitu: pada awal

kehamilan, pada bulan terakhir kehamilan, dan pre-eklamsia dan

eklamsia (Nugroho, dkk, 2014).

11) Persiapan laktasi

Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI

adalah intik  pangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam

penggunaan zat gizi. Perubahan  status gizi ibu yang mengubah komposisi

ASI dapat berdampak positif, netral, atau  negatif terhadap bayi yang
22

disusui. Bila asupan gizi ibu berkurang tetapi kadar zat  gizi dalam ASI

dan volume ASI tidak berubah maka zat gizi untuk sintesis ASI  diambil

dari cadangan ibu atau jaringan ibu. Komposisi ASI tidak konstan dan 

beberapa faktor fisiologi dan faktor non fisiologi berperan secara langsung

dan tidak  langsung. Faktor fisiologi meliputi umur penyusuan, waktu

penyusuan, status gizi  ibu, penyakit akut, dan pil kontrasepsi. Faktor non

fisiologi meliputi aspek  lingkungan, konsumsi rokok dan alkohol

(Rismalinda, 2015).

12) Memantau kesejahteraan janin

Penilaian keadaan janin dalam uterus untuk mendeteksi masalah

yang selalu timbul. misalnya pada kehamilan dengan kelainan yang

membahayakan janin perlu  dipertimbangkan   tindakan induksi persalinan

atau tidak, dalam hal ini penting mengetahui apakah janin  matur atau

tidak. Untuk mengetahui apakah janin cukup matur atau tidak :

a. Pembuatan foto rontgen janin

b. Ultrasonografi

c. Amnioskopi

d. Dengan menganalisa air ketuban yang didapatkan melalui  

amniosentesis

e. Ultrasonografi

f. Perbandingan lesitin-stingomielin

g. Nst ( non stress test )

h. Oxytocin challenge test ( o.c.t )

i. Gerakan janin (Nugroho, dkk, 2014).


23

13) Kebutuhan persiapan persalinan dan kelahiran bayi

Agar persalinan berjalan lancar dan tidak lagi perlu khawatir

terhadap apa dan bagaimana persiapan selama persalinan berjalan, tidak

ada salahnya jika jauh-jauh hari mempersiapkan kebutuhan persalinan

tersebut.

Berikut beberapa hal yang wajib untuk persiapkan:

a. Membuat rencana persalinan, meliputi:

a) Tempat persalinan

b) Memilih tenaga kesehatan terlatih

c) Bagaimana cara menghubungi tenaga kesehatan terlatih tersebut

d) bagaimana transportasi yang bisa digunakan untuk ke tempat

persalinan tersebut

e) siapa yang akan menemani persalinan

f) berapa biaya yang dibutuhkan, dan bagaimana cara

megumpulkannya

g) siapa yang kan menjaga keluarganya jika ibu melahirkan

b. Membuat rencana pembuatan keputusan jika kegawat daruratan pada

saat pembuat keputusan utama tidak ada, meliputi:

a) Siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga

b) Siapa yang akan membuat keputusan jika si pembuat keputusan

utama tidak ada saat terjadi kegawat daruratan

c. Mempersiapkan transportasi jika terjadi kegawat daruratan, meliputi:

a) Dimana ibu akan melahirkan

b) Bagaimana cara menjangkaunya


24

c) Kemana ibu mau dirujuk

d) Bagaimana cara mendapatkan dana

e) Bagaimana cara mencari donor darah

d. Mempersiapkan barang-barang yang diperlukan untuk persalinan

a) Kain panjang 4 buah

b) Pembalut wanita

c) Handuk, waslap, alat mandi, alat make up

d) Pakaian terbuka depan, gurita ibu, BH

e) Pakaian bayi, minyak telon

f) Tas plastik (Rismalinda, 2015).

2. Kebutuhan psikologis

1) Support Keluarga

Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang

wanita yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu

yang baru pertama kali hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan

nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian dari orang – orang

terdekat.

2) Support dari Tenaga kesehatan

Peran bidan dalam perubahan dan adaptasi psikologi adalah dengan

memberi support atau dukungan moral bagi klien, meyakinkan bahwa

klien dapat menghadapi kehamilannya dan perubahan yang dirasakannya

adalah sesuatu yang normal. Bidan harus bekerjasama dan membangun

hubungan yang baik dengan klien agar terjalin hubungan yang terbuka
25

antara bidan dan klien. Keterbukaan ini akan mempermudah bidan

memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi klien.

3) Rasa Aman Nyaman Selama Kehamilan

Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya

ialah ayah sang anak. Semakin banyak bukti menunjukan bahwa wanita

yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan

menunjukan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi

persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selam masa nifas.

Ada dua kebutuhan utama yang ditunjukan wanita selama ia hamil,

kebutuhan pertama ialah menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan

dihargai. Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan

pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut kadalam

keluarga.

Peran keluarga khususnya suami, sangat diperlukan bagi seorang

wanita hamil. Keterlibatan dan dukungan yang diberikan suami kepada

kehamilan akan mempererat hubungan antara ayah anak dan suami istri.

Dukungan yang diperoleh oleh ibu hamil akan membuatnya lebih tenang

dan nyaman dalam kehamilannya. Hal ini akan memberikan kehamilan

yang sehat. Dukungan yang dapat diberikan oleh suami misalnya dengan

mengantar ibu memeriksakan kehamilan, memenuhi keinginan ibu hamil

yang ngidam, mengingatkan minum tablet besi, maupun membantu ibu

malakukan kegiatan rumah tangga selama ibu hamil. Walaupun suami

melakukan hal kecil namun mempunyai makna yang tinggi dalam

meningkatkan keadaan psikologis ibu hamil ke arah yang lebih baik.


26

4) Persiapan Menjadi Orang Tua

a. Kehamilan dan peran sebagai orang tua dapat dianggap sebagai masa

transisi atau peralihan

b. Terlihat adanya peralihan yang sangat besar akibat kelahiran dan peran

yang baru, serta ketidak pastian yang terjadi sampai peran yang baru

ini dapat disatukan dengan anggota keluarga yang baru.

Untuk pasangan baru, kehamilan merupakan kondisi perubahan

dari masa anak menjadi orang tua, dan apabila kehamilan berakhir maka

akan bertambah tanggung jawab keluarga.

Menjadi orang tua merupakan proses yang terdiri dari dua

komponen. Komponen pertama, bersifat praktis dan mekanis, melibatkan

keterampilan kognitif dan motorik. Komponen kedua, bersifat emosional,

melibabkan keterampilan kognetif dan efektif. Kedua komponen ini

penting untuk perkembangan dan keberadaan bayi.

5) Persiapan Sibling

Kehadiran seorang adik yang baru dapat merupakan krisis utama

bagi seorang anak. Anak sering mengalami perasaan kehilangan atau

merasa cemburu karena digantikan oleh bayi yang baru. Beberapa faktor

yang mempengaruhi respon seorang anak adalah umur, sikap orang tua,

peran ayah, lama waktu berpisah dengan ibu, peraturah kunjungan

dirumah sakit dan bagaimana anak itu dipersiapkan untuk suatu perubahan

(Rismalinda, 2015).
27

2.1.4 Tanda Bahaya Pada Kehamilan

1. Perdarahan

Perdarahan pada kehamilan lanjut atau diatas 20 minggu pada umumnya

disebabkan oleh plasenta previa. Perdarahan yang terjadi sangat terkait dengan

luas plasenta dan kondisi segmen bawah rahim yang menjadi tempat

implementasi plasenta tersebut. Pada plasenta yang tipis dan menutupi

sebagian besar plasenta maka umumnya terjadi perdarahan bercak berulang

dan apabila segmen bawah rahim mulai terbentuk disertai dengan sedikit

penurunan bagian terbawah janin maka perdarahan mulai meningkat hingga

tingkatan yang dapat membahayakan keselamatan ibu. Plasenta yang tebal

yang menutupi seluruh jalan lahir dapat menimbulkan perdarahan hebat tanpa

didahului oleh perdsarahan bercak atau berulang sebelumnya. Plasenta previa

menjadi peyebab dari 25% kasus perdarahan antepartum. Bila mendekati saat

persalinan, perdarahan dapat disebabkan oleh solusio plasenta (40%) atau vasa

previa (5%) dari keseluruhan kasus perdarahan antepartum.  Gejala pada

kehamilan ini, perdarahan merah segar, banyak, dan kadang -kadang, tetapi

tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri (Saifuddin, 2009).

2. Preeklamsia

Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu disertai

dengan peningkatan tekanan darah diatas normal sering diasosiasikan dengan

preeklampsia. Data atau informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum

hamil akan sangat membantu petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi

kronis (yang sudah ada sebelumnya) dengan preeklampsia.


28

Gejala dan tanda lain dari preeklampsia adalah sebagai berikut:     

1) Hiperrefleksia (iritabilitas susunan syaraf pusat)

2) Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak membaik

dengan pengobatan umum

3) Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, skotomata, silau atau

berkunang-kunang

4) Nyeri epigastric

5) Oliguria (luaran kurang kurang dari 500 mL/24 jam)

6) Tekanan darah sistolik 20-30 mmHg dan diatolik 10-20 mmHg diatas

normal

7) Proteinuria (diatas positif 3)

8) Edema menyeluruh (Saifuddin, 2009).

3. Nyeri hebat di daerah abdominopelvikum

Bila hal tersebut diatas terjadi pada kehamilan trimester kedua dan ketiga

dan disertai dengan riwayat dan tanda-tanda dibawah ini, maka diagnosisnya

mengarah pada solusio plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarahan

(revealed) maupun tersembunyi (concealed):

1) Trauma abdomen

2) Preeklampsia

3) Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan

4) Bagian-bagian janin sulit diraba

5) Uterus tegang dan nyeri

6) Janin mati dalam Rahim (Saifuddin, 2009).


29

2.1.5 Pencegahan Bahaya Pada Ibu Hamil

1. Istirahat yang cukup

2. Jalin hubungan dan komunikasi yang baik antar anggota keluarga

3. Makan makanan yang bergizi

4. Jaga kebersihan diri

5. Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi di jalan lahir

6. Periksalah kehamilan lebih sering ke petugas kesehatan (dokter, bidan,

perawat, kebidanan)

7. Rencanakan persalinan ditolong oleh dokter kebidanan, bidan

8. Rencanakan penggunaan alat kontrasepsi setelah melahirkan

9. Tingkatkan beribadah (Rukiyah, dkk, 2009).

2.1.6 Masalah Kesehatan pada Kehamilan Yang Terkait Defisiensi Gizi

1. Kekurangan Energi Kronis (KEK)

Menurut Depkes RI dalam Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan

bahwa Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita

kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang

mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi

pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). Penyebab KEK

adalah dari ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan

dan pengeluaran energi. Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan

istilah lain dari Kurang Energi Protein (KEP) yang diperuntukkan untuk

wanita yang kurus dan lemak akibat kurang energi yang kronis. Definisi ini

diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO). Ibu hamil yang

kekurangan energi kronis mempunyai faktor resiko kesakitan yang lebih besar,

terutama pada trimester III kehamilan, akibatnya mempunyai resiko lebih


30

besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

(Kemenkes RI, 2015).

2. Kekurangan Zat Gizi Mikro

1) Gangguan akibat Kekurangan Zat Yodium (GAKY)

Pada ibu hamil penderita GAKY berat untuk kurun waktu lama

(kronik), dampak buruk GAKY mulai pada kehamilan trisemester kedua

tetapi masi dapat diperbaiki apabila segera mendapat suplemen yodium.

Apabila GAKY terjadi pada kehamilan tua (lebih dari trisemester II)

dampak buruknya tidak dapat diperbaiki. Artinya kelainan fisik dan mental

yang terjadi pada janin dan bayi dapat berupa keguguran, lahir mati, lahir

cacat, kerdil, kelainan psikomotor, dan kematian bayi. Pada tingkat ringan

kekurangan yodium pada ibu hamil akan berdampak buruk pada

perkembangan syaraf motorik dan kognitif janin yang berkaitan dengan

perkembangan kecerdasan anak (Arisman, 2014).

2) Anemia Defisiensi Zat Besi

Anemia karena kekurangan zat besi masih lazim terjadi di negara

sedang berkembang, tidak terkecuali di Indonesia. Dampak kekurangan zat

besi pada wanita hamil dapat diamati dari besarnya angka kesakitan dan

kemaatian maternal, peningkatan angka kesakitan dan kematian janin,

serta peningkatan resiko terjadinya berat badan lahir rendah (BBLR).

Penyebab utama kematian meternal antara lain pendarahan pasca partum

(disamping eklamsia dan penyakit infeksi) dan plasenta previa yang

kesemuanya berpangkal pada anemia defisiensi. Zat besi dari makan masih

sedikit, maka pemberian suplementasi pada masa ini sangat penting.

Wanita hamil tidak hanya di beri suplemen zat besi tetapi juga suplemen

asam folat (Arisman, 2014).


31

2.2 Konsep Kurang Energi Kronik (KEK)

2.2.1 Pengertian

Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil adalah kekurangan gizi pada

ibu hamil yang berlangsung lama (beberapa bulan atau tahun). Wanita hamil

berisiko mengalami KEK jika memiliki LILA<23,5cm (Bappenas, 2011).

Ibu hamil KEK adalah ibu hamil dengan hasil pemeriksaan antropometri,

LiLA < 23,5 cm dan harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan

tenaga kesehatan termasuk tenaga gizi (Kemenkes RI, 2015).

Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran lingkar lengan

atas (LILA) < 23,5 cm (Kemenkes RI, 2017)

2.2.2 Etiologi

Penyebab ibu hamil KEK yaitu:

1. Faktor penyebab langsung ibu hamil KEK adalah konsumsi gizi yang tidak

cukup dan penyakit.

2. Faktor penyebab tidak langsung adalah persediaan makanan tidak cukup, pola

asuh yang tidak memadai dan kesehatan lingkungan serta pelayanan kesehatan

yang tidak memadai.

Semua faktor langsung dan tidak langsung dipengaruhi oleh kurangnya

pemberdayaan wanita, keluarga dan sumber daya manusia sebagai masalah utama,

sedangkan masalah dasar adalah krisis ekonomi, politik dan sosial (Kemenkes RI,

2015).

2.2.3 Patofisiologi

Kurang Energi Kronik (KEK) pada masa kehamilan yang diawali dengan

kejadian “Risiko” KEK dan ditandai oleh rendahnya cadangan energi dalam
32

jangka waktu cukup lama yang diukur dengan Lingkar Lengan Atas (LiLA).

Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil dimulai sebelum hamil, dari pra

nikah (Catin) bahkan usia remaja.

Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) adalah periode 9 bulan

janin dalam kandungan (270 hari) hingga anak usia 2 tahun (730 hari). Pada 20

minggu pertama dibutuhkan kecukupan protein dan zat gizi mikro untuk

pembentukan sel dan menentukan jumlah sel otak dan potensi tinggi badan (TB).

Selanjutnya pada 20 minggu sampai dengan bayi lahir dibutuhkan kecukupan

energi, protein dan zat gizi mikro untuk pembentukan dan pembesaran sel. Selama

6 bulan setelah bayi lahir bayi memerlukan zat gizi makro dan mikro yang hanya

cukup diperoleh dari Air Susu Ibu (ASI eksklusif). Di atas 6 bulan bayi mulai

membutuhkan makanan pendamping ASI yang cukup dan berkualitas untuk

mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Proses biologik yang

terjadi selama kehamilan ditandai dengan pertambahan berat badan yang berasal

dari beberapa komponen. Perubahan yang terjadi selama kehamilan terukur dalam

kenaikan berat badan ibu.

Untuk itu agar bayi yang dilahirkan dalam kondisi normal (lahir hidup,

cukup bulan dan berat lahir cukup), membutuhkan energi dan zat gizi optimal

yang diperoleh melalui ibu. Ibu hamil dengan cukup energi dan asupan zat gizinya

akan naik berat badannya sesuai umur kehamilan dan bayi lahir sehat. Apabila

proses kehamilan diawali dengan kondisi gizi kurang, maka kenaikan berat badan

selama hamil harus juga mempertimbangkan defisit berat badan, artinya kenaikan

berat badan pada ibu hamil KEK harus lebih besar dibandingkan ibu hamil normal

(Kemenkes RI, 2015).


33

2.2.4 Manifestasi Klinik

1. Tanda-tanda KEK

1) Lingkar lengan atas (LILA) sebelah kiri kurang dari 23,5 cm

2) Berat badan pada seluruh usia kehamilan < 45 kg

3) Hb kurang dari normal (<11 gr%)

4) Turgor kulit kering

5) Conjungtiva pucat

6) Tensi kurang dari 100 mmHg (Kemenkes RI, 2015).

2. Gejala KEK

1) Nafsu makan kurang

2) Mual

3) Badan lemas

4) Mata berkunang-kunang (Manuaba, 2012).

2.2.5 Penentuan KEK pada Ibu Hamil

KEK jika LiLA < 23,5 cm, dan dengan salah satu atau beberapa kriteria

status gizi yang perlu diperhatikan pada kondisi ibu hamil yang berisiko. Disebut

Ibu Hamil Risiko Tinggi bila: Berat badan pada seluruh usia kehamilan < 45 kg,

Anemia bila Hb < 11 g/dl (Kemenkes RI, 2015).

2.2.6 Faktor Predisposisi KEK pada Ibu Hamil

Faktor predisposisi Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil,

meliputi:

1. Status gizi kurang sebelum hamil. Status gizi sebelum hamil mempengaruhi

status gizi ibu hamil dan bayi. Perempuan yang mengalami kekurangan gizi

sebelum hamil memiliki risiko lebih tinggi terjadi Kekurangan Energi Kronik

pada masa kehamilannya. Ketika seorang perempuan mengalami kekurangan


34

gizi pada pada trimester terakhir maka cenderung melahirkan bayi dengan

Berat Badan Lahir Rendah (< 2500 gram) (Sulistyoningsih, 2011).

2. Rendahnya ekonomi keluarga. Keadaan ekonomi keluarga akan

mempengaruhi pemilihan ragam dan kualitas bahan makanan (Wibisono dan

Dewi, 2012).

3. Kehamilan pada ibu berusia muda (kurang dari 20 tahun).

4. Kehamilan dengan jarak yang pendek dengan kehamilan sebelumnya (kurang

dari 2 tahun).

5. Kehamilan yang terlalu sering (terlalu banyak punya anak, 4 atau lebih).

6. Kehamilan pada usia terlalu tua (lebih dari 35 tahun) (Rochjati, 2011).

2.2.7 Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronik

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK),

meliputi:

1. Konsumsi gizi yang tidak cukup. Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih

banyak dari pada kebutuhan wanita yang tidak hamil. Upaya mencapai gizi

masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan penyedian pangan yang

cukup. Penyediaan pangan dalam negeri yaitu : upaya pertanian dalam

menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan.

Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan

apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur

gizi dan menemukan faktor diet yang menyebabkan malnutrisi.

2. Umur. Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang sedang hamil

akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu

tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan pertumbuhan dan


35

perkembangan dirinya sendiri, juga harus berbagi dengan janin yang sedang

dikandung. Sedangkan untuk umur tua perlu energi yang besar juga karena

fungsi organ yang melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal, maka

memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang

sedang berlangsung. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun

dan kurang dari 35 tahun, dengan diharapkan gizi ibu hamil akan lebih baik

(Arisman, 2014).

3. Penyakit (kondisi kesehatan). Ibu hamil yang sedang sakit biasanya nafsu

makannya akan menurun. Untuk antisipasinya ketika keadaan sakit, sebaiknya

ibu hamil mendapat tambahan suplemen protein, zat besi, juga yang lainnya

agar kebutuhan gizinya tetap terpenuhi.

4. Aktivitas. Jika aktivitas ibu hamil tinggi, tentu kebutuhan energinya juga akan

semakin tinggi.

5. Keadaan ekonomi. Keadaan ekonomi keluarga akan mempengaruhi pemilihan

ragam dan kualitas bahan makanan. Oleh karena itu, ibu harus pandai memilih

bahan makanan bergizi yang tidak harus mahal. Misalnya, untuk mengambil

manfaat protein hewani, Anda dapat membeli ikan segar, telur ayam, telur

puyuh, dan ikan teri sebagai pengganti daging sapi. Karena harganya relative

lebih murah, bahan-bahan tersebut mengandung protein yang sama baiknya

dengan daging sapi.

6. Pengetahuan gizi kehamilan. Pengetahuan gizi kehamilan diperlukan oleh

seorang ibu hamil dalam merencanakan menu makanannya. Mengatur

makanan terutama untuk menangani keluhan-keluhan kehamilan pada setiap

trimesternya. Pada trimester awal kehamilan biasanya ada keluhan mual juga
36

muntah. Sehingga selera makanannya pasti berkurang, yang biasanya

berdampak pada asupan makanannya. Ibu bisa menyiasati dengan makan

sedikit-sedikit, tetapi intensitasnya lebih sering. Makanannya pun harus dipilih

yang segar dan tidak mengandung lemak karena akan merangsang mual dan

muntah. Dianjurkan untuk mengkonsumsi buah segar atau dibuat jus, sayuran,

kue kering, dan seafood. Sehingga kebutuhan gizi Ibu hamil tetap terpenuhi,

7. Budaya. Kepercayaan terhadap adat juga pengaruh budaya, hal itu dapat

mempengaruhi asupan makanan pada ibu hamil. Salah satu contoh kasus, ada

kepercayaan bahwa pada waktu hamil ibu dilarang makan ikan, karena

dikhawatirkan bayinya cacingan dan berbau amis. Padahal, konsumsi ikan

terutama ikan laut justru sangat dianjurkan karena mengandung Omega 3 dan

Omega 6 yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan otak janin dalam

kandungan (Wibisono dan Dewi, 2012).

8. Pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care - ANC). Dalam memantau status

gizi ibu hamil, seorang ibu harus melakukan kunjungan ketenaga kesehatan.

Karena pemeriksaan kenaikan berat badan perlu dilakukan dengan teliti,

jangan sampai wanita hamil terlalu gemuk untuk menghindarkan kesulitan

melahirkan dan bahkan jangan terlalu kurus karena dapat membahayakan

keselamatan dirinya dan janin yang dikandungannya (Moehji, 2017).

2.2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yaitu:

1. Memberikan penyuluhan dan melaksanakan nasehat atau anjuran tentang:

1) Tambahan Makanan. Makanan pada ibu hamil sangat penting, karena

makanan merupakan sumber gizi yang dibutuhkan ibu hamil untuk


37

perkembangan janin dan tubuhnya sendiri. Keadaan gizi pada waktu

konsepsi harus dalam keadaan baik, dan selama hamil harus mendapat

tambahan protein, mineral, dan energi.

2) Istirahat lebih banyak. Ibu hamil sebaiknya menghemat tenaga dengan

cara mengurangi kegiatan yang melelahkan (Yulaikhah, 2009).

2. Pemberian Makanan Tambahan (PMT). PMT yaitu pemberian tambahan

makanan disamping makanan yang di makan sehari-hari untuk mencegah

kekurangan energi kronis. Pemberian PMT untuk memenuhi kalori dan

protein, serta variasi menu dalam bentuk makanan. Pemenuhan kalori yang

harus diberikan dalam program PMT untuk ibu hamil dengan Kekurangan

Energi Kronis sebesar 600-700 kalori dan protein 15-20 mg (Sulistyoningsih,

2011).

3. Konsumsi tablet Fe selama hamil

Kebutuhan ibu hamil terhadap energi, vitamin maupun mineral meningkat

sesuai dengan perubahan fisiologis ibu terutama pada akhir trimester kedua

dimana terjadi proses hemodelusi yang menyebabkan terjadinya peningkatan

volume darah dan mempengaruhi konsentrasi hemoglobin darah.

Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian tablet

besi, akan tetapi pada keadaan gizi kurang bukan saja membutuhkan suplemen

energi juga membutuhkan suplemen vitamin dan zat besi (Saifuddin, 2010). 

Apabila terjadi atau timbul masalah medis, maka hal yang perlu dilakukan adalah:

1. Rujuk untuk konsultasi

2. Perencanaan sesuai kondisi ibu hamil


38

3. Minum tablet zat besi atau tambah darah. Ibu hamil setiap hari harus minum

satu tablet tambah darah (60 mg) selama 90 hari mulai minggu ke-20.

4. Periksa kehamilan secara teratur. Setiap wanita hamil menghadapi komplikasi

yang bisa mengancam jiwanya. Ibu hamil sebaiknya memeriksakan

kehamilannya secara teratur kepada tenaga kesehatan agar risiko pada waktu

melahirkan dapat dikurangi. Pelayanan prenatal yang dilakukan adalah

minimal Antenatal Care 4 kali dengan ditambah kunjungan rumah bila ada

komplikasi oleh bidan (Saifuddin, 2010).

2.2.9 Dampak Kurang Energi Kronis (KEK)

Pada kehamilan perkembangan janin berlangsung dalam tiga tahapan

yaitu:

1. Tahap Preembrionik ( usia kehamilan 4-5 minggu)

Berawal dari pertemuan sel sperma dan sel telur ,hingga terjadinya proses

nidasi atau tertanamnya bakal janin pada dinding rahim.

2. Tahap Embrionik ( usia kehamilan 5-10 minggu)

Proses pembentukan organ.

3. Tahap Fetus ( usia kehamilan 10 minggu – sampai persalinan )

Masa penyempurnaan organ.

Pada fase-fase ini akan terjadi berbagai peristiwa yang sangat penting bagi

pertumbuhan janin. Sejumlah penghambat pertumbuhan pada janin yang

sering kali di ditemui :

1) Penghambat Tahap Preembrionik

a. Ketidaksempurnaan pada janin di tahap ini dapat meningkatkan

kejadian abortus atau tidak berkembangnya bayi kelainan kromosom ,


39

infeksi dan faktor Gizi bisa menghambat proses ini hingga

menimbulkan keguguran dan kematian mudigah.

b. Kurangnya asupan asam folat selama kehamilan dapat meningkatkan

risiko cacatnya tempurung kepala dan tulang punggung bayi, selain itu

infeksi aktif toksoplasma berpotensi menimbulkan cacat hingga

keguguran.

2) Penghambat Tahap Embrionok

a. Kekurangan ataupun kelebihan gizi yang dibutuhkan ditahap ini seperti

asam folat, AA/DHA, zink, magnesium, kalsium, fosfor, zat besi,

tembaga dan vitamin lain, seperti vitamin A, B, D dapat meningkatkan

risiko kecacatan pada bayi. Contoh vitamin A berlebih dapat bersifat

teratogenik atau menimbulkan cacat pada bayi. Sementara kekurangan

asam folat dapat menimbulkan kecacatan pada tempurung kepala dan

tulang punggung.

b. Pada masa ini, kehamilan memerlukan hormon-hormon untuk

menyokongnya yang terpenting adalah Progesteron. Kekurangan

hormon progesteron akan menimbulkan terjadinya keguguran pada

trimester pertama.

3) Penghambat Tahap Fetus

a. Demam yang dialami ibu hamil dapat meningkatkan beberapa risiko

pada bayi, seperti autisme dan kematian.

b. Infeksi dalam kehamilan , seperti campak dan cacar air seringkali

berdampak pada bayi. Vaksinasi sebelum kehamilan menjadi salah

satu cara untuk mencegahnya.


40

c. Keputihan memiliki potensi untuk membahayakan janin serta

membentuk suatu infeksi .penyebab terjadinya infeksi bisa karena

infeksi bakteri, virus, hingga jamur.

d. Pola hidup yang tidak sehat sangat berpengaruh kepada penurunan

fungsi plasenta maupun kelainan autoimun. Pengaruh penurunan

fungsi plasenta akan menghambat tumbuh kembang janin. Untuk

mengetahui apakah ibu mengalami penurunan fungsi plasenta, maka

perlu dilakukan pemeriksaan USG.

Faktor – faktor penghambat perkembangan janin tersebut memang

harus dikenali ibu hamil,supaya ibu mengerti apa yang harus dilakukan

untuk mendukung perkembangan janin agar optimal (Bunga Astria, 2019).

Dampak KEK (Kurang Energi Kronis) pada ibu hamil yaitu berisiko

melahirkan bayi BBLR dan dihadapkan pada risiko kematian yang lebih besar

dibanding dengan bayi yang dilahirkan ibu dengan berat badan yang normal.

Sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi khususnya

Kurang Energi Kronik (KEK) (Bappenas, 2011).

Ibu hamil dengan masalah gizi dan kesehatan berdampak terhadap

kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi serta kualitas bayi yang dilahirkan.

Kondisi ibu hamil KEK, berisiko menurunkan kekuatan otot yang membantu

proses persalinan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya partus lama dan

perdarahan pasca salin, bahkan kematian ibu. Risiko pada bayi dapat

mengakibatkan terjadi kematian janin (keguguran), prematur, lahir cacat, Bayi

Berat Lahir Rendah (BBLR) bahkan kematian bayi. Ibu hamil KEK dapat

mengganggu tumbuh kembang janin, yaitu pertumbuhan fisik (stunting), otak dan

metabolisme yang menyebabkan penyakit tidak menular di usia dewasa

(Kemenkes RI, 2015).


41

2.2.10 Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya ibu hamil KEK, maka upaya yang dapat

dilakukan adalah dengan:

1. Mengonsumsi makanan yang cukup secara kuantitas (jumlah makanan yang

dimakan) serta kualitas (variasi makanan dan zat gizi yang sesuai kebutuhan)

serta suplementasi zat gizi yang harus dikonsumsi oleh ibu hamil yaitu tablet

tambah darah (berisi zat besi dan asam folat), kalsium, seng, vitamin A,

vitamin D, iodium.

2. Pengaturan jarak kelahiran

3. Pengobatan penyakit penyerta seperti kecacingan, malaria, HIV, TBC.

4. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yaitu dengan selalu

menggunakan air bersih, cuci tangan dengan air bersih dan sabun,

menggunakan jamban sehat, memberantas jentik seminggu sekali, makan buah

dan sayur setiap hari.

5. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.

6. Tidak merokok dan menghindari paparan asap rokok.

7. Persalinan oleh tenaga kesehatan.

8. Memberi ASI eksklusif dan menimbang balita setiap bulan merupakan upaya

yang harus dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya KEK pada WUS

Catin dan ibu hamil serta mengatasi masalah yang timbul pada WUS Catin

dan ibu hamil KEK.

9. Pelayanan antenatal terpadu (10 T) harus dilakukan ditingkat pelayanan

kesehatan primer (puskesmas) oleh tenaga kesehatan. Pelayanan antenatal

terkait gizi yang wajib dilakukan adalah:


42

1) Penimbangan berat badan

2) Pengukuran tinggi badan

3) Pengukuran LiLA

4) Pemberian tablet tambah darah

5) Penyuluhan dan Konseling gizi (Kemenkes RI, 2015).

2.3 Konsep Abortus

2.3.1 Pengertian

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)

pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan

belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Saifuddin, dkk, 2010).

Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang

berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500 gram

(Manuaba, dkk, 2012).

2.3.2 Etiologi

Faktor risiko/predisposisi yang diduga berhubungan dengan terjadinya

abortus:

1. Usia ibu yang lanjut, yaitu hamil di usia 35 tahun ke atas.

2. Riwayat obstetrik atau ginekologi yang kurang baik.

3. Riwayat infertilitas.

4. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi:

a. Kelainan kromosom (trisomy/monosomy):

1) Kelainan pada kromosom ini terjadi pada saat proses fertilisasi

berlangsung yang mengakibatkan hasil pembuahan (embrio) yang

terbentuk cacat dan keluar dalam bentuk keguguran.


43

2) Janin mengalami kelainan kromosom yang membuatnya tidak bisa

bertahan hidup dalam kandungan ibu pada usia lebih dari 12 minggu.

b. Lingkungan tempat implantasi/nidasi kurang baik/kurang sempurna.

c. Pengaruh luar/paparan dari luar:

1) Infeksi, obat-obatan, radiasi, tembakau, alkohol.

2) Keracunan gas-gas beracun, Pb.

5. Kelainan plasenta.

6. Penyakit ibu: DM, TBC, virus, infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam

tifoid, toksoplasmosis dan HIV.

7. Kelainan bentuk uterus dan traktus genitalis:

a. Seperti abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks

berlebihan, robekan serviks dan retroversion uterus.

b. Termasuk dalam kelainan ini, kelainan yang paling sering terjadi adalah

adanya mioma (tumor jaringan otot) yang bisa mengganggu pertumbuhan

embrio/janin.

c. Kelainan lainnya adalah uterus yang terlalu lemah sehingga tidak mampu

menahan berat janin yang sedang berkembang. (dimana kehamilan pada

uterus yang lemah umumnya hanya mampu bertahan sampai akhir

semester pertama).

8. Trauma abdomen/pelvis pada trimester pertama.

(Maryunani, 2016).
44

2.3.3 Patofisiologis

1. Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, kemudian diikuti

oleh nekrosis jaringan di sekitarnya yang menyebabkan hasil konsepsi

terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.

2. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

3. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu vili korialis belum menembus desidua

secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.

4. Pada kehamilan 8-14 minggu penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta

tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.

5. Pada kehamilan lebih 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu dari pada

plasenta.

6. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera dilepas dengan lengkap.

7. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.

8. Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.

9. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak kecil tanpa bentuk yang

jelas, mungkin pula janin telah mati lama, mola kruenta, maserasi, fetus

kompresus (Maryunani dan Puspita, 2013).

2.3.4 Macam-Macam Abortus

Berdasarkan bentuk kejadiannya, abortus dapat dikelompokkan menjadi 2

yaitu:

1. Abortus Spontan

Yaitu terjadi tanpa intervensi dari luar, dan berlangsung tanpa sebab

yang jelas. Abortus spontan secara klinis dapat dibedakan antara abortus
45

imminens, abortus insipiens, abortus inkompletus, abortus kompletus.

(Manuaba, dkk, 2012).

2. Abortus buatan

Yaitu tindakan abortus yang sengaja dilakukan untuk menghilangkan

kehamilan sebelum umur 28 minggu atau berat janin 500 gram. Abortus

buatan dijumpai dalam dua bentuk:

a. Abortus provokatus medisinalis, yaitu abortus yang dilakukan atas dasar

indikasi vital ibu hamil. Jika diteruskan, kehamilannya akan lebih

membahayakan jiwa sehingga terpaksa dilakukan abortus buatan.

b. Abortus provokatus kriminalis, yaitu abortus yang dilakukan pada

kehamilan tidak diinginkan, diantaranya akibat perbuatan yang tidak

bertanggung jawab (Manuaba, dkk, 2012).

Sedangkan menurut Saifuddin AB, dkk (2010), jenis abortus:

1. Abortus spontan secara klinis dapat dibedakan antara abortus imminens,

abortus insipiens, abortus inkompletus, abortus kompletus.

a. Abortus imminens

Terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap

kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini, kehamilan

masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.

b. Abortus insipiens

Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda, dimana

hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan

proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus

inkomplit atau komplit.


46

c. Abortus inkomplit

Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda, dimana

hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan

proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus

inkomplit atau komplit.

d. Abortus komplit

Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi

telah dikeluarkan dari kavum uteri.

2. Abortus infeksiosa

Abortus infeksiosa adalah abortusa yang disertai komplikasi infeksi.

Adanya penyebaran kuman atau toksin ke dalam sirkulasi dan kavum

peritoneum dapat menimbulkan setikemia, sepsis, atau peritonitis.

3. Retensi janin mati (missed abortion)

Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil

konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih. Biasanya diagnosis

tidak dapat ditentukan hanya dalam satu kali pemeriksaan, melainkan

memerlukan waktu pengamatan dan pemeriksaan ulangan.

Kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin yang mati

tertahan di dalam kavum uteri tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.

Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus

imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah

pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mammae agak

mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi malah mengecil, dan tes
47

kehamilan menjadi negatif. Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera

apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan.

4. Abortus tidak aman (unsafe abortion)

Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksana tindakan

tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman

sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.

2.3.5 Gejala Klinis

1. Tanda-tanda kehamilan, seperti amenorea kurang dari 20 minggu, mual-

muntah, mengidam, hiperpigmentasi mammae, dan tes kehamilan positif;

2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran

menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat

dan kecil, serta suhu badan normal atau meningkat;

3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi;

4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis disertai nyeri pinggang

akibat kontraksi uterus;

5. Pemeriksaan ginekologis:

Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil konsepsi,

tercium/tidak bau busuk dari vulva.

a. Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri ostium uteri terbuka atau sudah

tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, serta ada/tidak cairan atau

jaringan berbau busuk dari ostium.

b. Colok vagina: porsio masih tebuka atau sudah tertutup serta teraba atau

tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
48

usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada

perabaan adneksa, dan kavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

(Sari dan Prabowo, 2018).

2.3.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

a. Darah Lengkap

b. Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik;

c. LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.

d. Tes Kehamilan

Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG secara prediktif.

Hasil positif menunjukkan terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum,

abortus spontan atau kehamilan ektopik).

2. Ultrasonografi

a. USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5 minggu;

b. Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia

kehamilan 5 - 6 minggu);

c. Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan

USG dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau

non-viabel.

(Sari dan Prabowo, 2018).

2.3.7 Skrining Antenatal

Skrining antenatal adalah suatu kegiatan deteksi pro aktif pada semua ibu

hamil untuk menemukan faktor risiko yang belum memberikan gejala atau

keluhan dengan menggunakan alat skrining (Rochjati, 2011).


49

Tabel 2.1 Menentukan Kehamilan Resiko Tinggi Skor Poedji Rochjati


Tribulan
Masalah / Faktor Resiko Skor
No I II III.1 III.2
Skor awal ibu Hamil 2
I 1 Terlalu muda hamil < 16 tahun 4
2 a.Terlalu lambat hamil I,kawin ≥ 4 tahun 4
b.Terlalu tua hamil I, ≥ 35 tahun 4
3 Terlalu cepat hamil lagi ( < 2 tahun) 4
4 Terlalu lama hamil lagi ( > 10 tahun) 4
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4
6 Terlalu tua umur ≥ 35 tahun 4
7 Terlalu pendek ≤ 145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
9 Pernah melahirkan dengan :
a.Tarikan tang/vakum 4
b.Uri dirogoh 4
c.Diberi infuse/transfuse 4
10 Pernah operasi sesar 8
II 11 Penyakit pada Ibu hamil
a.Anemia 4
b.Malaria 4
c.TBC 4
d.Payah jantung 4
e.Kencing manis (diabetes) 4
f.Penyakit menular seksual 4
12 Bengkak pada muka/tungkai dan tekanan darah tinggi 4
13 Hamil kembar 2 atau lebih 4
14 Hamil kembar air (hydramnion) 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak lintang 8
III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20 Preeklamsi berat / kejang-kejang 8
Jumlah skor
Apabila skor ibu 12 atau lebih dianjurkan bersalin di RS/ DSOG.

(Rochjati, 2011).

Cara pemberian skor:

1. Tiap kondisi ibu hamil (umur dan paritas) dan faktor risiko diberi nilai 2, 4

atau 8. Umur dan paritas pada semua ibu hamil diberi skor 2 sebagai skor

awal.
50

2. Tiap faktor risiko skornya 4, kecuali bekas operasi sesar, letak sungsang, letak

lintang, perdarahan ante partum, dan pre-eklampsia berat/eklampsia diberi

skor 8 (Rochjati, 2011).

Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk

terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa

mendatang, seperti kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau

ketidakpuasan (5K) pada ibu dan bayi (Rochjati, 2011).

Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka

disebut SKOR. Digunakan angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan

8 pada tiap faktor untuk membedakan risiko yang rendah, risiko menengah, risiko

tinggi (Rochjati, 2011). 

Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga kelompok:

1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2

Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan

kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan

bayi hidup sehat (Rochjati, 2011: 28).

2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10

a. Kehamilan dengan satu atau lebih FR, baik dari pihak ibu

(umur lintang) dengan FR-APGO atau AGO. Selama kehamilan

ibu hamil sehat. Ibu dan janin menghadapi kegawatan/gawat

obstetric. Dalam persalinan harus waspada terhadap

komplikasi.

b. Kehamilan dengan hanya satu faktor risiko-AGDO, yaitu ibu

perdarahan sebelum bayi lahir, pre-eklamsi berat/eklamsi.


51

Dengan kegawat-daruratan/gawat-darurat obstetrik bagi ibu dan

janin, sangat membutuhkan segera dirujuk ke rumah sakit

(Rochjati, 2011: 28).

3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12

Kehamilan dengan FR ganda 2 atau lebih, kemungkinan terjadinya

komplikasi dalam persalinan meningkat pula pada:

a. Ibu hamil dengan FR-AFGO dan AGO, ibu dengan gawat

obstetrik, ibu hamil sehat namun dengan prakiraan komplikasi

dalam persalinan, membutuhkan persalinan aman di tempat dan

penolong sesuai dengan FR-nya, dilakukan Rujukan Terencana

ke Puskesmas PONED atau RS PONEK.

b. Ibu hamil dengan FR-AFGO, AGO dan AGDO, pada ibu/janin

ada kegawatdaruratan/gawat darurat obstetrik membutuhkan

dirujuk sebagai Rujukan Tepat Waktu dalam upaya

penyelamatan ibu dan janin/bayi baru lahir (Rochjati, 2011).

2.3.8 Komplikasi

1. Perdarahan:

a. Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah.

b. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak

diberikan pada waktunya.

2. Perforasi:

a. Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam

posisi hiperretrofleksi.
52

b. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu segera dilakukan laparatomi,

dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi

atau perlu histerektomi.

c. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam

menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas,

mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus.

d. Dengan adanya diagnose atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi

harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk

selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi

komplikasi.

3. Infeksi dalam uterus dan adneksa:

Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus, tetapi

biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan

abortus yang tidak aman (unsafe abortion).

4. Syok: Pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena

infeksi berat (syok endoseptik) (Maryunani dan Puspita, 2013).

2.3.9 Penatalaksanaan

1. Abortus imminens

a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang

mekanik berkurang.

b. Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi

kerentanan otot-otot rahim.

c. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah

mati.
53

d. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.

e. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.

f. Pasien tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih kurang 2

minggu.

2. Abortus insipiens

a. Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan

transfusi darah.

b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai

perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum

atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam.

Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.

c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU

dalam dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai

kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplet.

d. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan

pengeluaran plasenta secara digital yang dapat disusul dengan kerokan.

e. Memberi antibiotik sebagai profilaksis.

3. Abortus inkomplet

a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis

atau ringer laktat yang disusul dengan ditransfusi darah.

b. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret lalu suntikkan

ergometrin 0,2 mg intramuskular untuk mempertahankan kontraksi otot

uterus.

c. Berikan antibiotik untuk rnencegah infeksi.


54

4. Abortus komplet

a. Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi

darah.

b. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

c. Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin. dan mineral.

5. Missed abortion

a. Bila terdapat hipofibrinogenemia siapkan darah segar atau fibrinogen.

b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Lakukan pembukaan serviks

dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks

dengan dilatator Hegar. Kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam

ovum lalu dengan kuret tajam.

c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu. Infus intravena oksitosin 10 IU

dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml mulai dengan 20 tetes per menit

dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan

sampai 10 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin

setelah pasien istirahat satu hari.

d. Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil

konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri

melalui dinding perut.

6. Abortus infeksius dan septik

a. Tingkatkan asupan cairan.

b. Bila perdarahan banyak, lakukan transfusi darah.

c. Penanggulangan infeksi:

1) Gentamycin 3 x 80 mg dan Penicillin 4 x 1,2 juta.


55

2) Chloromycetin 4 x 500 mg.

3) Cephalosporin 3 x 1.

4) Sulbenicilin 3 x 1-2 gram.

d. Kuretase dilakukan dalam waktu 6 jam karena pengeluaran sisa-sisa

abortus mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan nekrosis yang

bertindak sebagai medium perkembangbiakan bagi jasad renik.

e. Pada abortus septik diberikan antibiotik dalam dosis yang lebih tinggi

misalnya Sulbenicillin 3 x 2 gram.

f. Pada kasus tetanus perlu diberikan ATS, irigasi dengan H2O2, dan

histerektomi total secepatnya.

7. Abortus Habitualis

a. Memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang sehat, istirahat

yang cukup, larangan koitus, dan olah raga.

b. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan.

c. Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif: Shirodkar atau Mac

Donald (cervical cerclage).

(Sari dan Prabowo, 2018).


BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antarvariabel (Nursalam, 2016).

Faktor risiko/predisposisi terjadinya abortus:


Penyebab KEK pada ibu hamil: 1. Usia ibu yang lanjut, yaitu hamil di usia
1. Konsumsi gizi yang tidak 35 tahun ke atas.
cukup 2. Riwayat obstetrik atau ginekologi yang
2. Penyakit. kurang baik.
3. Pengetahuan tentang gizi 3. Riwayat infertilitas.
4. Persediaan makanan tidak 4. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
cukup 5. Kelainan plasenta.
5. Pola asuh yang tidak 6. Penyakit ibu.
memadai 7. Kelainan bentuk uterus dan traktus
6. Kesehatan lingkungan genitalis
7. Pelayanan kesehatan yang 8. Trauma abdomen/pelvis pada trimester
tidak memadai. pertama.

KEK pada ibu hamil Kejadian abortus

Tidak KEK Mengalami KEK Terjadi abortus Tidak terjadi


abortus

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Mempengaruhi

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka konsep hubungan kurang energi kronik pada ibu hamil
dengan kejadian abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem
Bojonegoro Tahun 2020

56
57

Keterangan Kerangka Konseptual:

Pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah kurang energi kronik dan

kejadian abortus. Pada variabel kurang energi kronik pada ibu hamil disebabkan

oleh konsumsi gizi yang tidak cukup, penyakit, pengetahuan tentang gizi,

persediaan makanan tidak cukup, pola asuh yang tidak memadai, kesehatan

lingkungan, dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Sedangkan pada

variabel kejadian abortus, faktor risiko/predisposisi terjadinya abortus meliputi

Usia ibu yang lanjut, yaitu hamil di usia 35 tahun ke atas; Riwayat obstetrik atau

ginekologi yang kurang baik; Riwayat infertilitas; Kelainan pertumbuhan hasil

konsepsi; Kelainan plasenta; Penyakit ibu; Kelainan bentuk uterus dan traktus

genitalis; Trauma abdomen/pelvis pada trimester pertama.

3.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian yang didasarkan atas teori yang relevan (Sugiyono, 2016).

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

H1 : Ada hubungan kurang energi kronik pada ibu hamil dengan kejadian

abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem Bojonegoro Tahun

2020
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik korelasional yaitu suatu

penelitian yang mengkaji hubungan antar variabel. Peneliti hanya mengobservasi

tanpa melakukan perlakuan terhadap obyek yang akan diteliti. Peneliti dapat

mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, dan menguji berdasarkan

teori yang ada (Nursalam, 2016).

Pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tentang hubungan kurang

energi kronik dengan kejadian abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem

Bojonegoro Tahun 2020.

4.2 Rancangan Penelitian

Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat

oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan

(Nursalam, 2016). Desain penelitian ini adalah desain penelitian restrospektif

artinya penelitian dimulai dengan mengidentifikasi kelompok yang terkena

penyakit atau efek tertentu (kasus) dan kelompok tanpa efek (kontrol), kemudian

mengidentifikasi faktor risiko terjadinya pada waktu yang lalu, sehingga dapat

menerangkan mengapa kasus terkena, sedangkan kontrol tidak terkena efek

(Riyanto A, 2015).

58
59

4.3 Waktu penelitian Dan Tempat Pengumpulan Data

4.3.1 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai bulan Mei tahun 2020.

4.3.2 Tempat pengumpulan data

Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmas Kedungadem Bojonegoro.

4.4 Populasi, Sampel Dan Sampling

4.4.1 Populasi

Populasi adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria

yang ditetapkan (Nursalam, 2016).

Pada penelitian ini populasinya adalah semua ibu hamil Trimester I

di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem Bojonegoro bulan Januari-Mei tahun

2020, sebanyak 241 orang.

4.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2016).

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian ibu hamil Trimester I

di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem Bojonegoro bulan Januari-Mei tahun

2020, sebanyak 61 orang.

Besar sampel diperoleh dari 25% jumlah populasi yang ada (Nursalam,

2016).

n = 25% x 241

n = 60,25

n = 61
60

4.4.3 Sampling

Sampling adalah teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2016). Pada

penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling yaitu

dengan cara simple random sampling.

Probability Sampling atau teknik random sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang dapat mewakili populasi atau dapat digunakan untuk

membuat generalisasi hasil penelitian sampel. Simple random sampling adalah

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2016).


61

4.5 Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah pentahapan (langkah-langkah dalam aktivitas

ilmiah) mulai dari pentahapan populasinya sampel dan seterusnya yaitu kegiatan

sejak awal penelitian akan dilaksanakan (Nursalam, 2016).

Identifikasi masalah

Populasi
Semua ibu hamil Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem Bojonegoro
bulan Januari-Mei tahun 2020, sebanyak 241 orang.
.

Sampel
Sampel diperoleh menggunakan simple random sampling sehingga didapatkan
sebanyak 61 responden.

Desain penelitian
Analitik korelasional

Pengumpulan
Data

Variabel independen Variabel dependen


Kurang Energi Kronik Kejadian abortus
(observasi data sekunder) (observasi data sekunder)

Pengolahan data: Editing, Coding, Tabulating


Analisa Data: Uji Chi Square

Penyusunan Laporan Akhir

Gambar 4.1 Kerangka kerja hubungan kurang energi kronik pada ibu hamil
dengan kejadian abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem
Bojonegoro Tahun 2020
62

4.6 Identifikasi Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2016). Variabel penelitian ini yaitu:

1. Variabel independen atau variabel bebas adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2016). Variabel independen penelitian

ini yaitu kurang energi kronik pada ibu hamil.

2. Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016). Variabel

dependen penelitian ini yaitu kejadian abortus.


63

4.7 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2016).

Tabel 4.1 Definisi operasional hubungan kurang energi kronik pada ibu hamil
dengan kejadian abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem
Bojonegoro Tahun 2020

Definisi
Variabel Indikator Alat ukur Skala Kategori
operasional
Variabel Masalah KEK jika Observasi Nominal Dengan kategori:
independen: kekurangan gizi memiliki LILA data 1. Mengalami
Kurang pada masa <23,5 cm dan sekunder KEK, jika
Energi kehamilan yang atau dengan (kohort memiliki LILA
Kronik pada diketahui dari disertai beberapa ibu) <23,5 cm dan
ibu hamil hasil kriteria status disertai BB <45
pengukuran gizi yaitu berat kg atau
LILA ibu hamil badan sepanjang Hb < 11 g/dl.
<23,5cm usia kehamilan 2. Tidak mengalami
<45 kg dan KEK, jika
Hb < 11 g/dl. memiliki LILA
≥23,5 cm dan BB
≥45 kg atau
Hb ≥ 11 g/dl.
(Kemenkes RI, 2015)

Variabel Keadaan ibu Berakhirnya Observasi Nominal Dengan kriteria :


dependen: hamil dimana suatu kehamilan data 1. Terjadi abortus.
kejadian terjadi abortus pada atau sekunder 2. Tidak terjadi
abortus atau berakhirnya sebelum (kohort abortus.
suatu kehamilan kehamilan ibu)
pada atau tersebut berusia
sebelum 22 minggu
kehamilan
tersebut berusia
22 minggu
64

4.8 Pengumpulan dan analisa data

4.8.1 Instrument Pengumpulan Data

Instrument adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode

(Arikunto, 2014). Jenis instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada

penelitian ini adalah lembar observasi data sekunder.

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2016).

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen grafis (tabel,

catatan, notulen rapat, dan lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, benda-benda

dan lain-lain yang dapat memperkaya data primer (Arikunto, 2014).

Observasi data sekunder dilakukan untuk mengetahui jumlah ibu hamil

dari bulan Januari-Mei 2020 di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem, melalui

perekapan data dari kohort ibu untuk mengetahui kejadian kurang energi kronik

pada ibu hamil dan kejadian abortus.

4.8.2 Pengolahan data

1) Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi

kesalahan-kesalahan data yang telah dikumpulkan dan untuk memonitor

jangan sampai terjadi kekosongan data yang dibutuhkan (Hidayat, 2014).

Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan

data atau setelah data terkumpul.


65

2) Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2014). Setiap responden

diberi kode sesuai dengan nomor urut.

Pada variabel independen (kurang energi kronik), yaitu jika ibu hamil

mengalami kurang energi kronik diberi kode 1, dan ibu hamil tidak mengalami

kurang energi kronik diberi kode 2. Pada variabel dependen (kejadian abortus)

yaitu jika ibu hamil mengalami abortus diberi kode 1, dan ibu hamil tidak

mengalami abortus diberi kode 2.

3) Tabulating

Tabulating adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

dalam master tabel (Hidayat, 2014).

Dari pengolahan data hasil penelitian yang telah dilaksanakan, data

kemudian dimasukkan dalam tabel distribusi yang dikonfirmasi dalam bentuk

prosentase dan narasi, kemudian dintepretasikan. Menurut Eko Budiarto,

perubahan data kualitatif menjadi presentase dilakukan dengan membagi

frekuensi (f) dengan jumlah seluruh observasi (N) dan dikalikan 100. Secara

matematik hal tersebut dapat ditulis dengan rumus berikut:

f
P x 100%
N

Keterangan :

P = Prosentase.

f = Nilai yang diperoleh.

N = Frekuensi total atau keseluruhan (Budiarto, 2015).


66

Kemudian data yang sudah dikelompokkan dan dipresentasikan,

dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi kemudian dianalisa:

(1) 100% = Seluruh

(2) 76-99% = Hampir Seluruh

(3) 51-75% = Sebagian besar

(4) 50% = Sebagian

(5) 26-49% = Hampir sebagian

(6) 1-25% = Sebagian kecil

(7) 0% = Tidak Satupun (Arikunto, 2014).

4.8.3 Prosedur Penelitian

Setelah dinyatakan lulus sidang proposal, peneliti meminta rekomendasi

dari ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

sebagai pengantar untuk meminta izin kepada Kepala Dinas Penanaman Modal

dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bojonegoro, Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Bojonegoro. Selanjutnya peneliti mengajukan permohonan

ke Instansi tempat penelitian, dalam penelitian ini adalah meminta ijin dari Kepala

UPTD Puskesmas Kedungadem Bojonegoro. Selanjutnya peneliti melakukan

pengambilan data penelitian. Setelah selesai, hasil data penelitian dikumpulkan

kemudian ditabulasi.

4.8.4 Analisa Data

Data yang telah terkumpul tersebut diolah menggunakan piranti lunak

komputer yaitu SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 25.

Selanjutnya dilakukan analisa data deskriptif yaitu menggambarkan variabel

dalam bentuk distribusi frekuensi, prosentase dan tabulasi silang antar dua

variabel.
67

Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan kurang

energi kronik dengan kejadian abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem

Bojonegoro Tahun 2020 dengan analisis statistik uji Chi Square.

Pemilihan jenis uji Chi Square pada taraf kesalahan 5% berdasarkan:

tujuan penelitian untuk mencari korelasi (hubungan), dengan jenis variabel

kuantitatif distribusi populasi tak normal, dan dengan skala ukur variabel adalah

nominal (Nursalam, 2016).

Dari uji Chi Square akan diperoleh nilai signifikan () yaitu nilai yang

menyatakan besarnya peluang hasil penelitian (probabilitas) dengan batas kesalahan

atau nilai alpha (α=0,05). Kesimpulan hasilnya diinterpretasikan dengan

membandingkan nilai  dan nilai alpha (α=0,05). Jika signifikan () di bawah atau

sama dengan 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak, dan dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yang diteliti

tersebut (Sugiyono, 2016).

4.9 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam

penelitian, mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan

manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2014).

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah:

1. Anonimity (Tanpa nama) merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lebar alat ukur dan hanya menuliskan
68

kode pada lembar pengumpulan data untuk hasil penelitian yang akan

disajikan.

2. Confidentiality (kerahasiaan) merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok dan tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.


69

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Almatsier, Sunita. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik).
Jakarta: Rineka Cipta.
Arisman, MB. 2014. Buku Ajar Ilmu Gizi (Gizi Dalam Daur Kehidupan). Jakarta :
EGC.
Azwar A., dan Prihartono J. 2014. Metodologi Penelitian Kedokteran &
Kesehatan Masyarakat. Tangerang Selatan: BINARUPA AKSARA
Publisher.
BAPPENAS. 2011. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015. Jakarta:
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional.
Budiarto, Eko. 2015. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC.
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2014. Asuhan Kebidanan untuk Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika.
Hidayat, Ahmad Aziz Alimul. 2014. Metode Penelitian Keperawatan Dan Tehnik
Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
Kemenkes RI. 2015. Pedoman Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK)
Pada Ibu Hamil. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
dan Anak.
Kemenkes RI. 2016. InfoDatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI (Situasi Gizi di Indonesia). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2017. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2016. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Manuaba IBG., Manuaba IAC., dan Manuaba IBGF. 2012. Pengantar Kuliah
Obstetri. Jakarta: EGC.
Manuaba, IAC. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta:
EGC.
Maryunani A. 2016. Buku Praktis Kehamilan dan Persalinan Patologis (Risiko
Tinggi Dan Komplikasi) Dalam Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Maryunani A., dan Puspita E. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal &
Neonatal. Jakarta: CV. Trans Info Media.
70

Moehji, Sjahmien. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Gizi 2. Jakarta: Pustaka Kemang.


Notoatmodjo, Soekidjo. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nugroho, T., Nurrezki, Warnaliza, D., dan Wilis. 2014. Buku Ajar Askeb 1
Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika.
Paath, Erna Francin., Rumdasih, Yuyum., dan Heryati. 2012. Gizi Dalam
Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
Padila. 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Nuha Medika.
Rismalinda. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : CV. Trans
Info Media.
Riyanto, Agus. 2015. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Rochjati P. 2011. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil (Pengenalan Faktor Risiko,
Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi) Edisi 2. Surabaya: Unair.
Rochjati, Poedji. 2011. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil Edisi 2 (Pengenalan
Faktor Risiko Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi. Surabaya: Pusat
Penerbitan dan Percetakan Unair.
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sari, RDP., dan Prabowo, AY. 2018. Buku Ajar Perdarahan Pada Kehamilan
Trimester 1. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Sugiyono. 2012. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sulistyoningsih, Hariani. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Syafrudin dan Hamidah. 2013. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Walyani, E.S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Wibisono, H., dan Dewi, Ayu Bulan Febri Kurnia. 2012. Solusi Sehat Seputar
Kehamilan. Jakarta: Argo Media Pustaka.
Lampiran 1

LEMBAR OBSERVASI

KEJADIAN KEK PADA IBU HAMIL DAN ABORTUS PADA IBU HAMIL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGADEM BOJONEGORO

No. LILA BB Hb Kejadian KEK Kejadian Abortus


Resp. (cm) (kg) (g/dl) KEK Tidak KEK Abortus Tidak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.

71
72

No. LILA BB Hb Kejadian KEK Kejadian Abortus


Resp. (cm) (kg) (g/dl) KEK Tidak KEK Abortus Tidak
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.

Anda mungkin juga menyukai