Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH FOTOTERAPI TERHADAP PENURUNAN

KADAR BILIRUBIN TOTAL PADA BAYI


DI RSIA FATMA BOJONEGORO

Manuskrip

Disusun oleh :
Siti Istiqomah
G1C219031

PROGRAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Manuskrip dengan Judul

PENGARUH FOTOTERAPI TERHADAP PENURUNAN KADAR BILIRUBIN


TOTAL PADA BAYI DI RSIA FATMA BOJONEGORO

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan


Semarang, 7 Januari 2021

Pembimbing I

Dr. Budi Santosa, M.Si.Med


NIK. 28.6.1026.033

Pembimbing II

Tulus Ariyadi, SKM, M.Si


NIK. 28.6.1026.030
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah,saya :


Nama : Siti Istiqomah
NIM : G1C219031
Fakultas : Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Program Studi : D-IV Analis Kesehatan
Jenis Penelitian : Analitik non-eksperimen
Judul : Pengaruh fototerapi terhadap penurunan kadar bilirubin total pada
bayi di RSIA Fatma Bojonegoro
Email : istyvara12@gmail.com
Dengan ini menyatakan bahwa saya setujui untuk :
1. Memberikan hak bebas royalty kepada perpustakaan Unimus atas penulisan karya
ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola
dalam bentuk pengakalan data (database), mendistribusikannya, serta
menampilkannya dalam bentuk soft copy untuk kepentingan akademis kepada
perpustakaan Unimus, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak
perpustakaan Unimus, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas
pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 7 Januari 2021


Yang Menyatakan

Siti Istiqomah
PENGARUH FOTOTERAPI TERHADAP PENURUNAN KADAR BILIRUBIN
TOTAL PADA BAYI DI RSIA FATMA BOJONEGORO

Siti Istiqomah 1, Budi Santoso 2, Tulus Ariyadi 2


1
Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
2
Dosen Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang

Info Artikle Abstract


Hyperbilirubinemia (jaundice) is one of the most common
clinical phenomena found in neonates / newborns, so it
requires serious medical attention. Phototherapy is a therapy
using visible light for the treatment of hyperbilirubinemia.
The design in this study used non-experimental quantitative,
descriptive correlation method, with a cross-sectional design
approach. The research was conducted at the Fatma
Bojonegoro Hospital Laboratory. The test in this study is
using the nonparametric test with 2 related samples using
univariate and bivariate data analysis.
The results showed that the bilirubin level in infants who
experienced hyperbilirubinemia after phototherapy with an
average decrease of 3.086 mg/dL. From the results of the
statistical nonparametric test with 2 related samples, it was
found that the value of the significant degree ρ (0.000) <α
(0.05) was accepted, which means that there was an effect of
phototherapy on the decrease in total bilirubin levels in
infants. Based on the description above, it can be concluded
that phototherapy has a significant effect on reducing total
bilirubin levels in hyperbilirubinemic infants.

Keywords
Infant,
Hyperbilirubinemia,
Phototherapy

Corresponding Author:
Siti Istiqomah
Laboratorium Patologi klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang Indonesia 50273
E-mail : istyvara12@gmail.com
2

Pendahuluan yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam


Hiperbilirubinemia (penyakit kuning) keadaan. Penyebab yang tersering ditemukan
merupakan salah satu fenomena klinis yang disini adalah hemolisis yang timbul akibat
paling sering ditemukan pada neonatus/bayi inkompabilitas golongan darah ABO atau
baru lahir (BBL), sehingga memerlukan defisiensi enzim G6PD. Hemolisis ini juga
perhatian medis yang cukup serius. dapat timbul akibat perdarahan tertutup
Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai kadar (hematom cefal, perdarahan subaponeurotik)
bilirubin serum total ≥5 mg/dL (86 μmol/L). atau inkompabilitas darah Rh, infeksi juga
Ikterus atau jaundice adalah warna kuning memegang peranan penting dalam terjadinya
pada kulit, konjungtiva, dan mukosa akibat hiperbilirubinemia; keadaan ini terutama
penumpukan bilirubin tak terkonjugasi pada terjadi pada penderita sepsis dan
jaringan. Hiperbilirubinemia atau ikterus gastroenteritis. Beberapa faktor lain adalah
patologis yaitu ikterus yang terjadi pada 24 hipoksia/anoksia, dehidrasi dan asidosis,
jam pertama, dengan peningkatan bilirubin hipoglikemia, dan polisitemia (Ngastiyah,
serum >5 mg/dL/24 jam, kadar bilirubin 2005). Ikterus patologis merupakan ikterus
terkonjugasi >2 mg/dL, dan Ikterus yang yang mempunyai dasar patologis. Kadar
menetap >2 minggu (IDAI, 2011). Pada bilirubinnya mencapai nilai hiperbilirubinemia
sebagian besar neonatus, penyakit kuning tidak yang mempunyai potensi untuk menimbulkan
tekonjugasi mencerminkan fenomena transisi kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan
normal. Namun, pada beberapa neonatus, baik. Dan salah satu penyebab mortalitas pada
tingkat serum bilirubin akan naik, sehingga bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin
memerlukan perhatian serius. Sebab, bilirubin (lebih dikenal sebagai kern ikterus).
tidak terkonjugasi merupakan neurotoksik dan Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi
bisa menyebabkan kematian pada bayi baru ikterus neonatorum yang paling berat. Selain
lahir dan gejala sisa neurologis seumur hidup memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga
pada anak yang bertahan hidup yang dapat menyebabkan gejala sisa berupa cerebral
dikarenakan kern ikterus. Mengingat begitu palsy, tuli nada tinggi, paralisis dan displasia
besarnya dampak yang diakibatkan olehnya, dental yang sangat mempengaruhi kualitas
maka penyakit kuning neonatus seringkali hidup (Fida dan Maya, 2012).
memerlukan kecermatan evaluasi diagnostik Penatalaksanaan awal ikterus yaitu
(Fida dan Maya, 2012). mulai dengan terapi sinar bila ikterus
Hiperbilirubin merupakan salah satu diklasifikasikan sebagai ikterus dini atau
fenomena klinis yang paling sering ditemukan kemungkinan ikterus berat. Ambil sampel
pada bayi baru lahir dalam minggu pertama darah bayi dan periksa kadar bilirubin, bila
dalam kehidupannya. Insiden memungkinkan tentukan apakah bayi memiliki
hiperbilirubinemia di Amerika 65%, Malaysia salah satu faktor risiko (berat lahir <2500 gram
75%, Indonesia 51,47% (Siska, 2017: 1). Di atau kehamilan <37 minggu, hemolysis atau
Propinsi Jawa Timur tahun 2018, bayi baru sepsis) (Wahyuni, 2013). Penatalaksanaan
lahir terkena ikterus sebanyak (26,75%) atau ikterus patologis yaitu melakukan dekomposisi
268/1000 kelahiran bayi baru lahir (Dinkes bilirubin dengan fototerapi dan transfusi tukar
Jatim, 2019). Berdasarkan data RSIA Fatma darah. Pada penatalaksanaan transfusi tukar
Bojonegoro, pada tahun 2018 angka kejadian darah, dilakukan dengan indikasi: pada semua
neonatus dengan ikterus patologis sebanyak 81 keadaan dengan kadar bilirubin indirek ≥ 20
neonatus (6,12%) dari jumlah 1.323 neonatus. mg/dL, kenaikan kadar bilirubin indirek yang
Sedangkan pada tahun 2019 sebanyak 90 cepat yaitu 0,3-1 mg/dL per jam, anemia berat
neonatus (7,52%) dari jumlah 1.196 neonatus. pada bayi baru lahir dengan gejala gagal
Hal ini menunjukkan prevalensi neonatus jantung, kadar HB tali pusat < 14 mg/dL dan
dengan ikterus patologis terjadi peningkatan uji Coombs direk positif (Saifuddin AB, 2010).
sebesar 1,4%. Fototerapi merupakan terapi
Salah satu masalah yang sering timbul menggunakan sinar yang dapat dilihat secara
pada bayi baru lahir adalah ikterus neonatorum kasat mata untuk pengobatan
Corresponding Author:
Siti Istiqomah
Laboratorium Patologi klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang, Semarang Indonesia 50273
E-mail : istyvara12@gmail.com
3

hiperbilirubinemia. Tujuannya adalah Bahan dan Metode


membatasi peningkatan serum bilirubin dan Desain pada penelitian ini digunakan
mencegah penumpukan di dalam otak yang kuantitatif non eksperimen, metode deskriptif
dapat menyebabkan komplikasi neurologis korelasi, dengan pendekatan rancangan cross-
permanen yang serius (kern icterus). Pengaruh sectional. Penelitian dilakukan di laboratorium
fototerapi berhubungan dengan kadar bilirubin RSIA Fatma Bojonegoro.
di kulit dan intensitas sinar. Intensitas sinar Uji dalam penelitian ini yaitu
sendiri dipengaruhi oleh keadaan jarak sinar menggunakan uji nonparametric test dengan 2
dengan pasien, luas permukaan tubuh, jenis related sample dengan menggunakan analisis
dan panjang gelombang sinar, serta data univariat dan bivariat.
penggunaan media atau tirai putih pemantul
sinar (Stokowski, 2011). Hasil Penelitian
Sekitar 60% bayi yang lahir normal 1. Karakteristik berdasarkan Umur
menjadi ikterik pada minggu pertama Tabel 1 Distribusi umur pada bayi
kelahiran. Hiperbilirubinemia (indirect) yang Umur bayi Jumlah Persentase
tak terkonjugasi terjadi sebagai hasil dari
pembentukan bilirubin yang berlebihan karena 0-2 hari 0 0
hati neonatus belum dapat membersihkan 3-5 hari 40 36,4%
bilirubin cukup cepat dalam darah. Walaupun 6-8 hari 56 50,9%
sebagian besar bayi lahir dengan ikterik
9-11 hari 14 12,7%
normal, tapi mereka butuh monitoring karena
bilirubin memiliki potensi meracuni sistem Total 110 100%
saraf pusat (Maisels, et al, 2008). Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa dari 110
Bilirubin serum dapat naik ke tingkat bayi didapatkan paling banyak (50,9%)
berbahaya yang menimbulkan ancaman berumur 6-8 hari.
langsung dari kerusakan otak. Akut 2. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin
ensefalopati bilirubin gangguan yang mungkin Tabel 2 Distribusi jenis kelamin bayi
jarang terjadi, namun sering dapat berkembang Jenis kelamin Jumlah Persentase
menjadi kernikterus yaitu suatu kondisi yang
Laki – laki 53 48,2%
dapat melumpuhkan dan menimbulkan
kerusakan kronis yang ditandai oleh tetrad Perempuan 57 51,8%
klinis cerebral palsy choreoathetoid, Jumlah 110 100%
kehilangan pendengaran saraf pusat, saraf Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa dari 110
penglihatan vertikal, dan hypoplasia enamel responden didapatkan sebagian besar (51,8%)
gigi sebagai hasilnya keracunan bilirubin dengan jenis kelamin perempuan.
(Wathcko, et al, 2006). 3. Karakteristik penyebab hiperbilirubin
Fototerapi di rumah sakit merupakan Tabel 3 Distribusi penyebab hiperbilirubin
tindakan yang efektif untuk mencegah kadar Penyebab Jumlah Persentase
bilirubin tak terkonjugasi yang tinggi atau
hiperbilirubinemia. Uji klinis telah divalidasi BBLR 82 74,5%
kemanjuran fototerapi dalam mengurangi Prematur 19 17,3%
hiperbilirubinemia tak terkonjugasi yang Tindakan SC 9 8,2%
berlebihan, dan implementasinya telah secara
drastis membatasi penggunaan transfusi tukar Total 110 100%
(Bhutani, 2011). Penelitian menunjukkan Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa dari 110
bahwa ketika fototerapi belum dilakukan, 36% responden didapatkan mayoritas (74,5%) bayi
bayi dengan berat kelahiran kurang dari 1500 mengalami ikterus neonatorum karena BBLR
gram memerlukan transfusi tukar (Newman, et (<2500 gram).
al , 2009).

Corresponding Author:
Siti Istiqomah
Laboratorium Patologi klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang, Semarang Indonesia 50273
E-mail : istyvara12@gmail.com
4

Analisa Bivariat mg/dL. Dari hasil estimasi interval dapat


disimpulkan bahwa penurunan kadar bilirubin
pada bayi yang mengalami hiperbilirubinemia
Kadar Bilirubin
sesudah dilakukan fototerapi dengan rata-rata
30 21.33 Kadar bilirubin penurunan kadar bilirubin sebesar 3,086
17.85 18.22 sebelum fototerapi mg/dL.
20 14.72 14.76
11.24 Kadar bilirubin
10 1.02 3.086 4.52 sesudah fototerapi Diskusi
0 Nilai penurunan Berdasarkan hasil penelitian diketahui
minimal rata-ratamaksimal kadar bilirubin bahwa kadar bilirubin pada bayi yang
mengalami hiperbilirubinemia sesudah
Gambar 1 Diagram batang kadar bilirubin dilakukan fototerapi dengan rata-rata
total pada bayi penurunan sebesar 3,086 mg/dL. Dari hasil uji
statistik nonparametric test dengan 2 related
sample diperoleh nilai derajat signifikan ρ
(0,000) < α (0,05) maka H1 diterima, yang
Kadar Bilirubin
Kadar bilirubin berarti bahwa ada pengaruh fototerapi terhadap
50 21.33 sebelum penurunan kadar bilirubin total pada bayi di
17.85 fototerapi
14.72 Kadar bilirubin RSIA Fatma Bojonegoro Tahun 2020.
18.22 sesudah Kami mendapatkan rata-rata penurunan
14.76
11.24 fototerapi kadar bilirubin total setelah dilakukan
3.086 4.52 Nilai
1.02 fototerapi sebesar 3,086 mg/dL (rata-rata turun
0 0 penurunan
minimal rata-rata maksimal kadar bilirubin 17,2% dalam 24 jam). Brandao dkk
melaporkan penurunan bilirubin 0,16± 0,08
mg/dL/ jam (3,84±1,92) mg/dL dalam 24 jam.
Gambar 2 Grafik kadar bilirubin total pada Silva dkk melaporkan penuruan kadar bilirubin
bayi dalam 24 jam pada double fototerapy vs single
fototerapy (5,1±2,2 vs 4,3±2,1) mg/dL.
Berdasarkan gambar 4.1 diketahui Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
bahwa rata-rata kadar bilirubin pada bayi menentukan dan melaksanakan fototerapi
sebelum dilakukan fototerapi adalah 17,85 adalah berbagai emisi dari sumber cahaya,
mg/dL, kadar bilirubin terendah 14,72 mg/dL intensitas cahaya (iradiance), luas permukaan
dan kadar bilirubin tertinggi 21,33 mg/dL. Dari tubuh yang difototerapi. Panjang gelombang
hasil estimasi interval dapat disimpulkan cahaya yang efektif pada region biru-hijau
bahwa kadar bilirubin pada bayi yang 460-490 nm. Semakin dekat jarak fototerapi
mengalami hiperbilirubinemia sebelum dengan tubuh bayi maka semakin efektif.
dilakukan fototerapi adalah dengan rata-rata Bethanabotla melaporkan hasil tidak ada
sebesar 17,85 mg/dL. Rata-rata kadar bilirubin perbedaan signifikan posisi saat difototerapi
pada bayi sesudah dilakukan fototerapi adalah baik posisi supinasi atau berganti posisi karena
14,76 mg/dL, kadar bilirubin terendah 11,24 jumlah area yang difototerapi sama meskipun
mg/dL dan kadar bilirubin tertinggi 18,22 berubah posisi (Tridente A, De Luca D., 2011).
mg/dL. Dari hasil estimasi interval dapat Pengaruh fototerapi akan meningkat jika
disimpulkan bahwa kadar bilirubin pada bayi kadar bilirubin di kulit makin tinggi. Fototerapi
yang mengalami hiperbilirubinemia sesudah mengubah bilirubin di kapiler superfisial dan
dilakukan fototerapi adalah dengan rata-rata jaringan interstitial dengan reaksi fotokimia
sebesar 14,76 mg/dL. Rata-rata penurunan dan fotooksidasi menjadi isomer (isomerisasi
kadar bilirubin pada bayi yang mengalami struktural dan konfigurasi) secara cepat, yang
hiperbilirubinemia sesudah dilakukan larut dalam air dan dapat diekskresi melalui
fototerapi sebesar 3,086 mg/dL, penurunan hepar tanpa proses konjugasi sehingga mudah
kadar bilirubin terendah 1,02 mg/dL dan diekskresi dan tidak toksik. Penurunan
penurunan kadar bilirubin tertinggi 4,52 bilirubin total paling besar terjadi pada 6 jam
Corresponding Author:
Siti Istiqomah
Laboratorium Patologi klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang, Semarang Indonesia 50273
E-mail : istyvara12@gmail.com
5

pertama. Rubaltelli dkk 1978, melakukan Referensi


penelitian pada 24 neonatus dengan rerata BB Fida dan Maya, 2012, Pengantar Ilmu
3050 gram dan usia gestasi 37-41 minggu Kesehatan Anak, D-Medika,
dikelompokan menjadi 2 kelompok, kelompok Yogyakarta.
I (bilirubin total >15 mg/dL) dan kelompok
IDAI, 2011, Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
yang lain (bilirubin total <15 mg/dL).
Dokter Anak Indonesia, Badan Penerbit
Penurunan kadar bilirubin total pada kelompok
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
bilirubin total awal >15 mg/dL setelah
dilakukan fototerapi 24 jam (Tridente A, De Newman MG, Takei Henry H, Carranza FA.,
Luca D., 2011). 2009, Caranza clinical periodontology,
Simpulan 9th ed, Philadelphia, W.B. Saunders.
1. Hiperbilirubinemia pada bayi di RSIA Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, EGC,
Fatma Bojonegoro sebagian besar (51,8%) Jakarta.
dijumpai pada bayi dengan jenis kelamin
perempuan, paling banyak (50,9%) Saifuddin AB., 2010, Buku Acuan Nasional
dijumpai pada bayi berumur 6-8 hari dan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
mayoritas (74,5%) bayi mengalami ikterus Neonatal, Yayasan Bina Pustaka
neonatorum karena BBLR (<2500 gram). Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
2. Pada bayi yang mengalami Siska Y., 2017, Faktor-faktor yang
hiperbilirubinemia sebelum dilakukan berhubungan dengan
fototerapi dengan rata-rata kadar bilirubin Hiperbilirubinemia patologis pada bayi
sebesar 17,85 mg/dL, kadar bilirubin baru lahir di Ruangan Perinatology
terendah 14,72 mg/dL dan kadar bilirubin RSUD Dr.Adnaan WD Payakumbuh
tertinggi 21,33 mg/dL. Tahun 2016, Jurnal Penelitian Fakultas
3. Pada bayi yang mengalami Keperawatan Universitas Andalas,
hiperbilirubinemia sesudah dilakukan Padang, Sumatera Barat.
fototerapi dengan rata-rata kadar bilirubin
sebesar 14,76 mg/dL, kadar bilirubin Stokowski, L A., 2011, A matter of respect and
terendah 11,24 mg/dL dan kadar bilirubin diginity: bullying in the nursing
tertinggi 18,22 mg/dL. profession.http://learnonline.canberra.e
4. Berdasarkan hasil uji statistik du.au
nonparametric test dengan 2 related Tridente A, De Luca D. 2011. Efficacy of light
sample diperoleh nilai derajat signifikan ρ emitting diode versus other light
(0,000) < α (0,05) maka H1 diterima, yang sources for treatment of neonatal
berarti bahwa ada pengaruh fototerapi hyperbilirubinemia : a systematic
terhadap penurunan kadar bilirubin total review and meta analysis. Acta
pada bayi di RSIA Fatma Bojonegoro Paediatrica. h.458-465.
Tahun 2020.
Ucapan Terima Kasih Wahyuni S., 2013. Asuhan Neonatus, Bayi, &
Terselesaikannya penyusunan manuscript ini Balita (Penuntun Belajar Praktik
berkat saran saran, bimbingan, dukungan serta Klinik, EGC, Jakarta.
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada Watchko, F., J. 2006. ‖Neonatal
kesempatan kali ini penulis mengucapkan Hyperbilirubinemia — What Are the
terima kasih kepada: Risks?.‖ Journal Nursing England
1. Dr. Budi Santosa, M.Si.Med Selaku Medical. No. 354 PP 1947 - 1949
pembimbing pertama. http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/
2. Tulus Ariyadi, SKM, M.Si Selaku NEJMe068053. Diakses 26 Maret
pembimbing kedua. 2012.
3. Kedua orang tua dan keluarga besar yang
selalu mendoakan dan memberikan
dukungan.
Corresponding Author:
Siti Istiqomah
Laboratorium Patologi klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang, Semarang Indonesia 50273
E-mail : istyvara12@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai