Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang meliputi gambaran lokasi

penelitian, data umum dan data khusus. Hasil penelitian ini disajikan dalam

bentuk tabel dilengkapi dengan keterangan singkat. Dari hasil penelitian

kemudian dilakukan pembahasan.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSIA Fatma Bojonegoro yang beralamatkan

di Jalan Lettu Suyitno No. 2 Campurejo Bojonegoro Telp. (0353) 571576

Fax. (0353) 2893347 e-mail : rsiafatma_bjn@yahoo.com. PT. Lian Medika

Mandiri (berdiri th 2010) sebagai pemilik. Dengan surat ijin pendirian RS

445/73/208.412/2016 (berlaku sampai 26-2-2021), Ijin Operasional RS tanggal 26

Februari 2016, PKS Faskes BPJS permohonan per tanggal 18 Agustus 2018,

Kelas C (Badan Perijinan Kab.Bojonegoro), Sertifikat akreditasi KARS-SERT/

356/I/2018 (berlaku sampai 4-12-2020).

Pelayanan Dasar di RSIA Fatma Bojonegoro meliputi IGD 24 jam,

Instalasi kamar bersalin, High care unit, Instalasi bedah sentral (2 kamar bedah),

Instalasi rawat inap (Mona, Sari, Lian, Neonatus), Instalasi rawat jalan ( Poli

Obgyn Dan Anak), Pelayanan Penunjang, Instalasi pemeliharan sarana prasarana,

Instalasi gizi, Instalasi farmasi (3 apoteker), Unit CSSD, Unit pemulasaran

jenazah, Unit ambulan, Instalasi patologi klinik, dan Unit rekam medis (sudah

rme).

39
40

4.1.2 Data Umum

1. Karakteristik Pasien Berdasarkan Umur


Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan umur pada bayi di RSIA Fatma
Bojonegoro 2020
Umur bayi Jumlah Persentase
0-2 hari 0 0
3-5 hari 40 36,4%
6-8 hari 56 50,9%
9-11 hari 14 12,7%
Total 110 100%
Sumber: Data Sekunder Pasien Tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa dari 110 bayi didapatkan paling

banyak (50,9%) berumur 6-8 hari.

2. Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada bayi di RSIA
Fatma Bojonegoro 2020

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 53 48,2%

2 Perempuan 57 51,8%

TOTAL 110 100%

Sumber: Data Sekunder Pasien Tahun 2020


Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa dari 110 responden didapatkan

sebagian besar (51,8%) dengan jenis kelamin perempuan.


41

3. Karakteristik Pasien Berdasarkan Penyebab ikterus neonatorum

Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan penyebab ikterus neonatorum


pada bayi di RSIA Fatma Bojonegoro 2020

No Penyebab Jumlah Persentase

1 BBLR (<2500 gram) 82 74,5%

2 Prematur 19 17,3%

3 Tindakan SC 9 8,2%

TOTAL 110 100%

Sumber: Data Sekunder Pasien Tahun 2020


Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa dari 110 responden didapatkan

mayoritas (74,5%) bayi mengalami ikterus neonatorum karena BBLR (<2500

gram).

4.1.3 Data Khusus

Pengaruh fototerapi terhadap penurunan kadar bilirubin

Kadar Bilirubin

25
21.33
20 17.85 18.22 Kadar bilirubin sebelum
14.72 14.76 fototerapi
15
11.24 Kadar bilirubin sesudah
10 fototerapi
4.52
5 3.086 Nilai penurunan kadar
1.02 bilirubin
0
minimal rata-rata maksimal

Gambar 4.1 Diagram batang kadar bilirubin total pada bayi sebelum dan
sesudah dilakukan fototerapi di RSIA Fatma Bojonegoro 2020
42

Kadar Bilirubin

50
21.33
40 Kadar bilirubin
17.85 sebelum fototerapi
30 14.72 Kadar bilirubin
18.22
20 14.76 sesudah fototerapi
11.24 Nilai penurunan
10
3.086 4.52 kadar bilirubin
1.02
0
minimal rata-rata maksimal

Gambar 4.2 Grafik kadar bilirubin total pada bayi sebelum dan sesudah
dilakukan fototerapi di RSIA Fatma Bojonegoro 2020

Berdasarkan gambar 4.1 diketahui bahwa rata-rata kadar bilirubin pada

bayi sebelum dilakukan fototerapi adalah 17,85 mg/dL, kadar bilirubin

terendah 14,72 mg/dL dan kadar bilirubin tertinggi 21,33 mg/dL. Dari hasil

estimasi interval dapat disimpulkan bahwa kadar bilirubin pada bayi yang

mengalami hiperbilirubinemia sebelum dilakukan fototerapi adalah dengan

rata-rata sebesar 17,85 mg/dL.

Berdasarkan gambar 4.1 diketahui bahwa rata-rata kadar bilirubin pada

bayi sesudah dilakukan fototerapi adalah 14,76 mg/dL, kadar bilirubin

terendah 11,24 mg/dL dan kadar bilirubin tertinggi 18,22 mg/dL. Dari hasil

estimasi interval dapat disimpulkan bahwa kadar bilirubin pada bayi yang

mengalami hiperbilirubinemia sesudah dilakukan fototerapi adalah dengan

rata-rata sebesar 14,76 mg/dL.

Berdasarkan gambar 4.1 diketahui bahwa rata-rata penurunan kadar

bilirubin pada bayi yang mengalami hiperbilirubinemia sesudah dilakukan

fototerapi sebesar 3,086 mg/dL, penurunan kadar bilirubin terendah 1,02

mg/dL dan penurunan kadar bilirubin tertinggi 4,52 mg/dL. Dari hasil estimasi
43

interval dapat disimpulkan bahwa penurunan kadar bilirubin pada bayi yang

mengalami hiperbilirubinemia sesudah dilakukan fototerapi dengan rata-rata

penurunan kadar bilirubin sebesar 3,086 mg/dL.

Kemudian dari hasil uji statistik nonparametric test dengan 2 related

sample diperoleh nilai derajat signifikan ρ (0,000) < α (0,05) maka H1

diterima, yang berarti bahwa ada pengaruh fototerapi terhadap penurunan

kadar bilirubin total pada bayi di RSIA Fatma Bojonegoro Tahun 2020.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Karakteristik pada bayi dengan hiperbilirubinimia

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 110 bayi yang

mengalami hiperbilirubinemia di RSIA Fatma Bojonegoro sebagian besar (51,8%)

dijumpai pada bayi dengan jenis kelamin perempuan, paling banyak (50,9%)

dijumpai pada bayi berumur 6-8 hari dan mayoritas (74,5%) bayi mengalami

ikterus neonatorum karena BBLR (<2500 gram).

Pada bayi yang mengalami hiperbilirubinemia di RSIA Fatma Bojonegoro

sebagian besar dengan jenis kelamin perempuan, hal ini tidak sesuai dengan teori

yang ada. Angka kejadian hiperbilirubinemia pada bayi laki-laki lebih besar

daripada bayi perempuan. Pada bayi laki-laki bilirubin lebih cepat diproduksi

daripada perempuan, hal ini karena bayi laki-laki memiliki protein Y dalam hepar

yang berperan dalam uptake bilirubin ke sel-sel hepar (Wiknjosastro, 2018).

Pada bayi yang mengalami hiperbilirubinemia di RSIA Fatma Bojonegoro

sebagian besar disebabkan oleh BBLR (<2500 gram), hal ini sesuai teori.
44

Menurut Zabeen B (2012) BBLR dan prematuritas merupakan faktor

risiko tersering terjadinya hiperbilirubin di wilayah Asia tenggara. Hiperbilirubin

merupakan salah satu kegawatan yang sering terjadi pada bayi baru lahir,

sebanyak 25-50% pada bayi cukup bulan dan 80 % pada bayi berat lahir rendah

(Vivian, 2014). Peningkatan konsentrasi bilirubin serum 10 mg% atau lebih setiap

24 jam pada neonatus yang cukup bulan dan 12,5 % pada neonatus yang kurang

bulan keadaan tersebut juga berpotensi besar terjadi ensefalopati biliaris lebih di

kenal kern ikterus (Hidayat, 2014).

4.2.2 Kadar bilirubin total pada bayi sebelum dilakukan fototerapi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata kadar bilirubin pada

bayi sebelum dilakukan fototerapi adalah 17,85 mg/dL, kadar bilirubin terendah

14,72 mg/dL dan kadar bilirubin tertinggi 21,33 mg/dL. Dari hasil estimasi

interval dapat disimpulkan bahwa kadar bilirubin pada bayi yang mengalami

hiperbilirubinemia sebelum dilakukan fototerapi dengan rata-rata 17,85 mg/dL.

Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin mencapai

suatu nilai yang maempunyai potensi menimbulkan kern ikterik bila tidak

ditanggulangi dengan baik (Prawirohardjo, 2014). Hiperbilirubinemia merupakan

gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena kadar

unconjugated bilirubin meningkat (Gomella TL, 2009).

Pada penelitian ini diketahui bahwa hiperbilirubinemia sebagian besar

(51,8%) dijumpai pada bayi dengan jenis kelamin perempuan, tetapi belum

diketahui hubungan antara jenis kelamin dengan hiperbilirubinemia. Pada

penelitian ini diketahui bahwa rata-rata umur bayi yang mengalami


45

hiperbilirubinemia adalah diantara 5,99 sampai dengan 6,68 hari. Enam puluh

persen bayi yang lahir normal berkembang menjadi kuning dalam satu minggu

pertama kehidupan. Mekanisme hiperbilirubinemia melalui peningkatan produksi

bilirubin karena jumlah sel darah merah yang lebih tinggi, umur sel darah merah

lebih singkat sehingga pemecahan sel lebih cepat. Mekanisme lainnya karena

penurunan ekskresi bilirubin melalui penurunan uptake dalam hati, penurunan

konjugasi oleh hati, peningkatan sirkulasi enterohepatik. Ekskresi bilirubin

membaik setelah usia 1 minggu (Tridente A, De Luca D., 2011).

4.2.3 Kadar bilirubin total pada bayi sesudah dilakukan fototerapi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata kadar bilirubin pada

bayi sesudah dilakukan fototerapi adalah 14,76 mg/dL, kadar bilirubin terendah

11,24 mg/dL dan kadar bilirubin tertinggi 18,22 mg/dL. Dari hasil estimasi

interval dapat disimpulkan bahwa kadar bilirubin pada bayi yang mengalami

hiperbilirubinemia sesudah dilakukan fototerapi dengan rata-rata 14,76 mg/dL.

Sejak diperkenalkan pada tahun 1958, fototerapi merupakan salah satu

terapi untuk hiperbilirubinemia neonatal (Tridente A, De Luca D., 2011).

Penatalaksanaan hiperbilirubinemia yaitu melakukan dekomposisi bilirubin

dengan fototerapi dan transfusi tukar darah. Pada penatalaksanaan transfusi tukar

darah, dilakukan dengan indikasi: pada semua keadaan dengan kadar bilirubin

indirek ≥ 20 mg/dL, kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat yaitu 0,3-1

mg/dL per jam, anemia berat pada bayi baru lahir dengan gejala gagal jantung,

kadar HB tali pusat < 14 mg/dL dan uji Coombs direk positif. Tujuan fototerapi

adalah mengonversi bilirubin menjadi photoisomers kuning dan produk oksidasi


46

tidak berwarna yang kurang lipofilik dari bilirubin dan tidak memerlukan

konjugasi hepar untuk ekskresi. Photoisomers diekskresikan terutama dalam

empedu dan produk oksidasi terutama di urin (Saifuddin AB, 2010).

4.2.4 Pengaruh fototerapi terhadap penurunan kadar bilirubin

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kadar bilirubin pada bayi

yang mengalami hiperbilirubinemia sesudah dilakukan fototerapi dengan rata-rata

penurunan sebesar 3,086 mg/dL. Dari hasil uji statistik nonparametric test dengan

2 related sample diperoleh nilai derajat signifikan ρ (0,000) < α (0,05) maka H1

diterima, yang berarti bahwa ada pengaruh fototerapi terhadap penurunan kadar

bilirubin total pada bayi di RSIA Fatma Bojonegoro Tahun 2020.

Kami mendapatkan rata-rata penurunan kadar bilirubin total setelah

dilakukan fototerapi sebesar 3,086 mg/dL (rata-rata turun 17,2% dalam 24 jam).

Brandao dkk melaporkan penurunan bilirubin 0,16± 0,08 mg/dL/ jam (3,84±1,92)

mg/dL dalam 24 jam. Silva dkk melaporkan penuruan kadar bilirubin dalam 24

jam pada double fototerapy vs single fototerapy (5,1±2,2 vs 4,3±2,1) mg/dL.

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan dan melaksanakan

fototerapi adalah berbagai emisi dari sumber cahaya, intensitas cahaya

(iradiance), luas permukaan tubuh yang difototerapi. Panjang gelombang cahaya

yang efektif pada region biru-hijau 460-490 nm. Semakin dekat jarak fototerapi

dengan tubuh bayi maka semakin efektif. Bethanabotla melaporkan hasil tidak ada

perbedaan signifikan posisi saat difototerapi baik posisi supinasi atau berganti

posisi karena jumlah area yang difototerapi sama meskipun berubah posisi

(Tridente A, De Luca D., 2011).


47

Pengaruh fototerapi akan meningkat jika kadar bilirubin di kulit makin

tinggi. Fototerapi mengubah bilirubin di kapiler superfisial dan jaringan interstitial

dengan reaksi fotokimia dan fotooksidasi menjadi isomer (isomerisasi struktural

dan konfigurasi) secara cepat, yang larut dalam air dan dapat diekskresi melalui

hepar tanpa proses konjugasi sehingga mudah diekskresi dan tidak toksik.

Penurunan bilirubin total paling besar terjadi pada 6 jam pertama. Rubaltelli dkk

1978, melakukan penelitian pada 24 neonatus dengan rerata BB 3050 gram dan

usia gestasi 37-41 minggu dikelompokan menjadi 2 kelompok, kelompok I

(bilirubin total >15 mg/dL) dan kelompok yang lain (bilirubin total <15 mg/dL).

Penurunan kadar bilirubin total pada kelompok bilirubin total awal >15 mg/dL

setelah dilakukan fototerapi 24 jam (Martin C, Cloherry J., 2004).

Anda mungkin juga menyukai