TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Ikterus adalah perubahan warna kulit dan sklera menjadi kuning yang
yang bersifat patologis adalah keadaan klinis pada neonatus yang ditandai
pewarnaan kuning pada kulit, mukosa, sklera akibat dari akumulasi bilirubin
(indirek maupun direk) di dalam serum/darah yang secara klinis akan mulai
tampak di daerah muka, apabila kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg/dL
2.1.2 Klasifikasi
1. Hiperbilirubinemia fisiologis
neonatus cukup bulan dapat mencapai 6-8 mg/dL pada usia 3 hari, setelah itu
berangsur turun. Pada bayi prematur, awitan ikterus terjadi lebih dini, kadar
bilirubin naik perlahan tetapi dengan kadar puncak lebih tinggi, serta
bilirubin pada neonatus prematur dapat mencapai 10-12 mg/dL pada hari ke-5
dan masih dapat naik menjadi >15 mg/dL tanpa adanya kelainan tertentu.
7
8
Kadar bilirubin akan mencapai <2 mg/dL setelah usia 1 bulan, baik pada bayi
2. Hiperbilirubinemia patologis
1. Tanda hiperbilirubinemia
sebagai berikut:
jam.
cukup bulan dan 12,5 mg/dL pada neonatus yang kurang bulan (Yuliastati
2. Gejala hiperbilirubinemia
a. Asfiksia
b. Hipoksia
opistotonus, tidak mau minum, letargi, reflek moro lemah atau tidak ada
2.1.4 Etiologi
Dalam prosesnya, sel darah merah yang sudah tua, rusak, dan abnormal
dibuang dari peredaran darah, terutama yang ada di dalam limpa. Selama proses
darah merah) dipecah menjadi pigmen kuning yang disebut bilirubin. Kemudian,
bilirubin dibawa ke hati, kemudian diubah secara kimiawi, lalu dibuang ke usus
Penyebab yang tersering ditemukan disini adalah hemolisis yang timbul akibat
inkompabilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim G6PD. Hemolisis ini
2.1.5 Patofisiologi
Ikterus pada bayi baru lahir (BBL) disebabkan oleh stadium maturasi
puluh lima persen dari bilirubin yang ada pada BBL berasal dari penghancuran
hemoglobin dan dari mioglobin sitokrom, katalase dan triptofan pirolase. Satu
11
indirek yang terikat dengan albumin bebas (1 gram albumin akan mengikat 16 mg
bilirubin). Bilirubin indirek dalam lemak dan bila sawar otak terbuka, bilirubin
akan masuk ke dalam otak dan terjadi kernicterus. Yang memudahkan terjadinya
hal tersebut ialah maturitas, asfiksia/hipoksia, trauma lahir, BBLR (kurang dari
akan diikat oleh enzim glucuronil transverase menjadi bilirubin direk yang larut
usus dan menjadi sterkobilin. Sebagian diserap kembali dan keluar melalui urine
sebagai urobilinogen. Pada BBL bilirubin direk dapat dirubah menjadi bilirubin
penting terhadap perubahan tersebut. Bilirubin indirek ini diserap kembali, oleh
2005).
fungsi hepar akibat asidosis hipoksia, dan infeksi atau tidak terdapat enzim
ke hepar. Ikatan ini dapat dipengaruhi oleh obat seperti salisilat dan lain-lain.
4. Gangguan dalam ekskresi akibat sumbatan dalam hepar atau di luar hepar.
Akibat kelainan bawaan atau infeksi, atau kerusakan hepar oleh penyebab lain
(Ngastiyah, 2005).
2.1.6 Pencegahan
dengan memeriksa kadar bilirubin serum total atau pengkajian terhadap faktor
risiko secara klinis. Dengan memeriksa bilirubin serum total dan memplot
hasilnya pada nomogram, kita dapat mengetahui apakah bayi berada pada
hiperbilirubinemia berat.
2. Saat ini tersedia alat noninvasif untuk memperkirakan kadar bilirubin pada
Minolta JM®). Hasil yang didapat akan berbeda dari kadar bilirubin serum
total, karena bilirubin yang diukur bukan bilirubin dalam serum, melainkan
bilirubin yang terdeposisi pada jaringan. Belum ada studi yang mempelajari
apakah bilirubin serum atau bilirubin kulit yang lebih akurat untuk
13
3. Setiap ibu hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah dan faktor
1. Terapi sinar
paling efisien adalah sinar biru dengan panjang gelombang 425-475 nm.
Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin
dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air tanpa
harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar
bilirubin agar tak terus meningkat sehingga menimbulkan risiko yang lebih
Cara kerja terapi sinar yaitu menimbulkan dekomposisi bilirubin dari suatu
senyawaan tetrapirol yang sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol
yang mudah larut dalam air sehingga dapt dikeluarkan melalui urin dan
14
(Ngastiyah, 2005).
1) Sebuah kotak untuk 8-10 lampu neon @20 Watt yang disusun secara
paralel.
2) Pleksiglas 0,5 inci yang melapisi bagian bawah kotak tersebut yang
2) Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 0,3-1 mg/dL per
jam
3) Anemia berat pada bayi baru lahir dengan gejala gagal jantung
4) Kadar HB tali pusat < 14 mg/dL dan uji Coombs direk positif
2) Lampu yang dipakai tidak melebihi 500 jam (maksimal sampai 500
jam).
(Ngastiyah, 2005).
15
2) Kedua mata ditutup dengan penutup yang tidak tembus cahaya. Dapat
dengan kain kasa yang dilipat lipat dan dibalut. Sebelumnya katupkan
4) Pertahankan suhu bayi agar selalu 36,5-37 C, dan observasi suhu tiap
4-6 jam sekali. Jika terjadi kenaikan suhu matikan sebentar lampunya
8) Bila kadar bilirubin telah turun menjadi 7,5 mg % atau kurang, terapi
9) Jika setelah terapi selama 100 jam bilirubin tetap tinggi/kadar bilirubin
dalam serum terus naik, coba lihat kembali apakah lampu belum
10) Pada kasus ikterus karena hemolisis, kadar Hb diperiksa tiap hari
(Ngastiyah, 2005).
5) Kenaikan suhu akibat sinar lampu. Jika hal ini terjadi sebagian lampu
minum.
(Ngastiyah, 2005).
mengkuarkan darah dari bayi untuk ditukar dengan darah yang tidak sesuai
dapat diatasi dengan tindakan lain, misalnya telah diberikan terapi sinar tetapi
kadar bilirubin tetap tinggi. Pada umumnya transfusi tukar dilakukan pada
4) Memperbaiki anemia.
nekrotikan
dan bilirubin serum setiap 12 jam dan pantau tanda vital (Yuliastati dan
Nining, 2016).
2.2.1 Pengertian
suatu nilai yang maempunyai potensi menimbulkan kern ikterik bila tidak
1. Hiperbilirubin hemolitik
a. Inkompabilitas Rhesus
b. Inkompabilitas ABO 20
2. Hiperbilirubin Obstruktiva
hati maupun diluar hati. Akibat sumbatan itu terjadi penumpukan bilirubin
tidak langsung.
b. Hipolbuminemia.
c. Adanya obat atau zat kimia yang mengurangi ikatan bilirubin tidak
f. Asidosis metabolik.
bilirubin tak terkonjugasi di dalam sel-sel otak. Pada permulaan tanda klinik
20
tidak jelas tetapi dapat disebutkan, seperti: letargi, layuh dan malas minum,
eritrosit dimana bilirubin berasal dari penguraian protein dan heme (Ives NK,
2012). Kadar produksi bilirubin pada bayi sekitar 6 sampai 8 mg/kgBB/hari dan
dewasa sekitar 3 sampai 4 mg/kgBB/hari (Sukadi, 2015). Bayi baru lahir akan
menghasilkan bilirubin 2 atau 3 kali lebih banyak daripada anak maupun dewasa,
oleh karena pada bayi waktu penghancuran sel darah merah lebih cepat
(Tokowski, 2011). Penghancuran sel darah pada neonatus cukup bulan sekitar
delapan puluh hari dan pada prematur sekitar tujuh puluh hari (Madan, et all,
2012). Bilirubin berasal dari katabolisme protein heme, heme akan diubah
yang dihasilkan akan berikatan secara reversibel dengan albumin dan sebagian
kecil dalam bentuk bebas. Bilirubin tidak terkonjugasi merupakan larut lipid yang
akan dibawa menuju hati melintasi membran sel hati. Enzim liver yaitu uridine
dan akan mengubah menjadi pigmen bilirubin yang larut dalam air yang dapat
diekresikan ke dalam empedu dan keluar dari tubuh melalui usus dan ginjal
(Tokowski, 2011).
mendapat ASI, kurang bulan, dan mendekati cukup bulan (Sukadi, 2015).
clearance bilirubin dan lebih sering terjadi pada bayi kurang bulan. Bayi yang
diberikan ASI memiliki kadar bilirubin serum yang tinggi dibandingkan bayi yang
mendapat susu formula, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
jumlah hemoglobin yang terjadi akibat dari polisitemia, keterlambatan klem tali
pusat (Sukadi, 2015). Penyebab lain dapat juga oleh karena peningkatan sirkulasi
hipotiroidisme, dan selanjutnya dapat juga disebabkan oleh perubahan fungsi dan
perfusi hati yang disebabkan asfiksia, hipoksia dan sepsis, obstruksi hepatik
2.3.1 Pengertian
intensitas tinggi. Fungsinya untuk pengobatan atau terapi sinar pada bayi yang
bilirubin di bawah jaringan kulit atau selaput lendir yang ditandai dengan warna
kuning yang terlihat pada kulit atau di bawah selaput lendir. Prinsip alat
phototherapy memberikan sinar pada kulit bayi secara langsung dalam jangka
2015).
superfisial dan interstisial pada isomer yang larut dalam air yang dapat
dieksresikan tanpa metabolisme oleh hati. Bentuk bilirubin 4Z dan 15Z akan
berubah menjadi 4Z dan 15E yaitu bentuk isomer nontoksik yang dapat
stereochemistry diantara kedua ikatan. Empat dan lima menunjukkan posisi ikatan
total serum bilirubin. Lumirubin akan diekresikan melalui empedu dan urin.
Ketika bentuk bilirubin ini berubah menjadi isomer yang nontoksik maka akan
23
eleminasi melalui urin dan saluran cerna. Hal ini merupakan penjelasan mengenai
gelombang 400 sampai 700 nm dan puncak absorbsi antara 460 sampai 490 nm
(Hansen, 2010). Sejauh ini sinar yang dianjurkan adalah menggunakan lampu
sinar biru (Vreman, et all, 2010). Pertimbangan fototerapi dan transfusi tukar
berdasarkan kadar bilirubin yang disesuaikan dengan umur bayi dalam jam dan
hiperbilirubinemia, hal ini dapat dilihat pada tabel 2.1. dan tabel 2.2.
24
pada permukaan kulit (Maisels, et all, 2015). Kualitas ini sangat dipengaruhi oleh
luas permukaan tubuh yang terpapar, penggunaan media pemantulan sinar, jarak
antara lampu dengan kulit bayi dan lain-lain (Pritchard, et all, 2014). Kualitas
spektrum yang sejauh ini dipakai sinar biru, sinar hijau atau cahaya biru kehijauan
dengan panjang gelombang 400 sampai 520 nm sedangkan untuk sinar ultraviolet
masih ada konsep yang berbeda atau kontroversial. Intensitas sinar merupakan
25
intensitas cahaya dengan sejumlah foton yang terpapar dengan permukaan tubuh
diletakkan di atas dan di bawah bayi akan menghasilkan intensitas sinar 28,5
μW/cm2/nm atau lebih baik dibanding fototerapi tunggal (intensitas sinar 18.4
biru jarak yang terbaik untuk menurunkan kadar bilirubin adalah jarak 10 cm
dengan penurunan kadar bilirubin sekitar 45% dan 50 cm dengan penurunan kadar
permukaan tubuh yang terpapar sinar maka akan semakin cepat mempengaruhi
penurunan nilai serum bilirubin, dengan mengubah posisi bayi setiap 2 sampai 3
jam dapat memaksimalkan area yang terkena cahaya (Donnebord, et all, 2010).
fototerapi intensif bila bilirubin serum mendekati tingkat transfusi tukar (AAP,
2004).
26
fototerapi.
2. Konsistensi feses yang lebih cair, yang berwarna hijau atau kecoklatan
3. Efek okuler dalam menurunkan input sensoris dan stimulasi sensoris, tetapi
5. Hipokalsemi lebih sering terjadi pada bayi prematur. Hal ini disebabkan oleh
Kerangka teori harus berdasarkan teori asal / grand theory (Nursalam, 2016).
Penyebab hiperbilirubinemia:
1. Variasi Usia
2. Asupan ASI Neonatus hiperbilirubinemia
3. Dehidrasi Indirek 4Z, 15 Z
4. Kelainan kongenital
5. Kelainan hematologi
Fototerapi
Penurunan
kadar bilirubin
2.6 Hipotesis
H1 : Ada pengaruh fototerapi terhadap penurunan kadar bilirubin total pada bayi