Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERBILIRUBIN

DISUSUN OLEH :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN 2023/2024

ii
3

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian

Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam


darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatus.
Hiperbilirubinemia ialah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam
darah, baik oleh faktor fisiologi maupun non-fisiologi, yang secara klinis
ditandai dengan ikterus (Mathindas, Wilar and Wahani, 2015).

Ikterus fisiologis adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul pada
hari ke-2 sampai ke-3 setelah lahir yang tidak mempunyai dasar patologis
dan akan menghilang dengan sendirinya pada hari ke-10. (Susilaningrum
dkk, 2016). Icterus, jaundice, atau “sakit kuning” adalah warna kuning
pada sclera mata, mukosa, dan kulit oleh karena peningkatan kadar
bilirubin dalam darah (hyperbilirubinemia) yang selanjutnya
menyebabkan peningkatan bilirubin dalam cairan luar sel (extracellular
fluid).

Jadi dapat disimpulkan bahwa hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana


kadar bilirubin dalam darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin
serum. Untuk bayi yang baru lahir cukup bulan batas aman kadar
bilirubinnya adalah 12,5 mg/dl, sedangkan bayi yang lahir kurang bulan,
batas aman kadar bilirubinnya adalah 10 mg/dl. Jika kemudian kadar
bilirubin diketahui melebihi angka-angka tersebut, maka ia dikategorikan
hiperbilirubin

2. Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut dapat terjadi karena


keadaan sebagai berikut :

a. Produksi bilirubin yang berlebihan. Hal ini melebihi kemampuan


neonatus untuk mengeluarkan zat tersebut.

b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar. Gangguan ini


dapat disebabkan oleh asidosis, hipoksia, dan infeksi atau tidak
terdapatnya enzim glukoronil transferase. Penyebab lain yaitu
defisiensi protein, protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam
uptake bilirubin ke sel hepar.
4

c. Gangguan transportasi bilirubin. Bilirubin dalam darah terikat pada


albumin kemudian diangkat ke hepar. Defisiensi albumin
menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas
dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.

d. Gangguan dalam ekskresi. Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi


dalam hepar atau diluar hepar. Kelainan diluar hepar biasanya
disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya
akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.

3. Patofisiologi

Bilirubin di produksi sebagian besar (70-80%) dari eritrosit yang telah


rusak. Kemudian bilirubin indirek (tak terkonjugasi) dibawa ke hepar
dengan cara berikatan dengan albumin. Bilirubin direk (terkonjugasi)
kemudian diekskresikan melalui traktus gastrointestinal. Bayi memiliki
usu yang belum sempurna, karna belum terdapat bakteri pemecah,
sehingga pemecahan bilirubin tidak berhasil dan menjadi bilirubin indirek
yang kemudian ikut masuk dalam aliran darah, sehingga bilirubin terus
bersirkulasi (Atika dan Jaya, 2016).

Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikuloendotelial,


selanjutnya dilepaskan ke sirkulasi yang akan berikatan dengan albumin.
Neonatus mempunyai kapasitas ikatan plasma yang rendah terhadap
bilirubin karena konsentrasi albumin yang rendah dan kapasitas ikatan
molar yang kurang. Bilirubin yang terikat dengan albumin tidak dapat
memasuki susunan syaraf pusat dan bersifat toksik.

Pigmen kuning ditemukan di dalam empedu yang terbentuk dari


pemecahan hemoglobin oleh kerja heme oksigenase, biliverdin, reduktase,
dan agen pereduksi non enzimatik dalam sistem retikuloendotelial.
Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin tak terkonjugasi diambil oleh
protein intraseluler “Y protein” dalam hati. Pengambilan tergantung pada
aliran darah hepatik dan adanya ikatan protein. Bilirubin tak terkonjugasi
dalam hati diubah atau terkonjugasi oleh enzim asam uridin
disfoglukuronat (uridine disphoglucuronid acid) glukurinil transferase
menjadi bilirubin mono dan diglucuronida yang polar, larut dalam air
(bereaksi direk). Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat
dieliminasi melaui ginjal.
5

Dengan konjugasi, bilirubin masuk dalam empedu melaui membran


kanalikular. Kemudian ke sistem gastrointestinal dengan diaktifkan oleh
bakteri menjadi urobilinogen dalam tinja dan urine. Beberapa bilirubin
diabsorbsi kembali menjadi sirkulasi enterohepatik (Suriadi dan Yuliani
2010). Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin
yang melebihi kemampuan hati untuk mengekskresikan bilirubin yang
telah diekskresikan dalam jumlah normal. Selain itu, hiperbilirubinemia
juga dapat disebabkan oleh obstruksi saluran ekskresi hati. Apabila
konsentrasi bilirubin mencapai 2 – 2,5 mg/dL maka bilirubin akan
tertimbun di dalam darah. Selanjutnya bilirubin akan berdifusi ke dalam
jaringan yang kemudian akan menyebabkan kuning atau icterus.
6

4. Manifestasi klinis

Menurut Ridha (2014) bayi baru lahir dikatakan mengalami


hiperbilirubinemia apabila tampak tanda-tanda sebagai berikut :

a. Sklera, selaput lendir, kulit atau organ lain tampak kuning akibat
penumpukan bilirubin.

b. Terjadi pada 24 jam pertama kehidupan.

c. Peningkatan konsentasi bilirubin 5mg/dL atau lebih setelah 24 jam.

d. Konsentrasi bilirubin serum 10 mg/dL pada neonatus cukup bulan dan


12,5 mg/dL pada neonatus kurang bulan.

e. Ikterik yang disertai proses hemolisis.

f. Ikterik yang disertai berat badan lahir kurang dari 2000 gram, masa
gestasi kurang dari 36 minggu, hipoksia, sindrom gangguan
pernafasan, infeksi trauma lahir kepala, hipoglikemia, hiperkarbia.

5. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan bilirubin serum

Pada bayi cukup bulan, kadar bilirubin mencapai puncak kira-kira 6


mg/dL, antara 2 dan 4 hari kehidupan. Apabila nilainya diatas 10
mmg/dL maka dikatakan hiperbilirubinemia non fisiologis atau
patologis. Pada bayi dengan kurang bulan, kadar bilirubin mencapai
puncaknya pada nilai 10 – 12 mg/dL, antara lima dan tujuh hari
kehidupan. Apabila nilainya diatas 14 mg/dL maka dikatakan
hiperbilirubinemia non fisiologis atau patologis (Suriadi & Yulliani,
2010)

b. Ultrasonograf (USG)

Pemeriksaan USG digunakan untuk mengevaluasi anatomi cabang


kantong empedu (Suriadi & Yulliani, 2010).

c. Radioscope Scan

Pemeriksaan radioscope scan dapat digunakan untuk membantu


membedakan hepatitis atau atresia biliary

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Non Medis :


7

a. Bilirubin Indirek

Penatalaksanaanya dengan metode penjemuran dengan sinar


ultraviolet ringan yaitu dari jam 7.oo – 9.oo pagi. Karena bilirubin
fisioplogis jenis ini tidak larut dalam air.

b. Bilirubin Direk

Penatalaksanaannya yaitu dengan pemberian intake ASI yang adekuat.


Hal ini disarankan karna bilirubin direk dapat larut dalam air, dan
akan dikeluarkan melalui sistem pencernaan. (Atikah & Jaya, 2016)

Penatalaksanaan medis :

a. Pemberian antibiotic

b. Pemberian antibiotik dilakukan apabila hiperbilirubinemia pada bayi


baru lahir disebabkan oleh infeksi.

c. Fototerapi Tindakan fototerapi dapat dilakukan apabila telah


ditegakkan hiperbiliribunemia pada bayi baru lahir bersifat patologis.
Fototerapi berfungsi untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melaui
tinja dan urine dengan oksidasi foto pada bilirubin dari biliverdin.
Langkah-langkah pelaksanaan fototerapi yaitu :

1) Membuka pakaian neonatus agar seluruh bagian tubuh neonatus


kena sinar.

2) Menutup kedua mata dan gonat dengan penutup yang


memantulkan cahaya.

3) Jarak neonatus dengan lampu kurang lebih 40 cm

4) Mengubah posisi neonatus setiap 6 jam sekali.

5) Mengukur suhu setiap 6 jam sekali.

6) Kemudian memeriksa kadar bilirubin setiap 8 jam atau sekurang


kurangnya sekali dalam 24 jam.

7) Melakukan pemeriksaan HB secara berkala terutama pada


penderita yang mengalami hemolisis.
8

d. Fenoforbital

Dapat mengekskresi bilirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi.


Meningkatkan sintesis hepatis glukoronil transferase yang mana dapat
meningkatkan bilirubin konjugasi dan clearance hepatik pada pigmen
dalam empedu, sintesis protein dimana dapat meningkatkan albumin
untuk mengikat bilirubin. Fenobarbital tidak begitu sering dianjurkan.

e. Transfusi Tukar

Transfusi tukar dilakukan apabila hiperbilirubinemia pada bayi baru


lahir sudah tidak dapat ditangani dengan fototerapi.

B. Proses Keperawatan

1. Pengkajian data dasar

Fokus Pengkajian

a. Identitas: Bayi dengan kelahiran prematur, BBLR, dan lebih sering


diderita oleh bayi laki-laki.

b. Keluhan Utama : Bayi terlihat kuning dikulit dan sklera, letargi, malas
menyusu, tampak lemah, dan bab berwarna pucat.

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat penyakit sekarang: Keadaan umum bayi lemah, sklera


tampak kuning, letargi, refleks hisap kurang, pada kondisi
bilirubin indirek yang sudah .20mg/dl dan sudah sampai ke
jaringan serebral maka bayi akan mengalami kejang dan
peningkatan tekanan intrakranial yang ditandai dengan tangisan
melengking.

2) Riwayat kehamilan dan kelahiran:Antenatal care yang kurang


baik, kelahiran prematur yang dapat menyebabkan maturitas pada
organ dan salah satunya hepar, neonatus dengan berat badan lahir
rendah, hipoksia dan asidosis yang akan menghambat konjugasi
bilirubin, neonatus dengan APGAR score rendah juga
memungkinkan terjadinya hipoksia serta asidosis yang akan
menghambat konjugasi bilirubin.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu: Biasanya ibu bermasalah dengan


hemolisis. Terdapat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian
9

golongan Rh atau golongan darah A,B,O). Infeksi, hematoma,


gangguan metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan, ibu
menderita DM. Mungkin praterm, bayi kecil usia untuk gestasi
(SGA), bayi dengan letardasio pertumbuhan intra uterus (IUGR),
bayi besar untuk usia gestasi (LGA) seperti bayi dengan ibu
diabetes. Terjadi lebih sering pada bayi pria daripada bayi wanita.

Pemeriksaan Fisik

a. Kepala
1) Inspeksi: bentuk kepala (simetris, makrosefali, mikrosefali,
anensefali), warna rambut, adanya luka/laserasi, hematom, cephal
hematom, caput succedenum, kulit kepala, kelengkapan (telinga,
mata, hidung, mulut)
2) Palpasi: distribusi rambut, ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil,
sutura
b. Mata
1) Inspeksi: letak mata, palpebra, konjunctiva, sklera, pupil, refleks
cahaya, bulu mata, epikantus, refleks berkedip, doll eyes,
perdarahan, katarak
c. Telinga:
1) Inspeksi: lengkap/tidak, ukuran, membran timpani, pinna,
kebersihan
2) Palpasi: fleksibilitas pina
3) Perkusi: refleks moro dan refleks startle
d. Hidung:
1) Inspeksi: keutuhan, pernafasan cuping hidung, kebersihan, sekret,
epistaksis
2) Palpasi: pasase udara
e. Mulut, rongga mulut dan pipi:
1) Inspeksi: keutuhan bibir (labioskisis, labio palatoskisis, labignato
palatoskisis), bibir kering/lembab, sianosis, trismus (mulut
mencucu), lidah bersih/kotor, makroglosia/mikroglosia, tremor
lidah, keutuhan palatum dan gusi, bercak atau eritema pada pipi,
salivasi / hipersalivasi, tonsil, geligi,
2) Palpasi: reflek sucking, reflek menelan, rooting reflek, ekstrusion
reflex
10

f. Leher
1) Inspeksi: bull neck
2) Palpasi: pulsasi vena jugularis/arteri karotis, pembesaran kelenjar
limfe, deviasi trakea, tonik neck reflex
g. Dada
1) Inspeksi: bentuk dada, retraksi, penggunaan otot bantu nafas,
payudara, pergerakan dada, punctum maksimum, rasio inspirasi
ekspirasi
2) Auskultasi: suara nafas, suara jantung, irama jantung
3) Perkusi: suara paru & jantung, letak paru dan jantung
4) Palpasi: taktil fremitus
h. Abdomen
1) Inspeksi: bentuk (cembung, cekung, rata), tali pusat (ada/tidak,
lembab/kering), gerakan dinding perut, eritema, lesi, herniasi
abdomen
2) Auskultasi: bising usus, frekuensi, intensitas, (seluruh regio atau
kuadran)
3) Palpasi: hepar, limpa, ginjal, massa abdomen
4) Perkusi: suara perkusi hepar / limpa, seluruh regio atau kuadran
i. Anus dan rectum (genetalia)
1) Inspeksi: jenis kelamin, kelengkapan (wanita: uretra, vagina, labia
mayora, labia minora, klitoris; pria: penis, skrotum) , adanya
abses atau massa, atresia ani, diaper rash, epispadia, hipospadia,
hidrokel, hermaproditisme, mongolian spot pada bokong
2) Palpasi: colok dubur
j. Ekstremitas
1) Inspeksi: kelengkapan, bentuk, kelainan (polidaktili, sindaktili,
clubbing finger, club foot, paralisis, paresis)
2) Palpasi: pergerakan sendi, refleks babinski, palmar grasp refleks,
crawling refleks, steping reflex
k. Punggung
1) Inspeksi: keutuhan, kesimetrisan, spina bifida, Mongolian spot
2) Palpasi: galant refleks
2. Diagnosa keperawatan

a. Ikterik neonatus b.d usia kurang dari 7 hari

b. Resiko gangguan integritas kulit b.d ekskresi bilirubin, efek fototerapi


11

c. Resiko hipertermi b.d efek fototerapi

3. Rencana tindakan keperawatan

No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan
SLKI SIKI

1. Ikterik neonatus Adaptasi Neonatus (L.10098) Fototerapi Neonatus (I.03091)


b.d usia kurang Setelah dilakukan tindakan Observasi :
dari 7 hari keperawatan selama 3x24 jam - Monitor ikterik pada sklera dan
diharapkan adaptasi neonatus kulit bayi
meningkat dengan kriteria hasil : - Identifikasi kebutuhan cairan
1. Berat badan meningkat sesuai dengan usia gestasi dan
2. Membran mukosa kuning berat badan
menurun - Monitor suhu dan tanda vital
3. Kulit kuning menurun setiap 4 jam sekali
4. Sklera kuning menurun - Monitor efek samping fototerapi
5. Aktivitas ekstremitas membaik (mis. Hipertermi, diare, rush
6. Respon terhadap stimulus pada kulit, penurunan berat
sensorik membaik badab kebih dari 8-10%)
Terapeutik :
- Siapkan lampu fototerapi dan
incubator atau kotak bayi
- Lepaskan pakaian bayi kecuali
popok
- Berikan penutup mata (eye
protection atau billband) pada
bayi
- Biarkan tubuh bayi terpapar sinar
fototerapi secara berkelanjutan
Edukasi :
- Anjurkan ibu menyusui sekitar
20-30 menit
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
fototerapi
2. Hipertermi b.d Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipertemia (I.155060)
penggunaan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
incubator keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi penyebab hipertemia
diharapkan termoregulasi membaik ( mis. Dehirasi, terpapar
dengan kriteria hasil: lingkungan panas, penggunaan
1. Menggigil menurun incubator)
- Monitor suhu tubuh
2. Kulit merah menurun
- Monitor haluaran urine
12

3. Akrosianosis menurun Terapeutik :


- Longgarkan atau lepaskan
4. Konsumsi oksigen menurun
pakaian
5. Pucat menurun - Berikan cairan oral
- Lakukan pendinginan eksternal
6. Takikardia menurun
- Berikan oksigen, jika perlu
7. Hipokasia menurun Edukasi :
- Anjurkan kompres hangat jika
8. Suhu tubuh membaik
demam
9. Suhu kulit membaik - Anjurkan memperbanyak
minum ASI/PASI
10. Pengisian kapiler membaik
Kolaborasi :
11. Ventilasi membaik
- Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu

3. Resiko gangguan Integritas kulit dan jaringan Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
integritas kulit b.d (L.14125) Observasi :
ekskresi bilirubin, Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi penyebab gangguan
efek fototerapi keperawatan selama 3x24 jam integritas kulit (mis. Perubahan
diharapkan Integritas kulit dan sirkulasi, perubahan status
jaringan meningkat dengan kriteria nutrisi, penurunan kelembaban,
hasil : suhu lingkungan ekstrem,
1. Elastisitas meningkat penggunaan mobilitas)
2. Hidrasi meningkat Terapeutik :
3. Kerusakan kulit menurun - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
4. Kemerahan menurun baring
5. Jaringan parut menurun - Bersihkan perineal dengan air
6. Suhu kulit membaik hangat, terutama selama periode
7. Tekstur membaik diare
- Gunakan produk berbahan
petroleum atau minyak pada
kulit kering
Edukasi :
- Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotion, serum)
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian lotion
mencegah iritasi kulit
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek,Gloria M,Howard K. Butcher. dkk. 2016.Nursing Interventions


Classification (NIC) (6th ed).Amerika:Mosby Elseiver.
Kosim, M.S., Yunanto, A., Dewi, R, Sarosa, G.I., & Usman, A. (2014), Buku ajar
neonatologi. IDAI: Jakarta
Mathindas, S., Wilar, R. and Wahani, A. (2013) ‘Asfiksia Pada Neonatus’, Jurnal
Biomedik (Jbm), 5(1). doi: 10.35790/jbm.5.1.2013.2599.

Muslihatum, Wafi Nur. 2016. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Fitramaya.

Ngastiyah. (2014). Buku Perawatan Anak Sakit/Ngastiyah;Editor, Monica Ester.


Ed.2, Jakarta: EGC

Potts, N.L., & Mandleco, B.L., (2012). Pediatric nursing care for children and their
families, Amerika : Delmar.

13

Anda mungkin juga menyukai