Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERBILIRUBINEMIA

Disusun Oleh:

AYU RAHMADHANI
14420202178

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
KONSEP MEDIS

A. Defenisi
Hiperbilirubinemia adalah istilah yang dipakai untuk ikterus neonatorum
setelah ada hasil laboratorium yang menunjukkan peningkatan kadar serum
bilirubin. Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan dimana kadar bilirubin
serum total yang lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai
dengan ikterus pada kulit, sclera dan organ lain. Dikemukakan bahwa angka
kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi
kurang bulan (Purnamasari, Dewi Rahayu, dan Nugraheni 2020)

B. Etiologi
Adapun penyebab dan faktor terjadinya hiperbilirubin menurut
(Cholifah, Djauharoh, dan Machfudloh 2017) antara lain :
1. Produksi bilirubin yang berlebihan.
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada
emolisis yang meningkat pada inkompatibilitas Rh, ABO,
golongan darah lain, defisiensi G6PD, piruvat kinase, perdarahan
tertutup dan sepsis.
2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat
untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia
dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukorinil transferase (Sindrom
Criggler-Najjar). Penyebab lain adalah defisiensi protein Y dalam hepar
yang berperanan penting dalam uptake bilirubin ke sel hepar.
3. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar.
Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya
salisilat, sulfarazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak
terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat
ke sel otak.
4. Gangguan dalam ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar.
Kelainan di luar hepar biasanya diakibatkan oleh kelainan bawaan.
Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh
penyebab lain.
Faktor resiko terjadinya hiperbilirubin antara lain:
1. Faktor Maternal
a. Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
b. Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
c. Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik
d. ASI
2. Faktor Perinatal
a. Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
b. Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
3. Faktor Neonatus
a. Prematuritas
b. Faktor genetic
c. Polisitemia
d. Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
e. Rendahnya asupan ASI
f. Hipoglikemia
g. Hipoalbuminemia

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi menurut (Wulandari dan Erawati 2016) antara lain:
1. Ikterus terjadi 24 jam.
2. Peningkatan kosentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.
3. Kosentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus kurang bulan
dan 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.
4. Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompabilitas darah, defisiensi
enzim G-6-PD (Glukosa 6 Phosphat Dehydrogenase)
5. Ikterus yang disertai keadaan berikut :
1) Berat lahir kurang dari 2000 gram
2) Masa gestasi kurang dari 36 minggu
3) Infeksi
4) Gangguan pernafasan

D. Patofisiologi
Menurut (Wulandari dan Erawati 2016), Peningkatan kadar Bilirubin
tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan . Kejadian yang sering ditemukan
adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang
berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran
Eritrosit, Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein
Y dan Z berkurang, atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang
memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi
dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat
tersebut mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20
mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata
tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah
melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir
Rendah , Hipoksia, dan Hipoglikemia

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Wulandari dan Erawati 2016), Pemeriksaan serumbilirubin
(bilirubin total dan direk) harus dilakukan pada neonatus yang mengalami
ikterus. Terutama pada bayi yang tampak sakit atau bayi-bayi yang tergolong
risiko tinggi terserang hiperbilirubinemi berat. Namun pada bayi yang
mengalami ikterus berat, lakukan terapi sinar sesegera mungkin, jangan
menunda terapi sinar dengan menunggu hasil pemeriksaan kadar serum
bilirubin.
‘Transcutaneous bilirubin (TcB)’ dapat digunakan untuk menentukan
kadar serum bilirubin total, tanpa harus mengambil sampel darah. Namun alat
ini hanya valid untuk kadar bilirubin total < 15 mg/dL (<257 µmol/L), dan
tidak ‘reliable’ pada kasus ikterus yang sedang mendapat terapi sinar.
Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan untuk evaluasi
menentukan penyebab ikterus antara lain :
1. Golongan darah dan ‘Coombs test’.
2. Darah lengkap dan hapusan darah.
3. Hitung retikulosit, skrining G-6-PD.
4. Bilirubin direk.
Pemeriksaan serum bilirubin total harus diulang setiap 4-24 jam
tergantung usia bayi dan tingginya kadar bilirubin. Kadar serum albumin juga
perlu diukur untuk menentukan pilihan terapi sinar ataukah tranfusi tukar.

F. Komplikasi
Menurut (Wulandari dan Erawati 2016), komplikasi yang dapat terjadi
pada hiperbilirubinemia antara lain :
1. Bilirubin ansefalopati
2. Kernikterus, kerusakan neurologis: cerebral palsy, retardasi mental,
hyperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang
melengking
3. Asfiksia
4. Hipotermi
5. hipoglikemi

G. Penatalaksanaan Demam Typhoid


Menurut (Wulandari dan Erawati 2016), metode terapi
hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, transfuse pangganti, infuse albumin
dan therapi obat.
a. Fototherapi
Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transfuse
pengganti untuk menurunkan bilirubin. Memaparkan neonatus pada
cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a bound of fluorescent light bulbs
or bulbs in the blue light spectrum) akan menurunkan bilirubin dalam
kulit. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi
ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang
diabsorpsi jaringan merubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer
yang disebut fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke
pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah fotobilirubin
berikatan dengan albumin dan di kirim ke hati. Fotobilirubin kemudian
bergerak ke empedu dan di ekskresikan kedalam duodenum untuk di
buang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil fotodegradasi
terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui
urine.
Secara umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5
mg/dl. Noenatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram
harus difototerapi dengan konsentrasi bilirubin 5 mg/dl. Beberapa ilmuwan
mengarahkan untuk memberikan fototerapi profilaksasi pada 24 jam
pertama pada bayi resiko tinggi dan berat badan lahir rendah. Adapun
Pelaksanaan Terapi Sinar :
1. Baringkan bayi telanjang, hanya genitalia yang ditutup ( maksmal 500
jam ) agar sinar dapat merata ke seluruh tubuh.
2. Kedua mata ditutup dengan penutup yang tidak tembus cahaya. Dapat
dengan kain kasa yang dilipat lipat dan dibalut. Sebelumnya katupkan
dahulu kelopak matanya. ( untuk mencegah kerusakan retina )
3. Posisi bayi sebaiknya diubah ubah, telentang, tengkurap, setiap 6 jam 
bila mungkin, agar sinar merata.
4. Pertahankan suhu bayi agar selalu 36,5 37 C, dam observasi suhu tiap
4- 6 jam sekali. Jika terjadi kenaikan suhu matikan sebentar lampunya
dan bayi diberikan banyak minum. Setelah 1 jam kontrol kembali
suhunya. Jika tetap hubungi dokter.
5. Perhatikan asupan cairan agar tidak terjadi dehidrasi dan meningkatkan
suhu tubuh bayi.
6. Pada waktu memberi bayi minum, dikeluarkan, dipangku, penutup
mata dibuka. Perhatikan apakah terjadi iritasi atau tidak.
7. Kadar bilirubin diperiksa setiap 8 jam setelah pemberian terapi 24 jam
8. Bila kadar bilirubin telah turun menjadi 7,5 mg % atau kurang, terapi
dihentikan walaupun belum 100 jam.
9. Jika setelah terapi selama 100 jam bilirubin tetap tinggi / kadar
bilirubin dalam serum terus naik, coba lihat kembali apakah lampu
belum melebihi 500 jam digunakan. Selanjutnya hubungi dokter.
Mungkin perlu transfusi tukar.
10. Pada kasus ikterus karena hemolisis, kadar Hb diperiksa tiap hari.
Komplikasi terapi sinar :
1. Terjadi dehidrasi karena pengaruh sinar lampu dan mengakibatkan
peningkatan insesible water loss.
2. Frekuensi defekasi meningkat sebagai akibat meningkatnya bilirubin
indirek dalam cairan empedu dan meningkatkan peristaltik usus.
3. Timbul kelainan kulit sementara pada daerah yang terkena sinar
(berupa kulit kemerahan) tetapi akan hilang jika terapi selesai.
4. Gangguan retina jika mata tidak ditutup.
5. Kenaikan suhu akibat sinar lampu. Jika hal ini terjadi sebagian  sinar
lampu dimatikan terapi diteruskan. Jika suhu naik terus lampu semua
dimatikan sementara, bayi dikompres dingin, dan berikan ektra
minum.
6. Komplikasi pada gonad yang menurut dugaan dapat menimbulkan
kelainan ( kemandulan ) tetaapi belum ada bukti.
7. Transfusi tukar.
b. Transfusi Pengganti
Indikasi untuk melakukan transfusi tukar adalah :
1. kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg %
2. kenaikan kadar bilirubin indirek cepat, yaitu 0,3 – 1 mg % / jam
3. anemia berat pada neonatus dengan gejala gagal jantung
4. bayi dengan kadar hemoglobin tali pusat kurang 14 mg % dan uji
coomb’s positif.
Transfusi pengganti digunkan untuk:
1. Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak susceptible (rentan)
terhadap sel darah merah terhadap antibody maternal
2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang tersensitisasi (kepekaan)
3. Menghilangkan serum bilirubin
4. Meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatan
dengan bilirubin
c. Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini
efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa
minggu sebelum melahirkan. Penggunaan Phenobarbital pada post natal
masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya (letargi). Coloistrin
dapat mengurangi bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga
menurunkan siklus enterohepatika.

H. Pencegahan
Menurut (Wulandari dan Erawati 2016), hiperbilirubinemia dapat
dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :
1. Pengawasan antenatal yang baik

2. Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi dan masa
kehamilan dan kelahiran, contoh :sulfaforazol, novobiosin, oksitosin

3. Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus

4. Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus

5. Imunisasi yang baik pada bayi baru lahir

6. Pemberian makanan yang dini

7. Pencegahan infeksi
I. PATHWAY

Penyakit hemolitik Obat-obatan


Gangguan antegonis
funfsi hepar
hemolisis Jaundice ASI
Defisiensi albumin
Pembentukan Konjugasi bilirubin
bilirubin bertambah Jumlah bilirubin yang indirek menjadi direk
akan diangkut ke hati rendah
berkurang

Bilirubin indirek meningkat

hiperbilirubinemia

Dalam jaringan
ekstraseluler (kulit,
konjungtiva, mukosa,
dan alat tubuh lain

ikterus

Resiko kurangnya Resiko gangguan


fototerapi
volume cairan integritas kulit
Konsep Aspek Legal Etik Keperawatan

A. Definisi Legal dan Etik Keperawatan


Etik merupakan sebuah bagian dari filosofi yang menguji perbedaan
antara benar dan salah. Dengan maksud bahwa etik mempelajari kebenaran
dari sebuah tindakan. Etik melihat kebiasaan manusia yang menjadi keyakinan
dalam berperilaku. Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk
ekspresi bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika
keperawatan diatur dalam kode etik keperawatan. Aspek Legal Etik
Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai
tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-
undang keperawatan (Endrian Kurniawan 2016)
Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktik profesi, sehingga tidak terlepas dari undang-undang dan
peraturan tentang praktik keperawatan, fungsi hukum dari aspek legal dalam
praktik keperawatan merupakan suatu pedoman atau kerangka dalam
menjelaskan praktik keperawatan. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni
kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan material
diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi
(registered nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP. Aspek legal
Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan
kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat
yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin
Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok
(Ariga 2020)
B. Dasar Hukum Keperawatan
Registrasi dan Praktik Keperawatan Sesuai KEPMENKES NO. 1239
TAHUN 2001 sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan :
1. Pasal 32 (ayat 4) : Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan
berdasarkan ilmu kedokterandan atau ilmu keperawatan, hanya dapat
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyaikeahlian dan
kewenangan untuk itu.
2. Pasal 153 (ayat 1 dan 2) : (ayat 1) : ³ Tenaga kesehatan berhak
memperoleh perlindunganhukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya´. Sedangkan (ayat 2) : ³tenaga kesehatan dalam
melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi
dan menghormati hak pasien.
Pada Kepmenkes No.1239 tahun 2001 (pasal 16), dalam melaksanakan
kewenangannya perawat berkewajiban untuk:
1. Menghormati hak pasien
2. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
3. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
4. Memberikan informasi
5. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
6. Melakukan catatan perawatan dengan baik
Dalam Kepmenkes No. 1239 Tahun 2001 pasal 38, dijelaskan bahwa
perawat yang sengaja :
1. Melakukan praktik keperawatan tanpa izin
2. Melakukan praktik keperawatan tanpa mendapat pengakuan/adaptasi
3. Melakukan praktik keperawatan tidak sesuai dengan ketentuan pasal 16
4. Tidak melaksanakan kewajiban sesuai pasal 17
Berdasarkan ketentuan pasal 86 Undang-Undang No. 23 Tahun 23 1992
tentang kesehatan, barang siapa dengan sengaja:
1. Melakukan upaya kesehatan tanpa izin sebagaimana dimaksudkan dalam
pasal 4 ayat 1
2. Melakukan upaya kesehatan tanpa melakukanj adaptasi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 5ayat 1
3. Melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga
kesehatan yang bersangkutan sebagaimana dmaksud dalam pasal 21 ayat 1
4. Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 22
ayat 1
5. Dipidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)
C. Prinsip Etik Keperawatan
Menurut (Mendri dan Prayogi 2018), prinsip etik keperawatan adalah
menghargai hak dan martabat manusia, tidak akan berubah. Prinsip dasar
keperawatan antara lain :
1. Autonomy (otonomi) adalah suatu bentuk respek terhadap seseorang dan
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi juga diartikan sebagai kemandirian dan kebebasan individu untuk
menuntut perbedaan diri.
2. Beneficience (berbuat baik) adalah suatu bentuk wujud kemanusiawian
dan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejadian yang
disebabkan oeh diri sendiri dan orang lain.
3. Justice (keadilan) adalah suatu bentuk terapi adil terhadap orang lain yang
menjunjung tinggi prinsip moral, legal dan kemanusiaan, prinsip keadilan
juga diterapkan pada pancasila Negara Indonesia pada sila ke 5 yakni
keadilan sosial bagi seluruh Indonesia. Dengan ini menunjukkan bahwa
prinsip keadilan merupakan suatu bentuk prinsip yang dapat
menyeimbangkan dunia.
4. Non maleficience (tidak merugikan) adalah sebuah prinsip yang
mempunyai arti bahwa setiap tindakan yang dilakukan pada seseorang
tidak menimbulkan secara fisik maupun mental.
5. Veracity (kejujuran) Merupakan suatu nilai yang menjunjung tinggi untuk
menyampaikan kebenaran apa yang sebenarnya terjadi
6. Fidelity (loyalitas/ketaatan), Pada prinsip ini dibutuhkan orang yang dapat
menghargai janji dan berkomitmen kepada orang lain.
7. Confidentiality (kerahasiaan), Prinsip yang harus dilakukan oleh semua
manusia yang ada dibumi ketika mengiyakan suatu rahasia yang diberikan
oleh orang lain.
8. Accountability (akuntabilitas) Prinsip ini berhubungan dengan fidelity
yang berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat
digunakan untuk menilai orang lain. Prinsip ini juga diartikan sebagai
standar pasti yang mana tindakan seseorang profesional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Mengkaji identitas klien
2. Riwayat keluarga dan kehamilan
3. Status bayi saat kelairan
4. Pemeriksaan fisik meliputi: keadaan umum, TTV, pemeriksaan head toe
toe
5. Pemeriksaan diagnostik
6. Penatalaksanaan medis/terapi

B. Diagnosis Keperawatan
1. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan Fototherapi ditandai dengan
dehidrasi
2. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototherapi ditandai
dengan kulit kemerahan
(Tim Pokja SDKI PPNI 2017)

C. Intervensi Keperawatan
1. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan Fototherapi ditandai dengan
dehidrasi
Manajemen Hipovolemia
a) Observasi
1) Periksa tanda dan gejala hopovolemia (mis. frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering,
volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
2) Monitor intakedan output cairan
b) Terapeutik
1) Hitung kebutuhan cairan
2) Berikan asupan cairan oral
c) Edukasi
1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
2. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototherapi ditandai
dengan kulit kemerahan
Perawatan Integritas Kulit
a) Obeservasi
1) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurnan kelemahan, suhu
lingkungan ekstrim, penurunan mobilitas)
b) Terapeutik
1) Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
2) Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
sensitif
3) Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
c) Edukasi
1) Anjurkan menggunakan pelembab
2) Anjurkan minum air yang cukup
3) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
(Tim Pokja SIKI PPNI 2018)
DAFTAR PUSTAKA

Ariga, R. A. 2020. Buku Ajar : Konsep Dasar Keperawatan. CV Budi Utama.

Cholifah, Djauharoh, dan Hanik Machfudloh. 2017. “Faktor- Faktor Yang


Berpengaruh Terhadap Hiperbilirubinemia Di RS Muhammadiyah Gersik.”
Keperawatan Anak 1:1–12.

Endrian Kurniawan, Dicky. 2016. “PENYELESAIAN MASALAH ETIK DAN


LEGAL DALAM PENELITIAN KEPERAWATAN.” 1:408–14.

Mendri, N. K. dan A. S. Prayogi. 2018. Buku Etika Profesi & Hukum


Keperawatan. Pustaka Baru Press.

Purnamasari, Ika, Candra Dewi Rahayu, dan Ikhda Nugraheni. 2020. “Pengaruh
Baby Massage Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin.” Jurnal Keperawatan
Karya Bhakti 6:56–66.

Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1 ed.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1 ed.
Jakarta: DPP PPNI.

Wulandari, Dewi dan Meira Erawati. 2016. BUKU AJAR KEPERAWATAN.


Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai