Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN HIPERBILIRUBIN

NAMA : Eka Putri Suratningsih

NIM : 5023031057

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS FALETEHAN

SERANG BANTEN

TAHUN 2023/2024
1. Definisi
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan
sehingga menimbulkan joundice pada neonatus (Dorothy R. Marlon, 1998).
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang
mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus ditandai
joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh (Adi Smith, G,
1988). Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang
disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C.
Smeltzer, 2002). Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek
pathologis. Jenis Bilirubin menurut Klous dan Fanaraft (1998) bilirubin dibedakan
menjad dua jenis yaitu:
1. Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu
bilirubintidak larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan
komponen bebaslarut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa
melewati sawar darah otak.
2. Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu bilirubin larut
dalamair dan tidak toksik untuk otak
2. Etiologi
- Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
- Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati.
- Gangguan konjugasi bilirubin.
- Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah.
Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul karena adanya
perdarahan tertutup.
- Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan tertentu.
- Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin
yangdapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti : infeksi
toxoplasma siphlis
3. Manifestasi Klinis
a. Kulit berwarna kuning sampai jingga
b. Pasien tampak lemah
c. Nafsu makan berkurang
d. Reflek hisap kurang
e. Urine pekat
f. Perut buncit
g. Pembesaran lien dan hati
h. Gangguan neurologic
i. Feses seperti dempul
j. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl
k. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
l. Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi
barulahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.m.Jaundice yang tampak pada
hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3-4 dan menurun hari ke 5-7 yang
biasanya merupakan jaundice fisiologi
4. Patofisiologi
5. Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang
sering ditemukan adalah apabila terdapat beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan.
Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar
bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein berkurang, atau pada bayi
hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah
apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan
ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat tertentu bilirubin akan bersifat
toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek
yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat
menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi di otak disebut kernikterus. Pada
umumnya dianggap bahwa kadar bilirubin indirek lebih dari20mg/dl. Mudah tidaknya
kadar bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan
neonatus. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat
keadaan berat badan lahir rendah, hipoksia, dan hipoglikemia.(Markum, 1991).
6. Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan bilirubin serum
a. Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4
harisetelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.
b. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-
7hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis.
2. Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma
kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma.
3. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra hepatic.
4. Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti
untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu juga
untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.
5. Peritoneoskopi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk
perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.
6. Laparatomi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk
perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini
7. Penatalaksanaan medis
1) Tindakan umum
a. Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil.
b. Mencegah truma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang
dapatmenimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi.
c. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan
kebutuhan bayi baru lahir.
d. Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.
2) Tindakan khusus
a. Kernikterus.
Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, transfuse pangganti,
infusealbumin dan therapi obat.
b. Fototherapi
Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transfuse
pengganti untuk menurunkan bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya
dengan intensitas yang tinggi ( a bound of fluorescent light bulbs or bulbs in the
blue light spectrum) akan menurunkan bilirubin dalam kulit. Fototerapi
menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi ekskresi bilirubin tak
terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorpsi jaringan merubah
bilirubin tak terkonjugasi menjadi duaisomer yang disebut fotobilirubin.
Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme
difusi. Di dalam darah fotobilirubin berikatan dengan albumin dan di kirim ke
hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan diekskresikan kedalam
duodenum untuk di buang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil
fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan
melalui urine.
Fototerapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar
bilirubin,tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis
dapat menyebabkan anemia.
Secara umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl.
Noenatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus
difototerapidengan konsentrasi bilirubin 5 mg/dl. Beberapa ilmuwan
mengarahkan untuk memberikan fototerapi profilaksasi pada 24 jam pertama
pada bayi resiko tinggi dan berat badan lahir rendah
c. Tranfusi pengganti
Transfuse pengganti atau imediat di indikasikan adanya faktor-faktor :
1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu
2. Penyakit hemolisis berat pada bayi baru lahir
3. Penyakit hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama
4. Kadar bilirubin direk labih besar 3,5 mg/dl di minggu pertama
5. Serum bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl pada 48 jam pertama
6. Hemoglobin kurang dari 12 gr/dl7.Bayi pada resiko terjadi kerena Ikterus
Transfusi pengganti digunakan untuk:
1. Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak susceptible (rentan) terhadap
sel darah merah terhadap antibody maternal
2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang tersensitisasi (kepekaan)
3. Menghilangkan serum ilirubin
4. Meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatan dangan
bilirubin
5. Pada Rh Inkomptabilitas diperlukan transfuse darah golongan O segera
(kurangdari 2 hari), Rh negative whole blood. Darah yang dipilih tidak
mengandungantigen A dan antigen B. setiap 4 -8 jam kadar bilirubin harus di
cek. Hemoglobinharus diperiksa setiap hari sampai stabil
d. Terapi obat
Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif
baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu
sebelum melahirkan. Penggunaan Phenobarbital pada post natal masih menjadi
pertentangan karena efek sampingnya (letargi). Coloistrin dapat mengurangi
bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan
siklus enterohepatika
8. Pathway
9. Analisa Data

No Analisa data Etiologi Diagnose keperawatan


1. Ds: - Gangguan fungsi hati Gangguan integritas kulit b.d
Do: ↓ factor mekanis (gesekan)
- kerusakan jaringan dan Hiperbilirubin
atau lapisan kulit ↓
- nyeri Bilirubin indirek
- perdarahan ↓
- kemerahan Toksik bagi jaringan
- hematoma ↓
Ganggaun integritas kulit

2. Ds: - Invasi kuman Hipertemia b.d proses


Do: ↓ penyakit
- Suhu tubuh diatas nilai Meningkatnya monosit/
normal makrofag
- Takikardi ↓
- Kulit terasa hangat Sitokin pirogen

Mempengaruhi
hipotalamus anterior

Demam

Hipertermia
3. Ds: - Gangguan fungsi hati Resiko ketidakseimbangan
Do: - ↓ cairan b.d asites
Hiperbilirubin

Peningkatan pemecahan
bilirubin

Pengeluaran cairan
empedu

Peristaltic usus

Diare

Pengeluaran volume
cairan dan intake

Resiko
ketidakseimbangan cairan

10. Rencana keperawatan

No Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatan


1. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit
b.d factor mekanis intervensi selama Observasi:
(gesekan) 2x24 jam maka - Identifikasi penyebab
integritas kulit dan gangguan integritas
jaringan meningkat kulit
dengan kriteria: Terapeutik:
- Perfusi jaringan - Ubah posisi tiap 2 jam
meningkat jika tirah baring
- Kerusakan - Gunakan produk
jaringan menurun berbahan petroleum
- Kerusakan lapisan atau minyak pada kulit
kulit menurun kering
- Nyeri menurun - Hindari produk
- Perdarahan berbahan dasar alcohol
menurun pada kulit kering
- Kemerahan Edukasi:
menurun - Anjurkan
- Hematoma menggunakan
menurun pelembab
- Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
2. Hipertemia b.d proses Setelah dilakukan Manajemen hipertermia
penyakit intervensi selama Observasi:
2x24 jam maka - Identifikasi penyebab
termoregulasi hipertermia
membaik dengan - Monitor suhu tubuh
kriteria hasil: - Monitor komplikasi
- Suhu tubuh hipertermia
membaik Terapeutik
- Suhu kulit - Ganti linen setiap hari
membaik atau lebih sering bila
- Tekanan darah mengalami
membaik hyperhidrosis
(keringat berlebih)
- Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
Edukasi:
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena
3. Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen cairan
cairan b.d asites intervensi selama Observasi:
2x24 jam maka - Monitor status hidrasi
keseeimbangan cairan - Monitor hasil
meningkat dengan pemeriksaan
kriteria hasil: labolatorium
- Keluaran urin Terapeutik:
meningkat - Catat intake- ouput
- Kelembaban dan hitung balans
membrane mukosa cairan 24 jam
meningkat - Berikan asupan cairan,
- Dehidrasi sesuai kebutuhan
menurun - Berkan cairan
- Asites menurun intravena, jika perlu
- Membrane Kolaborasi:
mukosa membaik - Kolaborasi pemberian
- Turgor kulit deuretik, jika perlu
membaik
Daftar Pustaka

Khusna, A. (n.d.). Laporan Pendahuluan Hiperbilirubin Pada Bayi. academia.edu, p. 12.

PNI, T. S. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. jakarta: Dewan Pengurus Pusat.

PPNI, T. S. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. jakarta: Dewan Pengurus Pusat.

PPNI, T. S. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. jakarta: Dewan Pengurus Pusat.

Anda mungkin juga menyukai