Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERBILIRUBIN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
a. Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang
kadar nilainya lebih dari normal. Nilai normal bilirubin indirek 0,3 –
1,1 mg/dl, sedangkan bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
b. Hiperbillirubin ialah suatu keadaan dimana kadar billirubinemia
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan
kernikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik
c. Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva,
mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
2. Penyebab/ Faktor Predisposisi
a. Peningkatan produksi :
1) Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila
terdapat ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada
penggolongan Rhesus dan ABO.
2) Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
3) Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan
metabolik yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
4) Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
5) Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3
(alfa), 20 (beta) , diol (steroid).
6) Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase, sehingga kadar
Bilirubin Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah
b. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan
misalnya pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat
tertentu misalnya Sulfadiasine.
c. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme atau toksion yang dapat langsung merusak sel hati
dan darah merah seperti Infeksi, Toksoplasmosis, Siphilis.
3. Patofisiologi

1
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa
keadaan diantaranya Peningkatan produksi bilirubin, Gangguan fungsi
hati, Gangguan transportasi, Gangguan ekskresi, Peningkatan sirkulasi
enterohepatik. Keadaan yang sering ditemukan adalah apabila terdapat
penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat
ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar
protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain
yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila
ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami
gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat
tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar
larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan
terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat
menembus darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat
tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20
mg/dl. Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati darah otak ternyata tidak
hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah
melewati darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir
Rendah, dan hipoksia.

4. Klasifikasi
a. Ikterus prehepatik
Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis
sel darah merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi

2
terbatas terutama pada disfungsi hati sehingga menyebabkan
kenaikan bilirubin yang tidak terkonjugasi.
b. Ikterus hepatik
Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat
kerusakan hati maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi
masuk ke dalam hati serta gangguan akibat konjugasi bilirubin yang
tidak sempurna dikeluarkan ke dalam doktus hepatikus karena terjadi
retensi dan regurgitasi.
c. Ikterus kolestatik
Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga
empedu dan bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam
usus halus. Akibatnya adalah peningkatan bilirubin terkonjugasi
dalam serum dan bilirubin dalam urin.
d. Ikterus neonatus fisiologi
Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada
hari ke-7. Penyebabnya organ hati yang belum matang dalam
memproses bilirubin.
e. Ikterus neonatus patologis
Terjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu
badan yang tinggi dan berat badan tidak bertambah.
f. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek
pada otak terutama pada Korpus Striatum.
5. Gejala Klinis
a. Kulit berwarna kuning sampe jingga
b. Pasien tampak lemah
c. Nafsu makan berkurang
d. Reflek hisap kurang
e. Urine pekat
f. Perut buncit
g. Pembesaran lien dan hati
h. Gangguan neurologik
i. Feses seperti dempul
j. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.

3
k. Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau
infeksi.
l. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak
pada hari ke 3-4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan
jaundice fisiologi.
6. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan derajat ikterus, ikterus
terlihat pada sclera, tanda-tanda penyakit hati kronis yaitu eritema
palmaris, dan termasuk pemeriksaan organ hati (tentang ukuran, tepid an
permukaan); ditemukan adanya pembesaran limpa (splenomegali),
pelebaran kandung empedu, dan masa abdominal, selaput lendir, kulit
berwarna merah tua, urine pekat warna teh, letargi, hipotonus, reflek
menghisap kurang/lemah, peka rangsang, tremor, kejang, dan tangisan
melengking. Derajat ikterus berdasarkan Kramer :

Derajat Daerah ikterus Perkiraan kadar


ikterus bilirubin
I Kepala dan leher 5,0 mg/dl
II Sampai badan atas (di atas 9,0 mg/dl
umbilikus)
III Sampai badan bawah (di bawah 11,4 mg/dl
umbilikus) hingga tungkai atas (di
atas lutut)
IV Sampai lengan, tungkai bawah 12,4 mg/dl
lutut
V Sampai telapak tangan dan kaki 16,0 mg/dl

7. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang


a. Visual
1) Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di
siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus biasanya
terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan yang
kurang.

4
2) Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui
warna dibawah kulit dan jaringan subkutan.
3) Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian
tubuh yang tampak kuning. Bila kuning terlihat pada bagian
tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan ,
tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka digolongkan
sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar
secepatnya. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar
bilirubin serum untuk memulai terapi sinar.
b. Pemeriksaan laboratorium.
1) Test Coomb pada tali pusat BBL
Hasil positif test Coomb indirek menunjukkan adanya antibody
Rh-positif, anti-A, anti-B dalam darah ibu.
2) Bilirubin total.
a) Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5
mg/dl yang mungkin dihubungkan dengan sepsis.
b) Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5
mg/dl dalam 24 jam atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl
pada bayi cukup bulan atau 1,5 mg/dl pada bayi praterm
tegantung pada berat badan.
3) Protein serum total
Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas
ikatan terutama pada bayi praterm.

4) Hitung darah lengkap


a) Hb mungkin rendah (< 14 gr/dl) karena hemolisis.
b) Hematokrit mungin meningkat (> 65%) pada polisitemia,
penurunan (< 45%) dengan hemolisis dan anemia
berlebihan.
c) Glukosa
c. Pemeriksaan radiologi

5
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau
peningkatan diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses
hati atau hepatoma
d. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan
ekstra hepatic.
e. Biopsi hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang
sukar seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan
intra hepatic selain itu juga untuk memastikan keadaan seperti
hepatitis, serosis hati, hepatoma.
8. Diagnosa / Criteria Diagnosis
Anamnesis ikterus pada riwayat obstetri sebelumnya sangat membantu
dalam menegakkan diagnosis hiperbilirubnemia pada bayi. Termasuk
anamnesis mengenai riwayat inkompabilitas darah, riwayat transfusi tukar
atau terapi sinar pada bayi sebelumnya. Disamping itu faktor risiko
kehamilan dan persalinan juga berperan dalam diagnosis dini
ikterus/hiperbilirubinemia pada bayi. Faktor risiko itu antara lain adalah
kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikan pada ibu selama
hamil/persalinan, kehamilan dengan diabetes mellitus, gawat janin,
malnutrisi intrauterine, infeksi intranatal, dan lain-lain.
Secara klinis ikterus pada bayi dapat dilihat segera setelah lahir atau
setelah beberapa hari kemudian. Pada bayi dengan peninggian bilirubin
indirek, kulit tampak berwarna kuning terang sampai jingga, sedangkan
pada penderita dengan gangguan obstruksi empedu warna kuning kulit
tampak kehijauan. Penilaian ini sangat sulit dikarenakan ketergantungan
dari warna kulit bayi sendiri. Jika hitung retikulosit, tes Coombs dan
bilirubin indirek normal, maka mungkin terdapat hiperbilirubinemia
indirek fisiologis atau patologis.
a. Ikterus fisiologis.
Dalam keadaan normal, kadar bilirubin indirek dalam serum tali pusat
adalah 1 – 3 mg/dl dan akan meningkat dengan kecepatan kurang dari
5 mg/dl /24 jam; dengan demikian ikterus baru terlihat pada hari ke 2

6
-3, biasanya mencapai puncak antara hari ke 2 – 4, dengan kadar 5 – 6
mg/dl untuk selanjutnya menurun sampai kadar 5 – 6 mg/dl untuk
selanjutnya menurun sampai kadarnya lebih rendah dari 2 mg/dl
antara hari ke 5 – 7 kehidupan.
b. Hiperbilirubin patologis.
Makna hiperbilirubinemia terletak pada insiden kernikterus yang
tinggi , berhubungan dengan kadar bilirubin serum yang lebih dari 18
– 20 mg/dl pada bayi aterm. Pada bayi dengan berat badan lahir
rendah akan memperlihatkan kernikterus pada kadar
yanglebihrendah(10–15mg/dl).
9. Terapi / Tindakan Penanganan
a. Tindakan umum
1) Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil:
Mencegah truma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi
baru lahir yang dapat menimbulkan ikhterus, infeksi dan
dehidrasi.
2) Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang
sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir.
3) Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat
b. Tindakan khusus
1) Fototerapi
Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan
Transfusi Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan
neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a boun of
fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light spectrum) akan
menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar
Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak
terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan
mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang
disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke
pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah
Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke Hati.
Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke
dalam Duodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses
konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch 1984). Hasil

7
Fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi Bilirubin
dapat dikeluarkan melalui urine. Secara umum Fototerapi harus
diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl. Neonatus
yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di
Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa
ilmuan mengarahkan untuk memberikan Fototerapi Propilaksis
pada 24 jam pertama pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat Badan
Lahir Rendah.
2) Transfusi Pengganti.
Transfusi Pengganti dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani
dengan foto terapi. diindikasikan adanya faktor-faktor :
a) Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
b) Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
c) Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24
jam pertama.
d) Tes Coombs Positif
e) Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu
pertama.
f) Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam
pertama.
g) Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
h) Bayi dengan Hidrops saat lahir.
i) Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus
3) Terapi obat-obatan, misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk
meningkatkan bilirubin di sel hati yang menyebabkan sifat
indirect menjadi direct, selain itu juga berguna untuk
mengurangi timbulnya bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas
ke organ hari.
4) Terapi sinar matahari
c. Tindak lanjut :
Tindak lanjut terhadap semua bayi yang menderita hiperbilirubin
dengan evaluasi berkala terhadap pertumbuhan, perkembangan dan
pendengaran serta fisioterapi dengan rehabilitasi terhadap gejala sisa.

8
10. Komplikasi
a. Bilirubin Encephalopathy ( komplikasi serius )
Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar
dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin. Hal ini terjadi
akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel
neuron di ganglia basal, batang otak dan serebelum yang
menyebabkan kematian sel. Pada bayi dengan sepsis, hipoksia dan
asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak.
Dengan adanya ikterus, bilirubin yang terikat ke albumin plasma
bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular.
b. Gangguan pendengaran dan penglihatan
c. Asfiksia
d. Hipotermi
e. Hipoglikemi
f. Kernikterus
g. Kematian

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat Orang Tua dan Penyakit
Perlunya ditanyakan apakah dulu pernah mengalami hal yang sama,
apakah sebelumnya pernah mengkonsumsi obat-obat atau jamu
tertentu baik dari dokter maupun yang di beli sendiri, apakah ada
riwayat kontak denagn penderiata sakit kuning, adakah rwayat operasi
empedu, adakah riwayat mendapatkan suntikan atau transfuse darah.
Ditemukan adanya riwayat gangguan hemolissi darah
(ketidaksesuaian golongan Rh atau darah ABO), polisitemia, infeksi,
hematoma, gangguan metabolisme hepar, obstruksi saluran
pencernaan dan ASI, ibu menderita DM.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan derajat ikterus,
ikterus terlihat pada sclera, tanda-tanda penyakit hati kronis yaitu
eritema palmaris, dan termasuk pemeriksaan organ hati (tentang

9
ukuran, tepid an permukaan); ditemukan adanya pembesaran limpa
(splenomegali), pelebaran kandung empedu, dan masa abdominal,
selaput lender, kulit berwarna merah tua, urine pekat warna teh,
letargi, hipotonus, reflek menghisap kurang/lemah, peka rangsang,
tremor, kejang, dan tangisan melengking. Derajat ikterus berdasarkan
Kramer :
Derajat Daerah ikterus Perkiraan kadar
ikterus bilirubin
I Kepala dan leher 5,0 mg%
II Sampai badan atas (di atas 9,0 mg%
umbilikus)
III Sampai badan bawah (di bawah 11,4 mg/dl
umbilikus) hingga tungkai atas (di
atas lutut)
IV Sampai lengan, tungkai bawah 12,4 mg/dl
lutut
V Sampai telapak tangan dan kaki 16,0 mg/dl

c. Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikososial antara lain dampak sakit pada anak hubungan
dengan orang tua, apakah orang tua merasa bersalah, merasa bonding,
perpisahan dengan anak
d. Pengetahuan Keluarga
Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah
mengenal keluarga lain yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan,
kemampuan mempelajari hiperbilirubin (Cindy Smith Greenberg.
1988).
e. Laboratorium
Pada bayi dengan hiperbilirubin pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan adanya Rh darah ibu dan janin berlainan, kadar bilirubin
bayi aterm lebih dari 12,5 mg/dl, premature lebih dari 15 mg/dl, dan
dilakukan tes Coomb.
2. Diagnosa Keperawatan

10
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus, kulit,
mukosa ikterik.
b. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan reflek hisap
lemah, letargi.
c. Hipertermi berhubungan dengan penurunan penguapan akibat dari
penggunaan foto terapi.
d. Ansietas berhubungan dengan gangguan peran orang tua,
pemisahan bayi dengan orang tua
e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pengeluaran volume cairan meningkat dan intake menurun.

3. Rencana Asuhan Keperawatan


DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Kerusakan NOC: NIC:
 Tissue Integrity : Skin - Jaga
integritas kulit - kebersihan kulit
and Mocous
pasien agar tetap
Membranes
bersih dan kering.
Kriteria hasil:
- Pantau kadar
 Integritas kulit yang
bilirubin direct dan
baik bisa
indirect, sampaikan
dipertahankan
hasilnya pada dokter.
(sensasi, elastisitas,
- Posisikan bayi
temperature, hidrasi,
terlentang atau
pigmentasi)
miring, tukar posisi
 Tidak ada luka/lesi
setiap 2 jam, pantau
pada kulit
 Perfusi jaringan baik kondisi kulit dan
masase pada daerah
tonjolan tulang
disetiap lokasi
pertukaran posisi
- Jaga kuku klien tetap
pendek dan tidak

11
lancip.
- Lakukan perawatan
kulit : hindari
penggunaan obat dan
lotion dengan bahan
dasar alkohol.

2. Ketidakefektifan NOC NIC


pemberian ASI  Breastfeding Effective - Tentukan keinginan dan
 Breasthing Pattern motivasi Ibu untuk
Effective menyusui
Kriteria hasil : - Kaji kemampuan bayi
- Ibu mengenali isyarat untuk menghisap secara
lapar dari bayi dengan efektif
segera - Pantau ketrampilan Ibu
- Ibu mengindikasikan
dalam menempelkan
kepuasaan terhadap
bayi ke puting
pemberian ASI
- Pantau integritas kulit
- Ibu tidak mengalami
putting Ibu
nyeri tekan pada puting
- Reflek menghisap - Pantau berat badan dan
semakin membaik pola eliminasi bayi
- Kemantapan pemberian
- Beritahukan pada Ibu,
ASI : Bayi : Perlekatan
pentingnya pemberian
bayi yang sesuai pada
ASI
dan proses menghisap
- Evaluasi pola
dari payudara ibu untuk
menghisap / menelan
memperoleh nutrisi
bayi
selama 3 minggu
- Evaluasi pemahaman
pertama pemberian ASI.
- Kemantapan Pemberian ibu tentang isyarat

ASI : Ibu : Kemantapan menyusui dari bayi

ibu untuk membuat bayi (misalnya reflex

melekat dengan tepat dan rooting, menghisap dan

menyusu dari payudara terjaga.)

12
ibu untuk memperoleh
nutrisi selama 3 minggu
pertama pemberian ASI.

3. Hipertermi NOC NIC


 Thermoregulation
- Selimuti pasien
Kriteria hasil :
 Suhu tubuh dalam rentang untuk mencegah
o
normal (36,5-37,5 C) hilangnya
 Nadi dalam rentang 120-
kehangatan tubuh
160 x/menit
 RR dalam rentang 40-60 - Tetapkan suhu

x/menit lingkungan dalam


 Tidak adanya perubahan keadaan normal
warna kulit seperti sianosis (suhu lingkungan
ataupun jauntice. yang akan membantu
menjaga kestabilan
suhu tubuh bayi)
- Jaga temperatur di
axila berada pada
kisaran 36.5-37,5oC
untuk menghindari
stres karena dingin
atau panas
- Cek tanda vital lain
(Nadi dan
pernafasan) setiap 2-
4 jam dan setiap
diperlukan
- Kolaborasikan
pemberian obat
untuk mengatasi
demam
4. Ansietas NOC - Kaji pengetahuan
 Anxiety self-control
keluarga klien, beri
 Anxiety level

13
 Coping pendidikan
Kriteria hasil : kesehatan penyebab
 Orang tua mengerti
dari kuning,
tentang perawatan, dapat
proses terapi dan
mengidentifikasi gejala-
perawatanny
gejala - Gunakan pendekatan
 Mengidentifikasi,
yang menenangkan
mengungkapkan dan - Pahami perasaan
menunjukkkan tehnik orang tua pasien
untuk mengontrol cemas. terhadap situasi stres
 Postur tubuh, ekspresi - Dorong keluarga
wajah, bahasa tubuh dan untuk menemani
tingkat aktivitas anak dan ikut
menunjukkan membantu petugas
berkurangnya kecemasan. kesehatan baik itu
dokter, perawat,
bidan demi
tercapainya
kesembuhan pada
pasien
- Dengarkan dengan
penuh perhatian
- Bantu keluarga
dalam mengelola
stress dengan teknik
relaksasi.
5. Resiko NOC : NIC
 Fluid balance
kekurangan - Monitor turgor kulit dan
Kriteria hasil :
volume cairan membran mukosa bibir
 Tidak ada tanda-tanda
bayi
dehidrasi, elastisitas
- Monitor intake dan
turgor kuit baik, membran
output cairan
mukosa lembab, tidak ada
- Lakukan penyusuan
rasa haus yang berlebihan
bayi secepat mungkin

14
setelah lahir sesuai
permintaan dokter.

4. Implementasi keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencanca keperawatan yang
telah disusun. Selama implementasi perhatikan respon klien dan
dokumentasikan.

5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah NOC yang telah kita
rencanakan telah tercapai atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan SOAP.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Juall, 2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta.


Penerbit Buku Kedokteran : EGC.
Doenges, Marylinn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC, 1998.
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

15
NANDA Internasional. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC, Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran. EGC
Guntur. 2013. Landasan teori keperawatan anak kasus hiperbilirubin. Available at
: http://arsipguntur.blogspot.com/2013/04/lp-hiperbilirubin.html.
Opened on : 3 Mei 2014, pukul 17.00 Wita
Handayani, Wiwik.2012.Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan gangguan
Sistem Hematologi, Jakarta : Salemba Medika.

Mengetahui Denpasar, 6 Mei 2014


Pembimbing Praktek Mahasiswa

Ni Wayan Winarti Ni Kadek Tutik Adnyani


NIP.197809021998032001 NIM. P07120012005

Pembimbing Akademik

16
Drs. I Wayan Mustika M.Kep
NIP. 196508111988031002

17

Anda mungkin juga menyukai