LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERBILIRUBINEMIA
3. Klasifikasi Hiperbilirubin
a. Ikterus prehepatik
tidak terkonjugasi.
Ikterus hepatik
Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan
hati maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam hati
serta gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna dikeluarkan ke
c.
d.
e.
f.
4. Etiologi
a. Peningkatan produksi :
1) Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan
ABO.
2) Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
3) Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolic yang
terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
4) Defisiensi G6PD ( Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase ).
5) Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta)
diol (steroid).
6) Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin
Indirek meningkat misalnya pada berat badan lahir rendah.
7) Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
atau
karena
pengaruh
obat-obat
tertentu
misalnya
Sulfadiasine.
c. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi,
Toksoplasmosis, Siphilis.
d. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
e. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
5. Tanda dan Gejala
a. Kulit berwarna kuning sampai jingga
b. Pasien tampak lemah
c. Nafsu makan berkurang
d. Reflek hisap kurang
e. Urine pekat
f. Perut buncit
g. Pembesaran lien dan hati
h. Gangguan neurologic
i. Feses seperti dempul
j. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
k. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
l. Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.
m. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke
3 -4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.
Tabel 1. Rumus Kramer
Daerah
1
2
3
4
5
Luas Ikterus
Kepala dan leher
Daerah 1 + badan bagian atas
Daerah 1,2 + badan bagian bawah dan tungkai
Daerah 1,2,3 + lengan dan kaki di bawah lutut
Daeraha 1,2,3,4 + tangan dan kaki
Kadar Bilirubin
5 mg %
9 mg %
11 mg %
12 mg%
16 mg %
6. Fatofisiologi
Peningkatan
keadaan.
kadar
Kejadian
bilirubin
yang
tubuh
sering
dapat
ditemukan
terjadi
adalah
pada
beberapa
apabila
terdapat
penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat
ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.
Gangguan
pemecahan
bilirubin
plasma
juga
dapat
menimbulkan
peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein
Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang
memperlihatkan
peningkatan
kadar
bilirubin
adalah
apabila
ditemukan
Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar otak apabila bayi terdapat keadaan
berat badan lahir rendah (BBLR), hipoksia dan hipoglikemia. (Markum, 1991)
Hema
Globin
Bilivirdin
Feco
Sebagian
masuk kembali
ke siklus
enterohepatik
Peningkatan bilirubin
unconjugned
dalam darah,
pengeluaran
meconeum
terlambat,
Icterus
pada sklera,
leher dan
badan
Kekurangan volume
Resiko
Gangguan
tinggi injuri
integritas kulit
Sinar
dengan
Indikasi
Gangguan
intensitas
Fototerapi
suhu
tinggi
obstruksi cairan
usus, tinja
pucat
peningkatan
bilirubin indirek > 12tubuh
mg/dl
tubuhberwarna
7.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium.
1) Test Coomb pada tali pusat BBL
Hasil positif test Coomb indirek menunjukkan adanya antibody Rh-positif,
anti-A, anti-B dalam darah ibu.
Hasil positif dari test Coomb direk menandakan adanya sensitisasi ( Rhpositif, anti-A, anti-B) SDM dari neonatus.
2) Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi incompatibilitas ABO.
3) Bilirubin total.
4) Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl yang
mungkin dihubungkan dengan sepsis.
5) Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5 mg/dl dalam 24
jam atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 1,5
mg/dl pada bayi praterm tegantung pada berat badan.
6) Protein serum total
7) Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas ikatan
terutama pada bayi praterm.
8) Hitung darah lengkap
9) Hb mungkin rendah (< 14 gr/dl) karena hemolisis.
10) Hematokrit mungin meningkat (> 65%) pada polisitemia, penurunan (<
45%) dengan hemolisis dan anemia berlebihan.
b. Glukosa
Kadar dextrostix mungkin < 45% glukosa darah lengkap <30 mg/dl atau test
glukosa serum < 40 mg/dl, bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai
menggunakan simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.
1) Daya ikat karbon dioksida. Penurunan kadar menunjukkan hemolisis .
2) Meter ikterik transkutan Mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan
bilirubin serum.
3) Pemeriksaan bilirubin serum
4) Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4
hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.
5) Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara
5-7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak
fisiologis
6) Smear darah perifer Dapat menunjukkan SDM abnormal/ imatur,
eritroblastosis pada penyakit RH atau sperositis pada incompabilitas ABO
7) Test Betke-Kleihauer Evaluasi smear darah maternal tehadap eritrosit janin.
c. Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan
diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma.
d. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra
hepatic.
e. Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar
seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain
itu juga untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.
8.
Penatalaksanaan
Tindakan umum meliputi :
1) Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil, mencegah
truma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat
menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi.
2) Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai
dengan kebutuhan bayi baru lahir.
3) Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.
Berdasarkan
pada
penyebabnya,
maka
manejemen
bayi
dengan
Komplikasi
a. Retardasi mental : kerusakan neurologist
b. Gangguan pendengaran dan penglihatan
c. Kematian.
d. Kernikterus.
10. Pencegahan
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :
a. Pengawasan antenatal yang baik
b. Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi dan masa
c.
d.
e.
f.
g.
maturitas/dewasa
yang
dipengaruhi
oleh
faktor
bawaan
dan
lingkungan. Ini berarti bahwa tumbuh kembang anak sudah terjadi sejak di
dalam kandungan dan setelah kelahiran merupakan suatu masa dimana
mulai saat itu tumbuh kembang anak dapat dengan mudah dipahami.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler, yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian
atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Tahap keempat adalah tahap laten yang terjadi pada usia sekolah dasar
antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap
ini ialah mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari
perasaan rasa rendah diri.
5) Masa remaja yaitu identitas vs kekaburan peran
Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada
saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. melalui tahap ini
orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas
pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun
ke tengah masyarakat.
6) Masa dewasa yaitu kemesraan vs keterasingan
yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Adalah
ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari
sikap menyendiri.
7) Masa dewasa muda yaitu generativitas vs kehampaan
Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati
oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. salah satu tugas
untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat
melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi).
8) Masa kematangan yaitu integritas ego vs kesedihan
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang
diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Yang
menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya
menghilangkan putus asa dan kekecewaan.
Motorik/Sensorik
Reflek-reflek
primitif
Dapat enghisap
Menggenggam,
Memberikan
Sosial
Bahasa
Manipulatif
respon terhadap
suara-suara
mengejutkan
Umu
r
1-3
bulan
3-4
bulan
5-9
bulan
Motorik/Sensorik
Menegakkan
kepala sebentar,
Mengadakan
gerakan-gerakan
merangkak jika
tengkurap
Mengangkat
kepala dari posisi
tengkurap dalam
waktu
yang
singkat.
Memalingkan
kepala ke arah
suara.
9-10
bulan
Duduk
Umu
r
1
tahun
dari
posisi berbaring
Berpindah
Merangkak.
Motorik/Sensorik
Merangkak
Berguling
dari
sisi ke sisi ketika
terlentang.
Memalingkan
kepala
pada
orang
yang
berbicara.
dengan baik
menarik badan
sendiri
untuk
berdiri
Dapat berjalan
dengan
dibimbing.
Berjalan tanpa
Sosial
Bahasa
Manipulatif
Memberikan
respon senyum
Tersenyum.
Memperlihatkan
kegembiraan
dengan berlagak
dan tersipusipu.
Mengenal dan
menolak orang
asing
Meniru
Berteriak untuk
menarik
perhatian.
Sosial
Menurut
suara
bergumam,
suaraseperti
"da",
"ma".
Ngoceh
dan
bervokalisasi
Mengatakan kata-kata
seperti da-da, mammam.
Bahasa
mengamat
i
tangan
sendiri
Mampu
untuk
memegan
g
kerincinga
n.
Mulai
meminda
hkan
benda
dari satu
tangan ke
tangan
lainnya.
Mampu
memanip
ulasi
bendabenda.
bermain
Memungu
t
benda
diantara
jari-jari
dan ibu
jari.
Manipulatif
Mengucapkan kata-
perintah
sederhana
meniru
orang
dewasa.
Memperlihatkan
berbagai emosi.
Ingin
Bervokalisasi suara-
Mulai
kata tunggal
Telah menggunakan
Memegan
g
gelas
untuk
minum.
Mencoret
tahun
ditopang
Menaiki tangga
atau
peralatan
rumah
tangga
(kursi)
dekat anak-anak
lain.
Meminta
minum.
Mengenal
gambar- gambar
binatang.
Mengenal
beberapa bagian
tubuhnya
2
tahun
Mampu berlari
Memanjat
Menaiki tangga
Membuka pintu.
Mulai
3
tahun
Berlari bebas
Melompat
Mengendari
sepeda roda tiga.
Mengetahui
bernain
dengan
anakanak lain
20 kata-kata yang
dapat dimengerti.
Mulai menggunakan
dua atau tiga kata
secara bersamaan
Berbicara
dengan
kalimat-kalimat
pendek.
Mengetahui
4-5
tahun
banyak hurufhuruf
dari
alphabet
Mengetahui lagu
kanak-kanak
Dapat
menghitung
sampai 10.
-coret,
Membali
k-balik
halaman,
Bermain
dengan
balokbalok
bangunan
ecara
konstrukt
if.
Berpakai
an
sendiri,
tidak
mampu
untuk
mengikat
atau
memasan
g
kancing.
Mengga
mbar
lingkaran
Mengga
mbar
gambargambar
yang
dapat
dikenal.
Bernyanyi
Berdendang
anak,
temperamen
situasi
hidup,
dan
status
kesehatan
gaya koping yang relative tidak mengubah karakteristik kepribadian atau hasil
koping. ( Ryan-wengger, 1992)
9) Pengaruh media masa
Terdapat peningkatan kekhawatiran mengenai berbagai pengaruh media
pada perkembangan anak. (Rowitz, 1996)
12. Dampak Hospitalisasi
1) Pengertian
Menurut Wong (2000), hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu
alasan yang berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di RS,
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.
Perasaan yang sering muncul pada anak adalah cemas, marah, sedih, takut dan
rasa bersalah.
Penyebab timbul reaksi hospitalisasi pada anak (Wong, 2000) :
Menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialaminya
Rasa tidak aman dan nyaman
Perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan sesuatu yang
dirasakan menyakitkan
2) Reaksi anak terhadap hospitalisasi
a. Masa bayi ( 0 - 1 tahun )
Perpisahan dengan orang tua : gangguan pembentukan rasa percaya dan
kasih sayang.
Terjadi stranger anxiety ( usia 6 bulan ) : cemas apabila berhadapan
d. Masa sekolah
Timbul kecemasan : berpisah dengan lingkungan yang dicintainya
Kehilangan kontrol karena adanya pembatasan aktivitas
Kehilangan kontrol : perubahan peran dalam keluarga, kehilangan
kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau
pergaulan sosial, perasaan takut mati dan adanya kelemahan fisik
Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri : ekspresi baik secara verbal
maupun nonverbal : anak sudah mampu mengkomunikasikannya, sudah
mampu mengontrol perilaku jika merasa nyeri : menggigit bibir/menggigit
dan memegang sesuatu dengan erat.
e. Masa remaja
Timbul perasaan cemas : harus berpisah dengan teman sebayanya
Pembatasan aktivitas di RS : anak kehilangan kontrol terhadap dirinya dan
menjadi tergantung pada keluarga atau pertugas kesehatan.
Reaksi yang sering muncul : menolak perawatan atau tindakan yang
dilakukan, anak tidak mau kooperatif dengan petugas kesehatan atau
menarik diri dari keluarga, sesama pasien dan petugas kesehatan.
Perasaan sakit : respon anak bertanya-tanya, menarik diri dari
lingkungannya / menolak kehadiran orang lain.
3) Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi anak
a. Perasaan cemas dan takut
Perasaan cemas dan takut : mendapat prosedur menyakitkan
Cemas paling tinggi : menunggu informasi tentang diagnosa penyakit
anaknya.
Takut muncul : takut kehilangan anak pada kondisi sakit terminal
Perilaku : sering bertanya/bertanya tentang hal yang sama secara berulangulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang dan marah.
b. Perasaan sedih
Muncul pada saat anak dalam kondisi terminal
Perilaku : isolasi, tidak mau didekati orang lain, tidak kooperatif terhadap
petugas kesehatan.
c. Perasaan frustasi
Putus asa dan frustasi : anak yang telah dirawat cukup lama dan tidak
mengalami perubahan, tidak adekuatnya dukungan psikologis.
Perilaku : tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan, menginginkan
pulang paksa.
B. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. Kebutuhan Oksigenasi
Tidak terjadi ganguan kecuali jika adanya metastasis di paru atau peningkatan
penekakan diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma.
2. Kebutuhan Nutrisi
Terjadi karena menurun atau menghilangnya reflek hisap
3. Kebutuhan Aktifitas
Terjadi karena adanya letargi.
4. Kebutuhan Rasa Aman
Adanya resiko injuri berhubungan dengan prosedur penatalaksanan.
5. Pertumbuhan dan Perkembangan
Komplikasi pada sistem syaraf pusat dapat menimbulkan kerusakan neurogis
permanen yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Identitas
Biasa ditemukan pada bayi baru lahir sampai minggu I, Kejadian
ikterus : 60 % bayi cukup bulan & 80 % pada bayi kurang bulan. Perhatian
utama : ikterus pada 24 jam pertama & bila kadar bilirubin > 5mg/dl dalam 24
jam.
b.
Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat obat yang
meningkatkan ikterus ex: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat
mempercepat proses konjungasi sebelum ibu partus.
2) Riwayat Persalinan
Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan, dokter. Atau data obyektif : lahir
prematur/kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoksia dan asfiksia.
3) Riwayat Post natal
Adanya kelainan darah, kadar bilirubin meningkat kulit bayi tampak kuning.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak polisitemia, gangguan saluran
cerna dan hati ( hepatitis )
5) Riwayat Pikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua
6) Pengetahuan Keluarga
ekstraksi vakum.
Edema umum, hepatosplenomegali, atau hidrops fetalis mungkin ada
diabetes.
Trauma kelahiran dapat terjadi berkenaan dengan stress dingin, asfiksia,
hipoksia, asidosis, hipoglikemia.
kistik.
Faktor keluarga : missal riwayat hiperbilirubinemia pada kehamilan
sebelumnya, penyakit hepar, fibrosis kristik, kesalahan metabolisme
saat lahir (galaktosemia), diskrasias darah (sferositosis, defisiensi
gukosa-6-fosfat dehidrogenase.
Faktor ibu, seperti diabetes ; mencerna obat-obatan (missal, salisilat,
sulfonamide oral pada kehamilan akhir atau nitrofurantoin (Furadantin),
inkompatibilitas
Rh/ABO,
penyakit
infeksi
(misal,
rubella,
2.
tinggi
kekurangan
volume
cairan
akibat
efek
samping
terjadi
gangguan suhu
tubuh
akibat
efek
samping
3. Intervensi keperawatan
Diagnosis
Keperawatan
Gangguan
integritas
kulit
berhubungan
dengan
peningkatan
kadar bilirubin indirek
dalam darah, ikterus
pada sclera leher dan
badan.
Kurang
pengetahuan
keluarga
mengenai
kondisi, prognosis dan
kebutuhan
tindakan
berhubungan
dengan
kurangnya
paparan
informasi
Tujuan
Intervensi
Rasional
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama ......x24 jam,
diharapkan integritas kulit kembali
baik/
normal
dengan
kriteria hasil :
Kadar bilirubin dalam batas normal
( 0,2 1,0 mg/dl )
Kulit tidak berwarna kuning/ warna
kuning mulai berkurang
Tidak timbul lecet akibat penekanan
kulit yang terlalu lama
1. Berikan
informasi
tentang
penyebab,penanganan dan implikasi
masa datang dari hiperbilirubinemia.
Tegaskan atau jelaskan informasi
sesuai kebutuhan.
1. Memperbaiki
kesalahan
konsep,
meningkatkan
pemahaman,
dan
menurunkan rasa takut dan perasaan
bersalah. Ikterik
neonates
mungkin
fisiologis, akibat ASI, atau patologis dan
protocol perawatan tergantung pada
penyebab dan factor pemberat.
2. Memungkinkan orangtua mengenali tandatanda peningkatan kadar bilirubin dan
mencari evaluasi medis tepat waktu.
3. Pemahaman
orangtua
membantu
mengembangkan kerja sama mereka bila
bila bayi dipulangkan. Informasi membantu
pemberian
makan,
pemajanan
langsung pada sinar matahari dan
program tindak lanjut tes serum.
4. Berikan
informasi
tentang
mempertahankan suplai ASI melalui
penggunaan pompa payudara dan
tentang kembali menyusui ASI bila
ikterik
memerlukan
pemutusan
menyusui.
5. Kaji situasi keluarga dan system
pendukung.berikan
orangtua
penjelasan tertulis yang tepat tentang
fototerapi di rumah, daftarkan teknik
dan potensial masalah.
6. Buat pengaturan yang tepat untuk tes
tindak lanjut dari bilirubin serum
pada fasilitas laboratorium.
4.
7.
1. Inkompatibilitas
ABO
mempengaruhi
20% dari semua kehamilan dan paling
umum terjadi pada ibu dengan golongan
darah O, yang antibodinya anti-A dan anti-B
melewati sirkulasi janin, menyebabkan
aglutinasi dan hemolisis SDM. Serupa
dengan itu, bila ibu Rh-positif, antibody ibu
melewati plasenta dan bergabung pada SDM
janin, menyebabkan hemolisis lambat atau
segera
5.
6.
10. Kaji bayi terhadap kemajuan tandatanda dan perubahan perilaku; tahap
I meliputi neurodepresan (mis.,
letargi,
hipotonia,
atau
penurunan/tidak adanya reflek).
Tahap II meliputi neurohiperefleksia
(mis,.
Kedutan,kacau
mental,
opistotonus, atau demam). Tahap III
ditandai dengan tidak adanya
manifestasi klinis. Tahap IV meliputi
gejala sisa seperti palsi serebra atau
retardasi mental
11. Pantau pemeriksaan laboratorium,
sesuai indikasi :
a. Bilirubin direk dan indirek.
b.
c.
Kekuatan
combinasi
karbondioksida (CO2)
Jumlah retikulosit dan smear
perifer.
b.
c.
d.
d.
e.
e.
Hb/Ht
f.
f.
g.
h.
Setelah
diberikan
asuhan
keperawatan selama .....x 24 jam,
cairan tubuh neonatus adekuat dengan
kriteria hasil :
Tugor kulit baik
Membran mukosa lembab
Intake dan output cairan seimbang
Nadi, respirasi dalam batas normal
(N: 120-160 x/menit, RR : 35
x/menit ), suhu ( 36,5-37,5 C )
indikasi
etanol)
enzim
bila
Risiko
terjadi
gangguan suhu tubuh
akibat efek samping
fototerapi berhubungan
dengan efek mekanisme
regulasi tubuh.
berhubungan
dengan
prosedur invasif, profil
darah abnormal.
tukar
kadar
b.
c.
d.
e. Glukosa
e.
f. Kadar pH serum
f.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
dalam
pemilihan
DAFTAR PUSTAKA
Khosim, M. Sholeh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi Edisi I. Jakarta : Perpustakaan
Nasional.
Lia Dewi, Vivian Nanny, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak balita. Jakarta : Salemba
Medika.
Markum, H. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. Buku I. FKUI, Jakarta.
Mansyoer, Arid dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
Muslihatum, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya.
Prawirohadjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Syaifuddin, Bari Abdul. 2000. Buku Ajar Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : JNPKKR/POGI dan Yayasan Bina Pustaka.