Anda di halaman 1dari 10

Asuhan Keperawatan

 Home
 Blog
 Technology
 Bussiness
 Healthy
 Gallery
 Lifestyle
 Music
 Dropdown
 Dropdown

Home / anak / askep / Laporan Pendahuluan (LP) DAN Askep IKterik Neonatorum NANDA
NIC NOC

Laporan Pendahuluan (LP) DAN Askep


IKterik Neonatorum NANDA NIC NOC
Author - Unknown Date - Agustus 13, 2018 anak askep

Laporan Pendahuluan (LP) Ikterik Neonatorum NANDA


NIC NOC

A. PENGERTIAN IKTERIK NEONATUS

Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena adanya bilirubin
pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah (Brooker, 2001).

Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan selaput akibat penumpukan
bilirubin. Sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum
yang menjurus ke arah terjadinya kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin
yang tidak dikendalikan ( Markum, A.H 1991).

Ikterus adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul pada hari ke 2-3 setelah lahir, yang
tidak mempunyai dasar patologis dan akan menghilang dengan sendirinya pada hari ke 10. (
Nursalam,2005).

Ikterus adalah gejala kuning pada sclera kulit dan mata akibat bilirubin yang berlebihan di
dalam darah dan jaringan. Normalnya bilirubin serum kurang dari 9µmol/L (0,5 mg%).
Ikterus nyata secara klinis jika kadar bilirubin meningkat diatas 35 µmol/L (2 mg%) (Wim de
Jong et al. 2005).
B. ETIOLOGI IKTERIK NEONATUS

Peningkatan produksi Billirubin dapat menyebabkan:

1. Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat


ketidaksesuaian golongan darah ibu dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
2. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
3. Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang terdapat
pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
4. Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
5. Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta), diol
(steroid).
6. Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin
Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
7. Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
8. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
9. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksion
yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi,
Toksoplasmosis, Siphilis.
10. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
11. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif

C. PATOFISIOLOGI IKTERIK NEONATUS

Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari pengrusakan sel darah
merah /RBCs. Ketika RBCs rusak maka produknya kan masuk sirkulasi, dimana hemoglobin
pecah menjadi heme dan globin. Globin (protein ) digunakan kembali oleh tubuh sedangkan
heme akan dirubah menjadi bilirubin unkonjugata dan berikatan dengan albumin.

Didalam liver bilirubin berikatan dengan protein plasma dan dengan bantuan ensim
glukoronil transferase dirubah menjadi bilirubin konjugata yang akan dikeluarkan lewat
saluran empedu ke saluran intestinal. Di Intestinal dengan bantuan bakteri saluran intestinal
akan ddirubah menjadi urobilinogen dan starcobilin yang akan memberi warna pada faeces.
Umumnya bilirubin akan diekskresi lewat faeces dalam bentuk stakobilin dan sedikit melalui
urine dalam bentuk urobilinogen.
Pada BBL bbilirubin direk dapat dirubah menjadi bilirubin indirek didalam usus
karena terdapat beta –glukoronidase yang berperan penting terhadap perubahan tersebut.
Bilirubin inddirek diserap lagi oleh usus kemudian masuk kembali ke hati .
Keadaan ikterus di pengaruhi oleh :

1. Faktor produksi yng berlebihan melampaui pengeluaran : hemolitik yang meningkat


2. Gangguan uptake dan konjugasi hepar karena imaturasi hepar.
3. Gangguan transportasi ikatan bilirubin + albumin menuju hepar , defiiensi albumin
menyebabkan semakin banyak bilirubin bebas ddalam darah yang mudah melewati
sawar otak sehingga terjadi kernicterus
4. Gangguan ekskresi akibat sumbatan ddalam hepar atau diluar hepar, karena kelainan
bawaan/infeksi atau kerusakan hepar karena penyakit lain.
D. MANIFESTASI KLINIS IKTERIK NEONATUS

Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu dapat pula
disertai dengan gejala-gejala:

1. Dehidrasi: Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntah-muntah)


2. Pucat : Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. Ketidakcocokan
golongan darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular.
3. Trauma lahir: Bruising, sefalhematom (peradarahn kepala), perdarahan tertutup
lainnya.
4. Pletorik (penumpukan darah): Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan
memotong tali pusat, bayi KMK
5. Letargik dan gejala sepsis lainnya
6. Petekiae (bintik merah di kulit) . Sering dikaitkan dengan infeksi congenital, sepsis
atau eritroblastosis
7. Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal) . Sering berkaitan dengan anemia
hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati
8. Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa)
9. Omfalitis (peradangan umbilikus)
10. Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid)
11. Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus)
12. Feses dempul disertai urin warna coklat Pikirkan ke arah ikterus obstruktif,
selanjutnya konsultasikan ke bagian hepatologi.

E. KLASIFIKASI IKTERIK NEONATUS

Ikterus pada neonatorum dapat dibagi dua :


1. Ikterus fisiologi

 Ikterus muncul pada hari ke 2 atau ke 3, dan tampak jelas pada hari 5-6 dan
menghilang hari ke 10. Bayi tampak biasa , minum baik , BB naik biasa. Kadar
bilirubin pada bayi aterm tidak lebih dari 12 mg /dl, pada BBLR 10 mg/dl, dan akan
hilang pada hari ke-14. Penyebab ikterus fisiologis diantaranya karena kekurang
protein Y dan , enzim glukoronil transferase yang cukup jumlahnya

2. Ikterus Patologis

 Ikterus yang muncul dalam 24 jam kehidupan ,, serum bilirubin total lebih dari 12
mg/dl.
 Peningkatan bilirubin 5 mg persen atau lebih dalam 24 jam
 Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg/dl pada bayi premature atau 12 mg/dl
pada bayi aterm.
 Ikterus yang disertai proses hemolisis
 Bilirubin Direk lebih dari mg/dl, atau kenaikan bilirubin serum mg/dl/jam atau 5
mg/dl/hari.
 Ikterus menetap setelah bayi berumur 10 hari pada bayi aterm dan 14 hari pada
BBLR.

Keadaan yang menyebabkan ikterus patologis adalah

 Penyakit hemolitik
 Kelainan sel darah merah
 Hemolisis : hematoma, Polisitemia, perdarahan karena trauma jalan lahir.
 Infeksi
 Kelainan metabolic : hipoglikemia, galaktosemia
 Obat-obatan yang menggantikan ikatan bilirubin dengan albumin seperti :
sulfonaamida, salisilat, sodium bensoat, gentamisin,
 Pirau enterohepatik yang meninggi : obstruksi usus letak tinggi, hirschsprung.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG IKTERIK NEONATUS

1. Kadar bilirubin serum (total)


2. Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi
3. Penentuan golongan darah dan Rh dari ibu dan bayi
4. Pemeriksaan kadar enzim G6PD
5. Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urin terhadap
galaktosemia.
6. Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah, urin, IT rasio
dan pemeriksaan C reaktif protein (CRP).

G. PENATALAKSANAAN IKTERIK NEONATUS

1. Fototherapi

 Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi Pengganti


untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas
yang tinggi ( a boun of fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light spectrum)
akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin
dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika
cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua
isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh
darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan dengan
Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan
diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi
oleh Hati (Avery dan Taeusch 1984). Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika sinar
mengoksidasi Bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.
 Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin,
tetapi tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat
menyebabkan Anemia.
 Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl.
Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di Fototherapi
dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan mengarahkan untuk
memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada Bayi Resiko Tinggi
dan Berat Badan Lahir Rendah.

2. Tranfusi Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :

 Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.


 Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
 Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
 Tes Coombs Positif
 Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
 Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
 Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
 Bayi dengan Hidrops saat lahir.
 Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.

Transfusi Pengganti digunakan untuk :

 Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel darah
merah terhadap Antibodi Maternal.
 Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
 Menghilangkan Serum Bilirubin
 Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan
Bilirubin

H. KOMPLIKASI IKTERIK NEONATUS

Komplikasi Terjadi kernicterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek
pada otak dengan gambaran klinik:

1. Letargi/lemas
2. Kejang
3. Tak mau menghisap
4. Tonus otot meninggi, leher kaku dan akhirnya opistotonus
5. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat terjadi spasme otot, epistotonus, kejang
6. Dapat tuli, gangguan bicara, retardasi mental.
I. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATA
1. Pengkajian

a. Anamnese orang tua/keluarga

 Ibu dengan rhesus ( - ) atau golongan darah O dan anak yang mengalami neonatal
ikterus yang dini, kemungkinan adanya erytrolastosisfetalis ( Rh, ABO,
incompatibilitas lain golongan darah). Ada sudara yang menderita penyakit hemolitik
bawaan atau ikterus, kemungkinan suspec spherochytosis herediter kelainan enzim
darah merah. Minum air susu ibu , ikterus kemungkinan kaena pengaruh pregnanediol

b. Riwayat kelahiran:

 Ketuban pecah dini, kesukaran kelahiran dengan manipulasi berlebihan merupakn


predisposisi terjadinya infeksi

c. Pemberian obat anestesi, analgesik yang berlebihan

 akan mengakibatkan gangguan nafas (hypoksia) , acidosis yang akan menghambat


konjugasi bilirubn.

d. Bayi dengan apgar score rendah

 memungkinkan terjadinya (hypoksia) , acidosis yang akan menghambat konjugasi


bilirubin.

e. Kelahiran Prematur berhubungan juga dengan prematuritas organ tubuh (hepar).

2. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum tampak lemah, pucat dan ikterus dan aktivitas menurun

b. Kepala leher

 Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput / mukosa pada mulut. Dapat juga
diidentifikasi ikterus dengan melakukan Tekanan langsung pada daerah menonjol
untuk bayi dengan kulit bersih ( kuning)

c. Dapat juga dijumpai cianosis pada bayi yang hypoksia

d. Dada : Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan tanda peningkatan
frekuensi nafas.

e. Status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, kususnya ikterus yang disebabkan


oleh adanya infeksi
f. Perut

1. Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu dicermati. Hal


ni berhubungan dengan indikasi penatalaksanaan photo terapi.
2. Gangguan Peristaltik tidak diindikasikan photo terapi. Perut membuncit, muntah ,
mencret merupakan akibat gangguan metabolisme bilirubun enterohepatik

g. Splenomegali dan hepatomegali dapat dihubungkan dengan Sepsis bacterial,


tixoplasmosis, rubella

h. Urogenital : Urine kuning dan pekat, adanya faeces yang pucat / acholis / seperti dempul
atau kapur merupakan akibat dari gangguan / atresia saluran empedu

i. Ekstremitas: Menunjukkan tonus otot yang lemah

j. Kulit : Tanda dehidrasi titunjukkan dengan turgor tang jelek. Elastisitas menurun,
perdarahan baah kulit ditunjukkan dengan ptechia, echimosis.

k. Pemeriksaan Neurologis adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lain – lain


menunjukkan adanya tanda – tanda kern – ikterus

3. Rencana Asuhan Keperawatan

a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan intake tidak adekuat dan
kemapuan menghisap turun

Tujuan: Meningkatkan dan menjaga asupan kalori dan status gizi bayi

Kriteria hasil :
1) Menerima nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan sesuai dengan umur dan kebutuhan
2) Mendemonstrasikan peningkatan ketrampilan dalam cara makan yang sesuai dengan
kemampuan perkembangannya

INTERVENSI RASIONAL
1. Mulai pemberian makan sementara 1.
Pemberian makan perselang mungkin
dengan menggunakan selang sesuai perlu untuk memberikan nutrisi adekuat
indikasi pada bayi yang telah mengalami
koordinasi, menghisap yang buruk dan
reflek menelan atau yang menjadi lelah
selama pemberian makan
2. Pemasukan makanan ke dalam
lambung yang terlalu cepat dapat
2. Masukkan ASI atau formula dengan menyebabkan respons balik cepat
perlahan selama 10 menit pada dengan regurgitasi peningkatan resiko
kecepatan 1 ml/mnt aspirasi dan distensi abdomen, semua
ini menurunkan status pernafasan
3. Stress dingin hypoxia, dan penanganan
yang berlebih meningkatkan laju
metabolisme dan kebutuhan kalori bayi,
3. Pertahankan termonetral lingkungan kemungkinan memperlambar
dan oksigenasi jaringan dengan pertumbuhan dan peningkatan berat
tepat.Gangguan pada bayi harus badan
seminimal mungkin 4. Pertumbuhan dan peningkatan BB
adalah kriteria untuk penentuan
kebutuhan kalori untuk menyesuaikan
4. Catat pertumbuhan dengan membuat formula dan untuk menentukan
pengukuran BB setiap hari dan setiap frekuensi pemberian
minggu dari panjang badan dan lingkar makan. Pertumbuhan
kepala mendorong peningkatan kebutuhan
kalori dan kebutuhan energy
5. Bayi kurang dari 1250 gr (2 bl 12 OZ)
diberi makan setiap jam, bayi antara
1500 dan 1800 (3 bulan OZ sampai 4
bl) diberi makan setiap 3 jam
5. Beri makan sesering mungkin sesuai
indikasi berdasarkan BB bayi dan
perkiraan kapasitas lambung

b. Resiko infeksi berhubungan dengan defisiensi immunologi

Tujuan : pasien tidak menunjukan adanya tanda-tanda peradangan

Kriteria hasil:
1) Pasien bebas dari tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa)
2) Orang tua akan mengidentifikasi faktor yang tepat

INTERVENSI RASIONAL
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah 1. Meminimalkan introduksi bakteri dan
merawat bayi penyebaran infeksi
2. Observasi bayi terhadap abnormalitas 2. Abnormaliotas ini mungkin merupakan
kulit (misal : lepuh, pethiciae, pustule, tanda-tanda infeksi
pucat)
3. Pakai sarung tangan saat bersentuhan 3. Membantu mencegah kontaminasi
dengan secret silang terhadap bayi
4. Mencegah terjadi penularan infeksi
4. Jauhkan bayi dari sumber infeksi pada bayi
5. Lakukan perawatan tali pusat secara 5. Menjaga tidak terjadi infeksi
aseptik dan mempertahankan tetap
bersih dan kering

c. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan bilirubin

Tujuan: Pertukaran gas kembali adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Kriteria Hasil :
1) bayi tidak sesak napas
2) Leukosit dalam batas normal.
3) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat.

INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.1. Untuk mengetahui perubahan tanda-
2. Monitor kedalaman dan frekuensi tanda vital
pernapasan 2. Untuk evaluasi derajat distress
3. Observasi kulit dan membran mukosa
3. Untuk mengetahui sianosis perifer (
pada kuku) dan sianosis sentral
4. Atur posisi tidur semi fowler/ nyaman ( pada sekitar bibir)
menurut pasien 4. Menurunkan tekanan diafragma dan
5. Kolaborasikan dengan dokter dalam melancarkan O2
pemberian O2 5. Memperbaiki / mencegah
6. Kolaborasi dengan dokter dalam memburuknya hipoksia
pemberian terapi TBC 6. Mencegah perkembangbiakan dan
mematikan
mikrobakterium tuberkulosis

d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan,

Tujuan : Cairan tubuh neonatus adekuat.

Kriteria hasil :
1) Turgor kulit baik.
2) Mukosa lembab.
3) Mata tidak cekung
4) Tidak ada penurunan urine out put ( 1-3 cc/kg/BB/jam).
5) Penurunan BB dalam batas normal.
6) Tidak ada perubahan kadar elektrolit tubuh.

INTERVENSI RASIONAL
1. Pemberian cairan dan elektolit sesuai 1. Memenuhi kebutuhan cairan sehingga
protokol. tubuh akan terpenuhi untuk menjamin
keadekuatan
2. Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata, 2. Dapat menentukan tanda-tanda
turgor, membran mukosa. dehidrasi dengan tepat
3. Kaji pemasukan dan pengeluaran 3. Mengetahui keseimbangan antara
cairan masukan dan pengeluaran
4. Mengetahui status perkembangan
4. Monitor TTV pasien
5. Perpindahan cairan atau elektrolit,
5. Kaji hasil test elektrolit penurunan fungsi ginjal dapat
meluas mempengaruhi penyembuhan
pasien
e. Risiko tinggi hipotermia dan hipertermia berhubungan dengan sistem pengaturan
suhu tubuh yang belum matang

Tujuan: Menjaga suhu tubuh dalam batas normal yaitu 36 – 37 5 o C

Kriteria hasil :
1) Mempertahankan suhu tubuh normal 36 – 37 5 o C
2) Akral hangat
3) Tidak sianosis
4) Badan berwarna merah

INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi suhu dengan sering, ulangi 1. Hipotermia membuat bayi cenderung
setiap 5 menit selama penghatan ulang pada stress dingin, penggunaan
simpanan lemak coklat yang tidak dapat
diperbaiki bila ada dan penurunan
sensitivitas untuk meningaktkan
kadarCO2 (hiperkapnea dan penurunan
kadar O2 (hipoksia)
2. Tanda-tanda ini menandakan stress
2. Perhatikan adanya takipnea atau apnea, dingin yang meningkatkan O2dan kalori
cyanosis, umum, akrosianosi atau kulit serta membuat bayi cenderung pada
belang, bradikardia, menangis buruk, asidosis berkenaan dengan metabolic
letargi, evaluasi derajat dan lokasi anaerobic
icterik 3. Mempertahankan lingkungan
3. Tempatkan bayi pada penghangat, termometral, membantu mencegah
isolette, incubator, tempat tidur terbuka stress dingin
dengan penyebar hangat, atau tempat
tidur bayi terbuka dengan pakaian tepat
untuk bayi yang lebih besar atau lebih
tua
4. Gunakan lampu pemanas selama 4. Menjaga suhu tubuh bayi dalam batas
prosedur. Tutup penyebar hangat atau normal
bayi dengan penutup plastic atau kersta
aluminum bila tepat. Objek panas
berkontak dengan tubuh bayi seperti
stetoskop
5. Ganti pakaian atau linen tempat tidur
bila basah. Pertahankan kepala bayi 5. Menurunkan kehilangan panas melalui
tetap tertutup evaporasi

Anda mungkin juga menyukai