Anda di halaman 1dari 25

;

PROSEDUR CARA TANGGAP DARURAT PENCEMARAN


LIMBAH B3 RUMAH SAKIT DI TPS
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

RSIA 01/KL/2015 1/2


CAHAYA
SANGATTA
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
Direktur RSIA Cahaya Sangatta
STANDAR
PROSEDUR 20 Januari 2015
OPERASIONAL
Dr. Dina N. Sumarauw
NIK. D – 005

Definisi limbah atau Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) setiap bahan
sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan
PENGERTIAN berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability,
reactivity, dancorrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan
lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.
Agar tidak mencemari lingkungan dan tidak dapat menjadi sumber
TUJUAN penularan penyakit bagi petugas dan pasien serta dapat meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit
1. Keputusan BAPEDAL No. 1 tahun 1995 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
2. Peraturan pemerintah nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah B3
KEBIJAKAN 3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
4. Peraturan Pemerintah nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan
5. Kep-05/Bapedal/09/1995 tentang symbol dan label untuk limbah
bahan berbahaya dan beracun
1. Penanganan Limbah B3 di TPS apabila terjadi penumpukan yang
berlebihan yang dapat membuat limbah B3 berserakan dan
memungkinkan vector masuk yaitu :
2. Limbah B3 segera dikirim kepengelolah limbah B3.
PROSEDUR 3. Penambahan drum penampung limbah B3 yang tertutup
4. Apabila diketahui ada kemasan yang mengalami kerusakan (karat
atau bocor), maka isi limbah B3 tersebut harus segera dipindahkan
kedalam drum/tong yang baru dan diberi label.

RSIA CAHAYA SANGATTA 1


PROSEDUR CARA TANGGAP DARURAT PENCEMARAN
LIMBAH B3 RUMAH SAKIT DI TPS
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

RSIA 01/KL/2015 2/2


CAHAYA
SANGATTA
5. Apabila terdapat ceceran atau bocoran limbah, maka tumpahan
limbah tersebut harus segera diangkat dan dibersihkan, kemudian
disimpan dalam kemasan limbah B3 terpisah.
PROSEDUR 6. Pada saat wadah dalam keadaan kosong maka segera
bersihkan/dicuci dengan menggunakan cairan disinfektan.
7. Pada saat penanganan Limbah B3 petugas harus menggunakan
APD (Alat Pelindung Diri)
1. Kepala Instalasi Sanitasi RSIA Cahaya Sangatta
UNIT TERKAIT 2. Semua Unit Pelayanan RSIA Cahaya Sangatta

RSIA CAHAYA SANGATTA 2


TANGGAP DARURAT PENCEMARAN AIR
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

02/KL/2015 1/1
RSIA
CAHAYA
SANGATTA
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
Direktur RSIA Cahaya Sangatta
STANDAR 20 Januari 2015
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Dina N. Sumarauw
NIK. D – 005

Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkanya mahluk hidup,


PENGERTIAN
zat, energi, dan atau komponen lain dalam air oleh kegiatan manusia
sehingga melebihi baku mutu air yang ditetapkan.
Untuk melindungi sumber air dari pencemaran, menjamin keselamatan,
kesehatan dan kehidupan manusia, menjaga kelestarian fungsi dan
TUJUAN
sumber air, memberikan arahan bagi penanggung jawab kegiatan dalam
mengelola kualitas air dan pengendalian pencemaran.
1. Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1204/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
2. Peraturan daerah provinsi Kalimantan timur nomor 02 tahun 2011
tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
KEBIJAKAN
3. Peraturan Pemerintah nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun
2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air
1. Menghentikan sementara pencemaran air atau seluruhnya sumber
dampak yang dapat mengakibatkan pencemaran air pada sumber
air, pesisir, laut.
2. Melakukan pengolahan kembali air limbah yang tercemar
3. Melakukan pemeriksaan laboratorium hasil pengolahan
4. Menginformasikan dengan jelas kepada penduduk sekitarnya.
5. Menginformasikan dengan lengkap kepada pihak yang berwenang.
PROSEDUR
6. Diketahui sumber pencemaran.
7. Mengamankan dan menyelamatkan penduduk, hewan, dan tanaman
di sekitar pencemaran.
8. Mengisolasi lokasi terjadinya pencemaran air pada sumber air,
pesisir atau laut sehingga dampaknya tidak meluas atau menyebar.
9. Peralatan untuk mengambil sampel seperti botol sampel dan jerigen
sesuai dengan kebutuhan untuk di periksa di laboratorium.
1. Kepala Instalasi Sanitasi RSIA Cahaya Sangatta
UNIT TERKAIT 2. Semua Unit PelayananRSIA Cahaya Sangatta

RSIA CAHAYA SANGATTA 3


RSIA CAHAYA SANGATTA 4
PENGAMBILAN SAMPEL AIR
UNTUK PEMERIKSAAN BAKU MUTU AIR
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

03/KL/2015 1/3
RSIA
CAHAYA
SANGATTA
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
Direktur RSIA Cahaya Sangatta
20 Januari 2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Dr. Dina N. Sumarauw
NIK. D – 005
PENGERTIAN
Air bersih yaitu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kwalitasnya memenuhi syarat kesehatan yang dapat diminum apabila
telah dimasak
TUJUAN Untuk mengetahui kwalitas air baik secara kimia maupun bakteriologi
sehingga tidak membahayakan bagi pengguna.
KEBIJAKAN 1. Permenkes RI No.416/menkes/per/IV/1990 tentang syarat-syarat
dan pengawasan kwalitas air
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Pemeriksaan Kimia
a) Alat dan Bahan
 Derijen plastic ukuran 5 Liter (sebaiknya berwarna putih)
 Botol oksigenvol 250 ml (parameter DO, BOD, COD)
 Termos es untuk menstabilkan suhu sampel
 Tas lapangan dan alat Tulis
 Buku catatan
 Alat dan Bahan untuk periksa parameter (yang diperlukan)
b) Prosedur
Prosedur dalam pengambilan sampel air (secara Fisik & Kimia)
ini bisa diuraikan secara singkat sebagai berikut :
 Botol yang akan dipergunakan untuk mengambil sampel harus
dalam keadaan bersih dan dihomogenkan terlebih dahulu.
 Pengambilan pertama sampel air digunakan untuk
menghomogenkan yaitu membersihkan botol sampling untuk
kemudian dibuang kembali lalu diulang untuk beberapa kali.
 Pengambilan kedua merupakan sampel air yang akan
diperiksa kedalam botol sampel untuk kemudian ditutup.
 Pengambilan sampel harus dilakukan hati-hati jangan sampai
terjadi aerasi

RSIA CAHAYA SANGATTA 5


PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK PEMERIKSAAN
BAKU MUTU AIR
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

03/KL/2015 2/3
RSIA
CAHAYA
SANGATTA
PROSEDUR 2. Pemeriksaan Mikrobiologi

a) Persiapan.

 Botol untuk sampel air pemeriksaan bakteriologis harus bersih


dan steril, volume botol yang biasa digunakan adalah 250 ml,
jangan diisi penuh tetapi hanya diisi ¾ nya oleh air sampel.

 Untuk pengambilan sampel air yang menggunakan sisa chlour,


harus dipakai botol yang telah diberi natrium thiosulfat untuk
menetralkan sisa chlournya. Penambahan larutan natrium
thiosulfat 10% sebanyak 0,1 ml, cukup untuk menetralkan sisa
chlor sebanyak 15 mg/lt dalam sampel air yang ditambahkan
sebelum sterilisasi.

 Pemeriksaan sisa chlour harus dilakukan di tempat pengambilan


sampel air.

b) Alat dan Bahan

 Botol glass bervolume 250 ml

 Kertaspembungkus

 Kapas

 Etanol 70% atauspirtus

 Krustang

 Korekapi

 Apibunsen

 Tas/termosuntukwadahalatpengambilansampel

c) Prosedur
Prosedur dalam mengambilan biologi ini bisa diuraikan secara
singkat sebagai berikut :
 Krandi buka penuh dan dibiarkan mengalir selama 2-3 menit
 Kran dipanaskan/disterilkan terlebih dahulu kemudian isi
botol yang telah disiapkan sampai kurang lebih 2/3 bagian

RSIA CAHAYA SANGATTA 6


dari volume botol

RSIA CAHAYA SANGATTA 7


PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK PEMERIKSAAN
BAKU MUTU AIR
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

RSIA 03/KL/2015 3/3


CAHAYA
SANGATTA
 Botol yang telah berisi sampel air diberi label (lokasi, waktu,
pemilik sarana, pengambil sampel serta tanda tangan)
Catatan :
Pengambilan sampel air dilaksanakan secara aseptis yaitu
PROSEDUR
mulut dan leher botol harus dalam keadaan steril caranya
dengan dilewatkan
diatasnya laapiatanol atau spirtus baik waktu membuka botol
atau akan menutup botol

UNIT TERKAIT Kepala Instalasi Sanitasi RSIA Cahaya Sangatta

RSIA CAHAYA SANGATTA 8


PENGOLAHAN SAMPAH INFEKSIUS DARI RUANG
PERAWATAN
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

04/KL/2015 1/3
RSIA
CAHAYA
SANGATTA
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
Direktur RSIA Cahaya Sangatta
STANDAR 20 Januari 2015
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Dina N. Sumarauw
NIK. D – 005

Limbah infeksius, adalah limbah yang diduga mengandung patogen


(bakteri, virus, parasit, dan jamur) dalam jumlah yang cukup untuk
menyebabkan penyakit pada penjamu yang rentan, misalnya: Kultur
PENGERTIAN
dan stok agen infeksius dari aktifitas laboratorium; Limbah hasil
operasi atau otopsi dari pasien yang menderita penyakit menular;
Limbah pasien yang menderita penyakit menular dari bagian isolasi;
Alat atau materi lain yang tersentuh orang sakit.
Agar tidak mencemari lingkungan dan tidak dapat menjadi sumber
TUJUAN penularan penyakit bagi petugas dan pasien serta dapat meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit
1. Keputusan BAPEDAL No. 1 tahun 1995 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun
2. Peraturan pemerintah nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah B3
KEBIJAKAN 3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
4. Peraturan Pemerintah nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan
5. Kep-05/Bapedal/09/1995 tentang simbol dan label untuk limbah
bahan berbahaya danberacun
Mengacu pada standar yang berlaku yaitu :
 Untuk limbah padat B3 (medis) infeksius dan potensial mejadi
berbahaya dimasukkan kontainer anti bocor, anti tusuk dengan
PROSEDUR lapisan kantong plastik warna kuning dan diikat dengan tali.
 Wadah yang digunakan diberi simbol, label dan lapisan kantong
plastik didalam wadah sesuai dengan tabel berikut ini:

RSIA CAHAYA SANGATTA 9


PENGOLAHAN SAMPAH INFEKSIUS DARI RUANG
PERAWATAN
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

RSIA 04/KL/2015 2/3


CAHAYA
SANGATTA

N Kategori Warna Lambang Keterangan


o Kontainer/
Kantong
Plastik
1 Radioaktif Merah Kantong boks timbal
dengan simbol
radioaktif

2 Sangat Kuning Kantong boks timbal


Infeksius dengan simbol
radioaktif

3 Limbah Kuning Kantong boks timbal


Infeksius, dengan simbol
patologi radioaktif
PROSEDUR
dan
anatomi
4 Sitotoksis Ungu Kantong plastik kuat
dan anti bocor

5 Limbah Coklat - Kantong


kimia dan plastik/kontainer
farmasi

Alur pengelolaan limbah padat B3 (medis).


1. wadah yang ada dimasing-masing ruangan diambil tiap hari atau
2/3 penuh dikumpulkan dalam dua shift, shift 1 dilakukan pada
pukul 06.00-09.00 dan shift 2 dilakukan pada pukul 12.00-15.00
oleh petugas.

RSIA CAHAYA SANGATTA 10


PENGOLAHAN SAMPAH INFEKSIUS DARI RUANG
PERAWATAN
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

RSIA 04/KL/2015 3/3


CAHAYA
SANGATTA
2. Pengumpulan yang dilakukan mengikuti rute yang sudah
ditentukan.
3. Trolly yang digunakan adalah trolly khusus untuk limbah padat B3
(medis).
PROSEDUR 4. Kontainer yang kotor langsung dicuci kemudian diganti dengan
plastik yang baru.
5. Trolly yang berisi limbah padat B3 (medis) langsung menuju
tempat penyimpanan sementara untuk bisa dikirim ke pihak
rekanan dalam mengelola limbah.

1. Kepala Instalasi Sanitasi RSIA Cahaya Sangatta


UNIT TERKAIT
2. Semua Unit Pelayanan RSIA Cahaya Sangatta

RSIA CAHAYA SANGATTA 11


PENGANGKUTAN SAMPAH
NON INFEKSIUS DARI TPS KE TPA
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

05/KL/2015 1/1
RSIA
CAHAYA
SANGATTA
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
Direktur RSIA Cahaya Sangatta
STANDAR 20 Januari 2015
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Dina N. Sumarauw
NIK. D – 005

Limbah Non Infeksius adalah limbah yag dihasilkan dari kegiatan


PENGERTIAN Rumah Sakit diluar medis yang berasal dari dapur, perkantoran,taman
dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada
teknologinya
Agar tidak menjadi sarang dan tempat berkembang biaknya vektor
TUJUAN penular penyakit, dan tidak menimbulkan bau tidak sedap yang dapat
mengganggu kenyamanan dilingkungan RS dan sekitarnya.
1. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
KEBIJAKAN
2. Peraturan Daerah Kab. Kutai Timur No.7 Tahun 2012 tentang
Pengolahan Sampah
1. Petugas mengambil sampah di TPS setiap hari pada jam 15.00 wita
2. Sampah diangkut Trolly yang kemudian langsung menuju mobil pic
up untuk dibawah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
PROSEDUR 3. Sampah ditutup dengan terpal untuk menghindar sampah
berceceran
4. Petugas diwajibkan untuk menggunakan Alat pelindung diri (APD)
1. Kepala Instalasi Sanitasi RSIA Cahaya Sangatta
UNIT TERKAIT 2. Semua Unit Pelayanan RSIA Cahaya Sangatta

RSIA CAHAYA SANGATTA 12


PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

06/KL/2015 1/4
RSIA
CAHAYA
SANGATTA
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
Direktur RSIA Cahaya Sangatta
STANDAR 20 Januari 2015
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Dina N. Sumarauw
NIK. D – 005

Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah


PENGERTIAN upaya untuk mengurangi populasi serangga, tikus, dan binatang
pengganggu lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi vektor
penularan penyakit
Untuk mengendalikan vektor penular penyakit, agar tidak berkembang
TUJUAN biak dan tidak menjadi sumber penular penyakit sehingga tidak
mengganggu kenyamanan dilingkungan RS dan sekitarnya.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/SK/X/2004 tentang
KEBIJAKAN Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

RSIA CAHAYA SANGATTA 13


1. Surveilans
a) Nyamuk
1) Pengamatan Jenitik
Pengamatan jentik Aedes sp. dilakukan secara berkala di
setiap sarana penampungan air, sekurang-kurangnya setiap
1(satu) minggu untuk mengetahui adanya atau keadaan
populasi jentik nyamuk, dilakukan secara teratur. Selain
itu,dilakukan juga pengamatan jentik nyamuk spesies
lainnya di tempat-tempat yang potensial sebagai tempat
perindukanvektor penyakit malaria di sekitar lingkungan
rumah sakit seperti saluran pembuangan air limbah.
2) Pengamatan lubang dengan kawat kasaSetiap lubang di
PROSEDUR dinding harus ditutup dengan kawat kasa untuk mencegah
nyamuk masuk.
3) Konstruksi pintu harus membuka ke arah luar.
b) Kecoa
1) Mengamati keberadaan kecoa yg ditandai dgn adanya
kotoran, telur kecoa, dan kecoa hidup atau mati di setiap
ruangan.
2) Pengamatan dilakukan secara visual dengan bantuan senter,
setiap 2 (dua) minggu.
3) Bila ditemukan tanda-tanda keberadaan kecoa maka segera
dilakukan pemberantasan.

PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS


NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

06/KL/2015 2/4
RSIA
CAHAYA
SANGATTA

RSIA CAHAYA SANGATTA 14


c) Tikus
Mengamati/memantau secara berkala setiap 2 (dua) bulan di
tempat-tempat yang biasanya menjadi tempat perkembang
biakan tikus yang ditandai dengan adanya keberadaan tikus,
antara lain : kotoran, bekas gigitan, bekas jalan,dan tikus hidup.
Ruang-ruang tersebut anatara lain di daerah bangunan tertutup
(core) rumah sakit, antara lain dapur, ruang perawatan,
laboratorium, ICU, radiologi, UGD, ruang operasi, ruang
genset/panel, ruang administrasi, kantin, ruang bersalin, dan
ruang lainnya.
d) Lalat
Mengukur kepadatan lalat secara berkala dengan menggunakan
fly grill pda daerah core dan pada daerah yang biasa dihinggapi
lalat, terutama di tempat yang diduga sebagai tempat
perindukan lalat seperti tempat sampah, saluran pembuangan
limbah pdat dan cair, kantin rumah sakit, dan dapur.
PROSEDUR e) Kucing dan anjing
Mengamati/memantau secara berkala kucing dan anjing.
2. Pencegahan
a) Nyamuk
1) Melakukan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) dengan
Mengubur, Menguras, Menututp (3M)
2) Pengaturan aliran pembuangan air limbah dan saluran dalam
keadaan tertutup.
3) Pembersihan tananam sekitar rumah sakit secara berkala
yang menjadi tempat perindukan.
4) Pemasangan kawat kasa di seluruh ruangan dan penggunaan
kelambu terutama di ruang perawatan anak.
b) Kecoa
1) Menyimpan bahan makanan dan amkaan siap saji pda
tempat tertutup.
2) Pengelolaan sampah yang memenuhi sayarat kesehatan.
3) Menututp lubang-lubang atau celah-celah agar kecoa tidak
masuk ke dlam ruangan.
PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

06/KL/2015 3/4
RSIA
CAHAYA
SANGATTA
c) Tikus
1) Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang-lubang di
dinding, plafon, pintu, dan jendela.
PROSEDUR
2) Melakukan pengelolaan sampah yang memenuhi syarat
kesehatan.
d) Lalat

RSIA CAHAYA SANGATTA 15


Melakukan pengelolaan sampah/limbah yang memnuhi syarat
kesehatan.
e) Binatang pengganggu lainnya
Melakukan pengelolaan makanan dan limbah yang memenuhi
syarat kesehatan
3. Pemberantasan
a) Nyamuk
1) Pemberantasan dilakukan apabila larva atau jentik nyamuk
Aedes sp. > 0 dengan abatisasi.
2) Melakukan pemberantasan larva/jentik dengan
menggunakan predator.
3) Melakukan oiling untuk memberantas culex.
4) Bila diduga ada kasus demam berdarah yang tertular di
rumah sakit, maka perlu dilakukan pengasapan (fogging) di
rumah sakit.
b) Kecoa
1) Pembersihan telur kecoa dengan cara mekanis, yaitu
membersihkan telur yang terdapat pada celah-celah dinding,
lemari, peralatan dan telur kecoa dimusnahkan dengan
dibakar/dihancurkan.
2) Pemberantasan kecoa
Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan
kimiawi.
a. secara fisik atau mekanis :
 Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul
 Menyiram tempat perindukan dengan air panas
 Menutup celah-celah dinding

RSIA CAHAYA SANGATTA 16


PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

06/KL/2015 4/4
RSIA
CAHAYA
SANGATTA
b. Secara kimiawi dengan menggunakan insektisida
dengan pengasapan, bubuk, semprotan, dan umpan.
c) Tikus
Melakukan pengendalian tikus secara fisik dengan pemasangan
perangkap, pemukulan atau sebagai alternatif terakhir dapat
dilakukan secara kimia dengan menggunakan umpan beracun.
d) Lalat
PROSEDUR Bila kepadatan lalat di sekitar tempat sampah (perindukan)
melebihi 2 (dua) ekor per block grill maka dilakukan
pengendalian lalat secara fisik, biologik, dan kimia.
e) Binatang pengganggu lainnya
Bila terdapat kucing dan anjing, maka perlu dilakukan :
1) Penangkapan, kemudian dibuang jauh dari rumah sakit.
2) Bekerjasama dengan Dinas Peternakan setempat untuk
menangkap kucing dan anjing

1. Kepala Instalasi Sanitasi RSIA Cahaya Sangatta


UNIT TERKAIT
2. Semua Unit Pelayanan RSIA Cahaya Sangatta

RSIA CAHAYA SANGATTA 17


PENGOLAHAN AIR LIMBAH
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

07/KL/2015 1/1
RSIA
CAHAYA
SANGATTA
TANGGAL DITETAPKAN
TERBIT Direktur RSIA Cahaya Sangatta
STANDAR
PROSEDUR 20 Januari 2015
OPERASIONAL
Dr. Dina N. Sumarauw
NIK. D – 005

Limbah cair adalah semua buangan yang dihasilkan dari kegiatan di


PENGERTIAN
Rumah Sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan
kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan
Agar tidak menjadi sarang dan tempat berkembang biaknya vektor
TUJUAN penular penyakit, dan tidak menimbulkan bau tidak sedap yang dapat
mengganggu kenyamanan dilingkungan RS dan sekitarnya.
1. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
2. Permen Lingkungan Hidup No.58 tahun 1995 tentang Baku Mutu
KEBIJAKAN
LimbahCair
3. Perda Prop.Kaltim No.02 tahun 2011 tentang Pengolahan Kwalitas
Air dan Pengendalian Pencemaran
1. Seluruh limbah cair yang dihasilkan oleh kegiatan Rumah Sakit
disalurkan kepenampungan sementara (Intag)
2. Kemudian dipompakan kebak penangkap lemak
3. Dari bak penangkap lemak air dipompakan kebak penyaring lambat
melewati 3 kali penyaringan
4. Selanjutnya air dipompakan di Reaktor IPAL dan diproses didalam
dengan menggunakan sistim aerob dan anaerob
PROSEDUR
5. Setelah diproses air dialirkan kekolam/bak control, sebagai
parameter apakah air telah sesuai standar/belum maka dikolam
dipelihara ikan
6. Setelah melewati semua proses air dialirkan ke Riol (saluran air
kota)
Catatan :Hasil pengolahan Air limbah diperiksa secara rutin di
Laboratorium terakreditasi sesuai dengan peraturan yang berlaku

UNIT TERKAIT Kepala Instalasi Sanitasi RSIA Cahaya Sangatta

RSIA CAHAYA SANGATTA 18


PENGOLAHAN AIR BERSIH
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

08/KL/2015 1/1
RSIA
CAHAYA
SANGATTA
TANGGAL DITETAPKAN
TERBIT Direktur RSIA Cahaya Sangatta
STANDAR
PROSEDUR 20 Januari 2015
OPERASIONAL
Dr. Dina N. Sumarauw
NIK. D – 005

Air bersih yaitu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
PENGERTIAN
kwalitasnya memenuhi syarat kesehatan yang dapat diminum apabila
telah dimasak
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih di RS baik secara kwalitas
TUJUAN maupun kwantitas
1. Permenkes RI No.416/menkes/per/IV/1990 tentang syarat-syarat
dan pengawasan kwalitas air
KEBIJAKAN
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
1. Air bersih yang bersumber dari PDAM ditampung di penampungan
bawah tanah
2. Bak penampungan tertutup rapat sehingga tidak mudah untuk
terkontaminasi
3. Air bersih langsung dipompakan kepenampungan/tandon yang yang
berada di lantai 4 bangunan RS
PROSEDUR
4. Selanjutnya air tersebut secara gravitasi turun menuju keruang-
ruangan yang memerlukan air
5. Untuk mengetahui kwalitas air baik bakteriologi maupun kimia air
tersebut secara berkala diperiksakan ke Laboratorium yang
terakreditasi

UNIT TERKAIT Kepala Instalasi Sanitasi RSIA Cahaya Sangatta

RSIA CAHAYA SANGATTA 19


PENGANGKUTAN SAMPAH NON INFEKSIUS DARI TPS KE
TPA
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

09/KL/2015 1/1
RSIA
CAHAYA
SANGATTA
TANGGAL DITETAPKAN
TERBIT Direktur RSIA Cahaya Sangatta
STANDAR
PROSEDUR 20 Januari 2015
OPERASIONAL
Dr. Dina N. Sumarauw
NIK. D – 005

Limbah Non Infeksius adalah limbah yag dihasilkan dari kegiatan


PENGERTIAN Rumah Sakit diluar medis yang berasal dari dapur, perkantoran,taman
dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada
teknologinya
Agar tidak menjadi sarang dan tempat berkembang biaknya vektor
TUJUAN penular penyakit, dan tidak menimbulkan bau tidak sedap yang dapat
mengganggu kenyamanan dilingkungan RS dan sekitarnya.
1. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
KEBIJAKAN
2. Peraturan Daerah Kab. Kutai Timur No.7 Tahun 2012 tentang
Pengolahan Sampah
1. Petugas mengambil sampah di TPS setiap hari pada jam 15.00 wita
2. Sampah diangkut Trolly yang kemudian langsung menuju mobil pic
up untuk dibawah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
PROSEDUR 3. Sampah ditutup dengan terpal untuk menghindar sampah
berceceran
4. Petugas diwajibkan untuk menggunakan Alat pelindung diri (APD)

1. Kepala Instalasi Sanitasi RSIA Cahaya Sangatta


UNIT TERKAIT
2. Semua Unit Pelayanan RSIA Cahaya Sangatta

RSIA CAHAYA SANGATTA 20


PENGOLAHAN SAMPAH SITOSTATIKA
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

10/KL/2015 1/1
RSIA
CAHAYA
SANGATTA
TANGGAL DITETAPKAN
TERBIT Direktur RSIA Cahaya Sangatta
STANDAR
PROSEDUR 20 Januari 2015
OPERASIONAL
Dr. Dina N. Sumarauw
NIK. D – 005

Bahan Sito statika adalah zat/obat yang merusak dan membunuh sel
PENGERTIAN
normal dan sel kanker, serta digunakan untuk menghambat
pertumbuhan tumor malignan
Untuk melindungi petugas dan lingkungan dari keterpaparan obat
TUJUAN kanker, preparasi obat sitostatika secara aseptis
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/SK/X/2004 tentang
KEBIJAKAN Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
1. GunakanAlatPelindungDiri (APD).
2. Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup. Untuk benda
benda tajam seperti spuit, vial, ampul, tempatkan di dalam wadah
yang tidak tembus benda tajam, untuk limbah lain tempatkan dalam
kantong berwarna (standar internasional warna ungu) dan berlogo
PROSEDUR
sitostatika
3. Beri label peringatan (Gambar 2) pada bagian luar wadah.
4. Bawa limbah ketempat penampungan Limbah B3 menggunakan
troli tertutup.
5. Cuci tangan.

UNIT TERKAIT Kepala Instalasi Sanitasi RSIA Cahaya Sangatta

RSIA CAHAYA SANGATTA 21


PENGOLAHAN SAMPAH NON INFEKSIUS DARI RUANG
PERAWATAN
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

11/KL/2015 1/1
RSIA
CAHAYA
SANGATTA
TANGGAL DITETAPKAN
TERBIT Direktur RSIA Cahaya Sangatta
STANDAR
PROSEDUR 20 Januari 2015
OPERASIONAL
Dr. Dina N. Sumarauw
NIK. D – 005

Limbah Non Infeksius adalah limbah yag dihasilkan dari kegiatan


PENGERTIAN Rumah Sakit diluar medis yang berasal dari dapur, perkantoran,taman
dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada
tehnologinya
Agar tidak menjadi sarang dan tempat berkembang biaknya vektor
TUJUAN penular penyakit, dan tidak menimbulkan bau tidak sedap yang dapat
mengganggu kenyamanan dilingkungan RS dan sekitarnya.
1. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
KEBIJAKAN
2. Peraturan Daerah Kab. Kutai Timur No.7 Tahun 2012 tentang
Pengolahan Sampah
Alur pengelolaan sampah non infeksius
1. wadah yang ada dimasing-masing ruangan diambil tiap hari atau
2/3 penuh dikumpulkan dalam dua shift, shift 1 dilakukan pada
pukul 06.00-09.00 dan shft 2 dilakukan pada pukul 12.00-15.00
oleh petugas.
2. Pengumpulan yang dilakukan mengikuti rute yang sudah
ditentukan.
PROSEDUR
3. Trolly yang digunakan adalah trolly khusus untuk sampah non
infeksius
4. Kontainer yang kotor langsung dicuci kemudian diganti dengan
plastik yang baru.
5. Trolly yang berisi sampah non infeksius langsung menuju ke bak
penampungan sampah sementara
6. Petugas menggunakan APD dalam setiap melakukan pekerjaan

1. Kepala Instalasi Sanitasi RSIA Cahaya Sangatta


UNIT TERKAIT
2. Semua Unit Pelayanan RSIA Cahaya Sangatta

RSIA CAHAYA SANGATTA 22


PENGOLAHAN SAMPAH INFEKSIUS
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

12/KL/2015 1/3
RSIA
CAHAYA
SANGATTA
TANGGAL DITETAPKAN
TERBIT Direktur RSIA Cahaya Sangatta
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL 20 Januari 2015
Dr. Dina N. Sumarauw
NIK. D – 005

Limbah infeksius, adalah limbah yang diduga mengandung patogen (bakteri,


virus, parasit, dan jamur) dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan
PENGERTIAN penyakit pada penjamu yang rentan, misalnya: Kultur dan stok agen infeksius
dari aktifitas laboratorium; Limbah hasil operasi atau otopsi dari pasien yang
menderita penyakit menular; Limbah pasien yang menderita penyakit
menular dari bagian isolasi; Alat atau materi lain yang tersentuh orang sakit.
Agar tidak mencemari lingkungan dan tidak dapat menjadi sumber
TUJUAN penularan penyakit bagi petugas dan pasien serta dapat meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit
1. Keputusan BAPEDAL No. 1 tahun 1995 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun
2. Peraturan pemerintah nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah B3
KEBIJAKAN 3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
4. Peraturan Pemerintah nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan
5. Kep-05/Bapedal/09/1995 tentang simbol dan label untuk limbah
bahan berbahaya danberacun
Mengacu pada standar yang berlaku yaitu :
 Untuk limbah padat B3 (medis) infeksius dan potensial mejadi
berbahaya dimasukkan kontainer anti bocor, anti tusuk dengan
PROSEDUR lapisan kantong plastik warna kuning dan diikat dengan tali.
 Wadah yang digunakan diberi simbol, label dan lapisan kantong plastik
didalam wadah sesuai dengan tabel berikut ini:

RSIA CAHAYA SANGATTA 23


PENGOLAHAN SAMPAH INFEKSIUS
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

12/KL/2015 2/2
RSIA
CAHAYA
SANGATTA

No Kategori Warna Lambang Keterangan


Kontaine
r/
Kantong
Plastik
1 Radioaktif Merah Kantong boks
timbal dengan
simbol
radioaktif
2 Sangat Kuning Kantong boks
Infeksius timbal dengan
simbol
radioaktif
3 Limbah Kuning Kantong boks
Infeksius, timbal dengan
PROSEDUR patologi simbol
dan radioaktif
anatomi
4 Sitotoksis Ungu Kantong plastik
kuat dan anti
bocor

5 Limbah Coklat - Kantong


kimia dan plastik/kontainer
Farmasi

Alur pengelolaan limbah padat B3 (medis).


1. wadah yang ada dimasing-masing ruangan diambil tiap hari atau
2/3 penuh dikumpulkan dalam dua shift, shift 1 dilakukan pada
pukul 06.00-09.00 dan shift 2 dilakukan pada pukul 12.00-15.00
oleh petugas.

RSIA CAHAYA SANGATTA 24


PENGOLAHAN SAMPAH INFEKSIUS
NO DOKUMEN REVISI HALAMAN

12/KL/2015 3/3
RSIA
CAHAYA
SANGATTA
TANGGAL DITETAPKAN
TERBIT Direktur RSIA Cahaya Sangatta
STANDAR
PROSEDUR 20 Januari 2015
OPERASIONAL
Dr. Dina N. Sumarauw
NIK. D – 005
2. Pengumpulan yang dilakukan mengikuti rute yang sudah
ditentukan.
3. Trolly yang digunakan adalah trolly khusus untuk limbah padat B3
(medis).
4. Kontainer yang kotor langsung dicuci kemudian diganti dengan
plastik yang baru.
PROSEDUR
5. Trolly yang berisi limbah padat B3 (medis) langsung menuju
tempat penyimpanan sementara untuk bisa dikirim ke pihak
rekanan dalam mengelola limbah.
6. Gudang penyimpanan limbah padat B3 (medis) yang telah terisi
limbah padat B3 (medis) sebelum dikirim ke pihak rekanan ditutup
rapat dan dikunci oleh petugas yang berwenang.

1. Kepala Instalasi Sanitasi RSIA Cahaya Sangatta


UNIT TERKAIT
2. Semua Unit Pelayanan RSIA Cahaya Sangatta

RSIA CAHAYA SANGATTA 25

Anda mungkin juga menyukai