Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN PELAYANAN HIV/AIDS

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Acruired Immune Deficiensy Syndrome atau lebih dikenal dengan istilah AIDS
merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya kelainan yang komplek dalam sistem
pertahanan selular tubuh dan menyebabkan korban menjadi sangat peka terhadap
mikroorganisme oportunistik. Penyakit AIDS disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus atau disingkat dengan HIV. Penyakit ini merupakan penyakit
kelamin, yang pada mulanya dialami oleh sekelompok kaum homoseksual. AIDS
pertama kali ditemukan di kota san fransisco, Amerika Serikat. Penyakit ini muncul
karena hubungan seksual (sodomi) yang dilakukan oleh komunitas kaum homoseksual
(Varney,2006:151). Menurut data UNAIDS/WHO AIDS epidemic update yang di
publikasikan pada 21 november 2007, diperkirakan 39,5 juta orang dengan HIV/AIDS
(ODHA). Terdapat 4,3 juta infeksi baru pada tahun 2006, 2,8 juta (65%) dari jumlah
tersebut terjadi di Sub-Sahara Afrika, sedangkan kawasan Asia Selatan dan Asia
Tenggara menyumbang angka 860.000 (15%). Sedangkan kanker merupakan penyakit
atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel yang tumbuh abnormal di luar batas
kewajaran dan tidak terkendali perkembangannya. Kanker mempunyai andil besar dalam
kasus kematian penduduk.
Adapun di negara maju yaitu 100 kasus per 100.000 penduduk dan sekitar 40.000
akan meninggal akibat penyakit ini. Pasien yang menderita AIDS dan mengalami kanker
memperlihatkan adanya gangguan psikologis berupa stress dan depresi yang ditunjukan
dengan perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa diri gagal, tidak puas dalam hidup,
merasa lebih buruk dibandingkan dengan orang lain, penilaian rendah terhadap tubuhnya
dan merasa tidak berdaya.

B. Tujuan
a. memastikan pasien HIV yang dirujuk sampai ke UPK tujuan
b. Mengurangi angka putus obat pada ODHA yang sudah mendapat terapi ARV
c. Meminimalkan kejadian gagal pengobatan lini pertama
d. Penatalaksanaan pasien dengan HIV dapat menyeluruh dan berkesinambungan

C. Pengertian
Acruired Immune Deficiensy Syndrome (AIDS) adalah suatu gejala berkurangnya
kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV ke dalam tubuh
seseorang.

Anti Retroviral Teraphy (ARV) adalah sejenis obat untuk menghambat kecepatan
replikasi virus dalam tubuh orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Obat diberikan kepada
ODHA yang memerlukan berdasarkan beberapa kriteria klinis, juga dalam rangka
Prevention Of Mother To Child Transmission (PMTCT).

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan AIDS. Orang
yang hidup dengan HIV/AIDS

Perawatan dan dukungan adalah layanan komperhensif yang disediakan untuk ODHA
dan keluarganya. Termasuk di dalamnya konseling lanjutan, perawatan, diagnosis, terapi
dan pencegahan infeksi oportunistik, dukungan sosioekonomi dan perawatan di rumah.
Persetujuan layanan adalah persetujuan yang dibuat secara sukarela oleh seseorang untuk
mendapatkan layanan

Informed Consent ( Persetujuan Tindakan Medis) adalah persetujuan yang diberikan oleh
orang dewasa yang secara kognisi dapat mengambil keputusan dengan sabar untuk
melaksanakan prosedur (tes HIV, operasi dan tindakan medik lainnya) bagi dirinya atau
atas spesimen yang berasal dari dirinya. Juga termasuk persetujuan memberikan
informasi tentang dirinya untuk suatukeperluan penelitian.

Sistem rujukan adalah pengaturan dari institusi pemberi layanan yang memungkinkan
petugasnya mengirimkan klien, sampel darah atau informasi memberi petunjuk kepada
institusi lai atas dasar kebutuhan klien untuk mendapatkan layanan yang lebih memadai.
Pengiriman ini senantiasa dilakukan dengan surat pengantar, bergantung pada jenis
layanan yang dibutuhkan. Pengaturannya didasarkan atas peraturan yang berlaku, atau
persetujuan para pemberi layanan, disertai umpan balik dari proses atau hasil layanan.
BAB II
TATALAKSANA

A. Rujukan spesimen untuk diagnosa HIV


1. Sampel darah pasien dengan HIV/AIDS dirujuk ke fasilitas lain pada kondisi
berikut; pada pmeriksaan anti HIV metode cepat (rapid) menunjukan hasil yang
meragukan (inderteminate)
2. Pada pasien HIV positif stadium 1 dan 2 yang bukan masuk kelompok resiko
(WPS, pengguna narkoba suntik, kaum gay, pasangan serodiscordant) untuk
pemeriksaan CD4
3. Pada bayi/anak berusia kurang dari 18 bulan untuk diagnostik pasti HIV melalui
pemeriksaan PCR
4. Pada pasien HIV dalam terapi ARV lini pertama yang dicurigai terjadi gagal
pengobatan untuk pemeriksaan viral load

Tata cara merujuk spesimen untuk pemeriksaan lebih lanjut adalah sebagai
berikut:
1. Apbila pasien berasal dari ruang perawatan rawat inap, maka koordinator
ruang perawatan akan melaporkan pasien ke dokter atau konselor Tim
Penanggulangan HIV/AIDS RSIA Cahaya Sangatta tentang kondisi pasien
dan pengobatan yang sudah diberikan
2. Sebelum melakukan pemeriksaan, dilakukan konseling terlebih dahulu (PITC
bila belum terdiagnosa HIV) tentang pemeriksaan yang akan dilakukan,
fungis pemeriksaan tersebut, dan biaya yang akan dikenakan sehubungan
dengan pemeriksaan tersebut
3. Apabila pasien setuju, dokter akan membuat surat pengantar pemeriksaan
laboratorium
4. Pengambilan sampel darah dilakukan oleh petugas laboratorium sesuai
dengan permintaan pemeriksaan dan standar prosedur operasional yang ada
5. Setelah administrasi dan pengemasan selesai spesimen dikirim ke tempat
tujuan pemeriksaan oleh pihak RS.

B. Rujukan Pengobatan ODHA


Pasien dengan HIV/AIDS dirujuk ke UPK lain untuk penanganan lebih lanjut pada
kondisi-kondisi berikut:
1. Untuk memulai terapi ARV atas permintaan ODHA (karena alasan pribadi atau
akomodasi)
2. Untuk pasien HIV yang memerlukan penanganan lebih intesif dimana setelah
dilakukan konsultasi kepada dokter spesialis terkait, diputuskan untuk dirujuk.

Tatat cara merujuk pasien yang telah didiagnosa HIV dan telah masuk kriteria
untuk memulai terapi ARV di UPK lain adalah sebagai berikut:
1. Poliklinik atau ruang perawatan rawat inap melaporkan pada dokter melalui
koordinator ruangan masing-masing
2. Dokter membuatkan surat rujukan ODHA
3. Dokter /petugas RM mencatat data pasien yang dirujuk dalam buku bantu
rujukan
4. Pasien akan dirujuk ke umah sakit rujukan yang memiliki layanan CST dan
terapi ARV. Dokter akan menginformasikan data pasien yang dirujuk kepada
kontak person Tim CST UPK yang dituju
5. Dokter CST akan melakukan follow up untuk memastikan pasien sampai ke
UPK rujukan (melalui telepon atau pesan singkat)

Tata cara merujuk pasien HIV yang telah teregistrasi dan menjalani terapi
ARV dan ingin melanjutkan terapi ARV di UPK lain adalah sebagai berikut:
1. Poliklinik atau ruang perawatan rawat inap melporkan pada dokter melalui
koordinator ruangan masing-masing
2. Dokter membuatkan surat rujukan ODHA dan melampirkan ikhtisar perawatan
ODHA
3. Dokter /petugas RR mencatat data pasien yang dirujuk dalam buku bantu
rujukan dan dilaporkan sebagai pasien rujuk keluar di laporan bulanan
4. Dokter/petugas RR melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pada
pasien dan pengawas minum obat (PMO) untuk menyerahkan surat rujukan dan
atau paket obat ARV langsung kepada petugas UPK tujuan
5. Pasien akan dirujuk ke UPK lain yang memiliki pelayanan CST dan terapi ARV.
Dokter akan menginformasikan data pasien yang dirujuk kepada kontak person
Tim UPK yang dituju
6. Dokter akan melakukan follow up untuk memastikan pasien sampai UPK
rujukan melalui telepon atau pesan singkat
PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan rujukan ODHA sesuai prosedur.
tentu masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada Tim penyusun demi kesempurnaan panduan dikesempatan berikutnya.
Semoga panduan ini berguna bagi Tim MDGs RSIA Cahaya Sangatta.

Anda mungkin juga menyukai