HIPERBILIRUBINEMIA
Disusun Oleh :
NIM : P1337420218074
PURWOKERTO
2020
KONSEP DASAR
1. LATAR BELAKANG
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan
kadar bilirubin dalam darah >10 mg/dL pada minggu pertama yang
secara klinis ditandai dengan ikterus pada sklera, kulit, mukosa bibir
kering dan sianosis pada bayi hipoksia. Pada kebanyakan bayi baru
lahir, hiperbilirubin tak terkonjugasi merupakan fenomena transisional
yang normal, tetapi pada beberapa bayi, terjadi peningkatan bilirubin
berpotensi menjadi toksik dan dapat menyebabkan kematian dan bila
bayi tersebut bertahan hidup pada jangka panjang akan menimbulkan
kejangkejang hebat, kegagalan fungsi otak, dan kelumpuhan (Suriadi,
2001). Sebanyak 4,5 juta (75%) dari semua kematian bayi dan balita
terjadi pada tahun pertama kehidupan.
Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel darah merah
oleh sistem retikuloendotelial. Kadar bilirubin serum normal pada bayi
baru lahir 5 mg/dl bilirubin maka akan tampak secara klinis berupa
pewarnaan kuning pada kulit dan membran mukosa yang disebut
ikterus. Ikterus akan ditemukan pada minggu pertama kehidupannya
(Surasmi, 2013). Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa angka
kejadian Ikterus Neonatarum pada bayi baru lahir di Ruangan NICU
RSUD Prof. Dr.W.Z.Johanes Kupang mengalami peningkatan sehingga
penulis tertarik mengambil study kasus Hiperbilirubin pada bayi.
2. PENGERTIAN
3. ETIOLOGI
4. PATOFISIOLOGI
4. MANIFESTASI KLINIS
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Secara klinis, ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir
atau setelah beberapa hari. Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar
yang cukup. Ikterus akan terlihat lebih jelas dengan sinar lampu dan bisa
tidak terlihat dengan penerangan yang kurang, terutama pada neonatus yang
berkulit gelap. Penilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila penderita
sedang mendapatkan terapi sinar (Etika et al, 2006).
Salah satu cara memeriksa derajat kuning pada neonatus secara
klinis, mudah dan sederhana adalah dengan penilaian menurut Kramer
(1969). Caranya dengan jari telunjuk ditekankan pada tempat-tempat yang
tulangnya menonjol seperti tulang hidung,dada,lutut dan lain-lain. Tempat
yang ditekan akan tampak pucat atau kuning.
Pemeriksaan serum bilirubin(direk dan indirek) harus dilakukan
pada neonatus yang mengalami ikterus. Terutama pada bayi yang tampak
sakit atau bayi-bayi yang tergolong resiko tingggi terserang
hiperbilirubinemia berat.
Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan untuk evaluasi
menentukan penyebab ikterus antara lain adalah golongan darah dan
‘Coombs test’, darah lengkap dan hapusan darah, hitung retikulosit, skrining
G6PD dan bilirubin direk. Pemeriksaan serum bilirubin total harus diulang
setiap 4-24 jam tergantung usia bayi dan tingginya kadar bilirubin. Kadar
serum albumin juga harus diukur untuk menentukan pilihan terapi sinar atau
transfusi tukar(Etika et al, 2006).
KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Aktivitas/ istirahat : letargi, malas
b. Sirkulasi : mungkin pucat, menandakan anemia
c. Eliminasi : Bising usus hipoaktif, vasase meconium mungkin lambat,
faeces mungkin lunak atau coklat kehijauan selama pengeluaran
billirubin. Urine berwarna gelap.
d. Makanan cairan : Riwayat pelambatan/ makanan oral buruk.
e. Palpasi abdomen : dapat menunjukkan pembesaran limpa, hepar.
f. Neurosensori :
1) Chepalohaematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua
tulang parietal yang berhubungan dengan trauma kelahiran.
2) Oedema umum, hepatosplenomegali atau hidrops fetalis, mungkin
ada dengan inkompathabilitas Rh.
3) Kehilanga refleks moro, mungkin terlihat.
4) Opistotonus, dengan kekakuan lengkung punggung, menangis lirih,
aktifitas kejang.
g. Pernafasan : krekels (oedema fleura)
h. Keamanan : Riwayat positif infeksi atau sepsis neonatus, akimosis
berlebihan, pteque, perdarahan intrakranial, dapat tampak ikterik pada
awalnya pada wajah dan berlanjut pada bagian distal tubuh.
i. Seksualitas : mungkin praterm, bayi kecil usia untuk gestasi (SGA),
bayi dengan letardasio pertumbuhan intra uterus (IUGR), bayi besar
untuk usia gestasi (LGA) seperti bayi dengan ibu diabetes. Terjadi
lebih sering pada bayi pria daripada bayi wanita.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. RENCANA TINDAKAN
Intervensi :
Intervensi :
1) Jika bayi sudah terlihat mulai kuning, jemur pada matahari pagi
(sekitar jam 7
– 8 selama 15 – 30 menit).
2) Periksa darah untuk bilirubin, jika hasilnya masih dibawah 7 mg%
ulang
keesokan harinya.
3) Berikan minum banyak.
4) Perhatikan hasil darah bilirubin, jika hasilnya 7 mg%/lebih segera
hubungi dokter, bayi perlu terapi.
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Hassan, R.,. 2005. Inkompatibilitas ABO dan Ikterus pada Bayi Baru Lahir.
Jakarta :
Percetakan Infomedika.
Sacher, Ronald, A., Richard A., McPherson. 2004. Tinjaun Klinis Hasil
Pemeriksaan
Laborotorium. 11th ed. Editor bahasa Indonesia: Hartonto, Huriawati.
Jakarta: EGC
Murray, R.K., et al. 2009. Edisi Bahasa Indonesia Biokimia Harper. 27th edition.
Alih
bahasa Pendit, Brahm U. Jakarta : EGC
Sarwono, Erwin, et al. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/ UPF Ilmu
Kesehatan Anak. Ikterus Neonatorum(Hyperbilirubinemia Neonatorum).
Surabaya: RSUD Dr.Soetomo.