Anda di halaman 1dari 27

Laporan Pendahuluan

Ikterik Neonatorum

A.Pengertian Ikterik Neonatus


ikterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena adanya bilirubin
pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah (brooker, 2001).

ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan selaput akibat penumpukan
bilirubin. sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum
yang menjurus ke arah terjadinya kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin
yang tidak dikendalikan ( markum, a.h 1991).

ikterus adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul pada hari ke 2-3 setelah lahir, yang
tidak mempunyai dasar patologis dan akan menghilang dengan sendirinya pada hari ke 10.
( nursalam,2005).

ikterus adalah gejala kuning pada sclera kulit dan mata akibat bilirubin yang berlebihan di
dalam darah dan jaringan. normalnya bilirubin serum kurang dari 9µmol/l (0,5 mg%). ikterus
nyata secara klinis jika kadar bilirubin meningkat diatas 35 µmol/l (2 mg%) (wim de jong et
al. 2005).
B. Etiologi Ikterik Neonatus
peningkatan produksi billirubin dapat menyebabkan:

 hemolisis, misal pada inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian 


golongan darah ibu dan anak pada penggolongan rhesus dan abo.

 pendarahan tertutup  misalnya pada trauma kelahiran.

 ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan  metabolik yang terdapat
pada bayi hipoksia atau asidosis .

 defisiensi g6pd/ glukosa 6 phospat dehidrogenase.

 ikterus asi yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta),  diol
(steroid).
 kurangnya  enzim glukoronil  transeferase , sehingga  kadar bilirubin indirek  meningkat
misalnya pada berat lahir rendah.

 kelainan kongenital (rotor sindrome) dan dubin hiperbilirubinemia.

 gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan  misalnya pada


hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya sulfadiasine.

 gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme  atau toksion yang
dapat langsung merusak sel hati  dan darah merah seperti infeksi, toksoplasmosis,
siphilis.

 gangguan ekskresi  yang terjadi intra atau ekstra hepatik.

 peningkatan sirkulasi enterohepatik misalnya pada ileus obstruktif

c.    patofisiologi ikterik neonatus


bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari pengrusakan sel darah
merah /rbcs. ketika  rbcs rusak maka produknya kan masuk sirkulasi, dimana hemoglobin
pecah menjadi heme dan globin. globin (protein ) digunakan kembali oleh tubuh sedangkan
heme akan dirubah menjadi bilirubin unkonjugata dan berikatan dengan albumin.

didalam liver bilirubin berikatan dengan protein plasma dan dengan bantuan ensim glukoronil
transferase dirubah menjadi bilirubin konjugata  yang akan dikeluarkan lewat saluran empedu
ke saluran intestinal.  di intestinal dengan bantuan bakteri saluran intestinal akan ddirubah
menjadi urobilinogen dan starcobilin yang akan memberi warna pada faeces. umumnya
bilirubin akan diekskresi lewat faeces  dalam bentuk stakobilin dan sedikit melalui urine
dalam bentuk urobilinogen.
pada bbl  bbilirubin direk dapat dirubah menjadi bilirubin indirek didalam usus karena 
terdapat beta –glukoronidase yang berperan penting terhadap perubahan tersebut. bilirubin
inddirek diserap lagi oleh usus kemudian masuk kembali ke hati .
keadaan ikterus di pengaruhi oleh :

 faktor produksi yng berlebihan melampaui pengeluaran : hemolitik yang meningkat

 gangguan uptake dan konjugasi hepar karena imaturasi hepar.


 gangguan transportasi  ikatan bilirubin + albumin menuju hepar , defiiensi albumin
menyebabkan semakin banyak bilirubin bebas ddalam darah yang mudah melewati
sawar otak sehingga terjadi kernicterus

 gangguan ekskresi akibat sumbatan  ddalam hepar atau  diluar hepar, karena kelainan
bawaan/infeksi atau kerusakan hepar karena penyakit lain.
D. Manifestasi klinis ikterik neonatus
gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. disamping itu dapat pula
disertai dengan gejala-gejala:

 dehidrasi: asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntah-muntah)

 pucat : sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. ketidakcocokan golongan  darah
abo, rhesus, defisiensi g6pd) atau kehilangan darah ekstravaskular.

 trauma lahir:  bruising, sefalhematom (peradarahn kepala), perdarahan tertutup lainnya.

 pletorik (penumpukan darah): polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan


memotong tali pusat, bayi kmk

 letargik dan gejala sepsis lainnya

 petekiae (bintik merah di kulit) . sering dikaitkan dengan infeksi congenital, sepsis atau
eritroblastosis

 mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal) . sering berkaitan dengan anemia
hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati

 hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa)

 omfalitis (peradangan umbilikus)

 hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid)

 massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus)

 feses dempul disertai urin warna coklat pikirkan ke arah ikterus obstruktif, selanjutnya
konsultasikan ke bagian hepatologi.

E. Klasifikasi ikterik neonatus


ikterus pada neonatorum dapat dibagi dua :
1.    ikterus fisiologi
 ikterus muncul pada hari ke 2 atau ke 3, dan tampak jelas pada hari 5-6 dan menghilang
hari ke 10. bayi tampak biasa , minum baik , bb naik biasa. kadar bilirubin pada bayi
aterm  tidak lebih dari 12 mg /dl, pada bblr 10 mg/dl, dan akan hilang pada hari ke-14.
penyebab ikterus fisiologis diantaranya karena kekurang protein y dan , enzim glukoronil
transferase yang cukup jumlahnya
2.    ikterus patologis
 ikterus yang muncul dalam 24 jam kehidupan ,, serum bilirubin total lebih dari 12 mg/dl.
 peningkatan bilirubin  5 mg persen   atau lebih dalam 24 jam
 konsentrasi bilirubin  serum melebihi 10 mg/dl pada bayi premature atau 12 mg/dl pada
bayi aterm.
 ikterus yang disertai  proses hemolisis
 bilirubin direk lebih dari  mg/dl, atau kenaikan bilirubin serum mg/dl/jam atau 5
mg/dl/hari.
 ikterus menetap setelah bayi berumur  10 hari   pada bayi aterm  dan 14 hari pada bblr.
keadaan yang menyebabkan ikterus  patologis adalah
 penyakit hemolitik
 kelainan sel darah  merah
 hemolisis : hematoma, polisitemia, perdarahan karena trauma jalan lahir.
 infeksi
 kelainan metabolic : hipoglikemia, galaktosemia
 obat-obatan yang menggantikan ikatan bilirubin dengan albumin seperti : sulfonaamida,
salisilat, sodium bensoat, gentamisin,
 pirau enterohepatik yang meninggi : obstruksi usus letak tinggi, hirschsprung.

F.  Pemeriksaan penunjang ikterik neonatus

 kadar bilirubin serum (total)

 darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi

 penentuan golongan darah dan rh dari ibu dan bayi

 pemeriksaan kadar enzim g6pd

 pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urin terhadap
galaktosemia.

 bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah, urin, it rasio dan
pemeriksaan c reaktif protein (crp).

g.    penatalaksanaan ikterik neonatus


1.    Fototherapi
 fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transfusi pengganti untuk
menurunkan bilirubin. memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi
( a boun of fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light spectrum) akan menurunkan
bilirubin dalam kulit. fototherapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi
eksresi biliar bilirubin tak terkonjugasi. hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan
mengubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut fotobilirubin.
fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. di
dalam darah fotobilirubin berikatan dengan albumin dan dikirim ke hati. fotobilirubin
kemudian bergerak ke empedu dan diekskresi ke dalam deodenum untuk dibuang
bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati (avery dan taeusch 1984). hasil
fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui
urine.
 fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar bilirubin, tetapi
tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan anemia.
 secara umum fototherapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4 -5 mg / dl.
neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di fototherapi
dengan konsentrasi bilirubun 5 mg / dl. beberapa  ilmuan mengarahkan untuk
memberikan fototherapi propilaksis pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi dan
berat badan lahir rendah.
2.    Tranfusi  Pengganti
transfusi pengganti atau imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
 titer anti rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
 penyakit hemolisis berat pada bayi baru lahir.
 penyakit hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
 tes coombs positif
 kadar bilirubin direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
 serum bilirubin indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
 hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
 bayi dengan hidrops saat lahir.
 bayi pada resiko terjadi kern ikterus.
transfusi pengganti digunakan untuk :
 mengatasi anemia sel darah merah yang tidak suseptible (rentan) terhadap sel darah
merah terhadap antibodi maternal.
 menghilangkan sel darah merah untuk yang tersensitisasi (kepekaan)
 menghilangkan serum bilirubin
 meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan bilirubin

H. Komplikasi Ikterik Neonatus


komplikasi  terjadi kernicterus yaitu kerusakan otak  akibat perlengketan bilirubin indirek
pada otak dengan gambaran klinik:

 letargi/lemas

 kejang

 tak mau menghisap

 tonus otot meninggi, leher kaku dan akhirnya opistotonus

 bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat terjadi spasme otot, epistotonus, kejang

 dapat tuli, gangguan bicara, retardasi mental.


I.    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.    Pengkajian
a.    anamnese orang tua/keluarga
 ibu dengan rhesus ( - ) atau golongan darah o dan anak yang mengalami neonatal ikterus
yang dini, kemungkinan adanya erytrolastosisfetalis ( rh, abo, incompatibilitas lain
golongan darah). ada sudara yang menderita penyakit hemolitik bawaan atau ikterus,
kemungkinan suspec spherochytosis herediter kelainan enzim darah merah. minum air
susu ibu , ikterus kemungkinan kaena pengaruh pregnanediol
b.    riwayat kelahiran:
 ketuban pecah dini, kesukaran kelahiran dengan manipulasi berlebihan merupakn
predisposisi terjadinya infeksi
c.    pemberian obat anestesi, analgesik yang berlebihan
 akan mengakibatkan gangguan nafas (hypoksia) , acidosis yang akan menghambat
konjugasi bilirubn.
d.    bayi dengan apgar score rendah
 memungkinkan terjadinya (hypoksia) , acidosis yang akan menghambat konjugasi
bilirubin.
e.    kelahiran prematur berhubungan juga dengan prematuritas organ tubuh (hepar).
2.    Pemeriksaan Fisik
a.    keadaan umum tampak lemah, pucat dan ikterus dan aktivitas menurun
b.    kepala leher
 bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput / mukosa pada mulut. dapat juga
diidentifikasi ikterus dengan melakukan tekanan langsung pada daerah menonjol untuk
bayi dengan kulit bersih ( kuning)
c.    dapat juga dijumpai cianosis pada bayi yang hypoksia
d.    dada : selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan tanda peningkatan
frekuensi nafas.
e.    status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, kususnya ikterus yang disebabkan
oleh adanya infeksi
f.    perut

 peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu dicermati. hal ni   berhubungan
dengan indikasi penatalaksanaan photo terapi.

 gangguan  peristaltik  tidak diindikasikan photo terapi.  perut membuncit, muntah ,


mencret merupakan akibat  gangguan metabolisme bilirubun enterohepatik

g.    splenomegali dan hepatomegali dapat dihubungkan dengan sepsis bacterial,


tixoplasmosis, rubella
h.    urogenital : urine kuning dan pekat, adanya faeces yang pucat / acholis / seperti dempul
atau kapur merupakan akibat dari gangguan / atresia saluran empedu
i.    ekstremitas: menunjukkan tonus otot yang lemah
j.    kulit : tanda dehidrasi titunjukkan dengan turgor tang jelek. elastisitas menurun,
perdarahan baah kulit ditunjukkan dengan ptechia, echimosis.
k.    pemeriksaan neurologis adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lain – lain
menunjukkan adanya tanda – tanda kern – ikterus
3.    Rencana Asuhan Keperawatan
A.   Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan Intake Tidak Adekuat Dan
Kemapuan Menghisap Turun
Tujuan: meningkatkan dan menjaga asupan kalori dan status gizi bayi
Kriteria hasil :
1)    menerima nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan sesuai dengan umur dan kebutuhan
2)    mendemonstrasikan peningkatan ketrampilan dalam cara makan yang sesuai dengan
kemampuan perkembangannya
intervensi rasional
1.       mulai pemberian makan sementara 1.       pemberian makan perselang mungkin
dengan menggunakan selang sesuai perlu untuk memberikan nutrisi adekuat
indikasi pada bayi yang telah mengalami
koordinasi, menghisap yang buruk dan
reflek menelan atau yang menjadi lelah
selama pemberian makan
2.       pemasukan makanan ke dalam
lambung yang terlalu cepat dapat
2.       masukkan asi atau formula dengan menyebabkan respons balik cepat
perlahan selama 10 menit pada dengan regurgitasi peningkatan resiko
kecepatan 1 ml/mnt aspirasi dan distensi abdomen, semua
ini menurunkan status pernafasan
3.       stress dingin hypoxia, dan
penanganan yang berlebih
meningkatkan laju metabolisme dan
3.       pertahankan termonetral lingkungan kebutuhan kalori bayi, kemungkinan
dan oksigenasi jaringan dengan memperlambar pertumbuhan
tepat.gangguan pada bayi harus dan  peningkatan berat badan
seminimal mungkin 4.       pertumbuhan dan peningkatan bb
adalah kriteria untuk penentuan
kebutuhan kalori untuk menyesuaikan
4.       catat pertumbuhan dengan membuat formula dan untuk menentukan
pengukuran bb setiap hari dan setiap frekuensi pemberian
minggu dari panjang badan dan lingkar makan. pertumbuhan
kepala mendorong  peningkatan kebutuhan
kalori dan kebutuhan energy
5.       bayi kurang dari 1250 gr (2 bl 12 oz)
diberi makan setiap jam, bayi antara
1500 dan 1800 (3 bulan oz sampai 4 bl)
diberi makan setiap 3 jam
5.       beri makan sesering mungkin sesuai
indikasi berdasarkan bb bayi dan
perkiraan kapasitas lambung

B.  Resiko Infeksi Berhubungan Dengan  Defisiensi Immunologi


Tujuan : pasien tidak menunjukan adanya tanda-tanda peradangan
Kriteria Hasil:
1)    pasien bebas dari tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa)
2)    orang tua akan mengidentifikasi faktor yang tepat

intervensi rasional
1.       cuci tangan sebelum dan sesudah 1.       meminimalkan introduksi bakteri dan
merawat bayi penyebaran infeksi
2.       observasi bayi terhadap abnormalitas2.       abnormaliotas ini mungkin
kulit (misal : lepuh, pethiciae, pustule, merupakan tanda-tanda infeksi
pucat)
3.       pakai sarung tangan saat bersentuhan3.       membantu mencegah kontaminasi
dengan secret silang terhadap bayi
4.       mencegah terjadi penularan infeksi
4.       jauhkan bayi dari sumber infeksi pada bayi
5.       lakukan perawatan tali pusat secara 5.       menjaga tidak terjadi infeksi
aseptik dan mempertahankan tetap
bersih dan kering

C. Resiko Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan  Dengan  Peningkatan Bilirubin

Tujuan: pertukaran gas kembali adekuat setelah dilakukan     tindakan  keperawatan.

Kriteria Hasil :
1)    bayi tidak sesak napas
2)    leukosit dalam batas normal.
3)    menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat.
intervensi rasional
1.       observasi  tanda-tanda vital tiap 4 1.       untuk mengetahui perubahan tanda-
jam. tanda vital
2.       monitor kedalaman dan frekuensi 2.       untuk evaluasi derajat distress
pernapasan
3.       observasi kulit dan membran mukosa3.       untuk mengetahui sianosis perifer
( pada kuku) dan sianosis sentral
(  pada  sekitar bibir)
4.       atur posisi tidur semi fowler/ nyaman4.       menurunkan tekanan diafragma dan
menurut pasien melancarkan o2
5.       kolaborasikan dengan dokter dalam 5.       memperbaiki / mencegah
pemberian o2 memburuknya hipoksia
6.       kolaborasi dengan dokter dalam 6.       mencegah perkembangbiakan dan
pemberian terapi tbc mematikan
mikrobakterium  tuberkulosis

D. Kekurangan  Volume Cairan Berhubungan Dengan Tidak Adekuatnya Intake


Cairan,

Tujuan : cairan tubuh neonatus adekuat.

kriteria hasil :
1)    turgor kulit baik.
2)    mukosa lembab.
3)    mata tidak cekung
4)    tidak ada penurunan urine out put ( 1-3 cc/kg/bb/jam).
5)    penurunan bb dalam batas normal.
6)    tidak ada perubahan kadar elektrolit tubuh.
intervensi rasional
o pemberian cairan dan o memenuhi kebutuhan cairan
elektolit sesuai protokol. sehingga tubuh akan
terpenuhi untuk menjamin
o kaji status hidrasi, ubun- keadekuatan
ubun, mata, turgor, o dapat menentukan tanda-
membran mukosa. tanda dehidrasi dengan tepat
o kaji pemasukan dan o mengetahui keseimbangan
pengeluaran cairan antara masukan dan
pengeluaran
o monitor ttv o mengetahui status
perkembangan pasien
o kaji hasil test elektrolit o     perpindahan cairan atau
elektrolit, penurunan fungsi ginjal
dapat meluas   mempengaruhi
penyembuhan pasien

E.    Risiko Tinggi Hipotermia Dan Hipertermia  Berhubungan Dengan Sistem


Pengaturan Suhu Tubuh Yang Belum Matang

Tujuan: menjaga suhu tubuh dalam batas normal yaitu 36  – 37 5 o c


kriteria hasil :
1)    mempertahankan suhu tubuh normal 36  – 37 5 o c
2)    akral hangat
3)    tidak sianosis
4)    badan berwarna merah
intervensi rasional
o observasi suhu dengan o hipotermia membuat bayi
sering, ulangi setiap 5 menit cenderung pada stress
selama penghatan ulang dingin, penggunaan
o perhatikan adanya takipnea simpanan lemak coklat yang
atau apnea, cyanosis, umum, tidak dapat diperbaiki bila
akrosianosi atau kulit ada dan penurunan
belang, bradikardia, sensitivitas untuk
menangis buruk, letargi, meningaktkan kadarco2
evaluasi derajat dan lokasi (hiperkapnea dan penurunan
icterik kadar o2 (hipoksia)
o tempatkan bayi pada o tanda-tanda ini menandakan
penghangat, isolette, stress dingin yang
incubator, tempat tidur meningkatkan o2dan kalori
terbuka dengan penyebar serta membuat bayi
hangat, atau tempat tidur cenderung pada asidosis
bayi terbuka dengan pakaian berkenaan dengan metabolic
tepat untuk bayi yang lebih anaerobic
besar atau lebih tua o mempertahankan
o gunakan lampu pemanas lingkungan termometral,
selama prosedur. tutup membantu mencegah stress
penyebar hangat atau bayi dingin
dengan penutup plastic atau
kersta aluminum bila tepat.
objek panas berkontak
dengan tubuh bayi seperti
stetoskop o menjaga suhu tubuh bayi
o ganti pakaian atau linen dalam batas normal
tempat tidur bila
basah. pertahankan kepala
bayi tetap tertutup
o menurunkan kehilangan
panas melalui evaporasi

Daftar Pustaka

Wong. 1999. Nursing Care Of Infants Children. Mosby Year Boodc Philadelphia.
Markum, A.H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilii. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fkui. Jakarta.
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinik. Terjemahan Tim
Psik Unpad. Jakarta: Egc.
Klaus And Forotaff. 1998. Penatalaksanaan Neonatus Resiko Tinggi. Edisi 4. Jakarta: Egc.
Wim De Jong Et Al. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : Egc
Nurarif, Amin Huda Dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Nanda Dan Nic-Noc: Jilid 2.
Yogyakarta : Media Action
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : By.N No Reg : 119234
Usia : 4 hari Tanggal MRS : 15 – 04-2021
Nama orang tua : Ny.K Tanggal Pengkajian : 15 – 04 - 2021
Pekerjaan orang tua : Swasta/IRT
Alamat : Turen
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan orang tua: SMA
Diagnosa Medis : Ikterik Neonatorum

2. KELUHAN UTAMA
a. Saat MRS : Ibu pasien mengatakan membawa anaknya ke rumah sakit
karena mata dan tubuh anaknya berubah kuning sejak kemarin

b. Saat Pengkajian : Ibu pasien mengatakan anaknya rewel dan tubuhnya


menguning

3. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


a. Prenatal : Ibu pasien mengatakan sering memeriksakan kehamilannya ke
bidan desa dan control usg ke RS Mitra Delima ibu di ajurkan banyak mengkonkumsi
buah dan sayur, mendapatkan penyuluhan persiapan menjelang persalinan. Selama
hamil ibu mendapatkan vitamin dan suplemen penambah darah. Ibu mengalami
kenaikan berat badan selama hamil adalah 10 kg.

b. Natal : Ibu mengatakan ketuban sudah pecah pada jam 06.00 pagi ibu
pergi ke rumah bidan pukul 08.00 sudah pembukaan 4 kemudian pukul 14.00 bayi
lahir secara spontan pervaginam

c. Post Natal : Bayi lahir secara spontan pervaginam A-S 7-9 , nafas spontan
tanpa bantuan alat nafas.

4. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


a. Penyakit masa lalu : Ibu pasien mengatakan pasien setelah pulang
dari rs belum pernah sakit

b. Riwayat dirawat di RS : Ibu pasien mengatakan pasien belum pernah


sakit sampai masuk ke rumah sakit

c. Riwayat pengobatan : Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat


pengobatan sebelumnya pasien hanya di jemur setiap pagi

d. Riwayat tindakan Medis : Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat


tindakan medis sebelumnya
e. Riwayat alergi : Ibu pasien mengatakan tidak ada alergi yang di
derita anaknya

f. Riwayat kecelakaan : Ibu pasien mengatakan tidak pernah


mengalami kecelakaan sebelumnya

g. Riwayat imunisasi : Sudah di imunisasi Hepatitis B tanggal 09-04-


2021
h. Pola Asuh : Diasuh sendiri oleh ibu kandung
i. Riwayat tumbuh kembang yang lalu : Belum ada
j. Genogram :

Keterangan:
= perempuan
= laki-laki
= laki-laki meninggal
= perempuan meninggal
= pasien

5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA (jelaskan dan dibuat genogram)


Dari genogram diatas nenek pasien dari ibu sudah meninggal serta kakek pasien dari
ayah juga meninggal, pasien memiliki kakak laki-laki . Ibu mengatakan tidak ada
riwayat hipertensi dan diabetes melitus. Tidak ada keluarga pasien yang mengalami
penyakit yang sama dengan pasien.

6. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


Kebutuhan Dasar Sebelum MRS MRS
1. Pola Nutrisi Pasien diberi minum asi Pasien minum asi
- Makanan saat bayi terbangun dan eksklusif dengan
- Cairan menangis saja menyusu pada ibunya,
pasien diberikan asi
setiap 3 jam sekali
2. Pola Eliminasi Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan
sehari bisa mengganti setelah mrs sudah
pempers kurang lebih 5x mengganti pempers
sehari sebanyak 3x
3. Pola Istirahat & Tidur Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan
pasien selalu tidur pasien sering terbangun
dirumah, hanya beberapa dan rewel
kali saja menangis
4. Personal hiegiene Ibu pasien mengatakan Pasien dimandikan sehari
pasien dimandikan sehari 2x
2x
5. Aktivitas Aktivitas mobilisasi Aktivitas mobilisasi
dilakukan sendiri, minum dilakukan sendiri,
disusui, untuk toileting minum disusui, untuk
pasien menggunakan toileting pasien
pampers. menggunakan pampers.

7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Cukup
b. Tanda-tanda Vital : Sh : 36,9 C, HR : 142x/mnt, RR : 46x/mnt
c. Pemeriksaan Kepala : Kepala simetris, tidak ada lesi, ubun- ubun
masih lunak, Sutura sagitalis tepat tidak terpisah.
d. Pemeriksaan Leher : leher normal tidak ada kelainan
e. Pemeriksaan Thorax : Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dada..
1. Jantung : Bunyi jantung S1/S2 tunggal , tidak ada suara tambahan
2. Paru : Suara pernafasan normal, vesikuler
3. Mammae : Tidak tampak kelainan
4. Ketiak : Tidak tampak kelainan
f. Pemeriksaan Abdomen : Bentuk simetris, tidak ada pembesaran limfa
dan tidak ada kelainan kongenital. Bising usus tidak terdengar.
g. Pemeriksaan Ekstremitas : Ekstremitas atas dan bawah lengkap, tidak ada
keluhan gerak
h. Pemeriksaan Punggung dan Tulang Belakang : Bentuk normal, tulang belakang tepat
berada di tengah, tidak ada lesi atau kelainan lain
i. Pemeriksaan Genetalia : Tidak tampak kelainan
j. Pemeriksaan Integumen : warna kulit jaundice pada wajah dan tubuh
bagian atas, tidak ada sianosis di seluruh tubuh, turgor kulit kurang baik. Kulit terlihat
kering dan mengelupas pada seluruh tubuh.
k. Pemeriksaan Neurologi :
1. Reflek Moro : Bayi menimbulkan gerakan terkejut ketika diberikan sentuhan
mendadak
2. Reflek Menggenggam : Jari tangan bayi menggenggam ketika disentuh oleh
tangan
3. Reflek Roating : Bayi menoleh sewaktu pipinya disentuh dengan jari
4. Reflek Sucking : Hisapan bayi pada putting susu kuat

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : 15-04-2021
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

1 Bilirubin Total 16,2 mg/dL 1,4 – 8,7

2 Bilirubin Direct 0,74 mg/dL 0,26 – 2,2

3 Bilirubin Indirect 15,46 mg/dL 1,14 – 6,50

9. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI (DDST)


Belum terkaji karena bayi usia 4 hari

10. TERAPI
Fototerapi 2x24 jam
Asi Eksklusif

11. KESIMPULAN
Pengkajian pada By.P terdapat bayi ikterik mata dan kulit tubuh bayi , ditunjang dengan
hasil bilirubin 16,2 mg/dL, akan dilakukan perencanaan fototerapi 2x24 jam, dengan
implementasi sesuai intervensi dan SOP yang berlaku di RS , evaluasi dari pasien
tersebut masalah teratasi dan KRS.

12. PERENCANAAN PULANG


a. Tujuan pulang : Rumah sendiri
b. Transportasi pulang : Mobil
c. Dukungan keluarga : Baik
d. Antisipasi bantuan biaya setelah pulang : BPJS
e. Antisipasi masalah perawatan diri setelah pulang : Dirawat mandiri
f. Pengobatan :-
g. Rawat jalan ke : Faskes puskesmas
h. Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah : Asi Eksklusif dilanjut diminumi
3 jam sekali
i. Keterangan lain : apabila ada kegawatan sewaktu-
waktu kie ke faskes pertama

Kepanjen, 15 Maret 2021


Perawat,

(Eko Wahyu Pradana)


ANALISA DATA
Nama : By.N
Usia : 4 hari
No Reg : 119234

NO Data Pendukung Masalah Etiologi

1 DS: Ibu bayi mengatakan: Ikterik Neonatus Hiperbillirubinemia

- Kulit bayi berwarna kuning


- Mata bayi kuning
- Terjadi sejak 2 hari yang lalu

DO:

- RR: 46x/ menit


- Nadi: 142x/ menit
- Mata bayi terlihat kuning
- Kulit pada wajah dan bagian
tubuh atas berwarna kuning
- Bilirubin indirect: 15,46 mg/dL

2 DS: ibu mengatakan: Ketidakseimbangan Intake cairan


cairan kurang dari inadekuat
- Bayinya malas minum
kebutuhan tubuh
- Bayi menyusu hanya sedikit
- Refleks hisap kuat
DO:

- Bayi minum hanya 120 cc


perhari dengan menyusu ibu
- Membran mukosa kering
- Kulit tampak kering
- Suhu: 37,2 OC
- Nadi: 130x/menit
3 Ds : : ibu mengatakan: Kerusakan Fototerapi
integritas kulit
- Bayi harus difototerapi
DO :
- Kulit pasien terlihat kering
- Kulit pasien terlihat kekuningan
- Kulit bayi mengelupas pada
seluruh tubuh
- Turgor kulit baik
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : By.N
Usia : 4 hari
No Reg : 119234

No Dx Keperawatan Tujuan / Kriteria Hasil Rencana Tindakan


1 Ikterik nenonatus Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi tanda-tanda
berhubungan keperawatan 3x24 jam, icterus
dengan ikterik berkurang dengan 2. Observasi tanda-tanda
hiperbillirubinemia kriteria hasil : vital
- Ibu tetap menyusui 3. Tutup mata bayi saat
fototerapi
bayinya
4. Kolaborasi untuk
- Ibu mengetahui cara fototerapi
5. Tempatkan lampu
merawat bayi
fototerapi diatas bayi
- Tanda-tanda vital dengan ketinggian yang
sesuai
dalam batas normal
6. Anjurkan ibu untuk tetap
- Ibu mengetahui menyusui bayi lebih sering
7. Jelaskan pada ibu tentang
pencegahan
cara merawat bayi ikterus
komplikasi 8. Jelaskan pada ibu tentang
pencegahan komplikasi
9. Kolaborasi cek bilirubin
post fototerapi

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tanda-tanda vital


cairan kurang dari
keperawatan selama 2x24 2. Catat input dan output
kebutuhan tubuh
berhubungan jam, asupan cairan bayi cairan
dengan intake
adekuat dengan kriteria hasil: 3. Monitor status hidrasi
cairan in adekuat
4. Anjurkan ibu untuk
- Asupan cairan
memberikan ASI lebih
170cc/hari
banyak
- Turgor kulit baik
5. Kolaborasi pemberian
- Membran mukosa cairan parenteral
lembab
3 Kerusakan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tanda-tanda
integritas kulit
keperawatan selama 2x24 kerusakan pada kulit
berhubungan
dengan fototerapi jam, kerusakan kulit 2. Mandikan bayi dengan air
berkurang dengan kriteria hangat dan gunakan sabun
hasil: khusus bayi
- Kulit terlihat lembab 3. Oleskan lotion atau baby
- Pengelupasan kulit oil
berkurang 4. Jelaskan pada pasien
tentang perawatan bayi
5. Kolaborasi untuk
pemberian salep
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : By.N
Usia : 4 hari
No Reg : 119234

Tgl/Jam No Dx.Kep Implementasi Evaluasi

15-04-2021 1 1. Memonitor derajat icterus bayi S : Ibu pasien mengatakan


2. Mengukur TTV bayi rewel dan tidak mau
3. Memberikan penutup mata diturunkan dari gendongan
pada bayi
4. Berkolaborasi dalam O : - Hr : 146x/m , RR :
pemberian sinar fototerapi 46x/m , Sh : 36,6 C
5. Menempatkan lampu fototerapi
diatas bayi sesuai ketinggian - Derajat kreamer 3
yang sesuai - Mata bayi terlihat
6. Menjelaskan pada ibu tentang
kuning
perawatan bayi fototerapi
7. Menjelaskan pada ibu untuk - Bayi tampak
mencegah komplikasi pada menangis dan rewel
bayi - Ibu masih tampak
8. Berkolaborasi dalam bingung dengan
pengecekan bilirubin post bayinya
fototerapi
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

15-04- 2 1. Memonitor input dan output S : Ibu pasien mengatakan


2021 cairan bayinya malas minum,
2. Memonitor status hidrasi menyusu hanya sebentar.
3. Menganjurkan ibu
memberikan asi lebih banyak O : - Membran mukosa
kering
- Kulit tampak kering
- Bayi tampak
menyusu hanya
sebentar
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

15-04- 3 1. Mengobservasi tanda – tanda S : Ibu pasien mengatakan


2021 kerusakan pada kulit kulit bayinya mengelupas
2. Memandikan bayi dengan air
O : - kulit pasien terlihat
hangat dan gunakan sabun kering
khusus bayi
3. Mengoleskan lotion atau baby - Kulit pasien terlihat
oil kekuningan
4. Menjelaskan pada pasien - Kulit bayi
tentang perawatan bayi mengelupas pada
seluruh tubuh
- Turgor kulit baik

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

16-04- 1 1. Memonitor derajat icterus bayi S : Ibu pasien mengatakan


2021 2. Mengukur TTV bayi sudah mulai tenang
3. Menempatkan lampu
fototerapi diatas bayi sesuai O : - Hr : 144x/m , RR :
ketinggian yang sesuai 48x/m , Sh : 36,7 C
4. Menjelaskan pada ibu tentang
perawatan bayi fototerapi - Derajat kreamer 2
5. Menjelaskan pada ibu untuk - Mata bayi terlihat
mencegah komplikasi pada kuning
bayi
- Bayi terlihat tidur di
box bayi
- Ibu pasien mulai
tenang merawat
bayinya

A : Masalah teratasi
sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

16-04- 2 1. Memonitor input dan output S : Ibu pasien mengatakan


2021 cairan bayinya sudah mulai banyak
2. Memonitor status hidrasi minum
3. Menganjurkan ibu
memberikan asi lebih banyak O : - Membran mukosa
lembab
- Kulit tampak sedikit
kering
- Bayi tampak menyusu
lebih lama
A : Masalah teratasi
sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

16-04- 3 1. Mengobservasi tanda – tanda S : Ibu pasien mengatakan


2021 kerusakan pada kulit kulit bayinya sudah tidak
2. Memandikan bayi dengan air mengelupas seperti kemarin
hangat dan gunakan sabun
khusus bayi O : - Kulit pasien terlihat
3. Mengoleskan lotion atau baby sedikit kering
oil - Turgor kulit baik
4. Menjelaskan pada pasien - Ibu pasien tampak
tentang perawatan bayi rutin mengolesi baby
oil

A : Masalah teratasi
sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

17-04- 1 1. Memonitor derajat icterus bayi S : Ibu pasien mengatakan


2021 2. Mengukur TTV bayinya tenang dan tidak
3. Menempatkan lampu rewel
fototerapi diatas bayi sesuai
ketinggian yang sesuai O : - Hr : 148x/m , RR :
4. Menjelaskan pada ibu tentang 44x/m , Sh : 36,5 C
perawatan bayi fototerapi
5. Menjelaskan pada ibu untuk - Derajat kreamer 2
mencegah komplikasi pada - Bayi tampak tenang
bayi
dan tidur di box bayi
- Ibu tampak telaten
merawat bayinya
- Hasil Billirubin total
post foto terapi 9.86
mg/dL

A : Masalah teratasi

P : Hentikan Intervensi

17-04- 2 1. Memonitor input dan output S : Ibu pasien mengatakan 3


2021 cairan jam sekali meminum ii
2. Memonitor status hidrasi bayinya
3. Menganjurkan ibu
memberikan asi lebih banyak O : - Membran mukosa
lembab
- Kulit tampak lembab
- Bayi tampak
menyusu dengan
kuat
- Ibu pasien terlihat
ceria
A : Masalah teratasi

P : Hentikan Intervensi

17-04- 3 1. Mengobservasi tanda – tanda S : Ibu pasien mengatakan


2021 kerusakan pada kulit kulit bayinya sudah tidak
2. Memandikan bayi dengan air mengelupas
hangat dan gunakan sabun
khusus bayi O : - Kulit paien tampak
3. Mengoleskan lotion atau baby lembab
oil - Ibu pasien rutin
4. Menjelaskan pada pasien mengolesi baby oil
tentang perawatan bayi - Turgor kulit baik

A : Masalah teratasi

P : Hentikan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai