Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENYAKIT DIABETES MELITUS (DM)

OLEH KELOMPOK I :
1. ALHAMIDA SALNAF ITUGA 14420202064
2. FEIGI F. MOKOGINTA 14420202065
3. EKARIFTA YUNIARSIH. A 14420202156
4. LUSIANA ARDILA 14420202157
5. DELVI RAHMAYANTI 14420202167
6. RAHMAT SANDI 14420202148
7. ST. NURJENI 14420202084
8. MIRNA APRIANTI 14420202083
9. FITRIANI 14420202152
10. YITA LAMANTO 14420202143

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
NUTRISI YANG BAIK PADA PENYAKIT DIABETES MELITUS (DM)

Materi : Penyakit Diabetes Melitus


Pokok Bahasa : Nutrisi penyakit DM
Hari/ tanggal :
Waktu pertemuan : 20 menit
Tempat : Di Ruang Mawar RS Pelamonia
Sasaran : Tn. B

I. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Pasien memahami tentang resiko Diabetes Melitus (DM)

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan pasien dapat :
1. Menyebutkan definisi DM
2. Menyebutkan penyebab DM
3. Mengenal tanda dan gejala DM
4. Mengenal komplikasi DM
5. Mengetahui cara pencegahan DM
6. Mengetahui Nutrisi yang baik pada DM

III. GARIS BESAR MATERI


1. Pengertian DM
2. Penyebab DM
3. Tanda dan gejala DM
4. Komplikasi DM
5. Cara pencegahan DM
6. Nutrisi yang baik pada DM
IV. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi

V. MEDIA
1. Materi SAP (PowerPoint)
2. Benner
3. Leaflet

VI. KEGIATAN PENYULUHAN


No Kegiatan Penyuluhan Respon Pasien Waktu
1 Pembukaan 5 menit
1. Memberi salam Menjawab salam
2. Memberi pertanyaan apersepsi Memberi salam
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan Menyimak
4. Menyebutkan materi/ pokok
bahasa yang akan di sampaikan
2 Pelaksanaan 20 menit
Menjelaskan materi penyuluhan secara Menyimak dan
berurutan dan teratur memperhatikan
Materi :
1. Pengertian DM
2. Penyebab DM
3. Tanda dan gejala DM
4. Komplikasi DM
5. Cara pencegahan DM
6. Nutrisi yang baik pada DM

3 Evaluasi 10 menit
1. Menyimpulkan inti penyuluhan Memperhatikan
2. Menyampaikan secara singkat Menjawab
materi penyuluhan
3. Memberi kesempatan kepada
pasien untuk bertanya
4. Memberi kesempatan kepada
pasien untuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan
4 Penutup 5 menit
1. Menyimpukan materi Menyimak dan
penyuluhan yang telah Mendengarkan
disampaikan
2. Menyampaikan terimakasih atas Menjawab
perhatian dan waktu yang telah
di berikan kepada pasien
3. Mengucapkan salam Menjawab salam

Lampiran Materi
DIABETES MELITUS (DM)
A. Defenisi
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang bersifat menahun, berhubungan
dengan suatu sistem dalam tubuh, dan disebabkan oleh berbagai faktor, yang ditandai
dengan adanya jumlah kadar gula (glukosa) darah yang berlebihan (hiperglikemia) dan
jumlah kadar lemak (lipid) yang berlebihan (hiperlipidemia), akibat kurangnya sekresi
insulin, atau ketidak efektifan kerja insulin yang telah disekresi oleh pankreas (Livana et al.,
2018).
Menurut Soegondo dalam (Hidayat, 2017), menyatakan bahwa diabetes mellitus
merupakan penyakit yang berjangka panjang maka bila diabaikan komplikasi penyakit
diabetes mellitus dapat menyerang seluruh anggota tubuh yang di akibatkan dari kadar gula
darah yang tidak terkontrol pada pengidap diabetes, tindakan pengendalian diabetes untuk
mencegah terjadinya komplikasi sangatlah diperlukan khususnya menjaga tingkat gula darah
sedekat mungkin dengan normal.

B. Etiologi
Dalam (Nurarif & Kusuma, 2015), etiologi DM terbagi menjadi 2 yaitu : sebagai berikut :
1. DM tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pancreas yang disebabkan oleh :
a) Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
b) Faktor imunologi (autoimun)
c) Faktor lingkungan :virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan estruksi si beta.
2. DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko
yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia, obesitas, riwayat
dan keluarga. Menurut (Etika & Monalisa, 2016), menyatakan bahwa jika dalam
keluarga orang tersebut ada yang memiliki penyakit diabetes mellitus maka orang
tersebut beresiko 4 kali lipat lebih besar untuk menderita diabetes mellitus.
C. Manifestasi Klinis
Gejala yang dikeluhkan oleh penderita diabetes mellitus adalah polidipsia,
poliuria, polifagia, penurunan berat badan, dan kesemutan. Keluhan lain adalah lemah,
kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria,
pruritus vulvae pada pasien wanita, serta luka yang sukar sembuh (Kurniawaty & Lestari,
2016).
D. Komplikasi
Dalam (Musyafirah et al, 2016), menyatakan diabetes dapat memengaruhi
berbagai organ sistem dalam tubuh dalam jangka waktu tertentu yang disebut komplikasi.
Komplikasi dari diabetes dapat diklasifikasikan sebagai mikrovaskuler dan
makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler termasuk kerusakan sistem saraf (neuropati),
kerusakan sistem ginjal (nefropati) dan kerusakan mata (retinopati). Sedangkan,
komplikasi makrovaskular termasuk penyakit jantung, stroke, dan penyakit pembuluh
darah perifer.
1. Komplikasi mikrovaskuler
a. Kaki diabetic
Faktor terjadinya komplikasi kronik (kaki diabetik) pada pasien DM yaitu,
riwayat penyakit DM yang sudah lama didiagnosa hal ini disebabkan seseorang
yang sudah lama didiagnosa diabetes mellitus memiliki resiko lebih tinggi
terjadinya ulkus peptikum yang diakibatkan oleh kadar gula yang tidak
terkontrol. Dan penggunaan alas kaki hal ini disebabkan kaki pasien diabetes
mellitus sangat rentan terhadap terjadinya luka, hal ini disebabkan adanya
neuropati diabetic dimana pasien diabetes mengalami penurunan pada indra
perasanya (Purwanti & Maghfirah, 2016). Menurut Dimitriadou & Lavdaniti
(Hartono, 2019), menyatakan bahwa untuk mencegah terjadinya kaki diabetik
ini yaitu dengan cara melakukan perawatan kaki terutama bagi mereka yang
mengalami mati rasa, kesemutan di kaki, perubahan bentuk kaki, serta luka pada
kaki. Perawatan kaki dapat dikalukan dengan cara memeriksa kaki setiap hari,
mencuci kaki setiap hari, menjaga kaki agar tetap lembut dan halus, memotok
kuku dan lain-lain.
b. Retinopati
Retinopati adalah terganggunya retina mata sehingga terjadi kebutaan
secara parsial maupun permanen. Apabila retina terganggu, maka otak tidak
dapat memproses gambar yang dilihat oleh mata. Retinopati sulit dideteksi
karena gejalanya berjalan lambat. Keluhan yang timbul akibat kerusakan mata
adalah sebagai berikut: pada penglihatan mata terlihat bayang jaring laba-laba,
bayangan ke abu-abuan, pandangan kabur, tidak dapat membaca karena
pandangan kabur, di tengah lapangan pandang terdapat titik gelap atau kosong,
pada penglihatan seperti ada selaput merah, mata terasa nyeri, lingkaran terang
mengelilingi obyek yang dilihat, terdapat perubahan garis vertikal yangterlihat,
dan kebutaan (Lathifah, 2017).
c. Nefropati
Nefropati diabetik merupakan komplikasi yang terjadi pada penderita DM
pada ginjal yang memiliki risiko akhir yaitu sebagai gagal ginjal. Menurut (Utami
& Fuad, 2018), nefropati diabetic sebagai penyebab utama gagal ginjal terminal,
delapan dari 10 penderita diabetes meninggal akibat kejadian Diabetes mellitus
adalah gangguan fungsi ginjal dengan angka kejadian yang tinggi sebesar 20-40%
yang dapat menghambat pembentukan eritropoietin sebagai pembentuk Hb dan
menyebabkan anemia. Nefropati diabetik ditandai dengan adanya albuminuria
(mikro/ makroalbuminuria). Diabetes yang menyerang pembuluh darah kecil
ginjal berakibat pada efi siensi ginjal sehingga penyaringan darah terganggu.
Keadaan normal ginjal tidak dapat ditembus oleh protein, namun jika sel ginjal
mengalami kerusakan maka pembuluh darah dapat dilewati oleh protein dan
masuk ke saluran urin. Keluhan yang timbul pada penderita komplikasi nefropati
adalah pembengkakan pada kaki, sendi kaki, dan tangan, sesak nafas, hipertensi,
bingung atau sukar berkonsentrasi, nafsu makan menurun, kulit menjadi kering,
dan gatal, capek

d. Neuropati
Menurut Kariadi dalam (Lathifah, 2017), neuropati adalah komplikasi
yang terdapat pada syaraf. Neuropati ini mengacu pada sekolompok penyakit
yang menyerang saraf perifer, ototnom, dan spinal. Kadar gula darah yang tinggi
mengakibatkan serat saraf hancur sehingga sinyal ke otak dan dari otak tidak
terkirim dengan benar, akibat dari tidak terkirimnya sinyal tersebut maka
hilangnya indera perasa, meningkatnya rasa nyeri di bagian yang terganggu.
(Anugerah et al, 2019) menyatakan bahwa ketika pasien mengalami komplikasi
neuropati maka syaraf-syaraf telah mengalami kerusakan sehingga kaki pasien
menjadi baal (tidak merasakan sensasi) dan tidak merasakan adanya tekanan,
injuri/trauma, atau infeksi. Keluhan yang paling sering dirasakan adalah
kesemutan.
2. Komplikasi makrovaskuler
a. Penyakit jantung
Penyakit jantung salah satunya Penyakit Jantung Koroner atau PJK terjadi akibat
penyempitan atau penyumbatan di dinding nadi koroner karena adanya endapan
lemak dan kolesterol sehingga mengakibatkan suplai darah ke jantung menjadi
terganggu. Diabetes merupakan salah satu faktor risiko penting terjadinya penyakit
jantung koroner. Diabetes mellitusyang tidak dikelola dengan baik mengakibatkan
komplikasi yang bersifat kronik salah satunya yaitu komplikasi makroangiopati.
Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histopatologi berupa aterosklerosis
yang pada akhirnya menyebabkan penyumbatan vaskuler. Bila mengenai arteri
koronaria dan aorta, maka dapat menyebabkan penyakit jantung koroner Penderita
diabetes mellitus memiliki kadar glukosa yang tinggi sehingga dapat meningkatkan
viskositas darah. Meningkatnya viskositas darah ini dapat menyebabkan kerja
jantung lebih berkerja keras. Selain itu tingginya glukosa akan diiringi pula
meningkatnya kadar lemak yang menempel di dinding pembuluh darah (Utami &
Azam, 2019)
b. Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah
diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg atau tekanan darah sistolik lebih atau
sama dengan 140 mmHg. Hipertensi menjadi faktor risiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler dan menjadi masalah kesehatan dunia. Hipertensi pada DM
meningkatkan mortalitas serta berperan dalam mekanisme terjadinya penyakit
jantung koroner, gangguan pembuluh darah perifer, gangguan pembuluh darah
serebral dan terjadinya gagal ginjal. Kelainan pada mata akibat DM yang berupa
retinopati diabetik juga dipengaruhi oleh hipertensi.
E. Pencegahan
(Wahyuni et al., 2019), menyatakan bahwa dengan pengendalian metabolisme yang baik,
menjaga agar kadar gula darah berada dalam katagori normal maka komplikasi akibat
diabetes dapat dicegah/ditunda. Pengendalian dapat dilakukan dengan CERDIK, yaitu :
a. Cek kondisi kesehatan secara berkala
b. Enyahkan asap rokok
c. Rajin aktifitas fisik
d. Diet sehat dengan kalori seimbang
e. Istirahat yang cukup
f. Kendalikan Stress.

F. DIET yang baik pada Penderita DM


a. Yang tidak boleh dimakan (Naviri, 2015)
b. Nasi putih
1) Pasta putih
2) Roti
3) Kentang
4) Saus tomat
5) Acar
6) Kentang goreng
7) Daging asap
8) Susu
9) Donat
10) Mie instan
11) Margarin
12) Gula
13) Alcohol
14) Daging berlemak
a. Yang boleh dimakan
1) Nasi merah
2) Bayam
3) Brokoli
4) Oatmeal
5) Tomat
6) Ikan laut
7) Daging tanpa lemak

Menurut (Medika, 2017), Terapi non-obat sebenarnya sama dengan langkah


pencegah. Inti dari terapi ini adalah menjaga agar terhindar dari segala penyakit, teruma
penyakit degeneratif. Terapi non-obat ini terdiri dari pemberian pengetahuan tentang
diabetes, olaragah secara teratur, menerapkan pola makan yang tepat, dan menerapkan
gaya hidup yang sehat. Keseluruhannya harus diterapkan demi mencapai hasil
maksimal.
a. Lebih Mengenal Diabetes
Pengetahuan berperan penting dalam menurunkan populasi penderita
diabetes.Tujuan dari pemberian pengetahuan ini adalah agar penderita diabetes
dapat mengerti bagaimana penyaikitnya bisa menyerang dirinya, penderita diabetes
mau berusaha disiplin untuk mengontrol dan mengelola penyakitnya secara
mandiri, serta agar terbentuknya perillaku hidup sehat.
b. Olahraga yang teratur
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk
memelihara hidup, meningkatkan kualitas hidup dan mencapai tingkat kemampuan
jasmani yang sesuai dengan tujuan . Olahraga tidak hanya dapat dilakukan oleh
orang yang sehat, akan tetapi sangat bermanfaat apabila dilakukan oleh orang
dengan penyakit metabolik seperti penyakit DM. Menurut Perkeni dalam(Sinaga,
2016) bahwa melakukan olahraga secara teratur dapat memperbaiki kendali glukosa
darah, mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta dapat meningkatkan
kadar kolesterol HDL. Selain itu, Olahraga juga berfungsi untuk menjaga
kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki kendali glukosa
darah. Olahraga sangat bermanfaat dalam memperbaiki kepekaan insulin serta
pengendalian gula darah. Namun, pengendalian gula darah tidak akan berhasil
dengan olahraga saja. Karena itu, upaya ini mesti dipadu dengan pengaturan diet
secara akurat. Pekanya insulin dan terkendalinya gula darah akan berdampak pada
perlambatan atau penundaan komplikasi DM.
c. Pola makan yang tepat
Salah satu faktor utama penyebab terjadinya diabetes adalah pola makan yang
salah.Makan dalam porsi yang besar, terlalu banyak ngemil, melewati sarapan, dan
makan larut malam.Pola makan tersebut menyebabkan berat badan lebih dan gula
darah menjadi naik. Kenyataannya, sebagian besar penderita diabetes memeang
memiliki tubuh yang cendrung gemuk.Oleh karena itu, kesalahan-kesalahan dalam
pola makan harus segera di ubah.
Penentuan pola makan yang cocok untuk semua penderita diabetes sebenarnya
belum bisa di tentukan karna harus di sesuaikan dengan kebiasaan makan individu
masing-masing.Penderita diabetes dianjurkan menerapkan terapi diabetes dengan
syarat:
1) Makanlah pada jadwal teratur
2) Jumlah asupan kalori disesuaikan dengan berat badan, jenis kelamin, usia,
aktifitas fisik, serta kelainan metabolik yang dialami
3) Makanlah menu yang beragam, misalnya dalam sehari harus ada makanan
sumber protein, karbohidrat, sayuran, dan buah
4) Batasi konsumsi gula pasir, makanan manis, dan gorengan
5) Hindari makan biskuit, cake, serta makanan lain dan minum berkalori tinggi
sebagai cemilan pada waktu makan
6) Minum air dalam jumlah banyak dan hindari minuman berkalori seperti soft
drink apabila haus
7) Konsumsi protein, vitamin, mineral yang cukup
8) Tambahkan porsi sayur dan buah dua kali lipat di banding biasanya.
Selain penatalaksanaan diatas terapi nonfarmakologi pada penderita diabetes
mellitus juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan tanaman herbal seperti :
a) Ubi jalar ungu
Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas poiret) merupakan sumber karbohidrat yang
baik dan juga berperan sebagai sumber serat pangan dan sumber beta karoten.
Mengandung karbohidrat, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A,
vitamin C, vitamin B1 dan pigmen antosianin yang lebih tinggi dibanding varietas
lain. Karbohidrat yang terkandung pada ubi jalar ungu termasuk dalam Low
Glycamix Index sehingga bila dikonsumsi tidak akan menaikkan glukosa darah
secara drastis. Ubi jalar unggu mengandung antosianin adalah glikosida yang larut
dalam air dari polihidroksil dan polymethoxyl turunan dari 2-
phenylbenzopyrylium atau flavylium garam. Antosianin suatu jenis plavonoid
yang memiliki efek antioksidan, anti-inflamasi, anti-virus, anti-proliferasi, anti-
mutagenik, anti-mikroba, anti-karsinogenik, perlindungan dari kerusakan jantung
dan alergi, perbaikan mikrosirkulasi, perifer kapiler pencegahan kerapuhan dan
pencegahan diabetes (Anjani et al., 2018). Pemberian ekstrak ubi jalar ungu dapat
melindungi sel dari pengaruh buruk radikal bebas. Zat antosianin yang terkandung
dalam ubi jalar ungu (Ipomoea batatas poiret) dapat dijadikan pilihan terapi diet
non-farmakologi karena kandungannya dapat mengontrol kadar glukosa darah
sehingga dapat mencegah terjadinya resisten insulin pada pendertita DM.
b) Pare
Pare adalah sejenis tumbuhan yang merambat dengan buah berbentuk panjang dan
runcing pada ujungnya serta permukaan yang bergerigi. Pare memiliki rasa yang
tidak terlalu pahit dan banyak dibudidayakan dan paling disukai, buahnya panjang
dengan ukuran 30-50cm, diameter buah 3-7cm, berat ratarata 200-500 gr/buah.
Sedangkan pare ayam memiliki rasa yang pahit, berbentuk lonjong kecil dan
berwarna hijau dengan bintil-bintil agak halus dengan panjang 15– 20cm. Pare
merupakan tanaman yang kaya akan manfaat, diantaranya pare dapat berfungsi
sebagai antikanker dan menurunkan kadar gula darah (hypopglycemic effect).
Ekstrak pare dapat berperan sebagai antioksidan dengan ditemukannya kandungan
flavonoid, tanin, saponin, steroid, dan terpenoid. (Rahmasari & Wahyuni, 2019).
Menurut Rita dalam (Rahmasari & Wahyuni, 2019), kandungan yang ada di
dalam pare menjadikan sayuran ini sangat baik untuk tujuan pengobatan diabetes.
Manfaat buah pare bagi penderita DM adalah sebagai berikut :
1. Mengontrol gula darah, konsumsi buah pare dapat mengontrol kadar gula
darah dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena adanya kandungan serat dalam
pare. Saat serat masuk ke dalam tubuh, serat hanya akan melewati saluran
pencernaan saja. Sehingga akan membuat makanan berserat cenderung tidak
akan menaikkan kadar gula darah.
2. Insulin alami penurun gula darah, di dalam buah pare juga terdapat
kandungan phyto nutrient, yaitu salah satu jenis tanaman insulin yang sangat
dikenal bisa menurunkan kadar gula darah. Selain itu juga terdapat agen
hipoglikemik atau charatin yang akan membantu meningkatkan penyerapan
glukosa serta glikogen sintesis yang ada dalam sel hati. Sehingga dengan
senyawa tersebut lah pare dianggap bisa menurunkan kadar gula dalam darah
khususnya untuk diabetes tipe-2.
3. Membantu melakukan diet alami untuk diabetes, jika sedang melakukan diet
dan mengatur asupan makanan ke dalam tubuh untuk mengatur kadar gula
darah, maka dapat memanfaatkan buah pare sebagai salah satu menu yang
dapat mengobati penyakit diabetes. Hal ini karena adanya kandungan
polipeptida yang strukturnya sama dan mirip dengan hormone insulin yang
akan bekerja menurunkan kadar gula darah dalam tubuh.

Penelitian oleh (Yudha et al., 2018), yang dilakukan pada tikus jantan putih
menunjukan bahwa partisi air buah pare (Momordicia charantia) dengan dosis 50
mg/kg bb efektif menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan (Rattus
norvegicus).
c) Rebusan daun gersen
Kersen dengan nama latin Muntingia calabura, digunakan oleh anak - anak
untuk bermain atau di makan karena rasanya manis, daun dan buahnya memiliki
kandungan senyawa yang berkhasiat sebagai obat. Tanaman ini banyak digunakan
sebagai tanaman peneduh, dan s norvegicus). juga mempunyai manfaat kesehatan
yang sangat bermanfaat. Buahnya juga dapat digunakan untuk menyembuhkan
penyakit seperti hipertensi, asam urat dan diabetes mellitus (Jumain, et al., 2019).
Kersen (Muntingia calabura), adalah tanaman yang mengandung berbagai
senyawa flavonoid, tanin dan chalcone. Hasil riset menyatakan, daun kersen
mengandung berbagai macam jenis senyawa flavonoid yang berpotensi untuk
dijadikan berbagai macam jenis obat, seperti antidiabetik, anti-inflamasi,
antikanker dan antipiretik. Senyawa flavonoid, menurut penelitian memiliki efek
hipoglikemik dengan beberapa mekanisme, yaitu dengan menghambat absorpsi
glukosa, merangsang pelepasan dan sensitasi dari insulin, dan meningkatkan
ambilan glukosa oleh jaringan perifer, dan berperan dalam pengaturan enzim-
enzim dalam metabolisme karbohidrat. Penelitian lain juga menyebutkan, bahwa
subkelas flavonoid, senyawa flavonol, memiliki potensi menghambat enzim
alfaamilase yang berperan dalam pemecahan karbohidrat. Flavonol, juga memiliki
potensi menginhibisi kerja Glucose Transporter-2 (GLUT-2) sebagai transporter
glukosa pada organ gastrointestinal (Damara & Sukohar, 2018).
Penelitian oleh (Zahroh & Musriana, 2016), menyatakan bahwa ada pengaruh
pemberian rebusan daun kersen terhadap penurunan kadar gula darah. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Norma & Hadrayanti, 2019),
menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan rebusan Daun kersen (Muntingia
calabura L) terhadap penurunan kadar gula darah sewaktu pada klien diabetes
mellitus tipe II.
REFERENSI

Anjani, E. P., Oktarlina, R. Z., & Morfi, C. W. (2018). Zat Antosianin pada Ubi Jalar Ungu
terhadap Diabetes Melitus. Majority, 7(2), 257–262.

Anugerah et al. (2019). PREVALENSI KOMPLIKASI DIABETES MELITUS BERDASARKAN


KARAKTERISTIK PASIEN DIABETES MELITUS. 8(1), 22–28.

Apiati, F., & Sugiarti, M. (2016). HUBUNGAN TINGKAT PENATALAKSANAAN


PENGENDALIAN DIABETIK DENGAN KADAR HbA1c PADA PENDERITA
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD dr . H . ABDUL MOELOEK HbA1c LEVELS
IN PATIENTS TYPE 2 DIABETES MELLITUS IN HOSPITAL RSUD dr . H . ABDUL
MOELOEK BANDAR LAMPUNG. Jurnal Analis Kesehatan, 5(1).

Damara, A., & Sukohar, A. (2018). Efektivitas Infusa Daun Kersen (Muntingia calabura Linn)
Sebagai Antidiabetik. 5(46), 534–539.

Etika, A. N., & Monalisa, V. (2016). RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN


KEJADIAN DIABETES MELLITUS. Jurnal Care, 4(1), 51–57.

Hartono, D. (2019). Pengaruh Foot Care Education Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku
Perawatan Kaki Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II. Jurnal Aiptinakes, 15.

Hidayat, R. (2017). PENGARUH SENAM TERHADAP KADAR GULA DARAH PADA


PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD PURI HUSADA TEMBILAHAN
TAHUN 2016. Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, 1(1).

Jumain, Asmawati, Farid, & Riskah. (2019). Efek Sari Buah Kersen (Muntingia calabura L.)
Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Mencit Jantan. XV(2), 156–162.

Kurniawaty, E., & Lestari, E. E. (2016). Uji Efektivitas Daun Belimbing Wuluh ( Averrhoa
bilimbi L .) sebagai Pengobatan Diabetes Melitus The Effectiveness Test for Extract Wuluh
Starfruite Leaf ( Averrhoa bilimbiL .) as Diabetes Mellitus Treatment. Majority, 2–6.

Lathifah, N. L. (2017). HUBUNGAN DURASI PENYAKIT DAN KADAR GULA DARAH


DENGAN KELUHAN SUBYEKTIF PENDERITA DIABETES MELITUS. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 5(2), 231–239. https://doi.org/10.20473/jbe.v5i2.2017.231-239

Livana, Sari, I. P., & Hermanto. (2018). Gambaran Tingkat Persepsi Pasien Diabetes Mellitus di
Kabupaten Kendal. Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 11(2), 48–57.

Medika, T. B. (2017). Berdamai dengan Diabetes. Bumi Medika.

Musyafirah et al. (2016). FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


KOMPLIKASI DM PADA PENDERITA DM DI RS IBNU SINA.

Naviri, T. (2015). 1001 Makanan Sehat. PT Elex Media Komputindo.

Norma, & Hadrayanti, N. (2019). Pengaruh Rebusan Daun Kersen Terhadap Penurunan Gula
Darah Sewaktu Pada Klien Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas
Klasaman Kota Sorong Tahun 2018. JURNAL ILMIAH PRAKTISI KESEHATAN
MASYARAKAT SULAWESI TENGGARA, 3(2), 6–10.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NIOC. MediAction.

Padila. (2012). Buku Keperawatan Medikal Bedah. Nuha Medika.

Purwanti, L. E., & Maghfirah, S. (2016). FAKTOR RISIKO KOMPLIKASI KRONIS (KAKI
DIABETIK) DALAM DIABETES MELLITUS TIPE 2. THE INDONESIAN JOURNAL
OF HEALTH SCIENCE, 7(1), 26–39.

Puspa, G., Marek, S., & Adi, M. S. (2017). FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH
TERHADAP TERJADINYA HIPERTENSI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE
II (Studi di Wilayah Puskesmas Kabupaten Pati). XIII(1), 47–59.

Rahmasari, I., & Wahyuni, E. S. (2019). EFEKTIVITAS MEMORDOCA CARANTIA (PARE)


TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH. INFOKES, 9(1), 57–64.

Sinaga, R. N. (2016). DIABETES MELLITUS DAN OLAHRAGA. 15(2), 21–29.

Utami, N. L., & Azam, M. (2019). Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Penderita Diabetes
Mellitus. 3(2), 311–323.

Utami, P. R., & Fuad, K. (2018). GAMBARAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS KOMPLIKASI GINJAL. Jurnal Kesehatan Perintis, 5(1).

Wahyuni, R., Ma’ruf, A., & Mulyono, E. (2019). Journal homepage :


http://jurnal.stikeswhs.ac.id/index.php/medika HUBUNGAN POLA MAKAN TERHADAP
KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS. Jurnal Medika Karya
Ilmiah Kesehatan, 4(2).

Yudha, D. W. Y. I., Suartha, N., & Sudimartini, L. M. (2018). Efektivitas Partisi Air Buah Pare
Terhadap Penurunan Gula Darah Diabetik Eksperimental Tikus Putih Jantan. Buletin
Veteriner Udayana, 10(1), 10–17. https://doi.org/10.24843/bulvet.2018.v10.i01.p02

Zahroh, R., & Musriana. (2016). Pemberian Rebusan Daun Kersen Menurunkan Kadar Glukosa
Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. 07(02), 102–108.

Anda mungkin juga menyukai