OLEH KELOMPOK I :
1. ALHAMIDA SALNAF ITUGA 14420202064
2. FEIGI F. MOKOGINTA 14420202065
3. EKARIFTA YUNIARSIH. A 14420202156
4. LUSIANA ARDILA 14420202157
5. DELVI RAHMAYANTI 14420202167
6. RAHMAT SANDI 14420202148
7. ST. NURJENI 14420202084
8. MIRNA APRIANTI 14420202083
9. FITRIANI 14420202152
10. YITA LAMANTO 14420202143
V. MEDIA
1. Materi SAP (PowerPoint)
2. Benner
3. Leaflet
3 Evaluasi 10 menit
1. Menyimpulkan inti penyuluhan Memperhatikan
2. Menyampaikan secara singkat Menjawab
materi penyuluhan
3. Memberi kesempatan kepada
pasien untuk bertanya
4. Memberi kesempatan kepada
pasien untuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan
4 Penutup 5 menit
1. Menyimpukan materi Menyimak dan
penyuluhan yang telah Mendengarkan
disampaikan
2. Menyampaikan terimakasih atas Menjawab
perhatian dan waktu yang telah
di berikan kepada pasien
3. Mengucapkan salam Menjawab salam
Lampiran Materi
DIABETES MELITUS (DM)
A. Defenisi
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang bersifat menahun, berhubungan
dengan suatu sistem dalam tubuh, dan disebabkan oleh berbagai faktor, yang ditandai
dengan adanya jumlah kadar gula (glukosa) darah yang berlebihan (hiperglikemia) dan
jumlah kadar lemak (lipid) yang berlebihan (hiperlipidemia), akibat kurangnya sekresi
insulin, atau ketidak efektifan kerja insulin yang telah disekresi oleh pankreas (Livana et al.,
2018).
Menurut Soegondo dalam (Hidayat, 2017), menyatakan bahwa diabetes mellitus
merupakan penyakit yang berjangka panjang maka bila diabaikan komplikasi penyakit
diabetes mellitus dapat menyerang seluruh anggota tubuh yang di akibatkan dari kadar gula
darah yang tidak terkontrol pada pengidap diabetes, tindakan pengendalian diabetes untuk
mencegah terjadinya komplikasi sangatlah diperlukan khususnya menjaga tingkat gula darah
sedekat mungkin dengan normal.
B. Etiologi
Dalam (Nurarif & Kusuma, 2015), etiologi DM terbagi menjadi 2 yaitu : sebagai berikut :
1. DM tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pancreas yang disebabkan oleh :
a) Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
b) Faktor imunologi (autoimun)
c) Faktor lingkungan :virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan estruksi si beta.
2. DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko
yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia, obesitas, riwayat
dan keluarga. Menurut (Etika & Monalisa, 2016), menyatakan bahwa jika dalam
keluarga orang tersebut ada yang memiliki penyakit diabetes mellitus maka orang
tersebut beresiko 4 kali lipat lebih besar untuk menderita diabetes mellitus.
C. Manifestasi Klinis
Gejala yang dikeluhkan oleh penderita diabetes mellitus adalah polidipsia,
poliuria, polifagia, penurunan berat badan, dan kesemutan. Keluhan lain adalah lemah,
kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria,
pruritus vulvae pada pasien wanita, serta luka yang sukar sembuh (Kurniawaty & Lestari,
2016).
D. Komplikasi
Dalam (Musyafirah et al, 2016), menyatakan diabetes dapat memengaruhi
berbagai organ sistem dalam tubuh dalam jangka waktu tertentu yang disebut komplikasi.
Komplikasi dari diabetes dapat diklasifikasikan sebagai mikrovaskuler dan
makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler termasuk kerusakan sistem saraf (neuropati),
kerusakan sistem ginjal (nefropati) dan kerusakan mata (retinopati). Sedangkan,
komplikasi makrovaskular termasuk penyakit jantung, stroke, dan penyakit pembuluh
darah perifer.
1. Komplikasi mikrovaskuler
a. Kaki diabetic
Faktor terjadinya komplikasi kronik (kaki diabetik) pada pasien DM yaitu,
riwayat penyakit DM yang sudah lama didiagnosa hal ini disebabkan seseorang
yang sudah lama didiagnosa diabetes mellitus memiliki resiko lebih tinggi
terjadinya ulkus peptikum yang diakibatkan oleh kadar gula yang tidak
terkontrol. Dan penggunaan alas kaki hal ini disebabkan kaki pasien diabetes
mellitus sangat rentan terhadap terjadinya luka, hal ini disebabkan adanya
neuropati diabetic dimana pasien diabetes mengalami penurunan pada indra
perasanya (Purwanti & Maghfirah, 2016). Menurut Dimitriadou & Lavdaniti
(Hartono, 2019), menyatakan bahwa untuk mencegah terjadinya kaki diabetik
ini yaitu dengan cara melakukan perawatan kaki terutama bagi mereka yang
mengalami mati rasa, kesemutan di kaki, perubahan bentuk kaki, serta luka pada
kaki. Perawatan kaki dapat dikalukan dengan cara memeriksa kaki setiap hari,
mencuci kaki setiap hari, menjaga kaki agar tetap lembut dan halus, memotok
kuku dan lain-lain.
b. Retinopati
Retinopati adalah terganggunya retina mata sehingga terjadi kebutaan
secara parsial maupun permanen. Apabila retina terganggu, maka otak tidak
dapat memproses gambar yang dilihat oleh mata. Retinopati sulit dideteksi
karena gejalanya berjalan lambat. Keluhan yang timbul akibat kerusakan mata
adalah sebagai berikut: pada penglihatan mata terlihat bayang jaring laba-laba,
bayangan ke abu-abuan, pandangan kabur, tidak dapat membaca karena
pandangan kabur, di tengah lapangan pandang terdapat titik gelap atau kosong,
pada penglihatan seperti ada selaput merah, mata terasa nyeri, lingkaran terang
mengelilingi obyek yang dilihat, terdapat perubahan garis vertikal yangterlihat,
dan kebutaan (Lathifah, 2017).
c. Nefropati
Nefropati diabetik merupakan komplikasi yang terjadi pada penderita DM
pada ginjal yang memiliki risiko akhir yaitu sebagai gagal ginjal. Menurut (Utami
& Fuad, 2018), nefropati diabetic sebagai penyebab utama gagal ginjal terminal,
delapan dari 10 penderita diabetes meninggal akibat kejadian Diabetes mellitus
adalah gangguan fungsi ginjal dengan angka kejadian yang tinggi sebesar 20-40%
yang dapat menghambat pembentukan eritropoietin sebagai pembentuk Hb dan
menyebabkan anemia. Nefropati diabetik ditandai dengan adanya albuminuria
(mikro/ makroalbuminuria). Diabetes yang menyerang pembuluh darah kecil
ginjal berakibat pada efi siensi ginjal sehingga penyaringan darah terganggu.
Keadaan normal ginjal tidak dapat ditembus oleh protein, namun jika sel ginjal
mengalami kerusakan maka pembuluh darah dapat dilewati oleh protein dan
masuk ke saluran urin. Keluhan yang timbul pada penderita komplikasi nefropati
adalah pembengkakan pada kaki, sendi kaki, dan tangan, sesak nafas, hipertensi,
bingung atau sukar berkonsentrasi, nafsu makan menurun, kulit menjadi kering,
dan gatal, capek
d. Neuropati
Menurut Kariadi dalam (Lathifah, 2017), neuropati adalah komplikasi
yang terdapat pada syaraf. Neuropati ini mengacu pada sekolompok penyakit
yang menyerang saraf perifer, ototnom, dan spinal. Kadar gula darah yang tinggi
mengakibatkan serat saraf hancur sehingga sinyal ke otak dan dari otak tidak
terkirim dengan benar, akibat dari tidak terkirimnya sinyal tersebut maka
hilangnya indera perasa, meningkatnya rasa nyeri di bagian yang terganggu.
(Anugerah et al, 2019) menyatakan bahwa ketika pasien mengalami komplikasi
neuropati maka syaraf-syaraf telah mengalami kerusakan sehingga kaki pasien
menjadi baal (tidak merasakan sensasi) dan tidak merasakan adanya tekanan,
injuri/trauma, atau infeksi. Keluhan yang paling sering dirasakan adalah
kesemutan.
2. Komplikasi makrovaskuler
a. Penyakit jantung
Penyakit jantung salah satunya Penyakit Jantung Koroner atau PJK terjadi akibat
penyempitan atau penyumbatan di dinding nadi koroner karena adanya endapan
lemak dan kolesterol sehingga mengakibatkan suplai darah ke jantung menjadi
terganggu. Diabetes merupakan salah satu faktor risiko penting terjadinya penyakit
jantung koroner. Diabetes mellitusyang tidak dikelola dengan baik mengakibatkan
komplikasi yang bersifat kronik salah satunya yaitu komplikasi makroangiopati.
Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histopatologi berupa aterosklerosis
yang pada akhirnya menyebabkan penyumbatan vaskuler. Bila mengenai arteri
koronaria dan aorta, maka dapat menyebabkan penyakit jantung koroner Penderita
diabetes mellitus memiliki kadar glukosa yang tinggi sehingga dapat meningkatkan
viskositas darah. Meningkatnya viskositas darah ini dapat menyebabkan kerja
jantung lebih berkerja keras. Selain itu tingginya glukosa akan diiringi pula
meningkatnya kadar lemak yang menempel di dinding pembuluh darah (Utami &
Azam, 2019)
b. Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah
diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg atau tekanan darah sistolik lebih atau
sama dengan 140 mmHg. Hipertensi menjadi faktor risiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler dan menjadi masalah kesehatan dunia. Hipertensi pada DM
meningkatkan mortalitas serta berperan dalam mekanisme terjadinya penyakit
jantung koroner, gangguan pembuluh darah perifer, gangguan pembuluh darah
serebral dan terjadinya gagal ginjal. Kelainan pada mata akibat DM yang berupa
retinopati diabetik juga dipengaruhi oleh hipertensi.
E. Pencegahan
(Wahyuni et al., 2019), menyatakan bahwa dengan pengendalian metabolisme yang baik,
menjaga agar kadar gula darah berada dalam katagori normal maka komplikasi akibat
diabetes dapat dicegah/ditunda. Pengendalian dapat dilakukan dengan CERDIK, yaitu :
a. Cek kondisi kesehatan secara berkala
b. Enyahkan asap rokok
c. Rajin aktifitas fisik
d. Diet sehat dengan kalori seimbang
e. Istirahat yang cukup
f. Kendalikan Stress.
Penelitian oleh (Yudha et al., 2018), yang dilakukan pada tikus jantan putih
menunjukan bahwa partisi air buah pare (Momordicia charantia) dengan dosis 50
mg/kg bb efektif menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan (Rattus
norvegicus).
c) Rebusan daun gersen
Kersen dengan nama latin Muntingia calabura, digunakan oleh anak - anak
untuk bermain atau di makan karena rasanya manis, daun dan buahnya memiliki
kandungan senyawa yang berkhasiat sebagai obat. Tanaman ini banyak digunakan
sebagai tanaman peneduh, dan s norvegicus). juga mempunyai manfaat kesehatan
yang sangat bermanfaat. Buahnya juga dapat digunakan untuk menyembuhkan
penyakit seperti hipertensi, asam urat dan diabetes mellitus (Jumain, et al., 2019).
Kersen (Muntingia calabura), adalah tanaman yang mengandung berbagai
senyawa flavonoid, tanin dan chalcone. Hasil riset menyatakan, daun kersen
mengandung berbagai macam jenis senyawa flavonoid yang berpotensi untuk
dijadikan berbagai macam jenis obat, seperti antidiabetik, anti-inflamasi,
antikanker dan antipiretik. Senyawa flavonoid, menurut penelitian memiliki efek
hipoglikemik dengan beberapa mekanisme, yaitu dengan menghambat absorpsi
glukosa, merangsang pelepasan dan sensitasi dari insulin, dan meningkatkan
ambilan glukosa oleh jaringan perifer, dan berperan dalam pengaturan enzim-
enzim dalam metabolisme karbohidrat. Penelitian lain juga menyebutkan, bahwa
subkelas flavonoid, senyawa flavonol, memiliki potensi menghambat enzim
alfaamilase yang berperan dalam pemecahan karbohidrat. Flavonol, juga memiliki
potensi menginhibisi kerja Glucose Transporter-2 (GLUT-2) sebagai transporter
glukosa pada organ gastrointestinal (Damara & Sukohar, 2018).
Penelitian oleh (Zahroh & Musriana, 2016), menyatakan bahwa ada pengaruh
pemberian rebusan daun kersen terhadap penurunan kadar gula darah. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Norma & Hadrayanti, 2019),
menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan rebusan Daun kersen (Muntingia
calabura L) terhadap penurunan kadar gula darah sewaktu pada klien diabetes
mellitus tipe II.
REFERENSI
Anjani, E. P., Oktarlina, R. Z., & Morfi, C. W. (2018). Zat Antosianin pada Ubi Jalar Ungu
terhadap Diabetes Melitus. Majority, 7(2), 257–262.
Damara, A., & Sukohar, A. (2018). Efektivitas Infusa Daun Kersen (Muntingia calabura Linn)
Sebagai Antidiabetik. 5(46), 534–539.
Hartono, D. (2019). Pengaruh Foot Care Education Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku
Perawatan Kaki Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II. Jurnal Aiptinakes, 15.
Jumain, Asmawati, Farid, & Riskah. (2019). Efek Sari Buah Kersen (Muntingia calabura L.)
Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Mencit Jantan. XV(2), 156–162.
Kurniawaty, E., & Lestari, E. E. (2016). Uji Efektivitas Daun Belimbing Wuluh ( Averrhoa
bilimbi L .) sebagai Pengobatan Diabetes Melitus The Effectiveness Test for Extract Wuluh
Starfruite Leaf ( Averrhoa bilimbiL .) as Diabetes Mellitus Treatment. Majority, 2–6.
Livana, Sari, I. P., & Hermanto. (2018). Gambaran Tingkat Persepsi Pasien Diabetes Mellitus di
Kabupaten Kendal. Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 11(2), 48–57.
Norma, & Hadrayanti, N. (2019). Pengaruh Rebusan Daun Kersen Terhadap Penurunan Gula
Darah Sewaktu Pada Klien Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas
Klasaman Kota Sorong Tahun 2018. JURNAL ILMIAH PRAKTISI KESEHATAN
MASYARAKAT SULAWESI TENGGARA, 3(2), 6–10.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NIOC. MediAction.
Purwanti, L. E., & Maghfirah, S. (2016). FAKTOR RISIKO KOMPLIKASI KRONIS (KAKI
DIABETIK) DALAM DIABETES MELLITUS TIPE 2. THE INDONESIAN JOURNAL
OF HEALTH SCIENCE, 7(1), 26–39.
Puspa, G., Marek, S., & Adi, M. S. (2017). FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH
TERHADAP TERJADINYA HIPERTENSI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE
II (Studi di Wilayah Puskesmas Kabupaten Pati). XIII(1), 47–59.
Utami, N. L., & Azam, M. (2019). Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Penderita Diabetes
Mellitus. 3(2), 311–323.
Utami, P. R., & Fuad, K. (2018). GAMBARAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS KOMPLIKASI GINJAL. Jurnal Kesehatan Perintis, 5(1).
Yudha, D. W. Y. I., Suartha, N., & Sudimartini, L. M. (2018). Efektivitas Partisi Air Buah Pare
Terhadap Penurunan Gula Darah Diabetik Eksperimental Tikus Putih Jantan. Buletin
Veteriner Udayana, 10(1), 10–17. https://doi.org/10.24843/bulvet.2018.v10.i01.p02
Zahroh, R., & Musriana. (2016). Pemberian Rebusan Daun Kersen Menurunkan Kadar Glukosa
Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. 07(02), 102–108.