DIABETES MELLITUS
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI LUHUR JAMBI
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II:
UkhviaMunawara : G1B220001
Rina Mariani : G1B220002
Devi Novita S. : G1B220005
Ria Ramadhani W : G1B220006
Vera Feronica : G1B220007
Meti Erianti : G1B220008
Nelvi Putri : G1B220009
Astri Rahma Yani : G1B220011
Auradhia Nurusyifa: G1B220013
PEMBIMBING AKADEMIK:
Ns. Luri Mekeama, S.Kep,. M.Kep
Ns. Riska Amalya Nasution, M.Kep., Sp.Kep.J
Ns. Meinarisa, S.Kep., M.Kep
PEMBIMBING LAPANGAN:
Ns. Evi Noviyanti, S.Kep
Keterangan :
DIABETES MELLITUS
A. Definisi
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit menahun yang ditandai dengan
tingginya kadar glukosa dalam darah yang lebih dari nilai normal. Tingginya
kadar glukosa dalam darah disebabkan oleh gangguan kerja insulin dalam
mengatur glukosa darah.
Nilai normal gula darah adalah sebagai berikut
1. Gula darah sewaktu : 100-200 mg/dl
2. Gula darah puasa : 70-130 mg/dl
B. Etiologi
Diabetes melitus disebabkan oleh gangguan kerja hormon insulin yang
berfungsi untuk mengatur glukosa dalam darah sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan tipe DM penyebab diabetes mellitus adalah sebagai berikut:
1. DM tipe 1 : disebabkan oleh tidak adanya produksi insulin sama sekali
dalam tubuh.
2. DM tipe II : disebabkan oleh tidak cukuo dan tidak efektifnya kerja insulin
3. DM gestasional : tingginya kadar glukosa pada saat kehamilan
4. DM tipe Lainnya: disebabkan oleh konsumsi obat
C. Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi etiologis diabetes menurut American Diabetes Association 2018
dibagi dalam 4 jenis yaitu :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena
sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali
sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang
jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik
pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis
Faktor penyebab terjadinya DM Tipe I adalah infeksi virus atau
rusaknya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan karena reaksi autoimun
yang merusak sel-sel penghasil insulin yaitu sel β pada pankreas, secara
menyeluruh. Oleh sebab itu, pada tipe I, pankreas tidak dapat
memproduksi insulin. Penderita DM untuk bertahan hidup harus diberikan
insulin dengan cara disuntikan pada area tubuh penderita. Apabila insulin
tidak diberikan maka penderita akan tidak sadarkan diri, disebut juga
dengan koma ketoasidosis atau koma diabetic.18
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak
bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi
insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin
(reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi
dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal tersebut
dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya glukosa
bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan
mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa.
Diabetes mellitus tipe II disebabkan oleh kegagalan relatif sel β
pankreas dan resisten insulin. Resisten insulin adalah turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β pankreas
tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya
terjadi defensiesi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada
rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain.
Gejala pada DM tipe ini secara perlahan-lahan bahkan asimptomatik.
Dengan pola hidup sehat, yaitu mengonsumsi makanan bergizi seimbang
dan olah raga secara teratur biasanya penderita brangsur pulih. Penderita
juga harus mampu mepertahannkan berat badan yang normal. Namun pada
penerita stadium akhir kemungkinan akan diberikan suntik insulin. 15
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
DM tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa darah akibat faktor genetik fungsi sel beta,
defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit
metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan
sindrom genetik lain yang berkaitan dengan penyakit DM.17 Diabetes tipe
ini dapat dipicu oleh obat atau bahan kimia (seperti dalam pengobatan
HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ).15
4. Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa
didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua
dan ketiga. DM gestasional berhubungan dengan meningkatnya
komplikasi perinatal. Penderita DM gestasional memiliki risiko lebih besar
untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah
melahirkan.
D. Faktor Risiko
1. Usia diatas 40 tahun
2. Mempunyai riwayat keluarga menderita DM. Hal ini dikarenakan
penurunan gen sewaktu dalam kandungan dari kedua orang tua
3. Kehamilan dengan gula darah tinggi
4. Ibu dengan riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir >4 kg
5. Bayi yang memiliki berat badan lahir <2,5 kg
E. Tanda Dan Gejala
1. Poli Uri
Kadar gula dalam tubuh tinggi sehingga tubuh tidak sanggup mengurainya
dan berusaha untuk mengeluarkannya melalui urine
2. Polifagia (Cepat lapar)
Kadar glukosa dalam tubuh semakin lama semakin habis sedang kan kadar
glukosa dalam darah cukup tinggi.
3. Polidipsi (cepat haus)
Karena asupan cairan yang diminum tidak diserap oleh tubuh, sehingga
timbul rasa haus.
4. BB menurun cepat tampa penyebab yang jelas
Penyimpanan energy ditubuh terpakai oleh tubuh sebagai energy.
5. Bisul hilang timbul
6. Keputihan pada wanita
7. Kesemutan
8. Penglihatan kabur
Peningkatan tekanan osmotic pada mata dan perubahan pada lensa mata
menyebabkan mata kabur
9. Luka sulit sembuh
10. Gatal-gatal didaerah kemaluan
11. Cepat lelah
12. Tidak ada penyimpanan glukosa dalam tubuh sebagai cadangan energy.
13. Mudah mengantuk
F. Komplikasi
1. Penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung dan pembuluh darah)
2. Neuropati diabetic (gangguan saraf yang menyebabkan luka amputasi pada
kaki)
3. Retinopati diabetic (gangguan mata/penglihatan)
4. Nefropati diabetic (gangguan ginjal)
G. Penatalaksanaan/Pengobatan
1. Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter atau petugas kesehatan
Farmakologis diabetes dapat berupa:
a. Obat Hipoglikemik Oral
1) Pemicu sekresi insulin :
a) Sulfonilurea merupakan golongan obat yang memiliki mekanisme
kerja untuk menstimulasi sel beta pancreas untuk untuk
melepaskan insulin, menurunkan ambang sekresi insulin dan
meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
b) Glinid merupakan obat yang mekanisme kerjanya sama dengan
sulfonilurea dengan mensekresi insulin fase pertama.
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin:
a) Biguanid, golongan obat ini yang masih dipakai adalah metformin
yang berfungsi untuk menurunkan glukosa darah melalui
pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat seluler, distal dari
reseptor insulin dan efeknya pada penurunan produksi glukosa hati.
b) Tiazolidindion merupakan golongan obat yang bekerja untuk
meningkatkan sensitivitas insulin.
3) Penghambat glukosidase alfa, obat ini memiliki mekanisme keja
sebagai penghambat kerja enzim glukosidase alfa di dalam saluran
cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia postpandrial.
4) Incretin mimetic, penghambat DPP-4.
5) Insulin
Sebanyak 20%-25% pasien DM tipe akan memerlukan insulin
untuk mengendalikan kadar gula darahnya. Terutama bagi pasien yang
sudah tidak dapat dikendalikan kadar glukosa darahnya dengan
kombinasi sulfonylurea dan metformin, langkah selanjutnya yang
diberikan adalah insulin.
2. Melaksanakan Program PATUH yang dianjurkan Kemenkes RI yaitu :
Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter, Atasi penyakit
dengan pengobatan yang tepat dan teratur, Tetap diet sehat dan gizi
seimbang, Upayakan beraktivitas fisik dengan aman, Hindari rokok,
alkohol dan zat karsinogenik lainnya.
3. Melaksanakan Program CERDIK yang dianjurkan Kemenkes RI yaitu :
Cek kondisi kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin
aktifitas fisik, Diet sehat dan kalori seimbang, Istirahat yang cukup,
Kendalikan stres
4. Jaga kadar gula darah dengan cek gula darah secara rutin
5. Beraktivitas fisik dan olahraga secara teratur
6. Waspada infeksi kulit dan gangguan kulit
7. Periksa mata secara teratur
8. Waspada jika ada kesemutan, rasa terbakar, hilang sensasi dan luka pada
bagian bawah kaki
9. Konsultasikan kepada dokter atau tenaga keseshatan untuk mendiskusikan
bagaimana menghindari komplikasi dan cara penanganan jika memimiliki
beberapa komplikasi
H. Pencegahan
1. Mempertahankan berat badan ideal
2. Makan makanan yang sehat, perbanyak konsumsi makanan berserat seperti
sayuran dan buah-buahan, dan kurangi asupan gula, garam dan lemak
jenuh
3. Rutin beraktivitas fisik 30 menit setiap hari
4. Kelola stres
5. Hindari penggunaan tembakau (merokok , tembakau kunyak) dan hindari
konsumsi alkohol
6. Tes glukosa darah dan kadar HbA1c
DAFTAR PUSTAKA
Andri, J., Karmila, R., Padila, P., Harsismanto, J., & Sartika, A. (2019). Terapi
Aktivitas Senam Ergonomis terhadap Peningkatan Kemampuan Fungsional
Lansia. Journal of Telenursing (JOTING), 1(2), 304-313.
https://doi.org/https://doi.org/10.31539/joting.v1i2.933
Allender, J.A., Rector, C, & Warner, A.D. (2014). Community and Public Health
Nursing : Promoting The Public’s Health. Philadelphia: Lippincott William &
Wilkins.
Depkes R. I. (2018). Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Pusat Data dan Informasi Ke-menterian Kesehatan Republik Indonesia
Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Jambi Tahun
2018. Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
Gustina. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Diet
Diabetes Mellitus Pada Pasien DM. Jurnal Keperawatan, Volume 2, No. 3. 97-
107
PERKENI. 2015. Konsesnsus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI
Sartika, A., Betrianita, B., Andri, J., Padila, P., & Nugrah, A. (2020). Senam
Lansia Menurunkan Tekanan Darah pada Lansia. Journal of Telenursing
(JOTING), 2(1), 11-20.
https://doi.org/https://doi.org/10.31539/joting.v2i1.1126
Setyawati, A. D., Ngo, T. H. L., Padila, P., & Andri, J. (2020). Obesity and
Heredity for Diabetes Mellitus among Elderly. JOSING: Journal of Nursing
and Health, 1(1), 26-31.
https://doi.org/https://doi.org/10.31539/josing.v1i1.1149